Anda di halaman 1dari 44

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU

DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN STUNTING


PADA BALITA DI PUSKESMAS GODEAN I
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:
DIAN WIDYA WATI
NIM : 2310101197

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2024
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU
DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN STUNTING
PADA BALITA DI PUSKESMAS GODEAN I
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Menyusun Proposal Penelitian


Program Studi Sarjana Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh:
DIAN WIDYA WATI
NIM : 2310101197

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2024

i
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN


PERILAKU PENCEGAHAN STUNTING PADA BALITA
DI PUSKESMAS GODEAN I
YOGYAKARTA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:
DIAN WIDYA WATI
NIM : 2310101197

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Untuk Mengikuti Ujian Proposal


Program Studi Sarjana Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh:
Pembimbing : Bdn. Yekti Satriandari , S.ST.,M.keb
Tanggal :
Tanda Tangan :

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG


HIV/AIDS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA
DALAM PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMPN 1
DEPOK KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI
Disusun oleh :
DIAN WIDYA WATI
2310101197

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima


Untuk Melanjutkan Penelitian
pada Program Studi Kebidanan Sarjana dan Profesi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Pada Tanggal :

Dewan Penguji :
1. Penguji I : ………………………… ………………………………

2. Penguji II : ………………………… ………………………………

KATA PENGANTAR

iii
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
Rahmat dan KaruniaNya penulis data menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting
pada Balita di Puskesmas Godean Sleman Yogyakarta Tahun 2024”. Penyusunan
skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir Progran Studi Kebidanan
Program Sarjana dan Profesi di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga sudah
selayaknya jika penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta
2. Bapak Moh. Ali Imron, S.Sos.,M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3. Ibu Nidatul Khofiyah, S.Keb.,BD.,M.PH selaku pembimbing I yang telah
memberikan saran, masukan, bimbingan, serta perbaikan demi penyempurnaan
proposal ini.
4. Ibu Yekti Satriandari, S.ST., M.Keb, selaku pembimbing II yang telah
memberikan saran, masukan, bimbingan, serta perbaikan demi penyempurnaan
proposal ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari banyak keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
dalam melakukan pembuatan proposal ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak yang telah membaca proposal ini,
agar proposal ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan menjadi
acuan yang baik dan berkualitas.
.
Yogyakarta, 2024

Penulis

DAFTAR ISI
SAMPUL

iv
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................................
F. Keaslian Penelitian.........................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................
A. Tinjauan Teoritis..........................................................................................................
1. Pengetahuan..........................................................................................................
2. Perilaku..................................................................................................................
3. Stunting..................................................................................................................
B. Kerangka Konsep.........................................................................................................
C. Hipotesis.......................................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................
A. Rancangan Penelitian...................................................................................................
B. Variabel Penelitian.......................................................................................................
C. Definisi Operasional Penelitian....................................................................................
D. Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................................
E. Alat dan Metode Pengumpulan Data............................................................................
F. Metoe Pengolahan dan Analisis Data...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ................................................................................................

DAFTAR TABEL

vi
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian...............................................................................

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang saat ini paling
banyak ditemukan pada anak dikarenakan asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama karena pemberian makanan yang tidak sesuai kebutuhan
gizi. Anak usia lima tahun (balita) dikelompokkan dalam golongan usia
berisiko kekurangan gizi karena pada usia ini akan terjadi proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga balita
membutuhkan asupan zat gizi yang cukup (Kuswanti & Azzahra Khairani,
2022). Balita dikatakan stunting apabila hasil pengukuran PB atau TB
menunjukkan <-2 SD (standar deviasi) dari median standar pertumbuhan
berdasarkan WHO (Mutingah & Rokhaidah, 2021).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020, angka
kejadian stunting di wilayah South East Asia termasuk yang tertinggi di dunia
yakni sebanyak 22% atau sebanyak 149,2 juta pada tahun 2020. Laporan
studi status Gizi Indonesia tahun 2021, angka stunting secara nasional
menunjukkan perbaikan dengan angka penurunan sebesar 3,3% dari 27,7%
tahun 2019 menjadi 24,4% tahun 2021. Tahun 2024 menargetkan angka
stunting turun menjadi 14% (Harahap et al., 2022). Meskipun demikian
kejadian ini menunjukan bahwa tingkat penyebaran penyakit stunting di
Indonesia masih lebih dari 20% yang berarti Indonesia belum mencapai batas
atau target yang ditentukan oleh WHO yaitu dibawah 20%. Berdasarkan
acuan yang dipakai standar internasional, capaian penurunan intervensi
stunting di Indonesia belum memenuhi target sebesar 20%. Maka dari itu,
masih diperlukan upaya khusus untuk mencapai target prevalensi stunting
sesuai standar tersebut. Pemerintah juga menargetkan pada RPJMN 2020-
2024 untuk menurunkan angka stunting menuju 14% di tahun 2024 (Pratiwi
& Muhlisin, 2023).

