Anda di halaman 1dari 58

PROSEDUR TINDAKAN KEBUTUHAN BODY MEKANIK DAN AMBULASI

(KLASIKAL)

MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR II

DISUSUN OLEH

LAMI SIMON NIM: P07220218008


LENY ADIFA NIM: P07220218009
NUR AMALIA NIM: P07220218011
RIZA NUR FAUZI NIM: P07220218016
SUWARATU AYU AZHIIM NIM: P07220218021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


PROSEDUR TINDAKAN KEBUTUHAN BODY MEKANIK DAN AMBULASI
(KLASIKAL)

MATA KULIAH KEPERAWATAN DASAR II

DISUSUN OLEH

LAMI SIMON NIM: P07220218008


LENY ADIFA NIM: P07220218009
NUR AMALIA NIM: P07220218011
RIZA NUR FAUZI NIM: P07220218016
SUWARATU AYU AZHIIM NIM: P07220218021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat
juga Ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah beserta power point
yang sederhana ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat menjadi pemenuh
tanggung jawab atas tugas, selain daripada itu penulis juga berharap bahwa makalah
ini dapat memberikan manfaat dalam membantu melengkapi wawasan pembaca.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada dosen


pembimbing mata kuliah Keperawatan Dasar II, juga kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam proses pengerjaan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini penulis akui masih banyak menyimpan kekurangan karena pengalaman
yang belum sepenuhnya mendukung. Oleh karena itu penulis harapkan kepada para
pembaca untuk dapat memberikan masukan yang bersifat membangun untuk
perbaikan makalah penulis.

Samarinda, 22 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................i

Daftar isi.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................1


B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................................2
D. Sistematika Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................3

A. Pengertian .........................................................................................................2
B. Pengaturan Posisi dan Pemindahan Pasien di Tempat Tidur............................5
C. Penggunaan Alat Bantu Jalan............................................................................29
D. Memindahkan Pasien dari dan ke Tempat Tidur ke Brankar/ Stretcher/
Tandu/ Kursi Roda (Roll Stole).........................................................................35
E. Latihan ROM Aktif dan Pasif............................................................................43

BAB III PENUTUP .........................................................................................................56

A. Kesimpulan..............................................................................................................56
B. Saran........................................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................57

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam hidup ini manusia perlu mempertahankan keseimbangan tubuh.
Akan tetapi, terkadang manusia juga mengalami penurunan dalam
mempertahankan keseimbangan tubuh. Maka dari itu, kita perlu mempelajari
kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi. Dalam mekanika tubuh dan
ambulasi, akan membahas bagaimana cara memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam mempertahankan keseimbangan tubuh dalam kehidupan
sehari-hari. Mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan
mengapa kelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan
mempertahankan gerakan secara aman. Dalam menggunakan mekanika tubuh
yang tepat perawat perlu mengerti pengetahuan tentang pergerakan, termasuk
bagaimana mengoordinasikan gerakan tubuh yang meliputi fungsi integrasi
dari system skeletal, otot skelet, dan system saraf. Selain itu, ada kelompok
otot tertentu yang terutama digunakan unutk pergerakan dan kelompok otot
lain membentuk postur atau bentuk tubuh.
Kemampuan untuk bergerak juga mempengaruhi harga diri dan citra
tubuh. Bagi sebagian besar orang, harga diri bergantung pada rasa
kemandirian atau perasaan berguna atau merasa dibutuhkan. Orang yang
mengalami gangguan mobilitas dapat merasa tidak berdaya dan membebani
orang lain. Citra tubuh dapat terganggu akibat paralisis, amputasi, atau
kerusakan motorik lain. Reaksi orang lain terhadap gangguan mobilitas dapat
juga mengubah atau mengganggu harga diri dan citra tubuh secara bermakna.
Ambulais adalah salah satu cara untuk mencegah terjadinya gangguan
mobilitas karena dengan ambulasi dapat memperbaiki sirkulasi, mencegah

1
flebotrombosis (thrombosis vena profunda/DVT). Mengurangi komplikasi
immobilisasi pasca operasi, mempercepat pemulihan peristaltic usus,
mempercepat pasien pasca operasi. (kozier, 2010).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis ambil dalam penulisan makalah ini
adalah sebagai beriku :
“Bagaimana Prosedur Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Body mekanik
dan Ambulasi (Klasikal)?”

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Memahami dan menerapkan prosedur tindakan pemenuhan kebutuhan
body mekanik dan ambulasi (klasikal).
2. Tujuan Khusus
a. Bagaimana mengatur posisi dan pemindahan pasien di tempat
tidur?
b. Bagaimana menggunakan alat bantu jalan kepada klien atau
pasien?
c. Bagaimana memindahkan pasien dari dan ke tempat tidur ke
brankar/ stretcher/ tandu/ kursi roda (roll stole)?
d. Bagaimana pelatihan ROM aktif dan pasif kepada klien atau
pasien?

D. Metode Penulisan
Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan makalah
ini, dilakukan dengan mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan
materi berupa konsep body mekanik dan ambulasi. Metode yang dilakukan

2
dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan
dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Ambulasi (aktivitas berjalan) adalah sebuah fungsi yag kurang di
hargai oleh sebagian besar orang. Namun, saat orang sakit mereka sering kali
tirah baring dengan demikian menjadi tidak dapat melakukan ambulasi.
Semakin lama klien di tempat tidur semakin sulit mereka untuk berjalan
(Kozier, 2010).
Latihan ambulasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang akan
memicu penurunan nyeri dan penyembuhan luka lebih cepat. Terapi latihan
dan mobilisasi merupakan modalitas yang tepat untuk memulihkan fungsi
tubuh bukan saja pada bagian yang mengalami cedera tetapi juga pada
keseluruhan anggota tubuh. Terapi latihan dapat berupa passive dan active
exercise, terapi latihan juga dapat berupa transfer, posisioning dan ambulasi
untuk meningkatkan kemampuan aktivitas mandiri (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut Potter & Perry (2005) mobilisasi dini sangat penting sebagai
tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi
sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan
gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas
nyeri. Mobilisasi dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa
nyeri dengan cara menghilangkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau
daerah operasi, mengurangi aktivasi mediator kimiawi pada proses
peradangan yang meningkatkan respon nyeri serta meminimalkan transmisi
saraf nyeri menuju saraf pusat. Melalui mekanisme tersebut, ambulasi dini
efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pasca operasi (Nugroho, 2010).

