Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR

AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disusun oleh :

Alya Fadhoil Hanifah 1806203521


Meksi Paldo Rerung 1806140136
Resti Amelia Putri 1806203175
Riki Reyhan Pendrian 1806203396
Vera Setianingsih 1806203616

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
KATA PENGANTAR

Dengan Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas terselesaikannya tugas pembuatan makalah Keperawatan Dasar dengan pokok
bahasan “Aktivitas dan Latihan” sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Kerja tim membuat semua selesai dengan mudah dan lancar, terima kasih kepada
seluruh anggota Focus Group 6 yang telah berkerjasama untuk membuat makalah
ini dengan sebaik-baiknya.
Terdapat empat pokok bahasan yang akan dipaparkan pada makalah ini
antara lain, Overview Aktivitas dan Latihan, Review anatomi dan fisiologi
:regulasi pergerakan, prinsip transfer dan positioning, factor yang mempengaruhi
aktivitas dan latihan, dan proses keperawatan pada kebutuhan aktivitas dan
latihan. Semua pembahasan tersebut akan dijelaskan secara teoritis pada
penjelasan lebih lanjut, sehingga dapat dengan mudah mengerti dengan materi
yang disampaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Shanti Farida
Rachmi,S.Kp., M.Kp., Sp. Kep.M.B, dan Ibu Hening
Pujasari,S.Kp.,M.Biomed.,M.N., Ph.D yang telah memberikan tugas ini kepada
kami sehingga menambah pengetahuan kami. Adapun dengan pembuatan makalah
kami ini diharapkan dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.
Kami juga memohon maaf apabila terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Semoga dapat diterima dengan baik dan kami siap menerima kritik
maupun saran yang dapat membangun agar kedepannya mampu membuat
makalah dengan lebih baik.

Depok, 05 Oktober 2019

ii
Penyusun

Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................................iv
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II ISI.............................................................................................................................3
2.1. Overview fisiologis terjadinya nyeri.................................................................3
2.1.1. Aktivitas dan latihan................................................................................3
2.1.2. Dasar aktivitas dan latihan......................................................................3
2.1.3. Jenis –jenis latihan...................................................................................4
2.2. Review Anatomi dan Fisiologi Regulasi Pergerakan.........................................5
2.2.1. Sistem Kerangka Tulang..........................................................................5
2.2.2. Sendi..........................................................................................................5
2.2.3. Ligamen, Tendon, dan Tulang Rawan....................................................6
2.2.4. Otot Rangka..............................................................................................7
2.2.5. Propriosepsi..............................................................................................7
2.2.6. Keseimbangan...........................................................................................7
2. 3. Prinsip Transfer dan Positioning........................................................................8
2.3.1. Prinsip Transfer.............................................................................................8
2.3.2. Jenis Positioning.......................................................................................9
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas dan Latihan....................................11
2.5 (Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Aktivitas dan Latihan)...............16

iii
2.5.1. Pengkajian....................................................................................................16
2.5.2. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul..........................................16
2.5.3. Rencana keperawatan.................................................................................18
2.5.4. Evaluasi.........................................................................................................21
BAB III...............................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................22
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................22
3.2. Saran....................................................................................................................22

iv
ABSTRAK

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia


melakukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Latihan merupakan suatu
gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan
mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi
sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot.
Dasar aktivitas dan latihan, yaitu: penyelarasan tubuh (body alignment),
keseimbangan tubuh (body balance), gerakan tubuh terkoordinasi (coordinated
body movement), gesekan (friction). Melakukan program latihan ini memiliki
manfaat untuk meningkatkan daya tahan (fungsi kardiovaskuler), meningkatkan
fleksibilitas dan integritas tulang, menjaga bentuk tubuh atau mengontrol berat
badan, dan meningkatkan kesejahteraan mental. Lebih lanjutnya untuk memahami
mengenai aktivitas dan latihan, maka di buatlah makalah ini yang mencakup
overview aktivitas dan latihan, review anatomi dan fisiologi regulasi pergerakan,
transfer dan positioning, faktor yang mempengaruhi aktivitas dan latihan, proses
keperawatan pada kebutuhan aktivitas dan latihan.

Kata kunci: Aktivitas, latihan, anatomi, fisiologi, tranfer dan positioning, faktor
yang mempengaruhi aktivitas dan latihan, dan proses keperawatan.

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan
aktivitas/pergerakan dengan istirahat merupakan kesatuan yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kekuatan persyarafan dan musculoskeletal yang
baik. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas antara lain, yaitu
tulang, otot dan tendon, ligamen, sistem saraf dan sendi. Latihan merupakan
aktivitas yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan atau memelihara
kebugaran tubuh.
Aktivitas maupun latihan didefinisikan sebagai suatu aksi energetik
atau keadaan bergerak. Kehilangan kemampuan bergerak meskipun dalam
waktu singkat, memerlukan tindakan-tindakan tertentu yang tepat baik oleh
klien maupun perawat. Dalam keperawatan, untuk menjaga keseimbangan
pergerakan, terdapat banyak aspek-aspek pergerakan yang perlu diketahui
oleh perawat. Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat juga
melakukan rencana keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Hal ini bertujuan supaya klien
dapat melakukan pergerakan normal kembali dan mampu merawat dirinya
sendiri setelah pulang dari rumah sakit.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana overview aktifitas dan latihan?
b. Bagaimana review anatomi dan fisiologi pada regulasi pergerakan?
c. Apa saja prinsip transfer dan positioning?
d. Apa saja faktor yang mempengaruhi aktifitas dan latihan?
e. Bagaimana proses keperawatan pada kebutuhan aktifitas dan latihan?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui overview aktifitas dan latihan
b. Untuk mengetahui preview anatomi dan fisiologi pada regulasi pergerakan
c. Untuk mengetahui prinsip transfer dan positioning
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi aktifitas dan latihan
e. Untuk mengetahui proses keperawatan pada kebutuhan aktifitas dan latihan

2
BAB II ISI

2.1. Overview fisiologis terjadinya nyeri


2.1.1. Aktivitas dan latihan
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup .Latihan merupakan
suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga kinerja
otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat memelihara
pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan
kekuatan dan fleksibilitas otot.

