Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN REFLEKSI KASUS

PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN


TRIMESTER III DENGAN ANEMIA
TANGGAL 7, AGUSTUS 2023
DI PUSKESMAS BALONGSARI

KOTA SURABAYA

Oleh:

Arinal Haq

217010013

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


PROGRAM SARJANA FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2023

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktik Manajemen Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan ini, telah disetujui oleh
pembimbing Puskesmas dan Pembimbing Pendidikan

Surabaya, 07 Agustus 2023

Pembimbing Pendidikan I Pembimbing Pendidikan II

Dr. Setiawandari, SST., M.Kes. Bdn. Setiana Andarwulan, SST.,M. Kes


NIDN. 0727027508 NIDN. 0725078804

Dekan Kepala Program Studi

Fakultas Sains dan Kesehatan S1 Kebidanan

Dr. Setiawandari, SST., M.Kes Nina Hidayatunnikmah, S.Keb.,Bd.,M.Kes


NIDN. 0727027508 NIDN. 0703019201

LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan laporan refleksi kasus yang berjudul:


ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER III
DENGAN KEK

TANGGAL 31 JULI 2023

PUSKESMAS BALONGSARI

Surabaya, 02 Agustus 2023

Mahasiswa S1 Kebidanan

Arinal Haq
NIM. 217010013

Disetujui Oleh:

Pembimbing Pendidikan

Pembimbing Pendidikan I Pembimbing Pendidikan II

Dr, Setiawandari, SST.,M.Kes Bdn. Setiana Andarwulan, SST.,M. Kes


NIDN. 0727027508 NIDN. 0725078804

Mengetahui,
Pembimbing Lahan Ka.Prodi Studi S1 Kebidanan

Engkar Karniasih, Amd., Keb Nina Hidayatunnikmah, S.Keb.,Bd.,M.Kes


NIP. 196912251990032007 NIDN. 0703019201
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala Rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikan Laporan Refleksi Kasus dengan judul “Laporan Refleksi Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Trimester III Dengan Abemia Tanggal 08 Agustus 2023 Di
Puskesmas Balongsari” salah satu sebagai persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan
perkuliahan di program studi S1 Kebidanan Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya.
Dalam hal ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dr, Setiawandari, SST.,M.Kes selaku dekan Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI
Adibuana Surabaya
2. Nina Hidayatunnikmah, S.Keb.,Bd.,M.Kes selaku Kepala Program Studi S1 kebidanan
3. Engkar Karniasih, Amd., Keb selaku pembimbing klinik di Puskesmas Balongsari
4.Dr, Setiawandari, SST.,M.Kes dan Bdn. Setiana Andarwulan, SST.,M. Kes selaku dosen
pembimbing Pendidikan S1 Kebidanan Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya
5. Seluruh pegawai di Puskesmas Balongsari yang telah membimbing selama praktik klinik
berlangsung
6. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan proposal ini

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh akan kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini berguna baik bagi diri sendiri ataupun pihak
lain yang memanfaatkannya

Surabaya, 02 Agustus 2023

Arinal Haq
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...................................................................................................................... 1


LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................................... 2
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................ 3
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 4
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 5
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... 6
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................................... 7

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................


1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................
1.2 Tujuan ...................................................................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus ..................................................................................................................
1.3 Manfaat .................................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................

BAB III TINJAUAN KONSEP ASUHAN KEBIDANAN HELEN VARNEY......................

BAB IV ASUHAN KEBIDANAN ............................................................................................

BAB V REFLEKSI KASUS .....................................................................................................

BAB VI PENUTUP ....................................................................................................................


DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan fisiologis
tubuh. Kebutuhan fisiologis tersebut berbeda pada setiap orang, dimana dapat dipengaruhi oleh
jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan. Berdasarkan WHO, anemia
pada kehamilan ditegakkan apabila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dL. Sedangkan center of disease
control and prevention mendefinisikan anemia sebagai kondisi dengan kadar Hb <11 g/dL para
trimester pertama dan ketiga, Hb <10,5 g/dL pada trimester kedua, serta <10 g/dL pada pasca
persalinan.