4
B. Pengaturan Posisi dan Pemindahan Pasien di Tempat Tidur
1. Posisi Fowler
a. Indikasi
1) Klien  sesak nafas (penyakit jantung dan asma) atau gangguan
pernafasan.
2) Klien  dengan resiko ulkus.
3) Klien yang sedang makan atau minum.
4) Pasien pasca operasi struma dan hidung
b. Kontra Indikasi
1) Fraktur tulang pelvis, post operasi abdoment.
2) Faktur tulang belakang (vetebra lumbalis).
c. Alat dan Bahan
1) Tempat tidur khusus
2) Selimut
3) Bantal kecil
4) Bantalan kaki
5) Sarung tangan (bila diperlukan)
d. Prosedur Pelaksanaan

No. Prosedur Tindakan Rasional


Cuci tangan sebelum melakukan Menurunkan transmisi mikroorganisme
1.
pemeriksaan
Jelaskan prosedur yang akan Agar pasien mengerti bahwa tindakan
2. dilakukan kepada pasien yang kita lakukan sesuai prosedur yang
berlaku
Jelaskan prosedur yang akan Mencegah klien melluncur ke bawah saat
3.
dilakukan kepada pasien kepala dinaikkan
4. Tinggikan kepala tempat tidur Agar pasien mudah bernapas.
sebesar 45º -90º sesuai
kebutuhan. Untuk semi-fowler

5
adalah 15º -45º. Untuk fowler
tinggi adalah 90º.
Berikan sandaran atau bantal Bantal akan menyangga lengkung lumbal
5. kecil di bawah punggung klien dan mencegah terjadinya fleksi lumbal
jika ada celah di sana
Letakkan bantal kecil di bawah Menyangga lengkung servikal dan
kepala klien kolumna vetrebrata, kepala klien dapat
6. diletakkan di atas kasur tanpa batal.
Terlalu banyak bantal berakibat
kontraktur fleksi leher
Letakkkan bantal di bawah Mencegah ketidaknyamanan akibat
7. tungkai, dari lutut hingga tumit hiperekstensi lutut dan tekanan pada
tumit
Pastikan area popliteal tidak Mencegah kerusakan saraf dan dinding
8.
tertekan dan lutut tidak fleksi vena
Topang telapak kaki klien Mencegah plantar fleksi
9.
menggunakan bantalan kaki.
Cuci tangan sesudah prosedur Menurunkan transmisi mikroorganisme
10
selesai dilakukan
Dokumentasikan tindakan Untuk memudahkan jika nanti data
11
diperlukan

e. SOP

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Posisi powler adalah posisi setengah duduk atau duduk


dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau
dinaikkan.Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan
pasien.

6
Tujuan 1) Mempertahankan kenyaman
2) Memfasilitasi fungsi pernapasan
3) Untuk memudahkan pasien ketika minum obat
4) Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan
pernapasan
5) Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan,
membaca atau menonton)

Kebijakan
Prosedur 1) Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien
3) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien
4) Tinggikan kepala tempat tidur sebesar 45º -90º
sesuai kebutuhan. Untuk semi-fowler adalah 15º
-45º. Untuk fowler tinggi adalah 90º.
5) Berikan sandaran atau bantal kecil di bawah
punggung klien jika ada celah di sana
6) Letakkan bantal kecil di bawah kepala klien
7) Letakkkan bantal di bawah tungkai, dari lutut
hingga tumit
8) Pastikan area popliteal tidak tertekan dan lutut
tidak fleksi
9) Topang telapak kaki klien menggunakan bantalan
kaki
10) Cuci tangan sesudah prosedur selesai dilakukan
11) Dokumentasikan tindakan

7
Unit Terkait Bidang Keperawatan

2. Posisi Sims
a. Indikasi
1) Pada pasien dengan pemeriksaan rectal atau daerah anus
2) Untuk pasien yang akan di huknah
3) Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
4) Tindakan injeksi IM (intra muskular)
b. Kontra Indikasi
1) Klien dengan cedera servikal
2) Klien dengan fraktur ekstermitas atas atau fraktur klavikula
c. Alat dan Bahan
1) Tempat tidur khusus
2) Selimut
3) 3 buah bantal kecil/Gulungan handuk / bantalpasir
4) Sarung tangan ( bila diperlukan)
d. Prosedur Pelaksanaan

No
Prosedur Tindakan Rasional
.
Cuci tangan sebelum Menurunkan transmisi mikroorganisme
1.
melakukan tindakan
Jelaskan prosedur yang Agar pasien mengerti bahwa tindakan yang kita lakukan
2. akan dilakukan kepada sesuai prosedur yang berlaku
pasien
3. Pasien dalam keadaan Menempatkan klien pada posisisi ms yang benar, untuk
berbaring, kemudian mempermudah pemeriksa melihat daerah rektal atau
miringkan kekiri dengan anus.
posisi badan setengah

8
telungkup dan kaki kiri
lurus lutut, paha kanan
ditekuk diarahkan ke
dada.
Tempatkan bantal kecil Mencegah ketidaknyamanan pada otot – otot leher.
4. di bawah kepala Kontra indikasi jika posisi ditunjukkan untuk
mengalirkan drainase dari mulut
Tangan kiri diatas kepala Agar tangan tidak menopang tubuh.
atau dibelakang
5.
punggung dan tangan
kanan diatas tempat tidur.
Letakkan bantal di ruang Mencegah terjadinya penekanan secara langsung
antara dada, abdomen, abdomen dengan tempattidur.
6.
lengan atas dan tempat
tidur.
Letakkan bantal di antara Mencegah terjadinya penekanan langsung dengan
7. ruang pelvis, paha atas tempat tidur.
dan tempat tidur.
Cuci tangan sesudah Menurunkan transmisi mikroorganisme
8. prosedur selesai
dilakukan
Dokumentasikan Untuk memudahkan jika nanti data diperlukan
9.
tindakan

e. SOP

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri,


posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan

9
memberikan obat melalui anus (supositoria).
Tujuan 1) Memudahkan perawatan dan pemeriksaan pada
area perineal
2) Untuk memfasilitasi drainase dari mulut pasien
yang tidak sadar
3) Mengurangi penekanan pada sakrum dan
trokhanter besar pada pasien yang mengalami
paralisis.
4) Untuk tindakan pemberian enema.

