Disusun oleh:
Kelompok 3
Bhian Ananda J.R.
K4312011
Haris Nurhuda
K4312027
K4312033
Rani Purwati
K4312053
Septi Amtiningsih
K4312060
Setiasih Rizki W
K4312062
Windi Rahmawati
K4312075
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
memperluas wawasan dan cakrawala untuk berfikir bagi penulis dan juga bagi para
pembaca lainnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang
B Tujuan
C Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT)
1. Kujungan di ruang Cinema
20
33
41
49
F Saran 49
DAFTAR PUSTAKA
50
LAMPIRAN 51
45
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kunjungan mahasiswa pendidikan biologi 2012 dan beberapa mahasiswa
angkatan 2011 yang mengambil mata kuliah hortkultura, dimaksudkan untuk
menambah wawasan mahasiswa mengenai tanaman obat dan budidaya tanaman sayur.
Keterbatasan pembelajaran dikelas, melatarbelakangi dosen pengampu, Bapak
Dr, Ir. Yudi Rinanto, M.Puntuk membawa kami berkunjung ke sebuah Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat.
Selain pembelajaran mengenai tanaman obat, pembudidayaan tanaman sayur
juga dirasa penting untuk dipelajari.Mendukung pembelajaran tersebut, kegiatan
berupa kuliah kerja lapangan (KKL) perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi
lapangan sesungguhnya.Pentingnya keterkaitan antara pembelajaran teori dan
lapangan menjadi dasar mengapa perlu diadakan kuliah kerja lapangan di desa
Agrowisata tanaman sayur amanah di Desa Berjo, sego gunung.
B. TUJUAN
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai tanaman obat (meliputi
pembibitan, penanaman, pemeliharaan panen, pembudidayaan, pembuatan obat
herbal, penelitian serta kegiatan pengembangan obat-obatan herbal)
2. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa akan tanaman-tanaman berpotensi
obat di Indonesia
3. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai budidaya tanaman sayur
C. MANFAAT
KKL Hortikultura
Pendidikan
Biologi
2012
berawal
dari
B2P2TOOT bermula dari kebun koleksi Tanaman Obat (TO), dirintis oleh
Romo Santoso sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari seorang
anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek
moyang. Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April
1948, secara resmi Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah
lembaga Eijkman dan diberi nama Hortus Medicus Tawangmangu.
Transformasi
Keniscayan, evolusi sebagai suatu organisasi terjadi karena Kepmenkes No.
149 tahun 1978 pada tanggal 28 April 1978, yang mentransformasi kebun koleksi
menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) sebagai Unit Pelaksana Teknis di
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan,
Departemen
Kesehatan.
Transformasi I sebagai lembaga Iptek memberikan nuansa dan semangat baru dalam
mengelola tanaman obat (TO) dan potensi-potensi TO sebagai bahan JAMU untuk
pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan rakyat.
Evolusi organisasi berlanjut pada tahun 2006, dengan Permenkes No. 491
tahun 2006 tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
Transformasi II tersebut memberikan amanah untuk melestarikan, membudidayakan,
dan mengembangkan TOOT dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan, mendorong manusia dan negara
menggali, memanfaatkan, mengembangkan budaya kesehatan dan sumber daya lokal
untuk pembangunan kesehatan. Ini berdampak pada Transformasi III B2P2TOOT,
dengan Permenkes No. 003 tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang
Saintifikasi JAMU, Penelitian Berbasis Pelayanan. Sejak tahun 2010, B2P2TOOT
memprioritaskan pada Saintifikasi JAMU, dari hulu ke hilir, mulai dari riset
etnofarmatologi tumbuhan obat dan JAMU, pelestarian, budidaya, pascapanen, riset
praklinik, riset klinik, teknologi, menajemen bahan JAMU, penelitian iptek, pelayanan
iptek, dan diseminasi s.d community empowerment.
(Perpustakaan B2P2TOOT)
nafsu makan.
Jeruk kates (Atalantia trimeraoliv) berkhasiat sebagai obat pening,
Lidah buaya (Aloe vera L.) berkhasiat sebagai cosmetik.