2.1.2. Dasar aktivitas dan latihan


 Penyelarasan Tubuh (Body Alignment), penyelarasan melibatkan
penentuan posisi sehingga tidak ada regangan yang berlebihan
sendi seseorang, tendon, ligamen, atau otot, dengan demikian
mempertahankan
tonus otot yang memadai dan berkontribusi terhadap keseimbangan.

 Keseimbangan Tubuh (Body Balance), keseimbangan tubuh terjadi ketika


relatif rendahpusat gravitasi diseimbangkan pada basis dukungan yang
luas dan stabil dan garis vertikal jatuh dari pusat gravitasi melalui
pangkalan dukungan. Ketika garis vertikal dari pusat gravitasi tidak jatuh
melalui basis dukungan, tubuh kehilangan keseimbangan. Layak postur
atau posisi tubuh yang paling nikmat berfungsi, membutuhkan pekerjaan
paling tidak berotot untuk dipertahankan, dan tempat yang paling tidak
menekan otot, ligamen, dan tulang meningkatkan keseimbangan tubuh
(Patton dan Thibodeau, 2010). Perawat menggunakan keseimbangan untuk
mempertahankan tubuh yang tepat perataan dan postur melalui dua teknik
sederhana.. Misalnya, Anda menaikkan ketinggian tidur ketika melakukan

3
prosedur seperti mengganti balutan untuk mencegah membungkuk terlalu
jauh di pinggang dan menggeser pangkal dukung.
 Gerakan Tubuh Terkoordinasi (Coordinated Body Movement), Gerakan
tubuh terkoordinasi adalah hasil dari berat, pusat gravitasi, dan
keseimbangan. Berat badan adalah gaya yang diberikan pada benda oleh
gravitasi. Ketika suatu objek diangkat, pengangkat harus mengatasi berat
objek dan menyadari pusat gravitasi objek. Dalam objek simetris pusat
gravitasi terletak di pusat objek. Kekuatan berat badan selalu mengarah ke
bawah. Objek tidak seimbang memiliki pusat gravitasi menjauh dari garis
tengah dan jatuh tanpa dukungan. Karena orang tidak sempurna secara
geometris, pusatnya adalah gravitasi biasanya garis tengah, pada 55%
hingga 57% dari ketinggian berdiri.
 Gesekan ( Friction), adalah kekuatan yang terjadi dalam arah yang
berlawanan. Kurangi gesekan dengan mengikuti beberapa prinsip dasar
perluasan. Untuk mengurang gesekan maka kurangi luas yang terkena
beban.Saat Anda memindahkan objek, objek dengan area permukaan yang
lebih besar akan tercipta lebih banyak gesekan. Untuk mengurangi
gesekan, Anda harus mengurangi objekluas permukaan. Misalnya, ketika
membantu pasien naik di tempat tidur,letakkan tangan mereka di dada. Ini
mengurangi luas permukaan danmengurangi gesekan atau ketika
melakukan mobilisasi sari brankar menggunakan airassisted.

2.1.3. Jenis –jenis latihan

1. Latihan isotonik , latihan ini menyebabkan kontraksi otot dan perubahan


panjang otot (kontraksi isotonik).Contohnya berjalan, berenang, menari
aerobik, jogging, bersepeda, dan menggerakkan lengan dan kaki dengan
resistensi ringan. Fungsinya meningkatkan fungsi sirkulasi dan
pernapasan; meningkatkan massa otot, tonus, dan kekuatan; dan
mempromosikan aktivitas osteoblastik (aktivitas oleh sel-sel pembentuk
tulang).

4
2. Latihan isometrik, latihan ini melibatkan mengencangkan atau
menegangkan otot tanpa bagian tubuh yang bergerak (kontraksi
isometrik). Contohnya: tangan mencengkram benda. Manfaatnya adalah
peningkatan massa otot, tonus, dan kekuatan, sehingga mengurangi
potensi pengecilan otot; peningkatan sirkulasi ke bagian tubuh yang
terlibat; dan meningkat aktivitas osteoblastik.
3. Latihan isometrik resistif, latihan ini adalah latihan yang dilakukan
individu dengan otopt berkontraksi dengan mendorong terhadap benda
diam atau menolak pergerakan suatu objek (Hoeman, 2006). Contoh push-
up dan mengangkat pinggul, di mana seorang pasien dalam posisi duduk
mendorong dengantangan menyentuh permukaan seperti kursi dan
mengangkat pinggul. Latihan ini membantu meningkatkan kekuatan otot
dan meningkatkan aktivitas osteoblastik.

2.2. Review Anatomi dan Fisiologi Regulasi Pergerakan


Arthrology adalah ilmu yang berkaitan dengan anatomi, fungsi, disfungsi,
dan perawatan sendi. Study tentang gerakan muskuloskeletal disebut kinesologi.
Pada regulasi pergerakan tubuh, melibatkan fungsi sistem kerangka tulang, otot,
dan saraf.

