Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KUNJUNGAN MATA KULIAH HERBAL

KE B2P2TOOT TAWANG MANGU

Laporan Ini Dibuat Sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Herbal

Disusun Oleh :

Eka Agustin (J210160049)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah;Nya, sehingga penyusunan Laporan Kunjungan Herbal ke B2P2TOOT
ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala.Laporan ini penulis buat sebagai syarat
untuk tugas ujian akhir semester mata kuliah herbal. Adapun penyusunan laporan ini
berdasarkan data-data yang diperoleh selama melakukan Kunjungan Herbal dan keterangan
dari pembimbing. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kunjungan Industri
ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesembatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

Orang tua penulis yang telah memberikan doa dan restunya sehingga kegiatan Kunjungan
Industri ini dapat berlangsung dengan lancar.

Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan dan doa restu yang berhubungan dengan kegiatan Kunjungan Industri.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kunjungan Industri


masih banyak kekurangan.Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan Laporan
Kunjungan Industri ini.Demikian kata pengantar ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan
tulisan, gelar atau yang lainnya penulismengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Surakarta, 04 November 2017

Penulis
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara tropis yang terkenal akan kekayaan hayati dengan
keragamannya, beragam jenis tumbuhan berkembang biak di Indonesia. Tingginya
tingkat keanekaragaman hayati menjadikan Indonesia memiliki beragam jenis
tumbuhan obat.Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional asli Indonesia
telah dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu. Terbukti
dari adanya naskah lama pada daun lontar dan relief candi borobudor yang
menggambarkan orang sedang meracik obat ( jamu ) dengan tumbuhan sebagai
bahan bakunya.
Beragam dan mudahnya bahan untuk tubuhan obat yang sesuai dengan
penyakit yang diderita oleh seseorang di Indonesia, rasio resiko dengan manfaat
yang lebih menguntungkan penderita, dan adanya kelemahan yang berhubungan
dengan efek samping yang ditimbulkan oleh bahan obat sintetik. Menjadikan
tumbuhan obat memiliki prospek peluang yang tinggi untuk
dikembangkan.Potensi yang besar tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya
agar nantinya dapat memberikan arti bagi pengembangan kesehatan di Indonesia.
Saat ini masyarakat sudah mulai menyadari bahwa bahan-bahan yang berasal
dari alam akan lebih aman dibandingkan bahan-bahan sintetis, untuk itulah perlu
dikembangkan lebih lanjut maka perlu upaya dan dukungan dari pemerintah dan
pihak-pihak yang terkait untuk mengembangkan kekayaan hayati tersebut.
B. Tujuan Kunjungan

1. Mengetahui lebih lanjut tentang tanaman obat di B2P2TOOT


Tawangmangu.Mengetahui dan memperoleh keterangan atau penjelasan
tentang nama simplisia, familia, tanaman asal, kandungan zat, kegunaan,
bagian yang digunakan, cara penggunaan, cara budidaya, dan sediaan.
2. Melihat dan mengamati secara langsung berbagai jenis dan bentuk tanaman
obat.
3. Diharapkan dapat menunjang dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

C. Manfaat Kunjungan

1. Mengetahui dan memperoleh keterangan atau penjelasan tentang nama


simplisia, familia, tanaman asal, kandungan zat, kegunaan, bagian yang
digunakan, cara penggunaan, cara budidaya, dan sediaan.
2. Melihat secara langsung berbagai jenis tanaman obat.
3. Menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar.
BAB 2

A. SEJARAH B2P2TOOT

B2P2TOOT bermula dari Kebun Koleksi Tanaman Obat, dirintis oleh R.M Santoso
Soerjokoesoemo sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari seorang
anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang.
Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948, secara resmi
Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah Lembaga Eijkman dan diberi
nama “Hortus Medicus Tawangmangu”.
B. Transformasi

Suatu organisasi terjadi karena Kepmenkes No. 149 tahun 1978 pada tanggal 28 April
1978, yang mentransformasi kebun koleksi menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO)
sebagai Unit Pelaksana Teknis di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan. Transformasi I ini sebagai lembaga Iptek memberikan nuansa dan
semangat baru dalam mengelola tanaman obat (TO) dan potensi-potensi TO sebagai bahan
Jamu untuk pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan rakyat.

