Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

“PROSEDUR KEPERAWATAN PADA KLIEN”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KDM

Dosen Pengampu

Nurhayati S.ST.,M.Pd

DISUSUN OLEH : Kelompok 10


Bella Dwi Andika (P07220118070)
Karina Amanda Mansyur (P07220118091)
Nanda Yorika K. (P07220118096)
Octaviana Nur Ardiyati (P07220118098)

TINGKAT I / SEMESTER II
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunianya sehingga


penyelesaian tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-
baiknya.

Makalah ini disusun dan dikemas dari berbagai sumber sehingga


memungkinkan untuk dijadikan referensi maupun acuan. Besar harapan
makalah ini dapat memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan di
bidang KDM khususnya tentang Prosedur keperawatan pada klien.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.Akhir kata
penyusun ucapkan semoha makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
orang yang membaca makalah ini.

Terima kasih.

Balikpapan, 27 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................... 1
A. LatarBelakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dasar kebutuhan pemenuhan mobilisasi............... 3
1. Pengantar mekanika tubuh........................................... 3
a. Kesejaraan tubuh..................................................... 3
b. Keseimbangan tubuh............................................... 3
c. Koordinasi tubuh...................................................... 3
2. Pengaturan gerakan...................................................... 4
3. Prinsip mekanika tubuh................................................. 7
4. Pengatuh patologis kesejajaran tubuh dan mobilisasi.. 8
5. Gangguan mobilisasi..................................................... 8
B. Prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan
transportasi ........................................................................ 9
1. Memindahkan dan transportasi klien................................. 15
2. Melatih klien dengan alat bantu......................................... 17
3. Mengatur berbagai posisi klien.......................................... 24
4. Melaksanakan latihan ROM aktif dan pasif....................... 27
5. Melaksanakan perawatan klien imobilisasi........................ 18
BAB III PENUTUP .................................................................
A.  Kesimpulan......................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia memerlukan kemampuan untuk bergerak.Ketika orang
dapat berdiri dan bergerak,mereka lebih sehat.Paru-paru mereka
mengembang lebih mudah. Mereka mencerna makanan secara
seksama lebih baik.Mereka mampu berdefekas idengan baik, fungsi
ginjalmereka lebih baik dan tulang sertaotot merekalebih sehat.Dan
sebaliknya, jika sedang sakit mereka sering tidak dapat bergerak atau
hanya dapat bergerak sedikit .Selama pengkajian fisik, perawat
mengobservasi kesejajaran tubuh dan rentang gerak.Abnormalitas
postur dapat menghambat kesejajaran, mobilitas, atau keduanya
sehingga membatasi rentang gerak pada beberapa sendi, perawat
mempertahankan rentang gerak maksimum pada sendi yang tidak
sakit.
Banyak kondisi patologi yang mempengaruhi kesejajaran dan
mobilitas tuibuh. Abnormalitas postur kongenital atau didapat
memengaruhi efisiensi sistem muskulus skeletal, serta kesejajaran,
keseimbangan, dan penampilan tubuh. Abnormalitas  postur dapat
menghambat kesejajaran, mobilitas, atau keduanya sehingga
membatasi rentang gerak pada beberapa sendi,
Untuk mencegah abnormalitas postur tersebut dapat dilakukan dengan
pengaturan posisi pasien, selain itu persiapan seperti mengkaji
kekuatan otot, mobilitas sendi pasien, adanya paralisis atau paresis,
hipotensi ortostastik, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat
kenyamanan, dan kemampuan untuk mengikuti instruksi juga penting
dilakukan.

1
B. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui konsep dasar kebutuhan pemenuhan
mobilisasi.
2. Untuk mengetahui prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan
mobilisasi dan transportasi.
C. Rumusan masalah
1. Apa itu konsep dasar kebutuhan pemenuhan mobilisasi?
2. Apa itu prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan mobilisasi
dan transportasi?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar kebutuhan pemenuhan mobilisasi


1. Pengantar mekanika tubuh
Mekanika tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskeletel dan system saraf dalam mempertahankan
keseimbangan, postur, dan kesejajaran tubuh selama mengangkat,
membungkuk, brgrrak, dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Pengunaan mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi resiko
cedera system muskuloskeletel.
a. Kesejajaran Tubuh Kesejajaran tubuh dan postur merupakan
istilah yang sama, dan mengacu pada posisi sendi, tendon,
ligament, dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring.
Kesejajaran tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada
struktur musculoskeletal, mempertahankan tonus otot secara
adekuat,dan menunjang keseimbangan.
b. Keseimbagan Tubuh Kesejajaran tubuh menunjang keseimbangan
tubuh.Tanpa keseimbangan ini, pusat gravitasi akan berubah
,menyebabkan peningkatan gaya gravitasi, sehingga
menyebabkan risiko jatuh dan cidera. Keseimbangan tubuh dapat
ditingkatkan dengan postur dan merendahkan pusat gravitasi,yang
dapat dicapai dengan posisi jongkok.
c. Koordinasi Gerakan Tubuh Friksi adalah gaya yang muncul
dengan arah gerakan yang berlawanan dengan gerakan
benda.Jika perawat bergerak, berpindah, atau menggerakkan klien
di atas tempat tidur maka akan terjadi friksi, Perawat dapat
mengurangi friksi dengan mengikuti beberapa prinsip dasar
.Semakin besar area permukaan suatu objek yang bergerak,

3
semakin besar friksi. Friksi dapat juga dikurangi dengan
mengangkat bukan mendorong klien.Mengangkat merupakan
komponen gerakan ke atas dan mengurangi tekanan  antara klien
dan tempat tidur atau kursi.Pemakaian kain sprai yang dapat
ditarik mampu mengurangi friksi karena klien lebih mudah
bergerak diatas permukaan tempat tidur.

