Anda di halaman 1dari 15

BODY PATIENT HANDLING : INOVASI ALAT BANTU PENGATURAN POSISI

PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA PADA PASIEN DENGAN


IMOBILISASI FISIK

KARYA TULIS ILMIAH YANG DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI PEMILIHAN


MAHASISWA BERPRESTASI (MAWAPRES) TAHUN 2022

TINGKAT FAKULTAS

Disusun Oleh :

Aziz Nugraha

NIM. 152111913133

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Tulis : Body Patient Handling : Inovasi Alat Bantu Pengaturan Posisi
Pasien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda Pada Pasien Dengan
Imobilisasi Fisik.

Nama : Aziz Nugraha

NIM : 152111913133

Program Studi : D-III Keperawatan

Fakultas : Vokasi

Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga

Dosen Pembimbing : Abd. Nasir, S.Kep., Ns., M.Kep.

NIP/NIDN : 19680628 199103 1 006

Surabaya, 1 November 2022

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Abd. Nasir, S.Kep., Ns., M.Kep. Aziz Nugraha

NIP. 19680628 199103 1 006 NIM. 152111913133


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Aziz Nugraha

Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 23 Juni 2022

NIM : 152111913133

Program Studi : D-III Keperawatan

Fakultas : Vokasi

Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga

Judul Karya Tulis : Body Patient Handling : Inovasi Alat Bantu Pengaturan Posisi
Pasien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda Pada Pasien Dengan
Imobilisasi Fisik

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya sampaikan pada kegiatan
PILMAPRES ini adalah benar karya saya sendiri tanpa tindakan plagiarisme dan belum pernah
diikutsertakan dalam lomba karya tulis.

Apabila kemudian hari pernyataan saya tersebut tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi dalam bentuk pembatalan predikat sebagai Mahasiswa Berprestasi.

Surabaya, 1 November 2022

Yang Menyatakan

Aziz Nugraha

NIM. 152111913133
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Body Patient
Handling : Inovasi Alat Bantu Pengaturan Posisi Pasien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda Pada
Pasien Dengan Imobilisasi Fisik”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberika support dan doa kepada penulis.
2. Bapak Abd. Nasir, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Koordinator Program Studi D-III
Keperawatan.
3. Segenap bapak dan ibu dosen program studi D-III Keperawatan
4. Teman-teman D-III Keperawatan yang senantiasa memberikan dukungan dan saran yang
positif atas penyusunan karya ilmiah ini
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Fakultas Tahun 2022. Penulis
berharap bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, serta menjadi rujukan
bagi para peneliti dan pembaca.