Kebijakan
Prosedur 12) Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
13) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien
14) Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian
miringkan kekiri dengan posisi badan setengah
telungkup dan kaki kiri lurus lutut, paha kanan
ditekuk diarahkan ke dada.
15) Tempatkan bantal kecil di bawah kepala
16) Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang
punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur
17) Letakkan bantal di ruang antara dada, abdomen,
lengan atas dan tempat tidur
18) Letakkan bantal di antara ruang pelvis, paha atas
dan tempat tidur
19) Cuci tangan sesudah prosedur selesai dilakukan
20) Dokumentasikan tindakan
Unit Terkait Bidang Keperawatan

10
3. Posisi Dorsal Recumbent
a. Alat dan Bahan
1) Tempat tidur standar
2) Selimut
3) Bantal
b. Indikasi
1) Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
2) Untuk persalinan
3) Untuk memudahkan pemeriksaan dan melakukan tindakan, seperti:
 Pemasangankateter
 Pembersihan vulva (vulva hygiene)
 Pemeriksaan ginekologi/urologi
 Pengobatan uretra dan kandung kemih
 Pemeriksaan vagina (vaginal touché)
c. Kontra Indikasi
Dilakukan pada klien yang artritis karena terbatas untuk menekuk lutut
dan panggul.
d. Prosedur Pelaksanaan

No Prosedur Tindakan Rasional


Cuci tangan sebelum Menurunkan transmisi mikroorganisme
1
melakukan pemeriksaan
Jelaskan prosedur yang akan Agar pasien mengerti bahwa tindakan yang kita
2
dilakukan kepada pasien lakukan sesuai prosedur yang berlaku
Pasien dalam keadaan Pakaian dibuka untuk mempermudah proses
3 berbaring telentang, pakaian pemeriksaan atau perawatan atau persalinan.
bawah dibuka
4 Tekuk lutut, renggangkan Klien dengan gangguan nyeri merasa lebih nyaman
paha, telapak kaki dengan fleksi lutut. (Patricia A. Potter, 2005 : 823)
menghadap ketempat tidur

11
dan renggangkan kedua
kaki.
Pasang selimut untuk Untuk mengurangi rasa malu pada klien dan
5
menutupi daerah genetalia memberikan rasa nyaman saat pemeriksaan
Pada proses melahirkan, Untuk mempermudah pasien dalam proses
kedua tangan diletakkan di pemeriksaan.
samping kepala. Pada proses
6
pemeriksaan kedua tanggan
diletakkan di samping
pinggul pasien
Cuci tangan setelah prosedur Menurunkan transmisi mikroorganisme
7
dilakukan
8 Dokumentasikan tindakan Untuk memudahkan jika nanti data diperlukan

e. SOP

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan


kedua lutut flexi (ditarik atau direnggangkan) di atas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan
memeriksa genetalia serta pada proses persalinan. (A.
AzisAlimut H, 2009 : 186).
Area yang dikaji adalah kepala dan leher, punggung,
toraks anterior dan paru – paru, payudara, aksila,
jantung, abdomen.(Patricia A. Potter, 2005 : 823)

Tujuan 1) Perawatan daerah genetalia


2) Pemeriksaan daerah genetalia
3) Posisi pada proses persalinan

12
Kebijakan
Prosedur 21) Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
22) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien
23) Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian
bawah dibuka
24) Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki
menghadap ketempat tidur dan renggangkan kedua
kaki.
25) Pasang selimut untuk menutupi daerah genetalia
26) Pada proses melahirkan, kedua tangan diletakkan
di samping kepala. Pada proses pemeriksaan kedua
tanggan diletakkan di samping pinggul pasien
27) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
28) Dokumentasikan tindakan
Unit Terkait Bidang Keperawatan

4. Posisi Litotomi
a. Alat dan Bahan
1) Bantal
2) Tempat tidur khusus
3) Selimut / kain penutup
b. Indikasi
1) Untuk ibu hamil
2) Untuk persalinan
3) Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
c. Kontra Indikasi

13
Pada klien dengan antritis berat.
d. Prosedur Pelaksanaan

No. Prosedur Tindakan Rasional


Jelaskan prosedur yang akan Agar pasien mengerti bahwa
1. dilakukan tindakan yang kita lakukan sesuai
prosedur yang berlaku
Cuci tangan sebelum melakukan Menurunkan transmisi
2.
pemeriksaan mikroorganisme
Pasien dalam keadaan berbaring Memudahkan pemeriksaan, proses
3. telentang, kemudian angkat kedua persalinan dan pemasangan alat
paha dan tarik kearah perut kontrasepsi.
Tungkai bawah membentk sudut Mempermudah pemeriksa untuk
4. 90º terhadap paha melihat daerah yang akan
diberikan tindakan.
Letakkan bagian lutut/kaki pada Agar klien tidak usah menopang
5. penyangga kaki di tempat tidur kakinya pada posisi menekuk dan
khusus untuk posisi litotomi klien dapat merasa nyaman
Pasang selimut Untuk mengurangi rasa malu
6. klien dan memberikan rasa
nyaman saat pemeriksaan
Cuci tangan setelah prosedur Menurunkan transmisi
7.
dilakukan mikroorganisme
Dokumentasikan tindakan Untuk memudahkan jika nanti
8.
data diperlukan

e. SOP

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Pasien ditempatkan pada posisi berbaring telentang

14
dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
keatas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan dan
memasang alat kontrasepsi.

Tujuan 1) Memudahkan pemeriksaan daerah rongga


panggul, misalnya pemeriksaan vagina/vaginal
touché, cystoscopy, rectoscopy.
2) Memudahkan pelaksanaan tindakan, misalnya
menolong persalinan/partus, operasi hemoroid,
pemasangan IUD, atau curettage.

Kebijakan
Prosedur 1) Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
pasien
3) Pasien dalam keadaan berbaring telentang,
kemudian angkat kedua paha dan tarik kearah
perut
4) Tungkai bawah membentk sudut 90º terhadap
paha
5) Letakkan bagian lutut/kaki pada penyangga kaki
di tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
6) Pasang selimut
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8) Dokumentasikan tindakan
Unit Terkait Bidang Keperawatan

f. Menaikkan Posisi Klien yang Melorot ke Atas Tempat Tidur

15
a. Persiapan Alat
1) Rekstok gantung (overhead trapeze)
2) Sarung tangan (jika perlu)
b. Prosedur Pelaksanaan

No. Prosedur Tindakan Rasional


Cuci tangan sebelum melakukan Menurunkan transmisi mikroorganisme
1.
pemeriksaan
Jelaskan prosedur yang akan Agar pasien mengerti bahwa tindakan
2. dilakukan kepada pasien yang kita lakukan sesuai prosedur yang
berlaku
Atur bagian kepala tempat tidur Memperkecil pengaruh gravitasi.
pada posisi datar atau serendah
3.
mungkin yang mampu ditoleransi
oleh klien
Kunci semua roda tempat tidur Memudahkan proses pemindahan
4. dan naikkan pagar tempat tidur
pada sisi yang jauh dari Anda.
Ambil semua bantal, kemudian Melindungi kepala klien dari
letakkan salah satu bantal di atas kemungkinan cidera yang tidak disengaja
5. kepala tempat tidur. akibat terbentur dengan kepala tempat
tidur saat dipindahkan.