1
Prevalensi stunting pada balita di Provinsi DIY sebesar 21%. Provinsi
DIY memiliki 5 kabupaten yang juga mempunyai permasalahan stunting yang
cukup besar. Angka stunting tertinggi ada di kabupaten Gunung Kidul (31%).
Urutan kedua sampai kelima secara berurutan yaitu Bantul (22,89%), Kulon
Progo (22,65%), Yogyakarta (16,93%), dan Sleman (14,7%) (Wulandari &
Kurniawati, 2023). Prevalensi status gizi balita pendek dan sangat pendek
pada tahun 2021 di Kabupaten Sleman mengalami kenaikan 0,18% jika
dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 11,81% menjadi 11,99%. Puskesmas
yang memiliki prevalensi balita pendek dan sangat pendek diatas renstra
Kabupaten Sleman ada 10 Puskesmas yaitu Gamping 2, Ngaglik 1, Berbah,
Mlati 1, Ngemplak 1, Moyudan, Pakem, Minggir, Kalasan, Godean 1
(Endartiwi, 2021). Data stunting di Puskesmas Godean 1 Yoyakarta pada
tahun 2020 sebanyak 171 kasus, tahun 2021 sebanyak 156 kasusu, tahun
2022 sebanyak 146 kasus dan tahun 2023 sebanyak 60 kasus.
Stunting pada balita dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan status
kesehatannya saat dewasa. Anak yang menderita stunting dapat berdampak
pada kerusakan fisik serta kognitif dan menyebabkan pertumbuhannya
terhambat (UNICEF et al., 2020). Kondisi tersebut yang terus menerus
berlangsung akan menurunkan kualitas serta produktifitas masa depan warga
negara indonesia (Harikatang et al., 2020). Oleh sebab itu, dalam upaya
mencegah hal tersebut dibutuhkan upaya penanggulangan masalah stunting.
Penanggulangan stunting meliputi upaya pencegahan serta penanganan.
Upaya pencegahan sendiri dapat dilakukan dengan memastikan bahwa anak
memiliki status kesehatan yang baik, mendapat gizi cukup pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK), serta mendapat imunisasi dan pola hidup bersih
untuk mencegah penyakit. Cara pencegahan yang dapat dilakukan orang tua
untuk mencegah buah hati dari stunting meliputi; (1) Memenuhi kebutuhan
gizi pada 1000 HPK anak, (2) Memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil,
(3) Konsumsi protein dengan kadar yang sesuai bagi anak diatas 6 bulan, (4)
Menjaga kebersihan sanitasi serta memenuhi kebutuhan air bersih, dan (5)

2
Rutin membawa anak ke posyandu minimal sekali dalam sebulan (Kemenkes
RI, 2022).
Beberapa faktor yang menjadi penyebab kejadian stunting diantaranya
berasal dari situasi ibu yaitu terbatasnya akses pelayanan ibu selama dan
setelah kehamilan serta gizinya baik sebelum, saat masa kehamilan, maupun
setelah melahirkan sehingga berdampak pada pertumbuhan anak atau janin.
Dari segi situasi bayi dan balita penyebab stunting diantaranya adalah tidak
dilakukannya inisiasi menyusui dini (IMD), tidak mendapat ASI eksklusif
serta Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Mutingah & Rokhaidah, 2021).
Dalam Islam seorang ibu yang memeiliki anak wajib untuk menyusui.
Raḍā’ah secara umum memiliki arti menyusui, baik disusui oleh ibu kandung
maupun disusui oleh perempuan lain. Menyusui merupakan pemberian air
susu ibu untuk diminum melalui mulut sang bayi dari buah dada. Anak adalah
amanah dari Allah SWT, dan sebagai anugerah yang sangat dinantikan. Setiap
orang tua yang dikaruniai anak pasti ingin anaknya tumbuh berkembang
dengan baik, sehat dari sisi jasmani maupun rohaninya. Kata Raḍā’ah,
terulang sebanyak 11 kali dalam Al-Quran, terdapat dalam Surah Al-Baqarah,
An-Nisa, At-Thalaq, Al-Hajj, dan Al-Qasas. Raḍā’ah sangat penting
dilakukan seorang ibu untuk perkembangan anaknya agar terhindar dari gizi
kronis. Istilah Raḍā’ah terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Salah satunya
ditegaskan dalam Q.S Al- Baqarah:233 (Haryu Apsari, 2023);