Surabaya, 1 November 2022

Aziz Nugraha

NIM. 152111913133
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien merupakan landasan utama dalam pelayanan kesehatan. Keselamatan
pasien merupakan suatu hal yang harus diupayakan oleh semua tenaga kesehatan di
lingkungan kerja dalam pelayanan kesehatan. Undang- Undang Nomor 21 Tahun 1992,
tentang kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa Upaya kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
harus diselenggarakan disemua lingkungan kerja, khususnya lingkungan kerja yang memiliki
potensi risiko terhadap kesehatan yang tinggi, mudah terjangkit oleh suatu penyakit, atau
memiliki jumlah karyawan paling sedikit 10 orang. Dari kriteria yang ditetapkan dalam UU.
No. 21 Tahun 1992, Pasal 23 diatas, jelas bahwa Rumah sakit merupakan salah satu
lingkungan kerja dengan segala potensi dan risiko tersebut, sehingga dipandang wajib dan
perlu upaya pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.
Ergonomi adalah kesesuaian postur tubuh terhadap beban kerja yang diterima oleh
pekerja dengan pendekatan fitting the man to the job, (Alhamda, 2015). Ketidaksesuaian
ergonomi terhadap postur tubuh pekerja mengakibatkan terjadinya kesalahan pada postur
kerja, secara umum disertai dengan gejala muskoloskeletal disorder berupa rasa sakit
(Kemenaker RI, 2017). Kesalahan postur kerja yang mengakibatkan adanya gangguan
muskoloskeletal disorder, memungkinkan terjadinya penurunan tingkat fokus perawat dalam
melaksanakan tugasnya. Penurunan tingkat kefokusan dalam lingkungan kerja, akan
berakibat pada kualitas pelayanan yang diberikan, sehingga menimbulkan risiko dan kejadian
yang tidak diharapkan pada pasien, oleh akibat lalai dan tidak fokus saat melakukan
treatment kepada pasien.
Bahaya – bahaya potensial dan risiko kerja di lingkungan rumah sakit, dapat berupa
bahaya fisik, biologi, kimia, psikologi, dan bahaya ergonomi. Bahaya fisik merupakan
bahaya yang timbul oleh karena faktor seperti ruangan terlalu panas, terlalu dingin, kurang
pencahayaan, getaran yang berlebihan, salah posisi atau penempatan, radiasi dan lain
sebagainya (Sucipto, 2014). Salah satu bahaya fisik yang sangat fatal dalam pengaturan
posisi pasien adalah posisi atau penempatan pasien yang salah. Pasien dengan imobilisasi
fisik memerlukan perhatian khusus dalam melakuakn mobilisasi di lingkungan ruang
perawatan. Saat hendak memindahkan pasien dengan imobilisasi fisik, harus dilakukan
dengan baik dan benar, sehingga kejadian yang tidak diharapkan dan kejadian potensial dan
nyaris cidera dapat dihindari.
Oleh karena itu, dalam karya tulis ilmiah ini, penulis membuat Body Patient Handling,
sebagai solusi pencegahan akibat kejadian yang tidak diharapkan oleh karena kelalaian dan
ketidakfokusan perawat dalam melakukan tindakan ke pasien, khusunya saat memindahkan
pasien dari tempat tidur ke kursi roda, untuk meminimalkan potensi cidera akibat kelalaian
peraawat dalam melakukan tindakan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat dipaparkan berdasarkan latar belakang tersebut adalah :
1. Apakah Body Patient Handling dapat menjadi alat bantu yang memberikan efisiensi
pada perawat dalam pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi roda ?
2. Bagaimana Body Patient Handling dapat meminimalkan potensi cidera pada pasien
saat pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi roda ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan karya tulis ilmiah ini yaitu untuk untuk mengetahui apakah Body Patient
Handling :
1. Dapat memberikan efisiensi perawat dalam pemindahan pasien dari tempat tidur ke
kursi roda.
2. Dapat meminimalkan potensi cidera pada pasien saat pemindahan pasien dari tempat
tidur ke kursi roda.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari Inovasi alat bantu Body Patient Handling ini dapat
membantu memberikan efisiensi kerja bagi perawat dan meminimalkan potensi cidera yang
terjadi pada pasien saat pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi roda.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Management Patient Safety

Management patient safety merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh


seluruh tenaga kesehatan yang bertujuan untuk meminimalisasi kejadian yang tidak
diharapkan (KTD), kejadian potensial cidera (KPC), dan kejadian nyaris cidera (KNC).
Dalam hal injury, patient safety diartikan sebagai terbebasnya pasien dari accidental
injury dengan menjamin keselamatan pasien dengan penyusunan standar operasional
prosedur (SPO) yang benar, pengimplementasian SPO oleh semua tenaga kesehatan,
meminimalisasi kemungkinan adanya kesalahan, dan meningkatkan pencegahan agar
kecelakaan tidak terjadi dalam proses pelayanan kesehatan (Kusek, 2012).

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan dengan karakteristik yang


dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan
kehidupan sosial kemasyarakatan yang dituntut untuk terus meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat, untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini sesuai dengan UU. No. 36 Tahun 2009,
dan UU. No. 44 Tahun 2009, bahwa Rumah sakit sebagai instusi pelayanan kesehatan
masyarakat, wajib untuk mengimplementasikan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif, dengan mengutamakan keselamatan dan
kepentingan pasien.

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang diselenggarakan oleh Rumah


sakit, untuk melaksanakan suatu tindakan secara aman, nyaman, mencegah terjadinya
cidera, potensi cidera, dan kejadian yang tidak diharapkan, oleh akibat adanya kelalaian
dalam bekerja, seperti melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan, melupakan
tindakan yang seharusnya dilakukan, serta kelalaian yang berakibat cidera pada pasien,
melalaui serangkaian tata peraturan dalam bentuk SPO (Standar Prosedur Operasional)
yang ditetapkan (Geradin, lin, 2018). Keselamatan pasien adalah suatu hal yang utama
dan vital, untuk keberlangsungan hidup pasien dalam proses perawatan. Hal inilah yang
mendasari institusi pelayanan kesehatan memprioritaskan keselamatan pasien dalam
puncak pelayanan.