Kejadian anemia atau kekurangan darah pada ibu hamil di Indonesia masih tergolong tinggi,
yaitu sebanyak 48,9% (menurut Kemenkes RI tahun 2019). Kondisi ini mengatakan bahwa anemia
cukup tinggi di Indonesia dan menunjukkan angka mendekati masalah kesehatan masyarakat berat
(severe public health problem) dengan batas prevalensi anemia lebih dari 40% (Kemenkes RI,
2013). Anemia bukan hanya berdampak pada ibu, melainkan juga pada bayi yang dilahirkan. Bayi
yang dilahirkan kemungkinan besar mempunyai cadangan zat besi yang sedikit atau bahkan tidak
mempunyai persediaan sama sekali, sehingga akan mengakibatkan anemia pada bayi yang
dilahirkan. Dampak anemia pada ibu hamil dapat diamati dari besarnya angkat kesakitan dan
kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan resiko
terjadinya berat badan lahir rendah.
Berdasarkan uraian diatas penulis memandang sangat penting adanya asuhan kebidanan secara
komprehensif pada masa kehamilan sehingga penulis mengambil topik ibu hamil dengan Anemia
yang terjadi di Puskesmas Balongsari dan menyusun laporan dengan judul “Asuhan Kebidanan
Pada Kehamilan Trimester III dengan Anemia.”
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan kebidanan pada kehamilan
dengan adanya Anemia dengan menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar kehamilan fisiologis
2. Mengetahui konsep dasar Anemia
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan, memahami, serta menerapkan asuhan kebidanan pada pasien sesuai
dengan kompetensi dan wewenang
2. Bagi Pasien
Mendapatkan asuhan kebidanan oleh bidan dan mahasiswa kebidanan sesuai dengan kompetensi
dan wewenang
3. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah referensi mengenai asuhan kebidanan sehingga dapat dijadikan bahan acuan
untuk laporan kasus selanjutnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kehamilan Fisiologis


2.1.1 Definisi Kehamilan
Menurut Faderasi Obstetri Ginekologi International, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai dengan lahirnya bayi, kehamilan normal
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana
trimester 1 berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke- 13 sampai
ke 27) dan trimester ketiga berlangsung 13 minggu (minggu ke-28 sampai minggu ke-40).
(Prawirohardjo, 2010).

