Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KAPITA SELEKTA

“Proses Pembuatan Obat Bahan Alam Sidaguri (Sida rhombifolia L.)”

Oleh :

Nama : Putri Dewi Angriani

NIM : 16 01 001

Kelas : STIFA A

Dosen Pengampuh : Drs. Burhanuddin Taebe, M.Si., Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat dan karunia serta taufik dan hidayah-Nya  saya dapat

menyelesaikan makalah tentang proses pembuatan obat bahan alam

sidaguri. Meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga banyak

berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Kapita Selekta yang telah

memberikan tugas ini kepada  saya..

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam

menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai proses

pembuatan obat bahan alam. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi

perbaikan makalah yang telah saya buat.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun

yang membacanya. Dan sekiranya dapat berguna bagi saya maupun

orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila

terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan mohon kritik dan

saran yang membangun demi perrbaikan makalah ini.

Makassar,    Desember 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia kaya akan tumbuh-tumbuhan yang berdasarkan

pengalaman telah dimanfaatkan oleh nenek moyang kita untuk memenuhi

keperluan hidupnya antara lain sebagai obat. Walaupun efek secara

umum dari sebagian obat tradisional telah dapat dirasakan manfaatnya.

Namun pembuktiannya secara ilmiah perlu dilakukan. Penggunaan obat

tradisional secara umum dinilai selektif lebih aman dari pada pengobatan

modern.

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus

dilestariakan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan

kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Produksi,

dan penggunaan obat tradisional di Indonesia memperlihatkan

kecendrungan terus meningkat, baik jenis maupun volumenya.

Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha di bidang obat

tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha industry obat

tradisional, penjaja dan penyeduh obat tradisional atau jamu. Bersamaan

itu upaya pemanfaatan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan

formal juga terus digalakkan melalui berbagai kegiatan uji klinik kearah

pengembangan fito farmaka (Ditjen POM, 1999).

Salah satu tanaman yang biasa digunakan oleh masyarakat yaitu

tanaman sidaguri (Sida rhombifolia L.). tumbuhan yang secara ternal dan
liar ini digunakan secara empiris untuk obat penurun asam urat dan

demam. Salah satu senyawa yang terkandung didalam tanaman sidaguri

yang berkhasiat sebagai antipiretik yaitu Flavonoid. Mekanisme kerjanya

yaitu menghambat kerja enzim siklooksigenase, dengan demikian akan

mengurangi akan mengurangi produksi prostaglandin.

Guna melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan obat

tradisional yang tidak terdaftar atau tidak memenuhi syarat , ditempuh

berbagai langkah strategis, antara lain penyebaran informasi yang cukup

kepada masyarakat dan pengusaha, termasuk informasi mengenai

peraturan perundangan-undangan yang berlaku di bidang obat tradisional

(Ditjen POM, 1999).

I.2 Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi tentang obat tradisional

2. Untuk mengetahui tanaman kunyit yang bisa digunakan untuk obat

tradisional

3. Untuk memahami tentang bentuk sediaan obat tradisional

I.3 Manfaat

1. Agar dapat mengetahui definisi tentang obat tradisional

2. Agar dapat mengetahui tanaman kunyit yang bisa digunakan untuk

obat tradisional

3. Agar dapat memahami tentang bentuk sediaan obat tradisional


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Uraian Tanaman

Gambar a. Tanaman Sidaguri (Sida rhombifolia L.)

Sidaguri termasuk tanaman semak dengan tinggi mencapai 2 meter.

Batangnya berkayu, berbentuk bulat, percabangan simpodial, dan

berwarna putih kehijauan. Daunnya tunggal, berseling, bentuk jantung,

ujung bertoreh, pangkal tumpul, tepi bergerigi, berbulu rapat, pertulangan

menjari, dan berwarna hijau. Bunganya tunggal, berbentuk bulat telur,

terdapat di ketiak daun, berwarna hijau, mahkota bunga berwarna kuning,

Bijinya bulat, kecil, dan berwarna hitam. Akarnya tunggang, dan berwarna

putih.
1. Klasifikasi Tanaman

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Malvales

Familia : Malvaceae

Genus : Sida

Spesies : Sida rhombifolia L.

