Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

KONSEP KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN AKTIVITAS

Dosen Pengampu:
Ns. Gusti Barlia S.Kep. M.Pd

Di susun Oleh:

Dewi Sartika : 231101020

Fitri Rahmadani : 231101034

Inul Dara Rustam : 231101042

Ivan Sabri : 231101043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

PRODI D-III KEPERAWATAN

TAHUN 2024/2025
VISI MISI KEPERAWATAN

VISI

Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan Vokasi dan Profesi sebagai


Rujukan Nasional Berkualitas Global

MISI

1. Menyelenggarakan kegiatan tridharma Perguruan Tinggi dibidang


Keperawatan Vokasi dan Profesi Keperawatan yang berkualitas Global

2. Menghasilkan lulusan Keperawatan yang berintelektualitas tinggi, berbudi


luhur dan mampu bersaing secara global

3. Mengembangkan tata kelola perguruan tinggi dibidang perguruan tinggi


keperawatan vokasi dan profesi keperawatan yang mandiri, tranparan, dan
akuntabel

4. Berperan aktif dalam kerja sama, pengembangan dan peningkatan sistem


Pendidikan tinggi keperawatan ditingkat global

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Konsep Keperawatan Pasien Dengan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas” yang
bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh bapak “Ns. Gusti Barlia
S.Kep. M.Pd” selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan dasar

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Direktur Poltekkes Kemenkes Pontianak Bapak Dr. Kelana Kusuma


Dharma, S.Kp., M.Kes.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Bapak Ns. Raju Kapadia, S.Kep.,M.Med.Ed.
3. Ketua Program Studi Ibu Nurbani, S.Kep, M.Kep
4. Dosen Pengampu Mata Kuliah Ns. Gusti Barlia S.Kep. M.Pd

Lebih lanjut, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih


banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini

Singkawang, 11 Maret 2024

Kelompok 5

DAFTAR ISI

ii
VISI MISI KEPERAWATAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
D. Ruang Lingkup dan Sistematika Penulisan..............................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................5
A. Definisi kebutuhan Aktivitas....................................................................................5
B. Sistem Tubuh yang Beperan dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas....................5
C. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas........................................................................6
D. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................9
BAB III............................................................................................................................10
PEMBAHASAN..............................................................................................................10
A. Pengertian dan Manfaat Aktivitas atau Mobilitasasi..............................................10
B. Koordinasi Mekanik Tubuh...................................................................................11
C. Faktor-Faktor yang Mepengaruhi Akrtivitas Mobilisasi........................................14
D. Konsep Dasar Imobilisasi......................................................................................15
E. Alasan Dilakukannya Imobilisasi..........................................................................15
F. Dampak Imobilisasi...............................................................................................17
G. Tingkat Imobilisasi.................................................................................................18
BAB IV............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. Kesimpulan ...........................................................................................................20
B. Saran.......................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Aktivitas atau mobilisasi merupakan aspek penting dalam keperawatan


pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Konsep dasar aktivitas atau
mobilisasi melibatkan pemahaman pentingnya gerakan bagi kesehatan fisik
dan mental seseorang untuk memungkinkan koordinasi mekanik tubuh yang
optimal, serta berperan dalam menjaga fungsi-fungsi tubuh yang vital. Dalam
hal ini ada faktor yang dapat menghambat atau membatasi kemampuan
seseorang untuk bergerak atau beraktivitas secara optimal meliputi kondisi
fisik, psikologis, lingkungan, atau sosial seseorang.
Salah satu konsep yang berkaitan dengan aktivitas atau mobilisasi adalah
imobilisasi. Imobilisasi merupakan kondisi di mana seseorang mengalami
pembatasan gerakan atau aktivitas fisik secara signifikan. Tujuan
dilakukannya imobilisasi untuk kebutuhan medis, rehabilitasi, atau
perlindungan pasien dari risiko cedera lebih lanjut. Namun, imobilisasi juga
memiliki dampak yang perlu dipertimbangkan mencakup berbagai masalah
kesehatan, seperti penurunan kekuatan otot, peningkatan risiko terjadinya
penyakit terkait kekurangan gerakan, atau bahkan masalah psikososial akibat
isolasi sosial.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang konsep dasar aktivitas atau
mobilisasi, koordinasi mekanik tubuh, faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas atau mobilisasi, konsep dasar imobilisasi, alasan dilakukannya
imobilisasi, dampak imobilisasi, dan tingkat imobilisasi, perawat dapat
memberikan perawatan yang lebih holistik dan efektif bagi pasien dalam
memenuhi kebutuhan aktivitas mereka.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian & manfaat aktivitas atau mobilisasi konsep dasar


pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas?
2. Bagaimana koordinasi mekanik tubuh pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan aktivitas?
3. Apa faktor yang mempengaruhi aktivitas mobilisasi pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas?
4. Bagaimana konsep dasar imobilisasi pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan aktivitas?
5. Jelaskan beberapa alasan dilakukannya imobilisasi pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas?
6. Bagaimana dampak Imobilisasi pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan
aktivitas?
7. Bagaimana tingkat imobilisasi pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan
aktivitas?
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Membahas secara komprehensif tentang aktivitas, mobilisasi, dan
imobilisasi pada pasien untuk memahami konsep dasar, manfaat, faktor-
faktor yang mempengaruhi, alasan dilakukannya, dampak, serta tingkat
imobilisasi dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian dan manfaat aktivitas serta mobilisasi konsep
dasar pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
b. Menganalisis koordinasi mekanik tubuh pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas.
c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
mobilisasi pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas

2
d. Mendiskusikan konsep dasar imobilisasi pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas.
e. Menjelaskan beberapa alasan dilakukannya imobilisasi pada pasien
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
f. Menganalisis dampak imobilisasi pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan aktivitas.
g. Menilai tingkat imobilisasi pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan
aktivitas.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kebutuhan Aktivitas

Pengertian Kebutuhan Aktivitas Kemampuan beraktivitas (misal: berdiri,


bekerja, makan) merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh
setiap manusia. Tubuh akan menjadi sehat, sistem pernafasan dan sirkulasi
tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal
dengan beraktivitas. Dalam hal ini, kemampuan beraktivitas tidak lepas dari
sistem pernafasan dan muskuloskeletal yang adekuat (Taylor, Lilis &
Lemone, 1989 dalam Anastasia, Asrofah, dkk, 2023)
Mobilitas diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif, dan untuk aktualisasi diri. Lingkup mobilitas itu sendiri
mencakup exercise atau range of motion (ROM), ambulansi, dan body
mechanic. (Kozier, 2000 dalam Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015)

B. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas

Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas


menurut Guyton, A. C., & Hall, J. E (2015) melibatkan pemahaman tentang
bagaimana sistem-sistem tubuh saling berinteraksi untuk mendukung
aktivitas fisik. Berikut adalah tinjauan singkat mengenai sistem-sistem tubuh
utama yang terlibat:
1. Sistem Muskuloskeletal
Sistem ini terdiri dari tulang, otot, dan sendi yang bekerja bersama untuk
menyediakan struktur tubuh dan mendukung gerakan. Tulang memberikan
kerangka untuk tubuh, otot menghasilkan gerakan, dan sendi
memungkinkan gerakan bersamaan.

4
2. Sistem Kardiovaskular
Sistem ini terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah yang
bertanggung jawab untuk memompa dan mengedarkan darah ke seluruh
tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh,
memungkinkan otot untuk berfungsi selama aktivitas fisik.
3. Sistem Respirasi
Sistem ini terdiri dari paru-paru dan saluran pernapasan yang
memungkinkan pertukaran gas antara udara dan darah. Proses ini
menghasilkan oksigen yang diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk melakukan
aktivitas fisik dan mengeluarkan karbon dioksida sebagai produk
sampingan.
4. Sistem Nervus
Sistem saraf mengatur dan mengoordinasikan aktivitas otot dan fungsi
organ tubuh lainnya. Otak mengirim sinyal ke otot untuk memulai dan
mengatur gerakan, serta menerima informasi sensorik dari tubuh selama
aktivitas fisik.
5. Sistem Endokrin
Sistem ini terdiri dari kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon yang
mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk metabolisme energi dan
keseimbangan elektrolit yang penting untuk aktivitas fisik.
6. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan mencerna makanan dan menyerap nutrisi yang
diperlukan untuk menyediakan energi bagi tubuh selama aktivitas fisik.

C. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas

1. Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas merujuk pada kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas dan mandiri, sementara imobilitas mengacu pada keterbatasan atau
hambatan dalam gerakan fisik. Dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas,
mobilitas sangat penting karena memungkinkan individu untuk melakukan

5
aktivitas sehari-hari seperti bekerja, belajar, berinteraksi sosial, dan
menjalani gaya hidup yang sehat. Mobilitas yang baik juga dapat
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan (Harrison dan Stuifbergen,
2005)
Kebutuhan mobilitas pada pasien sangat penting dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas mereka, terutama dalam konteks perawatan kesehatan.
Mobilitas yang baik memungkinkan pasien untuk berpartisipasi dalam
proses pemulihan, menjalani terapi fisik, dan melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri. Pasien dengan mobilitas terbatas mungkin mengalami
kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari seperti berpindah tempat
tidur ke kursi, menggunakan toilet, mandi, atau berjalan menuju ruang
tunggu atau ruang makan di fasilitas kesehatan. Pemenuhan kebutuhan
mobilitas pasien adalah kunci dalam memastikan kenyamanan, keamanan,
dan keberhasilan proses pemulihan mereka (National Institute on Aging,
2019).

Kebutuhan mobilitas menurut World Health Organization (2011)


1) Fisik
Mobilitas fisik memungkinkan individu untuk melakukan aktivitas
seperti berjalan, berdiri, dan melakukan gerakan tubuh lainnya yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Sosial
Mobilitas juga memungkinkan individu untuk berpartisipasi dalam
interaksi sosial, seperti menghadiri acara keluarga, pertemuan teman,
atau berpartisipasi dalam kegiatan komunitas.
3) Psikologis
Kemampuan untuk bergerak bebas dapat memberikan rasa
independensi dan otonomi kepada individu, yang dapat meningkatkan
kesejahteraan psikologis mereka.
2. Imobilitas

6
Imobilitas dapat menghambat individu dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari, baik itu akibat cedera, penyakit, atau kondisi fisik lainnya.
Imobilitas dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup, isolasi sosial,
dan penurunan kesehatan secara keseluruhan jika tidak ditangani dengan
baik (Zimmer dan Lin, 1996).
Kebutuhan Imobilitas menurut Centers for Disease Control and
Prevention, (2019).
1) Fisik
Imobilitas fisik, baik karena cedera, penyakit, atau kondisi medis
lainnya, dapat menghambat individu dalam melakukan aktivitas sehari-
hari seperti berjalan, mengangkat barang, atau melakukan tugas rumah
tangga.
2) Sosial
Imobilitas juga dapat membatasi partisipasi individu dalam aktivitas
sosial dan kegiatan komunitas, yang dapat menyebabkan isolasi sosial
dan penurunan kesejahteraan emosional.
3) Psikologis
Keterbatasan dalam mobilitas juga dapat menyebabkan stres,
kecemasan, dan depresi pada individu karena merasa tidak mampu
melakukan hal-hal yang mereka lakukan dengan mudah sebelumnya.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pemenuhan


Kebutuhan Aktivitas

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungandengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas.