Sirih (Piper bettleL.) berkhasiat dalam mengatasi hidung berdarah.
Jeruk nipis (Aurantifolia swingle) berkhasiat dalam penurun panas.
Sente (Alocasia macrorrhiza Shoot) berkhasiat sebagai expectorant.
Krokot hias (Portalacea grandiflora) sebagai penyembuh panas dalam.
Entong (Opuntia elatior Mill) berkhasiat sebagai obat bisul dan luka bakar.
Kayu putih (Melaleuca leucadendro L.) berkhasiat sebagai obat masuk
angin.
manfaat
perbaikan.Efek
diperhatikan.(Dalimartha, 2004).
samping
yang
timbul
harus
diabetes
Senyawa
flavonoid
meningkatkan
dalam
usaha
insulin
Mekanisme
ekstra
dengansenyawa
pankreatik
aktif
alkaloid
berlangsung
dan
berbagai
flavonoid.
mekanisme.
efek
perangsangan saraf
simpatis
(simpatomimetik)
dari
sifat
sebagai
antioksidan
sehingga
dapat melindungi
diduga
dalam
daging
kemampuan merangsang
buah
mahkota
pengeluaran
insulin
dewa
mempunyai
atau
mempunyai
yang
terdapat
pada
daging
buah
mahkota dewa
dapat
dapat
11
ditemukan dialam.
atom
nitrogen
heterosiklik. Hampir
semua
ini
merupakan bagian
alkaloid
yang
dari
cincin
ditemukan
dialam
Misalnya
kuinin,
12
13
Batang mahkota dewa terdiri dari kulit dan kayu, kulitnya berwana
coklat kehijauan sementara kayunya berwarna putih.Batangnya ini
bergetah diameternya mencapai 15 cm. percabangan batang cukup
banyak.Batang ini secara empiris terbukti bisa mengobati penyakit kanker
tulang.( Harmanto, 2001)
Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal, bentuknya lonjong
langsing memanjang berujung lancip sekilas menyerupai bentuk daun
jambu air, tetapi lebih langsing dan teksturnya pun lebih liat.Warnanya
hijau, daun tua berwarna lebih gelap dari pada daun muda, permukaannya
licin dan tidak berbulu.Panjangnya bisa mencapai 7 10 cm dengan lebar
3 5 cm. Daun mahkota dewa termasuk bagian pohon yang paling sering
dipakai untuk pengobatan. Pemanfaatanya dilakukan dengan cara
merebusnya. Penyakit yang dapat disembuhkan antara lain ; lemah
syahwat, disentri, alergi, dan tumor. ( Harmanto, 2001)
Bunga mahkota dewa merupakan bunga majemuk yang tersusun
dalam kelompok 2 4 bunga. Pertumbuhanya menyebar di batang atau
ketiak daun, warnanya putih, bentuknya seperti terompet kecil, baunya
harum, ukuranya kira kira sebesar bunga pohon cengkeh. Bunga ini
keluar sepanjang tahun atau tak kenal musim, tetapi paling banyak muncul
pada musim hujan.Bunga mahkota dewa belum terbukti dapat digunakan
untuk pengobatan.( Harmanto, 2001)
Buah mahkota dewa merupakan ciri khas pohon mahkota
dewa.Bentukya bulat, ukuranya bervariasi, dari sebesar bola pimpong
sampai sebesar apel merah.Penampilan buah mahkota dewa memang
tampak merangsang selera untuk memakanya namun hati hati
memakanya karena harus bersiap siap untuk setidaknya merasakan
mabuk atau pusing.Buah ini mampu tumbuh dengan lebat dan terdiri dari
kulit, daging, cangkang dan biji. Pemanfaatan kulit dan daging buah ini
antara lain mampu mengobati flu, rematik, sampai kanker rahim stadium
14
akhir. Kulit dan daging buah juga termasuk bagian yang paling sering
digunakan untuk pengobatan.( Harmanto, 2001)
Tumbuhan mahkota dewa banyak digunakan sebagai obat
tradisional, baik secara tunggal maupun dicampur dengan obat-obatan
tradisional lainya. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mahkota dewa
mengandung senyawa-senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, resin, tannin
dan sebagainya yang berkhasiat untuk Anti Histamin, Antioksidan, Obat
Asam Urat, liver, rematik, kencing manis, ginjal, tekanan darah tinggi
sampai kanker.