۞ ‫َو ا ْل َو ا ِل َد ا ُت ُيْر ِض ْع َن َأْو اَل َدُه َّن َح ْو َلْي ِن َك ا ِم َل ْي ِن ۖ ِلَم ْن َأَرا َد َأْن ُيِت َّم‬
‫ِف‬ ‫ِك‬ ‫ِد‬
‫ال َّر َض ا َع َة ۚ َو َع َل ى ا ْل َم ْو ُل و َل ُه ِرْز ُقُه َّن َو ْس َو ُتُه َّن ِب ا ْل َم ْع ُر و ۚ اَل ُتَك َّل ُف‬
‫َنْف ٌس ِإاَّل ُو ْس َعَه ا ۚ اَل ُتَض ا َّر َو ا ِل َد ٌة ِبَو َل ِد َه ا َو اَل َمْو ُل وٌد َل ُه ِبَو َل ِدِه ۚ َو َع َل ى‬
‫ِم‬ ‫ِف‬ ‫ِإ‬ ‫ِث ِم َٰذ ِل‬
‫ا ْل َو ا ِر ْث ُل َك ۗ َف ْن َأَرا َد ا َص ا اًل َع ْن َتَرا ٍض ْنُه َم ا َو َتَش ا ُو ٍر َفاَل ُج َن اَح‬
‫ِإ‬ ‫ِض‬ ‫ِإ‬ ‫ِه‬
‫َع َل ْي َم ا ۗ َو ْن َأَرْد ُتْم َأْن َتْس َتْر ُع وا َأْو اَل َدُك ْم َفاَل ُج َن اَح َع َل ْي ُك ْم َذ ا َس َّلْم ُتْم‬
‫ِص‬ ‫ِب‬ ‫ِف‬ ‫ِب‬
‫َم ا آ َتْي ُتْم ا ْل َم ْع ُر و ۗ َو ا َّتُق وا ال َّلَه َو ا ْع َل ُم وا َأَّن ال َّلَه َم ا َتْع َم ُلوَن َب ي ٌر‬

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama


dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu

3
dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak
ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

Orang tua memiliki peran penting dalam memenuhi gizi balita selain
karena sering bersama, balita juga masih membutuhkan perhatian khusus
dalam perkembangannya. sehingga jika orang tua memiliki pengetahuan yang
baik tentang stunting, maka akan lebih aktif dalam mendeteksi sejak dini dan
mencegah stunting (Erfiana et al., 2021).
Upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah melalui Kementrian
Kesehatan dalam penanggulangan stunting pada balita adalah dengan dengan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu). Beberapa program penanggulangan stunting yang telah
dilakukan diantaranya adalah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang
diberikan pada balita dan ibu hamil, Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
yang diberikan pada remaja putri dan ibu hamil, peningkatan cakupan
imunisasi dasar lengkap dengan sasaran bayi dan balita, pemberian vitamin A
pada balita, dan pemberian zinc pada kasus diare terutama pada ibu hamil dan
balita (Wulandari & Kurniawati, 2023)
Upaya bidan dalam menanggulangi stunting adalah melalui Gerakan
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) terhadap kasus stunting harus dimulai
oleh ibu dari masa kehamilan sampai bersalin dengan memberikan intervensi
1000 HPK anak, Jamian mutu ANC terpadu, meningkatkan persalinan di
fasilitas kesehatan, menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi
kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM) serta pemberantasan kecacingan.
Kemudian intervensi terhadap balita dengan cara pemantauan pertumbuhan,
pemberian makanan tambahan (PMT), dan stimulasi dini perkembangan
anak. (Wulandari & Kurniawati, 2023). Sedangkan pada ibu yang mempunyai