2.2.1. Sistem Kerangka Tulang

Tulang berfungsi sebagai pendukung dengan menyediakan kerangka kerja


dan berkontribusi pada bentuk, penyelarasan, dan posisi bagian-bagian tubuh.
Tulang bersama dengan sendi, melkatkan otot untuk memberikan gerakan. Saat
otot berkontraksi dan memendek, maka tulang akan tertarik dan menghasilkan
gerakan sendi.

2.2.2. Sendi
Berdasarkan sifat gerak sendi

a. Sendi mati (Sinartrosis) merupakan hubungan antatulang yang tidak dapat


digerakkan. Penghubung antartulangnya adalah serabut jaringan ikat.
Contohnya: pada tengkorak atau yang disebut sutura.

5
b. Sendi kaku (Amfiartrosis) merupakan hubungan antartulang yang dapat
digerakkan secara terbatas. Penghubung antartulangnya adalah jaringan
rawan. Contohnya: pada antarruan tulang belakang dan antara tulang rusuk
dengan tulang dada,

c. Sendi Gerak (Diartrosis) merupakan hubungan antartulang yang dapat


digerakkan dengan leluasa. Pada kedua ujung tulang terbentuk rongga
sendi yang berisi minyak sendi (cairan sinovial)

Berdasarkan struktur

1. Sendi Fibrosa merupakan digabungkan oleh jaringan ikat fibrosa. Tidak


ada rongga atau ruang pada antartulang, sehingga sebagian besar sendi fibrosa
tidak bergerak sama sekali.

a. Sutura merupakan tengkorak dan memiliki serat pendek dari jaringan ikat
yang memegang tulang tengkorak.

b. Syndesmosis merupakan dihubungkan oleh sebuah pita dari jaringan ikat,


memungkinkan untuk lebih banyak gerakan daripada sutura. contohnya:
sendi tibia dan fibula pada pergelangan kaki.

c. Gomphosis merupakan antara gigi dan soket. Gigi terhubung ke soket oleh
jaringan ikat yang disebut ligamentum periodontal.

2. Sendi Kartilago, dihubungkan oleh tulang rawan.

a. Synchondrosis akan bergabung dengan tulang rawana hialin. Terletak pada


lempeng epifisis tubuh tulang anak-anak.

b. Simfisis yaitu hubungan antartulang terjadi melalui fibrokartilago.

c. Sendi Sinovial, satu-satunya sendi yang memiliki ruang antara tulang


perbatasan. Cairan sinovial melumasi sendi, mengurangi gesekan antara
tulang dan memungkinkan untuk gerakan yang lebih besar.

2.2.3. Ligamen, Tendon, dan Tulang Rawan

6
Ligamen adalah pita putih, mengkilap, jaringan fleksibel dari serat yang
mengikat sendi dan menghubungkan tulang dan tulang rawan. Mereka elastis dan
membantu fleksibilitas dan dukungan sendi. Sedangkan tendon berwarna putih,
berkilau, dan berserat jaringan yang menghubungkan otot ke tulang. Tendon
membawa kekuatan dari otot yang menggerakkan tulang.Tulang rawan adalah
nonvaskular, mendukung jaringan ikat dengan fleksibilitas yang kuat dan tahan
terhadap tekanan. Menyediakan dukungan fleksibel untuk struktur pada septum
hidung, laring, trakea, dan bronkus.

2.2.4. Otot Rangka

Kontraksi otot rangka memungkinkan orang untuk berjalan, berbicara,


berlari, bernapas, atau berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Sebagian besar otot kita
menjangkau setidaknya satu sendi dan menempel pada kedua tulang yang
berartikulasi. Ketika kontraksi terjadi, satu tulang akan diam sementara yang lain
bergerak.

2.2.5. Propriosepsi

Propriosepsi adalah kesadaran akan posisi tubuh dan bagian-bagiannya.


Proprioseptors terletak pada ujung saraf di otot, tendon, dan sendi. Sistem saraf
mengatur postur tubuh dan mengendalaikan propriopsepsi. Ketika seseorang
melakukan ADL, proprioseptors memonitor aktivitas otot dan posisi tubuh.
Contoh, proprioseptors di telapak kaki berkontribusi untuk memperbaiki postur
saat berdiri atau berjalan. Dalam berdiri, tekanan terus menerus di bagian bawah
kaki. Ketika seseorang berjalan, propositor di bagian bawah kaki memonitor
perubahan tekanan. Jadi, ketika bagian bawah kaki yang bergerak bersentuhan
dengan permukaan berjalan, individu secara otomatis menggerakkan kaki yang
diam ke depan.

2.2.6. Keseimbangan

Sistem saraf mengontrol keseimbagan secara khusus melalui otak kecil dan
telinga bagian dalam. Otak kecil mengoordinasikan semua gerakan. Telinga

7
bagian dalam terdapat kanal setengah lingkaran yang berisis cairan untuk
membantu menjaga keseimbangan.

