Anda di halaman 1dari 24

“PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP INVOLUSI UTERUS

PADA IBU POST PARTUM”

OLEH:

ELIS PATMAYANTI

P201801002

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

karena atas segala penyelenggaran bantuan dan bimbinganNya, saya sebagai

penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul: Pengaruh Mobilisasi Dini

Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum. Proposal ini di susun untuk

memenuhu persyaratan untuk mengikuti laboratorium.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang dapat membantu

penulis untuk menyempurnakan proposal ini.

Penulis berharap kiranya proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

serta meningkatkan mutu pendidikan kesehatan khususnya di bidang keperawatan.

Penulis menyadari begitu banyak pihak yang membantu penulis dalam

menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

yang berlimpah dan tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu

penulis baik secara moril maupun material terutama kepada dosen pembimbing

Apriani S.Kep.,Ns.,M.Kes yang telah membantu dalam penyelesaian proposal ini.

Akhir kata, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

menjadi sumber inspiratif untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

Kendari, 12 Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian....................................................................... 2

D. Manfaat Penelitian...................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 4

A. Tinjauan Umum Tentang Mobilisasi Dini................................. 4

B. Tinjauan umum tentang involusi uterus..................................... 10

C. Tinjauan Umum Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Involusi

Uterus Pada Ibu Post Partum


....................................................................................................
....................................................................................................

15

BAB III PENUTUP....................................................................................... 21

A. Kesimpulan................................................................................ 21

B. Saran........................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perempuan merupakan makluk ciptaan Tuhan yang penuh dengan

kemuliaan karena mampu untuk hamil, melahirkan, menyusui, mengasuh

anaknya dengan penuh kasih sayang, meskipun kelangsungan hidup menjadi

taruhan ketika melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu, pencegahan

dalam hal menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi fokus utama baik dari

pemerintah dan masyarakat maupun instansi terkait. Berdasarkan sumber data

SDKI , 1994, 2002/2003, 2007, MDGs dan Bappenas, trend AKI di indonesia

secara nasional dari tahun 1994 sampai dengan 2007 mengalami penurunan

yang signifikan, yaitu angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup

menurun secara bertahap, dari 390 (1994) menjadi 334 (1997), 307 (2003),

dan 228 (2007). Pada tahun 2012 AKI melonjak menjadi 359 tidak jauh

berbeda dengan 22 tahun yang lalu. Data ini menunjukkan bahwa banyak hal

yang harus dievaluasi dan dilakukan perbaikan untuk menurunkan AKI.

Kadar oksitosin yang meningkat ini jelas sangat berperan dalam

proses involusi. Proses involusi akan berjalan dengan bagus jika kontraksi

uterus kuat sehingga harus dilakukan tindakan untuk memperbaiki kontraksi

uterus (Suherni, 2009).

Dilakukannya mobilisasi dini pada ibu nifas bertujuan agar ibu merasa

lebih sehat dan kuat dengan early ambulation, yaitu melakukan pergerakan

otot-otot perut dan panggul agar kembali normal dan otot perut ibu menjadi

1
2

kuat kembali, dan dapat megurangi rasa sakit pada ibu, sehingga faal usus dan

kandung kencing menjadi lebih baik. Bergerak juga akan merangsang gerak

peristaltic usus kembali normal, aktivitas ini membantu mempercepat organ-

organ tubuh bekerja seperti semula (Fefendi, 2008).

Melakukan mobilisasi dini memungkinkan ibu memulihkan

kondisinya dan ibu bisa segera merawat anaknya. Selain itu

perubahan yang terjadi pada ibu pasca persalinan akan cepat pulih

misalnya kontraksi uterus (involusi uterus) dengan penurunan tinggi fundus

uteri (TFU), mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan

mobilisasi sirkulasi darah normal/lancer sehingga resiko terjadinya

trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan (Fefendi, 2008).

B. Rumusan Masalah

Ibu yang baru saja melewati masa persalinan sangatlah merasakan

sakit yang luar biasa. Maka ibu akan berpikir tentang bagaimana pemulihan

yang cepat yang dapat ibu lakukan. Maka peneliti merumuskan masalah

yaitu: Apakah mobilisasi dini terhadap involusi uterus pada ibu post partum

sangat berpengaruh pada percepatan pemulihan ibu?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap involusi

uterus pada ibu post partum

2. Tujuan khusus

a) Untuk mengetahui definisi mobilisasi dini & involusi uterus


3

b) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mobilisasi dini

terhadap involusi uterus pada ibu post partum

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah informasi dan wawasan mengenai pengaruh mobilisasi

dini terhadap involusi uterus pada ibu post partum.