4
balita salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan
pendidikan ibu tentang pencegahan stunting sehingga ibu dapat mengetahui
intervensi yang dapat dilakukan utnuk mencegah stunting pada anak balitanya
khususnya memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu, pengetahuan dan pendidikan orang tua menjadi sangat berarti
untuk diketahui (Arnita et al., 2020).
Salah satu kunci keberhasilan pencegahan stunting adalah perilaku
kesehatan Masyarakat sendiri. Sementara itu, teori Lawrence Green
menyebutkan tiga faktor yang memiliki pengaruh dengan perilaku dalam
kesehatan yakni faktor predisposisi, pendukung serta faktor pendorong.
Predisposisi perilaku adalah faktor pengetahuan, kepercayaan, sikap, nilai dan
keyakinan Pengetahuan diartikan sebagai suatu hasil dari proses pengindraan
yang membuat seseorang tahu. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan termasuk
bagian penting yang mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang
(Mutingah & Rokhaidah, 2021). Ibu yang memiliki pengetahuan kurang
mengenai pencegahan stunting akan menyebabkan anak beresiko mengalami
stunting. Tingkat pengetahuan ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya,
ibu dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima
informasi mengenai stunting dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan
yang kurang. Dampak dari stunting yang dialami balita terbagi menjadi
dampak dalam jangka pendek dan jangka panjang. Salah satu dampak jangka
pendek yaitu tidak optimalnya perkembangan kognitif, motorik dan verbal
anak. Selain terganggunya pertumbuhan anak, proses pematangan otak juga
mengalami gangguan sehingga berdampak terhadap kognitif anak yang dapat
menurunkan prestasi belajar. Sedangkan dampak jangka panjang diantaranya
postur tubuh yang lebih pendek dibandingkan orang lain, meningkatnya
resiko obesitas, kurang optimalnya kapasitas belajar dan performa saat masa
sekolah, penurunan kemampuan dan produktifitas kerja (Putri et al., 2022).
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 5 orang ibu yang
memiliki anak usia 12-59 bulan di Puskesmas Godean Sleman diketahui
bahwa 4 dari 5 ibu tidak mengetahui tentang stunting sebelumnya, tidak

5
mengetahui pencegahan stunting, 3 dari 5 ibu tidak memberikan ASI Ekslusif,
2 dari 5 ibu tidak rutin melakukan penimbangan saat posyandu. Sehingga
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Pengetahuan dan Pendidikan Ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting pada
Balita di Puskesmas Godean Sleman Yogyakarta Tahun 2024.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu;
“Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan ibu dengan Perilaku Pencegahan
Stunting pada Balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta Tahun 2024?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu dengan
perilaku pencegahan stunting pada balita di Puskesmas Godean I
Yogyakarta tahun 2024.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang
pencegahan stunting pada balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta
Tahun 2024
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendidikan ibu tentang
pencegahan stunting pada balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta
Tahun 2024
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perilaku ibu dalam pencegahan
stunting pada balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta Tahun 2024
d. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta
Tahun 2024
e. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta
Tahun 2024

6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
menjadikan ilmu pengetahuan tambahan yang dapat dipelajari selama
menjalani pendidikan Kebidanan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
serta dapat menambah wawasan dalam penyusunan skripsi sebagai tugas
akhir.
2. Manfaat Praktis
Selain manfaat teoritis manfaat penelitian ini juga berlaku secara praktis
terutama bagi Ibu balita, Institusi Pendidikan, dan Peneliti Lain.
a. Bagi ibu balita, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
oleh ibu balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Godean I
Yogyakarta untuk dijadikan acuan guna meningkatkat perilaku
pencegahan stunting.
b. Bagi institusi pendidikan hasil ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi tenaga pendidik dalam memberikan pendidikan
kesehatan bayi khususnya tentang stunting.
c. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dikembangkan dan di uji di
lain tempat. Pengembangan pada penelitian ini juga bisa
dikembangkan dengan variabel lain, guna mengetahui faktor lain
yang berhubungan dengan terlaksananya perilaku pencegahan
stunting.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Materi
Lingkup materi dalam penilitian ini adalah pentingnya peran orang tua
dalam pencegahan stunting, jika orang tua memiliki pengetahuan dan
Pendidikan yang baik tentang stunting, maka akan lebih aktif dalam
mendeteksi sejak dini dan mencegah stunting pada anaknya.

7
2. Lingkup Responden
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita 12-59
bulan dengan melakukan pengisian kuesioner perilaku pencegahan
stunting balita.
3. Lingkup Tempat
Ruang lingkup tempat di Puskesmas Godean I Yogyakarta berdasarkan
studi pendahuluan di Puskesmas Godean I Yogyakarta diperoleh masih
kurangnya pengetahuan ibu tentang stunting.
4. Lingkup Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal sampai
selesai penelitiian pada bulan Desember Tahun 2023 sampai April Tahun
2024.