2. 3. Prinsip Transfer dan Positioning


2.3.1. Prinsip Transfer
Penggunaan prinsip transfer klien sangat penting digunakan saat akan
memindahkan klien yang menderita imobilitas. Terdapat beberapa prinsip
apabila klien tidak dapat turut serta dalam melakukan teknik transfer :

1. Semakin besar dasar dari pendukung, perawat akan semakin seimbang


dan stabil.
2. Semakin rendah pusat dari gravitasi maka perawat akan lebih stabil.
3. Apabila garis gravitasi melewati dasar dari pendukung, maka
keseimbangan benda akan dipertahankan.
4. Sebaiknya selalu menghadap kearah pergerakan agar mencegah
terputirnya tulang belakang secara abnormal.
5. Perawat harus saling bekerja sama dalam menentukan pembagian
aktivitas yang seimbang antara kaki dan tangan supaya terhindar dari
cidera.
6. Mengangkat membutuhkan tenaga yang banyak dibandingkan dengan
sistem tuas, memutar, dan menggulingkan.
7. Semakin sedikit gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan,
diakibatkan oleh gaya gesek antara benda yang digerakan dengan
permukaan geraknya dikurangi.

2.3.1.1. Jenis Transfer

Terdapat tiga transfer:

1. Memindahkan pasien ke tempat tidur (untuk berbaring/duduk)

8
2. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi (secara manual
dan mekanis menggunakan alat bantu)
3. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar

2.3.1.2. Prinsip Positioning

1. Memposisikan klien dalam keselarasan tubuh yang baik


2. Mengubah posisi secara teratur (setiap 2 jam) dan secara sistematis.

 Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat:


a. Pastikan kasur sudah keras dan rata namun sudah cukup memberi,
mengisi dan mendukung kelengkungan tubuh alami.
b. Pastikan tempat tidur bersih dan kering.
c. Tempatkan perangkat pendukung di area yang ditentukan sesuai
dengan posisi klien.
d. Hindari menempatkan satu bagian tubuh, terutama satu dengan
tonjolan tulang, langsung di atas bagian tubuh lain.
e. Hindari gesekan dan geser.
f. Selalu dapatkan informasi dari klien untuk menentukan yang mana
posisi paling nyaman dan tepat.
2.3.2. Jenis Positioning

Terdapat 6 positioning menurut Potter & Perry (2013) :

1. Fowler position
Dalam posisi ini kepala tempat tidur diangkat 45 hingga 60
derajat, dan lutut pasien sedikit terangkat tanpa tekanan untuk
membatasi sirkulasi di kaki bagian bawah. Penyakit dan kondisi
keseluruhan pasien mempengaruhi sudut kepala dan lutut serta
waktu yang dibutuhkan pasien untuk tetap dalam posisi Fowler
yang didukung. Penyangga perlu memungkinkan fleksi pinggul
dan lutut serta penyelarasan yang tepat dari kurva normal di
vertebra servikal, toraks, dan lumbar. Posisi ini guna

9
mempertahankan kenyamanan klien dan memfasilitasi fungsi
pernapasan.
 Tujuan: Mengurangi kompilasi yang diakibatkan imobilitas,
mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi
yang selalu menetap, dan meningkatkan dorongan pada
diafragma agar ekspansi dada dapat meningkat serta ventilasi
paru lancar.
2. Terlentang
Posisi ini klien berbaring telentang dengan sedikit
merenggangkan kedua lutut. Posisi ini biasanya digunakan saat
proses persalinan, pemeriksaan genitalia dan pasca operasi (tirah
baring).
 Tujuan : Untuk mengurangi rasa nyeri klien pasca operasi
3. Tengkurap
Posisi telungkup atau berbaring dengan wajah bertumpu pada
bantal. Posisi tengkurap juga mungkin memiliki beberapa
manfaat pada pasien dengan sindrom gangguan pernapasan akut
dan cedera paru akut (Marklew, 2006). Biasanya dikarenakan
pemeriksaan bokong & punggung atau klien yang setelah
operasi mulut & kerongkongan.
 Tujuan : Mencegah fleksi & kontaktur pada pinggang dan
lutut, memberi ektensi pada sendi lulut dan pinggang.
4. Lateral Position
Posisi dimana sebagian besar berat tubuh berada pada
pinggul & bahu karena posisi yang miring. Posisi ini
dikarenakan klien yang kelelahan.
 Tujuan : Mempertahankan body aligement, mengurangi
tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap, dan
memberikan kenyamanan.

5. Sims’ Position

10
Posisi Sims berbeda dari posisi berbaring miring dalam
distribusi berat pasien. Dalam posisi Sims, pasien menempatkan
berat pada ileum anterior, humerus, dan klavikula. Biasanya
posisi ini digunakan oleh ibu hamil, klien paralisis, klien tidak
sadarkan diri dan klien yang sedang menjalani pengobatan
perineal.

 Tujuan : Mencegah aspirasi karena drainase di mulut lancar,


mencegah dekubitus, mengurangi tekanan pada sacrum dan
trochanter mayor otot pinggang.
2.3.2.1. Alat Dukung Positioning
1. Bantal
2. Trochanter roll (berupa handuk yang digulung untuk mencegah
rotasi eksternal pinggul ketika pasien dalam posisi terlentang).
3. Therapeutic boots (sepatu khusus untuk terapi kaki).
4. Sandbag (kain yang berisikan pasir sebagai pendukung atau
penahan tronchanter roll).
5. Hand rolls (untuk latihan jari-jari tangan).
6. Splint (hampir seperti gips, berfungsi untuk mempertahankan
posisi tubuh di bagian tertentu).
7. Side rails (pagar yang ada di ujung tempat tidur, berfungsi
menjaga agar klien tidak terjatuh dari tempat tidur).
2.4. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas dan Latihan

Pola aktivitas dan latihan mengacu kepada rutinitas seseorang untuk


melakukan latihan, aktivitas, serta rekreasi. Kegiatan ini membutuhkan energi
tertentu. Bentuk aktivitas dan latihan yang umumnya dilakukan manusia adalah
memasak, belanja, bekerja termasuk juga olahraga. U.S. Department of Health
and Human Services (2008) mendefinisikan bahwa aktivitas fisik merupakan
gerakan tubuh yang meningkatkan kesehatan, sementara latihan adalah jenis
aktivitas fisik yang direncanakan, gerakan tubuh terstruktur, dan berulankali
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan menjaga kebugaran untuk mencapai
keadaan optimal kesehatan. (Berman dan Snyder,2012).