6. Persiapan klien. Minta klien Mengurangi gesekan dengan permukaan

16
melakukan fleksi pinggul dan tempat tidur dengan dan dapat
lutut, menumpukkan telapak kaki memberikan tambahan tenaga dorongan.
di atas permukaan tempat tidur.

Berpegangan pada kepala tempat Memberikan bantuan tenaga dan


tidur dengan kedua tangan dan mengurangi gesekan pada saat
menarik pada saat dipindahkan, dipindahkan.

7. atau Berpegangan pada rekstok


gantung dengan kedua tangan,
kemudian mengangkat dan
menarik pada saat dipindahkan.

Berdiri di samping klien dengan Menjaga keseimbangan gravitasi perawat


wajah menghadap ke arah saat memindahkan pasien
pergerakan, lebarkan kedua kaki,
satu kaki di depan dan kaki
8. lainnya di belakang. Dengan
tubuh condong ke depan,
fleksikan pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki.

Pastikan klien merasa nyaman Mencegah cedera atau rasa sakit

9. dengan posisi yang Anda tambahan


berikan.

Cuci tangan sesudah prosedur Menurunkan transmisi mikroorganisme


10
selesai dilakukan
Dokumentasikan tindakan Untuk memudahkan jika nanti data
11
diperlukan
f. SOP

17
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Menempatkan kembali posisi klien yang melorot ke


bagian bawah di atas tempat tidur pada posisinya
semula.

Tujuan 1) Memenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang


sesuai/tepat.
2) Memberikan rasa nyaman.

Kebijakan
Prosedur 1) Atur tempat tidur
 Atur bagian kepala tempat tidur pada posisi
datar atau serendah mungkin yang mampu
ditoleransi oleh klien.
 Naikkan tempat tidur setinggi pusat gravitasi
Anda.
 Kunci semua roda tempat tidur dan naikkan
pagar tempat tidur pada sisi yang jauh dari
Anda.
 Ambil semua bantal, kemudian letakkan salah
satu bantal di atas kepala tempat tidur.
2) Persiapan klien. Minta klien :
 Melakukan fleksi pinggul dan lutut,
menumpukkan telapak kaki di atas permukaan
tempat tidur.
 Berpegangan pada kepala tempat tidur dengan
kedua tangan dan menarik pada saat
dipindahkan, atau

18
 Berpegangan pada rekstok gantung dengan
kedua tangan, kemudian mengangkat dan
menarik pada saat dipindahkan.
3) Atur posisi Anda dan pindahkan klien.
 Berdiri di samping klien dengan wajah
menghadap kea rah pergerakan, lebarkan kedua
kaki, satu kaki di depan dan kaki lainnya di
belakang. Dengan tubuh condong ke depan,
fleksikan pinggul, lutut, dan pergelangan kaki.
 Letakkan satu tangan di bawah paha klien dan
tangan lainnya di bawah scapula.
 Tegangkan otot-ototgluteal, abdominal, kaki,
dan lengan. Kemudian pindahkan/gerakan
klien ke atas sambil klien mendorong dengan
telapak kaki dan menarik dengan kedua tangan
pada bagian kepala tempat tidur atau pada
rekstok gantung.
4) Pastikan klien merasa nyaman dengan posisi yang
Anda berikan.
5) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
6) Dokumentasikan semua tindakan yang Anda
lakukan.

Unit Terkait Bidang Keperawatan

g. Mengatur Posisi Klien pada Posisi Duduk di Atas Tempat Tidur


a. Persiapan Alat

19
1) Sarung tangan (jika perlu)
b. Prosedur Pelaksanaan

No. Prosedur Tindakan Rasional


Cuci tangan sebelum melakukan Menurunkan transmisi mikroorganisme
1.
pemeriksaan
Jelaskan prosedur yang akan Agar pasien mengerti bahwa tindakan
2. dilakukan kepada pasien yang kita lakukan sesuai prosedur yang
berlaku
Kunci semua roda tempat tidur Memudahkan proses pemindahan
3. dan naikkan pagar tempat tidur
pada sisi yang jauh dari Anda.
4 Atur posisi Anda dan posisi klien Mencegah terjadinya cidera dan menjaga
secara tepat. Bediri di samping keseimbangan gravitasi perawat
tempat tidur, di sisi pantat klien
menghadap ke arah kepala
tempat tidur. Lebarkan kaki Anda

20
dengan salah satu kaki di depan
dan dijadikan kaki ini tumpuan
berat badan.

Angkat klien pada posisi duduk Mengurangi beban berat tubuh klien
Minta klien untuk turut
mengangkat secra bersamaan
5. dengan Anda, dengan
mendorongkan kedua tangannya
ke atas permukaan tempat tidur.

Pastikan klien merasa nyaman Mencegah cedera atau rasa sakit

6. dengan posisi yang Anda tambahan


berikan.

Cuci tangan sesudah prosedur Menurunkan transmisi mikroorganisme


7
selesai dilakukan
Dokumentasikan tindakan Untuk memudahkan jika nanti data
8
diperlukan

c. SOP

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Menempatkan klien pada posisi duduk di atas tempat


tidur.

Tujuan 1) Memnuhi kebutuhan pengaturan posisi yang


sesuai/tepat.
2) Untuk persiapan prosedur perawatan berikutnya
(memberikan makan dan minum, hygiene

21
personal, dan sebagainya.

Kebijakan
Prosedur 1) Atur tempat tidur.
 Atur bagian kepala tempat tidur pada posisi
datar.
 Naikkan tempat tidur setinggi pusat gravitasi
Anda.
 Kunci semua roda tempat tidur dan naikkan
pagar tempat tidur pada sisi yang jauh dari
Anda.
2) Atur posisi Anda dan posisi klien secara tepat.
 Bediri di samping tempat tidur, di sisi pantat
klien menghadap ke arah kepala tempat tidur.
Lebarkan kaki Anda dengan salah satu kaki di
depan dan dijadikan kaki ini tumpuan berat
badan.
 Minta klien untuk meletakkan kedua tangan di
sisi tubuhnya dengan telapak tangan
menghadap di atas permukaan tempat tidur.
3) Angkat klien pada posisi duduk.
 Letakkan salah satu tangan di bawah bahu
klien.
 Letakkan tangan yang lainnya di atas
permukaan tempat tidur, dan gunakan untuk
mendorong pada saat mengangkat.
 Minta klien untuk turut mengangkat secra
bersamaan dengan Anda, dengan

22
mendorongkan kedua tangannya ke atas
permukaan tempat tidur.
4) Patikan klien merasa nyaman dengan posisi yang
Anda berikan.
5) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
6) Dokumentasikan semua tindakan.