Evolusi organisasi berlanjut pada tahun 2006, dengan Permenkes No. 491 tahun 2006
tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Transformasi II ini
memberikan amanah untuk melestarikan, membudayakan, dan mengembangkan TOOT
dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

 
 

Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan, mendorong manusia dan negara


menggali, memanfaatkan, mengembangkan budaya kesehatan dan sumber daya lokal untuk
pembangunan kesehatan. Ini berdampak pada transformasi III B2P2TOOT, dengan
PermenkesNo. 003 tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi JAMU
dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan. Sejak tahun 2010, B2P2TOOT
memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu, dari hulu ke hilir, mulai dari riset etnofarmakologi
tumbuhan obat dan Jamu, pelestarian, budidaya, pascapanen, riset praklinik, riset klinik,
teknologi, manajemen bahan Jamu, pelatihan iptek, pelayanan iptek, dan diseminasi sampai
dengan peningkatan kemandirian masyarakat.
C. TANAMAN OBAT YANG ADA DI B2P2TOOT

1. Bunga Pukul 8 (Turnera Imifolia L.)

- Nama lain : Bunga Pukul 8 (Turnera Imifolia L.)


- Famili : Passifloraceae
- Kandungan : Daun dan batang mengandung saponin dan polifenol. Daunnya juga
mengandung flavonoid.
- Khasiat : Antiradang

CARA PENGOLAHAN
Untuk obat yang diminum, rebus daun atau akar segarnya (15 g). Setelah dingin, saring dan
minum airnya. Untuk obat luar, tumbuk daun segar secukupnya, tambahkan kapur sirih
(secukupnya), lalu aduk rata. Tempelkan pada bisul atau bagian tubuh yang bengkak dan
memar, lalu balut.
2. Kenanga (Canangium odoratum Bail.)

- Nama lain : Kenanga (Canangium odoratum Bail.)


- Famili : Annonaceae
- Kandungan : Kandungan kimia benzyl benzoat, cadinene, cineol, eugenol,
farnesol, geraniol, isosafrole, safrole, limonen, linalool, ester, methyl salicylate,
pinene. 
- Khasiat : kosmetik, aromaterapi

CARA PENGOLAHAN
Mengatasi perasaan gelisah : 15 gram bunga kenanga dan 30 gram kim
cim direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, lalu airnya diminum
sedangkan kim cimnya dimakan.
3. Bunga pukul 4(mirabilis jalapa L.)

- Nama lain : Bunga pukul 4(mirabilis jalapa L.)


- Famili : Nyctagynaceae
- Kandungan : Akar mengandung betaxanthins. Buah mengandung
zat tepung, lemak (4,3%), zat asam lemak (24,4%), zat asam minyak
(46,9%)
- Khasiat : jerawat, bisul,

CARA PENGOLAHAN
1. Bisul. 10-12 helai daun kembang pukul empat dicuci, lumatkan, beri
garam. Tempelkan pada bisul dan sekitarnya, balut.
2. Jerawat. Biji kembang pukul empat diambil isinya yang berupa tepung
bedak. Beri sedikit air. Oleskan pada jerawat.
4. Janggelan (Mesona palustris BI.)

- Nama lain : Janggelan (Mesona palustris BI.)


- Famili : Labiatae
- Kandungan : bioaktif antara lain flavonoid, polifenol, glikosida saponin,
terpenoid, dan steroid
- Khasiat : daun ;panas dalam herba ; keputihan ,sakit perut

CARA PENGOLAHAN
1. Cuci dahulu daun janggelan kering (cincau hitam) dengan air hingga bersih.
Ini juga dimaksudkan untuk menuruhkan suhu daun cincau agar diperoleh
zat pati yang optimal. 
2. Rebus 1 kg daun janggelan kering bersama NaOH atau Abu Qi secukupnya
kedalam kira-kira 20 L air hingga volume air tinggal setengahnya. (Hati-
hati dalam merebus, karena buih akan meningkat dan bisa tumpah jika tidak
diaduk).

3. Saring ambil larutan zat pati cincau hitam yang telah dihasilkan tersebut
untuk proses selanjutnya yaitu pembentukan gel cincau hitam.

4. Setelah dingin campurkan larutan tepung tapioka sambil diaduk.


5. Rebus hingga mendidih dan mengental. (Aduk terus, jangan sampai
menggumpal).

6. angkat dan tuang ke dalam cetakan seperti loyang, blek atau ember.

7. Biarkan dingin, kira-kira 7 - 10 jam.

5. Solidago lepida DC.

- Nama lain : Solidago lepida DC.