Menurut Gotama, dkk (1999) didalam kulit buah mahkota dewa
terkandung senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid sementara dalam
daunnya terkandung alkaloid, saponin serta polifenol. Mennurut Harrmato
(2001) buah mahkota mengandung alkaloid, saponin serta polifenol dan
ekstrak daunnya memberikan efek antihistamin (Siswono 2001). Daging
buah mahkota dewa mempunyai efek hipoglikemik ( dapat menurunkan
kadar gula dalam darah). Berdasarkan hasil penelitian dapat ditunjukkan
bahwa daging buah mahkota dewa menghasilkan efek antihipoglikemik
dengan dosis 241.35 mg/kg berat badan (primsa 2002).
Menurut Sumastuti (2002) daun serta buah mahkota dewa
mengandung saponin dan flavonoid yang mempunyai efek antihistamin
secara invitro dan metode magnus yang dimodifikasi pada berbagai
ekstrak daun muda, buah tua mahkota dewa mampu menurunkan kontraksi
histamin murni pada ileum marmot terisolasi. Mahkota dewa juga
memberikan efek terhadap uterus, efek sitosik pada sel kanker rahim, efek
hipoglikemik, hepatoprotektor, antiinflamasi, histopatologik pada hati,
ginjal, lambung, ovarium, uterus, pancreas, serta antibakteri.
Dengan alasan bahwa buah mahkota dewa sering digunakan
masyarakat untuk mengatasi eksem, gatal-gatal, penyakit kulit yang
diperkirakan dengan adanya alergi maka sumastuti melakukan uji efek
antihistamin ekstrak air daun dan buah mahkota dewa pada ileum marmot
15
16
17
Anda
perhatikan
selanjutnya
adalah
pemeliharaan
berupa
seperti
pemupukan.Pada
dasarnya,
pupuk
yang
19
2. Daun Dewa
1. Tumbuhan Daun Dewa
Di Indonesia, sambung nyawa dikenal dengan beberapa nama
daerah, seperti daun dewa, tanaman sambung nyawa, beluntas cina (Heyne,
1987), dan ngokilo (Soemarmo, 1983). Tanaman ini merupakan anggota
20
obat
dari
familia Compositae
yang
potensial
untuk
21
tetapi
tidak
membuatnya.
Menurut
Kyte
dan
Kleyn (1996)
metabolit
(suatu
flavonol),
flavonol,
dan
auron.
Diduga
juga
in
vivo,
flavonoid
yang
terabsorbsi
akan
aktif
pada
membentuk
kompleks
lipid peroxidation
Szymusiak
and
23
inert/lambat
(Middleton
et
yang
tidak
dapat
al.,
2000).
Hasil
: Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Asterales (Campanulatae)
Familia
: Asteraceae
Genus
: Gynura
Species
merambat
jika
sudah
cukup
tua,
berperawakan
herba
berdaging.
Batang pendek dan lunak, tumbuh tegak dengan tinggi 30 45
cmberbentuk segiempat segilimaberuas-ruas berwarna hijau dengan
bercak ungu, penampang lonjong, berambut halus
Daunnya berupa daun tunggal berbentuk ellips
tersebarmengelilingi batang,
tepi
daun
memanjang,
bertoreh,
ujung
tanaman
lain
yang
diperkirakan
tidak
mengganggu
gangguan
pada
proses
metabolisme
(fisiologis)
menghindari keadaan tanah olah yang siap tanah baik secara fisik,
kemis maupun biologis, sehingga tanamanyang dibudidayakan tumbuh
dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis,
perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung (Anonim
dalam Fatma, 2011).
Pengolahan tanah sebagai setiap manipulsi mekanik terhadap tanah
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bgi
pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanaha adalah untuk
menyiapkan tempat persemaian, tempat tanam, menciptakan daerah
perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, danmemberantas
gulma. Mengolah tanah adlaah untuk menciptakan sifat olah yang baik,
dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman (Arsjad dalam Fatma, 2011).
