Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KKL HORTIKULTURA

BBPPTOOT & DESA PERTANIAN AMANAH

Disusun oleh:
Kelompok 3
Bhian Ananda J.R.

K4312011

Haris Nurhuda

K4312027

Karisma Ana Yasinta

K4312033

Rani Purwati

K4312053

Septi Amtiningsih

K4312060

Setiasih Rizki W

K4312062

Windi Rahmawati

K4312075

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia, rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat beliau
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL).
Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak akan berhasil dan selesai tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir Yudi Rinanto selaku dosen
pengampu mata kuliah Hortikultura, Ibu Murni Ramli, M.Ed, E.Dd., Ibu Dewi Puspita
Sari, S.PD, MSc dan Ibu Umi Fatmawati, S.Pd, Msi sebagai pembimbing dalam kegiatan
KKL Hortikultura, Asisten Dosen Hortikulruta, selueruh mahasiswa Hortkultura
khususnya Pendidikan Biologi 2012 dan berbagai pihak yang telah membantu dalam
penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya
dengan tangan terbuka dan hati lapang, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan

ini bermanfaat dalam rangka

memperluas wawasan dan cakrawala untuk berfikir bagi penulis dan juga bagi para
pembaca lainnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 22 Desember 2014

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang
B Tujuan

C Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
A Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT)
1. Kujungan di ruang Cinema

2. Kunjungan Etalase Tanaman Obat B2P2TOOT 8


1) Tumbuhan Mahkota Dewa 8
2) Tumbuhan Daun Dewa
3. Gedung Pasca Panen

20

33

4. Kegiatan di Laboratorium Terpadu

41

D Desa Agrowisata Tanaman Sayur AMANAH


BAB III PENUTUP
E Simpulan

49

F Saran 49
DAFTAR PUSTAKA

50

LAMPIRAN 51

45

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kunjungan mahasiswa pendidikan biologi 2012 dan beberapa mahasiswa
angkatan 2011 yang mengambil mata kuliah hortkultura, dimaksudkan untuk
menambah wawasan mahasiswa mengenai tanaman obat dan budidaya tanaman sayur.
Keterbatasan pembelajaran dikelas, melatarbelakangi dosen pengampu, Bapak
Dr, Ir. Yudi Rinanto, M.Puntuk membawa kami berkunjung ke sebuah Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat.
Selain pembelajaran mengenai tanaman obat, pembudidayaan tanaman sayur
juga dirasa penting untuk dipelajari.Mendukung pembelajaran tersebut, kegiatan
berupa kuliah kerja lapangan (KKL) perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi
lapangan sesungguhnya.Pentingnya keterkaitan antara pembelajaran teori dan
lapangan menjadi dasar mengapa perlu diadakan kuliah kerja lapangan di desa
Agrowisata tanaman sayur amanah di Desa Berjo, sego gunung.
B. TUJUAN
1. Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai tanaman obat (meliputi
pembibitan, penanaman, pemeliharaan panen, pembudidayaan, pembuatan obat
herbal, penelitian serta kegiatan pengembangan obat-obatan herbal)
2. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa akan tanaman-tanaman berpotensi
obat di Indonesia
3. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai budidaya tanaman sayur
C. MANFAAT

1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai tanaman obat (meliputi pembibitan,


penanaman, pemeliharaan panen, pembudidayaan, pembuatan obat herbal, dan
penelitian serta kegiatan pengembangan obat-obatan herbal)
2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa akan tanaman-tanaman berpotensi obat di
Indonesia
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai budidaya tanaman sayur.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN
A. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT)
2. Kujungan di ruang Cinema
Kegiatan

KKL Hortikultura

Pendidikan

Biologi

2012

berawal

dari

B2P2TOOT Tawangmangu.Kelompok kami,yaitu kelompok 3 mengikuti setiap


kegiatan KKL dari awal hingga akhir.Untuk kegiatan pertama yang dilakukan di
B2P2TOOT adalah presentasi dari petugas B2P2TOOT di aula B2P2TOOT.Di
ruangan ini dijelaskan sejarah dan kekayaan tanaman obat yang dimiliki
B2P2TOOT,berikut penjelasannya :

B2P2TOOT bermula dari kebun koleksi Tanaman Obat (TO), dirintis oleh
Romo Santoso sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari seorang
anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek
moyang. Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April
1948, secara resmi Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah
lembaga Eijkman dan diberi nama Hortus Medicus Tawangmangu.

Transformasi
Keniscayan, evolusi sebagai suatu organisasi terjadi karena Kepmenkes No.
149 tahun 1978 pada tanggal 28 April 1978, yang mentransformasi kebun koleksi
menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) sebagai Unit Pelaksana Teknis di
Badan

Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan,

Departemen

Kesehatan.

Transformasi I sebagai lembaga Iptek memberikan nuansa dan semangat baru dalam
mengelola tanaman obat (TO) dan potensi-potensi TO sebagai bahan JAMU untuk
pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan rakyat.
Evolusi organisasi berlanjut pada tahun 2006, dengan Permenkes No. 491
tahun 2006 tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
Transformasi II tersebut memberikan amanah untuk melestarikan, membudidayakan,
dan mengembangkan TOOT dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan, mendorong manusia dan negara
menggali, memanfaatkan, mengembangkan budaya kesehatan dan sumber daya lokal
untuk pembangunan kesehatan. Ini berdampak pada Transformasi III B2P2TOOT,
dengan Permenkes No. 003 tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang
Saintifikasi JAMU, Penelitian Berbasis Pelayanan. Sejak tahun 2010, B2P2TOOT
memprioritaskan pada Saintifikasi JAMU, dari hulu ke hilir, mulai dari riset
etnofarmatologi tumbuhan obat dan JAMU, pelestarian, budidaya, pascapanen, riset
praklinik, riset klinik, teknologi, menajemen bahan JAMU, penelitian iptek, pelayanan
iptek, dan diseminasi s.d community empowerment.

(Perpustakaan B2P2TOOT)

B2P2TO-OT Tawangmangu memiliki 1000 jenis koleksi tanaman obat dari


berbagai wilayah dari seluruh Indonesia. Berikut ini adalah beberapa contoh dari
tanaman obat beserta khasiatnya yang ada di sana :
a. Sambiloto (Androgrophis paniculoto Mess), berkhasiat sebagai obat
demam.
b. Sambung nyawa (Gynura procumbens Back) yang berguna untuk anti
tumor yaitu pada bagian daunnya (folium).
c. Buah merah (Pandanus conodaius L.) yang berkhasiat untuk menambah
stamina.
d. Bunga kecing (Gomphrena globosa L,) yang berhasiat untuk menambah
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

nafsu makan.
Jeruk kates (Atalantia trimeraoliv) berkhasiat sebagai obat pening,
Lidah buaya (Aloe vera L.) berkhasiat sebagai cosmetik.
Sirih (Piper bettleL.) berkhasiat dalam mengatasi hidung berdarah.
Jeruk nipis (Aurantifolia swingle) berkhasiat dalam penurun panas.
Sente (Alocasia macrorrhiza Shoot) berkhasiat sebagai expectorant.
Krokot hias (Portalacea grandiflora) sebagai penyembuh panas dalam.
Entong (Opuntia elatior Mill) berkhasiat sebagai obat bisul dan luka bakar.
Kayu putih (Melaleuca leucadendro L.) berkhasiat sebagai obat masuk
angin.

3. Kunjungan Etalase Tanaman Obat B2P2TOOT


1) Tumbuhan Mahkota Dewa
Tumbuhan Mahkota Dewa memiliki pohon yang tingginya bisa
mencapai 3 meter, dan sering kali tumbuhan ini di jadikan sebagai pohon
teduh di pekarangan rumah, dan untuk orang tua dahulu buah dari pohon ini di
jadikan obat yang sangat mujarab untuk berbagai penyakit.
Buah Mahkota dewa di percaya berasal dari Papua atau Irian Jaya,
dalam bahasa latin buah ini di kenal dengan nama Phaleria macrocarpa,
Bentuk dari Buah Mahkota Dewa ini bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin,
beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setalah masak. Daging buah
berwarna putih, berserat dan berair.Biji bulat, keras, berwarna cokelat.Berakar
tunggang dan berwarna kuning kecoklatan.Perbanyakan dengan cangkok dan
bijinya.