2.3 Ergonomi Kerja Perawat

Ergonomi adalah kesesuaian postur tubuh terhadap beban kerja yang diterima
oleh pekerja dengan pendekatan fitting the man to the job, (Alhamda, 2015). Ergonomi
ditinjau dari seegi beban kerja seorang pekerja saat bekerja. Kesesuain postur tubuh
dengan bebban kerja yang diterima, menimbulkan terjadinya muskoloskeletal disorder.
Muskoloskeletela disorder merupakan suatu gangguan yang ditandain dengan gejala
nyeri dan sakit pada bagaian-bagian tubuh, yang disebabkan oleh karena ktifitas yang
terlalu tinggi. Aktifitas yang terlalu tinggi erat hubungannya dengan perasaan lelah yang
timbul oleh karena tuntutan dan beban kerja yang tinggi (ILO, 2013).

Keadaan dan perasaan lelah merupakan reaksi fungsional pusat kesadaran (Cortex
cerebri), yang dipengaruhi oleh daua system antagonistis yakni system penggerak
(akltivasi) dan system penghambat (inhibisi). Apabila sietem penghambat (inhibisi)
cenderung lebih kuat daripada sistem penggerak (aktivasi), maka akan menyebabkan
kelelahan (Gusti Yuli A, 2018). Mekanisme kelelahan terjadi oleh karena
terakumulasinya produk sisa pembakaran berupa asam laktat dalam otot dan sistem
peredaran darah. Asam laktat mempengaruhi syaraf pusat dan serat syaraf, dengan
membatasi aktivitas otot sehingga terjadi perlambatan dalam bekerja. Terdapat tiga
penyebab terjadinya kelelahan fisik, yaitu :

1. Oksidasi glukosa dalam otot memicu keluarnya karbon dioksida dan sisa oksida yang
lain.
2. Menipisnya kadar glikogen dalam hati. Kelelahan timbul apabila kadar glikogen
dalam hati hanya tersisa 0,7 %.
3. Reaksi oksidasi dalam tubuh tidak seimbang dengan pembentukan asama laktat dalam
tubuh.

Adapun penyebab keletihan lainnya, yaitu : Status gizi, Intensitas pekerjaan,


Kondisi kesehatan, kondisi parasaran yang tidak mendukung dan tidaak ergonomi, Faktor
psikologis, lingkungan dan faktor lainnya yang berhubungan dengan kelelahan (Irma,
2014). Dari penjelasan mengenai ergonomi kerja diatas, jelas bahwa faktor beban kerja
dengan intensitas yang tinggi beresiko mengalami muskoloskeletal disorder yang
berakibat terjadinya keletihan pada perawat. Beban kerja perawat yang tinggi, ,
memungkinkan potensi tersebut terjadi. Hal ini dikarenakan, selama hampir 7-8 jam,
perawat mendampingi pasien di Rumah sakit. Perawat menjadi salah satu tenaga
kesehatan dengan intensitas waktu yang lama dan beban kerja yang tinggi di Rumah
sakit, sehingga kelelahan menjadi suatu hal yang memungkinkan terjadi.

Keletihan dapat memicu menurunnya tingkat kefokusan seseorang dalam bekerja.


Tingkat kefokusan seseorang dalam bekerja, merupakan suatu hal yang penting dalam
meminimalkan potensi cidera yang dialami saat bekerja. Seperti halnya, seorang perawat,
dengan beban kinerja yang tinggi, memungkinkan terjadinya kelelahan. Seperti yang
telah dijelaskan diatas, kelelahan dapat menurunkan tingkat fokus seseorang. Sehingga
ketika seorang perawat mengalami kelelahan, maka fokus perawat dalam melaksanakan
suatu tindakan kepada pasien kurang maksimal dan berpotensi salah prosedur, yang
berakibat potensi cidera pada pasien. Pada pasien dengan imobilisasi fisik memiliki risiko
lain yang dapat menjadi fatal, apabila mobilisasi pasien dari tempat tidur ke kursi roda,
memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar, melatih pasien mobilisasi fisik, tidak
dilakukan dengan benar atau lalai dalam melakukan tindakan tersebut. Untuk itu, demi
keselematan pasien, prosedur mobilisasi pasien dengan imobilisasi fisik, harus dilakukan
secara hati-hati dan benar, sehingga potensi risiko yang menghampiri pasien dengan
imobilisasi fisik dapat dihindari,