2. Persiapan bahan tanaman
Perbanyakan tanaman daun dewa dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu setek batang, tunas akar (umbi), dan langsung menebarkan
umbinya. Bahan untuk bibit diambil dari tanaman yang memiliki
pertumbuhan baik dan subur, serta tidak terserang penyakit (Priadi
dalam Fatma, 2011).
Perbanyakan dengan stek batang biasanya kurang memuaskan.
Tanaman cenderung kerdi; dan kurus, pertumbuhan daun terhambat dan
jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman hasil
perbanyakan mata tunas dari umbi (Anonim dalam Fatma, 2011).
3. Penanaman
Penanaman yang paling cocok adalah pada akhir musim hujan,
terutama did aerah-daerah yang memiliki kelembapapan tinggi dan air
tanah cukup memadai. Penanaman dilakukan dengan memilih bibit
yang memiliki pertumbuhan baik dari tempat persemaian, yaitu stelah
berumur sekitar satu bulan. Jika akan menggunakan umbi secara
langsung, dipilih umbi yang memiliki kemampuan baik dan segar.
Bibit-bibit tersebut ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan.
27
Setiap lubang tanam cukup dinamai dengan satu batang setek atau umbi
(Priadi dalam Fatma, 2011).
Penanaman bibit daun dewa perlu juga memperhatikan saat waktu
penanaman, yakni pada pagi atau sore hari. Pada saat penanaman, bibit
daun ewa dibenamkan kira-kira sampai batas helai daun paling bawah.
Kedalaman tanam sekitar 6-8 cm. Lalu tutup dengan tanah sebelah
kanan dan kiri lubang tanam, daun dewa yang ditanam terlalu dalam
akan mengalami tertumbuhan lambat danhasil yang rendah. Namun,
bila ditanam terlalu dangkal akan berpengaruh pada batang yang
mudah roboh (Winarto dalam Fatma, 2011).
4. Pemeliharaan tanaman
a. Pemupukan
Pemupuka yang tepat akan meningkatkan jumlah daun, cabang, dan
bobot umbi. Sebagai pupuk dasar dapat digunakan pupupk kandang
atau pupuk kompos dengan dosis 0,3-0,5 kg/lubang tanam atau
setara dengan 15-12 ton/ha. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum
penanaman, diaduk dengn tanah did alam lubang tanam,
pemupukan selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunkana
pupuk daun, terutama bila tanaman tampak kekurangan unsur hara.
Dosis dan waktu pemberian pupuk disesuaikan dengan rekomendasi
dari jenis pupuk yang digunakan (Priadi dalam Fatma, 2011)
b. Penyiraman
Tanaman yang kekurangan air panampilan daunnya kecil-kecil dan
tebal, sedangkan tanaman yang cukup air akan memiliki helaian
daun lebar dan panjang. Penyiraman dalam jumlah cukup harus
dilakukan secara rutin.Namun perlu dihindari genangan air yang
cukup lama disekitar tanaman karena tanaman tidak tahan terhadap
gengan air. Adanya genangan air akan menyebankan umbi
membusuk dan tanaman akan layu dan mati.
c. Peyulaman
Penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak baik
pertumbuhannya (abnormal) dapat dilakukan 7-10 hari setelah
28
atau
pemberantasan
rumput-rumputan
dan
secara
ritun,
yaitu
dengan
(gulma0.Penyiangan
juga
bermanfaat
untuk
bahan
sesaat
setelah
panen
sampai
tahap
30
perlakuan dan cara panen yang tidak tepat, masalah daerah produksi yang
menyangkut keadaan iklim dan lingkungan, teknologi pascapanen yang
diterapkan, limbah, serta masalah sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.