7
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya
riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Kemampuan Mobilitas

Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan


orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang


lain, dan peralatan

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat


melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

e. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu,
siku, lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal
yang berbeda pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,
hiperekstensi)
f. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan
sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.
g. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan
emosi, dan sebagai nya.
h. Pola Kesehatan

8
1) Aktivitas / Istirahat
Tanda: Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
2) Sirkulasi Tanda: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah).
3) Neurosensori
Gejala: Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan kesemutan
(parestesis).
Tanda: Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan /hilang
fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau
trauma lain). Nyeri atau Kenyamanan
Gejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi
pada area jaringankerusakan tulang dapat berkurang pada imobilisasi),
tak ada nyeri akibat kerusakan saraf .Spasme/kram otot (setelah
imobilitasi).
4) Keamanan
Tanda: Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan
warna.Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi Aktivitas
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Aktivitas/istirahat
Definisi : Ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari
Penyebab :
1) Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Imoblitas
4) Gaya hidup monoton

9
Gejalan dan tanda mayor
Subjektif : Mengeluh lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Dispnea
2) Merasa tidak nyaman setelah melakukan aktivitas
3) Merasa lemah

Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dan kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia

Kondisi klinis terkini


1) Anemia
2) Gagal jantung kongestif
3) Penyakit jatung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskletal
b. Gangguan Mobilitas Fisik
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Aktivitas/istirahat
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau
lebih ekstremitas secara mandiri
Penyebab :
1) Kerusakan integritas stuktur tulang

10
2) Perubahan metabolisme
3) Ketidak bugaran fisik
4) Penuriatan kendali otot
5) Penurunan massa
6) Keterlambatan perkembangan
7) Kekakuan sendi
8) Kontraktur
9) Malnutrisi
10) Ganguaan masculoskeletal
11) Ganguan neuromuscular
12) Indeks massa tubuh diatas persentil ke 75 sesuai usia
13) Efek agen farmakologis
14) Program pembatasan gerak
15) Nyeri
16) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
17) Kecemasan
18) Gangguan kognitif
19) Keengganan melakukan pergerakan
20) Gangguan sensoripersepsi

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif : Mengeluh Sulit menggerakkan ekstremitas
Obyektif :
1) Kekuatan otot menurun
2) Renting gerak (ROM) menurun

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak

11
Objektif :
1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah

Kondisi Klinis Terkait


1) Stroke
2) Cedera medulla spinalis
3) Trauma
4) Fraktur
5) Osteoarthritis
6) Ostemalasia
7) Keganasan
c. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

Kategori : Lingkungan
Sub kategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau
jaringan (membrane mukosa kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament).
Penyebab:
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrem
7) Faktor mekanis (ms, penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau
faktor elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi)
8) Efek samping terapi radiasi

12
9) Kelembapan
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahan melindungi
integritas jaringan

Gejala dan tanda Mayor


Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit
Gejala dan tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Kemerahan
4) Hematoma
Kondisi Klinis Terkait:
1) Imobilisasi
2) Gagal jantung kongestif
3) Gagal ginjal
4) Diabetes melitus
5) Imunodeficiensi (mis, AIDS)
d. Risiko Gangguan Integritas Kala Jaringan
Kategori : Lingkungan
Sub Kategori : Keamanan dan proteksi
Definisi : Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan
atau epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon. tulang, kartilago, kapsal sendi dan/atau ligament)

13
Faktor Risiko:
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan/ kekurangan)
3) Kekurangan
4) Kekurangan/ kelebihan volume cairan
5) Penurunan mobilitas
6) Bahan kimia iritatif
7) Suhu lingkungan yang ekstremitas
8) Faktor mekaniss (mus, penekanan pada tonjolan tulang, gesekan)
atau faktor elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan
tinggi).
9) Efek samping terapi radiasi
10) Kelembapan
11) Proses penuaan
12) Neuropati perifer
13) Perubahan pigmentasi
14) Perubahan hormonal
15) Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahan/melindungi
integritas jaringan
Kondisi Klinis Terkait:
1) Imobilisasi
2) Gagal jantung kongestif
3) Gagal ginjal
4) Diabetes mellitus imunodeficiensi, AIDS)