2.4 Pengaturan Posisi Pasien

Pengaturan posisi pasien merupakan serangkaian prosedur pasien dalam


memposisikan pasien secara benar dan tepat. Pengaturan posisi sangat penting dalam
melatih mobilisasi fisik pasien. Dalam melatih mobilisasi fisik pasien, harus dilakukan
secara bertahap dan menyesuaikan kemampuan serta kondisi dari pasien. Ketepatan
dalam tindakan pengaturan posisi pasien, akan meminimalkan kejadian nyaris cidera,
kejadian potensi cidera, dan kejadian yang tidak diharapkan, seperti risiko jatuh.
Kemapuan pasien menjadi dasar utama dalam mempertimbangkan pemindahan pasien
dari tempat tidur ke kursi roda. Hal ini dilkarenakan, kemampuan pasien menilai sejauh
mana pasien mampu untuk melakukan mobilisasi fisik. Kemampuan pasien inilah,
menjadi suatu hal yang penting bagi perawat, untuk memutuskan tindakan mobilisasi
fisik yang akan dilakukan, dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan dari pasien.

Pada pasien dengan imobilisasi fisik, diperlukan perhatian khusus dalam


memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar, kursi roda, atau melatih menggunakan
kruk, diperlukan perhatian secara khusus. Pasien dengan imobilasi fisik, mengalami
kendala yang mengakibatkan tidak dapat memobilasi gerakan tubuh secara normal. Hal
ini dikarenakan, ada beberapa gangguan atau penyakit yang memgakibatkan
terganggunya mobilisasi fisik pasien, seperti; Fraktur, Stroke, Diaetes Meliitus, Cacat,
Cidera syaraf, dan kondisi lainnya yang mengakibatkan terhambatnya mobilisasi fisik
pasien secara normal. Menurut (Chard, 2018), Pemindahan atau trasportasi pasien dapat
memnimbulkan komplikasi pada penyakit yang diderita oleh pasien, jika tidak dilakukan
secara benar dan tepat.

Menurut (Rosyidi M.N & Wulansari, 2013) tindakan yang dilakukan oleh
perawat, sebanyak 85,7 % perawat telah melakukan sesuai dengan SPO, dan 17,3 % tidak
sesuai dengan SPO. Akibat kelalaian perawat tidak memperhatikan SPO dengan benar
dan tepat dalam pelaksanaan pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi roda,
mengakibatkan potensi cidera pada pasien. Potensi tersebut terjadi, oleh karena salah
posisi perawat dalam menempatkan pasien, tumpuan yang salah pada pasien oleh
perawat, dan kesalahan fatal lain yang menimbulkan terjadinya cidera fisik yang
diperparah oleh kondisi pasien sebelumnya. Kejadian tersebut, merupakan kejadian yang
tidak diharapkan dalam tindakan keperawatan. Oleh karena itu, dari faktor ergonomi
kerja perawat, dipandang perlu adanya efisiensi kerja, berupa manajemen kerja perawat,
dan temuan alat bantu yang memberikan efisiensi perawat dalam melakukan tindaka
kepada pasien. Seperti yang telah dijelaskan, pasien dengan imobilisasi fisik memerlukan
perhatian khusus, salah satunya adalah saat memindahkan pasien dari tempat tidur ke
kursi roda. Sehingga perlu adanya alat bantu yang aman, mudah, dan memberikan
efisiensi bagi perawat saat melakukan tindakan memindahkan pasien dari tempat tidur ke
kursi roda, yang bertujuan untuk meminimalkan potensi dan risiko terjadinya cidera.
2.5 Inovasi Body Patient Handling

Beban kerja perawat yang tinggi, dan cenderung mengakibatkan keletihan pada
perawat yang berakibat pada penurunan tingkat fokus perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan, menjadikan perawat dalam melaksanakan tugasnya tidak maksimal,
sehingga menimbulkan potensi kesalahan dalam melakukan tindakan, dan salah prosedur
dalam melakukan tindakan kepada pasien. Memandang ergonomi kerja perawat,
dipandang perlu adanya penyesuaian berupa efisiensi kerja perawat, dengan manajamen
kerja perawat dan inovasi alat bantu dalam memindahkan pasien dari tempat tidur ke
kursi roda.