Unit Terkait Bidang Keperawatan

h. Memindahkan Klien pada Posisi Duduk di Tepi Tempaat Tidur


a. Persiapan Alat
1) Sarung tangan (jika perlu)
b. Prosedur Pelaksanaan

No. Prosedur Tindakan Rasional


Cuci tangan sebelum melakukan Menurunkan transmisi mikroorganisme
1.
pemeriksaan
Jelaskan prosedur yang akan Agar pasien mengerti bahwa tindakan
2. dilakukan kepada pasien yang kita lakukan sesuai prosedur yang
berlaku
3. Kunci semua roda tempat tidur Memudahkan proses pemindahan
dan naikkan pagar tempat tidur

23
pada sisi yang jauh dari Anda.
Pindahkan semua bantal
Berdiri di samping tempat tidur, Mencegah terjadinya cidera dan menjaga
di sisi pinggul klien menghadap keseimbangan gravitasi perawat
ke arah kaki tempat tidur.
Lebarkan kaki Anda, dengan
salah satu kaki di depan.
4
Condongkan tubuh Anda ke
depan, fleksikan pinggul, lutut,
dan pergelangan kaki.

Angkat klien pada posisi duduk , Mengurangi beban berat tubuh klien
Putar kaki klien ke arah Anda,
sampai kedua kaki menjuntai dari
tempat tidur sedangkan tangan
yang satunya memegang bahu
5.
klien. Tetap peganggi klien
hingga klien memperoleh
keseimbangan dan kenyamanan

Pastikan klien merasa nyaman Mencegah cedera atau rasa sakit

6. dengan posisi yang Anda tambahan


berikan.

Cuci tangan sesudah prosedur Menurunkan transmisi mikroorganisme


7
selesai dilakukan
Dokumentasikan tindakan Untuk memudahkan jika nanti data
8
diperlukan
c. SOP

24
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

Pengertian Menempatkan posisi klien berada pada posisi di tepi


tempat tidur.

Tujuan 1) Agar terpenuhi kebutuhan pengaturan posisi yang


sesuai/tepat.
2) Untuk persiapan prosedur perawatan berikutnya
(mentransfer klien ke kursi roda/ambulasi)

Kebijakan
Prosedur 1) Atur tempat tidur
 Atur bagian kepala tempat tidur pada posisi
datar.
 Naikkan tempat tidur setinggi pusat gravitasi
Anda.
 Kunci semua roda tempat tidur dan naikkan
pagar tempat tidur pada sisi yang jauh dari
Anda.
 Pindahkan semua bantal.
2) Atur posisi Anda dan posisi klien secara tepat.
 Naikkan kepala tempat tidur secara perlahan
sampai pada posisi setengah duduk/duduk
penuh.
 Berdiri di samping tempat tidur, di sisi pinggul
klien menghadap ke arah kaki tempat tidur.
Lebarkan kaki Anda, dengan salah satu kaki di
depan. Confongkan tubuh Anda ke depan,

25
fleksikan pinggul, lutut, dan pergelangan kaki.
3) Angkat klien pada posisi duduk.
 Letakkan salah satu tangan di bawah bahu
klien.
 Letakkan tangan yang lainnya di bawah kedua
paha dekat dengan lutut.
 Tegangkan otot gluteal, abdominal, kaki,
lengan.
 Angkat paha klien secara perlahan.
 Putar kaki klien kea rah Anda, sampai kedua
kaki menjuntai dari tempat tidur sedangkan
tangan yang satunya memegang bahu klien.
 Tetap peganggi klien hingga klien memperoleh
keseimbangan dan kenyamanan.
4) Pastikan klien merasa nyaman dengan posisi yang
Anda berikan.
5) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
6) Dokumentasikan semua tindakan

Unit Terkait Bidang Keperawatan

C. Penggunaan Alat Bantu Jalan


1. Kruk
a. Indikasi
1) Pasien dengan fraktur ekstremitas bawah.
2) Pasien dengan post op amputasi ekstremitas bawah.
3) Pasien dengan kelemahan kaki / post stroke.
b. Kontra Indikasi

26
1) Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.
2) Penderita dalam keadaan bedrest
3) Penderita dengan post op
c. Persiapan Alat
1) Sepasang kruk.
2) Sandal yang sesuai.
d. Prosedur

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Berjalan menggunakan alat bantu berupa kruk.

Tujuan 1) Membantu mempertahankan keseimbangan.


2) Menghindari risiko cedera saat berjalan.
3) Mengurangi dampak negative imobilitas.
Kebijakan
Prosedur 1) Beri salam.
2) Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan.
3) Cuci tangan.

27
4) Jelaskan kepada klien gaya berjalan menggunakan
kruk.
a. Gaya berjalan 4 titik
 Bantu klien berdiri dengan ditopang dua
buah kruk.
 Letakkan kedua tungkai klien dalam posisi
sejajr dengan kedua titik tumpu kruk berada
di depan kedua kaki klien.
 Minta klien untuk berjalan dengan
menggerakkan tungkai kiri ke depan.
 Selanjutnya, gerakkan kruk ke kiri ke
depan, kemudian tungkai kanan juga ke
depan.
 Ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan.
b. Gaya berjalan 3 titik
 Gerakkan tungkai kiri dan kedua kruk ke
depan, kemudian gerakkan tungkai kanan
ke depan.
 Ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan.
c. Gaya berjalan 2 titik
 Gerakkan tungkai kiri dan kruk kanan ke
depan secara bersamaan kemudian
gerakkan tungkai kanan dan kruk kiri ke
depan juga secara bersamaan.
 Ulangi langkah tersebut setiap kali berjalan.
5) Selalu siapkan diri Anda di sisi klien untuk
membantu menjaga keseimbangan jika dibutuhkan.
6) Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien dan

28
lakukan koreksi jika perlu.
7) Cuci tangan.
Unit Terkait Bidang Keperawatan

2. Walker
a. Indikasi
1) Pasien dengan kelemahan kaki
2) Post stroke
3) Obesitas
4) Pasien tirah baring lama
5) Pasien yang terdapat fraktur pada kaki
b. Kontra Indikasi
1) Penderita dalam keadaan bedrest
2) Penderita dengan post op
c. Persiapan Alat
1) Sepasang kruk.
2) Sandal yang sesuai.
d. Prosedur

29
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Berjalan menggunakan alat bantu berupa walker.

Tujuan 1) Membantu mempertahkankan keseimbangan.