Pengelolaan pascapanen tanaman obat perlu dilakukan secara hatihati.Pengelolaan pascapanen meliputi kegiatan penyortiran, pencucian,
pengolahan
hasil
(pengupasan
kulit
serta
pengirisan),
pengeringan,
memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu
pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen
tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan
keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya
perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan
dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu,
efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum
faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1. Sortasi
Sortasi adalah proses pemisahan bahan asing atau kotoran yang
mencemari simplisia yang dikhawatirkan dapat menurunkan mutu. Sortasi
dikelompokkan menjadi dua :
a. Sortasi Basah
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua
dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih
kecil, Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan
organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan
untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang
tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan, tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak
b. Sortasi Kering
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing
yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, debu, kerikil,
tanah, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran
merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum
dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut.
Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen
hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.
2. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk memperoleh simplisia yang bersih serta
bebas dari kotoran yang mungkin terikut saat pemanenan atau
pengangkutan, untuk menurunkan jumlah mikroba pathogen yang
menyebabkan pembusukan dan membuat penampakan fisik simplisia lebih
menarik.Pencucian dilakukan pada air yang mengalir sehingga kotoran
yang
terlepas
tidak
menempel
kembali.Setelah
dicuci,
bahan
ditiriskan
di
rak-rak
pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang,
tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu
pengeringan selama 3 hari.Untuk daun atau herba, penge-ringan dapat
dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang
ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer atau
cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah
dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang
sudah kering memiliki kadar air 8 - 10%. Dengan jumlah kadar air
tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun
waktu penyimpanan.
Untuk ekspor jahe dalam bentuk asinan jahe, dipanen pada umur
3 - 4 bulan, karena pada umur tersebut serat dan pati jahe masih
sedikit.Mutu
jahe
g/rimpang.Selesai
yang
diinginkan
penyortiran
bahan
adalah
langsung
bobot
60
dikemas
80
dengan
belum mengalami perubahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan (SK Menteri Kesehatan RI No.
22/MenKes/IX/1976). Simplisia dibedakan menjadi :
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Secara umum simplisia merupakan produk hasil pertanian tumbuhan
obat setelah melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana
menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai atau diproses
selanjutnya, yaitu :.
a. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum
diminum.
b. Siap dipakai untuk dicacah dan direbus sebagai jamu rebusan.
c. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang
umumnya melalui proses ekstraksi, separasi, dan pemurnian yaitu
menjadi ekstrak (Anonim :1989).
4. Simplisia daun
(herbarium,
6.
Meruapakan gedung pelestarain bagi tanaman obat yang sudah langka, atau
hampir punah.
Rumahpembibitan
green house
Penyiapan lahan
Pemupukan tanaman
cara memetik, waktu pemetikan buah tomat serta pasca panen yang dilakukan. Pasca
panen yang dilakukan pada tanaman tomat yaitu dengan cara pedaganag datang
langsung ladang yang ingin dibeli, hama yang sering menyerang tanaman tomat
biasanya bekicot dan jamur, cara memetik hanya buah saja tidak diikutsertakan
tangkai buahnya. Pemetikan buah tomat biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar jam
08.00-09.00 WIB. Setelah mendapatkan informasi mengenai tanaman tomat, kami dan
kelompok tomat berjalan menuju ladang yang ditanami kubis, perjalanan yang kami
tempuh sekitar 5 menit dari ladang tomat.setibanya di ladang tanaman kubis, cuaca
pada saat itu tidak mendukung karena hujan deras dan sedikit angin sehingga kami
memutuskan untuk mencari tempat yang teduh untuk mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh Bapak Darsono. Akhirnya kami berteduh di balai desa pertanian,
bapak Darsono memulai memberikan informasi mengenai pembibitan hinga pasca
panen tanaman kubis. Informasi yang kami peroleh sebagai berikut :
a. Cara pembibitan
Benih yang sering digunakan adalah Grand 11 atau Grand 22 dengan merk BISI
cap kapal terbang. Benih tersebut memiliki keunggulan lebih tahan dengan hama
dibanding benih lainnya, selain itu ukuran buah tanaman kubis bisa mencapai 5 kg
perbuahnya. Petani membuat bibit sendiri dengan cara memasukkan benih
kedalam polybag putih ukuran 4x6 cm kemudian ditutup selama kira-kira 3 hari
hingga benih tersebut berkecambah. Benih kubis biasanya tidak direndam terlebih
dahulu karena ukuran bijinya lebih kecil dari biji tomat, jika direndam biji kubis
akan menempel satu sama lain sehingga akan sulit untuk memasukkan ke dalam
polybag.
