Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI GADUH GELISAH”


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawatdaruratan Psikiatri
Dosen pengampu: Ns. Siti Nuryanti, S. Kep., M. Pd

Disusun oleh: Kelompok 1

1. Bunga Tang (P07220118071) 6. Iqramullah.N (P07220118086)

2. Christine O.A.K.P (P087220118072) 7. Jordy Rian E. (P07220118089)

3. Chusnul K. (P07220118073) 8. Karil Dhea V.T. (P07220118090)

4. David M. (P07220118074) 9. Karina Amanda (P07220118091)

5. Devita R. (P07220118075) 10. Lidya (P07220118092)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN
TAHUN 2020/2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Kegawatdaruratan Psikiatri Gaduh Gelisah”. Meskipun masih banyak
kekurangan didalamnya.
Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai beberapa hal yang
bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Balikpapan, 25 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep dasar gaduh gelisah......................................................................3
B. Asuhan keperawatan pada klien gaduh gelisah.........................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................27
B. Saran .........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................28

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental. Dokter


psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan penjelasan yang
mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru. Bagian bahasa
didalam psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan gejala perilaku dan
emosional.

Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada


kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan
bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau
perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik
dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi
dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan
cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960-an, terutama di perkotaan.
Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat kompleks. Para
profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya
beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka.
Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas
kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut
intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup
pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis
ataupun akut.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar gaduh gelisah
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gaduh gelisah

1
C. Tujuan
Untuk mengetahui:
1. Bagaimana konsep dasar gaduh gelisah
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien gaduh gelisah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR GADUH GELISAH


1. DEFINISI
Keadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata sebenarnya, tetapi
hanya menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom dengan sekelompok
gejala tertentu. Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan sementara untuk
suatu gambaran psikopatologis dengan ciri-ciri utama gaduh dan gelisah.
(Maramis dan Maramis, 2009).
Keadaan gaduh gelisah biasanya timbul akut atau sub akut. Gejala utama ialah
psikomotorik yang sangat meningkat, seperti banyak berbicara, berjalan mondar
mandir, tidak jarang berlari-lari dan meloncat-loncat bila keadaan itu berat.
Gerakan tangan dan kaki serta ajuk (mimic) dan suaranya cepat dan hebat.
Ekspresi wajah terlihatan bingung, marah-marah atau takut. Ekspresi ini
mencerminkan gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistic lagi.
Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga. Tidak jarang juga
timbul halusinasi penglihatan (terutama pada sindroma otak organic yang akut)
dan halusinasi pendengaran (terutama pada skizofrenia).
Keadaan gaduh – gelisah dapat dimasukkan ke dalam golongan kedaruratan
psikiatrik, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi, akan tetapi karena
keadaan ini berbahaya, baik bagi pasien sendiri maupun bagi lingkungannya,
termasuk orang – orang dan benda – benda.
Menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindromdengan sekelompok
gejala tertentu. Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan sementara untuk
suatu gambaran psikopatologis dengan ciri-ciri utama gaduh dan gelisah.
Keadaan gaduh gelisah dapat dimasukkan kedalam golongan kedaruratan
psikiatri, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi, akan tetapi karena
keadaan ini berbahaya bagi pasien sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk

3
orang lain dan barang-barangnya. Tidak jarang seseorang yang gaduh gelisah
dibawa ke rumah sakit. Yang mengantarnya sering tidak sedikit dan biasanya
ialah anggota keluarganya dan sering mereka juga bingung dan gelisah.

2. ETIOLOGI
Keadaan gaduh gelisah merupakan manifestasi klinis salah satu jenis psikosis
(Maramis, 2019)
a. Delirium
1) Gaduh gelisah (+), kesadaran menurun lalu terjadinya delirium dan ke
tahap akut
2) Fungsi otak terganggu karena penyakit badaniah --> SOO
3) SOO kronik (tumor otak, dementia paralitika, atero sklerosis otak dsb)
--> psikosis/gaduh gelisah
4) SOO kronik --> dementia
b. Skizofrenia katatoni dan Gangguan skizotipal
1) Bila kesadaran tidak menurun dan terdapat inkoherensi serta afek emosi
yang inadequate, tanpa frustasi atau konflik yang jelas --> biasanya
suatu skizofrenia
2) Diagnosa kita diperkuat bila kelihatan juga tidak ada perpaduan
(disharmoni) antara berbagai aspek kepribadian seperti proses berfikir,
afek-emosi, psikomotorik dan kemauan
c. Gangguan psikotik akut dan sementara
1) Timbul tidak lama sesudah terjadi stress psikologik yang dirasakan
hebat sekali oleh individu
2) Stress ini disebabkan oleh suatu frustasi atau konflik dari dalam
ataupun dari luar individu yang mendadak dan jelas, umpamanya
dengan tiba - tiba kehilangan seseorang yang dicintainya, kegagalan,
kerugian dan bencana
d. Gangguan afektif bipolar
1) Episode kini manik dengan gejala psikotik