2) Menghindari risiko cedera saat berjalan.
3) Mengurangi dampak negative imobilitas.

Kebijakan
Prosedur 1) Beri salam.
2) Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan.
3) Cuci tangan.
4) Jelaskan kepada klien gaya berjalan menggunakan
kruk.
5) Bantu klien berdiri
6) Minta klien untuk memegang gagang walker.
7) Minta klien untuk berjalan maju mengguanakan
bantuan walker, dengan tetap mempertahankan 4
titik walker di atas lantai.
8) Pastikan klien mengangkat kakinya pada saat
berjalan, bukan menarik,
9) Selalu siapkan diri Anda di sisi klien untuk
membantu menjaga keseimbangan jika
dibutuhkan.
10) Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan
lakukan koreksi jika perlu.
11) Cuci tangan.

30
Unit Terkait Bidang Keperawatan

3. Tongkat
a. Indikasi
1) Hemiparase
2) Pasien dengan kelemahan kaki / post stroke
3) Obesitas
b. Kontra Indikasi
1) Penderita dalam keadaan bedrest
2) Penderita dengan post op
c. Persiapan Alat
1) Sepasang kruk.
2) Sandal yang sesuai.
d. Prosedur

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

31
Pengertian Berjalan menggunakan alat bantu berupa walker.
Tujuan 1) Membantu mempertahkankan keseimbangan.
2) Menghindari risiko cedera saat berjalan.
3) Mengurangi dampak negative imobilitas.

Kebijakan
Prosdur 1) Beri salam.
2) Jelaskan tujuan prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan.
3) Cuci tangan.
4) Jelaskan kepada klien gaya berjalan menggunakan
kruk.
5) Bantu klien berdiri
6) Instruksikan klien untuk memegang tongkat pada
sisi tubuh yang kuat atau sehat.
7) Letakkan tongkat sekitar 30cm di depan kaki
klien.
8) Minta klien melangkahkan kaki yang kuat ke
depan.
9) Selalu siapkan diri Anda di sisi klien untuk
membantu menjaga keseimbangan jika
dibutuhkan.
10) Kaji setiap kemajuan yang dicapai klien, dan
lakukan koreksi jika perlu.
11) Cuci tangan.

Unit Terkait Bidang Keperawatan

32
D. Memindahkan Pasien dari dan ke Tempat Tidur ke Brankar/ Stretcher/
Tandu/ Kursi Roda (Roll Stole)
1. Membantu Klien Pindah dari Tempat Tidur ke Kursi Roda
a. Persiapan Alat
1) Sarung Tangan jika perlu.
2) Kursi roda.
b. Persiapan Pasien
1) Pasien berada di tempat tidur, jelaskan prosedur pada pasien
c. Pesiapan Tempat
Atur posisi tempat tidur pada posisi paling rendah sampai kaki pasien
menyentuh lantai
d. Prosedur Pelaksanaan

No Prosedur Tindakan Rasional


1. Atur peralatan dengan tepat Agar prosedur dapat berjalan dengan baik
2. Siapkan dan kaji klien Untuk menghindari kontra indikasi pada
pasien
3. Berikan instruksi yang jelas pada Klien diberitahu untuk tidak meletakkan
klien kedua tangan pada leher perawat karena
dapat menyebabkan cidera pada perawat
4. Siapkan posisi Perawat dengan Mencegah kehilngan keseimbangan pada

33
tepat srlama pemindahan
5. Bantu klien dalam posisi berdiri Membantu perawat dan klien untuk
selama beberapa saat. mengekstensikan persendian dan
mamastikan bahwa klien dalam kondisi baik
sebelum dipindahkan dari tempat tidur .
6. Bantu klien duduk dengan Membantu menyangga berat tubuh pada saat
memintanya untuk meletakkan pergerakkan.
kaki yang kuat di belakang kaki
yang lemah

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
untuk menjalani prosedur atau tindakan tertentu.

Tujuan
Kebijakan 1) Memudahkan klien menjalani prosedur perawatan
tertentu.
2) Memindahkan klien ke tempat atau ruangan
tertentu.

Prosedur 1) Atur peralatan dengan tepat.


 Atur ketinggian tempat tdiru hingga mencapai
posisi terendah agar kaki klien dapat
menyentuh lantai. Fiksasi semua roda tempat
tidur.
 Letakkan kursi roda sejajar dan sedekat

34
mungkin dengan tempat tidur. Fiksasi semua
roda kursi roda.
2) Siapkan dan kaji klien.
 Bantu klien duduk di tepi tempat tidur (lihat
kembali prosedur membantu klien duduk di sisi
tempat tidur).
 Kaji apakah klien mengalami hipotensi postural
sebelum memindahkan dari tempat tidurn.
3) Berikan instruksi yang jelas pada klien. Minta klien
untuk :
 Bergerak ke depan dan duduk di tepi tempat
tidur hingga kaki klien menyentuh lantai.
 Mencondongkan.tubuh ke depan mulaai dari
pinggul.
 Meletakkan kaki yang kuat di bawah tepi
tempat tidur, sedangkan kaki yang lemah di
depannya.
 Meletakkan tangan klien di atas permukaan
tempat tidur atau di atas kedua bahu Anda
sehingga klien dapat mendorong tubuhnya
sambil berdiri.
4) Siapkan posisi Anda dengan tepat.
 Berdiri tepat di depan klien. Condongkan tubuh
ke depan, fleksikan pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki. Lebarkan kaki Anda, dengan
satu kaki di depan dan kaki lainnyan di
belakang.
 Letakkan kedua tangan Anda melingkari

35
pinggang klien.
 Tegangkan otot gluteus, abdomen, tungkai, dan
lengan Anda. Bersiap untuk melakukan
pemindahan.
5) Bantu klien berdiri, kemudian bergerkan
bersamaan menuju kursi roda.
 Pada hitungan ketiga, minta klien untuk
mendorong tubuhnya dengan kaki belakang,
mengayun ke kaki depan dan meluruskan
persendian pada ekstermitas bawah.
 Bersamaan dengan prosedur sebelumnya, Anda
mengangkat klien denagan kedua tangan.
6) Bantu klien dalam posisi berdiri selama beberapa
saat.
7) Secara bersamaan, putar atau ambil beberapa
langkah menuju kursi roda.
8) Bantu klien duduk dengan memintanya untuk :
 Membelakangi kursi roda.
 Meletakkan kaki yang kuat di belakang kaki
yang lemah.
 Mempertahankan kaki lainnya tetaap berada di
depan.
 Meletakkan kedua tangan di atas lengan kursi
roda atau tetap pada bahu perawat.
9) Berdiri di depan klien. Letakkan satu kaki di depan
dan kaki lainnya di belakang. Tegangkan otot
gluteus, abdomen, dan lengan, kemudain dalam
hitungan ketiga minta klien untuk :

36
 Menggeser barat tubuhnya dengan cara
memindahkannya ke kaki belakang.
 Merendahkan tubuh hingga bagian tepi kursi
roda dengan cara memrefleksikan persendian
kaki dan lengan secarra bersamaan.
10) Pindahkan berat tubuh Anda dengan memundurkan
kaki depan dan rendahkan klien hingga di atas kursi
roda.
11) Pastikan keselamatan klien.
 Minta klien untuk menggeser duduknya hingga
memperoleh posisi yang aman dan nyaman.
 Pasang pijakan kaki dan letakkan kedua kaki
klien di atasnya.