Inovasi Body Patient Handling, merupakan salah satu bentuk inovasi pada
pengaturan posisi pasien yang bertujuan untuk memudahkan perawat dalam
memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda. Selain itu, Body Patient Handling,
memiliki tujuan untuk meminimalkan potensi dan risiko salah posisi atau salah tumpuan
pasien saat pasien dipindahkan dari tempat tidur ke kursi roda. Body Patient Handling
didesain sesuai dengan postur tubuh manusia, yang dilengkapi denga fiksasi pada bagian
punggung, bagian depan (perut), dan bagian bawah bokong pasien. Body Patient
Handling tidak hanya digunakan oleh pasien, akan tetapi juga digunakan oleh perawat.
Body Patient Handling pada perawat berbeda dengan pasien. Yang membedakan antara
perawat dengan pasien adalah, pada pasien terdapat bantalan dibagian bawah (pantat)
pasien. Tujuan pemberian bantalan pada bagian bawah adalah untuk menjadi peredam
tekanan pada pasien imobilisasi fisik, saat pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi
roda.

Inovasi Body Patient Handling mengadopsi dari sisi keefketifitasan tindakan


perawat saat memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda. Keefektifitasan
tersebut dilihat dari berkurangnya beban tumpuan pada pasien sehingga memungkinkan
mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan (KTD) yakni risiko jatuh. Dari sisi
keefektifitasan perawat, Body Patient Handling memberikan kemudahan bagi perawat
dalam pemindahan posisi pasien dari tempat tidur ke kursi roda, sehingga dengan
penggunaan alat tersebut dapat mengurangi risiko perawat salah memposisikan pasien
saat memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda.
BAB III

DESKRIPSI PRODUK

3.1 Gambaran Umum Produk

3.2 Deskripsi Produk yang diusulkan

Body Patient Handling didesain sesuai dengan postur tubuh manusia, yang
dilengkapi denga fiksasi pada bagian punggung, bagian depan (perut), dan bagian bawah
bokong pasien. Body Patient Handling berbahan dasar Busa Rebounded, Sintetic Skin
P40/55, Buckle Slop dan Fiksasi Slop. Body Patient Handling tidak hanya digunakan oleh
pasien, akan tetapi juga digunakan oleh perawat. Body Patient Handling pada perawat
berbeda dengan pasien. Yang membedakan antara perawat dengan pasien adalah, pada
pasien terdapat bantalan dibagian bawah (pantat) pasien. Tujuan pemberian bantalan pada
bagian bawah adalah untuk menjadi peredam tekanan pada pasien imobilisasi fisik, saat
pemindahan pasien dari tempat tidur ke kursi roda. Mekanisme kerja Body Patient
Handling memanfaatkan body protector pada Body Patient Handling sebagai peredam
dan Buckle slop yang ditempatkan pada peredam bagian pantat, bagian perut, dan
punggung yang difiksasi menggunakan fiksasi slop. Alat ini bekerja untuk memfiksasi
tubuh pasien dengan perawat, saat perawat hendak memindahkan pasien dari tempat tidur
ke kursi roda.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, Body Patient Handling merupakan


sebuah alat bantu yang bertujuan untuk memudahkan perawat saat memindahkan pasien
dari tempat tidur ke kursi roda. Body Patient Handling didesain sesuai dengan postur
tubuh manusia, yang dilengkapi denga fiksasi pada bagian punggung, bagian depan
(perut), dan bagian bawah pantat pasien. Mekanisme kerja Body Patient Handling
memnfaatkan Body Protector sebagai pelindung tubuh pasien yang dilengkapi dengan
buckle slop yang difiksasi dengan Body Handling pada perawat dengan memfiksasi
buckle slop pada perawat yang dikaitkan dengan pasien. Body Patient Handling
diharapkan dapat membantu meningkatkan efisiensi tindakan perawat saat memindahkan
pasien dari tempat tidur ke kursi roda dan meminimalkan risiko jatuh pada pasien.

4.2 Saran

1.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai