MAKALAH FARMAKOGNOSI
“RESUME JURNAL ETNOFARMAKA SERTA
PRODUK JAMU DAN FITOFARMAKA”
OLEH:
SERITENAYA WILHELMINA
NIM.1913026020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
ii
KATA PENGANTAR
Seritenaya Wilhelmina
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
Pendahuluan..................................................................................................iv
BAB 1 Pembahasan.......................................................................................
BAB 2 Penutup..............................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................10
B. Saran....................................................................................................10
Daftar Pustaka...............................................................................................11
iv
PENDAHULUAN
BAB 1
PEMBAHASAN
dalam satu liter air kemudian didinginkan dengan suhu sekitas 37oC
dan di minum 3-5 kali sehari.
Bagian lain dari R. apiculata yang belum digunakan oleh
masyarakat adalah kulit batang, pada hal menurut Purnobasuki (2004)
kulit batang dari R. apiculata dapat digunakan sebagai anti muntah,
antiseptik, diare, haemostatik, menghentikan pendarahan, dan tupoid.
Kulit batang, bunga, buah dan daun dapat dijadikan sebagai obat
hepatitis. Sedangkan menurut Inoue (1999) dalam Anwar dan Gunawan
(2006) air rebusan R. apiculata dapat digunakan sebagai astrigent. R.
Apiculata ini mengandung zat samak yang dapat digunakan untuk
pelangsing badan, menghentikan pedarahan, homeostatis an antiseptik
(Agromedia, 2008).
Ceriops tagal (Bakau sakau) merupakan tumbuhan yang digunakan
digunakan sebagai obat setelah melahirkan untuk melancarkan nifas dan
pengeluaran darah-darah kotor. C.tagal ini digunakan dengan cara
meminum rebusan air daun, bunga, dan buah. Kulit batang tumbuhan ini
ditumbuk sampai halus kemudian ditempelkan ditempat yang ada
bisulnya. Menurut Purnobasuki (2004) kulit batang C. tagal dapat
menahan pendarahan. Sedangkan menurut (Inoue dkk., 1999 dalam
Anwar dan Gunawan 2006) air rebusan C. tagal dapat digunakan sebagai
antiseptik luka. Noor dkk, (2006) juga menyatakan bahwa ekstrak kulit
kayu bermanfaat untuk persalinan. C. tagal mengandung diterpenoid pada
daun, batang, ranting dan akarnya, tagalenes pada daun dan ranting,
triterpenoid, betulin, asam betulinic dan cereotagalol pada akar, buah dan
hipokotilnya. C. tagal merupakan tumbuhan anti bakteri yang menghambat
pertumbuhan Streptococus pyrogenes, Salmonella ponii, Bacillus cereus,
3
Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan.
Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan serian (generik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan
dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
(Biofarmaka IPB, 2013). Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu
karena percaya memberikan manfaat yang cukup besar terhadap kesehatan
baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun
dalam hal menjaga kebugaran dan kecantikan dan meningkatkan stamina
tubuh. Sampai saat ini keberadaan jamu terus berkembang. Hal ini terlihat
pada permintaan terhadap jamu yang terus mengalami peningkatan
(Biofarmaka IPB, 2013). Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2004)
mengelompokkan obat herbal menjadi tiga bentuk sediaan yaitu sediaan jamu,
sediaan herbal terstandar dan sediaan fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan
berbeda yaitu untuk jamu pemakaiannya secara empirik berdasarkan
pengalaman, sediaan herbal tersandar bahan bakunya harus distandarisasi dan
sudah diuji farmakologi secara eksperimen, sedangkan sediaan fitofarmaka
sama dengan obat modern, bahkan harus distandarisasi dan harus melalui uji
klinik (Badan POM, 2004).
Dalam pemasarannya jamu disajikan dalam bermacam-macam jenis,
diantaranya jamu gendong, jamu godokan, serbuk seduhan, pil dan cairan.
Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5
sampai 10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian
ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris, jamu juga harus
memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu (Suharmiati et al., 2006).
5
c. Lestero
Komposisi :
1) Sojae Semen 3,68 g
2) Curcumae Rhizoma 4,47 g
3) Alii Sativfae Bulbus 1,58 g
4) Bahan lain hingga 500 g
Dosis : 2x sehari 2 kapsul
Khasiat : Membantu mengurangi lemak darah
d. Resikda
Komposisi :
Curcuma Rhizoma, Orthosipon stamineus
Folium, Lingustrinae Lignum,
Phyllanthus niruri Herba, Alsthoniae
Cortex.