11
Orang melakukan latihan untuk mengurangi faktor risiko penyakit
kardiovaskular dan meningkatkan kesehatan mereka. Tujuan lain dari latihan
adalah untuk meningkatkan kekuatan fungsional (kemampuan tubuh untuk
melakukan pekerjaan). Adapun toleransi aktivitas adalah jenis dan jumlah
olahraga atau harian aktivitas hidup yang dapat dilakukan seseorang tanpa
mengalami efek samping (Berman dan Snyder,2012).

Latihan terdiri atas beberapa jenis berdasarkan tipe kontraksi ototnya. (1)
Latihan isotonik (dinamik), dimana otot memendek untuk menghasilkan kontraksi
otot dan gerakan aktif. Bentuk latihan yang bisa dilakukan adalah berlari, berjalan,
berenang, dan bersepeda. Latihan isotonik meningkatkan tonus otot, massa, dan
kekuatan dan menjaga fleksibilitas dan sirkulasi sendi. (2) Latihan isometrik,
dimana terdapat kontraksi otot tanpa menggerakkan sendi (panjang otot tidak
berubah). Latihan ini bertujuan untuk memperkuat otot perut, gluteal, dan paha
depan. Contoh latihan isometric adalah latihan tidur dan meremas handuk atau
bantal di antara lutut sambil mengencangkan otot-otot di bagian depan paha
dengan menekan lutut ke belakang. (3) Latihan isokinetik (resistif), latihan yang
melibatkan kontraksi otot, tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan tekanan
darah dan aliran darah ke otot. (4) Latihan aerobik, aktivitas di mana jumlah
oksigen yang diambil ke dalam tubuh lebih besar dari yang digunakan untuk
melakukan aktivitas. Latihan aerobik menggunakan kelompok otot besar untuk
bergerak berulang-ulang. Latihan aerobik meningkatkan kardiovaskular dan
kebugaran. (5) Latihan anaerobik, melibatkan aktivitas otot yang tidak bisa
mengeluarkan cukup oksigen dari aliran darah, dan aktivitas ini dilakukan untuk
menyediakan energi tambahan dalam waktu singkat. Jenis latihan ini digunakan
dalam pelatihan ketahanan untuk atlet seperti angkat berat dan lari cepat (Perry
dan Potter, 2009).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi aktivitas dan latihan,


berikut ini adalah uraiannya.

1. Pertumbuhan dan perkembangan, usia seseorang dan perkembangan sistem


otot dan saraf mempengaruhi postur, proporsi tubuh, massa tubuh, gerakan
tubuh, dan refleks. Gerakan bayi baru lahir bersifat refleksif dan acak. Semua

12
ekstremitas umumnya tertekuk tetapi dapat secara pasif dipindahkan melalui
berbagai gerakan. Pengembangan motorik kasar mendahului keterampilan
motorik halus. Perkembangan motorik kasar terjadi secara head-to-toe (dari
kepala ke kaki), yaitu perkembangan dari kontrol kepala, kemudian
merangkak, belajar posisi berdiri, berdiri, dan berjalan, ini biasanya terjadi
setelah ulang tahun pertama.. Dari usia 1 hingga 5 tahun, keterampilan
motorik kasar dan halus dimurnikan. Misalnya, anak-anak prasekolah
menguasai mengendarai sepeda roda tiga, menari, berlari, melompat,
menggunakan krayon untuk menggambar, mengikat atau menggunakan
ritsleting, dan menyikat gigi. Imobilitas dapat mengganggu perkembangan
sosial dan motorik anak-anak muda. Dari usia 6 hingga 12 tahun,
penyempurnaan keterampilan motorik berlanjut dan pola olahraga untuk
kehidupan selanjutnya ditentukan secara umum. Banyak sekolah menyediakan
pendidikan jasmani dan program olahraga kompetitif untuk meningkatkan
aktivitas fisik. Postur pada anak usia sekolah biasanya sangat baik. Di masa
remaja, kebiasaan dan perilaku pertumbuhan seperti membawa tas buku yang
berat pada satu bahu dan penggunaan komputer dalam waktu lama dapat
menyebabkan perubahan postur tubuh yang sering bertahan hingga dewasa.
Orang dewasa yang berusia antara 20 dan 40 tahun umumnya memiliki sedikit
perubahan fisik yang memengaruhi mobilitas, kecuali pada wanita hamil.
Kehamilan mengubah pusat gravitasi dan memengaruhi keseimbangan.
Penelitia dari American College of Obstetricians and Gynaecologists (Olson,
Sikka, Hayman, Novak, & Stavig, 2008) mengemukakan bahwa wanita yang
sedang hamil harus berolahraga 30 menit atau lebih dengan intensitas sedang
pada beberapa hari dalam seminggu. Seiring bertambahnya usia, tonus otot
dan kepadatan tulang menurun, sendi kehilangan fleksibilitas, waktu reaksi
melambat, dan massa tulang menurun, terutama pada wanita yang menderita
osteoporosis. Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi rapuh
dan rapuh karena penipisan kalsium. Osteoporosis sering terjadi pada wanita
yang lebih tua dan terutama mempengaruhi sendi penahan berat badan
ekstremitas bawah dan aspek anterior tulang belakang, menyebabkan
kompresi fraktur vertebra dan patah tulang pinggul. Semua perubahan ini