2.1.2 Perubahan Fisiologis pada Masa Kehamilan


A. Sistem reproduksi
a. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang
luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kem- bali
seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak
hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan,
uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan
cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 51 bahkan dapat
mencapai 20 1 atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g.
b. Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan.
Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh
serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar
serviks.
c. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga di-
tunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.
d. Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit
dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan
yang dikenal tanda chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya
sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
e. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah
bulan kedua akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat.
Putting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. (Prawiroharjo 2010)
B. Perubahan Pada Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135 %. Akan tetapi,
kelenjar ini tidak begitu mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang
mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon pro- laktin akan
meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelah salinan konsentrasinya
pada plasma akan menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui.
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat
dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi.
Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan magnesium,
fosfat,hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin. Adanya gangguan pada salah satu faktor
itu akan menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma hormon paratiroid
akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi
yang penting dari hormon paratiroid ini adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang
adekuat. Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin,
plasenta, dan ibu. Pada saat hamil dan menyusui dianjurkan untuk mendapat asupan vitamin D
10 ug atau 400 IU
Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, sedangkan hormon
androstenedion, testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan meningkat.
Sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun. (Prawirohardjo, 2010)
C. Perubahan Pada Sistem Kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk
mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denga jantung
Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi
peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan
resistensi vaskular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vaskular juga
akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan.
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta
bawah ketika berada dalam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior in akan
mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadinya penurunan preload dan cardiac
output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom
hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan
kesadaran. Penekanan pada aorta ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal.
Selama trimester terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika
dibandingkan posisi miring. Karena alasan inilah idak dianjurkan ibu hamil dalam posisi
terlentang pada akhir kehamilan.
Volume darah akan meningkat secara progesif mulai minggu ke-6-8 kehamilan dan
mencapai puncaknya pada minggu ke-32 - 34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut.
Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45 %. Hal ini dipengaruhi oleh abi progesteron
dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan aldosteron.
Penambahan volume darah ini sebagian besar berupa plasma dan eritrosit.(Prawirohardjo,
2010)
D. Perubahan Pada Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Akibat
kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke
belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat
mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya me- nyebabkan perasaan tidak enak pada
bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.
E. Perubahan Pada Sistem Perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar dan tonus otot
saluran kemih menurun. Hal ini menyebabkan kencing lebih sering (poliuria) dan laju filtrasi
glumerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran kemih tertekan oleh pembesaran uterus
yang terjadi pada trimester I dan III dan menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis
sementara. Kadar kreatinin, urea, dan asam urat dalam darah mungkin menurun. Namun, hal ini
14 dianggap normal. Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami kencing sehingga sangat
dianjurkan untuk sering mengganti celana dalam agar tetap kering.
F. Perubahan Berat Badan dan IMT
Ibu hamil diharapkan berat badannya bertambah. Namun, pada trimester I seringkali berat badan
ibu hamil tetap atau justru berkurang karena rasa mual, muntah sehingga nafsu makan
berkurang. Pada kehamilan trimester II, rasa mual muntah biasanya sudah berkurang dan nafsu
makan kembali normal. Mulai trimester II ini sampai akhir kehamilan, diharapkan berat badan
ibu hamil bertambah. Peningkatan BB selama hamil mempunyai kontribusi penting dalam
suksesnya kehamilan maka setiap ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC, harus ditimbang
berat badannya. Peningkatan BB pada trimester II dan III merupakan petunjuk penting tentang
perkembangan janin. Peningkatan BB pada ibu hamil yang mempunyai BMI normal (19,8 – 26)
yang direkomendasikan adalah 1 sampai 2 kg pada trimester pertama dan 0,4 kg per minggu.
Keperluan penambahan BB semua ibu hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT
sebelum hamil. Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin berhubungan dengan BB
dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT).
Berikut merupakan rekomendasi WHO peningkatan berat badan total ibu hamil:
No Kategori IMT Rekomendasi
peningkatan (Kg)
1. Kurus < 18,5 12,5 – 18 kg
2. Normal 18,5 – 24,9 11,5 – 16 kg
3. Tinggi 25 – 29,9 7 – 11,5 kg
4. Gemuk ≥ 30 5 – 9 kg
2.2 Konsep Dasar Anemia
2.2.1 Definisi Anemia
Menurut WHO Seorang ibu hamil dikatakan anemia jika memiliki kadar Hemoglobin di bawah 11
g/dl (Stephen et al., 2018). Di Indonesia anemia dalam kehamilan bedasarkan Kemenkes RI (2013),
menjelaskan bahwa kadar Hb merupakan patokan dalam menetukan ibu hamil menderita anemia
atau tidak.Kadar Hb < 11 g/dl untuk trimester I dan III atau <10,5 g/dl pada trimester II. Anemia
merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen
dalam darah Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes R1,
2013). Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi
entropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun,
peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
meningkatnya eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin akibat hemodilusi
(Sarwono, 2018). Selama kehamilan jumlah darah mengalami peningkatan. Bertambahnya sel-sel
darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Pertambahan tersebut pada plasma 30%, sel darah 18 % dan hemoglobin 19% (Sarwono, 2018)
Anemia defisiensi zat besi merupakan anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi, asam folat
dan vitamin B12 di karenakan asupan yang tidak adekuat atau ketersediaan zat besi yang rendah.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya tingkat
pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe (Yanti et al., 2015)
2.2.2 Penilaian Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan ANEMIA
Anemia adalah suatu penyakit kekurangan sel darah merah (WHO,2011). Ibu hamil dikatakan
mengalami anemia apabila kadar hemoglobin ibu kurang dari 11g/dl pada trimester satu dan tiga,
serta kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Ada beberapa tingkatan anemia ibu hamil yang dialami ibu hamil menurut WHO (2011), yaitu:
a. Anemia ringan: anemia pada ibu hamil disebut ringan apabila kadar hemoglobin ibu
10,9g/dl sampai 10g/dl.
b. Anemia sedang: anemia pada ibu hamil disebut sedang apabila kadar hemoglobin ibu
9,9g/dl sampai 7,0g/dl.
c. Anemia berat: anemia pada ibu hamil disebut berat apabila kadar hemoglobin ibu berada
dibawah 7,0g/dl.
Tanda ibu hamil mengalami anemia adalah pucat, glossitis, stomatitis, eodema pada kaki karena
hypoproteinemia. Gejala ibu hamil yang mengalami anemia adalah lesu dan perasaan kelelahan
atau merasa lemah, gangguan pencernaan dan kehilangan nafsu makan (Tewary, 2011).