F. Keaslian Penelitian
1. Filsya Khoirina Fldzah, Ahmad Yamin dan Sri Hendrawati (2020) meneliti
tentang “Perilaku Ibu dalam Pencegahan Stunting pada BADUTA”. Dari
penelitian ini didapatkan perilaku ibu dalam pencegahan stunting sebesar
53,07%. Kategori baik pada perilaku pencegahan stunting, dengan hasil
tertinggi adalah minum minuman keras sub variabel pengelolaan air dan
pangan rumah tangga sebesar 74,3% dengan kategori baik dan yang
terendah adalah sub variabel cuci tangan pakai sabun dengan kategori
perilaku buruk kucing sebesar 55%. Perbedaan penelitian ini adalah
metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif menggunakan mean
dan responden dalam penelitian yaitu BADUTA. Persamaannya terletak
pada variabel terikat yaitu menilai perilaku ibu dalam pencegahan
stunting.
2. Salma Kusumaningrum, Meery Tiyas Anggraini, Chamim Faizin (2022)
meneliti tentang “Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan
Perilaku Pencegahan Stunting pada ibu hamil” diperoleh bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang stunting dengan

8
perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil (p=0,001 dan RP=6,7).
Terdapat hubungan yang signifikan pula antara dukungan keluarga dalam
mencegah stunting dengan perilaku pencegahan stunting pada ibu hamil
(p=0,001 dan RP=3,2). Penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan dan
dukungan keluarga berhubungan dengan perilaku pencegahan stunting
pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Rejosari, dimana semakin baik
pengetahuan dan dukungan keluarga maka akan semakin positif pula
perilakunya. Perbedaan pada penelitian ini adalah variabel bebas yang
digunakan peneliti adalah pengetahuan dan dukungan keluarga ibu dengan
responden ibu hamil. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel terikat
yaitu perilaku pencegahan stunting.
3. Zohratul Mutingah dan Rokhaidah (2021) meneliti tentang “Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting pada
Balita” didapatkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
perilaku pencegahan stunting (p value = 0,100), namun terdapat hubungan
antara sikap (p value = 0,001) dan status pekerjaan ibu (p value = 0,003)
dengan perilaku pencegahan stunting (<0,05). Perbedaan dalam penelitian
ini adalah variabel bebas dalam pengetahuan dan sikap ibu. Persamaan
dalam penelitian ini adalah variabel terikat yaitu perilaku pencegahan
Stunting pada Balita.
4. Erfiana, Sri Intan Rahayungingsih, Nova Fajri (2021) meneliti tentang
“Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting pada
Balita” didapatkan terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pencegahan stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jeulingke
Banda Aceh dengan P-value = 0,001. Diharapkan kepada petugas
kesehatan untuk dapat memberikan promosi kesehatan terkait pencegahan
stunting, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan
mengendalikan status gizi anak tetap berada pada kategori baik. Perbedaan
dalam penelitian ini adalah vairabel bebas yang digunakan peneliti hanya
pengetahuan. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan variabel
terikat yaitu perilaku pencagahan stunting pada Balita.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah hasil persepsi manusia atau hasil seseorang
mengetahui suatu objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dll). Pada saat penemuan untuk menciptakan pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian subjek yang dirasakan. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendengaran (telinga) dan
indera (mata). Pengetahuan seseorang tentang benda-benda dari berbagai
besaran atau derajat (Usonwu et al., 2021).
b. Tahap Pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah tingkat dimana seseorang berpikir,
mengeksplorasi, dan memperhatikan pemecahan masalah dengan
menggunakan konsep dan keterampilan baru di kelas. Ada enam tingkat L l l l

detail untuk mengukur tingkat pengetahuan individu dalam domain


l l l l l l l

kognitif (Farid, 2020): l

a. Mengetahui l (knowing) diartikan l l hanya l l sebagai l l mengingat l

(recalling) ingatan yang sudah ada sebelumnya setelah sesuatu


l l l l l l l l l l

diamati. l l

b. Untuk memahami suatu objek tidak hanya berarti bahwa seseorang l l l l l l l l l l

harus mengetahui sesuatu tentang objek tersebut dan dapat


l l l l l l l

menyebutkannya, tetapi seseorang juga harus dapat menafsirkan l l l l l l l l l l

objek yang diketahui dengan benar. l l l l

c. Penerapan didefinisikan ketika seseorang yang memahami objek


l l l l l l l l

yang dimaksud menerapkan atau dapat menerapkan prinsip yang


l l l l l l l l l l l

diketahui pada situasi lain. l l l l l

d. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menggambarkan atau


L l l l l l l l l l l l l

mengisolasi hubungan antar komponen yang terdapat dalam suatul l l l l l l l l l

masalah atau objek yang diketahui dan mencari hubungannya.


