Anda di halaman 1dari 35

LAAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PRAKTIKUM


SISTEM ENDOKRIN

Disusun untuk memenuhi tugas praktikum yang diampu oleh :


Hafna Ilmy Muhalla, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. Kep. M. B.

Disusun Oleh :
Kelompok 2 GR-3B
Aziz Nugraha 152111913133
Diah Putri Yuliantika 152111913152
Fitratun Nisa’ Ramdhania 152111913162
Ika Inanda Yusnia 152111913185
Riska Ayu Damayanti 152111913120
Ummul Azifatul Abidah 152111913163

PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022/2023

i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Kami dengan penuh kesadaran telah memahami dengan sebaik-baiknya dan


menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan pendahuluan yang telah kami susun
sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Praktikum pada
program studi D3 Keperawatan, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga tahun 2022/2023
seluruhnya merupakan hasil karya kelompok sendiri.
Terdapat bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan pendahuluan KMB
praktikum yang kami kutip merupakan hasil dari karya orang lain yang telah dituliskan
sebagaimana mestinya, telah kami cantumkan juga sumber referensi penulisan secara
jelas sesuai dengan norma, etika, dan kaidah penulisan.
Apabila di kemudian hari ditemukan sebagian atau seluruh isi laporan
pendahuluan KMB praktikum ini bukan hasil karya kelompok sendiri atau terdapat
plagiasi dalam laporan ini pada bagian-bagian tertentu, kami kelompok 2 bersedia
menerima konsekuensi sesuai dengan peraturan yang telah dibuat dan telah ditentukan,
dan juga kami kelompok 2 akan bertanggung jawab sepenuhnya atas tulisan yang telah
kami susun.

Gresik, 10 November 2022


Yang Membuat Pernyataan

Kelompok 2

i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

Laporan pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah Praktikum Sistem Endokrin yang


telah disusun oleh :
Kelompok 2

Diajukan untuk dapat memenuhi tugas praktikum Keperawatan Medikal Bedah.

Disahkan oleh :

Dosen Pembimbing

Hafna Ilmy Muhalla, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. Kep. M. B.

ii
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul
"Sistem Endokrin" tepat pada waktunya.
Laporan pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas keperawatan medikal
bedah praktikum, selain itu untuk memberikan gambaran mengenai sistem endokrin serta
memberikan penjelasan tentang apa yang berkaitan dengan hal tersebut.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini jauh dari
kesempurnaan baik dan segi tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan. Hal ini
dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki anggota kelompok. Oleh
karena itu kelompok kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan pendahuluan ini. Semoga laporan pendahuluan ini dapat
bermanfaat khususnya bagi anggota kelompok selaku penyusun dan mahasiswa dalam
mengetahui dan memahami Sistem Endokrin Manusia. Penulis mengucapkan terima
kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan pendahuluan ini.

Gresik, 11 September 2022

Kelompok 2

iii
Daftar Isi

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ..................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii

Daftar Isi .......................................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II KETERAMPILAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN .......................... 3

2.1 Pemeriksaan Fisik Sistem Endokrin ....................................................................... 3

2.2 Pemeriksaan Kaki Diabetik..................................................................................... 8

2.3 Senam Kaki Diabetik ............................................................................................ 16

2.4 Cek Gula Darah .................................................................................................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 23

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 23

3.2 Saran ..................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24

LAMPIRAN ................................................................................................................... 25

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai rujukan pengukuran gula darah…………………………………………22

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Referensi Sumber ……………………..……………………………….…25


Referensi 1……………………………………………………………………………...25
Referensi 2……………………………………………………………………………...25
Referensi 3……………………………………………………………………………...26
Referensi 4……………………………………………………………………………...26
Referensi 5……………………………………………………………………………...27
Referensi 6……………………………………………………………………………...27
Referensi 7……………………………………………………………………………...28
Referensi 8……………………………………………………………………………...28
Referensi 9……………………………………………………………………………...28

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sekret ke dalam”.masuk sirkulasi
ke dalam darah yaitu hormon ( merangsang). Sistem endokrin adalah kontrol kelenjar
tanpa saluran ( ductless ) yang menghasilkan hormon yang bersirkulasi di tubuh melalui
aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai
“pembawa pesan” dan di bawah oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh yang
selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan.(Evi L. D,
2014). Gangguan sistem endokrin yang paling umum adalah diabetes melitus, yang terjadi
apabila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang tersedia dengan optimal.
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar
glukosa darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan
aktivitas insulin atau keduanya, (Bulu et al., 2019). Diabetes Melitus (DM) merupakan
suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah (gula darah) melebihi
normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula
darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl. DM dikenal sebagai silent killer karena
sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi
(Kemenkes RI, 2014). DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai
dari kulit sampai jantung yang menimbulkan komplikasi.
Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) (2007) menemukan
bahwa Indonesia masuk ke dalam sepuluh besar negara dengan jumlah kasus Diabetes
Mellitus tipe II terbanyak di dunia dan menempati peringkat keempat pada tahun 2000
dengan jumlah kasus 8,4 juta orang dan diprediksi akan meningkat menjadi 21,3 juta
orang pada tahun 2030.(Qasim & Haskas, 2018).

1
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan laporan pendahuluan ini agar penulis mampu
memahami tentang keterampilan keperawatan sistem endokrin dan konsep
diabetes melitus.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan laporan pendahuluan ini sebagai berikut:
1. Untuk Menjelaskan mengenai pemeriksaan fisik sistem endokrin
2. Untuk Menjabarkan mengenai pemeriksaan kaki diabetik
3. Untuk Memaparkan Mengenai senam kaki diabetik
4. Untuk Memaparkan mengenai cara melakukan cek gula darah
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca dan bahan bacaan penulis sebelum
melakukan praktikum.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi pendidikan
Manfaat praktis bagi instansi akademik yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang sistem endokrin.
b. Bagi pembaca
Manfaat penulisan karya ilmiah bagi pembaca yaitu menjadi sumber
referensi dan informasi bagi orang yang membaca karya tulis ini menjadi
lebih mengetahui dan memahami mengenai sistem endokrin.