4
2) Gangguannya terletak pada afek – emosi
3) Pada psikosa bipolar jenis mania pasien memperlihatkan jalan pikiran
yang meloncat loncat atau melayang (flight of ideas)
4) merasa gembira luar biasa (efori), segala hal dianggap mudah saja
5) Psikomotorik meningkat, banyak sekali berbicara (logorea) dan sering
ia lekas tersinggung dan marah
e. Amuk/Amok
1) Adalah gaduh - gelisah yang timbul mendadak dan dipengaruhi oleh
faktor sosiobudaya
2) Timbul menaddak setelah tindakan situalistik atau meditasi (biasanya
pada laki-laki), kesadaran menurun (berkabut) tanpa dasar epilepsy
3) Bertindak agresif terhadap orang/benda/hewan -->sadar-->kesadaran
normal kembali
4) Sering berakhir karena dibuat tidak berdaya
5) Bisa melukai diri/kehabisan tenaga
6) Setelah sadar lupa sebagian / seluruh peristiwa tersebut
7) Penyebab : Psikogenik --> rasa malu penting
8) Proses meditasi: Makin lama makin tegang, rasa malu bertambah, harga
dirihancur, tegaang memuncak, jalan keluar (-) --> meledak --> mata
gelap (dipengaruhi adat istiadat, norma / nilai setempat)
f. Gangguan panic
Mungkin saja terjadi pada orang yang normal bila nilai ambang frustasinya
mendadak dilampaui, misalnya kecemasan dan panic sewaktu kebakaran,
kecelakaan masala tau bencana. Sebagian besar orang-orang ini lekas
menjadi tenang kembali, bila perlu diberikan pengobatan suportif seerti
berbicara dengan tenang, istirahat, tranquilaizer serta makanan dan
minuman.
g. Kebingungan post konvulsi
Tidak jarang terjadi sebuah konvulsi karena epilepsy grandmall atau
sesudah terapi konvulsi elektrokonvulsi. Pasien menjadi gelisah atau

5
agresif. Keadaan ini berlangsung beberapa menit dan jarang lebih lama dari
15 menit. Pasien dikendalikan dengan dipegang saja dan dengan kata-kata
yang menentramkan. Bila ia masih tetap bingung dan gelisah, maka perlu
diberi diazeapam atau penthotal secara intravena untuk mengakhiri keadaan
bingungnya
h. Reaksi disosiatif atau keadaan fugue memperlihatkan pasien dalam
keadaan bingung juga. Keduanya merupakan jenis nerosa histerik yang
disebabkan oleh konflik emosional. Kesadaran pasien menurun, ia
berbicara dan berbuat sesuai seperti dalam keadaan mimpi, sesudahnya
terdapat amnesia total.

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Banyak bicara
b. Mondar-mandir
c. Lari-lari
d. Loncat-loncat
e. Destruktif
f. Bingung
Afek/emosi excitement, yaitu :
a. Marah-marah
b. Mengancam
c. Agresif
d. Ketakutan
e. Euphoria
Keadaan gaduh-gelisah biasanya timbul akut atau subakut. Gejala utama
adalah psikomotorik yang sangat meningkat, seperti banyak berbicara,
berjalan mondar – mandir, berlari – berlari dan meloncat – loncat bila keadaan
itu berat. Gerakan tangan dan kaki serta ajuk (mimik), suara cepat dan hebat.
Wajah terlihat bingung, marah-marah atau takut. Ekspresi ini mencerminkan
gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistik lagi. Jalan

6
pikiran biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga. Tidak jarang juga
timbul halusinasi penglihatan (terutama pada sindrom otak organik yang akut)
atau halusinasi pendengaran (terutama pada skizofrenia).
Karena gangguan berpikir ini, serta waham curiga dan halusinasi (lebih–
lebih bila halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat bingung,
gelisah dan gaduh. Ia bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi berbahaya
bagi dirinya sendiri dan/atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau
mengalami kecelakaan maut dalam kegelisahan yang hebat itu. Jika waham
curiganya keras atau halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat
menyerang orang lain atau merusak barang – barang di sekitarnya.
Bila orang dalam keadaan gaduh-gelisah tidak dihentikan atau dibuat tidak
berdaya oleh orang – orang di sekitarnya untuk mengamankan si pasien
maupun lingkungannya, maka ia akan kehabisan tenaga dengan segala
akibatnya atau ia meninggal karena kecelakaan.
Tergantung pada gangguan primer, maka kesadaran dapat menurun secara
“kuantitatif” (tidak compos mentis lagi) dengan amnesia sesudahnya (seperti
pada sindrom otak organik yang akut), atau kesadaran itu tidak menurun, akan
tetapi toh tidak normal, kesadaran itu “berubah” secara kualitatif (seperti pada
psikosis skizofrenia dan bipolar).
Seperti pada semua psikosis, maka individu dalam keadaan gaduh-gelisah
itu sudah kehilangan kontak dengan kenyataan: proses berpikir, afek-emosi,
psikomotor dan kemauannya sudah tidak sesuai lagi dengan realitas.