2. Nama Lain Tanaman

Tanaman Sidaguri merupakan tanaman dalam familia malvaceae

yang mempunyai berbagai nama daerah yang berbeda-beda

diantaranya yaitu :

a. Minangkabau : saliguri

b. Melayu : sidaguri

c. Jawa Tengah : otok-otok

d. Sunda : sadagori

e. Madura : taghuri

f. Sumba : kahindu

g. Bali : selegui

h. Halmahera dikira : hutu gamo

i. Ternate : digo

j. Nama asing : yellow barleria


k. Indonesia : sidaguri

3. Kandungan Kimia

Kandungan senyawa kimia dalam sidaguri adalah alkaloid, saponin,

tanin, fenol, kalium oksalat, flavonoid, dan steroid Senyawa flavonoid

dapat menghambat aktivitas xantin oksidase dan bersifat menangkap

radikal bebas superoksida sehingga mampu menurunkan kadar asam

urat dan mengobati gout. Tanin yang terdapat pada herba sidaguri

mempunyai aktivitas antioksidan dan dapat menghambat pertumbuhan

sel tumor. Saponin sebagai antimikrob, dan kalsium oksalat dapat

memperbaiki kekurangan kalsium dalam tubuh. Selain itu, sidaguri juga

berkhasiat sebagai antiinflamasi, antigout, obat mencret, disentri, sakit

kuning, dan sakit gigi (Izzah, 2010).

Kandungan Fitokimia Sidaguri beberapa penelitian telah

melaporkan berbagai kandungan fitokimia pada berbagai bagian dari

tanaman Sida rhombifolia  terutama pada bagian daunnya. Secara

umum, daunnya mengandung alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin,

fenol, asam amino, dan minyak atsiri. Batang Sidaguri mengandung

kalsium oksalat dan tanin. Sementara bagian akar mengandung

alkaloid, steroid, dan efedrine. Telah dilakukan isolasi dan identifikasi

campuran steroid, Porphyrins, flavon, dan Indoquinolon alkaloid pada

ekstrak etanol bagian tanaman daun dan batang sidaguri . Senyawa

flavonoid 5,7-dihydroxy-4'-methoxyflavone (acacetin) telah dilaporkan

pertama kali di genus Sida dan senyawa lainnya diisolasi pertama kali
pada spesies S. rhombifolia. Materia Medica Indonesia mencatat

kehadiran rhombiffolina alkaloid di Sida rhombifolia L. yang bisa

menghambat aktivitas XO (Iswantini, 2003).

4. Penggunaan Secara Empiris

a. Rematik

Cuci akar sidaguri kering (30 g), lalu iris tipis-tipis. Rebus dengan

tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan

minum sehari dua kali, masing-masing setengah gelas.

b. Bisul kronis

Untuk obat yang diminum, iris tipis batang dan akar sidaguri

kering (60 g). Tambahkan gula merah (30 g) dan air matang

secukupnya sampai simplisia terendam seluruhnya, lalu tim.

Setelah dingin, minum airnya sekaligus.

Untuk obat luar, cuci lima jari akar sidaguri, lalu tumbuk halus.

Tambahkan air garam secukupnya sambil diremas. Gunakan

ramuan ini untuk menurap bisul, lalu balut. Lakukan dua kali sehari.

c. Kulit gatal, kurap pada kepala

Cuci daun sidaguri segar secukupnya, lalu tumbuk halus .

tambahkan minyak kelapa, lalu aduk sampai merata. Oleskan pada

kulit yang gatal atau kurap. Ulang sehari tiga kali, sampai sembuh.

d. TBC

Untuk obat yang diminum, cuci herba sidaguri segar (60 g), lalu

potong-potong seperlunya. Tambahkan daging (60 g), lalu tim.