Di Indonesia sendiri masyarakat indonesia biasa mengkonsumsi buah


mahkota dewa dengan menyeduh dijadikan teh Mahkota dewa yaitu dari buah
mahkota dewa yang telah mengalami proses pengeringan.
Kandungan Mahkota Dewa
Sebagian masyarakat telah mengetahui manfaat buah mahkota
dewa, tetapi belum mengetahui kegunaan dari daunnya. Khasiat dari daun
tumbuhan mahkota dewa dapat mengobati penyakit seperti: kanker, tumor,
diabetes (kencing manis), pembengkakan prostad, asam urat, darah tinggi
(hipertensi), reumatik, batu ginjal, hepatitis, dan penyakit jantung.
(Harmanto, 2001).
Dosis efektif yang aman dan bermanfaat belum diketahui secara
tepat.Untuk obat yang diminum biasanya digunakan beberapa irisan buah
kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit
demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya. Untuk penyakit berat seperti
kanker dan psoriaris, dosis pemakaian kadang harus lebih besar agar
mendapat

manfaat

perbaikan.Efek

diperhatikan.(Dalimartha, 2004).

samping

yang

timbul

harus

Kandungan Kimia dalam Tanaman Mahkota Dewa


Menurut Arjadi (2010), mahkota dewa kaya akan kandungan
kimia. Adapun kandungan buah mahkota dewa terdiri dari alkaloid,
flavonoid, polifenol, saponin.
penyembuhan

diabetes

Senyawa

flavonoid

meningkatkan

dalam

usaha

pengeluaran insulin yang

dihasilkan oleh sel Pulau Langerhans Pankreas dengan cara merubah


metabolisme Ca 2+ dan meregenerasi pulau Langerhans Pankreas terutama
sel . Selanjutnya dijelaskan penurunan kadar glukosa darah akibat
pemberian mahkota dewa dapat dijelaskan melalui dua mekanismeutama,
yaitu secara intra pankreatik dan ekstra pankreatik. Mekanisme intra
pankreatik bekerja dengan cara memperbaiki (regenerasi) sel pankreas
yang rusak dan melindungi sel
pelepasan

insulin

Mekanisme

ekstra

dari kerusakan serta merangsang

dengansenyawa
pankreatik

aktif

alkaloid

berlangsung

dan

berbagai

flavonoid.
mekanisme.

alkaloid terbukti mempunyai kemampuan regenerasi dimana ekstrak


alkaloid terbukti secara nyata mempunyai kemampuan regenerasi sel
pankreas yang rusak. Peningkatan sekresi insulin diakibatkan oleh
adanya

efek

perangsangan saraf

simpatis

(simpatomimetik)

dari

alkaloid yang berefek pada meningkatnya sekresi insulin. Flavonoid


mempunyai

sifat

sebagai

antioksidan

sehingga

dapat melindungi

kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas (Arjadi, 2010).


1) Senyawa Flavonoid
Menurut Arjadi (2010), pada daging buah mahkota dewa terdapat
senyawa flavonoid, saponin dan alkaloid. Senyawa kimia aktif
yang

diduga

mempunyai efek hipoglikemik mirip insulin adalah

flavonoid. Salah satu zat flavonoid dengan efek hipoglikemik adalah


quercetin

dapat meningkatkan pengeluaran insulin dari sel pulau

Langerhans melalui perubahan metabolisme Ca2+. Flavonoid yang


terkandung

dalam

daging

kemampuan merangsang

buah

mahkota

pengeluaran

insulin

dewa

mempunyai

atau

mempunyai

senyawa mirip insulin yang dapat diekstraksi. Diduga flavonoid


10

yang

terdapat

pada

daging

buah

mahkota dewa

dapat

menyebabkan regenerasi sel pulau Langerhans, meregenerasi sel


, merangsang pengeluaran insulin dan atau sebagai senyawa
mirip insulin. Flavonoids dengan aksi merangsang pengeluaran
insulin dan atau sebagai komponen mirip insulin, seperti quercetin,
akan menginduksi hepatik glucokinase dan hasilnya menciptakan efek
hipoglikemik.
2) Senyawa Saponin
Menurut Suparjo (2002), istilah fitokimia biasanya digunakan
untuk menunjukkan senyawa yang terdapat pada tanaman yangtidak
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh tetapi mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan atau peran aktif melawan penyakit. Salah satu
senyawa kimia yang dihasilkan tanaman adalah saponin.Saponin
merupakaan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi
yang dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan
beberapa bakteri. Istilah saponin diturunkan dari bahasa Latin
Sapo yang berarti sabun, diambil dari kata Saponaria vaccaria,
suatu tanaman yang mengandung saponin digunakan sebagai sabun
untuk mencuci. Saponin larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter.
Saponin mengandung gugus gula terutama glukosa, galaktosa,
xylosa, rhamnosa atau methilpentosa yang berikatan dengan suatu
aglikon hidrofobik (sapogenin) berupa triterpenoid, steroid atau
steroid alkaloid. Aglikon dapat mengandung satu atau lebih ikatan CC tak jenuh. Rantai oligosakarida umumnya terikat pada posisi C3
(monodesmosidic), tetapi beberapa saponin mempunyai gugus gula
tambahan pada C26 atau C28 (bidesmosidic). Struktur saponin yang
sangat kompleks terjadi akibat bervariasinya struktur aglikon, sifat
dasar rantai dan posisi penempelan gugus gula pada aglikon.
Saponin

dapat

menurunkan kolesterol, mempunyai sifat sebagai

antioksidan, antivirus dan anti karsinogenik (Suparjo, 2002). Senyawa

11

saponin yang dapat membantu mengurangi kadar glukosa darah di


tubuh karena dapat membentuk suatu lapisan membran pada
permukaan usus halus sehingga dapat menghambat absorbsi glukosa
(Mills, 2000).
3) Senyawa Alkaloid
Menurut Lenny (2006), alkaloid adalah golongan senyawa organik
yang terbanyak

ditemukan dialam.

Hampir seluruh senyawa

alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luar dalam


berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling
sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam
sebagian

atom

nitrogen

heterosiklik. Hampir

semua

ini

merupakan bagian

alkaloid

yang

dari

cincin

ditemukan

dialam

mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun dan


adapula yang sangat berguna bagi pengobatan.

Misalnya

kuinin,

morfin dan stiknin adalah alkaloid yang terkenal mempunyai efek


sifiologis dan psikologis. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai
bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang.
Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari
jaringan tumbuhan (Lenny, 2006).
Klasifikasi Mahkota Dewa

Para ahli tanaman menbagi klasifikasi mahkota dewa ke dalam


1200 spesies yangdisinyalir persebaran tumbuhnya tersebar ke 67 negara
di dunia.

12

Jika kita memandang tanaman mahkota dewa dari kerangka ilmu


biologi, maka klasifikasi mahkota dewa dari mulau kingdom sampai
spesies bisa dijabarkan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo
: Myrtales
Famili
: Thymelaeaceae
Genus
: Phaleria
Spesies
: Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.
Berdasarkan klasifikasi mahkota dewa dalam ilmu biologi, kita
bisa menggolongkantanaman ini sebagai tumbuhan dengan bunga dan juga
biji. Bentuknya layaknya pohon yang tumbuh ke atas (tidak merambat)
dan memiliki usia yang tergolong panjang atau parenial. Adapun tinggi
maksimal mahkota dewa adalah 1 hingga 2,5 meter. Batang pohonnya
berkayu, silindris, berwarna coklat dengan permukaan cenderung kasar
dan dilengkapi dengan sistem percabangan yang miring ke atas.Akar
tanaman mahkota dewa bersifat tunggang sedangkan daunnya bersifat
tunggal. Bentuk daun ini agak menjorong dengan panjang 7 sampai 10 cm
dan lebar 2 sampai 2,5 cm. Warnanya hijau tua dan tersusun secara folia
oposita atau berhadapan. Bentuk biji bulat dan pada usia muda berwarna
hijau saat matang berwarna merah terang. Buah tersusun atas serat dan air
dan memiliki biji.
Pohon mahkota dewa termasuk anggota family thymelaecae
sosoknya berupa pohon perdu, tajuk pohon bercabang cabang
ketinggianya sekitar 1,5 2,5 meter. Namun, jika dibiarkan, bisa mencapai
5 meter. Umur mahkota dewa bias mencapai puluhan tahun, tingkat
produktifitasnya mampu dipertahankan sampai usia 10 20 tahun. Pohon
mahkota dewa terdiri dari akar, batang, daun, bunga,dan buah. Akarnya
berupa akar tunggang panjang akarnya bisa mencapai 100 cm, akar ini
belum terbukti bisa digunakan dalam pengobatan.( Harmanto, 2001)

13

Batang mahkota dewa terdiri dari kulit dan kayu, kulitnya berwana
coklat kehijauan sementara kayunya berwarna putih.Batangnya ini
bergetah diameternya mencapai 15 cm. percabangan batang cukup
banyak.Batang ini secara empiris terbukti bisa mengobati penyakit kanker
tulang.( Harmanto, 2001)
Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal, bentuknya lonjong
langsing memanjang berujung lancip sekilas menyerupai bentuk daun
jambu air, tetapi lebih langsing dan teksturnya pun lebih liat.Warnanya
hijau, daun tua berwarna lebih gelap dari pada daun muda, permukaannya
licin dan tidak berbulu.Panjangnya bisa mencapai 7 10 cm dengan lebar
3 5 cm. Daun mahkota dewa termasuk bagian pohon yang paling sering
dipakai untuk pengobatan. Pemanfaatanya dilakukan dengan cara
merebusnya. Penyakit yang dapat disembuhkan antara lain ; lemah
syahwat, disentri, alergi, dan tumor. ( Harmanto, 2001)
Bunga mahkota dewa merupakan bunga majemuk yang tersusun
dalam kelompok 2 4 bunga. Pertumbuhanya menyebar di batang atau
ketiak daun, warnanya putih, bentuknya seperti terompet kecil, baunya
harum, ukuranya kira kira sebesar bunga pohon cengkeh. Bunga ini
keluar sepanjang tahun atau tak kenal musim, tetapi paling banyak muncul
pada musim hujan.Bunga mahkota dewa belum terbukti dapat digunakan
untuk pengobatan.( Harmanto, 2001)
Buah mahkota dewa merupakan ciri khas pohon mahkota
dewa.Bentukya bulat, ukuranya bervariasi, dari sebesar bola pimpong
sampai sebesar apel merah.Penampilan buah mahkota dewa memang
tampak merangsang selera untuk memakanya namun hati hati
memakanya karena harus bersiap siap untuk setidaknya merasakan
mabuk atau pusing.Buah ini mampu tumbuh dengan lebat dan terdiri dari
kulit, daging, cangkang dan biji. Pemanfaatan kulit dan daging buah ini
antara lain mampu mengobati flu, rematik, sampai kanker rahim stadium