2. Bagi Peneliti

Mengaplikasikan teori dari perkuliahan dan meningkatkan

wawasan mengenai pengaruh mobilisasi dini terhadap involusi uterus pada

ibu post partum.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Mobilisasi Dini

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan pasien post

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai

dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan

berjalan keluar kamar (Ibrahim, 2013). Mobilisasi dini adalah suatu

tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk membantu pasien

keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya sedini mungkin untuk

berjalan ( Dewi, 2010).

Mobilisasi dini merupakan gerakan yang dilakukan oleh ibu segera

setelah melahirkan untuk merubah posisi ibu berbaring, miring, duduk

sampai ibu dapat berdiri sendiri. (Puspita, 2014 dalam Rini 2020).

Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara

bebas, mudah dan teratur (Alimul, 2009).

Mobilisasi adalah kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh

individu untuk melakukan aktifitas sehari-hari berupa pergerakan sendi,

sikap dan gaya berjalan guna untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dan

mempertahankan kesehatannya ( Potter & Perry, 2010).


5

2. Tujuan mobilisasi

Tujuan mobilisasi adalah mempertahankan fungsi tubuh,

memperlancar peredaran darah, membantu pernapasan menjadi lebih baik,

mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi buang air besar

(BAB) dan buang air kecil (BAK), mengembalikan aktivitas tertentu

sehingga pasien dapat kembali normal memenuhi kebutuhan gerak harian,

dan memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi dan

berkomunikasi (Garrison, 2004). Tujuan mobilisasi dini adalah

menurunkan kejadian komplikasi thrombosis vena, emboli paru,

pneumonia dan retensi urin serta meningkatkan kepuasan pasien dan

mengurangi long of stay (LOS) lama hari rawat pasien (Samuel, 2011).

3. Manfaat mobilisasi

Mobilisasi dini memberikan beberapa keuntungan seperti

pelemasan otot – otot yang lebih baik. Kontraksi dan retraksi dari otot –

otot uterus setelah bayi lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh

darah yang terbuka karena adanya pelepasan plasenta dan berguna

mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan. Terjadinya kontraksi dan

retraksi secara terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran

darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat – zat

yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot – otot tersebut menjadi

kecil. Dengan demikian ibu yang melakukan mobilisasi dini mempunyai

penurunan fundus uteri lebih cepat dan kontraksi uterus yang lebih kuat
6

dibandingkan ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini. Ada hubungan

mobilisasi dan pengeluaran lokia, bahwa semakin tinggi nilai mobilisasi

semakin pendek waktu pengeluaran lokia. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan bahwa mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lokia

dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin,

mempercepat normalisasi alat kelamin seperti keadaan semua (Puspita,

2014 dalam Rini 2020).

Melakukan aktivitas fisik akan memberi pangaruh yang baik

terhadap peredaran darah, di mana peredaran darah sangat diperlukan

untuk memulihkan kesehatan. Pada seorang wanita pasca salin biasa

ditemui adanya lochea dalam jumlah yang sedikit sewaktu ia berbaring,

dan jumlahnya meningkat sewaktu ia berdiri. Karena lochea lancar

sehingga mempengaruhi proses pengecilan rahin atau involusi uteri. Di

samping itu involusi uteri juga dipengaruhi oleh faktor pengetahuan,

lingkungan dan perilaku dimana dapat menunjang untuk mempercepat

proses involusi uteri (Saleha, 2009 dalam Yunik 2016).

Melakukan mobilisasi dini memungkinkan ibu memulihkan

kondisinya dan ibu bisa segera merawat anaknya. Selain itu

perubahan yang terjadi pada ibu pasca persalinan akan cepat pulih

misalnya kontraksi uterus (involusi uterus) dengan penurunan tinggi

fundus uteri (TFU), mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli,

dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancer sehingga resiko terjadinya


7

trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan (Fefendi, 2008 dalam Rini

2020).