4. PENATALAKSANAAN
Pasien dalam episode kekerasan tidak memperhatikan campur tangan
rasional dari orang lain dan kemungkinan tidak mendengarkan mereka. Jika
memiliki senjata, pasien tersebut secara khusus berbahaya dan mampu untuk
membunuh. Pasien tersebut harus dilucuti senjatanya dan kalau bisa tanpa
membahayakan pasien tersebut. Hal ini sebaiknya dilakukan oleh aparat
keamanan yang terlatih.

7
Pasien harus ditempatkan dalam lingkungan yang aman. Beberapa pasien
perlu dipindahkan ke unit forensik karena beratnya potensi kekerasan mereka.
Medikasi yang spesifik diberikan jika diindikasikan, kecuali diperlukan
tindakan non spesifik untuk memodifikasi perilaku sampai penyebabanya
dipastikan dan terapi psesifik dimulai.
Pemakaian medikasi adalah dikontraindikasikan pasien yang teragitasi akut
yang menderita cidera kepala, karena medikasi dapat membingungkan
gambaran klinis. Pada umumnya, haloperidol intramuskular (IM) adalah salah
satu terapi gawat darurat yang paling bermanfaat untuk pasien psikotik yang
melakukan kekerasan.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) juga telah digunakan dalam ruang gawat
darurat untuk mengendalikan kekerasan psikotik. Satu atau beberapa kali ECT
dalam beberapa jam biasanya mengakhiri suatu episode kekerasan psikotik.
a. Psikoterapi
Dalam intervensi psikiatri gawat darurat, semua usaha dilakukan untuk
membantu pasien mempertahankan harga dirinya. Empati adalah penting
untuk penyembuhan pasien psikiatri. Pengetahuan yang diperlukan adalah
bagaimana biogenetik, situasional, perkembangan dan eksistensial berkumpul
pada satu titik dalam riwayat penyakit untuk menciptakan kegawat daruratan
psikiatri adalah seruppa untuk kematangan keterampilan pada dokter psikiatri.
Untuk keadaan kegawatdaruratan psikiatri, diperlukan lebih dari satu orang
psikiater. Dan tidak ada prosedur yang baku untuk setiap orang, karena
masing-masing orang memiliki kerentanan yang berbeda dan proses
psikoterapi yang berbeda.
b. Farmakoterapi
Indikasi utama untuk pemakaian medikasi psikotropik diruang gawat
darurat adalah perilaku kekerasan atau menyerang, kecemasan atau panik
yang masif, dan reaksi ekstrapiramidalis, seperti distonia dan akathisia sebagai
efek samping dari obat psikiatri. Suatu bentuk yang jarang dari distonia adalah

8
laringospame, dan dokter psikiatri harus siap untuk mempertahankan jalan
nafas yang terbuka dengan intubasi jika diperlukan.
Orang yang paranoid atau dalam keadaan luapan katatonik memerlukan
trankuilisasi. Ledakan kekerasan yang episodik berespon terhadap lithium
(Eskalith), penghambat-beta, dan carbamazepine (Tegretol). Jika riwayat
penyakit mengarahkan suatu gangguan kejang, penelitian klinis dilakukan
untuk menegakkan diagnosis, dan suatu pemeriksaan dilakukan untuk
memastikan penyebabnya. Jika temuan adalah positif, antikonvulsan adalah
dimulai, atau dilakukan pembedahan yang sesuai (sebagai contohnya, pada
massa serebral). Untuk intoksikasi akibat zat rekreasional, dilakukan tindakan
konservatif mungkin adekuat. Pada beberapa keadaan, obat-obat seperti
thiothixene (Navane) dan Haloperidol (Haldol), 5-10 mg setiap setengah
sampai satu jam diperlukan sampai pasien distabilkan. Benzodiazepine
digunakan sebagai pengganti atau sebagai tambahan antipsikotik (untuk
menurunkan dosis antipsikotik). Jika obat reaksional memiliki sifat
antikolinergik yang kuat, maka benzodiazepine lebih tepat dibandingkan
antipsikotik. Orang dengan respon alergik atau menyimpang terhadap
antipsikotik atau benzodiazepine diobati dengan sodium amobarbital (Amytal)
(sebagai contohnya, 130 mg oral atau IM), paraldehyde, atau
diphenhydramine (Benadril, 50 sampai 100 mg oral atau IM).
Pasien yang melakukan kekerasan dan melawan paling efektif ditenangkan
dengan sedatif atau antipsikotik yang sesuai. Diazepam (Valium), 5-10 mg,
atau lorazepam (Ativan), 2-4 mg, dapat diberikan intravena (IV) perlahan-
lahan sampai 2 menit. Klinisi harus memberikan medikasi IV dengan sangat
berhati-hati, sehingga henti pernafasan tidak terjadi. Pasien yang memerlukan
medikasi IM dapat disedasi dengan haloperidol, 5-10 mg IM, atau dengan
chlorpromazine (Thorazine), 25 mg IM. Jika kemarahan disebabkan oleh
alkohol atau sebagai bagian dari gangguan psikomotor pascakejang, tidur
yang ditimbulkan oleh medikasi IV dengan jumlah relatif kecil dapat
berlangsung selama berjam-jam. Saat terjaga, pasien seringkali sepenuhnya