- Famili : Astereceae
- Kandungan :-
- Khasiat : tekanan darah tinggi

6. Catharanthi Radix

- Nama lain :Akar Tapak Dara


- Tanaman asal :Catharanthus roseus, Vinca rosea, Lochnera rosea
- Keluarga :Apocynaceae
- Isi :Alkaloida ajmalisin, serpentina, tetrahidroalstonin, vindesin,
vinkristin,vinblastin
- Penggunaan :Diuretik, obat diabetes, obat kanker

7. Derridis Radix

- Nama lain :Akar Tuba


- Tanaman asal :Derris elliptica
- Keluarga :Papilionaceae / Fabaceae
- Isi :Rotenon
- Penggunaan :Racun panah, racun ikan, skabicid, insektisida

8. Elephantopi Radix

- Nama lain :Akar tapak liman


- Tanaman asal :Elephantopus scaber
- Keluarga :Asteraceae
- Isi :Glukosida flavonoid
- Penggunaan :Antidemam

9. Rauwolfiae serpentinae Radix

- Nama lain :Akar Pulepandak / akar tikus


- Tanaman asal :Rauwolfia serpentina
- Keluarga :Apocynaceae
- Isi :Alkaloid ( ajmalin, ajmalisina, ajmalinina, serpentina,
reserpina )
- Penggunaan :Antihipertensi dan gangguan neuropsikitriatik

10. Tinosporae Caulis

- Nama lain :Bratawali


- Tanaman asal :Tinospora tuberculata, Tinospora rumphii, Tinospora crispa,
Tinospora cardifolia
- Keluarga :Menispermaceae
- Isi :Pati glukosida pikroterasida, alkaloid barberin dan palmatin,
harsa, zat pahit pikroretin
- Penggunaan :Obat demam, tonikum, antidiabetes
11. Serpylli Herba

- Nama lain :Herba serpili


- Tanaman asal :Thymus serpyllum (L)
- Keluarga :Lamiaceae
- Isi :Minyak atsiri yang mengandung timol, karvakol, pinen terpen,
alkohol dan zat pahit serpilin.
- Penggunaan :Ekspektoransia

12. Sauropi Folium


- Nama lain :Daun katuk
- Tanaman asal :Sauropus androgynus
- Keluarga :Euphorbiaceae
- Isi :Protein, lemak, dan kalsium
- Penggunaan :Memperlancar keluar asi, obat bisul

13. Abri Folium

- Nama lain :Daun saga


- Tanaman asal :Abrus precatorius ( L. )
- Keluarga:Papilionaceae
- Isi :Glisirizin sampai 15 %,Ca-Oksalat
- Penggunaan :Obat Sariawan

14. Aglaiae Folium

- Nama lain :Daun pacar cina


- Tanaman asal :Aglaia odorata (Lour)
- Keluarga :Meliaceae
- Isi :Minyak atsiri alkaloida, damar, garam-garam mineral
- Penggunaan :Mengurangi haid, obat gonorrhoe

15. Basilici Folium

- Nama lain :Daun selasih


- Tanaman asal :Ocimum basilicum (L)
- Keluarga :Lauraceae
- Isi :Minyak menguap, osimen, pinen, terpen, sineol, metil khavikol
- Penggunaan :Peluruh dahak (ekspektoransia), peluruh haid (emenagoga),
karminativa, pencegah mual, penambah nafsu makan, pengelat (adstringen),
penurun panas (antipiretika), pereda kejang, pengobatan pasca persalinan

16. Blumeae Folium

- Nama Lain :Daun sembung


- Tanaman asal :Blumea balsamifera
- Keluarga :Asteraceae
- Isi :Minyak atsiri yang mengandung kamfer, zat penyamak(tanin)
damar
- Penggunaan :Karminativa, sudorifika, obat batuk, adstrigen

17. Cassiae Folium

- Nama Lain : Daun ketepeng


- Tanaman asal : Cassia alata (L)
- Keluarga : Caesalpiniaceae
- Isi : Rein aloe-emodina, rein aloe-emodinadiantron,rein alo-
emodina, asam krisofanat
- Penggunaan : Obat kurap, obat kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit
kulit, pencahar ( laksan )

18. Gynurae procumbensis Folium

- Nama lain :Daun sambung nyawa


- Tanaman asal :Gyinura procumbens
- Keluarga :Asteraceae
- Isi :Minyak atsiri, flavonoid
- Penggunaan :Antipiretik

19. Andrographidis Herba

- Nama lain :Sambiloto


- Tanaman asal :Andrographis paniculata
- Keluarga :Acanthaceae
- Isi :2 macam zat pahit yaitu suatu hablur kuning(androga folida)
yang rasanya sangat pahit)dan kalmegin(zat amorf) minyak atsiri, alkaloid,
asam kersik, dammar,garam alkali
- Penggunaan :Tonikum, antipiretik,diuretic