13
memengaruhi postur, gaya berjalan, dan keseimbangan orang dewasa yang
lebih tua. Postur menjadi condong ke depan dan bungkuk, yang menggeser
pusat gravitasi ke depan. Akibatnya, lutut sedikit menekuk untuk menopang
dan dasar penopang adalah melebar. Penelitian menyebutkan bahwa
melakukan aktivitas secara berkelanjutan bagi orang tua bermanfaat untuk
mempertahankan dan mendapatkan kembali kekuatan, fleksibilitas, kebugaran
kardiovaskular, dan kepadatan tulang. (Ruppar & Schneider, 2007).

2. Nutrisi, Baik kekurangan gizi dan kelebihan gizi dapat mempengaruhi tubuh
keselarasan dan mobilitas. Orang yang kurang gizi mungkin memiliki
kelemahan otot dan kelelahan. Penyebabnya adalah kekurangan vitamin D
kelainan tulang selama pertumbuhan. Asupan kalsium yang tidak memadai
dan sintesis dan asupan vitamin D meningkatkan risiko osteoporosis. Obesitas
atau kelebihan berat badan juga dapat merusak gerakan dan stres pada sendi,
secara negatif mempengaruhi postur tubuh, keseimbangan, dan kesehatan
sendi.

3. Nilai dan Sikap Pribadi, ada beberapa orang yang sangat rutin berolahraga
disebabkan oleh pengaruh keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam
keluarga yang menggabungkan olahraga teratur dalam rutinitas harian mereka
atau menghabiskan waktu bersama dalam kegiatan, anak-anak belajar untuk
menghargai aktivitas fisik. Di sisi lain keluarga yang tidak banyak bergerak
ikut serta dalam olahraga hanya sebagai penonton, maka akan menularkan
gaya hidup ini kepada anak-anak mereka. Dengan berkembang pesatnya
teknologi kaum muda semakin malas melakukan aktivitas fisik, karena
kehidupannya hanya diisi dengan aktivitas yang berhubungan dengan
teknologi. Persepsi masyarakat umum tentang penampilan fisik juga
memengaruhi partisipasi beberapa orang dalam melakukan latihan. Orang
yang menghargai atau meninginkan memiliki tubuh yang bagus cenderung
dapat berpartisipasi dalam program olahraga teratur untuk menghasilkan
penampilan yang mereka inginkan. Pilihan aktivitas fisik atau jenis latihan

14
juga dipengaruhi oleh nilai-nilai. Pilihan dapat dipengaruhi oleh lokasi
geografis dan budaya. Bagi banyak orang, memikirkan berolahraga lebih
sebagai "gerakan rekreasi," "peningkatan kesejahteraan, "dan" bagian penting
dari perawatan diri sehari-hari "dapat membantu mengatasi persepsi bahwa
olahraga itu membosankan. Latihan lain yang bisa dilakukan selain olahraga
termasuk kegiatan informal dan menyenangkan seperti menari hingga musik.
Adanya motivasi memengaruhi perilaku dan pilihan kita, dan sangat bervariasi
dari hari ke hari. Kebiasaan olahraga dapat ditingkatkan dengan
menumbuhkan kesadaran individu akan pentingnya melakukan aktivitas fisik
dan berolahraga (Ruppar & Schneider, 2007).

4. Faktor eksternal, Banyak faktor eksternal yang memengaruhi mobilitas


seseorang. Suhu udara yang tinggi dan kelembaban tinggi dapat mencegah
aktivitas, sedangkan suhu yang nyaman dan kelembaban yang rendah kondusif
untuk beraktifitas. Kebutuhan hidrasi yang tepat bervariasi sesuai dengan
individu, status kesehatan, tingkat aktivitas, dan lingkungan. Institute of
Medicine (IOM) merekomendasikan agar pria mengonsumsi 3 liter (12 gelas)
minuman sehari, dan perempuan 2,2 liter (sekitar 9 gelas). Ketersediaan
fasilitas juga memengaruhi aktivitas; misalnya, kekurangan uang dapat
menghambat atau mengurangi motivasi seseorang bergabung dengan klub
olahraga membeli peralatan yang dibutuhkan. Keamanan lingkungan juga
menjadi salah satu pertimbangan aktivitas di luar ruangan, sedangkan
lingkungan yang tidak aman membuat orang enggan melakukan aktivitas di
luar rumah. Remaja, khususnya, mungkin menghabiskan banyak uang jam
duduk di depan komputer, menonton televisi, atau bermain video game
daripada terlibat dalam aktivitas fisik.

5. Keterbatasan tertentu, keterbatasan untuk bergerak bisa menjadi salah satu


penghalang seseorang melakukan aktivitas fisik. Klien yang sesak napas
mungkin disarankan untuk tidak berjalan menaiki tangga. Istirahat di tempat
tidur mungkin menjadi pilihan terapeutik klien, misalnya, untuk
menghilangkan edema, untuk mengurangi metabolisme dan kebutuhan

15
oksigen, untuk mempercepat perbaikan jaringan, atau untuk mengurangi rasa
sakit. Istilah bed rest bervariasi dalam arti sampai batas tertentu. Ada yag
menyebutkan bed rest berarti kurungan yang ketat di tempat tidur atau
Istirahat total. Yang lain mungkin mengizinkan klien untuk menggunakan
toilet di samping tempat tidur atau memiliki hak istimewa kamar mandi.
Perawat perlu membiasakan diri dengan arti kata bed rest selama melakukan
asuhan keperawatan (Johnson & Meyenburg, 2009).