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi Anemina


a. Penyakit infeksi
Perdarahan patologis akibat penyakit atau infeksi parasit seperti cacingan dan saluran pencernaan
juga berhubungan positif terhadap anemia. Darah yang hilang akibat infestasi cacing bervariasi
antara 2-100cc/hari, tergantung beratnya infestasi. Anemia yang disebabkan karena penyakit
infeksi, seperti seperti malaria, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan cacingan terjadi secara
cepat saat cadangan zat besi tidak mencukupi peningkatan kebutuhan zat besi (Listiana, 2016).
Kehilangan besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang, Schistoma,
dan mungkin pula Trichuris trichura. Hal ini lazim terjadi di negara tropis, lembab serta keadaan
sanitasi yang buruk. Penyakit kronis seperti ISPA, malaria dan cacingan akan memperberat anemia.
Penyakit infeksi akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu menghilangkan
bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare serta dapat menurunkan nafsu makan. Infeksi
juga dapat menyebabkan pembentukan hemoglobin (hb) terlalu lambat. Penyakit diare dan ISPA
dapat menganggu nafsu makan yang akhirnya dapat menurunkan tingkat konsumsi gizi (Listiana,
2016).
b. Umur
Ibu yang berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan menderita anemia hal ini
disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Wanita yang hamil di usia kurang dari 20 tahun beresiko
terhadap anemia karena pada usia ini sering terjadi kekurangan gizi. Hal ini muncul biasanya
karena usia remaja menginginkan tubuh yang ideal sehingga mendorong untuk melakukan diet
yang ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi sehingga pada saat memasuki kehamilan
dengan status gizi kurang. Sedangkan, ibu yang berusia di atas 35 tahun usia ini rentan terhadap
penurunan daya tahan tubuh sehingga mengakibatkan ibu hamil mudah terkena infeksi dan
terserang penyakit (Herawati dan Astuti, 2010). Ibu hamil pada umur muda atau di bawah 20 tahun
perlu tambahan gizi yang banyak, karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Ibu hamil dengan umur
yang tua di atas 35 tahun perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah
dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Kristiyanasari, 2010). Penelitian yang dilakukan
oleh Dwi (2016), usia ibu hamil dapat mempengaruhi anemia jika usia ibu hamil relatif muda di
bawah 20 tahun, karena pada umur tersebut masih terjadi pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi
lebih banyak. Jika zat gizi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara
ibu dan bayinya.
c. Status gizi
Melorys dan Nita (2017) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara status
gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat
yang buruk bagi ibu dan janin. Kekurangan gizi dapat menyebabkan ibu menderita anemia, suplai
darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, pemantauan gizi ibu hamil
sangat penting dilakukan. Menurut Muliawati (2013) penilaian status gizi dapat dilakukan dengan
menggunakan penilaian antropometri yang terdiri dari:
1) Tinggi badan
Tinggi badan dapat dijadikan sebagai salah satu syarat status gizi ibu hamil disebut baik. Tinggi
badan ibu hamil dianggap memenuhi syarat, apabila memiliki tinggi minimal 145 cm.
2) Berat badan
Pertambahan berat badan secara teratur selama kehamilan yang tercatat dan membandingkan hal
tersebut dengan berat badan sebelum hamil adalah salah satu metode untuk mengetahui atau
memantau status gizi seorang ibu hamil. Kenaikan berat badan yang ideal selama kehamilan adalah
10kg hingga 12kg dengan perhitungan pada trimester pertama kenaikan kurang lebih satu kilogram,
trimester kedua kurang lebih tiga kilogram dan trimester tiga kurang lebih enam kilogram. Ibu
hamil yang dapat mencapai kenaikan berat badan tersebut ibu dapat dikatakan memiliki status gizi
yang baik.
3) Lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui risiko kekurangan
energi kronis wanita usia subur. Wanita usia subur adalah wanita dengan usia 15 sampai dengan 45
tahun yang meliputi remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang
batas LILA wanita usia subur (WUS) dengan resiko kekurangan energi kronis (KEK) adalah
23,5cm, yang diukur dengan menggunakan pita ukur.
4) Gizi atau nutrisi ibu hamil
Gizi pada masa kehamilan sangat penting, bukan saja karena makanan yang diperoleh
mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi, tetapi juga berpengaruh saat menyusui nanti. Kebutuhan
energi untuk kehamilan yang normal memerlukan kira-kira 80.000 kalori selama
kurang lebih 280 hari.