14
3. Intevensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung

Gangguan mobillitas fisik Dukungan mobilisasi 1. Dukungan kepatuhan


berhubungandengan penurunan Observasi: progrm pengobatan.
kekuatan otot. Tujuan: 1. Identifikasi adanya nyeri 2. Dukungan perawatan diri.
Setelah dilakukan atau keluhan fisik lainnya. 3. Dukungan perawatan diri:
asuhan keperawatan 2. Identifikasi toleransi BAB/BAK.
diharapkan mobilitas fisik aktivitas fisik melakukan 4. Dukungan perawatan diri:
meningkat dengan kriteria pergerakan. berpakaian.
hasil: 3. Monitor frekuensi jantung 5. Dukungan perawatan diri:
1. Pergerakan ekstremitas dan tekanan darah sebelum makan/minum.
meningkat. memulai mobilisasi. 6. Dukungan perawatan diri:
2. Kekuatan otot 4. Monitor kondisi umum mandi.
meningkat. selama melakukan 7. Edukasi latihan fisik.
3. Rentang gerak (ROM) mobilisasi. 8. Edukasi teknik ambulasi.
meningkat. 9. Edukasi teknik transfer.
Terapeutik
4. Nyeri menurun. 10. Konsultasi via telepon.
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
5. Kecemasan menurun. 11. Latihan otogenik.
dengan alat bantu (mis. pagar
6. Kaku sendi menurun. 12. Manajemen energi.
tempat tidur).
7. Gerakan tidak 13. Manajemen lingkungan.
2. Fasilitasi melakukan
terkoordinasi menurun. 14. Menajemen mood.
pergerakan, jika perlu.
8. Gerakan terbatas 15. Mannajemen nutrisi.
3. Libatkan keluarga untuk
menurun. 16. Manajemen nyeri.
membantu pasien dalam
9. Kelemahan fisik 17. Manajemen medikasi.
meningkatkan pergerakan.
menurun. 18. Manajemen program
Sumber: Edukasi latihan.
1. Jelaskan tujuan dan prosedur

15
(SLKI, 2019) mobilisasi. 19. Manajemen sensasi perifer.
2. Anjurkan melakukan 20. Manajemen neurologis.
mobilisasi dini. 21. Pemberian obat.
3. Ajarkan mobilisasi sederhana 22. Pemberian obat intravena.
yang harus dilakukan (mis. 23. Pembidaian.
duduk di tempat tidur, duduk 24. Pencegahan jatuh.
di sisi tempat tidur, pindah 25. Pencegahan luka tekan.
dari tempat tidur ke kursi). 26. Pengaturan posisi.
27. Pengekangan fisik.
Dukungan Ambulansi
28. Perawatan kaki.
Observasi:
29. Perawatan sirkulasi.
1. Identifikasi adanya nyeri
30. Perawatan tirah baring.
atau keluhan fisik lainnya.
31. Perawatan traksi.
2. Identifikasi toleransi
32. Promosi berat badan.
aktivitas fisik melakukan
33. Promosi kepatuhan program
ambulasi.
latihan.
3. Monitor frekuensi jantung
34. Teknik latihan penguatan
dan tekanan darah sebelum
otot.
memulai ambulasi.
35. Teknik latihan penguatan
4. Monitor kondisi umum
sendi.
selama melakukan ambulasi.
36. Teknik aktivitas.
Terapeutik 37. Teknik pemijatan.
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi Teknik relaksasi otot
dengan alat bantu (mis. progresif.
tongkat, kruk).
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi fisik, jika perlu.
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam.

16
Meningkat kan ambulasi.
4. Ajarkan ambulasi sederhana.
Yang harus dilakukan.

17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Manfaat Aktivitas atau Mobilisasi pada Pasien dengan


Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas

1. Pengertian dan Manfaat Aktivitas atau Mobilisasi


Kebutuhan aktivitas atau mobilisasi merupakan suatu kesatuan yang
saling berhubungan dan saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan bergerak untuk melakukan mobilisasi yang
menjadi enegi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kebutuhan aktifitas
merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan fisiologis yang menjadi
kebutuhan utama dalam konsep hierarki sebelum memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar lainnya seperti berdiri, duduk, dan berjalan. Aktivitas atau
mobilisasi merupakan serangkaian gerakan fisik yang dilakukan individu
untuk memenuhi kebutuhannya.Aktivitas ini penting karena secara
fundamental membentuk dasar dari fungsi tubuh manusia yang sehat dan
produktif.
Manfaat aktivitas atau mobilisasi dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia sangatlah beragam dan kompleks karena setiap individu memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda di pengaruhi oleh budaya, agama, ekonomi
dan lain sebagainya. Aktivitas fisik secara langsung memengaruhi kesehatan
fisik manusia dengan memperkuat sistem kardiovaskular, meningkatkan
kekuatan otot dan kepadatan tulang, serta meningkatkan fleksibilitas dan
koordinasi tubuh. Hal ini memiliki dampak positif pada kesehatan jantung,
mengurangi risiko obesitas, diabetes tipe 2, osteoporosis, dan penyakit
kronis lainnya.
2. Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas

18
Pemenuhan kebutuhan aktifitas dapar berpengaruh pada kesehatan
mental dan emosional manusia. Aktivitas yang teratur dapat meningkatkan
mood dan perasaan kesejahteraan secara keseluruhan, mengurangi risiko
stres, kecemasan, dan depresi. Hal ini disebabkan oleh pelepasan endorfin
dan neurotransmitter lainnya selama aktivitas fisik, yang dapat
meningkatkan suasana hati dan mengurangi rasa sakit. Aktivitas atau
mobilisasi juga membantu meningkatkan kualitas tidur. Orang yang aktif
secara fisik cenderung memiliki pola tidur yang teratur dan berkualitas yang
mempengaruhi aktivitas sehari-hari serta esensial bagi pemulihan tubuh dan
fungsi kognitif yang optimal. Fungsi kognitif yang ditingkatkan juga
merupakan manfaat lain dari aktivitas fisik, termasuk peningkatan
konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan berpikir.
Dalam konteks sosial, aktivitas fisik juga dapat memperkuat ikatan
sosial dan hubungan interpersonal. Misalnya, melalui partisipasi dalam
olahraga atau kegiatan fisik bersama akan membuat individu dapat
membangun dan memelihara hubungan yang sehat dengan orang lain,
meningkatkan rasa percaya diri, dan mengembangkan keterampilan
komunikasi.
Secara keseluruhan, aktivitas atau mobilisasi berperan penting dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia karena tidak hanya memengaruhi
kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental, emosional, dan sosial. Dengan
melakukan aktivitas fisik secara teratur, individu dapat meningkatkan
kualitas hidup mereka secara keseluruhan dan mengoptimalkan fungsi tubuh
serta pikiran.

B. Koordinasi Mekanik Tubuh pada Pasien dengan Pemenuhan Kebutuhan


Aktivitas

Koordinasi mekanik tubuh merujuk pada kemampuan tubuh untuk


mengatur gerakan dan aktivitas fisik secara efisien melalui koordinasi
muskuloskletal, dan sistem saraf. Ini melibatkan interaksi yang kompleks

19
antara berbagai sistem tubuh, termasuk otot, tulang, sistem saraf, dan sistem
sensorik, yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan gerakan yang
diinginkan. Misalnya, saat berjalan, sistem saraf mengirim sinyal ke otot
untuk menggerakkan sendi dan anggota tubuh secara sinkronis agar bisa
bergerak dengan lancar dan seimbang.
Komponen-komponen yang berperan dalam koordinasi mekanik tubuh antara
lain:
1. Muskuloskletal
a) Tulang
Kumpulan tulang-tulang membentuk rangka yang menjadi salah satu
organ terbesar dalam tubuh sebagai penunjang/pendukung, penggerak
dan pelindung, kerangka juga berkontribusi terhadap homeostasis seluruh
tubuh dan pemeliharaan beberapa organ/sistem penting non-tulang
(fungsi ekstraskeletal). Fungsi konvensional rangka adalah sebagai organ
struktural statis yang menunjang pergerakan tubuh, melindungi organ
dalam, dan sebagai reservoir mineral.
b) Otot
Otot adalah komponen utama dalam koordinasi mekanik tubuh yang
terdiri dari serat-serat yang berkontraksi dan meregang untuk
menghasilkan gerakan. Otot bekerja secara sinergis, artinya berbagai otot
bekerja bersama-sama untuk menghasilkan gerakan yang koordinatif.
Otot ada tiga macam, yaitu otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Otot
rangka terdapat pada sistem skletal dan merupakan otot yang paling
berperan dalam aktivitas fisik. Otot rangka berfungsi dalam membantu
pengontrolan gerakan, mempertahankan postur tubuh, dan menghasilkan
panas.
c) Tendon
Tendon adalah sekumpulan jaringan fibrosa padat yang merupakan
perpanjangan dari pembungkus otot dan membentuk ujung-ujung otot
yang mengikatkannya pada tulang. Tendon ini dibatasi oleh membran

20
sinovial yang berfungsi untuk memberikan pelicin agar pergerakan
tendon menjadi mudah.

d) Ligamen
Ligamen adalah sekumpulan jaringan penyambung fibrosa yang padat,
lentur, dan kuat. Ligamen berfungsi menghubungkan ujung persendian
dan menjaga kestabilan.
e) Kartilago
Kartilago terdiri atas serat yang tertanam dalam suatu gel yang kuat tetapi
elastis dan tidak mempunyai pembuluh darah. Kartilago berfungsi untuk
mengurangi gesekan dan berperan sebagai bantalan antar tulang di
persendian serta membantu menopang berat badan saat tubuh melakukan
kegiatan seperti berlari, membungkuk, atau melakukan peregangan.
Kartilago juga berfungsi sebagai perekat tulang-tulang di tubuh dan
menjalankan fungsi sesuai organ yang dibentuknya. Contoh, telinga yang
seluruhnya terdiri dari kartilago berfungsi untuk mendengar.
f) Sendi
Persendian memfasilitasi pergerakan dengan memungkinkan terjadinya
kelenturan. Ada tiga jenis sendi, yaitu sendi sinartroses (sendi yang tidak
bergerak, seperti batas tulang tengkorak), sendi amfiartoses (sendi yang
pergerakannya terbatas hanya satu gerakan, seperti tulang vertebrae), dan
sendi diartroses (sendi yang bebas pergerakannya, seperti sendi bahu dan
sendi leher).
2. Sistem Saraf
Sistem saraf mengatur koordinasi mekanik tubuh dengan mengirimkan
sinyal elektrik dari otak ke otot melalui saraf. Ini memungkinkan otot
untuk berkontraksi atau meregang saat diperlukan untuk menghasilkan
gerakan yang tepat.
a) Sistem Sensorik

21
Sistem sensorik, termasuk sensor-sensor seperti reseptor otot dan kulit,
memberikan umpan balik ke otak tentang posisi tubuh, tekanan, suhu,
dan stimulus lainnya. Ini penting untuk memastikan gerakan yang tepat
dan terkoordinasi.
b) Integrasi dan Kontrol
Seluruh proses koordinasi mekanik tubuh dikendalikan oleh otak dan
sistem saraf pusat. Otak menerima informasi dari berbagai sensor dan
menghasilkan respons yang sesuai untuk mengatur gerakan tubuh secara
efektif.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Mobilisasi Pada Pasien