2. Pengaturan gerakan
a. Sistem skeletal
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe
tulang: panjang,pendek,pipih,dan ireguler (tidak bias beraturan).Tulang
panjang membentuk tinggi tubuh  (misalnya: femur, fibula, dan tibia
pada kaki).Tulang pendek ada dalam bentuk berkelompok dan ketika
dikombinasikan dengan ligament dan kartilgo, akan menghasilkan
gerakan pada ekstremitas. Dua contoh tulang pendek adalah tulang
karpal dikaki dan tulang patella di lutut. Tulang pipih mendukung
struktur bentuk seperti tulang di tengkorak dan tulangrusuk
ditoraks.Tulang ireguler mmembentuk kolumna vertebra dan beberapa
tulang tengkorak, seperti mandibula. Skelet tempat melekaknya otot
dan ligament. Ikatan ini menyebabkan gerakan dari bagian skelet,
seperti membuka dan menutup atau meluruskan lengan atau kaki.
Skelet juga melindungi organ vital. Misalnya, tengkorak melindungi
otak  dan rusuk melindungi jantung dan paru.

1) Sendi Sendi adalah hubungan  diantara tulang.Ada empat


klasifikasi sendi :
a) Sendi sinostostik mengacu pada ikatan tulang dengan

4
b) Sendi kartilaginus , atau sendi sinkondrodial, memiliki
sedikit pergerakan, tetapi elastic dan menggunakan
kartilago untuk menyatukan permukaannya.
c) Sendi fribosa adalah sendi tempat kedua permukaan
tulang disatukan dengan ligament
d) Sendi synovial adalah sendi yang dapat digerakkan bebas
karena permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh
kartilango artikular dan dihubungkan oleh ligamen sejajar
dengan membrane synovial.
2) Ligamen: ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu dan menghubungkan
tulang dengan kartilago.
3) Tendon : jaringan ikat fibrosa berwarna putih ,mengilat,yang
menghubungkan otot dengan tulang.
4) Kartilago : jaringan penyambung yang tidak mempunyai
vaskuler, yang terletak terutama di sendi dan toraks, trachea,
laring, hidung, dan telingga.
b. Otot skelet

Gerakan tulang dan sendi merupakan proses aktif yang harus


terintegrasi secara hati-hati untuk mencapai koordinasi. Otot skelet,
karena kemampuannya untuk berkontraksi dan berrelaksasi
merupakan elemen kerja dari pergerakkan. Elemen kontraktil otot
skelet dicapai oleh strutur anatomis dan ikatanya pada skelet. Ada dua
tipe kontraksi otot isotonic dan isometric. Pada kontraksi isotonic,
peningkatan tekanan otot menyebabkan peningkatan tekanan otot
atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau pergerakan  aktif dari
otot. Misalnya, menganjurkan klien latihan kuadrisep. Gerakan
volunteer adalah kombinasi dari kontraksi isotonic dan isometric.

5
Misalnya, ketika perawat mengangkat klien diatas tempat tidur, berat
klien menyebabkan peningkatan tegangan otot dilengan perawat
sampai tegangan tersebut sama (isometrik) dengan beban diangkat
dan beban lengan bawah. Ketika keseimbangan dicapai, stimulasi
berlanjut ke otot memendek (isotonik) dan menekuk siku (gerakan
aktif), kemudian klien terangkat dari tempat tidur. meskipun kontraksi
isometric tidak menyebabkan otot memendek, tetapi pemakaian
energy meningkat.

c. Sistem saraf Pergerakkan dan postur tubuh diatur oleh system

saraf. Area motorik volunteer utama, berada di korteks serebral,


yaitu digiris prasentral atau jaringan motorik. Umumnya serabut
motorik turun dari jalur motorik dan bersilangan pada tingkat medulla.
Sehingga serabut motorik dari jalur motorik kanan mengawali gerakan
volunteer untuk tubuh bagian kiri,dan serabut motorik dari jalur motorik
kiri mengawali gerakan volunteer untuk tubuh bagian kanan.

1) Propriosepsi Propriosepsi adalah sensasi yang didapat melalui


stimulasi dari dalam tubuh mengenai posisi dan aktivitas otot
tertentu. Propriosepsi di dalam tubuh dipantau oleh proprioseptor,
yang merupakan tempat ujung-ujung saraf di otot, tendon, dan
sendi. -
2) Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk
mencapai dan mempertahankan postur tubuh tetap tegak melawan
gravitasi (duduk atau berdiri) untuk mengatur seluruh ketrampilan
aktivitas motorik.