9
terjaga dan rasonal dan biasanya memiliki amnesia lengkap untuk episode
kekerasan.
Jika kemarahan adalah bagian dari proses psikotik yang sedang
berlangsung dan kembali setelah medikasi IV menghilang, medikasi kontinu
dapat diberikan. Kadang-kadang lebih baik menggunakan dosis IM atau oral
kecil dengan interval ½ sampai 1 jam–sebagai contohnya, Haloperidol 2-5
mg, diazepam 10 mg– sampai pasien terkendali dibandingkan dengan
menggunakan dosis besar pada awalnya dan menghentikannya dengan pasien
yang mengalami overmedikasi. Saat perilaku pasien yang terganggu telah
dikendalikan, dosis yang semakin kecil dan lebih jarang dapat diberikan.
Selama terapi pendahuluan, tekanan darah pasien dan tanda vital lainnya harus
dimonitor.
c. Transkuilisasi cepat.
Medikasi antipsikotik dapat diberikan dalam cara cepat dengan interval 30-
60 menit untuk mencapai hasil terapetik yang secepat mungkin. Prosedur ini
bermanfaat bagi pasien yang teragitasi dan pasien yang dalam keadaan
tereksitasi. Obat yang dipilih untuk trankuilisasi cepat adalah haloperidol dan
antipsikotik potensi tinggi lainnya. Pada orang dewasa 5-10 mg Haloperidol
peroral atau IM dan diulangi dalam 20-30 menit sampai pasien menjadi
tenang. Beberapa pasien mungkin mengalami gejala ekstrapiramidal ringan
dalam 24 jan pertama setelah transkuilisasi cepat. Walaupun keadaan ini
jarang, tetapi dokter psikiatri harus bisa mengatasinya. Dan keadaan ini
biasanya terjadi sebelum diberikan dosis total 50 mg. Tujuan dari pemberian
ini bukanlah untuk proses sedasi atau somnolensi.
Tetapi agar pasien mampu bekerja sama dalam proses pemeriksaan dan
dapat memeberikan penjelasan tentang perilaku teragitasi. Pasien yang
teragitasi atau panik dapat diobati dengan dosis kecil lorazepam, 2-4 mg IV
atau IM yang dapat diulangi jika diperlukan dalam 20-30 menit sampai pasien
ditenangkan

10
Kegawatan ekstrapiramidal berespon terhadap benztropine (Cogetin) 2 mg
peroral atau IM, atau diphenhydramine 50 mg IM atau IV. Beberapa pasien
berespon terhadap diazepam 5-10 mg peroral atu IV.
Penanganan gaduh gelisah
1) Petugas harus tenang dan meyakinkan, waspada --> tentramkan pasien
dan keluarga dengankata-kata
2) Jika pasien diikat --> lepas ikatan dan dipegangi(beberapa orang) -->
lakukan anamnesa danperiksa fisik secepat mungkin
3) Sedapat-dapatnya tentu perlu ditentukan penyebabkeadaan gaduh gelisah
itu dan mengobatinyasecara etiologis bila mungkin
4) Cari kemungkinan SOO
Pengendalian gaduh gelisah dengan gejala membahayakan :
1) Neurolepticum dosisi efektif tinggi i.m.  --> mengendalikan psikomotor
yang meninggi. Misal : Chorpromazine HCl 50-100 mg i.m.
2) Jika tidak ada Neuroleptik --> dosis efektif rendahbisa diberikan
(Anetenzol, Haloperidol)
3) Jika tidak ada pakai --> Anxiolitik seperti Diazepam(Valium, Stesolid)

ES. Neuroleptika tinggi :

1) Hipotensi postural (hati-hati pada lansia)


2) Jika pasien sudah tenang,jangan langsung berdiri --> duduk dulu
beberapa menit
3) Penjagaan dan perawatan harus baik, jangan sampai membahayakan
4) Makanan dan cairan yang diberikan harus memadai
5) Cari kemungkinan SOO -->  terapi / atau etiologi
Pasien dengan Amuk
1) Datang pada kita sudah tidak mengamuk
2) Usahakan lebih menentramkan, obati keadaan fisik
3) Psikosis fungsional --> therapi / jika panjang dengan neuroleptika