b. Penanaman
Setelah berkecambah bibit kubis dipindahkan ke green house atau tempat yang
ditutupi oleh plastik, tujuannya agar mendapatkan sinar matahari secara tidak
langsung.Setelah kira-kira umur 3 minggu tanaman kubis sudah siap dipindah
tanam ke ladang. Persiapan lahan tanam atau ladang yang dipersiapkan untuk
menanam tanaman kubis sama seperti tanaman lainnya dengan cara menyiapkan
gadangan atau lahan tanam selama 3 bulan dalam lahan tanam tersebut diberi
pupuk organik dan pupuk anorganik untuk mengurangi hama penyakit, hanya hal
yang perlu diwaspadai saat persiapan lahan tanam adalah jenis jamur atau
nematoda atau istilah yang sering dikenal di desa pertanian yaitu mentol atau akar
gada. Tanaman kubis jika terserang nematoda terlihat seperti kena kanker atau akar
terlihat membentuk bulatan-bulatan atau bintil-bintil pada akarnya.Jarak tanam
tanaman kubis sekitar 40-50 cm, teknik penanaman tanaman di desa pertanian
amanah dengan teknik tumpang sari misalnya sebelum ditanam kubis terlebih
dahulu ladang ditanami tanaman cabai, setiap 6 bulan tanaman cabai sudah bisa
dipanen kemudian pada saat tanaman cabai berumur 5 bulan baru tanaman kubis
ditanam dilahan yang sama, secara bersamaan dalam menanam kubis dapat juga
ditanami loncang atau daun bawang.
c. Perawatan
Dalam persiapan lahan tanam perlu diberikan pupuk organik dan anorganik untuk
meminimalisir munculnya hama. Hama yang sering menyerang tanaman kubis
adalah ulat, cara memberantas ulat tersebut dengan cara menyemprotkan pestisida
dibagian daun dan buahnya karena biasanya ulat menyerang pada bagian dalam
buah kubis.
d. Panen
Umumnya tanaman kubis dipanen pada umur 3 bulan, ukurannya buah kubis 2-4
kg tetapi juga bisa mencapai 5kg setiap satu kubis. Bentuk kubis dengan benih
Grand 11 biasanya berbentuk oval. Harga perkilo saat ini sekitar Rp. 2000,
keadaan ini dikatakan harga kubis sedang turun biasanya harga normalnya Rp.
5000/kg.Cara panen dengan cara memangkas bagian bawah atau batang tanaman
kubis hingga diperoleh bulatan buahnya saja sedangkan bagian bawah buah
dibuang. Untuk panen tanaman kubis hanya bisa dilakukan satu kali saja.
e. Distribusi hasil panen
Pendistribusian hasil panen biasanya dilakukan dengan cara pengumpul atau
pedagang datang langsung ke tempat petani. Satu buah kubis biasanya beratnya
mencapai 2-4 kg, tetapi jika kubis memiliki ukuran yang besar pedagang biasanya
tidak mau membeli.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tumbuhan Mahkota Dewa memiliki pohon yang tingginya bisa mencapai 3
meter, dan sering kali tumbuhan ini di jadikan sebagai pohon teduh di
pekarangan rumah, dan untuk orang tua dahulu buah dari pohon ini di jadikan
obat yang sangat mujarab untuk berbagai penyakit.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C. A. and van Den Brink, R. C. B. 1965. Flora of Java. Jilid IIb.
Neatherlands: N. V. P. Noordhoff.
dan
Kandungan
Flavonoid
Kalus
Daun
Dewa
[Gynura
L.
and
J.
Kleyn
1996.
Plant
from
Test
Tubes
an Introduction
to
B.
1990.
Studi
Farmakognosi
Tumbuhan Gynura
procumbens (Lour)
LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI
RUANG CINEMA
KEBUN ETALASE
RUANG PENGERINGAN
RUANG PENYIMPANAN;
KEBUN KOLEKSI
MUSEUM