14

akhir. Kulit dan daging buah juga termasuk bagian yang paling sering
digunakan untuk pengobatan.( Harmanto, 2001)
Tumbuhan mahkota dewa banyak digunakan sebagai obat
tradisional, baik secara tunggal maupun dicampur dengan obat-obatan
tradisional lainya. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mahkota dewa
mengandung senyawa-senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, resin, tannin
dan sebagainya yang berkhasiat untuk Anti Histamin, Antioksidan, Obat
Asam Urat, liver, rematik, kencing manis, ginjal, tekanan darah tinggi
sampai kanker.
Menurut Gotama, dkk (1999) didalam kulit buah mahkota dewa
terkandung senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid sementara dalam
daunnya terkandung alkaloid, saponin serta polifenol. Mennurut Harrmato
(2001) buah mahkota mengandung alkaloid, saponin serta polifenol dan
ekstrak daunnya memberikan efek antihistamin (Siswono 2001). Daging
buah mahkota dewa mempunyai efek hipoglikemik ( dapat menurunkan
kadar gula dalam darah). Berdasarkan hasil penelitian dapat ditunjukkan
bahwa daging buah mahkota dewa menghasilkan efek antihipoglikemik
dengan dosis 241.35 mg/kg berat badan (primsa 2002).
Menurut Sumastuti (2002) daun serta buah mahkota dewa
mengandung saponin dan flavonoid yang mempunyai efek antihistamin
secara invitro dan metode magnus yang dimodifikasi pada berbagai
ekstrak daun muda, buah tua mahkota dewa mampu menurunkan kontraksi
histamin murni pada ileum marmot terisolasi. Mahkota dewa juga
memberikan efek terhadap uterus, efek sitosik pada sel kanker rahim, efek
hipoglikemik, hepatoprotektor, antiinflamasi, histopatologik pada hati,
ginjal, lambung, ovarium, uterus, pancreas, serta antibakteri.
Dengan alasan bahwa buah mahkota dewa sering digunakan
masyarakat untuk mengatasi eksem, gatal-gatal, penyakit kulit yang
diperkirakan dengan adanya alergi maka sumastuti melakukan uji efek
antihistamin ekstrak air daun dan buah mahkota dewa pada ileum marmot
15

terpisah. Efek antihistamin dibandingkan dengan difenhidramin HCl.


Pemberian 0.5 ml ekstrak daun dan buah mahkota dewa dengan
konsentrasi 6.25; 12.5; 25; 50 dan 100% dapat mengurangi kontraksi ileum
marmot terpisah akibat pemberian histamine. (Sumastuti, 2002 dalam
Widowati, 2005).
(Menurut widowati, 2004 dalam Harmanto, 2001) Penelitian
praklinis telah dilakukan pada hewan berupa uji toksisitas BSLT, toksisitas
akut oral, dan uji toksisitas khusus teratogenik.Guna mendukung khasiat
farmakologinya, telah dilakukan uji bioassay terhadap kanker, uji
hepatoprotektif, uji antioksidan, uji antidiabetes, uji antihiperurisemia, dan
uji antihistamin.
Cara Pembuatan Jamu dari Mahkota Dewa
1. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Kangker:( Resep 1)
Untuk mencegah kanker payudara atau kanker rahim, cukup
gunakan satu sendok makan ramuan obat mahkota dewa yang diseduh
dengan segelas air minum.Minum sehari dua kali, pagi dan sore
hari.Sedangkan untuk penyembuhan kanker Anda harus menambahkan
ramuan campuran mahkota dewa dan kunyit putih. Cara membuat
ramuan obat tradisional mahkota dewa dan kunyit putih adalah dengan
merebus satu sendok teh mahkota dewa dalam tiga gelas air hingga
airnya tinggal setengahnya, lalu tambahkan satu sendok teh kunyit
putih. Ramuan ini diminum tiga kali sehari.Untuk penyakit yang
sangat serius dosis ini dibuat dua kali lipat atau sampai satu sendok
makan.
2. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Kanker: (Resep 2)
Siapkan Bahan: Daging buah mahkota dewa kering sebanyak 5
gram, Umbi kunyit putih sebanyak 15 gram, Sambiloto kering : 10
gram, Daun dewa sebanyak 15 gram. Cara membuat ramuan obat
mahkota dewa adalah: Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan
5 gelas air. setelah air tersisa 3 gelas lalu di saring. Minum ramuan
obat ini 3 kali sehari satu gelas.

16

3. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Diabetes


Siapkan daging buah mahkota dewa kering 5 7 iris, Daun
sambiloto kering 7 lembar, Daun mimba 3 lembar, Daun sendok 7
lembar. Cara membuat ramuan obat, semua bahan diatas dicuci bersih
lalu direbus dengan 3 gelas air, tunggu hingga menjadi 1 1/2 gelas, lalu
saring dan minum ramuan obat ini 3 kali sehari setengah gelas.
4. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Rematik Dan Asam Urat
Campurkan 5 gram daging serta buah mahkota dewa dengan 15
gram akar sidaguri, 10 gram sambiloto kering, kemudian cuci bersih
semua bahan. Rebus bahan dalam 5 gelas air, kemudian biarkan
rebusan hingga air tersisa 3 gelas. Untuk menjernihkan, saring air
rebusan dan tunggu sampai dingin dan minum 3 kali sehari masingmasing 1 gelas. Sebaiknya ramuan diminum 1 jam sebelum makan.
5. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Pengobatan Hepatitis
Campurkan 5 gram daging buah mahkota dewa kering dengan 15
gram pegagan, 10 gram sambiloto kering dan 15 gram daun dewa
kemudian cuci bersih semua bahan tersebut. Rebus bahan dalam 5
gelas air, biarkan rebusan hingga air tersisa 3 gelas. Untuk
menjernihkan, saring air rebusan, tunggu sampai dingin dan minum 3
kali sehari masing-masing 1 gelas.
Pembudidayaan Tanaman Mahkota Dewa
1. Penanaman Tanaman Mahkota Dewa
Vegetatif Dan Generatif
Tanaman mahkota Dewa merupakan tanaman perdu dan merupakan
tumbuhan yang bisa berkembang subur di dataran rendah dan
dataran dengan ketinggian maksimal 1200 meter dari dasar
laut.Oleh sebab itu, pastikan terlebih dahulu tempatuntuk menanam
tanaman mahkotadewa berada pada kualifikasi tersebut.Pada
dasarnya budidaya tanaman mahkota dewa sangat mudah. Bisa
dengan cara vegetatif maupun generatif. Dengan cara generatif,
artinya budidaya mahkota dewa memanfaatkan bibit berupa biji
buah mahkota dewa itu sendiri. Sedangkan dengan cara vegetatif,

17

artinya dengan cara mencangkok bagian pohon mahkota dewa.


Secara umum, yang paling banyak digunakan adalah cara yang
pertama yakni melalui bibit biji. Namun mengingat cangkokan
lebih cepat berbuah, tak jarang juga yang memilih cara vegetatif.
Medium tanam mahkota dewa bisa di pot maupun ditanam secara
langsung di tanah.Namun, pilihan terbaik mungkin ditanam
langsung mengingat akarnya yang tunggang.
Memilih Bibit
Jika memilih cara vegetatif, maka langkahnya cukup sederhana.
Memilih pohon yang hendak dicangkok.Dalam memilih pohon,
perlu diperhatikan tempilan pohon, intensitasnya dalam berbuah
dan hal lainnya. Sama halnya jika memilih dengan cara generatif,
bibit penting untuk diseleksi. Sebab bibit yang baik pasti akan
memberikan hasil yang juga baik. Mengingat tamanan mahkota
dewa tidak memiliki siklus musim dalam berbuah, maka bibit
terbaik adalah tanaman yang berbuah lebih produktif dan memiliki
kualitas buah yang lebih baik.
2. Perawatan Tanaman Mahkota Dewa
Pengolahan Tanah, Penanaman, Pemupukan
Setelah bibit tersedia, hal lain yang penting diperhatikan adalah
pengolahan medium tanam. Sebelum menanam bibit, perhatikan
kesuburan tanah. Ada baiknya digemburkan terlebih dahulu dengan
cara diberi pupuk dasar. Selain tanah, lubang tanam juga penting
untuk diperhatikan jika Anda memilih cara generatif. Penting untuk
membiarkan lubang tanam terbuka selama seminggu agar terkena
udara luar dan terpapar sinar matahari.
Setelah bibit dan medium tanam telah siap, selanjutnya adalah
langkah penanaman.Sebenarnya, hal yang paling menguntungkan
dari budidaya mahkota dewa adalah tidak adanya siklus musim baik
itu tanam maupun berbuah.Jadi tidak ada waktu khusus jika ingin
menanam mahkota dewa. Setelah proses penanaman, yang perlu
18

Anda

perhatikan

selanjutnya

adalah

pemeliharaan

berupa

pemupukan, penyiraman, dan penyiangan dari gulma dan juga


pembasmian hama.
Penyiraman,Pemupukan, Penyiangan
Dalam budidaya mahkota dewa, penting untuk memperhatikan
perawatan

seperti

pemupukan.Pada

dasarnya,

pupuk

yang

dianjurkan adalah pupuk organik berbahan alami. Anorganik tidak


dianjurkan sebab residu kimianya akan mempengaruhi buah
padahal buah mahkota dewa merupakan bahan obat herbal. Tentu
kandungan kimia akan mempengaruhi kualitas pengobatan. Hal lain
yang penting adalah proses penyiraman. Selama hidupnya, tanaman
mahkota dewa digolongkan sebagai tanaman yang konsumsi airnya
cukup tinggi.
3. Panen
Langkah terakhir dalam proses budidaya mahkota dewa adalah
masa panen. Buah mahkota dewa yang siap panen berwarna merah
terang dan memiliki bau manis layaknya gula pasir. Setelah dipetik,
untuk meningkatkan nilai jual, ada beberapa proses yang dapat
dilakukan seperti penyortiran, pencucian, pemotongan daging buah,
pengeringan dan lain-lain. Namun, dalam kondisi tertentu juga bisa
dijual buah mahkota dewa dalam keadaan segar.