2
BAB II

KETERAMPILAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN

2.1 Pemeriksaan Fisik Sistem Endokrin


2.1.1 Pengertian
Pengkajian sistem endokrin adalah suatu pemeriksaan fisik yang dilakukan
sebagai bagian dari pengkajian kesehatan secara total atau difokuskan pada pasien yang
memiliki permasalahan pada fisiologis sistem endokrin. Pemeriksaan fisik endokrin
meliputi inspeksi kulit, rambut, kuku, tampilan wajah, refleks, dan sistem
muskuloskeletal. Kecenderungan pada pemantauan dan pengukuran berat dan tinggi
badan, serta vital sign seseorang, turut memberikan petunjuk jika terdapat masalah atau
gangguan pada sistem endokrin (Priscilla, L; Karen, M; B. Greene, 2012).
2.1.2 Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik sistem endokrin adalah agar dapat memperoleh data
yang akurat tentang kondisi pasien yang mengalami disfungsional sistem endokrin.
Prosedur ini dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan sistem endokrin atau pada
yang memiliki resiko disfungsional sistem endokrin. Tujuan lain Pengkajian keperawatan
juga mencakup keakuratan pada analisa data dan rumusan masalah keperawatan pasien.
2.1.3 Manfaat
Manfaat dilakukannya pemeriksaan fisik sistem endokrin adalah memperoleh data
yang tepat dan akurat, untuk kemudian akan dianalisis untuk menemukan permasalahan
dalam menentukan diagnosa, terkait masalah disfungsionalitas sistem endokrin pada
pasien.
2.1.4 Jenis Pemeriksaan
Jenis - jenis pemeriksaan fisik pada sistem endokrin adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kulit
a. Inspeksi warna kulit
- Teknik/ Temuan normal : Warna kulit harus merata dan sesuai dengan usia
dan ras pasien.
- Temuan Tidak normal :
● Hiperpigmentasi

3
● Hipopigmentasi
● Warna kekuningan pada kulit mata
● Strie berwarna ungu dan memar pada abdomen
b. Palpasi kulit, Kaji tekstur, kelembaban, dan adanya lesi.
- Temuan/ Teknik normal
Warna kulit harus sesuai dengan ras pasien, lembut, hangat, kering, dan
untuk tanpa lesi.
- Temuan/Teknik tidak normal
● Kulit kering dan kasar
● Terdapat lesi pada ekstremitas bawah.
1. Pengkajian kuku dan rambut
a. Kaji tekstur, distribusi, dan kondisi kulit dan rambut.
- Teknik atau temuan normal
Tekstur rambut harus normal, tersebar secara merata, sesuai jenis
kelamin, permukaan kuku halus dan warna permukaan kuku harus
merata
- Teknik atau temuan tidak normal
● Peningkatan pigmentasi kuku
● Kuku dan rambut yang kering, tebal, dan mudah patah,
serta rambut tipis dan halus.
● Hirsutisme (rambut pada wajah, dada, atau abdomen yang
berlebihan.
2. Pengkajian wajah
a. Inspeksi simetrisitas dan bentuk wajah
- Teknik normal : Wajah harus simetris bilateral
- Teknik tidak normal : Berbagai bentuk dan struktur dapat
mengindikasikan pertumbuhan yang tidak normal.
b. Inspeksi posisi mata
- Teknik normal : Mata harus sama posisinya pada kedua sisi wajah,
dan kelapa mata harus menutupi mata.
- Teknik tidak normal : Eksoftalmus (Mata melotot) yang dijumpai
pada penderita hipertiroidisme.

4
3. Pengkajian Kelenjar Tiroid
a. Palpasi ukuran dan konsistensi kelebihan tiroid.
- Teknik normal : Kelenjar tiroid tidak mudah teraba. Jika teraba
pada saat pemeriksaan, maka karakteristiknya adalah ; lobus terang
lembut, kenyal, dan tidak didapati nodul.
- Teknik tidak normal :
● Tiroid membesar pada penyakit graves dan gondok
● Nodul yang multiple dapat ditemukan pada anomali
metabolik, sedangkan adanya satu nodul dapat
diindikasikan kista atau tumor jinak-ganas.
● Nodul tunggal yang membesar menunjukan keganasan.
4. Pengkajian fungsi motorik
Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengkaji tendon dalam. Refleks tendon
dalam yang dikaji meliputi; refleks bisep, refleks brachioradialis, refleks trisep,
refleks patella, dan Achilles.
5. Pengkajian fungsi sensoris
Pemeriksaan sensitivitas pasien terdapat suhu, nyeri, vibrasi, sentuhan ringan dan
stereognosis.
6. Pengkajian Muskuloskeletal
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui hasil dari inspeksi ukuran dan
proporsional struktur tubuh pasien.
2.1.5 Persiapan Alat
1. Stetoskop
Digunakan untuk melakukan auskultasi pada daerah - daerah sistem endokrin,
yang bertiga untuk mengetahui kenormalan dari organ pendukung sistem
endokrin yang akan diperiksa.
2. Bath scale (timbangan)
Digunakan untuk mengkaji data Berat Badan pasien, yang akan digunakan
sebagai data dasar untuk pengkajian pemeriksaan fisik sistem endokrin.
3. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur Tinggi Badan pasien, yang akan digunakan
sebagai data dasar untuk pengkajian pemeriksaan fisik sistem endokrin.