Unit Terkait Bidang Keperawatan

2. Membantu Klien Pindah dari Tempat Tidur ke Brankar


a. Persiapan Alat
1) Brankar atau kereta dorong
2) Sarung tangan jika perlu
b. Prosedur Pelaksanaan

37
No Prosedur Tindakan Rasional
1. Atur tempat tidur untuk persiapan Memudahkan memindahkan pasien
pemindahan klien.
2. Minta klien untuk menekuk leher Mencegah cedera pada bagian tubuh tersebut
jika memungkinkan dan
meletakkan kedua tangannya
secara menyilang di atas dada.
3. Buat klien merasa nyaman. Segera Klien diberitahu untuk tidak meletakkan
naikkan pagar brankar dan/atau kedua tangan pada leher perawat karena
kencangkan sabut pengaman yang dapat menyebabkan cidera pada perawat
melintang di atas tubuh klien.
4. Siapkan posisi Perawat dengan Pastikan keamanan dan kenyamanan klien
tepat
5. Bantu klien dalam posisi berdiri Membantu perawat dan klien untuk
selama beberapa saat. mengekstensikan persendian dan
mamastikan bahwa klien dalam kondisi baik
sebelum dipindahkan dari tempat tidur .
6. Bantu klien duduk dengan Membantu menyangga berat tubuh pada saat
memintanya untuk meletakkan pergerakkan.
kaki yang kuat di belakang kaki
yang lemah

38
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Meminahkan klien dari tempat tidur ke brankar atau
kereta dorong.

Tujuan 1) Melakukan tindakan perawatan tertentu yang tidak


dapat dikerjakan di tempat tidur.
2) Memindahkan klien ke tempat yang baru.

Kebijakan
Prosedur 1) Atur tempat tidur untuk persiapan pemindahan
klien.
 Atur tempat tidur hingga memperoleh posisi
datar dari bagian kepala hingga bagian kaki.
 Naikkan tempat tidur hingga lebih tinggi dari
permukaan brankar. Memudahkan pemindahan
klien.
 Pastikan semua roda tempat tidur sudah
terkunci dengan aman.
2) Atur posisi klien dengan aman ke brankar.
 Posisikan klien di tepi tempat tidur. Tutupi
klien dengan dengan selimut untuk memberi
kenyamanan dan menjaga privasi.
 Tempatkan brankar secara parallel di sisi
tempat tidur dan kunci semua rodanya.
3) Pindahkan klien dengan aman ke brankar.
 Minta klien untuk menekuk leher jika
memungkinkan dan meletakkan kedua

39
tangannya secara menyilang di atas dada.
 Dengan bantuan dua perawat lainnya, lakukan
persiapan untuk mengangkat klien, letakkan
kedua tangan Anda di bawah punggung atas
klien, perawat pertama meletakkan kedua
tangannya si bawah pinggul, dan perawat
kedua meletakkan kedua tangannya di bawah
tunkai klien.
 Condongkan tubuh ke depan dan flesikan
pinggul, lutut, serta pergelangan kaki. Berikan
instruksi, kemudian angkat klien bersamaan
dari tempat tidur dan pindahkan ke brankar.
4) Pastikan keamanan dan kenyamanan klien.
 Buat klien merasa nyaman. Segera naikkan
pagar brankar dan/atau kencangkan sabut
pengaman yang melintang di atas tubuh klien.
 Buka kunci roda brankar dan dorong menjauhi
tempat tidur.

Unit Terkait Bidang Keperawatan

E. Latihan ROM Aktif dan Pasif


1. Latihan Aktif ROM
a. Indikasi
1)  Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara aktif
dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan bantuan atau
tidak.

40
2) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat
menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-AROM
(Active-Assistive ROM, adalah jenis ROM Aktif yang mana
bantuan diberikan melalui gaya dari luar apakah secara manual
atau mekanik, karena otot penggerak primer memerlukan
bantuan untuk menyelesaikan gerakan).
3) ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihan aerobik.
4) ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas diatas
dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.
b. Kontra Indikasi
1) Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera.
2) Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas
gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan
memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan
pemulihan
3) Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan
yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
4) ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
5) PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
6) Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria,
dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat
diberikan dalam pengawasan yang ketat

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

41
Pengertian Latihan gerak isotonic (terjadi kontraksi dan
pergerakan otot) yang dilakukan klien dengan
menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai
dengan rentang geraknya yang normal.

Tujuan a. Latihan ini dapat mempertahankan atau


meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot.
b. Mempertahankan fungsi kardiorespirator.
c. Mencegah kontraktur dan kekauan pada
persendian.

Kebijakan
Prosdur Perawat memberikan bimbingan dan intruksi atau
motivasi kepada klien untuk menggerakkan persendian-
persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya
masing-masing.
Unit Terkait Bidang Keperawatan

2. Latihan Pasif ROM


a. Indikasi
1) Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang
apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat proses
penyembuhan
2) Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk
bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya keadaan
koma, kelumpuhan atau bed rest total

b. Kontra Indikasi
1) Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera.

42
2) Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas
gerakan yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan
memperlihatkan manfaat terhadap penyembuhan dan
pemulihan
3) Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan
yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
4) ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
5) PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,
sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk
meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus
6) Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria,
dan lain-lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat
diberikan dalam pengawasan yang ketat

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
Pengertian Latihan pergerakkan perawat atau petugas lain yang menggerakkan persen
klien sesuai dengan rentang geraknya.

Tujuan Menjaga fleksibelitas dari masing-masing persendian.