20. Piperis Folium

- Nama Lain :Daun Sirih


- Tanaman asal :Piper Betle
- Keluarga :Piperaceae
- Isi :Minyak atsiri yang mengandung Fenol khas yang disebut
betelfenol atau aseptosol.
- Penggunaan :Anti sariawan , anti batuk,anti Septik, Obat kumur
D. PEMBUATAN SIMPLISIA

1) Pengumpulan bahan baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan.
2. Umur tanaman yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian
tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
2) Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia.Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun,
akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan
simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

3) Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang


melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air
dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang
mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang
sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat
menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak
tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal.
Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air
pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba.Cara sortasi
dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia.
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah
mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada
permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba.Bakteri yang
umum terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus,
Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia.Pada simplisia akar, batang atau buah
dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba
awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan
simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian
jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

4) Perajangan / merubah bentuk


Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang
tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.Perajangan dapat dilakukan dengan
pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga
dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah
menguap.Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh
karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan
sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya
kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak
bertambah.Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan
akibat reaksi antara bahan dan logam pisau.Pengeringan dilakukan dengan sinar
matahari selama satu hari.

5) Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah


rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat
merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam
sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan
selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan
yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak
terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses
sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel.

6) Sortasi kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan


simplisia.Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan
tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus
untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat
dilakukan dengan atau secara mekanik.Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula
adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus
dibuang sebelum simplisia dibungkus.

7) Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan.Jenis
kemasan yang digunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung
goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas,
mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu
pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh
mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
8) Penyimpanan

Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun


di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering
dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang
lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy
dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman
obat (Berlinda dkk, 1998). Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri
simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang
harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan hygiene.

9) Pemeriksaan mutu simplisia

6 Cara Pemeriksaan mutu simplisia, yaitu:

- Pemeriksaan Organoleptik
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia
yang diuji.
- Pemeriksaan Makroskopik
Dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atautanpa alat, untuk mencari
kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji.
- Pemeriksaan Mikroskopik
Dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya
disesuaikan dengan keperluan.Simplisia yang diuji dapat berupa sayatanmaupun
serbuk.Tujuannya adalah untuk mencari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas.
- Pemeriksaan secara fisika
Dilakukan penetapan daya larut, Bobot jenis, rotasi optic,titik lebur, kadar air,
sifat-sifat simplisia.
- Pemeriksaan secara kimiawi
Berdasarkan uji kualitatif dan kuantitatif. Uji kualitatif bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya zat aktif dalam simplisia,dilakukan dengan cara
perubahan reaksi warna, pengendapan, timbulnya gas.Uji kuantitatif bertujuan
untukmengetahui berapa banyak zat aktif yang terkandung dari simplisia.

- Pemeriksaan secara kromatografi.


Pemeriksaan dengan menggunakan alat plat KLT,yang bertujuan untuk
mengidentifikasi zat aktif yang terdapat pada simplisia.
BAB 3

KEGIATAN KUNJUNGAN INDUSTRI

Pada hari Selasa, 18 Juni 2019 mahasiswa progam studi keperawatan S1semester 6
dan 4 melaksanakan Kunjungan Industri ke B2P2TOOT .Tepat pukul 06.00 kami berkumpul
di gedung induk siti walidah untuk melakukan pengarahan sebelum berangkat. Pada pukul
07.00 kami mulai menaiki bus untuk berangkat menuju B2P2TOOT Tawangmangu. Di sana
kami mendapatkan berbagai penjelasan tentang tanaman herbal yang ada di sana dan dapat
,melihat seluruh tanaman herbal yang ada disana, dijelaskan apa manfaat dan cara
pemeliharaannya. Dijelaskan bagaimana cara pengolahan obat herbal sebelum dikemas.
Melihat berbagai ruangan proses pembuatan obat herbal, seperti ruang uji lab,ruang
pengeringan, ruang sortasi kering dan basah.setelah itu kami isoma didepan gedung terdapat
rumah makan .
BAB 4

PENUTUP

A. KRITIK
Pemandu atau pemberi informasinya kurang memuaskan saat memberikan
penjelasan kepada penulis.

B. SARAN
Sebaiknya pemberian informasinya sedikit lebih jelas supaya apa yang
disampaikannya dapat penulis terima dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 Tentang Kriteria
dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan
Fitofarmaka

B2P2TOOT. 2008. Rencana Aksi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan.

Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Jakarta: B2P2TOOT

Katno dan Pramono S. 2008. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Obat Tawangmangu. Fakultas
Farmasi, Universitas Gajah Mada

B2P2TOOT. 2013. Profil Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional. http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id

Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika


LAMPIRAN

 B2P2TOOT

Anda mungkin juga menyukai