Aturan minum :
Diminum 1x sehari dan diseduh
dengan 100 ml air hangat
Khasiat :
Membantu mengurangi gatal-gatal,
bisul bernanah, dan jerawat yang
disebabkan oleh darah kotor.
e. Garlicia
Komposisi :
1) Alii sativi Bulbus 280 mg
2) Morindae Fructus 280 mg
3) Polyanthi Folium 70 mg
4) Curcumae Rhizoma 70 mg
Dosis :
1x sehari 2 kapsul sesudah makan
Khasiat :
Membantu mengurangi lemak darah
8
Kontra Indikasi :
Pasien yang alergi terhadap bawang putih dan tukak
lambung.
b. Tensigard
Komposisi :
1) Ekstr Apii herba 92 mg
2) Ekstr Orthosiphonis folium 28 mg
Dosis :
3x sehari 1 kapsul sebelum atau sesudah makan
Khasiat :
Menurunkan dan menstabilkan tekanan darah
Kontra Indikasi :
Hipersentivitas.
c. Nodiar
Komposisi :
1) Attapulgite 300 mg
2) Psidii Folium Extract 50 mg
3) Curcuma domestica Rhizoma Extract 7,5 mg
Dosis :
Dewasa dan anak (12 tahun lebih): 1x shari 2 tablet, maksimum 12
tablet dalam waktu 24 jam anak-anakk (6 – 12 tahun) 1x sehari 1 tablet,
maksimum
Kontra Indikasi :
Tidak boleh diberikan pada kondisi dimana konstipasi harus
dihindarkan dan pada pasien yang hipersensitif terhadap attapulgit.
d. X-gra
Komposisi :
1) Ekstrak Ganoderma Lucidum 150 mg
2) Ekstrak Eurycomae radix 50 mg
3) Ekstrak ginseng 30 mg
4) Ekstrak Retrofracti fructus 2,5 mg
5) Royal jelly 5 mg
Dosis : 1-2 kapsul/ hari, dimimun sebelum tidur secara rutin minimal 1
bulan. Khasiat :
Meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh, membantu meningkatkan
stamina pria dan mengatasi disfungsi ereksi dann ejakulasi dini.
Kontra Indikasi : Hipersesitivitas.
e. Laxing
Komposisi :
1) Casiae sannae folium 100 mg
2) Aloe vera folium 33 mg
3) Foeniculi vulgaris semen 20 mg
Dosis :
1-2 kapsul per hari, diminum sebelum tidur.
Khasiat :
Membantu melancarkan buang air besar, dan membantu melunakkan
feses Kontra Indikasi : Ibu hamil atau menyusui mengingat data
keamannya belum ukup. Hindari peenggunaan bagi penderita yang
memiliki alergi terhadap salah satu atau beberapa komponen obat.
11
BAB 2
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat tiga species dari familia Rhizophoraceae yang dimanfaatkan
sebagai tumbuhan obat, tumbuhan tersebut dimanfaatkan sebagai obat
panas dalam, pengobatan dalam masa penyembuhan pasca melahirkan,
bisul dan sakit perut. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun,
bunga, buah dan kulit batang. Tumbuhan ini diolah dengan cara direbus
untuk dimimun dan ada yang ditumbuk halus untuk dioleskan. Selain itu
ada berbagai macam jamu untuk pengobatan dan macam-macam
fitofarmaka.
B. Saran
Demikian hasil dari makalah ini, bila ada kekurangan bisa disempurnakan
di kemudian hari. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi referensi pembaca
dalam makalah selanjutnya. Terima kasih.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. dan H. Gunawan. 2007. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis
Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangun- an Wilayah Pesisir.
Ekspos Hasil-hasil Penelitian: Padang
Depkes RI. (2007). Kebijakan Obat Tradisionnal Tahun 2007. In Depkes RI.
jamuiboe.com/frontends/product_detail/134/iboe-health-drink-beras-kencur-plus.
13
Rizki, R., Safitri, E., & Asroen, A. (2016). Morfologi Bruguiera cylindrica (L.)
Blume Yang Tumbuh Di Hutan Mangrove Kecamatan Siberut Utara
Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sainstek: Jurnal Sains dan
Teknologi, 7(1), 2 6 - 3 2 .
Santoso, V.P., J. Posangi, H. Awaloei, R. Bara. 2015. Uji Efek Antibakteri Daun
Mangrove Rhizophora apiculata terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan Staphyloccos aureus. Jurnal e-Biomedik (eBm), 3 (1).
14