11
5. GEJALA GADUH GELISAH
Keadaan gaduh gelisah biasanya timbul akut atau sub akut. Gejala utama ialah
psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali berbicara, berjalan
mondar mandir, tidak jarang ia berlari-lari dan meloncat-loncat bila keadaan itu
berat. Gerakan tangan dan kaki serta ajuk (mimic) dan suaranya ceat dan hebat.
Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau takut. Ekspresi ini mencerminkan
gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistic lagi. Jalan pikiran
biasanya cepat dan sering terdaat waham curiga. Tidak jarang juga timbul
halusinasi penglihatan (terutama pada sindroma otak organic yang akut) dan
halusinasi endengaran (terutama pada skizofrenia).
Karena gangguan proses berikir ini, serta waham curiga dan halusinasi (lebih-
lebih bila halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat bingung,
gelisah dan gaduh. Ia bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi agresif dan
destruktif. Karena itu semua, maka ia menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri
atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau mengalami kecelakaan
maut dalam kegelisahan yang hebat itu. Jika waham curiganya keras atau
halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat menyerang orang lain atau
merusak barang-barang disekitarnya.
Bila orang dalam keadaan gaduh gelisah tidak dihentikan atau dibuat tidak
berdaya oleh orang-orang disekitarnya untuk mengamankan si pasien dan
lingkungannya, maka ia akan kehabisan tenaga dengan segala akibatnya atau ia
meninggal karena kecelakaan. Tergantung pada gangguan primer, maka
kesadaran data menurun secara kuantitatif (tidak compos mentis) dengan amnesia
sesudahnya (seperti pada sindroma otak yang akut) atau kesadaran itu tidak
menurun akan tetapi tidak normal, kesadaran itu berubah secara kualitatif.
Seperti pada semua psikosa, maka individu dalam keadaan gaduh gelisah ini
sudah kehilangan kontak dengan kenyataan:proses berpikir, afek-emosi,
psikomotor dan kemauannya sudah tidak sesuai lagi dengan realitas.

12
B. ASKEP GADUH GELISAH
1. Pengkajian primer
a. Airway
Meliputi apakah jalan nafas pasien bebas . Apakah klienn dapat berbicara dan
bernafas dengan mudah , nilai kemampuan klien untuk bernafas secara
normal. Pada klien dengan kasus gaduh gelisah secara peneggelaman,
mungkin akan ditemukan adanya timbunan cairan di paru-paru yang ditandai
dengan muntah dan sesak nafas hebat .
b. Breathing
Kaji pernafasan klien , berupa pola nafas , ritme ,kedalaman , dan nilai berapa
frekuensi pernafasan klien per menitnya . Penurunan oksigen yang tajam (10
liter/menit) harus dilakukan suatu tundakan ventilasi , analisa gas darah dan
pulse oxymeter dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari
penderita.
c. Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah. Kaji pengisian kapiler , kaji kemampuan
venus return klien , lebih lanjut kaji output dan intake klien penurunan kardiak
output dan tekanan darah , klien dengan syok hipovolemik karena gaduh
gelisah biasanya akan menunjukkan beberapa gejala
d. Disabillity
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat , hanya respon terhadap nyeri atau
sama sekali tidak sadar . Tidak di anjurkan menggunakan GCS , adapun cara
yang cukup jelas dan cepat adalah: A= awakening , V=Respon bicara,
P=Respon nyeri , U= tidak ada nyeri
e. Exposure
Lepaskan pakaian yang digunakan dan penutup tubuh agar dapat di ketahui
kelainan atau cidera yang berhubungan dengan keseimbangan cairan atau
trauma yang mungkin dialami oleh klien dengan tentamen suicide, beberapa
klien dengan tentamen siucide akan mengalami trauma pada lokasi tubuh ,

13
misalnya di bagian leher , pergelangan tangan dan bagian-bagian tubuh
lainnya .
2. Pengkajian Sekunder
a. Data klien
1) Identitas klien
2) Masalah emosional
3) Dirawat di RS sebelumnya
4) Pengobatan sebelumnya
5) Alergi
6) Review sistem tubuh (pada sistem utama yang mengalami gangguan )
b. Pengkajian di lanjutkan dengan mengkaji keluhan utama , keluhan
tambahan serta aspek psikologis dengan percobaan bunuh diri
1) Riwayat psikiatri sekarang: onset , faktor pencetur
2) RPD: Psikiatri , medist , riwayat alkohol ,dan zat lain
3) Pemeriksaan fisik : kesadaran ,nadi , pernapasan , etkanan darah ,suhu
4) Pemeriksaan status mental :
a) Gambaran umum: penampilan, prilaku , aktivitas psikomotor , dan
sikap terhadap pemeriksaan
b) Mood dan efek : sensorium dan kognitif
c) Pembicaraan : pengendalian impuls
d) Gangguan persepsi : tilikan, rehabilitasi
e) Pikiran
c. Pemeriksaan penunjang
1) SPL dan hitung jenis
2) Pemeriksaaan Zat apabila ada indikasi
3) Pemeriksaan radiologi apabila ada indikasi
3. Diagnosa keperawatan
a. Koping tidak efektif
1) Dukungan Pengambilan Keputusan:
Observasi