5
4. Sarung tangan
Digunakan sebagai bagian dari prinsip steril pemeriksaan fisik pada pasien.
2.1.4 Persiapan Pasien
Persiapan pasien pada pemeriksaan fisik pasien dilakukan sebagai berikut
(Poltekkes Bandung, 2020) :
1. Persilahkan pasien untuk duduk atau berdiri menghadap ke rangsangan sumber
cahaya, sehingga sumber cahaya cukup untuk menerangi bagian leher pasien
yang akan diperiksa.
2. Aturlah posisi pasien sedemikian rupa sehingga saat mengamati kelenjar tiroid,
posisi mata tenaga kesehatan harus sejajar dengan leher orang yang akan
diperiksa. Selanjutnya, meminta pasien untuk menunjukan ruas Ibu jarinya
sebagai acuan ukuran kelenjar tiroid.
2.1.5 Persiapan Lingkungan
Persiapan lingkungan merupakan persiapan kondisi lingkungan pasien
yang diusahakan oleh tenaga medis dapat meningkatkan kenyamanan
pasien pada saat pemeriksaan fisik. Adapun persiapan lingkungan
pemeriksaan fisik sistem endokrin sebagai berikut :
1. Mengatur lingkungan dan memasang sampiran pada pasien.
2. Memastikan ruang periksa dalam temperatur yang hangat dan cukup
pencahayaan.
3. Memposisikan alat-alat pengkajian dekat dengan pemeriksa.
4. Melakukan cuci tangan rutin sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan
persiapan pasien.
5. Memberikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan , tujuan, cara melakukan, dan manfaat pemeriksaan tiroid
untuk pasien. Seorang tenaga kesehatan wajib memberikan jaminan pada pasien
tentang kerahasiaan semua informasi yang didapatkan dari pemeriksaan.
6. Menanyakan kesediaan pasien (Informed Consent).
2.1.7 Prosedur Tindakan
A. Tahap Pre- Interaksi
1. Mengidentifikasi pasien dengan melakukan anamnesa.

6
2. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan saat
pemeriksaan
3. Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien.
4. Memberikan informed consent pada pasien.
B. Tahap Observasi
1. Lakukanlah pengamatan dan pemeriksaan pada bagian leher pasien pada
posisi normal, terutama pada lokasi kelenjar tiroidnya
2. Amati adanya pembesaran kelenjar tiroid yang tampak nyata. Jika kelenjar
tiroid tidak tampak, mintalah klien untuk menelan dengan posisi leher
normal. Jika kelenjar tiroid tampak dengan jelas pada posisi menelan,
dikatakan ada pembesaran kelenjar tiroid tingkat
C. Tahap Kerja
1. Palpasi
a. Nakes berdiri di belakang klien, lalu meletakkan kedua jari
telunjuk dan jari tengah pada masing-masing lobus kelenjar tiroid
yang letaknya beberapa centi meter di bawah jakun.
b. Rabalah (palpasi) daerah kelenjar tiroid. Perabaan (palpasi) jangan
dilakukan dengan tekanan terlalu keras atau terlalu lemah.
Tekanan terlalu keras akan mengakibatkan kelenjar masuk ke
belakang leher, sehingga pembesaran akan sulit teraba dan atau
bahkan tidak teraba. Perabaan terlalu lemah akan mengurangi
respon kepekaan perabaan. Jika kelenjar tiroid dapat teraba,
walaupun ukurannya tidak membesar, dikatakan ada pembesaran
kelenjar tiroid tingkat 1.
2. Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan alat stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada daerah
leher dan diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi“ bruit“. Bruit
adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi (Guncangan) pada
pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak
terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi
(peredaran) darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas

7
kelenjar tiroid. Auskultasi dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme
jantung dan kardiovaskuler rate yang dapat menggambarkan gangguan
keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan
metabolisme tubuh.
3. Menentukan tingkat pembesaran kelenjar tiroid
a. Normal: jika kelenjar tiroid tidak terlihat dan tidak teraba.
b. Pembesaran tingkat I : Jika kelenjar tiroid teraba akan tetapi tidak
terlihat pada posisi leher normal (walaupun ukurannya normal).
c. Pembesaran tingkat II : jika pembesaran kelenjar tiroid terlihat
dengan nyata (secara kasat mata) pada gerakan refleks menelan
dengan posisi leher normal.
D. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi kembali
b. Merapikan alat
c. Mengakhiri percakapan
d. Memberikan salam
e. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan
E. Dokumentasi
Melakukan dokumentasi atas implementasi yang telah dilakukan saat
pemeriksaan fisik sistem endokrin.
2.1.8 Edukasi
● Menjaga berat badan ideal
● Mengonsumsi obat secara rutin
● Berolahraga dengan rutin
● Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan menerapkan diet sehat.

2.2 Pemeriksaan Kaki Diabetik


2.2.1 Pengertian
Kaki Diabetik merupakan komplikasi yang sudah terlalu membusuk pada di area
tungkai kaki yang bisa sangat menakutkan bagi seseorang serta kemungkinan terbesar ada
resiko amputasi. Pemeriksaan kaki diabetik adalah Pemeriksaan dengan kondisi kaki

8
penderita diabetes untuk mengetahui adanya gangguan vaskularisasi, neuropati,
deformasi dan infeksi akibat yang diderita pada pasien.
2.2.2 Tujuan
1. Mencegah luka diamputasi
2. Mendeteksi secara dini luka kaki diabetik
3. Waspada adanya luka kaki diabetik
2.2.3 Manfaat
1. Untuk mencegah luka yang bisa memicu diamputasi
2. Untuk mendeteksi dini adanya luka kaki diabetik
3. Meningkatkan kewaspadaan akan adanya luka kaki diabetik
2.2.4 Jenis Pemeriksaan
1. Penanganan Vaskular (ABI)
Penanganan ini merupakan yang terpenting bagi proses penyembuhan kaki
diabetik dan dinilai harus dalam tahap awal orang yang menderita penyakit kaki
diabetik. Penilaian kompetensi vaskular pedis sering sekali memerlukan bantuan
seperti pemeriksa penunjang contohnya doppler, MRI angiogram dan angiografi.
pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan sederhana yang perabaan pulsasi arteri
poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior dengan dapat melakukan pada kasus
kaki diabetik kecil yang tidak disertai dengan edema maupun selulitis secara luas.
Ulkus dan gangren kaki tidak akan sembuh jika dapat menyerang tempat lain di
kemudian hari dan bila ada penyempitan pembuluh darah kaki yang tidak dapat
diatasi.
2. Perawatan Luka
Dengan prinsip perawatan luka ini yang dapat menciptakan lingkungan secara
moist wound healing atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan yang
lembab. jika ulkus memproduksi setiap sekret secara banyak maka pembalut
digunakan yang bersifat adsorben. Begitupun sebaliknya jika ulkus kering maka
yang digunakan adalah pembalut yang bisa melembabkan ulkus. Serta jika ulkus
cukup lembab, maka dipilihlah pembalut ulkus yang bisa mempertahankan
kelembaban secara baik.
3. Menurunkan tekanan pada plantar pedis (off-loading)