6
3. Prinsip mekanika tubuh
Mekanika tubuh penting bagi perwat dan klien. Hal ini
mempengaruhi tingkat kesehatan mereka . Mekanika tubuh yang
benar diperlukan untuk mendukung kesehatan dan mencegah
kecacatan. Perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk
setiap aktivitas keperawatan, seperti berjalan selama ronde
keperawatan,memberikan obat, mengangkat dan memindahkan klien,
dan menggerakkan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat
mempengaruhi pergerakkan tubuh.Jika digunakan dengan benar,
kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang
tidak benar dapat menggangu kemampuan perawat untuk
mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien. Perawat juga
menggabungkan pengetahuan tentang pengaruh fisiologis dan
patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh.

4. Pengaruh patologis kesejajaran tubuh dan mobilisasi


Banyak kondisi patologis yang mempemgaruhi kesejajaran tubuh dan
mobiliasi. Ada  empat pengaruh patologis pada kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yaitu kelainan postur, gangguan perkembangan otot,
kerusakan system saraf pusat, dan trauma langsung pada system
musculoskeletal.
a. Kelainan Postur Kelainan postur yang didapat atau congenital
mempengaruhi efisiensi system musculoskeletal,seperti
kesejajaran tubuh,keseimbangan, dan penampilan. Selama
pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuh dan
rentang gerak.Kelainan postur menggangu kesejajaran tubuh
dan mobilisasi keduanya
b. Gangguan Perkembangan Otot Distrofi muscular adalah
sekumpulan gangguan yang menyebabkan oleh degenerasi

7
serat otot skelet.Prevalensi penyakit otot terbanyak pada anak,
karakteristik disterifi muscular adalah progresif, kelemahan
simetris dari kelompok otot skelet, dengan peningkatakan
ketidakmampuan dan deformitas.
c. Kerusakan Sistem Saraf  Pusat Kerusakan komponen system
saraf pusat yang mengatur pergerakkan volunteer
mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan mobilisasi.
Jalur motorik pada serebrum dapat dirusak oleh trauma karena
cidera kepala ,iskemia karena cidera serebrovaskuler (stroke),
atau infeksi bakteri karena meningitis. Gangguan motorik
langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan pada  jalur
motorik.Misalnya, sesorang yang mengalami hemoragik
serebral kanan disertai nekrosis total, mengakibatkan
kerusakan jalur motorik kanan dan hemiplegia pada tubuh
bagian kiri.
d. Trauama Langsung Pada Sistem Muskuloskeletal Trauma
langsung pada system musculoskeletal menyebabkan memar,
kontusio, salah urat dan fraktur. Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas jarinagan tulang. Fraktur terjadi karena  deformitas
tulang (misalnya: fraktopatologis karena osteoporosis,penyakit
plaget dan ostoe genesis imperfekta)

5. Gangguan mobilisasi
Tirah baring merupakan suatu intervensi dimana klien dibatasi
untuk berada ditempat tidur untuk tujuan terapeutik. Tirah baring
mempunyai pengertian yang berbeda-beda diantara perawat, dokter,
dan tim kesehatan lainnya. Klien dalam kondisi bervariasi dimasukkan
dalam kategori tirah baring. Lamanya tirah baring tergantung penyakit
atau cidera dan status kesehatan klien sebelumnya.      \

8
a. Tujuan Tirah Baring
1) Mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan  oksigen tubuh
2) Mengurangi nyeri ,meliputi nyeri pasca operasi ,dan
kebutuhan analgesic dengan
3) Memungkinkan klien sakit atau lemah untuk istirahat dan
mengembalikan kekuatan
4) Memberi kesempatan kepada klien yang lebih untuk
beristirahat tanpa terganggu
B. Prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan
transportasi
1. Memindahkan dan transportasi klien
a) Pengertian
Teknik yang dapat digunakan oleh perawat untuk memberi
perawatan pada klien imobilisasi. Teknik ini membutuhkan
mekanika tubuh yang sesuai sehingga memungkinkan perawat
untuk menggerakan, mengangkat atau memindahkan klien dengan
aman dan juga melindungi perawat dari cedera sistem
musculoskeletal. 
b) Tujuan
Untuk mengurangi resiko cedera pada klien dan perawat.
c) Persiapan
 Kaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, paralisis atau paresis,
hipotensi, ortostatik, toleransi aktivitas, tingkat kesadaran, tingkat
kenyamanan, dan kemampuan klien mengikuti instruksi
 Siapkan peralatan dan persediaan yang dibutuhkan
 Jelaskan prosedur kepada klien
 Tutup pintu atau gorden
 Cuci tangan