Dengan Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas

1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan aktivitas berupa perubahan fungsi muskuloskelat dan sistem
saraf yang terkoordinasi. Perubahan ini bisa disebabkan oleh penyakit
yang di derita oleh individu. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahakan terjadinya penyakit. Contoh tubuh
yang kekurangan kalsium akan mudah fraktur.
2. Emosi
Kondisi psikologi seseorang dapat memudahkan perubahan
perilaku yang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh yang baik.
3. Situasi dan Kebiasaan
Situasi atau kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya sering
mengangkat benda-benda yang berat juga dapat mempegaruhi pemenuhan
kebutuhsn aktivias berupa perubahan bentuk postur tubuh yang di
sebabkan oleh salahnya posisi tubuh saat mengangkat benda di luar
kapasitas kemapuan tubuh.
4. Nutrisi

22
Nutrisi berfungsi untuk membantu pertumbuhan tulang dan sel.
Kurang nutrisi dalam tubuh menyebabkan kelemahan otot dan tulang.
Salah satu contohnya kurangnya nutrisi berupa kekurangan kalsium dalam
tubuh yang mengakibatkan mudah terjadinya fraktur atau cidera pada
tulang.
5. Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres dan
kemungkinan besar akan menyebabkan kecerobohan dalam aktifitas,
sehingga dapat menggangu koordinasi antara muskuloskletal dan
neurologis yang pada akhirnya mempengaruhi mekanika tubuh seseorang.
6. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik dalam penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang
kurang mengenai penggunaan mekanik tubuh akan menyebabkan individu
mengalami masalah pada koordinasi muskuloskletal dan neurologisnya.

D. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi Fisik

1. Pengertian Mobilitas dan imobilisasi


a. Pengertian Mobilisasi
Mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas dalam rangka mempertahankan kesehatannya
(Hidayat & Uliyah, dalam Elis Anggeria, Kristina 2023). Mobilitas
adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilitas diperlukan untuk meningkatkan kemandirian diri,
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya
penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri. Lingkup mobilitas itu
sendiri mencakup exercise atau range of motion (ROM), ambulansi, dan

23
body mechanic. (Kozier, 2000 dalam Mubarak, Indrawati, & Susanto,
2015).
Tujuan mobilitas adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas rekreasi),
mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan
konsep diri, dan mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non
verbal.
Jenis-jenis mobilisasi yaitu:
1) Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosial dan manjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh
merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat
mengontrol seluruh area tubu seseorang.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena di pengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cidera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
b. Pengertian imobilisasi
Imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerakk secara bebas karena kondisi yang menggangu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak
berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. Jenis imobilisasi
yaitu:
1) Imobillitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara
fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan.
2) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami keterbatasan daya fikir.

24
3) Imobilitas emosional, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pembatasan secara emosional karena ada perubahan
secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri.
4) Imobilitas sosial, merupakan keadaan individu yang mengalami
penyakit, sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial.

D. Alasan Dilakukannya Imobilisasi pada Pasien dengan Pemenuhan


Kebutuhan Aktivitas

Imobilisasi pada pasien merupakan tindakan yang dilakukan dalam


konteks pemenuhan kebutuhan aktivitas dengan tujuan untuk membatasi
gerakan fisik pasien. Hal ini terutama relevan dalam kasus cedera atau
kondisi medis tertentu di mana mobilitas yang terbatas merupakan bagian
penting dari strategi manajemen penyakit. Pada dasarnya, imobilisasi
bertujuan untuk mencapai dua hal utama: memfasilitasi proses penyembuhan
dan meminimalkan risiko komplikasi.
1. Membatasi Gerakan Fisik
Imobilisasi bertujuan untuk membatasi gerakan fisik pasien, terutama pada
bagian tubuh yang terkena cedera atau kondisi medis tertentu. Ini dilakukan
untuk mencegah pergerakan yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan
perburukan cedera atau memperpanjang waktu penyembuhan.
2. Memfasilitasi Proses Penyembuhan
Dalam beberapa kondisi, seperti patah tulang atau cedera ligamen,
imobilisasi diperlukan untuk memfasilitasi proses penyembuhan. Dengan
membatasi gerakan, imobilisasi membantu menstabilkan area yang terkena
cedera, memungkinkan pembentukan jaringan baru, dan mengoptimalkan
proses penyembuhan.
3. Mengurangi Stres pada Area yang Terluka

25
Imobilisasi juga bertujuan untuk mengurangi stres pada area yang terluka
atau terpengaruh oleh kondisi medis tertentu. Dengan meminimalkan
gerakan, imobilisasi dapat mengurangi ketegangan dan tekanan pada
jaringan yang rusak, membantu mengurangi risiko peradangan atau
kerusakan lebih lanjut, dan mempercepat proses penyembuhan.
4. Meningkatkan Kenyamanan Pasien
Selain itu, imobilisasi juga dapat meningkatkan kenyamanan pasien selama
proses penyembuhan. Dengan membatasi gerakan yang menyebabkan nyeri
atau ketidaknyamanan, imobilisasi dapat membantu mengurangi sensasi
yang tidak menyenangkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien selama
masa pemulihan.

E. Dampak Imobilisasi pada Pasien dengan Pemenuhan Kebutuhan


Aktivitas

Imobilisasi pada pasien, baik karena cedera, penyakit, atau prosedur


medis tertentu, dapat memiliki dampak yang signifikan pada pemenuhan
kebutuhan aktivitas mereka. Berikut adalah penjelasan mendetail mengenai
dampak tersebut:
1. Penurunan Kekuatan Otot
Imobilisasi dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot karena
kurangnya aktivitas fisik yang memerlukan kontraksi otot. Hal ini dapat
terjadi terutama pada otot yang secara langsung terkena dampak
imobilisasi, seperti otot-otot tungkai bawah pada pasien yang terbaring di
tempat tidur untuk waktu yang lama.
2. Penurunan Massa dan Kepadatan Tulang
Kekurangan aktivitas fisik dapat mengakibatkan penurunan massa tulang
dan kepadatan mineral tulang, meningkatkan risiko osteoporosis dan
fraktur tulang pada pasien yang mengalami imobilisasi jangka panjang.
3. Peningkatan Risiko Pembentukan Trombus Venous

26
Imobilisasi dapat menyebabkan peningkatan risiko pembentukan trombus
venous (bekuan darah di pembuluh darah dalam) karena kurangnya
gerakan fisik yang memperlancar aliran darah. Hal ini dapat berujung
pada komplikasi serius seperti emboli paru (pulmonary embolism) jika
bekuan darah terlepas dan mencapai paru-paru.
4. Penurunan Kualitas Tidur
Pasien yang terbatas secara fisik dalam melakukan aktivitas mereka dapat
mengalami penurunan kualitas tidur karena kurangnya gerakan fisik yang
menyebabkan peningkatan kecemasan atau ketidaknyamanan.
5. Peningkatan Risiko Depresi dan Kecemasan
Imobilisasi dapat berkontribusi pada peningkatan risiko depresi dan
kecemasan pada pasien karena keterbatasan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari dan interaksi sosial yang terbatas.
6. Batasan Interaksi Sosial dan Pengalaman Lingkungan
Pasien yang terbatas secara fisik mungkin mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain dan mengalami pembatasan dalam
pengalaman lingkungan, yang dapat mengurangi kualitas hidup mereka
secara keseluruhan.

F. Tingkat Imobilisasi pada Pasien Dengan Pemenuhan Kebutuhan


Aktivitas

Tingkat imobilisasi pada pasien dapat bervariasi tergantung pada


kondisi medis atau keadaan tertentu yang mempengaruhi kemampuan
mereka untuk bergerak. Berikut adalah penjelasan mendetail mengenai
tingkat imobilisasi pada pasien:
1. Imobilisasi Parsial
Pasien mengalami pembatasan gerakan pada bagian tubuh tertentu, tetapi
masih memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan ringan atau pasif
di area yang tidak terkena imobilisasi. Contohnya, pasien yang

27
mengalami cedera pada satu anggota tubuh tetapi masih dapat
menggunakan anggota tubuh lainnya.
2. Imobilisasi Total
Pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan atau
pergerakan fisik sama sekali. Mereka mungkin terbatas pada tempat tidur
atau kursi roda dan memerlukan bantuan penuh untuk melakukan
aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, atau berpindah posisi.
3. Imobilisasi Sementara
Pasien mengalami pembatasan gerakan untuk jangka waktu tertentu,
misalnya setelah menjalani operasi atau prosedur medis tertentu.
Imobilisasi ini mungkin bersifat sementara dan diikuti dengan rehabilitasi
atau fisioterapi untuk memulihkan fungsi normal.
4. Imobilisasi Jangka Panjang
Pasien mengalami pembatasan gerakan untuk jangka waktu yang lebih
lama, mungkin karena kondisi kronis atau kecacatan permanen.
Imobilisasi jangka panjang dapat memerlukan perawatan jangka panjang
dan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan aktivitas pasien.

G. Pengukuran Gerak Pada Pasien dengan Kasus Stroke

1. Indeks Rage Of Motion


a. Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM) adalah latihan menggerakkan bagian tubuh
untuk memelihara fleksibilitas dan kemampuan gerak sendi.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
Range of Motion (ROM) merupakan rentang gerak sendi yang dapat
dilalui oleh sebuah anggota tubuh. ROM penting untuk
mempertahankan fleksibilitas dan fungsi tubuh yang optimal. Untuk

28
menghitung aktivitas dalam ROM, Anda dapat menggunakan rumus
berikut:

Total ROM adalah seluruh jarak yang bisa dilalui dalam gerakan
tertentu di suatu sendi, sedangkan jarak yang diukur adalah sejauh apa
seseorang dapat melakukan gerakan tertentu dalam rentang gerak
tersebut.
b. Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Fisik pada Pasien Stroke dengan
Range Of Motion (ROM): Terapi Bola Karet

Range Of Motion (ROM) adalah latihan gerakan sendi yang


memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakkan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal
baik secara aktif ataupun pasif (Potter & Perry dalam Eva dkk 2022).
Latihan range of motion dilakukan dengan tujuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot, memelihara
mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah dan mencegah
kelainan bentuk. Jaringan otot yang memendek akan memanjang secara
perlahan apabila melakukan suatu hal. Dukungan ini juga berarti
pemberian motivasi sehingga penderita akan lebih giat berlatih dan
keinginan untuk sembuh akan muncul (Pongantang, H & Sampe Anita
dalam Eva dkk 2022).