Setelah dingin, minum airnya dan dagingnya dimakan. Untuk obat

luar, giling daun segar sampai halus, lalu tempelkan pada kelenjar

limfe yang membesar.

e. Terlambat haid

Cuci akar sidaguri (30 g), lalu cincang halus. Tambahkan daging

(30 g), lalu rebus. Setelah dingin, minum airnya dan makan

dagingnya. Lakukan sampai beberapa hari.

f. Sesak napas (asma)

Potong tipis akar sidaguri (60 g), tambahkan gula pasir (30 g), lalu

rebus dengan tiga gelas air sampai tersisa satu gelas. Setelah

dingin, saring dan minum sehari dua kali, masing-masing setengah

gelas.

g. Perut mulas

Kunyah akar sidaguri dan jahe secukupnya, lalu telan airnya.

h. Sakit gigi

Kunyah akar sidaguri secukupnya dengan gigi yang sakit

i. Luka berdarah

Cuci akar sidaguri segar secukupnya, lalu tumbuk sampai halus.

Tampelkan pada luka yang berdarah, lalu balut.

b. CPOTB

Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam

yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk

menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik


dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan

baku.

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi

seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang

bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa

memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan

penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses

produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia

yang menangani.

Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk

menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk

itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan diterapkan

sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat

dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah

bagi produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk

sejenis dari Negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional.

Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah secara

terus menerus memfasilitasi industri obat tradisional baik skala besar

maupun kecil untuk dapat menerapkan CPOTB melalui langkah-langkah

dan pentahapan yang terprogram. Dengan adanya perkembangan jenis

produk obat bahan alam tidak hanya dalam bentuk Obat Tradisional

(Jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar dan

Fitofarmaka, maka Pedoman


Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ini dapat pula

diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar dan

Fitofarmaka.

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:

1. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa

bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau

galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun

menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

2. Bahan awal adalah bahan baku dan bahan pengemas yang

digunakan dalam pembuatan suatu produk obat tradisional.

3. Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau

bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat,

yang berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam

pengolahan obat tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut

masih terdapat didalam produk ruahan.

4. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat

tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan

kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan.

5. Bahan pengemas adalah semua bahan yang digunakan untuk

pengemasan produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi.

6. Produk antara adalah bahan atau campuran bahan yang masih

memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan lebih lanjut untuk

menjadi produk ruahan.


7. Produk ruahan adalah bahan atau campuran bahan yang telah

selesai diolah yang masih memerlukan tahap pengemasan untuk

menjadi produk jadi.

8. Produk jadi adalah produk yang telah melalui seluruh tahap proses

pembuatan obat tradisional.

9. Pembuatan adalah seluruh rangkaian kegiatan yang meliputi

pengadaan bahan awal termasuk penyiapan bahan baku, pengolahan,

pengemasan, pengawasan mutu sampai diperoleh produk jadi yang

siap untuk didistribusikan.

10. Produksi adalah semua kegiatan pembuatan dimulai dari pengadaan

bahan awal termasuk penyiapan bahan baku, pengolahan, sampai

dengan pengemasan untuk menghasilkan produk jadi.

11. Pengolahan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari

penimbangan bahan baku sampai dengan dihasilkannya produk

ruahan.

12. Pengemasan adalah kegiatan mewadahi, membungkus, memberi

etiket dan atau kegiatan lain yang dilakukan terhadap produk ruahan

untuk menghasilkan produk jadi.

13. Pengawasan dalam proses adalah pemeriksaan dan pengujian yang

ditetapkan dan dilakukan dalam suatu rangkaian proses produksi,

termasuk pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan terhadap

lingkungan dan peralatan dalam rangka menjamin bahwa produk akhir

(jadi) memenuhi spesifikasinya.