9
Tindakan off-loading atau menurunkan tekanan pada plantar pedis adalah salah
satu prinsip utama dalam pemeriksaan ini berdasarkan dengan dasar neuropati.
Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada telapak kaki. Oleh karena
itu, tindakan off-loading dilakukan secara sebagian atau utuh. Mengurangi
tekanan pada ulkus neuropati dapat mengurangi trauma dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
4. Debridement
Debridement adalah usaha untuk membersihkan semua jaringan nekrotik yang
dikarenakan luka pada tubuh tidak akan sembuh jika terdapat jaringan debris,
fistula dan nonviable. Karena itu tindakan debridement tersebut juga bisa
menghilangkan koloni bakteri yang terdapat di luka. Ada beberapa jenis
debridement diantaranya yaitu enzimatik, mekanik, biologik, autolitik dan tajam.
Tujuan debridement merupakan tujuan untuk menyelamatkan jaringan yang telah
terkontaminasi bakteri, menghilangkan jaringan kalus dan mengurangi resiko
infeksi lokal.
5. Penanganan Komorbiditas
Diabetes adalah suatu penyakit yang tersusun dari multiorgan sehingga
komorbiditas yang lain harus menilai serta dikelola melalui pendekatan tim
multidisiplin untuk mendapatkan hasil yang semestinya. Komplikasi
makroangiopati yang disertai harus diidentifikasi dan dikelola secara menyeluruh.
Kepatuhan pasien juga dapat merupakan hal yang utama dalam menentukan hasil
dari pengobatan
6. Penanganan Bedah dan Infeksi (Nekrosis)
Tindakan bedah yang dilakukan tergantung dari berat dan ringannya UKD.
Terdapat beberapa tindakan diantaranya yaitu tindakan elektif yang mempunyai
tujuan untuk menghilangkan nyeri akibat dari adanya deformitas seperti yang
terjadi pada hammertoes atau bunions, dan kelainan spur tulang. Lalu ada tindakan
bedah profilaktik yang diindikasikan supaya bisa mencegah terjadinya ulkus
maupun ulkus berulang yang terjadi pada pasien neuropati dengan melakukan
koreksi deformitas tulang atau tendon, dan sendi. Lalu terdapat tindakan bedah
kuratif yang diindikasikan apabila terjadi ulkus yang tidak kunjung sembuh
dengan perawatan konservatif, seperti bedah vaskuler atau angioplasti. Indikasi

10
dari bedah kuratif yaitu osteomielitis kronis. Lalu terdapat tindakan yang paling
sering dilakukan yaitu tindakan bedah emergensi, tindakan ini diindikasikan baik
untuk menghambat maupun menghentikan proses infeksi, seperti adanya gangren
gas atau adanya ulkus dengan daerah infeksi yang luas. Pada tindakan bedah
emergensi bisa berupa debridement jaringan nekrotik atau amputasi.
7. Pemeriksaan kulit, kuku dan bentuk kaki
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memeriksa kulit, kuku, dan bentuk kaki
untuk mengetahui bagaimana cara pemeriksaan tersebut dengan benar.
8. Pemeriksaan Refleks (achilles, patella, jendrassik maneuver)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengetukkan hammer ke kaki agar tahu
bahwa ada reflek
9. Pemeriksaan neurologis (Nyeri, suhu, sentuhan, tekanan, getaran, posisi).
Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan garpu tala merasakan getaran yang
dihasilkan atau tidak, mengusapkan monofilamen di atas kaki dan jari kaki untuk
menguji kepekaan kaki terhadap sentuhan, menusukkan jarum secara lembut di
bagian bawah kaki untuk menguji apakah pasien merasakannya atau tidak dan
memeriksa reflek pergelangan kaki.
2.2.5 Persiapan Alat
1. Cermin
2. APD
3. Spignomanometer
4. Vascular Doppler Ultrasound Probe 8 MHz, 5 MHz
5. Hammer
6. Pin Prick test aid (kemiti, alat runcing)
7. Metal rods
8. Kapas
9. Kassa
10. Monofilament 10-Gauge
11. Garpu Tala 128 Hz
12. Biothesiometer
13. Bengkok
14. Tempat sampah medis

11
2.2.6 Persiapan Pasien
1. Bina hubungan saling percaya dan saling memperkenalkan diri.
2. Jelaskan maksud, tujuan, alat dan prosedur pemeriksaan kaki diabetik
3. Berikan posisi nyaman kepada klien
4. Jaga privasi klien
2.2.7 Persiapan Lingkungan
1. Berikan lingkungan yang private atau menjaga keamanan dan kenyamanan klien.
2. Berikan ruangan yang cukup pencahayaan dan suhu.
2.2.8 Prosedur tindakan
a. Tahap orientasi
1. Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan diri
2. Menjaga privacy klien
3. Menjelaskan maksud, tujuan, manfaat, dan prosedur pemeriksaan kaki diabetik
b. Tahap kerja
1. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan sesuai pemeriksaan
2. Mendekatkan alat ke klien
Pemeriksaan Kulit Kaki:
3. Memberikan posisi yang nyaman untuk klien (duduk, tidur telentang)
4. Inspeksi kulit kaki, menemukan adanya : kulit kering, kulit bersisik, callus,
hiperpigmentasi, atropi otot, rontoknya bulu kaki, infeksi, maserasi, slough, luka,
bullae
5. Palpasi kulit kaki, menemukan adanya : perubahan suhu kulit kaki (hangat, panas)
Pemeriksaan kuku kaki :
6. Inspeksi kuku kaki, menemukan adanya : atrofi/distrofi kuku, tebal, jamur,
pertumbuhan kuku ke dalam, pertumbuhan kuku yang tidak beraturan, infeksi
kuku.
Pemeriksaan Bentuk Kaki :
7. Inspeksi ditemukan adanya perubahan bentuk pada kaki, hammer toes, claw toes,
bunion/hallux valgus, charcot toes, pes cavus, post amputation
Pemeriksaan nekrosis dan infeksi
8. Inspeksi adanya luka, jaringan kulit yang mati (nekrosis) dan infeksi (bengkak,
kemerahan, panas, nyeri)