2. Indeks Barthel (Barthel Index)


a. Pengertian Indeks Barthel
Indeks Barthel adalah indeks dengan menggunakan skala ordinal 0
(total dependen) – 100 (total indpenden), yang terdiri dari 10 item
makan, mandi, berhias, berpakaian, control kandung kencing, control
anus, toileting transfer kursi/empat tidur, mobilias dan naik tangga.
Indeks ini cukup handal, efektif dan sensitive dalam mengukur

29
kemadirian ADL (Activity Daily Living). Waktu pelaksanaan hanya
membuuhkan kurang dari 10 menit, sangat sesuai untuk skrining,
penilalian formal, pemanauan dan penilaian terapi. Indeks barthel
merupakan skala ADL yang sudah diterima secara luas, kehandalan dan
kesahihan sangat baik.
Tabel
Indeks ADL Barthel

No Akivitas Kemampuan Skor

1 Transfer (tidur ke duduk) Mandiri 3


Dibantu 1 orang 2
Dibantu 2 orang 1
Tidak mampu 0
2 Mobilisasi (berjalan) Mandiri 3
Dibantu 1 orang/walker 2
Dengan kursi roda 1
Tergantung orang lain 0
3 Penggunaan toilet (pergi Mandiri 1
ke/dari WC. Perlu pertolongan orang lain 0
Melepas/menyeka,
menyiram)
4 Membersihkan diri (lap Mandiri 1
muka, sisir rambut, sikat Perlu bantuan orang lain 0
gigi)
5 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2
Kadang-kadang 1
Inkontinen 0
6 Mengotro BAK Kontinen teratur 2
Kadang-kadang 1
Inkontinen 0
7 Mandi Mandiri 2
Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0

30
8. Berpakaian (mengenakan Mandiri 2
baju) Sebagian dibantu 1
Tergantung orang lain 0
9 Makan Mandiri 2
Perlu pertolongan 1
Tergantung pada orang lain 0
10 Naik turun tangga Mandiri 2
Perllu pertolongan 1
Tidak mampu 0
Skor Total 19

Nilai ADL= 19 : Mandiri


15-18 : Ketergantungan ringan
10-14 : Ketergantungan sedang
5-9 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total
3. Indeks Katz
a. Pengertian Indeks Katz
Indeks Khtz merupakan penilaian dikotomi dengan urutan dependensi
yang hieraris: mandi, berpakaian, toileting, transfer, kontinensi, dan
makan. Penilaian dari A (mandiri pada keenam item) sampai G
(dependent pada keenan item). Indeks Katz memiliki cukup efekif dan
efisien, tetapi dengan kisaran ADL yang sangat terbatas (6 item). Waktu
pelaksanaan < 10 menit, sangat sesuai untuk skrining, penilaian formal.
Pemantauan, dan pemeliharaan terapi. Skala ADL ini sudah diterima
secara luas, memiliki effektifitas, mampu menilai keterampilan dasar,
tetapi tidak menilai kemampuan berjalan dan naik tangga.

31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak


terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas
adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan
(aktivitas).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya, Sebaliknya keadaan
imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal
ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi
berkurang seperti saat duduk atau berbaring
B. Saran

Diharapkan untuk mahasiswa dapat memehami materi ini dan dapat


menerapkannya dengan baik kepada pasien, sehingga kebutuhan pasien
terpenuhi dalam kebutuhan aktivitas (mobilitas). Penulis menyadari
banyaknya kekurangan oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan selanjutnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2015). Textbook of Medical Physiology. Elsevier.

Harrison, T. R., & Stuifbergen, A. K. (2005). Mobility disability: An


unacknowledged health disparity in the community. Public Health
Nursing, 22(2), 164-170.
Murphy, M. A., Pasi, S., Hughes, R., & Osullivan, D. (2017). The effect of
immobilisation and reduced activity following tendon rupture on muscle
stiffness. The Knee, 24(5), 959–965.
https://doi.org/10.1016/j.knee.2017.06.004

Siriwardhana, K., Alwis, A., & Haniffa, R. (2018). A Narrative Review On Effects
Of Immobilization On Muscle And Bone Health. The Ceylon medical
journal, 63(2), 74–79. https://doi.org/10.4038/cmj.v63i2.8779

S.Kep., Ns., M.Kep., Elis Enggeria; dkk. (2023). Konsep Kebutuhan Dasar
Manusia. Yogyakarta: Deepublish.

Sukmawati, Anastasia Suci; Isrofah; dkk;. (2023). Buku Ajar Pemenuhan


Kebutuhan Dasar Manusia. Jambi: PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Turner, L. A., & Wang, T. J. (2019). Physical Medicine and Rehabilitation for
Patients With Deep Venous Thrombosis: A Review. P M & R: the journal
of injury, function, and rehabilitation, 11(5), 530–538.
https://doi.org/10.1002/pmrj.12115

33
Zimmer, Z., & Lin, H. (1996). Leisure activity and well-being among the elderly
in Taiwan: Testing hypotheses in an Asian setting. Journal of Cross-
Cultural Gerontology, 11(2), 167-186.

National Institute on Aging. (2019). Mobility and independence. Retrieved from


https://www.nia.nih.gov/health/mobility-and-independence

World Health Organization. (2011). World report on disability. Geneva: World


Health Organization.

Centers for Disease Control and Prevention. (2019). Mobility difficulties.


Retrieved from https://www.cdc.gov/nchs/fastats/mobility.htm

34

Anda mungkin juga menyukai