Mobilisasi dini memberikan beberapa keuntungan seperti

pelemasan otot – otot yang lebih baik. Kontraksi dan retraksi dari otot –

otot uterus setelah bayi lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh

darah yang terbuka karena adanya pelepasan plasenta dan berguna

mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan. Terjadinya kontraksi dan

retraksi secara terus menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran

darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat – zat

yang diperlukan, sehingga ukuran jaringan otot – otot tersebut menjadi

kecil. Dengan demikian ibu yang melakukan mobilisasi dini mempunyai

penurunan fundus uteri lebih cepat dan kontraksi uterus yang lebih kuat

dibandingkan ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini. Ada hubungan

mobilisasi dan pengeluaran lokia, bahwa semakin tinggi nilai mobilisasi

semakin pendek waktu pengeluaran lokia. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan bahwa mobilisasi dini dapat mengurangi bendungan lokia

dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat kelamin,

mempercepat normalisasi alat kelamin seperti keadaan semua (Puspita,

2014 dalam Rini 2020).


8

4. Macam-macam Mobiliasasi

Hidayat (2006) membagi mobilisasi menjadi dua bagian yaitu:

a. Mobilisasi penuh adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara

penuh dan bebas sehingga dapat menjalankan peran sehari-hari serta

melakukan interaksi sosial. Saraf motorik volunter dan sensorik

merupakan fungsi mobilitas penuh yang mengontrol seluruh tubuh

seseorang.

b. Mobilisasi sebagian adalah kemampuan seseorang untuk bergerak tetapi

ada batasan gerak sehingga tidak dapat bergerak bebas karena

dipengaruhi oleh gangguan saraf sensorik dan motorik di area

tubuhnya. Mobilisasi sebagian dibagi menjadi dua yaitu :

1) Mobilitas sebagian temporer adalah kemampuan individu untuk

bergerak secara terbatas yang bersifat sementara. Hal ini dapat

disebebkan oleh trauma reversible pada sistem muskuloskeletal.

2) Mobilitas sebagian permanen adalah kemampuan individu untuk

bergerak secara terbatas yang bersifat menetap. Hal ini disebebkan

oleh rusaknya sistem syaraf yang reversible.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan involusi uteri

Kecepatan involusi uteri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain adalah dengan melakukan menyusui. Satu jam pertama setelah

persalinan merupakan titik awal yang penting bagi bayi apakah akan

mendapatkan ASI cukup atau tidak. Menyusui dini bermanfaat bagi ibu
9

untuk membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk semula dan

mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Hal ini disebabkan adanya

isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf ke kelenjar hipofise di

otak yang mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk

mengkontraksikan saluran ASI pada kelenjar air susu juga merangsang

uterus untuk berkontraksi sehingga mempercepat proses involusi uteri.

(Indrayati, 2006 dalam Firda 2011 ).

6. Tahap-tahap Mobilisasi

Tahap-tahap mobilisasi dini menurut Clark et al, (2013), meliputi :

a. Level 1 : Pada 6-24 jam pertama post pembedahan, pasien diajarkan

teknik nafas dalam dan batuk efektif, diajarkan latihan gerak (ROM)

dilanjut dengan perubahan posisi ditempat tidur yaitu miring kiri dan

miring kanan, kemudian meninggikan posisi kepala mulai dari 150,

300, 450, 600, dan 900.

b. Level 2 : Pada 24 jam kedua post pembedahan, pasiendiajarkan duduk

tanpa sandaran dengan mengobservasi rasa pusing dan dilanjutkan

duduk ditepi tempat tidur.

c. Level 3 : Pada 24 jam ketiga post pembedahan, pasien dianjurkan

untuk berdiri disamping tempat tidur dan ajarkan untuk berjalan

disamping tempat tidur.

d. Level 4 : Tahap terakhir pasien dapat berjalan secara mandiri.


10

7. Kontraindikasi Mobilisasi

Menurut Zanni & Needham (2010), kontraindikasi pasien untuk

mobilisasi dini adalah:

a. Tekanan darah tinggi

Pasien dengan tekanan darah sistole > 200 mmHg dan diastole >

100 mmHg. Peningkatan tekanan darah yang mendadak pada orang

yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal bisa menyebabkan

pembuluh darah di otak mengalami penciutan mendadak.

b. Pasien dengan fraktur tidak stabil

Pasien dengan fraktur atau patah tulang yang tidak stabil karena

pasien fraktur membutuhkan imobilisasi untuk mempertahankan posisi

dan kesejajaran yang benar sampai masa penyatuan.

c. Penyakit sistemik atau demam

Mobilisasi dilakukan dengan bertahap sesuai dengan pulihnya

keadaan atau kekuatan pasien. Pengobatan yang mendukung pada

sistemik atau demam meliputi isitirahat yang cukup, guna untuk

mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan. Pasien

harus tirah baring sampai demam pasien menurun.