9
Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi Roda
a. Pengertian
Memindahkan klien diatas tempat tidur ke kursi roda untuk
menjalani prosedur atau tindakan tertentu
b. Tujuan
1) Menjalani prosedur perawatan tertentu
2) Dipindahkan ke tempat atau ruangan tertentu
c. Persiapan alat
1) Sarung tangan (jika perlu)
2) Kursi roda
d. Langkah prosedur
1) Atur peralatan dengan tepat
a) Rendahkan posisi tempat tidur sampai pada posisi yang
terendah sehingga kaki klien dapat menyentuh lantai. Kunci
semua roda tempat tidur
b) Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat mungkin dengan
tempat tidur. Kunci semua roda dari kursi roda
2) Siapkan dan kaji klien
a) Bantu klien pada posisi duduk di tepi tempat tidur
b) Kaji klien, apakah mengalami hipotensi postural, sebelum
memindahkannya dari tempat tidur
3) Berikan instruksi yang jelas kepada klien. Minta klien untuk :
a) Bergerak ke depan dan duduk di tepi tempat tidur
b) Condongkan tubuh ke depan mulai dari panggul
c) Letakkan kaki yang kuat di bawah tepi tempat tidur,
sedangkan kaki yan lemah berada di depannya
d) Letakkan tangan klien diatas permukaan tempat tidur atau
diatas kedua bahu perawat sehingga klien dapat mendorong
tubuhnya sambil berdiri (catatan : klien perlu diberi

10
penjelasan untuk tidak meletakkan kedua tangan pada leher
perawat karena dapat menyebabkan cedera pada perawat)
4) Siapkan posisi perawat dengan tepat
a) Berdiri tepat di depan klien. Condongkan tubh ke depan,
fleksikan pinggul, lutut dan pergelangan kaki. Lebarkan kaki
anda, dengan satu kaki di depan dan yang lainnya di belakang.
Jika memungkinkan, buatlah kaki klien sebagai cermin dari kaki
perawat
b) Lingkari punggung klien dengan kedua tangan perawat
c) Tegangkan otot gluteal, abdominal, kaki dan lengan anda. Siap
untuk melakukan pergerakan
5) Bantu klien untuk berdiri, kemudian bergerak bersama-sama
menuju kursi roda
a) Dalam 3 hitungan, minta klien untuk menghentak dengan
bagian kaki belakang, kemudian menuju kaki bagian depan,
ekstensikan persendian pada ekstremitas bawah, dan dorong
atau tarik dengan kedua tangan,bersamaan dengan perawat
menarik dengan kaki bagian depan, menuju kaki bagian
belakang, ekstensikan persendian pada ekstremitas bawah,
dan tarik klien tepat menuju pusat gravitasi perawat pada
posisi berdiri
b) Bantu klien pada posisi tegak untuk beberapa saat
c) Bersama-sama memutar atau mengambil beberapa langkah
menuju kursi roda
6) Bantu klien untuk duduk
a) Minta klien untuk membelakangi kursi roda, kemudian
meletakkan bagian kaki yang kuat di belakang kaki yang lebih
lemah, menjaga kaki yang lainnya tetap berada di depan, dan

11
meletakkan kedua tangan diatas lengan kursi roda atau tetap
pada bahu perawat
b) Berdiri tepat di depan klien. Letakkan satu kaki di depan dan
kaki yang lainnya di belakang
c) Tegangkan otot gluteal, abdominal dan lengan
d) Dalam 3 hitungan minta klien untuk menggeser berat
tubuhnya dengan jalan memindahkannya ke kaki bagian
belakang, merendahkan tubuh sampai pada bagian tepi dari
kursi roda dengan memfleksikan persendian pada kaki dan
lengan, bersamaan dengan perawat menggeser berat
tubuhnya dengan melangkah ke belakang dengan
menggunakan kaki depan dan merendahkan klien sampai
diatas kursi roda
7) Pastikan keselamatan klien
a) Minta klien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi
yang paling aman dan nyaman
b) Turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki klien
diatasnya

Memindahkan klien dari Tempat tidur ke brangkar


a. Pengertian
Memindahkan klien dari atas tempat tidur ke brankart dengan
maksud tertentu
b. Tujuan
1) Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat
dikerjakan diatas tempat tidur
2) Memindahkan klien pada tempat yang baru
c. Persiapan alat
1) Brankart atau kereta dorong

12
2) Sarung tangan (jika perlu)
d. Langkah prosedur
1) Atur tempat tidur untuk persiapan pemindahan klien
a) Atur posisi tempat tidur hingga pada posisi yang datar
dari bagian kepala sampai dengan bagian kaki
b) Naikkan ketinggian tempat tidur sehingga posisinya
menjadi lebih tinggi dibandingkan permukaan brankart
c) Pastikan bahwa semua roda tempat tidur sudah terkunci
dengan aman
2) Atur posisi klien di tepi tempat tidur dan atur posisi brankart
a) Posisikan klien di tepi tempat tidur, tutupi dengan selimut
untuk memberikan kenyamanan dan menjaga privasi
b) Tempatkan brankart secara parallel disamping tempat
tidur dan kunci semua rodanya
3) Pindahkan klien dengan aman ke brankart
a) Minta klien untuk memfleksikan leher jika
memungkinkan, dan meletakkan kedua tangan
menyilang dia tas dada, ini dimaksudkan untuk
mencegah cedera pada bagian-bagian tubuh ini.
b) Dengan bantuan perawat lain, lakukan persiapan untuk
mengangkat klien.Perawat pertama meletakkan kedua
tangan di bagian bawah dada dan leher, perawat
kedua meletakkan kedua tangan dibawah pinggul,
danperawat ketiga meletakkan kedua tangan di abwah
kaki klien
c) Condongkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut
dan pergelangan kaki. Perawat pertama memberikan
instruksi, kemudian angkat klien bersama-sama dari
tempat tidur dan pindahkan ke brankart