12
Pemeriksaan Vaskular - Ankle Brachial Index (ABI)
9. Anjurkan pasien berbaring telentang, posisi kaki sama tinggi dengan posisi
jantung
10. Pasang manset sfigmomanometer di lengan atas dan tempatkan probe vascular
doppler ultrasound di atas arteri brachialis dengan sudut 45 derajat
11. Palpasi nadi radialis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg di atas tekanan
12. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang terdeteksi oleh probe, hasilnya
merupakan tekanan darah sistolik brachialis
13. Ulangi pada lengan lain dan catat hasilnya
14. Pasang manset tensimeter di pergelangan kaki dan tempatkan probe vascular
Doppler ultrasound di atas arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis dengan sudut 45
derajat
15. Palpasi nadi dorsalis pedis kemudian pompa manset hingga 20 mmHg di atas
tekanan darah sistolik palpasi
16. Kempiskan manset, perhatikan suara pertama yang dideteksi oleh probe hasilnya
merupakan tekanan darah sistolik ankle (kaki)
17. Ulangi pada kaki yang lain dan catat hasilnya
18. Pilih tekanan darah sistolik brachialis tertinggi (di antara lengan kanan dan kiri)
dan tekanan darah sistolik ankle tertinggi (di antara kaki kanan dan kiri)
Pemeriksaan Neurologis : Nyeri
19. Siapkan alat berujung runcing seperti pin, kemiti
20. Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan alat tersebut ke tangan untuk uji coba
rasa nyeri. Perintahkan klien menjawab Ya untuk nyeri dan Tidak untuk tidak
merasakan nyeri
21. Terapkan alat tersebut di kulit kaki kanan dan kiri (pada dorsalis pedis).
Perintahkan klien untuk menjawab Ya untuk nyeri dan Tidak untuk tidak
merasakan nyeri
22. Nilai kemampuan klien untuk bisa merasakan sensasi nyeri
23. Siapkan alat metal rods
24. Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan alat tersebut ke tangan untuk uji coba
suhu panas (hangat) dan dingin. Perintahkan klien menjawab Panas (hangat) atau
Dingin untuk sentuhan yang klien rasakan

13
25. Terapkan alat tersebut di kulit kaki kanan dan kiri (dorsalis pedis). Perintahkan
klien menjawab Panas (hangat) atau dingin untuk sentuhan yang klien rasakan
26. Nilai kemampuan klien untuk merasakan sensasi perbedaan suhu
Pemeriksaan Neurologis : Sentuhan
27. Siapkan kapas dan kasa
28. Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan alat tersebut ke tangan untuk uji coba
kasar dan halus. Perintahkan klien untuk menjawab Kasar atau Halus untuk
sentuhan yang klien rasakan
29. Terapkan alat tersebut di kulit kaki kanan-kiri (dorsalis pedis), dan telapak kaki
(plantar). Perintahkan klien untuk menjawab Kasar atau Halus untuk sentuhan
yang klien rasakan
30. Nilai kemampuan klien untuk merasakan sensasi kasar dan halus
Pemeriksaan Neurologis : Tekanan
31. Siapkan monofilamen 10-gauge
32. Anjurkan klien menutup mata, sentuhkan alat tersebut pada kulit tangan dengan
tekanan minimal untuk uji coba sensasi tekanan. Perintahkan klien menjawab Ya
untuk sensasi tekanan monofilament yang dirasakan
33. Terapkan alat tersebut pada kedua telapak kaki secara bergantian pada 9 titik.
Perintahkan klien menjawab Ya untuk sensasi tekanan monofilament yang
dirasakan
34. Tentukan titik yang tidak merasakan sensasi
35. Nilai kemampuan klien untuk merasakan sensasi tekanan
36. Pemeriksaan Refleks Achilles
37. Siapkan hammer untuk pengetukan tendon achilles
38. Posisikan klien berbaring terlentang atau duduk santai
39. Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki pada ujungnya untuk
memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki
40. Ketuklah pada tendon achilles
41. Jika terdapat hentakan pada kaki, maka positif
42. Rapikan pasien dan alat
43. Pemeriksaan Refleks Patella
44. Persiapkan hammer untuk mengetuk tendon patella

14
45. Minta klien berbaring atau duduk santai
46. Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
47. Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
48. Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah patella
49. Jika terdapat hentakan pada kaki, maka positif
50. Rapikan klien dan alat
Pemeriksaan jendrassik maneuver
51. Siapkan hammer untuk pengetukan tendon patella
52. Minta klien berbaring telentang atau duduk santai
53. Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
54. Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
55. Minta klien untuk menggenggam jari-jari tangan
56. Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di bawah patella
57. Saat diperkusi tendon patella, klien akan menarik kuat genggaman, maka positif
c. Tahap Terminasi
1. Rapikan klien dan alat
2. Evaluasi respon klien
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan baik
5. Perawat berpamitan pada klien
6. Cuci tangan
7. Dokumentasikan
2.2.9 Edukasi
1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
2. Kontrol rutin secara berkala
3. Olahraga rutin dan teratur
4. Tes rutin kadar gula darah
5. Diet (mengatur pola makan)
6. Mengurangi berat badan
7. Mengurangi stress