2.5 (Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Aktivitas dan Latihan)

2.5.1. Pengkajian

1. Tingkat aktivitas sehari-hari

a.       Pola aktivitas sehari-hari


b.      Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik

2. Tingkat kelelahan

a.       Aktivitas yang membuat lelah


b.      Riwayat sesak nafas

3. Gangguan pergerakan

a.       Penyebab gangguan pergerakan


b.      Tanda dan gejala
c.       Efek dari gangguan pergerakan

4.      Pemeriksaan fisik
a.       Tingkat kesadaran
b.      Postur bentuk tubuh

16
2.5.2. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul

1.      Intoleransi aktivitas
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami penurunan energy fisiologis
dan psikologis untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Kemungkinan
berhubungan dengan :
a.       Kelemahan umum
b.      Bedres yang lama (imobilisasi)
c.       Motivasi yang kurang
d.      Pembatasan pergerakan
e.       Nyeri

2.      Keletihan
Definisi: kondisi dimana seseorang mengalami perasaan letih yang
berlebihan secara terus-menerus dan penuruna kapasitas kerja fisik dan
mental yang tidak dapat hilang dengan istirahat.Kemungkinan berhubungan
dengan:
a.       Menurunnya produksi metabolism
b.      Pembatasan diet
c.       Anemia
d.      Ketidakseimbangan glukosa dan elektrolit

3.      Gangguan mobilitas fisik


Definisi: kondisi dimana pasien tidak mampu melakukan pergerakan secara
mandiri.Kemungkinan berhubungan dengan:
a.       Gangguan persepsi kognitif
b.      Imobilisasi
c.       Gangguan neuro muskuler
d.      Kelemahan
e.       Pasien dengan traksi
4.      Defisit perawatan diri

17
Definisi: kondisi dimana pasien tidak dapat melakukan sebagian atau seluruh
aktivitas sehari-hari seperti; makan, berpakaian dan mandi, dan lain-lain.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a.       Gangguan neuromuskuler
b.      Menurunnya kekuatan otot
c.       Menurunnya control otot dan koordinasi
d.      Kerusakan persepsi kognitif
e.       Depresi
f.       Gangguan fisik
2.5.3. Rencana keperawatan
1.         Untuk diagnosis keperawatan intoleransi aktivitas
Intervensi:
a. Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat aktivitas
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
c. Catat tanda vital
d. Kolaborasi dengan dokter
e. Lakukan aktivitas yang adekuat

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil

Intoleransi aktivitas NOC NIC

Definisi : Ketidakcukupan         Energy conservation Activity Therapy


energi psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan         Activity tolerance          Kolaborasikan dengan tenaga
atau menyelesaikan rehabilitasi medik dalam
         Self Care : ADLs merencanakan program terapi
aktifitas kehidupan sehari- yang tepat
hari yang harus atau yang
ingin dilakukan.          Bantu klien untuk
Kriteria Hasil :
mengidentifikasi aktivitas yang

         Berpartisipasi dalam

18
aktivitas fisik tanpa mampu dilakukan
disertai peningkatan
Batasan Karakteristik : tekanan darah, nadi          Bantu untuk memilih aktivitas

dan RR konsisten yang sesuai dengan


         Respon tekanan darah kemampuan fisik, psikologi dan
abnormal terhadap aktivitas          Mampu melakukan social
aktivitas sehari-hari
         Respon frekwensi jantung
(ADLs) secara mandiri         Bantu untuk mengidentifikasi
abnormal terhadap aktivitas dan mendapatkan sumber yang
         Tanda-tanda vital diperlukan untuk aktivitas yang
         Perubahan EKG yang
normal diinginkan
mencerminkan aritmia

         Energy psikomotor ·         Bantu untuk mendapatkan


         Perubahan EKG
yang
alat bantuan aktivitas seperti
mencerminkan iskemia          Level kelemahan kursi roda, krek

         Ketidaknyamanan setelah         Mampu berpindah:


         Bantu untuk mengidentifikasi
beraktivitas dengan atau tanpa aktivitas yang disukai
bantuan alat
         Dipsnea setelah
·         Bantu klien untuk membuat
beraktivitas          Status jadwal latihan diwaktu luang
kardiopulmunari
         Menyatakan merasa letih
adekuat ·         Bantu pasien/keluarga untuk

         Menyatakan merasa mengidentifikasi kekurangan


         Sirkulasi status baik dalam beraktivitas
lemah

         Status respirasi :·         Sediakan penguatan positif


pertukaran gas dan bagi yang aktif beraktivitas
Faktor Yang Berhubungan ventilasi adekuat
: ·         Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
         Tirah Baring atau dan penguatan
imobilisasi

19
         Kelemahan umum ·         Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual
         Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen

        Imobilitas

        Gaya hidup monoton

Table.1.1 Proses keperawatan pada Intoleransi Aktivitas

Rasional:
a. Merencanakan intervensi dengan tepat
b. Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
c. Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
d. Mempercepat proses penyembuhan
e. Untuk mengoptimalkan pergerakan