2.2.4 Dampak Anemia


Gejala anemia pada ibu hamil dapat berupa letih, lelah, kulit tampak pucat, jantung berdebar, sesak
napas, sulit berkonsentrasi, pusing, dan kaki atau tangan terasa dingin. Anemia pada ibu hamil yang
tidak teratasi dapat berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan ibu maupun janin. Berikut ini
adalah beberapa bahaya anemia pada ibu hamil

1. Depresi postpartum
Depresi postpartum adalah depresi yang dialami oleh ibu setelah persalinan. Mengalami
anemia selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi postpartum.
2. Perdarahan pasca-persalinan
Jika ibu hamil mengalami anemia saat proses persalinan, hal ini akan membahayakan
keselamatannya ketika terjadi perdarahan. Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan
tubuh ibu hamil lebih sulit melawan infeksi.
3. Bayi lahir dengan berat badan rendah
Penelitian menunjukkan bahwa anemia saat hamil berhubungan erat dengan kelahiran
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), terutama jika anemia terjadi pada trimester
pertama kehamilan.

2.2.5 Cara Mengatasi Anemia


1. Mengonsumsi Vitamin Prenatal.

Langkah awal pengobatan anemia pada ibu hamil adalah dengan meresepkan vitamin prenatal,
yaitu suplemen zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Suplemen tersebut biasanya dianjurkan
untuk dikonsumsi oleh ibu hamil sebanyak 2–3 kali sehari.

2. Mengonsumsi Makanan yang Mengandung Zat Besi dan Asam Folat

Selain konsumsi suplemen tambahan, ibu hamil yang mengalami anemia juga dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan tinggi zat besi dan asam folat guna membantu proses produksi sel darah
merah di dalam tubuh. Beberapa jenis makanan yang mengandung zat besi dan asam folat dan
perlu dikonsumsi secara rutin oleh ibu hamil di antaranya: Makanan laut.Daging merah,Daging
ayam,Sayuran hijau,Kacang-kacangan,Telur,Makanan yang terbuat dari kacang kedelai, seperti
tahu dan tempe.