4. Hama yang biasa menyerang dan cara mengatasi


Untuk penanaman tanaman mahkota dewa, penting juga untuk
memperhatikan masalah hama juga gulma. Lakukan proses penyiangan
secara frekuentif untuk melawan gulma sepanjang tahun. Sedangkan
untuk hama, umumnya yang sering menyerang mahkota dewa adalah
belalang, ulat buah, dan juga kutu putih. Cara mengatasi hal tersebut
adalah dengan menggunakan pestisida organik untuk mengusir hama
tersebut.

19

5. Distribusi hasil panen? (buat jamunya dimana? Kalo ada pabrik


yang memproduksi pabrik apa?
Pendistribusian hasil panen tanaman mahkota dewa, yaitu
pembuatan jamu dapat dilakukan dipabrik-pabrik jamu atau diolah oleh
industri-industri rumah tangga yang memproduksi obat-obat herbal.
Berikut merupakan beberapa pabrik jamu herbal yang
memproduksi olahan tanaman mahkota dewa ;

2. Daun Dewa
1. Tumbuhan Daun Dewa
Di Indonesia, sambung nyawa dikenal dengan beberapa nama
daerah, seperti daun dewa, tanaman sambung nyawa, beluntas cina (Heyne,
1987), dan ngokilo (Soemarmo, 1983). Tanaman ini merupakan anggota

20

famili Asteraceae/Compositae dengan nama spesies Gynura procumbens


(Lour) Merr

Gambar. Daun dewa (Gynura procumbens)

Daun dewa [Gynura procumbens(Lour) Merr.] merupakan salah satu


tanaman

obat

dari

familia Compositae

yang

potensial

untuk

dikembangkan. Tanaman daun dewa merupakan salah satu tanaman obat


yang digolongkan sebagai herba. Tanaman daun dewa adalah tanaman asli dari
Birma dan Cina, di sana biasanya dimakan sebagai sayuran sehat yang
mengandung banayk serat (Heyne dalam Samkhatin Khaniyah).
Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr.)biasa ditemukan di
pekarangan rumah sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang bisa digunakan
untuk pengobatan adalah seluruh tanaman, dari mulai akar hingga daun. Para
nenek moyang kita sering menggunakan daun dewa untuk mengobati berbagai
penyakit seperti luka terpukul, pendarahan, batuk darah, muntah darah,
mimisan, infeksi kerongkongan, tidak datang haid, digigit binatang berbisa,
pembekuan darah, tulang patah dan pendarahan setelah melahirkan. Perlu
diketahui bahwa daun dewa ini berbeda dengan daun dari tanaman mahkota
dewa.Meskipun keduanya sama-sama digunakan untuk pengobatan tradisional.
Kandungan Daun Dewa

21

Berikut ini beberapa khasiat daun dewa untuk mengobati berbagai


macam penyakit serta cara penggunaannya:
1. Digigit ular, serangga, dan binatang berbisa lainnya
Umbi dilumatkan kemudian ditempelkan pada bagian tubuh yang
terkena gigitan binatang.
2. Mengobati kutil
Ambil 5 lembar daun dewa dihaluskan, dan dilumurkan pada tempat
tumbuhnya kutil, kemudian dibalut.Dilepas keesokan harinya dan
diganti dengan ramuan yang baru.
3. Tidak datang haid
Bagi para wanita yang mengalami tidak datang haid atau terlambat haid
bisa mengobatinya dengan daun dewa.Caranya, 15-30 gram herba daun
dewa direbus atau ditumbuk, diambil airnya, campur dengan arak yang
sudah dipanaskan, lalu minum.
4. Perdarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk dan
muntah darah
Ambil 1 (satu) batang lengkap tanaman daun dewa (kurang lebih 15
gram) lalu direbus, dan air rebusannya diminum.
5. Kejang pada anak
Bagi para orang tua, jika anak Anda mengalami kejang, segera ambil 1
batang daun dewa, lalu ditumbuk dan ambil airnya, dicampur arak,
minumkan pada anak.
6. Luka terpukul, masuk angin
Ambil 6-9 gram umbi segar ditambah arak kuning (wong ciu)
secukupnya, kemudian dipanaskan, minum.
Menurut Subianto dalam Mudjahid (1998) daun dewa dapat
dimanfaatkan sebagai obat anti kanker (kanker rahim, kanker payudara,
maupun kanker

darah). Selain itu daun dewa juga berguna untuk

menurunkan kadar kolesterol darah, mengobati diabetes, tumor, dan


sebagai obat anti kanker (Mujahid dalam Samkhatin Khaniyah).
22

Khasiat daun dewa sebagai obat anti kanker dimungkinkan


karena adanya senyawa sitotoksik yaitu senyawa flavonoid (Sudarto,
1990). Senyawa flavonoid merupakan salah satu produk dari proses
metabolit sekunder tanaman. Metabolit sekunder adalah senyawa kimia
yang dihasilkan suatu sel

atau organ suatu organisme

tetapi

tidak

dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber energi sel atau organ


yang

membuatnya.

Menurut

Kyte

dan

Kleyn (1996)

metabolit

sekunder dapat diproduksi secara in vitromelalui kultur kalus.


Tanaman sambung nyawa mengandung flavonoid, sterol tak
jenuh, triterpenoid, polifenol, tanin, saponin, steroid, asam klorogenat,
asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam para hidroksi
benzoat, dan minyak atsiri. Lebih spesifik lagi, dari hasil uji isolasi
flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid, yaitu
kaemferol

(suatu

flavonol),

flavonol,

dan

auron.

Diduga

juga

keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7, 8


(cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B (Sugiyanto dalam Wiwik,
2007).
Secara

in

vivo,

flavonoid

yang

terabsorbsi

akan

aktif

menghambat radikalbebas yang diakibatkan oleh sitotoksisitas oleh


peroksidasi lemak (Yuting dalam Wiwik, 2007). Secara in vitro,
flavonoid menghambat peroksidasi lemak, pada tahap inisiasi berperan
sebagai pengikat anion superoksida dan radikal hidroksil. Reaksi
radikal selanjutnya diakhiri oleh flavonoid dengan mendonorkan atom
hidrogen

pada

radikal peroksida membentuk radikal flavonoid

sekaligusmengakhiri rantai reaksi. Flavonoid juga dapat menghambat


superoksidasi fenton, yaitu sumber penting radikalO2 aktif (Afanas
dalam Wiwik, 2007). Flavonoid telah dilaporkan dapat mengkelat ion besi
(Fe++) dan
menginisiasi
penelitian

membentuk

kompleks

lipid peroxidation
Szymusiak

and
23

inert/lambat

(Middleton

et

yang

tidak

dapat

al.,

2000).

Hasil

Zielinski (2000) dalam Wiwik (2007),

flavonoid jenis quercetin dapat mengkelat logam dengan kation


divalen, di antaranya Mg 2+, Fe2+, Ni2+, dan Cu2+.
Pengolahan obat yang berasal dari daun dewa, bisa dengan daun
segar yang disajikan langsung ataupun dalam bentuk ekstrak, yaitu daun
disterilkan dan dikeringkan. Setelah benar-benar kering, daun digiling
hingga menjadi tepung atau simplisia.Kemudian tepung disaring agar
halus rata, lalu siap dimasukkan dalam kapsul.
Menurut Setiawan Dalimartha, bahwa bukan hanya daunnya yang
bermanfaat, juga umbinya dapat menghilangkan pembekuan darah di
pembuluh darah, sehingga memungkinkan sebagai obat stroke dan jantung
koroner. Selain itu umbinya berkhasiat untuk mengatasi bengkak karena
memar, tulang patah, perdarahan sehabis melahirkan, dan sakit jantung.
Klasifikasi Daun Dewa
Menurut van Steenis (1947) dan Backer and van den Brink (1965),
klasifikasi dari G. Procumbens(Lour) Merr.adalah, sebagai berikut:
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae
Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Asterales (Campanulatae)

Familia

: Asteraceae

Genus

: Gynura

Species

: Gynura procumbens (Lour) Merr.