13
4) Pastikan keamanan dan kenyamanan klien
a) Buat klien merasa nyaman, segera naikkan pagar brankart
b) Buka kunci roda klien dan dorong brankart

Memindahkan klien dari brankart ke tempat tidur


a. Pengertian
Memindahkan klien dari atas brankart ke tempat tidur dengan maksud
tertentu
b. Tujuan
Melaksanakan tindakan perawatan tertentu yang tidak dapat
dikerjakan diatas brankart
Memindahkan klien pada tempat perawatan selanjutnya
c. Alat dan bahan
Sarung tangan (jika perlu)
d. Langkah prosedur
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur brankart dalam posisi terkunci dan dekatkan dengan
tempat tidur
3) Satu perawat berada disisi tempat tidur, sedangkan posisi dua
perawat yang lain di samping brankart
4) Silangkan tangan klien didepan dada
5) Gunakan pengalas dibawah tubuh klien untuk media
mengangkat
6) Perawat yang berada di sisi tempat tidur, memegang dan siap
menarik pengalas
7) Dua perawat lain yang berada di samping brankart,
mengangkat pengalas dzn tubuh klien hingga mencapai tempat
tidur
8) Jauhkan brankart

14
9) Atur posisi klien hingga merasa nyaman di tempat tidur
2. Melatih klien dengan alat bantu
a. Kruk
Berjalan menggunakan alat bantu berupa kruk

Tujuan
 Membantu mempertahankan keseimbangan
 Menghindari resiko cedera saat berjalan
 Mengurangi dampak negatif imobilitas
Persiapan Alat
 Sepasang kruk
 Sandal yang sesuai
Prosedur
1. Beri salam
2. Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Jelaskan kepada klien gaya berjalan menggunakan kruk :
- Gaya berjalan 4 titik : bantu klien berdiri dengan ditopang dua buah
kruk, letakkan kedua tungkai klien dalam posisi sejajar dengankedua
titik tumpu kruk berada di depan kedua kaki klien, minta klien untuk
berjalan dengan menggunakan kruk kanan ke depan, dan dilanjutkan
dengan menggerakan tungkai kiri ke depan, lalu gerakkan kruk kiri ke
depan kemudian tungkai kanan juga ke depan, ulangi langkah tersebut
setiap kali berjalan
- Gaya berjalan 3 titik : gerakkan tungkai kiri dan kedua kruk ke depan
kemudian gerakkan tungkai tangan ke depan, ulangi langkah tersebut
setiap kali berjalan
- Gaya berjalan 2 titik : gerakkan tungkai kiri dan kruk kanan ke depan
seccara bersamaan kemudian gerakkan tungkai kanan dan kruk kiri ke
depan juga secara bersamaan, ulangi langkah tersebut setiap kali
berjalan
5. Selalu siapkan diri di sisi klien untuk membantu keseimbangan jika
dibutuhkan
6. Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien dan lakukan koreksi jika
perlu
7. Cuci tangan
8. Evaluasi hasil tindakan

15
b. Walker
Berjalan menggunakan alat bantu berupa walker
Tujuan
 Membantu mempetahankan keseimbangan
 Menghindari resiko cedera saat berjalan
 Mengurangi dampak negatif imobilitas
Persiapan Alat
 Walker
 Sandal yang sesuai
Prosedur
1) Beri salam
2) Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
3) Cuci tangan
4) Jelaskan kepada klien cara berjalan menggunkan walker
5) Bantu klien berdiri
6) Minta klien untuk memgang gagang walker
7) Minta klien untuk berjalan maju menggunakan bantuan walker, dengan
tetap mempertahankan 4 titik walker di atas lantai
8) Pastikan klien mengangkat kakinya pada saat berjalan, bukan menarik
9) Selalu siapka diri di sisi klien untuk membantu menjaga keseimbangan
jika dibutuhkan
10)Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan lakukan koreksi jika perlu
11)Cuci tangan
12)Evaluasi hasil tindakan

c. Tongkat
Berjalan menggunakan alat bantu berupa tongkat
Tujuan
 Membantu mempertahankan keseimbangan
 Menghindari resiko cedera saat berjalan
 Mengurangi dampak negatif imobilitas
Persiapan Alat
 Tongkat dengan ukuran panjang yang sesuai

16
 Sandal yang sesuai
Prosedur
1) Beri salam
2) Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan
3) Cuci tangan
4) Jelaskan kepada klien cara berjalan menggunakan tongkat
5) Bantu klien berdiri
6) Instruksikan klien memegang tongkat pada sisi tubuh yang kuat atau
sehat
7) Letakkan tongkat sekitar 30cm di depan kaki klien
8) Minta klien melangkahkan kaki yang kuat ke depan
9) Selalu siapkan diri anda di sisi klien untuk membantu menjaga
keseimbangan jika diperlukan
10)Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan lakukan koreksi jika perlu
11)Cuci tangan
12) Dan evaluasi hasil tindakan

3. Mengatur berbagai posisi klien


POSISI FOWLER
a. Pengertian
Posisi fowler dalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk.
b. Tujuan:
1) mempertahankan kenyamanan.
2) Memfasilitasi fungsi pernapasan / meningkatkan ekspansi paru-paru.
c. Persiapan Alat :
1) Penompang bantal
d. Prosedur Pelaksanaan :    
1) Pastikan kebutuhan klien akan posisi fowler.
2) Persiapan klien.
a) Sampaikan salam.