Kebijakan
Prosedur Prosedur umum
1. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.
2. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang sketsel.
3. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan Anda lakukan
minta klien untuk dapat bekerja sama.
4. Atur ketinggian tempat tidur yang sesuai agar memudahkan perawat d

43
bekerja, terhindar dari masalah pada penjajaran tubuh dan pergun
selalu prinsi-prinsip mekanik tubuh.
5. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan perawat dan
bagian tubuh yang akan digerakkan.
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-masing
tubuh.
7. Kembalikan pada posisi awal setlah masing-masing gerakan. U
masing-masing gerakan 3 kali.
8. Selama latihan pergerakkan, kaji
9. Kemampuan untuk menoleransi gerakan
10. Rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian yang bersangku
11. Setelah latihan pergerakn, kaji denyut nadi dan ketahan tubuh terh
latihan.
12. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau perub
pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan dan kontraktur.
Prosedur Khusus
Gerakan Bahu

1. Mulai masing-masing gerakan dari lengan di sisi klien. Pegang leng


bawah siku dengan tangan kiri perawat dan pegang pergelangan ta
klien dengan tangan kanan perawat.
2. Fleksi dan ekstensikan bahu.
Gerakan lengan ke atas menuju kepala tempat tidur. Kembalika

44
posisi sebelumnya.
3. Abdukasikan bahu.
Gerakan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala klien sampai tang
atas kepala.
4. Addusikan bahu.
Gerakan lengan ke atas tubuhnya sampai tangan yang bersangk
menyentuh tangan pada sisi di sebelahnya.
5. Rotasikan bahu internal dan eksternal.
 Letakkan lengan di samping tubuh klien sejajar dengan bahu.
 Siku membentuk sudut 90º dengan kasur.
 Gerakkan lengan ke bawah hingga telapak tangan menyentuh k
kemudian gerakkan ke atas hingga punggung tangan menyenuh te
tidur.

Gerakan Siku

1. Fleksi dan ekstensikan siku.


 Bengkokkan siku hinga jari-jari tangan menyentuh dagu.
 Luruskan kembali ke tempat semula.
2. Pronasi dan suspinasikan siku.
 Genggam tangan klien seperti orang yang sedang berjabat tangan.
 Putar telapak tangan klien ke bawah dan ke atas, pastikan hanya te

45
pergerakkan siku, bukan bahu.

Gerakan Pergelangan Tangan


1. Fleksi pergelangan tangan.

 Genggam telapak tangan dengan satu tangan, tangan yang lai


menyangga lengan bawah.
 Bengkokkan pergelangan tangan ke depan.
2. Ekstensi pergelangan tangan.

Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan ke posisi sem


3. Fleksi radial/radial deviation (abduksi).

46
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu jari.
4. Fleksi ulnar/ulnar deviation (adduksi).

Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral kea rah jari kelima.

Gerakan Jari-jari Tangan


1. Fleksi.

47
Bengkokkan jari-jari tanngan dan ibu jari kea rah telapak tangan (ta
menggenggam).
2. Ekstensi.
Dari posisi fleksi, kembalikan ke posisi semula (buka genggaman tang
3. Hiperekstensi.
Bengkokkan jari-jari ke belakang sejauh mungkin.
4. Abduksi.

Buka dan pisahkan jari-jari tangan.


5. Adduksi.
Dari posisi abduksi kembalikan ke posisi semula.
6. Oposisi.

Sentuh masing-masing jari tangan dengan ibu jari.

Gerakan Pinggul dan Lutut


Untuk melakukan gerakan ini, letakkan satu tangan di bawah lutut klien de

48
tangan yang lainnya di bawah mata kaki klien.
 Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul. Angkat kaki dan bengkokkan lu

 Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin.


 Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki sa
pada kasur.
 Abduksi dan adduksi kaki.

 Gerakkan kaki ke samping menjauhi klien.


 Kembalikan melintas di atas kaki yang lain.
 Roasikan pinggul internal dan eksternal.

49
Putar kaki ke dalam, kemudian ke luar.

Gerakan Telapak Kaki dan Pergelangan Kaki


1. Dorsofleksi telapak kaki.

 Letakkan satu tangan di bawah tumit.


 Tekan kaki klien dengan lengan Anda untuk menggerakkannya ke
kaki.
2. Fleksi plantar telapak kaki.

50
 Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya b
pada tumit.
 Dorong telapak kaki menjauh dari kaki.
3. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki.

 Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan tangan


lainnya pada pergelangan kaki.
 Bengkokkan jari-jari ke bawah.
 Kembalikkan lagi pada posisi semula.

4. Inversi dan eversi telapak kaki


 Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang lainnya di
punggung kaki.
 Putar telapak kaki ke dalam kemudian ke luar.

51
Gerakan Leher
Ambil bantal di bawah kepala klien
1. Fleksi dan ekstensi leher.
 Letakkan satu tangan di bawah kepala klien, dan tangan yang lai
di atas dagu klien.
 Gerakkan kepala ke depan sampai menyentuh dada, kemu
kembalikan ke posisi semula tanpa disangga oleh bantal.
 Letakkan kedua tangan pada pipi klien.
 Gerakkan kepala klien ke arah kanan dan kiri.

Gerakan Hiperekstensi
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat de
perawat.
1. Hiperekstensi leher.
 Letakkan satu tangan di atas dahi, tangan yang lainnya di bawah
klien.
 Gerakkan kepala ke belakang.
2. Hiperekstensi bahu.
 Letakkan satu tangan di atas bahu klien dan tangan yang lainny
bawah siku klien.
 Tarik lengan atas ke atas dan ke belakang.
3. Hiperkstensi pinggul
 Letakkan satu tangan di atas pinggul. Tangan yang lainnya menya
kaki bagian bawah.
 Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pingggul.

Unit Terkait Bidang Keperawatan

52
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tindakan ambulasi pada pasien merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien dengan kesulitan berjalan dan melakukan aktifitas,
tindakan keperawatan ambulasi dimulai dengan cara mengatur posisi pasien,
membantu mobilisasi pasien dan membantu pasien menggunakan alat bantu
berjalan seperti kruk,walker,dan kursi roda.

B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dalam
melakukan tindakan keperawatan yaitu tindakan ambulasi pasien dan dapat
dijadikan pegangan dalam pembelajaran baik di institusi maupun di lahan

53
praktek , apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini kami memohon
map karena kesempurnaan hanya milik Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA

Eni Kusyati, dkk. 2006. Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan


Dasar. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik. Volume 1. Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rustianawati. 2013. efektivitas Ambulasi Dini terhadap Penurunan Intensitas Nyeri


pada Pasien Post Operasi Lapartomi di RSUD Kudus.Jurnal Keperawatan
dan Kebidanan. Online. Vol 4, No 2.
(http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/view/203/134) (diakses
pada 20 Februari 2019)

Suratun dkk.(2008).Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta:


EGC Barbara.

54

Anda mungkin juga menyukai