Tanaman sambung nyawa diduga berasal dari Myanmar dan


tersebar sampai Cina serta Asia Tenggara (Jawa, Kalimantan, dan
Filipina) (Sudarto, 1990). Di Jawa banyak ditemukan pada ketinggian
1-1200 m dpl, terutama tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 m
dpl, banyak tumbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan
padang rumput (Backer and van den Brink, 1965).
Berikut adalah deskripsi morfologi dari tanaman daun dewa (van
Steenis et al., 1975; Backer and van Den Brink, 1965):
24

Sambung nyawa berupa tanaman perdu tegak jika masih muda,


dan

merambat

jika

sudah

cukup

tua,

berperawakan

herba

berdaging.
Batang pendek dan lunak, tumbuh tegak dengan tinggi 30 45
cmberbentuk segiempat segilimaberuas-ruas berwarna hijau dengan
bercak ungu, penampang lonjong, berambut halus
Daunnya berupa daun tunggal berbentuk ellips
tersebarmengelilingi batang,

tepi

daun

memanjang,

bertoreh,

ujung

lancip,pangkal meruncing, berambut halus, panjang tangkai 0,5-3,5


cm, helaian daun 3,5-12,5 cm dengan bagian atas berwarna hijau
muda mengkilat, tulang daun menyirip dan menonjol pada
permukaan daun bagian bawah, dan lebar daunnya 1-5,5 cm,
panjang daun sekitar 20 cm dan lebar 10 cm.
Susunan bunga majemukyang tumbuh di ujung batang,bentuk
bongkol, cawan berwarna orange-kuning, mahkota bertipe tabung
berwarna hijau/jingga, benang sari berbentuk jarum berwarna
kuning dengan kepala sari berlekatan menjadi satu, dan brachtea
involucralis berbentuk garis berujung runcing/tumpul.
Buah berbentuk jaring, berwarna coklat, dan berkarpopodium pada
bagian basalnya.
Biji, berbentuk jarum, panjang sekitar 0,5 cm, berwarna cokelat
Akar, merupakan akar serabut, berwarna kuning muda membentuk
umbi sebagai tempat cadangan makanan
Pembudidayaan Tanaman Mahkota Dewa
Syarat tumbuh tanaman daun dewa
1. Lokasi tumbuh
Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai
ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan laut).Tanaman tersebut tumbuh
di daerah beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.50025

3.500 mm / tahuan dengan tanah yang agak lembab-subur.Tanaman ini


sangat ideal dibudidayakan di saerah dengan suhu udara 2532oC.Kelembaban yang dibut uhkan 70-90% dengan penyinaran agak
tinggi (Winarto, 2003).
Di dataran tinggi, tanaman ini dapat mengeluarkan bunga yang
berwarna oranye, sedangkan di dataran rendah jarang berbunga. Di
pulau Jawa, tanaman daun dewa banyak ditanama pada ketinggian
antara 500-700 m dpl (Priadi dalam Fatma, 2011)
2. Kedaan iklim
Tanaman ini menyukai daerah yang tidak terlalu terbuka, paling tidak
memiliki naungan lebih kurang 25% sehingga dapat ditumpangsarikan
bersama

tanaman

lain

yang

diperkirakan

tidak

mengganggu

pertumbuhannya. Namun, dari beberapa penelitian, pada areal yang


terbuka tanaman ini menunjukkan hasil yang baik.
3. Keadaan tanah
Hampir semua jenid tanah untuk pertanian cocok bagi budidaya
tanaman daun dewa. Namun, tanaman daun dewa idealnya ditanam
pada lahan yang gembur dan subur, banyak mengandung bahan organik
(humus), dan memiliki kondisi pH 6-7. Tanah yang cenderung liat
sebaiknya dihindari karena akan menghambat pertumbuhan tanaman
dan umbi. Jenis tanah regosol andosol sangat cocok untuk budidaya
tanaman daun dewa. Tanaman saun dewa memerlukan intensitas sinar
matahari yang cukup, demikian juga sirkulasi udara dan drainase harus
baik. Terjadinya genangan air (becek) harus dihindari karen akan
menyebabkan

gangguan

pada

proses

metabolisme

(fisiologis)

pertumbuhan tanaman daun dewa. Sebaiknya, di tanah yang terlalu


kering (kekurangan air), pertumbuhan tanaman akan terhambat
sehingga tanaman kerdil dan merana (Priadi dalam Fatma, 2011).
Teknik budidaya tanaman daun dewa
1. Persiapan lahan
Tanaman daun dewa sangat opeka terhadap genangan air. Bila lama
tergenang, akibatnya akan terjadi pembusukan akar dan umbi. Untuk
26

menghindari keadaan tanah olah yang siap tanah baik secara fisik,
kemis maupun biologis, sehingga tanamanyang dibudidayakan tumbuh
dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis,
perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung (Anonim
dalam Fatma, 2011).
Pengolahan tanah sebagai setiap manipulsi mekanik terhadap tanah
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bgi
pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanaha adalah untuk
menyiapkan tempat persemaian, tempat tanam, menciptakan daerah
perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, danmemberantas
gulma. Mengolah tanah adlaah untuk menciptakan sifat olah yang baik,
dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman (Arsjad dalam Fatma, 2011).
2. Persiapan bahan tanaman
Perbanyakan tanaman daun dewa dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu setek batang, tunas akar (umbi), dan langsung menebarkan
umbinya. Bahan untuk bibit diambil dari tanaman yang memiliki
pertumbuhan baik dan subur, serta tidak terserang penyakit (Priadi
dalam Fatma, 2011).
Perbanyakan dengan stek batang biasanya kurang memuaskan.
Tanaman cenderung kerdi; dan kurus, pertumbuhan daun terhambat dan
jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman hasil
perbanyakan mata tunas dari umbi (Anonim dalam Fatma, 2011).
3. Penanaman
Penanaman yang paling cocok adalah pada akhir musim hujan,
terutama did aerah-daerah yang memiliki kelembapapan tinggi dan air
tanah cukup memadai. Penanaman dilakukan dengan memilih bibit
yang memiliki pertumbuhan baik dari tempat persemaian, yaitu stelah
berumur sekitar satu bulan. Jika akan menggunakan umbi secara
langsung, dipilih umbi yang memiliki kemampuan baik dan segar.
Bibit-bibit tersebut ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan.

27

Setiap lubang tanam cukup dinamai dengan satu batang setek atau umbi
(Priadi dalam Fatma, 2011).
Penanaman bibit daun dewa perlu juga memperhatikan saat waktu
penanaman, yakni pada pagi atau sore hari. Pada saat penanaman, bibit
daun ewa dibenamkan kira-kira sampai batas helai daun paling bawah.
Kedalaman tanam sekitar 6-8 cm. Lalu tutup dengan tanah sebelah
kanan dan kiri lubang tanam, daun dewa yang ditanam terlalu dalam
akan mengalami tertumbuhan lambat danhasil yang rendah. Namun,
bila ditanam terlalu dangkal akan berpengaruh pada batang yang
mudah roboh (Winarto dalam Fatma, 2011).
4. Pemeliharaan tanaman
a. Pemupukan
Pemupuka yang tepat akan meningkatkan jumlah daun, cabang, dan
bobot umbi. Sebagai pupuk dasar dapat digunakan pupupk kandang
atau pupuk kompos dengan dosis 0,3-0,5 kg/lubang tanam atau
setara dengan 15-12 ton/ha. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum
penanaman, diaduk dengn tanah did alam lubang tanam,
pemupukan selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunkana
pupuk daun, terutama bila tanaman tampak kekurangan unsur hara.
Dosis dan waktu pemberian pupuk disesuaikan dengan rekomendasi
dari jenis pupuk yang digunakan (Priadi dalam Fatma, 2011)
b. Penyiraman
Tanaman yang kekurangan air panampilan daunnya kecil-kecil dan
tebal, sedangkan tanaman yang cukup air akan memiliki helaian
daun lebar dan panjang. Penyiraman dalam jumlah cukup harus
dilakukan secara rutin.Namun perlu dihindari genangan air yang
cukup lama disekitar tanaman karena tanaman tidak tahan terhadap
gengan air. Adanya genangan air akan menyebankan umbi
membusuk dan tanaman akan layu dan mati.
c. Peyulaman
Penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak baik
pertumbuhannya (abnormal) dapat dilakukan 7-10 hari setelah

28

penanaman.Penyulaman dilakukan dengan tanaman yang memiliki


pertumbuhan seragam dan baik. Penyulaman diusahakan agar tidak
terlambat karena akan berpengaruh pada keragaman panen dan
kemudahan dalam perawatan (Proadi dalam Fatma, 2011).
d. Penyaiangan
Perawatan yang paling penting pada tanaman dewa adalah
penyiangan

atau

pemberantasan

rumput-rumputan

dan

gulma.Penyiangan haris dilakukan secara rutin dan dapat dilakuakn


secara manual yaitu dengan menggunakan tangan (Suharmiati dan
Maryani dalam Fatma, 2011).
Penyaingan harus dilakukan

secara

ritun,

yaitu

dengan

memberantas rumput-rumputan dan tanaman pengganggu.Tujuan


penyiangan adalah menghindari terjadinya persaingan zat-zat
makanan anatara tanaman pokok dan tumbuhan yang tidak
diinginkan