3. Memenuhi Kebutuhan Vitamin C Harian


Vitamin C juga termasuk zat gizi yang dibutuhkan untuk mengatasi anemia pada ibu hamil
karena dapat mengoptimalkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Karena itu, ibu hamil yang
mengalami anemia perlu memenuhi kebutuhan vitamin C hariannya dengan mengonsumsi
buah dan sayur, seperti jeruk, stroberi, kiwi, tomat, brokoli, kale, dan bayam.
4. Transfusi Darah
Jika kadar hemoglobin di bawah 7 gram/dL dan menunjukkan gejala yang cukup berat, dokter akan
melakukan transfusi darah untuk mengatasi anemia pada ibu hamil.
BAB III TINJAUAN KONSEP ASUHAN KEBIDANAN HELEN VARNEY

Tinjauan teori dari konsep asuhan kebidanan 7 langkah varney


BAB IV ASUHAN KEBIDANAN

Asuhan Kebidanan sesuai dengan kompetensi yang didapatkan dan sesuai dengan kasus yang
diangkat. Sesuaikan format asuhan kebidanan yang sudah di sediakan oleh institusi

Pendidikan
BAB V REFLEKSI KASUS

Lakukan pembahasan refleksi kasus yang sudah diangkat dengan mengikuti format dibawah ini.
Refleksi kasus yang diangkata harus mengandung unsur:
1. Resume secara lengkap kasus yang diambil (Menceritakan kondisi lengkap pasien/kasus
yang diambil)
2. Latar Belakang/Alasan ketertarikan pemilihan kasus
3. Emosi Pribadi
a. Renungkan Kembali situasi yang dihadapi
b. Identifikasi emosi pribadi yang terlibat dalam kasus (baik asuhan yang dilakukan sendiri
atau dilakukan oleh bidan setempat)
c. Tujuan: Memperkuat pengalaman yang menyenangkan dan dapat mengatasi pengalaman
yang tidak menyenangkan (inhibit learning)
d. Contoh
Perasaan yang menyenangkan: saya dapat mengamati pemasangan infus pada pasien
anak dan mampu menilai derajat dehidrasi seperti xxxxxxxx
Perasaan Tidak menyenangkan : Saya bingung karena asuhan yang diberikan tidak
sesuai denga napa yang saya dapatkan di kampus
4. Analisa
a. Lakukan analisa kasus secara prospektof, misalnya mengkaji berbagai kemungkinan
penatalaksanaan (anamensis, pemeriksaan, diagnosis, terapi) yang berbeda
b. Gunakan referensi dalam menganalisa kasus sesuai dengan evidence based yang ada
c. Contoh:
Jika pasien anak tidak diinfus, apakah keadaanya berbeda? Apakah pada kasus ini
antibiotic perlu diberikan? Bagaimana pendekatan terhadap pasien anal sebelum
dilakukan tindakan medis? Dll (lakukan analisa sesuai kasus dan jelaskan
menggunakan refrensi yang sesuai dan benar)
5. Evaluasi
Lakukan evaluasi dan jelaskan pengalaman selama menangani pasien, baik
pengalaman yang baik ataupun buruk a. Contoh
Pengalaman yang baik : mempelajari Teknik pemasangan infus yang baik sesuai dengan
SOP pada anak, dll
Pengalaman yang buruk : kurang perhatiannya pada pasien anak yang menangis
kesakitan, serta perhitunagan cairan yang masuk dan keluar tidak di laksanakan sesuai
dengan prosedur yang ada
BAB VI PENUTUP DAFTRA PUSTAKA LAMPIRAN
SOP penatalaksaan sesuai kasus
Lampiran lainnya yang tidak bersifat privacy pasien

Anda mungkin juga menyukai