17
b) Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan.
3) Persiapan lingkungan.
b) Tutup gorden / pasang sampiran.
c) Dekatkan alat-alat.
4) Cuci tangan
5) Tinggikan kepala tempat tidur 45-60-90˚.
6) Topangkan kepala di atas tempat tidur atau bantal kecil.
7) Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak
dapat mengontrolnya secara sadar/tidak dapat menggunakan tangan
dan lengan.
8) Tempatka bantal tipis di punggung bawah
9) Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
10) Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah pergelangan
kaki.
11) Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.
12) Turunkan tempat tidur.
13) Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik
potensi tekanan.
14) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
15) Evaluasi respon klien.
16) Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasiny
POSISI SEMI FOWLER
e. Pengertian
Posisi fowler dalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk.
f. Tujuan:
3) mempertahankan kenyamanan.
4) Memfasilitasi fungsi pernapasan / meningkatkan ekspansi paru-paru.
g. Persiapan Alat :

18
2) Penompang bantal
h. Prosedur Pelaksanaan :    
1) Pastikan kebutuhan klien akan posisi fowler.
2) Persiapan klien.
3) Sampaikan salam.
4) Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan.
5) Persiapan lingkungan.
a. Tutup gorden / pasang sampiran.
b. Dekatkan alat-alat.
6) Cuci tangan
7) Tinggikan kepala tempat tidur 30-45˚.
8) Topangkan kepala di atas tempat tidur atau bantal kecil.
9) Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien
tidak dapat mengontrolnya secara sadar/tidak dapat menggunakan
tangan dan lengan.
10)Tempatka bantal tipis di punggung bawah
11)Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
12)Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah pergelangan
kaki.
13)Tempatkan papan kaki di dasar kaki pasien.
14)Turunkan tempat tidur.
15)Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik
potensi tekanan.
16)Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
17)Evaluasi respon klien.
18)Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasiny

19
POSISI SIMS
a. Pengertian :
Posisi sims adalah posisi dimana pasien berbaring miring ke salah satu
sisi, baik kekanan atau kekiri.
b. Tujuan :
1) Memberi kenyamanan
2) Melakukan huknah
3) Memberi obat per anus (supositoria)
4) Melakukan pemeriksaan daerah anus
c. Persiapan Alat :
1) Tempat tidur
2) Bantal
d. Prosedur Pelaksanaan :
1) Pastikan kebutuhan klien akan posisi sims
2) Persiapan klien
- Sampaikan salam
- Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan
3) Persiapan lingkungan
- Tutup gorden / pasang sampiran
- Dekatkan alat-alat
4) Cuci tangan
5) Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur
6) Gulingkan pasien hingga posisi miring yang sebagian pada abdomen
7) Tempatkan bantal di bawah kepala pasien
8) Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang difleksikan yang
menyokong lengan setinggi bahu. Sokong lengan lain diatas tempat tidur
9) Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan yang
menyokong tungkai setinggi pinggul
10)  Letakkan alat penopang dibawah telapak kai pasien
11)  Cuci tangan
12)  Evaluasi respon klien
13)  Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya

  POSISI LITHOTOMI
1. Pengertian :

20
Posisi Lithotomi adalah posisi dimana pasien terlentang dengan
mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.
2. Tujuan
- Pemeriksaan alat genitalia
- Proses persalinan
- Pemasangan alat kontrasepsi
3. Persiapan Alat :
- Tempat tidur.
- Bantal.
- Selimut kain penutup.
4. Prosedur Pelaksanaan :
a) Pastikan kebutuhan klien akan posisi lithotomi.
b) Persiapan klien.
1) Sampaikan salam.
2) Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan.
c) Persiapan lingkungan.
1) Tutup gorden / pasang sampiran.
2) Dekatkan alat-alat.
3) Cuci tangan.
4) Pasien dalam keadaan berbaring / terlentang.
5) Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen.
6) Tungkai bawah membentuk sudut 90˚ terhadap paha.
7) Letakkan bagian lutut / kaki pada penyangga kaki di tempat tidur
khusus untuk posisi lithotomi.
8) Pasang selimut.
9) Cuci tangan.
10) Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.