14
a) Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang memicu
konflik
Teraupetik
a) Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu
membuat pilihan
b) Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
c) Motivasii pengungkapan tujuan perawatan yg diharapkan
d) Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboraif
e) Hormati kepurusan pasien untuk menerima atau menolak informasi
f) Fasilitasi hubungan anatara pasien,keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya
Edukasi
a) Informasikan alternative social secara jelas
b) Berikan informasi yg diminta pasien
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam menfasilitasi
pengambilan keputusan
2) Dukungan pengambilan peran
Observasi
a) Indentifikasi berbagai peran dan periode transisi sesuai tingkat
perkembangan
b) Identifikasi peran yg ada dalam kelarga
c) Identifikasi adanya peran yg tidak terpenuhi
Teraupetik
a) Fasilitasi adaptasi peran keluarga terhadap perubahan peran yang
tidak diinginkan
b) Fasilitasi bermain peran dalam mengantisipasi reaksi orang lain
terhadap prilaku
c) Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran timbal balik
Edukasi

15
a) Diskusikan perilaku yang dibuutuhkan untuk mengembangkan
peran
b) Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau
ketidak mampuan
c) Diskusikan strtegi positif untuk mengelola perubahan peran
d) Ajarkan perilaku baru yang dibutuhkan oleh pasien atau orang tua
untuk memenuhi peran
Kolaborasi
a) Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran baru
3) Promosi koping
Observasi
a) Identifikasi kemampuan yang dimiliki
b) Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
c) Identifikasi metode penyelesaian masalah
d) Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan social
Teraupetik
a) Diskusiakan perubahn peran yang dialami
b) Gunakan pendekatan yg tenang dan menyakinkan
c) Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
d) Motivasi untuk menentukn harapan yg realitis
e) Motivasi terlibat dalam kegiatan social
f) Motivasi mengidentifikasi system dukungan yg tersedia
g) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yg tepat
Edukasi
a) Anjurkan menjalin hubungan yg memiliki kepentingan dan tujuan
sama
b) Anjurkan pengungkapan perasaan dan persepsi
c) Anjurkan keluarga terlibat
d) Anjurkan membuat tujuan yg lebih spesifik
e) Anjarkan memecahkan masalah secara konstruktif

16
f) Latih penggunan teknik relaksasi
4) Pencegahan perilaku kekerasan:
Observasi
a) Monitor adanya benda berpotensi membahayakan(mis.benda tajam)
b) Monitor keamanan barang yg dibawa oleh penunjang
c) Monitor selama penggunaaan barang yg dapat membahayakan
Teraupetik
a) Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
b) Libatkan keluarga dalam perawatan
Edukasi
a) Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
b) Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
c) Latih menguraangi kemarahan secara verbal dan non verbal

b. Ansietas
1) Reduksi Ansietas (I.09314)
Observasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah( mis.kondisi,waktu,stresor)
b) Indentifikasi kemampuan pengambilan keputusan
c) Monitor tanda" ansietas(verbal nonverbal)
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Edukasi
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,jika perlu

17
b) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
c) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas,jika perlu
2) Teknik menenangkan (I.08248)
Observasi=
a) Identifikasi masalah yang dialami
Terapeutik
a) Buat kontrak dgn pasien
b) Ciptakan ruangan yg tenang dan nyaman
Edukasi
a) Anjurkan mendengarkan musik yang lembut atau musik yang
disukai
b) Anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga perasaan menjadi
tenang
3) Teknik relaksasi( I.09326)
Observasi
a) Identifikasi penurunan tingkat energi,ketidakmampuan
berkonsentrasi,atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
c) Monitor respon terhadap terapi relaksasi
d) Periksa ketegangan otot,frekuensi nadi,tekanan darah,dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
Terapeutik
a) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman.jika memungkinkan
b) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
c) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgesik atau
tindakan medis lain,jika sesuai

18
Edukasi
a) Anjurkan mengambil posisi nyaman
b) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
c) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi(mis.pernafasan
dalam,perenggangan, atau imanjinasi terbimbing).
c. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
1) Pencegahan perilaku kekerasan ( l.14544)
Observasi
a) Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan ( mis, benda
tajam, tali)
b) Monitor keamanan barang yang di bawa oleh pengunjung
c) Monitor selama penggunaan barang yang dapat membahayakan
(mis. Pisau cukur)
Terapeutik
a) Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
b) Libatkan keluarga dalam perawat
Edukasi
a) Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
b) Latih cara mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal
(mis, relaksasi, bercerita)
2) Dukungan koping keluarga (l.09260)
Observasi
a) Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
b) Identifikasi beban prognosis secara psikologis
c) Identifikasi pemahaman tentang keputusan perawatan setelah
pulang
d) Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan
Terapeutik