14. Pengawasan mutu (quality control) adalah semua upaya

pemeriksaan dan pengujian selama pembuatan untuk menjamin agar

obat tradisional yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan.

15. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin

kebersihan sarana pembuatan, personil, peralatan dan bahan yang

ditangani.

16. Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang formula, prosedur,

perintah dan catatan tertulis lainnya yang berhubungan dengan

pembuatan obat tradisional.

17. Verifikasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai

bahwa tiap bahan, perlengkapan, prosedur kegiatan yang digunakan

dalam pembuatan obat tradisional senantiasa mencapai hasil yang

diinginkan.

18. Inspeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua

aspek, mulai dari pengadaan bahan sampai dengan pengemasan dan

penetapan tindakan perbaikan yang dilakukan oleh semua personal

industri obat tradisional sehingga seluruh aspek pembuatan obat

tradisional dalam industri obat tradisional tersebut selalu memenuhi

CPOTB.

19. Bets adalah sejumlah produk obat tradisional yang diproduksi dalam

satu siklus pembuatan yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam.
20. Lot adalah bagian tertentu dari suatu bets yang memiliki sifat dan mutu

yang seragam dalam batas yang telah ditetapkan.

21. Kalibrasi adalah kombinasi pemeriksaan dan penyetelan suatu

instrumen agar memenuhi syarat batas keakuratan menurut standar

yang diakui.

22. Karantina adalah status suatu bahan atau produk yang dipisahkan

baik secara fisik maupun secara sistem, sementara menunggu

keputusan pelulusan atau penolakan untuk diproses, dikemas atau

didistribusikan.

23. Nomor bets atau nomor lot adalah suatu rancangan nomor dan atau

huruf yang menjadi tanda riwayat suatu bets atau lot secara lengkap,

termasuk pemeriksaan mutu dan pendistribusiannya.

24. Diluluskan (released) adalah status bahan atau produk yang boleh

digunakan untuk diproses, dikemas atau didistribusikan.

25. Produk kembalian adalah produk yang dikembalikan dari semua mata

rantai distribusi ke pabrik.

26. Penarikan kembali (recall) adalah kegiatan menarik kembali produk

dari semua mata rantai distribusi apabila ditemukan adanya produk

yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan penandaan

atau adanya efek yang merugikan kesehatan.

27. Keluhan adalah suatu pengaduan dari pelanggan atau konsumen

mengenai kualitas, kuantitas, khasiat dan keamanan.


BAB III

PROSES PRODUKSI

Gambar (a) Proses Produksi Sidaguri (Sida rhombifolia L.)

a. Penyiapan Bahan Baku

Proses penyiapan bahan baku antara lain yaitu :

1. Penyortiran

Setelah dipanen sidaguri hendaklah langsung dipisahkan dari kotoran-

kotoran atau bahan-bahan asing yang ukurannya lebih besar atau

kecil.

2. Pencucian
Selesai disortir sidaguri langsung dicuci dengan air mengalir untuk

menghilangkan kotoran-kotoran atau mikroba yang melekat pada

bahan dan dapat mempengaruhi mutu dari sidaguri.

3. Perajangan

Sidaguri kemudian dirajang dengan ukuran yang tidak terlalu tebal

atau terlalu tipis karna akan mempengaruhi mutu dari bahan dan

untuk mempermudah pada proses pengeringan, pengemasan.

4. Pengeringan

Sidaguri dikeringkan dengan suhu rendah, tidak boleh pada suhu tinggi

karna dapat merusak komponen aktif sehingga mutu dari sediaan bisa

menurun.

5. Pengemasan

Sidaguri dikemas dalam sediaan. Persyaratan jenis kemasan yaitu

dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak

mempersulit penanganan, dapat melindungi isi pada waktu

pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau

boleh mempunyi bentuk dan rupa yang menarik.

6. Penyimpanan

Sidaguri disimpan ditempat yang bersih, udara yang cukup kering.

Suhu tidak melebihi 30oC. kelembapan udaranya diusahakan serendah

mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembapan udara

yang tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme.


Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan hendaklah

memenuhi persyaratan yang berlaku.

a. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman bahan baku hendaklah

dilakukan pemeriksaan secara organoleptik dan laboratoris.

b. Setiap bahan baku yang diterima hendaklah diberi label yang dapat

memberi informasi mengenai nama daerah dan nama latin, tanggal

penerimaan, dan pemasok.

c. Semua pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan baku hendaklah

dicatat dalam kartu atau buku persediaan yang meliputi nama, tanggal

penerimaan atau pengeluaran, serta nama dan alamat pemasok.

d. Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dilakukan sortasi untuk

membebaskan dari bahan asing dan kotoran lain.

e. Setiap simplisia sebelum digunakan hendaklah dicuci lebih dahulu

dengan air bersih atau dibersihkan dengan cara yang tepat sehingga

diperoleh simplisia yang bersih, dan terbebas dari mikroba patogen,

kapang, khamir serta pencemar lainnya.

f. Simplisia yang telah dicuci hendaklah dikeringkan lebih dahulu dengan

cara yang tepat sehingga tidak terjadi perubahan mutu dan mencapai

kadar air yang dipersyaratkan.

g. Simplisia yang sudah bersih serta kering dan bahan baku yang bukan

simplisia yang telah lulus dari pemeriksaan mutu bila tidak langsung

digunakan hendaklah disimpan dalam wadah tertutup dan diberi label

yang menunjukkan status simplisia dan bahan baku tersebut.


h. Label sebagaimana dimaksud pada butir 7.7. hanya boleh dipasang

oleh petugas yang ditunjuk pimpinan bagian pengawasan mutu dan

warna label dibuat berbeda dengan label yang digunakan pada 7.2.

i. Pengeluaran simplisia yang akan diolah dilakukan oleh petugas yang

ditunjuk dengan cara mendahulukan simplisia yang disimpan lebih

awal (First In, First Out), atau yang mempunyai batas kadaluwarsa

lebih awal (First Expired, First Out).

j. Semua bahan baku yang tidak memenuhi syarat hendaklah ditandai

dengan jelas, disimpan secara terpisah menunggu tindak lanjut.

b. Pewadahan dan Labelisasi

Pengolahan dan pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan

mengikuti cara yang telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat

menjamin produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang

berlaku.

1. Verifikasi

Sebelum suatu prosedur pengolahan induk diterapkan hendaklah

dilakukan langkah-langkah untuk membuktikan bahwa prosedur

bersangkutan cocok untuk pelaksanaan kegiatan secara rutin, dan bahwa

proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan

yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang

memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.


Setiap proses dan peralatan hendaklah dilakukan tindakan

pembuktian ulang secara periodik untuk menjamin bahwa proses dan

peralatan tersebut tetap menghasilkan produk yang memenuhi

persyaratan yang berlaku

2. Pencemaran

Pencemaran fisik, kimiawi atau jasad renik terhadap produk yang

dapat merugikan kesehatan atau mempengaruhi mutu suatu produk tidak

boleh terjadi. Pencemaran khamir, kapang dan atau kuman non patogen

terhadap produk meskipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh

langsung pada kesehatan hendaklah dicegah sekecil mungkin sampai

dengan persyaratan batas yang berlaku.

3.Sistem Penomoran Kode Produksi

Sistem penomoran kode produksi hendaklah dapat memastikan

diketahuinyariwayat suatu bets atau lot secara lengkap. Dengan

diketahuinya asal usul produk jadi tersebut akan mempermudah tindak

lanjut pengawasannya. Pemberian nomor kode produksi hendaklah

segera dicatat dalam suatu buku catatan harian. Catatan hendaklah

mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan besarnya bets

yang bersangkutan.

Sebelum dilakukan pengemasan hendaklah dapat dipastikan

kebenaran identitas, keutuhan serta mutu produk ruahan dan bahan

pengemas.
1. Proses pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan pengawasan

ketat untuk menjaga identitas dan kualitas produk jadi.

2. Hendaklah ada prosedur tertulis untuk kegiatan pengemasan. Semua

kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan

instruksi yang diberikan dan menggunakan pengemas yang tercantum

pada prosedur pengemasan tersebut.

3. Setiap penyerahan produk ruahan dan pengemas hendaklah diperiksa

dan diteliti kesesuaian satu sama lain.

4. Wadah yang akan digunakan diserahkan ke bagian pengemasan

hendaklah dalam keadaan bersih.

5. Untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam pengemasan, label

dan barang cetak lain hendaklah dirancang sedemikian rupa sehingga

memiliki perbedaan yang jelas antara satu produk dengan produk yang

lainnya.

6. Produk yang bentuk atau rupanya sama atau hampir sama, tidak boleh

dikemas pada jalur berdampingan, kecuali ada pemisahan fisik.

7. Wadah dan pembungkus produk ruahan hendaklah diberi label atau

penandaan yang menunjukkan identitas, jumlah, nomor kode produksi

dan status produk tersebut.

8. Pengemas atau bahan cetak yang berlebih, yang cacat dan atau yang

ditemukan pada waktu pembersihan hendaklah diserahkan pada

pimpinan bagian pengemasan untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.


9. Produk yang dikemas hendaklah diperiksa dengan teliti untuk

memastikan

bahwa produk jadi tersebut sesuai dengan persyaratan dalam

prosedur

pengemasan.

10. Produk yang telah selesai dikemas dikarantina, sambil menunggu

persetujuan dari bagian pengawasan mutu untuk tindakan lebih lanjut.

c. Penyimpanan

Bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan

dan produk jadi, hendaklah disimpan secara teratur dan rapi untuk

mencegah risiko tercampur dan atau terjadinya saling mencemari satu

sama lain, serta untuk memudahkan pemeriksaan, pengambilan dan

pemeliharaannya. Bahan yang disimpan hendaklah diberi label atau

penandaan yang menunjukan identitas, kondisi, jumlah, mutu dan cara

penyimpanannya. Pengeluaran bahan yang disimpan hendaklah

dilaksanakan dengan cara mendahulukan bahan yang disimpan lebih

awal (first in, first out) atau yang mempunyai batas kadaluwarsa lebih

awal (first expired, first out).

d. Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara

pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung

jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak

untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal


sampai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian

pengawasan mutu hendaklah merupakan bagian yang tersendiri

Contoh Sediaan Sidaguri Yang Sudah Dikemas


BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Adapun kesimpulannya yaitu :

1. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan dan mineral, sediaan galenik atau

campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

2. Tanaman sidaguri dapat digunakan sebagai obat rematik, bisul

kronis, kulit gatal, kurap pada kepala, TBC, terlambat haid, sesak

napas, perut mulas, sakit gigi, luka berdarah.

3. Bagian tanaman obat yang digunakan untuk obat tradisional adalah

kulit, buah, daun, kulit batang, biji, akar, dll dan obat tradisional

dapat berupa serbuk, pil, dan kapsul.

b. Saran

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi pembacanya,

saya membutuhkan saran dan kritik kepada para pembaca yang

bersifat membangun
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya :

Jakarta

Ditjen POM. 1999. Pengujian bahan kimia sintetik dalam obat tradisional.

Depkes RI : Jakarta

Draize, J.H. 1959. Dermal Toxicity. Austin, TX: The Association of Food

and Drug Officials of the United States, Bureau of Food and Drugs.

pp. 46-49.

Sampurno. 2005. Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan RI tentang CPOTB: Jakarta Nomor :HK.00.05.4.1380’

Wijayanti Ria. 2015. Formulasi dan Evaluasi Sirup Ekstrak Daun Sidaguri

(Sida rhombifolia L.). Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Vol.4 No.3

Anda mungkin juga menyukai