2.         Untuk diagnose keperawatan keletihan


Intervensi:
a. Monitor keterbatasan aktivitas
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri
c. Catat tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
d. Kolaborasi dengan dokter dalam latihan aktivitas
e. Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet
f. Berikan pendidikan kesehatan

Rasional:
a. Merencanakan intervensi dengan tepat
b. Pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri

20
c. Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
d. Mempercepat proses penyembuhan
e. Diet adekuat dapat menambah energy untuk mencegah keletihan
f. Menambah pengetahuan pasien

3.         Untuk diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik


Intervensi:
a. Pertahanan body aligment dan posisi yang nyaman
b. Cegah pasien jatuh
c. Lakukan latihan aktif maupun pasif
d. Lakukan fisiotheraphy dada dan postural
e. Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi

Rasional:
a. Mencegah iritasi dan komplikasi
b. Mempertahankan keamanan pasien
c. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur
d. Meningkatkan fungsi paru
e. Memaksimalkan mobilisasi

4.         Untuk diagnose keperawatan defisit perawatan diri


Intervensi:
a. Lakukan kajian kemampuan pasien dalam perawatan diri terutama
ADL
b. Jadwalkan jam kegiatan tertentu untuk ADL
c. Jaga privasi dan keamanan pasien
d. Lakukan latihan aktif dan pasif
e. Monitor tanda vital, tekanan darah, sebelum dan sesudah ADL
                   Rasional:
a. Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
keperawatan
b. Perencanaan yang matang dalammelakukan kegiatan sehari-hari

21
c. Memberikan keamanan
d. Meningkatkan sirkulasi darah
e. Mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas

 2.5.4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada klien terganggu kesejajaran
tubuh dan mobilisasi berdasarkan criteria hasil setiap tujuan
keperawatan, yaitu:
-       Klien akan mempertahankan rentang gerak pada sendi ekstremitas
atas
-       Klien akan mengikuti program latihan teratur 3-4 kali sehari dengan
perencanaan pulang
-       Klien akan melakukan rentang gerak penuh pada sendi yang sakit
-       Tidak ada kontraktur sendi

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Salah satu ciri manusia sebagai makhluk hidup adalah bergerak.
Implementasi dari bergerak berupa aktifitas dan latihan. Kedua kegiatan tersebut
haruslah ditunjang dengan fisik yang prima dan energi yang cukup. Tubuh
manusia terdiri atas sendi dan tulang yang mempermudah dalam melakukan
pergerakan. Intensitas aktifitas dan latihan yang dilakukan setiap manusia
berbeda-beda tergantung faktor yang mempengaruhinya, seperti nutrisi, usia, nilai
dan sikap pribadi, dan lain sebagainya.

Jika aktifitas dan latihan seorang individu terganggu, perawat berperan


dalam asuhan keperawatan terhadap individu tersebut. Dalam hal ini perawat juga

22
perlu memahami tindakan apa yang diperlukan dalam menghadapi individu yang
mengalami kesulitan dalam melakukan pergerakan atau aktifitas. Misalnya dengan
memahami prinsip transfer atau pemindahan pasien dari brankar ke tempat tidur
bagi pasien yang mengalami kesulitan bergerak, prinsip dalam memposisikan
pasien saat istirahat di kasur dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk
mempercepat kesembuhan pasien dan menghindari hal yang tidak diharapkan
seperti luka tekan atau lecet.

3.2. Saran
Setelah mempelajari mengenai aktifitas dan latihan, maka jelas bahwa
kedua komponen ini sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu,
kita harus membiasakan untuk melatih diri dan beraktifitas secara rutin agar tubuh
tetap bugar dan terhindar dari penyakit. Bentuk aktifitas dan latihan yang bisa
dilakukan adalah dengan berolahraga secara rutin agar kesehatan tetap terjaga.

23
DAFTAR PUSTAKA

Berman,Shirlee Snyder.(2012).Fundamentals of Nursing 9th Edition.USA:Pearson


Education

Berman,Snyder,Geralyn Frandsen.(2016).Fundamentals of Nursing 10th


Edition.USA:Pearson Education

Delaune, S.C., & Ladner, P.K. (2010). Fundamentals of Nursing Standards &
Practice. (4th ed.). USA: Delmar Cengage Learning.

Johnson, K. L., & Meyenburg, T. (2009). Physiologic rationale and current


evidence for therapeutic positioning of critically ill patients. AACN
Advanced Critical Care, 20, 228–242.

NANDA-I. (2018). Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi 2018-2020.


Jakarta : EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction.
Olson, E., Sikka, K., Hayman, L., Novak, R., & Stavig, S. (2008). Exercise in
pregnancy. Current Sports Medicine Reports, 8, 147–153

Perry,Patricia.A.Potter.(2009).Fundamentals of Nursing 7th


Edition.Singapore:Elsevier

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamentals of
nursing (8th ed.). Missouri: Elsevier Mosby.
Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamentals of
Nursing. (8th ed.). St. Louis: Mosby-Elsevier.

24
Rosidawati, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta.
Salemba Medika
Ruppar, T., & Schneider, J. (2007). Self-reported exercise behavior and
interpretations of exercise on older adults. Western Journal of Nursing
Research, 29, 140–157

Stanley Mickey. (2002). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC


Stockslager Jaime L. (2007). Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2. Jakarta.
EGC
Tamher S, Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
U.S. Department of Health and Human Services. (n.d.). Plain Language: A
Promising Strategy for Clearly Communicating Health Information and
Improving Health Literacy. Retrieved from http://www.health.gov/
communication/literacy/plainlanguage/PlainLanguage .htm#top

25

Anda mungkin juga menyukai