19
a) Dengarkan masalah,perasaan,dan pertanyaan keluarga
b) Terma nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak menghakimi
c) Diskusikan rencana medis dan perawatan
d) Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien dan keluarga atau
antara keluarga
e) Fasilitasi pengambilan keputusan dalam merencanakan perawatan
jangka panjang,jika perlu
f) Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi dan
menyelesaikan konfilik nilai
g) Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (mis, tempat
tinggal, makanan, pakaian)
Edukasi
a) Informasikan kemajuan pasien secara berkala
b) Informasikan fasilitasi perawatan kesehatan yang tersedia
Kolaborasi
a) Rujuk untuk terapi keluarga,jika perlu
3) Dukungan pengungkapan perasaan (l.09267)
Obesrvasi
a) Indentifikasi tingkat emosi
b) Indentifikasi isyarat verbal dan non verbal
c) Indentifikasi perasaan saat ini
d) Indentifikasi hubungan antara apa yang dirasakan dan perilaku
Terapeutik
b) Fasiltasi mengungkapkan pengalaman emosional yang menyakitkan
c) Fasiltasi mengindetifikasi asumsi interpersonal yang melatar
belakangi pengalaman emosional
d) Fasilitasi pertimbangan menunda perilaku dalam merespons emosi
yang menyakitkan
e) Fasilitasi membedakan pengungkapan ekdpresi emosi yang kuat di
perbolehkan dan yang merusak hubungan

20
f) Fasilitasi menetralkan kembali emosi yang negative
Edukasi
a) Ajarkan mengekspresikan perasan secara asertif
b) Informasikan menekan perasaan dapat mempengaruhi hubungan
interpersonal
4) Dukungan perkembagan spiritual (l.09269)
Terapeutik
a) Sediakan lingkugan yang tenang untuk refleksi diri
b) Fasilitasi mengidetifikasi masalah spiritual
c) Fasilitasi mengidenrifikasi hamabatan dalam pengenalan diri
d) Fasilitasi mengeksplorasi keyakinan terkait pemulihan tubuh,
pikiran, dan jiwa
e) Fasiltasii hubungan persahabatan dengan orang lain dan pelayanan
keagamaan
Edukasi
a) Anjurkan membuat komitmen spiritual berdasarkan keyakinan dan
nilai
b) Anjurkan berpartisipasi dalam kegiatan ibadah (hari raya, ritual)
dan meditasi
Kolaborasi
a) Rujuk pada pemuka agama/kelompok agama,jika perlu
b) Rujuk kepada kelompok pendukung, swabantu, atau program
spiritual, jika perlu.
5) Dukungan perlindungan penganaiayaan (l.09270)
Observasi
a) Indentifikasi pengalaman tidak menyenangkan atau traumatis (mis,
penganiayaan, penolakan, kritik berlebihan)
b) Indentifikasi hubungan dan kemampuan mengambil tanggung
jawab antar anggota keluarga
c) Indentifikasi adanya perbedaan perlakuan dalam keluarga

21
d) Identifikasi sitiuasi krisi yang memicu penganiayaan (mis,
kemiskinan, pengangguran, perceraian, atau kematian orang yang di
cintai)
e) Identifikasi perasaan kesulitan mempercayai diri dan orang lain
f) Indetifikasi tingkat isolasi social dalam keluarga
g) Identifkasi ketidak ke sesuaian penjelasan degan cedar dan/atau
trauma yang terjadi
h) Identifkasi adanya ketidak sesuaian peran (mis, anak menghibur
orang tua ,atau perilaku berlebihan atau agresif)
i) Periksa tanda-tanda pengaiayaan
Terapeutik
a) Dengarkan penjelasan kronologis cedera/trauma yang terjadi
b) Fasiltasi keluarga untuk mengidentifikasi strategi koping terhadap
situasi stress
c) Laporkan situsi dugaan penganiayaan kepada pihak berwajib
Edukasi
a) Informasiakan layanan kesehatan hokum yang relevan degan
peristiwa penganiayaan
b) Jelaskan harapan yang realistis pada anak seusai tingkat
perkembangan
c) Anjurkan rawat inap untuk pemeriksaan dan penyelidikan lebih
lanjut,jika perlu
d) Anjurkan untuk menghubungi polisi jika keamanan fisik terancam
Kolaborasi
a) Rujuk ke dukungan kelompok atau tempat perlindugan jika perlu
b) Rujuk anggota keluarga berisiko pada spesialis yang sesuai
6) Dukugan emosional (l.09256)
Obervasi
a) Identifikasi fungsi marah,frustasi,dan amuk bagi pasien
b) Identifikasi hal yang telah memicu emosi

22
Terapeutik
a) Fasilitasi mengungkapkan person cemas,marah atau sedih
b) Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
c) Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis, merangkul,
menepuk-nepuk)
d) Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansiestas, jika
perlu
e) Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah
Edukasi
a) Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
b) Anjurkan mengungkapkan persaan yang dialami (mis, ansietas,
marah, sedih)
c) Anjurkan mengungkapakan pengalaman emosional sebelumnya dan
pola respons yang bias digunakan
d) Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
Kloaborasi
a) Rujuk utnuk konseling, jika perlu
7) Dukugan spiritual (l.09276)
Observasi
b) Identifikasi perasaan kawatir, kesepian dan ketidak berdayaaan
c) Identifikasi pandangan tentang hubugan antara spiritual dan
kesehatan
d) Identifikasi harapan dan kekuragan pasien
e) Identifikasi ketaatan dalam beragama
Teraoeutik
a) Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit
dan kematian
b) Berikan kesempatan mengekspresikan dan meredahkan marah
secara tepat