 POSISI PRONASI (Telungkup)


1. Pengertian :
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring di atas abdomen
atau tengkurap dengan kepala menoleh ke samping.
2. Tujuan
a) Memberikan eksistensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
b) Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
c) Membantu drainase dari mulut sehingga berguna bagi klien pasca
operasi mulut dan tenggorokan.
3. Persiapan Alat :

21
a) Beberapa bantal / registin (sandaran punggung).
b) Penyangga kaki
c) Tempat tidur
4. Prosedur Pelaksanaan :
a) Pastikan kebutuhan klien akan posisi pronasi.
b) Persiapan klien.
1) Sampaikan salam
2) Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan.
c) Persiapan lingkungan.
1) Tutup gorden / pasang sampiran.
2) Dekatkan alat-alat.
d) Cuci tangan.
e) Membantu pasien duduk.
f) Menyusun bantal / memasang registin (sandaran) dengan sudut semi
fowler 15-45˚.
g) Pada tempat tidur khusus atur posisi dengan meninggikan bagian
kepala pasien.
h) Menaikkan pasien.
1) Perawat berdiri di sebelah kanan menghadap pasien.
2) Menganjurkan pasien untuk menopang badan dengan kedua
lengan.
3) Tangan kanan perawat membantu di bawah ketiak dan tangan kiri
di belakang punggung pasien.
4) Menganjurkan pasien  untuk mendorong kepalanya kebelakang.
i) Bila pasien tidak dapat membantu :
1) Dua perawat berdiri di kedua sisi tempat tidur.
2) Masing-masing perawat merentangkan satu tangan di bawah bahu
dan satu tangan di bawah pangkal pah, saling berpegangan.
j) Letakkan bantal kecil di bawah kepala klien.
k) Tempatkan bantal tipis di punggung bawah pada kurva lumbal bila
dada celah.
l) Tempatkan bantal tipis di bawah paha.
m) Tempatkan bantal kecil di bawah pergelangan kaki.
n) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan penyangga
kaki / bantalan kaki.
o) Cuci tangan.
p) Evaluasi respon klien dan lakukan rencana tindak lanjut.
q) Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya.

22
 POSISI DORSAL RECUMBENT
a. Pengertian :
Posisi dorsal recumbent adalah posisi terlentang dengan kedua kaki
ditekuk dan tumit atau telapak kaki menempel pada tempat tidur dan kedua
kaki direnggangkan.
b. Tujuan :
1) Untuk pemeriksaan / tindakan gynekologi
2) Untuk memudahkan pemeriksaan palpasi daerah perut
3) Untuk memudahkan mengerjakan parasat tertentu, misalnya pemasangan
kateter
c. Persiapan Alat :
1) Tempat tidur
2) Bantal
d. Prosedur Pelaksanaan :
1.   Pastikan kebutuhan klien akan posisi dorsal recumbent
2.   Persiapan klien
 Sampaikan salam
 Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan
3.   Persiapan lingkungan
 Tutup gorden / pasang sampiran
 Dekatkan alat-alat
4.   Cuci tangan
5.   Pasang bantal di bawah kepala pasien
6.   Bantu pasien menekuk lutut dan melebarkan kedua kaki
7.   Kedua telapak kaki tetap menapak pada tempat tidur
8.   Kedua tangan pasien diletakkan kearah kepala
9.   Cuci tangan
10. Evaluasi respon klien
11. Dokumentasikan seluruh hasil tindakan beserta evaluasinya

   POSISI TRENDELENBERG
1) Pengertian :
Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih
rendah dari pada posisi kaki.
2) Tujuan :

23
 Melancarkan peredaran darah ke otak, terutama pada pasien
yang mengalami syok
 Pasien dengan pemasangan skintraksi
 Pasien operasi pada kasus tersebut
 Pasien hernia skrotalis

3) Persiapan Alat :
 Dua balok penopang kaki tempat tidur
 Bantal
 Tempat tidur khusus

4) Prosedur Pelaksanaan :
a. Pastikan kebutuhan klien akan posisi dorsal recumbent
b. Persiapan klien
 Sampaikan salam
 Informasikan kepada klien tentang tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan
c. Persiapan lingkungan
 Tutup gorden / pasang sampiran
 Dekatkan alat-alat
d. Cuci tangan
e. Pasien dalam keadaan terbaring terlentang, pasang bantal diantara
kepala dan ujung tempat tidur
f. Perawat mengangkat bagian kaki tempat tidur, perawat lain memberi
balok di bagian kaki tempat tidur
g. Pada tempat tidur khusus atur posisi pasien dengan meninggikan
bagian kaki pasien
h. Cuci tangan
i. Evaluasi respon klien
j. Dokumentasiakn eluruh hasil tindakan beserta evaluasinya

4. . Melaksanakan latihan ROM aktif dan pasi


ROM Aktif dan ROM Pasif
1. Pengertian
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang
(pasien) dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan
motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan

24
sendiri secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal
(klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan
kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya
secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif adalah sendi di
seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri
secara aktif.
ROM pasif adalah suatu latihan yang diberikan kepada pasien yang
tidak mampu bergerak. Bagian persendian tubuh seperti leher, bahu,
siku, pergelangan tangan, jari tangan, jempol, panggul, lutut, engsel,
dan jempol kaki. Harus digerakkan secara rutin untuk mencegah
diformitas dan gangguan untuk menghindari otot yang abnormal.
Perawat harus memastikan bahwa klien melatih semua persendiannya
selama dilakukan Rom. Latihan Rom biasanya dilakukan di rumah
sakit atau tempat pelayanan kesehatan oleh perawat, tetapi Rom juga
dapat dilakukan di rumah oleh anggota keluarga yang telah
mendapatkan bimbingan dari tenaga kesehatan untuk melakukan
Rom.
ROM pasif   :    Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif), Kekuatan otot 50 %.
2. Tujuan di Lakukannya ROM Pasif
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
b. Memelihara mobilitas persendian
c. Menstimulasi sirkulasi
d. Mempercepat rehabilitas
e. Mencegah terjadinya kecacatan
Waktu pelaksanaan : Pelaksanaan 3 x sehari secara teratur
selama 15 menit.
3. Cara Latihan ROM Pasif
Latihan Rom Pasif anggota gerak atas