(gulma0.Penyiangan

juga

bermanfaat

untuk

meningkatkan intensitas sinar matahari yang masuk (Priadi dalam


Fatma, 2011).
e. Pengendalian hama penyakit
Perlindungan tanaman dilakukan terhadap kemungkinan adanya
gangguan hama dan penyakit yang menyerang tanaman daun dewa.
Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman daun dewa
adalah ulat jengkal (Nyctemera coleta) dan kumbang (Psyliodes
sp).Ulat jengkal memkan daun sampai habis hingga hanya tersisa
tulang daun.Sementara, serangan kumbang mengakibatkan daundaun berlubang dan daun yang menyentuh tanah. Pemberantasan
hama sebaiknya tidak menggunkan pestisida sebab racun atau
residu pestisida dapat menempel pada bagian-bagian tanaman
(Priadi dalam Fatma, 2011).
6. Panen
a. Panen daun
Panen daun pertama dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 1-2
bulan.Panen selanjutnya dapat dilakukan secara rutin setiap satu
29

bulan. Panen dilakuakn dengan cara memetik atau memangkas


daun-daun tua, sebanyak 4-6 helai ke arah pucuk, yaitu daun yang
berwarna hujai tua mengkilap. Pada batang bekas pangaksan akan
tumbuh tunas-tunas baru yang dapat dipanen kembali secara
bertahap. Setelah dipanen, tanaman di pupuk kembali. Daun
tanaman dewa ini dapat digunakan dalam keadaan segar atau
kering.
b. Panen umbi
Panen umbi dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 4-5
bulan setelh tanam, yaitu setelah tanamn berbunga untuk yang
kedua kalinya.Pemanenan dapat dilakukan dengan mencabut atau
membongkat tanaman dengan menggunkaan cangkul, namun harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai umbi. Luka pada umbi
akan menurunkan kualitasnya. Untuk mempermudah pemanenan
sebaiknya tanah dengan disiram terlebih dahulu agar lunak/gembur
(Priadi dalam Fatma, 2011).
7. Pasca Panen
Pengolahan pasca panen tanamn obat ditujukan untuk membuat produk
tanamn obat menjadi simplisia yang siap dikonsumsi oleh masyarakat
umum, industri obat ataupun untuk eksport. Kegiatan yang meliputi
prosesing/pengolahan

bahan

sesaat

setelah

panen

sampai

tahap

penyimpanan dengan tujuan agar diperoleh simplisia yang berkualitas serta


stabil selama penympnana. Pengolahan pasca panen tersebut meliputi:
a. Pengumpulan bahan bahu
b. Sortasi basah
c. Pencucian
d. Penirisan
e. Pengubahan bentuk
f. Pengeringan
g. Sortasi kering
h. Pengepakan dan penyimpanan
(Katno dalam Fatma, 2011)

30

C) Gedung pasca panen


A. Alat-alat
Alat
1. 1 unit Gas Chromatography,
2. 1 unit TLC densitometer
3. 1 unit HPLC,
4. 2 unit Vacuum Rotavapor,
5. 3 unit Spektrofotometer,
6. 2 unit Blotting apparatus,
7. 1 unit Termocycler PCR,
8. 1 unit mesin pembuat tablet dan kapsul JAMU,
9. 1 unit mesin penyerbuk,
10. 1 unit pencuci bahan JAMU,
11. 1 unit pengering bahanJAMU)
Ruang
1. Ruang pencucian
2. Ruang sortasi
3. Ruang pengubahan bentuk
4. Ruang pengeringan
5. Ruang pengemasan
6. Ruang penyimpanan serta stok/gudang simplisia.
B. Penanganan dan Pengelolaan Pascapanen hasil panen tanaman obat
Penanganan dan pengelolaan pascapanen adalah suatu perlakuan yang
diberikan padahasil pertanian hingga produk siap dikonsumsi.Penanganan dan
pengelolaan pascapanen tanaman obat dilakukan terutama untuk menghindari
kerugian-kerugian yang mungkin timbul akibat perlakuan prapanen dan
pascapanen yang kurang tepat. Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian,
misalnya terjadinya perubahan sifat zat yang terdapat dalam tanaman,

perlakuan dan cara panen yang tidak tepat, masalah daerah produksi yang
menyangkut keadaan iklim dan lingkungan, teknologi pascapanen yang
diterapkan, limbah, serta masalah sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.
Pengelolaan pascapanen tanaman obat perlu dilakukan secara hatihati.Pengelolaan pascapanen meliputi kegiatan penyortiran, pencucian,
pengolahan

hasil

(pengupasan

kulit

serta

pengirisan),

pengeringan,

pengemasan, sampai pada penyimpanan.


Adapun tujuan pengelolaan pascapanen tanaman obat dapat dirangkum
sebagai berikut :
1. Mencegah kerugian karena perlakuan prapanen yang tidak tepat.
2. Menghindari kerusakan akibat waktu dan cara panen yang tidak tepat.
3.
Mengurangi kerusakan pada saat pengumpulan, pengemasan, dan
pengangkutan saat pendistribusian hasil panen.
4. Menghindari kerusakan karena teknologi pascapanen yang kurang tepat.
5. Menekan penyusutan kuantitatif dan kualitatif hasil.
6. Terjaminnya suplai bahan baku produksi tanaman obat meskipun tidak
pada musimnya.
7. Pengolahan limbah yang dapat memberikan nilai tambah bagi produsen
simplisia, contoh sisa-sisa hasil pengolahan simplisia untuk pembuatan
pupuk kompos.
8. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan menjamin
kelestariannya.
Kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman obat menunjukkan suatu
sistem yang kompleks serta melibatkan banyak faktor, baik teknis, sosial
budaya, dan ekonomi.Melihat hubungan yang saling berkait dan kompleks
tersebut maka diperlukan peran pemerintah dan swasta secara aktif dalam
membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan
tanaman obat.
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara
lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki
kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk

memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu
pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen
tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan
keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya
perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan
dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu,
efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum
faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1. Sortasi
Sortasi adalah proses pemisahan bahan asing atau kotoran yang
mencemari simplisia yang dikhawatirkan dapat menurunkan mutu. Sortasi
dikelompokkan menjadi dua :
a. Sortasi Basah
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua
dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih
kecil, Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan
organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan
untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang
tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan, tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak
b. Sortasi Kering
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing
yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, debu, kerikil,
tanah, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran
merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum
dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut.
Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen
hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.

2. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk memperoleh simplisia yang bersih serta
bebas dari kotoran yang mungkin terikut saat pemanenan atau
pengangkutan, untuk menurunkan jumlah mikroba pathogen yang
menyebabkan pembusukan dan membuat penampakan fisik simplisia lebih
menarik.Pencucian dilakukan pada air yang mengalir sehingga kotoran
yang

terlepas

tidak

menempel

kembali.Setelah

dicuci,

bahan

ditiriskan.Penirisan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan


kandungan air. Penirisan dilakukan pada tempat yang agak teduh, karena
bila langsung dikeringkan di bawah sinar matahari maka akan mengalami
pembusukan (Siswanto, Yuli Widyastuti. 1997). Pencucian bahan dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
a) Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak
mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman
dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada
rendaman pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak.
Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan menghemat
peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam bahan.
b) Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak
melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses
penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan
tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang
melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan.
Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat
mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
c) Penyikatan (manual maupun oto-matis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang


keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat. Pencucian ini
memakai alat bantu sikat yang di gunakan bentuknya bisa bermacammacam, dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang
digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan
teratur agar tidak merusak bahannya.Pembilasan dilakukan pada bahan
yang sudah disikat.Metode pencucian ini dapat menghasilkan bahan
yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya,
namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang
tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme.
d) Penirisan/pengeringan
Setelah pencucian, bahan lang-sung

ditiriskan

di

rak-rak

pengering.Khusus untuk bahan rimpang pen-jemuran dilakukan selama


4 - 6 hari. Selesai pengeringan dilakukan kem-bali penyortiran apabila
bahan lang-sung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan
permintaan.Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang
lebih lama. Dalam Farmakope Indonesia edisi IV Tahun 1995
disebutkan bahwa persyaratan kadar air simplisia harus kurang dari
10%. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan enzimatik akan
mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Contoh-nya untuk
rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai standar perdagangan,
karena mutu bahan menentukan harga jual. Berdasarkan standar

perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai berikut :


Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak me-

ngandung benda asing dan tidak berjamur.


Mutu II : bobot 150 - 249 g/rim-pang, kulit tidak terkelupas, tidak

mengandung benda asing dan tidak berjamur.


Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas
maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang mak-simum
10%.

Demikian pula dengan waktu pengeringan juga ber-variasi,


tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun,
kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses
pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan
sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak
saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara
tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern
dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower
ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada
suhu 30 - 500C.Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak
komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rimpang jahe dapat dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi surya,
dimana suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 - 450C
dengan tingkat kelembaban 32,8 - 53,3% menghasilkan kadar minyak
atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung
maupun oven. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar
matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang
direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam.Selesai peren-aman
irisan dicuci kembali sampai bersih, ditiriskan kemudian dijemur dipanas
matahari.Tujuan dari perendaman adalah untuk mencegah terjadinya
degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada saat penjemuran juga
mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis
diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di
samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat
dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40 - 500C.Kelebihan
dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam,
di-bandingkan dengan sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari 1
minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga terdapat alat

pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang,
tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu
pengeringan selama 3 hari.Untuk daun atau herba, penge-ringan dapat
dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang
ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer atau
cukup dikering-anginkan saja.
Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa
enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah
dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang
sudah kering memiliki kadar air 8 - 10%. Dengan jumlah kadar air
tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun
waktu penyimpanan.
Untuk ekspor jahe dalam bentuk asinan jahe, dipanen pada umur
3 - 4 bulan, karena pada umur tersebut serat dan pati jahe masih
sedikit.Mutu

jahe

g/rimpang.Selesai

yang

diinginkan

penyortiran

bahan

adalah
langsung

bobot

60

dikemas

80

dengan

menggunakan jala plastik atau sesuai dengan permintaan. Di samping


dijual dalam bentuk segar, rimpang juga dapat dijual dalam bentuk kering
yaitu simplisia yang dikeringkan.
3. Pengubahan Bentuk
Pengubahan bentuk simplisia menjadi bentuk lain seperti irisan,
potongan dan serutan bertujuan untuk mempermudah penggunaan dan
pengolahan selanjutnya menjadi bahan baku (Siswanto, Yuli Widyastuti. 1997).
4. Pengemasan
Pengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah dikeringkan.Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun
karung goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk

yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit pena-nganan, dapat


melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi
dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya
menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal
pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih,
metode pe-nyimpanan.
5. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya
cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama
menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi
sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat
meng-kontaminasi simplisia tanaman obat (Berlinda dkk, 1998). Dosis ini
tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan
3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan
adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang perlu
diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :

Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya

ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.


Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-

mungkinan masuk air hujan.


Suhu gudang tidak melebihi 300C.
Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C)
untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang
tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga

menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.


Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus
dicegah.

Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan


simplisia yang disimpan harus dicegah
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami perubahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia
merupakan bahan yang dikeringkan (SK Menteri Kesehatan RI No.
22/MenKes/IX/1976). Simplisia dibedakan menjadi :
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Secara umum simplisia merupakan produk hasil pertanian tumbuhan
obat setelah melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana
menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai atau diproses
selanjutnya, yaitu :.
a. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum
diminum.
b. Siap dipakai untuk dicacah dan direbus sebagai jamu rebusan.
c. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang
umumnya melalui proses ekstraksi, separasi, dan pemurnian yaitu
menjadi ekstrak (Anonim :1989).
4. Simplisia daun

Seperti yang telah dijelaskan bahwa simplisia daun mempunyai sifat


sifat umum yang hampir sama dalam komposisi maupun jaringan
penyusunnya. Namun, pada prinsipnya setiap jenis daun memiliki sifat khusus
sehubungan dengan pemanfaatannya sebagai bahan obat (Siswanto, Yuli
Widyastuti : 1997).
Pemanenan Simplisia dilakukan setelah daun daun membuka
sempurna, utamakan pada daun yang mendapat banyak sinar matahari sewaktu
proses fotosintesa berlangsung maksimal. Dipotong pada tangkai dan
hendaknya dilakukan secara manual.
4) Kegiatan di Laboratorium Terpadu
Setealah berkeliling di kebun etalase, kami langsung bergegas ke
Laboratorium Terpadu.Dalam perjalanan ini kami masih dipandu oleh staff dari
B2P2TOOT Tawanngmangu.Kami diberikan gambaran yang ada di laboratorium
terpadu ini.Di lantai pertama ada ruangan penyimpanan tanaman obat yang
diawetkan, ada juga show room produk tanaman obat atau lebih dikenal dengan
sebutan obat herbal yang sudah dipatenkan. Sebagai tambahan informasi, produk
obat herbal terdapat 3 tingkatan, dari mulai tingkatan terbawah yaitu Jamu, Obat
Herbal Terstandar (OHT), dan paling atas Fitofarmaka.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu memiliki laboratorium terpadu berperan
penting dalam pengolahan obat herbal sehingga aman digunakan masyarakat. Balai
ini memiliki tujuh laboratorium, yaitu laboratorium galenika, fitokimia, proteksi
hama penyakit tanaman, instrument, kultur jaringan tanaman, biomolekuler, dan
mikrobiologi.

Laboratorium terpadu terdiri dari 7 laboratorium yakni


1. Laboratorium Sistematika Tumbuhan
Indentifikasi tumbuhan/determinasi, pembaruan specimen

(herbarium,

simplisia) serta dokumentasi pengelolaan tanaman obat dalam bentuk foto,


slide dan cakram optic (CD)
2. Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Identifikasi hama dan penyakit
tanaman dan penelitian tentang cara pemberantasan hama dan penyakit
tanaman.
3. Laboratorium Galenika (Fito Farmasetik)
Pembuatan sediaan galenika dalam bentuk ekstrak, tingktur dan lainlain;
penyulingan/destilasi minyak atsiri, penetapan kadar dan penetapan profil
minyak atsiri secara kromatografi serta koleksi minyak atsiri dan ekstrak
kering

Gambar Laboratorium Galenika B2P2TOOT


4. Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Analisis makroskopis dan
mikroskopis, histokimia, skrining fitokimia, pemeriksaan kadar senyawa aktif,

isolasi dan identifikasi metabolit sekunder serta penetapan parameter standar


ekstrak dan simplisia secara densitometry spektrofotometri.

gambar Laboratorium Fitokimia B2P2TOOT


5. Laboratorium Kultur Jaringan dan Mikrobiologi
Kultur jaringan tanaman (KJT) untuk memperoleh bibit dan meningkatkan
kandungan senyawa aktif, penetapan cemaran mikroba (angka jamur dan angka
lempeng total), identifikasi mikroba dan uji aktivitas antimikroba ekstrak
tanaman obat.

6.

laboratorium Kultur Jaringan


Laboratorium Eksperimental
Pembesaran dan perawatan hewan coba (animal house), serta melakukan uji
khasiat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.

Animal house beris) hewan uji coba (Mencit)


7. Laboratorium Bioteknologi Penelitian
rekayasa genetic untuk memperoleh bibit unggul dan rekaya untuk
memperoleh protein terapeutik. identifikasi/deteriminasi serta pembuatan
catalog
Selain itu, B2P2TOOT juga memiliki instalasi-instalasi sebagai berikut.
1. Instalasi Koleksi Tanaman Obat Inventarisasi tanaman obat; peremajaan
tanaman koleksi, pengamatan dan pendapatan pertumbuhan, pencatatan
data iklim,
2. Instalasi Adaptasi dan Pelestarian
Adaptasi tanaman obat hasil eksplorasi, adaptasi tanaman obat tertentu /
pendataan pertumbuhan dan hasil pengelolaan / pemeliharaan.Pelestarian
plasma nutfah tanaman obat dengan kategori langka.

Meruapakan gedung pelestarain bagi tanaman obat yang sudah langka, atau
hampir punah.

3. Instalasi Koleksi Tanaman Obat Inventarisasi tanaman obat; peremajaan


tanaman koleksi, pengamatan dan pendapatan pertumbuhan, pencatatan
data iklim,
4. Instalasi Pasca panen Penanganan hasil panen tanaman obat
meliputi pencucian, sortasi, pengubahan bentuk, pengeringan, pengemasan
dan penyimpanan serta stok/gudang simplisia.
5. Instalasi Benih dan Pembibitan Tanaman ObatPelabelan benih, koleksi
benih dari lokasi tertentu, sortasi biji, uji viabilitas benih, penyimpanan
benih, pengadaan bibit baik secara konvensional maupun kultur jaringan
Berikut adalah tahapan dari mulai pembibitan tanaman. Bibit tanaman
berada dalam ruangan yang khusus yakni di rumah pembibitan. Di rumah
pembibitan ini terdapat berbagai macam bibit tanaman obat. Selain itu juga
terdapat green house untuk penumbuhan bibit.

Rumahpembibitan

green house

Pada kunjungan kami ke B2P2TOOT kami menyaksikan langsung

Pemindahan bibit oleh petugas

Pembibitan oleh petugas


Tidak jauh dari rumah pembibitan terdapat lokasi lahan untuk
penanaman.Kemudian dilakukan penanaman bibit ke lahan produksi.

Penyiapan lahan

penanaman bibit ke lahan

Setelah itu dilakukan perawatan tanaman dengan cara pemupukan. Berikut


gambar pemupukan oleh petugas

Pemupukan tanaman

B. Desa Agrowisata Tanaman Sayur AMANAH


Tujuan selanjutnya setelah dari B2P2OOT adalah ke Desa Pertanian Amanah, dari
B2P2OOT ke Desa Pertanian Amanah sekitar 30 menit. Setibanya di Desa Pertanian
Amanah kami dan mahasiswa lainnya sholat terlebih dahulu kemudian setelah sholat
kami melakukan makan siang di masjid yang kami gunakan untuk sholat, setelah itu
kami berkumpul untuk mendengarkan arahan yang diberikan kepada Bapak Dr, Ir.
Yudi Rinanto, M.P selaku dosen pengampu mata kuliah hortikultura. Rombongan
dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama dengan pemandu bapak Darsono yang
merupakan pemilik ladang tomat dan kubis sedangkan kelompok kedua dengan
pemandu yang lain bertugas mencari tanaman cabai dan seledri. Kami dan kelompok
tomat berjalan ke ladang mengikuti bapak Darsono, setelah 15 menit kami berjalan
akhirnya kami sampai di ladang yang yang ditanami tomat.kami mendengarkan
informasi yang disampaikan oleh pak Darsono mulai dari pembibitan hingga pasca
panen tomat, dalam ladang tersebut terlihat tanaman tomat yang kami kunjungi sedang
berbuah. Dalam perjalanan kami mencari tanaman tomat dan kubis tidak hanya
dipandu bapak Darsono tetapi juga Ibu Murni Ramli selaku dosen pendamping.
Setelah pak Darsono menjelaskan pembibitan hingga pasca panen tanaman tomat,
beberapa mahasiswa bertanya mengenai hama yang sering menyerang tanaman tomat,
benih jenis apa yang digunkan, kemudian ada juga yang bertanya tentang bagaimana

cara memetik, waktu pemetikan buah tomat serta pasca panen yang dilakukan. Pasca
panen yang dilakukan pada tanaman tomat yaitu dengan cara pedaganag datang
langsung ladang yang ingin dibeli, hama yang sering menyerang tanaman tomat
biasanya bekicot dan jamur, cara memetik hanya buah saja tidak diikutsertakan
tangkai buahnya. Pemetikan buah tomat biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar jam
08.00-09.00 WIB. Setelah mendapatkan informasi mengenai tanaman tomat, kami dan
kelompok tomat berjalan menuju ladang yang ditanami kubis, perjalanan yang kami
tempuh sekitar 5 menit dari ladang tomat.setibanya di ladang tanaman kubis, cuaca
pada saat itu tidak mendukung karena hujan deras dan sedikit angin sehingga kami
memutuskan untuk mencari tempat yang teduh untuk mendengarkan informasi yang
disampaikan oleh Bapak Darsono. Akhirnya kami berteduh di balai desa pertanian,
bapak Darsono memulai memberikan informasi mengenai pembibitan hinga pasca
panen tanaman kubis. Informasi yang kami peroleh sebagai berikut :