11

B. Tinjauan umum tentang involusi uterus

1. Pengertian Involusi Uterus

Involusi uterus adalah perubahan keseluruhan alat genetalia ke

bentuk sebelum hamil, dimana terjadi pengreorganisasian dan

pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana

diperhatikan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat uterus.

Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang

menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Involusi uterus hanya berfokus

pada pengerutan uterus, apa yang terjadi pada organ dan struktur lain

dianggap sebagai puerpurium.

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke bentuk sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot

polos uterus.

Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran

desidua/endometrium dan eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang

ditandai dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi

uterus, warna dan jumlah lokia.

2. Proses Involusi Uterus

Involusi uterus dimulai setelah proses persalinan yaitu setelah

plasenta dilahirkan. Proses involusi berlangsung kira – kira selama 6

minggu. Setelah plasenta terlepas dari uterus, fundus uteri dapat dipalpasi
12

dan berada pada pertengahan pusat dan symphisis pubis atau sedikit lebih

tinggi. Tinggi fundus uteri setelah persalinan diperkirakan sepusat atau 1

cm dibawah pusat. Proses involusi uterus yang terjadi pada masa nifas

melalui tahapan berikut:

a. Autolysis

Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri yang

terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya

dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Diketahui

adanya penghancuran protoplasma dan jaringan yang diserap oleh darah

kemudian dikeluarkan oleh ginjal. Inilah sebabnya beberapa hari setelah

melahirkan ibu sering buang air besar. Pengrusakan secara langsung

jaringan hipertropi yang berlebihan ini disebabkan karena penurunan

hormon estrogen dan progesteron.

b. Atrofi Jaringan

Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berpoliferasi dengan adanya

penghentian produksi estrogen dalam jumlah besar yang menyertai

pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus,

lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan

meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi

endometrium yang baru.

Setelah kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus berkontraksi

sehingga sirkulasi darah ke uterus terhenti yang menyebabkan uterus


13

kekurangan darah (lokal iskhemia). Kekurangan darah ini bukan hanya

karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas

tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah ke uterus, karena pada

masa hamil uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan

pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak

dialirkan ke uterus mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi

dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang,

kembali seperti biasa.

c. Efek Oksitosin

Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang myometrium

uterus sehingga dapat berkontraksi. Kontraksi uterus merupakan suatu

proses yang kompleks dan terjadi karena adanya pertemuan aktin dan

myosin. Dengan demikian aktin dan myosin merupakan komponen

kontraksi. Pertemuan aktin dan myosin disebabkan karena adanya

myocin light chine kinase (MLCK) dan dependent myosin ATP ase,

proses ini dapat dipercepat oleh banyaknya ion kalsium yang masuk

dalam sel, sedangkan oksitosin merupakan suatu hormon yang

memperbanyak masuknya ion kalsium ke dalam intra sel. Sehingga

dengan adanya oksitosin akan memperkuat kontraksi uterus. Intensitas

kontaksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,

diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin

yang sangat besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar

hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus mengkompresi


14

pembuluh darah dan membantu proses homeostatis Kontraksi dan

retraksi otot uterin akan mengurangi perdarahan Selama 1 sampai 2 jam

pertama masa nifas intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan

menjadi teratur, karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan

kontraksi uterus pada masa ini.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Involusi Uterus

a. Umur

Proses involusi uterus sangat dipengaruhi oleh usia ibu saat

melahirkan. Usia 20 – 30 tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk

terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini disebabkan karena faktor

elastisitas dari otot uterus mengingat ibu yang telah berusia 35 tahun

lebih elastisitas ototnya berkurang.

Pada usia kurang dari 20 tahun elastisitasnya belum maksimal

karena organ reproduksi yang belum matang, sedangkan usia diatas 35

tahun sering terjadi komplikasi saat sebelum dan setelah kelahiran

dikarenakan elastisitas otot rahimnya sudah menurun, menyebabkan

kontraksi uterus tidak maksimal. Pada ibu yang usianya lebih tua proses

involusi banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses

penuaan terjadi peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot

dan penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila

proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan,

maka hal ini akan menghambat proses involusi uterus.