15
2.3 Senam Kaki Diabetik
2.3.1 Pengertian
Senam kaki merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penderita diabetes untuk
mencegah terjadinya cedera dan melancarkan peredaran darah pada kaki. Selain itu,
senam kaki juga dapat memperkuat otot betis dan paha serta mengatasi keterbatasan gerak
sendi pada penderita diabetes tipe 2.
Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik, seperti latihan kaki, tubuh
meningkatkan kebutuhannya akan bahan bakar dari otot yang aktif, menghasilkan respons
tubuh yang kompleks yang melibatkan sirkulasi, metabolisme, dan fungsi sistem saraf
otonom. . Glukosa disimpan di otot dan hati sebagai glikogen, yang tersedia untuk
digunakan sebagai energi selama latihan kaki, terutama pada awal latihan kaki pada
pasien diabetes (Citrawati, 2016).
2.3.2 Tujuan
Latihan kaki bagi penderita diabetes biasanya ditujukan untuk meningkatkan
gerakan fisik dan dilakukan dalam posisi duduk tegak tanpa bersandar. Senam diabetes
dilakukan selama 30 menit. Biasanya, ketika seseorang melakukan latihan kaki selama
10 menit, glukosa seluler meningkat 15 kali lipat dari kebutuhan normal, dan 35 kali lipat
setelah 60 menit. Olahraga dengan intensitas sedang dengan latihan kaki selama 30 menit
dapat menurunkan kadar gula darah lebih banyak dibandingkan dengan olahraga dengan
intensitas tinggi (Citrawati, 2016).
2.3.3 Manfaat
Senam kaki diabetes memiliki beberapa manfaat antara lain:
- mencegah terjadinya luka
- membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki
- Memperbaiki sirkulasi darah yang terganggu.
- Memperbaiki kekuatan otot tungkai dan kaki.
- Melatih sendi agar tetap lentur dan tidak kaku.
- Mencegah komplikasi diabetes pada organ mata, otak, jantung dan ginjal.
- Senam kaki dengan gerakan di atas, akan menstimulasi peredaran darah, saraf dan
otot-otot yang ada di daerah kaki dan tungkai bawah.
2.3.4 Persiapan Alat dan Pasien

16
Senam kaki diabetes biasanya dilakukan dalam posisi duduk tegak tanpa
bersandar, hal ini bertujuan untuk mempermudah latihan jasmani. Pelaksanaan senam
diabetes dilakukan selama 15-30 menit. senam kaki ini juga sangat mudah dan praktis.
Dapat dilakukan di mana saja, seperti di rumah atau tempat kerja. Untuk melakukan
senam kaki diabetes, dibutuhkan sebuah kursi dan selembar kertas berukuran cukup besar,
misalnya koran bekas. Senam kaki ini juga disesuaikan dengan kemampuan .
2.3.5 Prosedur Tindakan
Berikut langkah-langkahnya:
- Silahkan lepas sepatu, kaos kaki, dan alas kaki lainnya.
- letakkan kakimu di lantai. Pertahankan tumit Anda di lantai, angkat jari-jari kaki
ke atas dan ke bawah setidaknya selama 20 pengulangan..
- Angkat telapak kaki kiri dengan tumit (tumit masih menyentuh tanah). Lakukan
setidaknya 20 gerakan melingkar dengan telapak kaki menghadap ke luar.
Lakukan hal yang sama dengan kaki kanan Anda.
- Angkat kaki Anda sejajar sehingga paha dan kaki bagian bawah berada dalam
garis horizontal, lalu turunkan kaki Anda. Ulangi gerakan ini setidaknya 20 kali.
- Angkat kaki Anda sejajar sehingga paha dan kaki bagian bawah berada dalam
garis horizontal. Rentangkan kaki Anda ke depan seolah-olah Anda sedang
menginjak rem mobil. Ulangi gerakan ini setidaknya 20 kali.
- Angkat satu kaki sehingga kaki lurus. Selanjutnya, gerakkan kaki dan pergelangan
kaki Anda untuk menulis angka dari 0 hingga 10 secara berurutan. Lakukan hal
yang sama dengan kaki lainnya.
- Letakkan kertas di lantai. Bentuk kertas menjadi bola dengan kedua kaki.
- Setelah bola terbentuk, ratakan kertas dengan kedua kaki seperti semula.
- Kemudian sobek kertas menjadi dua dengan kedua kaki. Kemudian, masih
menggunakan kedua kaki, sobek kertas menjadi potongan-potongan kecil.
2.3.6 Edukasi
Edukasi pasien DM harus bersifat komprehensif, meliputi kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hal ini akan menghasilkan perubahan positif dalam perilaku pasien DM.
Direkomendasikan untuk semua petugas kesehatan atau perawat di semua rumah sakit
lini pelayanan terus memberikan pelatihan yang teratur, konsisten dan komprehensif
terutama senam kaki untuk menurunkan neuropati pada pasien DM.

17
2.4 Cek Gula Darah

2.4.1 Pengertian
Glukosa darah adalah gula dalam darah yang didapatkan dari karbohidrat dalam
makanan yang dikonsumsi serta disimpan dalam tubuh dalam bentuk glikogen dalam hati
serta otot rangka. Cek gula darah adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
mengetahui kadar glukosa darah ((LeMone, 2016). Pada pelaksanaannya ada dua
kategori pemeriksaan gula darah yaitu menggunakan urin dengan melihat ada tidaknya
kandungan keton pada urin dan yang kedua dilakukan secara langsung glukosa darah.
pada kondisi normal konsentrasi gula darah adalah 80-100 mg/dl.
2.4.2 Tujuan
Tujuan pemeriksaan gula darah adalah untuk mengetahui kadar gula darah pada
seseorang. hal tersebut ditujukan sebagai pemantau kadar glukosa darah sehingga dapat
dilakukan untuk pemeriksaan dini apakah kandungan gula darah seseorang rendah,
normal dan tinggi sehingga dapat diberikan penanganan secara tepat.
2.4.3 Manfaat
Manfaat pemantauan dengan cek gula darah salah satunya pada ibu hamil atau
sakit atau orang yang mengalami manifestasi hipoglikemik maupun hiperglikemik.
dengan pengkajian melalui pemeriksaan pasien dapat mengubah dietnya, mengurangi
risiko komplikasi, mengatur pola aktivitas fisiknya bahkan sebagai medikasi untuk
mengurangi peningkatan pasca prandial. manfaat utama pemeriksaan rutin gula darah
adalah untuk pemantauan kontrol glikemik yang mana ketidaksesuaian kadar glikemik
dalam tubuh dapat memicu berbagai penyakit kronis lainnya(LeMone, 2016).
2.4.4 Jenis Pemeriksaan
Lubis (2019) menyebutkan bahwa ada beberapa pemeriksaan gula darah, berikut
adalah 5 jenis pemeriksaan GDA:
a. Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (Nuchter) : pada pemeriksaan ini seseorang
yang akan dicek gula darahnya diharuskan puasa selama kurang lebih 12 jam
sebelum pemeriksaan dilaksanakan. pemeriksaan jenis ini paling umum

18
digunakan karena dapat mengetahui kadar homeostasis glukosa keseluruhan. nilai
normalnya adalah 76-110 mg/dl
b. Pemeriksaan Kadar glukosa darah postprandial (GD2PP) : ini merupakan
pemeriksaan yang dilakukan 2 jam setelah makan. nilai normal pada saat
pemeriksaan ini adalah <160 mg/dl.
c. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu (GDS) : pemeriksaan ini dilakukan
sewaktu waktu tanpa adanya puasa, nilai normalnya adalah <144 mg/dl
d. Pemeriksaan tes HBA1c : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar
glukosa selama tiga bulan dengan nilai normal sekitar <6,5%
e. Pemeriksaan tes atau toleransi glukosa : pemeriksaan ini biasanya digunakan
untuk mendiagnosis ada tidaknya diabetes melitus pada seseorang dengan kadar
gula darah diatas normal ataupun tinggi. dengan nilai normal pada hasil ini adalah
76-110 mg/dl
2.4.5 Persiapan Alat
Pemantauan gula darah dapat dilaksanakan secara mandiri atau biasa disebut Self
Monitoring of Blood Glucose (SMBG) :
1. Beberapa alat lanset dengan tipe berbeda untuk melakukan tusuk jari agar
mendapatkan satu tetes darah.
2. strip pemeriksaan yang dilengkapi dengan bahan kimia yang dapat berubah warna
jika bersentuhan dengan glukosa ataupun yang dapat dibaca mesin contohnya
Chemestrip dan Glucostix). Strip tersebut juga dapat dibaca dengan
membandingkan warnanya dengan bagan warna disamping wadah ataupun
lampiran yang terdapat bersama strip.
3. Monitor glukosa darah, (contohnya Glucometer dan Accu Chek, One Touch) bila
diinginkan pengukuran yang lebih akurat. Pada pengukuran ini harus diperhatikan
instruksi yang tertera secara tepat dan diikuti dengan cermat, jika ada
ketidaktepatan akan mengubah hasil yang keluar.
Glukometer merupakan alat pemeriksaan gula darah yang digunakan secara
mandiri atau dibantu ((Sepdianto, Kustinasari, & Sunarno, 2019) dalam
(Sucipto,2022)) . berikut alat yang perlu dipersiapkan untuk pemeriksaan
menggunakan glukometer (Desmita 2021):
1. Glukometer (alat digital pemeriksaan gula darah)

19
2. Glucotest strip
3. Lancet dan alat pendorongnya (Lancing device)
4. Swab alkohol 70%
5. Bengkok atau tempat sampah
6. Lembar hasil pemeriksaan dan alat tulis
7. Handscoon
2.4.6 Persiapan Pasien
Sucipto (2022) menyebutkan beberapa hal yang perlu dipersiapkan pasien sebelum
melaksanakan tes gula darah adalah dengan mengukur suhu, , cuci tangan, menggunakan
hand sanitizer , menggunakan masker serta beri edukasi terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan tentang tindakan apa yang akan kita laksanakan. Berikut adalah
beberapa persiapan khusu yang harus dilakukan pasien berdasarkan jenis pemeriksaaan
yang akan dilakukan:
1. GDP: untuk pemeriksaan gula darah puasa maka pasien dipuasakan 8-19 jam
sebelum dilaksanakan tes. Hentikan obat, bila ada obat yang sedang dikonsumsi
dan tulis obat bila ada yang benar benar harus diberikan pada formulir permintaan
tes
2. GD2PP : pemeriksaan yang dilakukan 2 jam sesudah makan dan setelah
pengambilan GDP
3. GDS: dilakukan sewaktu waktu, pasien tidak ada persiapan khusus.
2.4.7 Persiapan Lingkungan
Persiapan lingkungan yang dilakukan adalah dengan menciptakan suasana
kondusif agar pasien tidak merasa stress dan tertekan saat akan dilakukan penanganan.
Pastikan kondisi tempat pemeriksaan bersih dan rapi, semua alat tertata rapi serta
mendapatkan pencahayaan yang cukup.
2.4.8 Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan pemeriksaan keton dan glukosa dalam urine berdasarkan buku
Keperawatan Medikal Bedah karya LaMone (2016) menyebutkan beberapa langkah
seperti dibawah ini:
Pemeriksaan Keton dalam Urine
1. Minta pasien berkemih, lalu buang urine tersebut dan beri segelas air minum
2. Tunggu setelah tiga puluh menit, kemudian tampung kembali urine