a. Cara pembibitan
Benih yang sering digunakan adalah Grand 11 atau Grand 22 dengan merk BISI
cap kapal terbang. Benih tersebut memiliki keunggulan lebih tahan dengan hama
dibanding benih lainnya, selain itu ukuran buah tanaman kubis bisa mencapai 5 kg
perbuahnya. Petani membuat bibit sendiri dengan cara memasukkan benih
kedalam polybag putih ukuran 4x6 cm kemudian ditutup selama kira-kira 3 hari
hingga benih tersebut berkecambah. Benih kubis biasanya tidak direndam terlebih
dahulu karena ukuran bijinya lebih kecil dari biji tomat, jika direndam biji kubis
akan menempel satu sama lain sehingga akan sulit untuk memasukkan ke dalam
polybag.
b. Penanaman
Setelah berkecambah bibit kubis dipindahkan ke green house atau tempat yang
ditutupi oleh plastik, tujuannya agar mendapatkan sinar matahari secara tidak
langsung.Setelah kira-kira umur 3 minggu tanaman kubis sudah siap dipindah
tanam ke ladang. Persiapan lahan tanam atau ladang yang dipersiapkan untuk
menanam tanaman kubis sama seperti tanaman lainnya dengan cara menyiapkan

gadangan atau lahan tanam selama 3 bulan dalam lahan tanam tersebut diberi
pupuk organik dan pupuk anorganik untuk mengurangi hama penyakit, hanya hal
yang perlu diwaspadai saat persiapan lahan tanam adalah jenis jamur atau
nematoda atau istilah yang sering dikenal di desa pertanian yaitu mentol atau akar
gada. Tanaman kubis jika terserang nematoda terlihat seperti kena kanker atau akar
terlihat membentuk bulatan-bulatan atau bintil-bintil pada akarnya.Jarak tanam
tanaman kubis sekitar 40-50 cm, teknik penanaman tanaman di desa pertanian
amanah dengan teknik tumpang sari misalnya sebelum ditanam kubis terlebih
dahulu ladang ditanami tanaman cabai, setiap 6 bulan tanaman cabai sudah bisa
dipanen kemudian pada saat tanaman cabai berumur 5 bulan baru tanaman kubis
ditanam dilahan yang sama, secara bersamaan dalam menanam kubis dapat juga
ditanami loncang atau daun bawang.
c. Perawatan
Dalam persiapan lahan tanam perlu diberikan pupuk organik dan anorganik untuk
meminimalisir munculnya hama. Hama yang sering menyerang tanaman kubis
adalah ulat, cara memberantas ulat tersebut dengan cara menyemprotkan pestisida
dibagian daun dan buahnya karena biasanya ulat menyerang pada bagian dalam
buah kubis.
d. Panen
Umumnya tanaman kubis dipanen pada umur 3 bulan, ukurannya buah kubis 2-4
kg tetapi juga bisa mencapai 5kg setiap satu kubis. Bentuk kubis dengan benih
Grand 11 biasanya berbentuk oval. Harga perkilo saat ini sekitar Rp. 2000,
keadaan ini dikatakan harga kubis sedang turun biasanya harga normalnya Rp.
5000/kg.Cara panen dengan cara memangkas bagian bawah atau batang tanaman
kubis hingga diperoleh bulatan buahnya saja sedangkan bagian bawah buah
dibuang. Untuk panen tanaman kubis hanya bisa dilakukan satu kali saja.
e. Distribusi hasil panen
Pendistribusian hasil panen biasanya dilakukan dengan cara pengumpul atau
pedagang datang langsung ke tempat petani. Satu buah kubis biasanya beratnya
mencapai 2-4 kg, tetapi jika kubis memiliki ukuran yang besar pedagang biasanya
tidak mau membeli.

f. Solusi dari permasalahan


- Untuk memberantas penyakit berupa akar mentol atau akar yang diserang oleh
jenis jamur/nematoda, jika akar terkena penyakit ini akar seperti tanaman yang
terkena kanker atau akar berbentuk bintil atau bulatan yaitu dengan cara
menyiapkan lahan tanam dengan cara memnambahkan pupuk organik dan
-

pupuk anorganik agar tidak terserang nematoda.


Hama yang sering menyerang tanaman kubis berupa ulat, cara memberantas
hama tersebut dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan pada bagian

buah atau bagian daunnya.


Umumnya pada musim penghujan tanaman kubis lebih rentan terhadap
penyakit dan cara memberantas hama lebih sulit karena pada musim penghujan
banyak ulat. Pada musim penghujan ini harga tanaman kubis perkilo
mengalami penurunan harga karena biasanya harga normal Rp.5000/kg tetapi

untuk musim penghujan ini harga perkilo hanya Rp.2000/kg.


Biaya untuk setiap tanaman kubis yaitu Rp. 2000 mulai dari benih, penyewaan
lahan, polybag dan pestisida. Untuk pestisida membutuhkan biaya yang paling
besar karena ada tidaknya hama yang menyerang tanaman kubis selalu
dilakukan penyemprotan. Lahan atau ladang yang digunakan petani bukan
milik petani sendiri tetapi milik pemerintah daerah sehingga di Desa Pertanian
Amanah berlaku sistem lelang lahan, sistem lelang lahan dilakukan setiap
Desember. Hal ini memungkinkan petani dapat memiliki lahan lebih dari satu
sehingga setiap petani dapat menanam tidak hanya satu jenis sayuran tetapi
dapat menanam beberapa jenis sayuran.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tumbuhan Mahkota Dewa memiliki pohon yang tingginya bisa mencapai 3
meter, dan sering kali tumbuhan ini di jadikan sebagai pohon teduh di
pekarangan rumah, dan untuk orang tua dahulu buah dari pohon ini di jadikan
obat yang sangat mujarab untuk berbagai penyakit.

2. Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr.) biasa ditemukan di pekarangan


rumah sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang bisa digunakan untuk
pengobatan adalah seluruh tanaman, dari mulai akar hingga daun.
3. Pengelolaan pascapanen meliputi kegiatan penyortiran, pencucian, pengolahan
hasil (pengupasan kulit serta pengirisan), pengeringan, pengemasan, sampai
pada penyimpanan.
4. Bapak Darsono selaku salah satu pemandu di desa pertanian Amanah
memulai memberikan informasi mengenai pembibitan hinga pasca panen
tanaman kubis.
5. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu memiliki laboratorium terpadu yang
terbagi dalam

tujuh laboratorium, yaitu laboratorium galenika, fitokimia,

proteksi hama penyakit tanaman, instrument, kultur jaringan tanaman,


biomolekuler, dan mikrobiologi.
b. SARAN
Demikian laporan Kuliah Kerja Lapang matakuliah Hortikultura yang kami susun.
Kami menyadari sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Untuk
membangun pribadi yang menjadi lebih baik maka kami mengharapkan saran dari
pembaca sebagai acuan perbaikan diri.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C. A. and van Den Brink, R. C. B. 1965. Flora of Java. Jilid IIb.
Neatherlands: N. V. P. Noordhoff.

Dalimartha, Setiawan (2007). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia 4. Jakarta: Puspa


Swara.ISBN 979-1133-14-X

Hardiyanto, Arif.,dkk. 2004. Pengaruh Variasi Konsentrasi AsamNaftalen Asetat terhadap


Pertumbuhan

dan

Kandungan

Flavonoid

Kalus

Daun

Dewa

[Gynura

procumbens(Lour) Merr.] Biofarmasi 2 (2): 69-74, Agustus 2004, ISSN: 16932242


Khaniyah, Samkhatin.2012. Pertumbuhan Kalus Daun Dewa [Gynura Procumbens(Lour)
Merr.] dengan Kombinasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid Dan Kinetin Secara
Invitro. Biosaintifika 4 (2) (2012)
Krisdiantin, Fatma. 2011. Budidaya Daun Dewa (Gynura Procumbens Lour) Merr dan
Khasiatnya sebagai Obat Tradisional di PT.INDIMA, Kaliurang, Yogyakarta.
Tugas Akhir. Fakultas Pertanian UNS
Kyte,

L.

and

J.

Kleyn

1996.

Plant

from

Test

Tubes

an Introduction

to

Micropropagation. 3rd Edition. Washington: Timber Press Inc


Mudjahid, A. 1998. Pengaruh Daun Dewa terhadap Perubahan Morfologi Sel serta
Struktur Morfologi Lesi Jaringan Hepar Tikus. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Kedokteran UNS.
Soemarmo, R. 1983. Wawancara secara Lisan tentang Khasiat Daun Dewa sebagai
Anti Kanker. Magelang.
Sudarto,

B.

1990.

Studi

Farmakognosi

Tumbuhan Gynura

procumbens (Lour)

Merr.Tesis. Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana UGM.


Widyawati, Wiwik. 2007. Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens
(Lour) Merr.) Terhadap Kadar Metil Merkuri Darah Dan Karakteristik Eritrosit
Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.) Paska Pemaparan Metil Merkuri Klorida.
Skripsi. FMIPA UNS

LAMPIRAN

A. DOKUMENTASI
RUANG CINEMA

KEBUN ETALASE

RUANG PENGERINGAN

RUANG PENYIMPANAN;

KEBUN KOLEKSI

MUSEUM

LAHAN TANAMAN TOMAT

LAHAN TANAMAN KOBIS

Anda mungkin juga menyukai