15

b. Paritas

Paritas mempengaruhi proses involusi uterus. Paritas pada ibu

multipara cenderung menurun kecepatannya dibandingkan ibu yang

primipara karena pada primipara kekuatan kontraksi uterus lebih tinggi

dan uterus teraba lebih keras, sedangkan pada multipara kontraksi dan

retraksi uterus berlangsung lebih lama begitu juga ukuran uterus pada

ibu primipara ataupun multipara memiliki perbedaan sehingga

memberikan pengaruh terhadap proses involusi.

Sampai dengan paritas tiga rahim ibu bisa kembali seperti

sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim mengalami pembesaran, terjadi

peregangan otot – otot rahim selama 9 bulan kehamilan. Semakin sering

ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan dan

kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak

berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan lamanya proses

pemulihan organ reproduksi (involusi) pasca salin.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa paritas ibu

memengaruhi lamanya pengeluaran lokia, semakin tinggi paritas

semakin cepat proses pengeluaran lokia. Akan tetapi karena kondisi otot

rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat

maka proses involusi berjalan lebih lambat.

c. Senam nifas

Merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang

menjalani masa nifas. Tujuannya untuk mempercepat pemulihan


16

kondisi ibu setelah melahirkan, mencegah komplikasi yang mungkin

terjadi selama masa nifas, memperkuat otot perut, otot dasar panggul,

dan memperlancar sirkulasi pembuluh darah, membantu memperlancar

terjadinya involusi uterus.

d. Mobilisasi uterus

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas

dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal.

Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri

keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan,

karena kontraksi menyempitan pembuluh darah yang terbuka.

Kecepatan involusi uteri dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain adalah dengan melakukan menyusui. Satu jam pertama

setelah persalinan merupakan titik awal yang penting bagi bayi apakah

akan mendapatkan ASI cukup atau tidak. Menyusui dini bermanfaat

bagi ibu untuk membantu mempercepat pengembalian rahim ke bentuk

semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran. Hal ini

disebabkan adanya isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf

ke kelenjar hipofise di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin.

Oksitosin selain bekerja untuk mengkontraksikan saluran ASI pada

kelenjar air susu juga merangsang uterus untuk berkontraksi sehingga

mempercepat proses involusi uteri. (Indrayati, 2006 dalam Firda 2011).


17

C. Tinjauan Umum Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Involusi Uterus

Pada Ibu Post Partum

Mobilisasi dini memberikan beberapa keuntungan seperti pelemasan

otot – otot yang lebih baik. Kontraksi dan retraksi dari otot – otot uterus

setelah bayi lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang

terbuka karena adanya pelepasan plasenta dan berguna mengeluarkan isi

uterus yang tidak diperlukan. Terjadinya kontraksi dan retraksi secara terus

menerus ini menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang

mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat – zat yang diperlukan, sehingga

ukuran jaringan otot – otot tersebut menjadi kecil. Dengan demikian ibu yang

melakukan mobilisasi dini mempunyai penurunan fundus uteri lebih cepat

dan kontraksi uterus yang lebih kuat dibandingkan ibu yang tidak melakukan

mobilisasi dini. Ada hubungan mobilisasi dan pengeluaran lokia, bahwa

semakin tinggi nilai mobilisasi semakin pendek waktu pengeluaran lokia. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa mobilisasi dini dapat mengurangi

bendungan lokia dalam rahim, meningkatkan peredaran darah sekitar alat

kelamin, mempercepat normalisasi alat kelamin seperti keadaan semua

(Puspita, 2014).

Hasil penelitian dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat

kemaknaan α ≤ 0,05 membandingkan nilai pre test dan post test didapatkan

tingkat signifikansi nilai P-Value = 0,000 yang lebih kecil dari α ≤ 0,05

berarti Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini

terhadap involusi uterus pada ibu post partum di Klinik Pratama Yusnimar
18

Pekanbaru. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Laili (2015)

menunjukkan bahwa 13 orang ibu postpartum spontan yang melakukan

mobilisasi dini dengan baik, 12 orang ibu postpartum diantaranya (92,31%)

mengalami proses involusi dan penurunan tinggi fundus uteri yang berjalan

normal, dengan tingkat kemaknaan p=0,02 < 0,05.