20
3. Tablet pemeriksaan asam dilakukan dengan menaruh tablet di kertas tisu putih,
lalu beri satu tetesan pada tablet. Tunggu tiga puluh detik.Hasil positif apabila
tablet berubah warna dari lavender menjadi ungu tua.
4. Untuk ketostix : celupkan batang reagen ke dalam sampel urine, tunggu 15 detik
kemudian bandingkan dengan warna di ujung batang bantalan dengan bagan
warna penyerta. apabila warna ungu berarti keton.
Pemeriksaan Glukosa dalam Urine
1. Lakukan prosedur awal sama seperti diatas.
2. Ambil batang reagen dan celupkan ke dalam sampel urin serta tunggu sesuai
waktu yang ditentukan. lalu bandingkan warna bantalan diujung batang reagen
dengan bagan warna penyerta
3. Kondisi normal tidak ada glukosa dalam urine sehingga munculnya glukosa
dikatakan sebagai tanda adanya ketidaknormalan tubuh yang mengindikasikan
hiperglikemia. Namun, apabila ditemukan glukosa akan ditunjukan dalam
persentase (contohnya 1%; 2%; ,3%)
Pemeriksaan menggunakan CGM:
1. CGM (Continuous Blood Glucose Monitoring) merupakan teknologi baru
pemantauan glukosa dalam darah. penggunaannya dilakukan dengan dimasukkan
ke bawah kulit. Sensor yang dimasukkan di bawah kulit akan mengirimkan data
yang digunakan untuk peringatan apabila kadar glukosa tinggi ataupun rendah
secara terus menerus. Sebelum melakukan terapi ini dibutuhkan pengukuran tusuk
jari tangan.
Pemeriksaan Gula Darah menggunakan Glukometer:
1. Cuci tangan dengan air dan sabun
2. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Gunakan handscoon
4. Masukkan jarum pada lancet dan pilih nomor lancet sesuaikan dengan ketebalan
kulit pasien
5. Masukkan chips khusus untuk pemeriksaan glukosa pada alat glukometer pada
tempatnya (menyesuaikan alat glukometer yang digunakan)
6. Masukkan strip pada tempatnya
7. Bersihkan jari kedua/ketiga dengan alkohol dan kapas dan biarkan mengering

21
8. Tusukkan lancet pada jari yang telah dibersihkan untuk mengambil darah kapiler
9. Masukkan sampel darah kapiler ke dalam strip dengan cara ditempelkan pada
bagian khusus pada strip yang menyerap darah
10. Tunggu beberapa saat, hasil pengukuran kadar glukosa darah akan muncul pada
layar
11. Cabut strip dari alat glukometer
12. Buang jarum dari lancet pada ke tempat yang aman.
Tes Sampel Bukan DM Risiko DM DM
(mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
GDP Plasma Venna <110 110-125 ≥126
Darah Kapiler <90 90-109 ≥110
GD2PP Plasma Venna <140 140-200 >200
Darah Kapiler <120 120-200 >200
GDS Plasma Venna <110 110-199 ≥200
Darah Kapiler <90 90-199 ≥200

Tabel 1. Nilai rujukan pengukuran gula darah (FK UNHAS 2018)

2.4.9 Edukasi
● Membangun kebiasaan makan sehat.
● Cara mengelola nutrisi dan diet.
● Cara menjaga berat badan dengan Olahraga teratur 3x seminggu selama 30
menit.
● Cara mengendalikan emosi dan menghindari stress.
● Edukasi menghindari gula dan asupan lemak jenuh, alkohol, dan rokok

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan (sebagai integrasi fungsionalitas sistem ) fungsi tubuh. Kedua sistem ini
bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis atau keseimbangan hormon
dalam tubuh. Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan homeostasis,
membantu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan,
mengatur pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan sistem reproduksi.
Gangguan sistem endokrin yang paling umum adalah diabetes melitus, yang terjadi
apabila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang tersedia dengan optimal. Pencegahan dari gangguan sistem
endokrin dalam hal ini Diabetes mellitus, dapat dilakukan dengan pencegahan secara Non
Farmakologi seperti, Terapi, dan Kegiatan yang menunjang perbaikan respon tubuh
terhadap penyakit Diabetes. Selain itu pencegahan dan penatalaksanaan penyakit diabetes
juga dapat dilakukan secara Farmakologi, yakni pemberian injeksi insulin dan Konsumsi
Obat OHO.
3.2 Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
secara kongenital maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi
makanan. Untuk itu saran melalui laporan pendahuluan ini adalah untuk senantiasa
menjaga kesehatan tubuh baik dari segi aktivitas dan pola pelaminan, agar selalu dapat
beraktivitas dengan baik dan sistem endokrin dapat terjaga dan tidak terganggu
fungsionalitas nya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Patologi,FK UNHAS. 2018. Keterampilan Pemeriksaan Glukosa Darah Metode


POCT. Makasar, Sulawesi Selatan
Bulu, A., Wahyuni, T. D., & Sutriningsih, A. (2019). Hubungan antara Tingkat
Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe II. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 4(1).
Citrawati, Dewi. (2016). Efektivitas Senam ADUHAI terhadap Kadar Glukosa Darah
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit 1. Jurnal UMY no 1 Vol. 2 Desember 2016.
Desmita,Novi. 2021. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan DM Tipe II
Pada Klien di Wilayah Kerja Puskesmas Garuda/ Karya Wanita.
Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Kota Makassar. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(1), 69–74.
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kemenkes RI
Kurniasari, S., Nurachmah, E., & Gayatri, D. (2018). Kejadian kaki diabetik pasien
diabetes melitus berdasarkan faktor yang berkontribusi. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 12(3), 142-147.
Langi, Y. A. (2015). Penatalaksanaan ulkus kaki diabetes secara terpadu. Jurnal
Biomedik, 3(2).
LUBIS, F. A. (2019). PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANSIA
DI UPT RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PEMPROV SUMUT. Sumatera
Utara
Luwita, Dwisang Evi.2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan
Paramedis.Tangerang Selatan.
Qasim, M., & Haskas, Y. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pengendalian
Sucipto, A. S., Puspaningtyas, D. E., Nekada, C. D., & Sari, P. M. (2022). Pelatihan dan
Pendampingan Kader tentang Self Monitoring of Blood Glucose (SMBG) dalam
Upaya Deteksi Dini dan Menciptakan Warga Bebas DM. Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 7(1), 148-156.

24
LAMPIRAN

Referensi 1 Revferensi 2

25
Referensi 3 Referensi 4

26
Referensi 5 Referensi 6

27
Referensi 7 Referensi 8

Referensi 9

28

Anda mungkin juga menyukai