23
c) Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidak
berdayaan
d) Sediakan privasi dan waktu tenang makna dan tujuan hidup, jika
perlu
e) Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
a) Anjurkan berinterkasi degan keluarga,teman,dan orang tua
b) Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
c) Ajarkan metode tentang relaksasi, mediasi dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
a) Atur kunjugan degan rohaniawan (mis, ustadz, pendeta, roma,
biksu)
8) Edukasi manajemen stres (l.12392)
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
b) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
c) Jadwalkan pendididkan kesehatan sesuai kesepakatan
d) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a) Edukasi ajarikan teknik relaksasi
b) Ajarkan latihan asertif
c) Ajarkan membuat jadwal olahraga teratur
d) Anjurkan tetap menulis jurnal untuk meningkatkan optimisme dan
melepaskan beban
e) Anjrkan aktivitas untuk menyenagkan diri sendiri (mis, hobi,
berimain, musik, mengecat kuku)
f) Anjurkan bersosialisai
g) Anjurkan tidur dengan baik setiap malam (7-9 jam)

24
h) Anjurkan tertawa untuk melepas stress degan membaca atau klip
vidieo lucu
i) Anjurkan menjalin komunikasi degan keluarga dan profesi
pemberian asuhan
j) Anjurkan menyusun jadwal terstruktur
9) Edukasi teknik mengingat (l.12451)
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi pengetahuan teknik memori
Terapeutik
a) Anjurkan menggunakan media tulis (mis, daftar benda, kalender,
buku catatan)
b) Anjurkan menggunakan media auditorik (mis, timer, jam alaram)
c) Anjurkan menggunakan gambar atau Tulisan-tilisan sebagai
pengingat letak barang (mis, tempat sepatu yang perlu di perbaiki)
d) Anjurkan keluarga membantu untuk menciptakan lingkungan yang
konssten
e) Ajarkan teknik memori (mis, konsentrasi, dan menghadirkan
memori, mengulang informasi meletakan benda pada tempat yang
benar)
f) Ajarkan cara mengatur letak benda pada tempatnya
d. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
1) Pencegahan perilaku kekerasan:
Observasi
a) Monitor adanya benda berpotensi membahayakan(mis.benda tajam)
b) Monitor keamanan barang yg dibawa oleh penunjang
c) Monitor selama penggunaaan barang yg dapat membahayakan
Teraupetik
a) Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
b) Libatkan keluarga dalam perawatan

25
Edukasi
a) Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung keselamatan
pasien
b) Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif
c) Latih menguraangi kemarahan secara verbal dan non verbal
2) Promosi koping
Obserasi
a) Identifikasi kemampuan yang dimiliki
b) Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
c) Identifikasi metode penyelesaian masalah
d) Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan social
Teraupetik
a) Diskusiakan perubahn peran yang dialami
b) Gunakan pendekatan yg tenang dan menyakinkan
c) Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
d) Motivasi untuk menentukn harapan yg realitis
e) Motivasi terlibat dalam kegiatan social
f) Motivasi mengidentifikasi system dukungan yg tersedia
g) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yg tepat
Edukasi
a) Anjurkan menjalin hubungan yg memiliki kepentingan dan tujuan
sama
b) Anjurkan pengungkapan perasaan dan persepsi
c) Anjurkan keluarga terlibat
d) Anjurkan membuat tujuan yg lebih spesifik
e) Anjarkan memecahkan masalah secara konstruktif
f) Latih penggunan teknik relaksasi

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keadaan gaduh gelisah dapat dimasukkan kedalam golongan kedaruratan


psikiatri, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi, akan tetapi karena
keadaan ini berbahaya bagi pasien sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk
orang lain dan barang-barangnya. Tidak jarang seseorang yang gaduh gelisah
dibawa ke rumah sakit. Yang mengantarnya sering tidak sedikit dan biasanya
ialah anggota keluarganya dan sering mereka juga bingung dan gelisah.

B. Saran

Dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca. Pembahasan dalam makalah ini (konsep dasar
gaduh gelisah) merupakan masalah yang sering terjadi di kehidupan masyarakat,
oleh karena itu penulis menyarankan agar para pembaca memahami tentang isi
makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/yheenie/kegawatdaruratan-psikiatri

http://rsj.babelprov.go.id/content/penanganan-gaduh-gelisah-pasien-gangguan-jiwa

https://www.scribd.com/document/422718532/476484-41684-gaduh-gelisah-gadar-3-docx

28

Anda mungkin juga menyukai