Hasil analisis bivariat pengaruh mobilisasi dini terhadap involusi uteri

menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dengan nilai P = 0,008. Pada

tabel 6 diketahui dari 17 ibu post partum yang tidak melakukan mobilisasi

dini sebagian besar (70,6%) mengalami involusi uteri abnormal. Dari 13 ibu

post partum, hampir seluruhnya (84,6%) mengalami involusi uteri yang

normal. Hasil ini menunjukkan bahwa seorang ibu nifas membutukan

mobilisasi dini untuk bisa segera memulihkan kondisi tubuhnya seperti

sebelum hamil. Hasil penelitian juga menunjukkan, dari 13 ibu post partum

ada sebagian kecil (15,4%) ibu post partum yang melakukan mobilisasi dini,

tetapi proses involusi uterusnya abnormal. Dari 17 ibu post partum sebagian

kecil (29,4%) responden terjadi proses involusi uteri normal meskipun tidak

melakukan mobilisasi dini. Hasil ini bisa dikarenakan faktorfaktor lain yang

berpengaruh. Diketahui selain mobilisasi dini, proses involusi uteri juga

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diantaranya senam nifas, menyusui dini,

gizi, psikologis, usia, dan paritas, di mana kesemuanya itu saling berpengaruh

satu sama lain (Ambarwati, 2010).

Ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini beresiko mengalami

involusi uteri abnormal sebanyak 13,2 kali dibanding ibu yang melakukan
19

mobilisasi dini. Berdasarkan hasil tersebut, menurut peneliti ibu post partum

sebaiknya melakukan mobilisasi dini karena mempunyai pengaruh yang baik

terhadap proses penyembuhan dan proses pemulihan kesehatan seperti

sebelum hamil. Oleh sebab itu sangat penting pula diperhatikan pengawasan

terhadap tinggi fundus uteri.

Melakukan aktivitas fisik akan memberi pangaruh yang baik terhadap

peredaran darah, di mana peredaran darah sangat diperlukan untuk

memulihkan kesehatan. Pada seorang wanita pasca salin biasa ditemui adanya

lochea dalam jumlah yang sedikit sewaktu ia berbaring, dan jumlahnya

meningkat sewaktu ia berdiri. Karena lochea lancar sehingga mempengaruhi

proses pengecilan rahin atau involusi uteri. Di samping itu involusi uteri juga

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, lingkungan dan perilaku dimana dapat

menunjang untuk mempercepat proses involusi uteri (Saleha, 2009).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian di atas yaitu Terdapat

pengaruh secara signifikan antara mobilisasi dini terhadap involusi uteri ibu

post partum. Begitu juga dengan pijat oksitosin sangat berpengaruh terhadap

involusi uteri ibu post partum.

Sebelum dilakukan mobilisasi dini ibu nifas belum mengalami

penurunan TFU. Setelah dilakukan mobilisasi dini ibu nifas mengalami

penurunan TFU secara bertahap dan mengembalikan organ-organ dalam ke

bentuk semula seperti sebelum hamil. Mobilisasi dini akan

melancarkanpengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga dapat mempercepat

penurunan TFU. Oleh karena itu mobilisasi dini berpengaruh pada penurunan

TFU.

Ada pengaruh yang bermakna terhadap percepatan penurunan tinggi

fundus uteri pada ibu post partum yang melakukan mobilisasi dini dan

menyusui dini dengan nilai p = 0,001.

B. Saran

Bagi ibu bersalin, khususnya yang telah memasuki masa post partum

dini agar bersedia dengan sukarela melaksanakan mobilisasi dini dan

menyusui dini yang dimulai pada 1 jam pertama pascasalin.

21
DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume. 2. Jakarta: EGC

Alimul Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta. Salemba Medika.

Ambarwati, E., & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Fefendi. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Indrayati, 2006, Hubungan Menyusui terhadap Proses Involusi Uteri pada Ibu

Post Partum hari 1-3 di Rumah bersalin Gajayana Malang, Karya Tulis

Ilmiah Program D-III Keperawa

Puspita Ari, E. Dwi Rimandini, K. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas

(Postnatal Care). Jakarta. Trans Info Media.

Saleha, S. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta : Salemba Medika

Suherni. 2009. Perawatan masa nifas. Yogyakarta: Fitramaya

22

Anda mungkin juga menyukai