25
1) Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
- Atur posisi lengan pasien dengan menjahui sisi tubuh dan siku
menekuk dengan lengan.
- Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang
lainnya memegang pergelangan tangan pasien.
- Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
2) Fleksi dan Ekstensi Siku
Cara :
- Atur posisi lengan pasien dengan menjahui sisi tubuh dengan
telapak mengarah ke tubuhnya.
- Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya
dengan tangan lainnya.
- Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu.
- Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
3) Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
Cara :
- Atur posisi lengan bawah menjahui tubuh pasien dengan siku
menekuk.
- Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan
pegang tangan pasien dengan tangan lainnya.
- Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjahuinya.
- Kembalikan ke posisi semula
- Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya
menghadap ke arahnya.
- Kembalikan ke posisi semula.
4. Pronasi fleksi Bahu
Cara :

26
- Atur posisi tangan pasien di sisi tubuhnya
- Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
- Angkat lengan pasien pada posisi semula.
5. Abduksi dan adduksi
Cara :
- Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
- Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
- Gerakan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat.
- Kembalikan ke posisi semula.
6. Rotasi bahu
Cara :
- Atur posisi lengan pasien  menjahui tubuh dengan siku menekuk.
- Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku
dan pegang tangan pasien dengan tangan yang lain.
- Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap ke bawah.
- Kembalikan lengan ke posisi semula.
- Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap ke atas.
- Kembalikan lengan ke posisi semula.

5. Melaksanakan perawatan klien imobilisasi


a. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas
merupakan salah satukebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.
Tujuan mobilisasi adalah memenuhikebutuhan dasar (termasuk melakukan
aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),mempertahankan diri
(melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep

27
diri,mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.
Immobilisasi adalah suatukeadaan di mana individu mengalami atau
berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.Mobilisasi dan immobilisasi
berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirahbaring yang
bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
menguranginyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal
yang mengalami tirah baringakan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3%
sehari (atropi disuse).

b.Tujuan Mobilisasi :
- Memenuhi kebutuhan dasar manusia
- Mencegah terjadinya trauma
- Mempertahankan tingkat kesehatan
- Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
- Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

c.Jenis Mobilisasi dan Imobilisasi


1. Jenis Mobilisasi
- Mobilisasi Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh
ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk
dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
- Mobilisasi Sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerakdengan batasan jelan dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera
atau patah tulang dengan kemasan traksi. Pasien paraplegi
mengalami mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena
kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Mobilisasi Sebagian Temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang bersifat sementara. Dapat
disebabkan oleh trauma revelsibe pada sistem muskoluskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
2. Mobilisasi Sebagian Permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasanyang sifatnya menetap. Hal
tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf irevelsibe,
contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena

28
cidera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem
saraf motorik dan sensorik.

2. Jenis Imobilisasi
- Imobilisasi Fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,
seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu
mempertahankan tekanan didaerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
- Imobilisasi Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan
otak akibat suatu penyakit.
- Imobilisasi Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba
dalam menyesuaikan diri. Contohnya keadaan stres berat dapat
disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami
kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.
- Imobilisasi Sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami
hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya
sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Mekanika tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem


muskuloskeletel dan system saraf dalam mempertahankan keseimbangan,
postur, dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, brgrrak,
dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Ada berbagai macam teknik ambulasi salah satu nya memindahkan


pasien dari tempat tidur ke kursi roda,hal yang harus diperhatikan ketika ingin
memindahkan pasien adalah ksiapan alat dan perawat itu sendiri dan ada
berbagai macam mobilisasi diatas tempat tidur antara lain : posisi fowler,
sims, trondelenburg, dorsal recumbent, litotomi, genopectoral.

Banyak kondisi patologis yang mempemgaruhi kesejajaran tubuh dan


mobiliasi. Ada  empat pengaruh patologis pada kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yaitu kelainan postur, gangguan perkembangan otot, kerusakan
system saraf pusat, dan trauma langsung pada system musculoskeletal.

30
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
akperlamongan. (2013, september 06). mobilisasi. Retrieved januari
28, 2019, from http://akperla.blogspot.com/2013/09/konsep-dasar-mobilisasi-
dan-immobilisasi.html

blog, k. (2018, 04 02). sop penggunaan alat bantu. Retrieved januari


27, 2019, from : http://gantenggantengsehat.blogspot.com/2018/02/sop-
penggunaan-alat-bantu-berjalan.html

nururhay. (2014, september 17). posisi pasien. Retrieved januari 2018,


2019, from http://nururhay.blogspot.com/2014/09/pengaturan-posisi-
pasien_98.html

rosa, i. (2016, april 20). sistem tubuh monilisasi. Retrieved januari 26,
2019, from blogspot.com: http://isnilarosa15.blogspot.com/2016/04/sistem-
tubuh-monilisasi.html

31

Anda mungkin juga menyukai