l l l l l l l l l l l

Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah mencapai tingkat


l l l l l l l l l l

10
analisis adalah ketika orang tersebut mampu membedakan atau
l l l l l l l l l l l l

memisahkan, l l mengelompokkan l dan l menggambar l l diagram l l

pengetahuan objek. l l

e. Sintesis menggambarkan kemampuan seseorang untuk meringkas l l l l l l l

ataul l menghubungkan l secara l l logis komponen-komponen


pengetahuan yang dimilikinya. Sintesis adalah kemampuan untuk l l l l l l l l l

membangun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. l l l l l l l l l

f. Evaluasi l l mengacu l pada l l kemampuan l l seseorang l untuk


membenarkan atau mengevaluasi suatu objek tertentu. Penilaian ini l l l l l l l l l

secara otomatis didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri


l l l l l l l l l l l

atau norma-norma yang berlaku secara sosial.


l l l l l l l l l

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


l l l l l l

Menurut Notoatmodjo, ada beberapa faktor yang mempengaruhi l l l l l l l l

pengetahuan seseorang yaitu (Hindin et al., 2016):


l l l l

1) Umur
Umur mempengaruhi cara orang memandang dan berpikir. l l l l l l l

Semakin tua Anda, semakin baik Anda memperoleh pengetahuan,


l l L l l l L l l l

seiring dengan berkembangnya pemahaman dan pemikiran Anda. l l l l l l l l L l

Menurut WHO, kedewasaan dikategorikan sebagai berikut : l l l l l l l

a) 0-14 tahun l : bayi dan anak-anak l l l l l l

b) 15-49 : orang muda dan dewasa l l l l l

c) ≥ 50 tahun l : orang tua l l

Umur juga l mempengaruhi l pengetahuan l l yang l dimiliki


seseorang ketika dewasa karena perbedaan pemikiran. l l l l l l l l l

2) Pendidikan l

Ini adalah proses berkelanjutan yang tidak dapat dipisahkan


l l l l l l l l l l l

dari sistem organisasi. Pendidikan mempengaruhi proses belajar.


l l l l l l l

Semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima


l l l l l l l l

informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas l l l l l l l l

atau baik pengetahuannya, dan semakin berpendidikan seseorang


l l l l l l l l l l

maka semakin mudah menyerap informasi (Farid, 2020).


l l l l l l l

3) Media massa/sumber informasi l l l l

Media massa dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat l l l l l l l l l l l l

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, media massa seperti


l l l l l l l l l l l l

11
radio, televisi, telepon/ponsel, surat kabar, majalah memiliki pengaruh
l l l l l l l l

yang besar dalam membentuk opini dan keyakinan masyarakat.


l l l l l l l l l l l

Pemberian informasi sebagai fungsi utama, media massa juga l l l l l l l l l l

menyampaikan pesan-pesan yang berisi saran-saran yang dapat l l l l l l l l l l l l l

membentuk opini publik (Lastri et al., 2020). l l

4) Sosial, budaya dan ekonomi l l l l

Merupakan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh manusia l l l l l l l l l l l

tanpa mempertimbangkan apakah yang dilakukan itu baik atau buruk.


l l l l l l l l l l l l l

Sudarno dari Salim menekankan pengertian sosial dalam strukturnya,


l l l l l l l l l l

yaitu suatu tatanan hubungan sosial dalam masyarakat yang


l l l l l l l l l l l l l l

menempatkan pihak-pihak tertentu pada kedudukan sosial tertentu l l l l l l l l

berdasarkan suatu sistem nilai, nilai dan norma yang berlaku pada
l l l l l l l l l l l l

suatu masyarakat pada waktu tertentu. Kebudayaan merupakan hasil


l l l l l l l l l l l l l l

kerja, rasa, dan kreativitas masyarakat. Kondisi sosial budaya (adat


l l l l l l l l l l l l l l l

dan kebiasaan) dan lingkungan (kondisi geografis) mempengaruhi


l l l l l l l l

kesehatan reproduksi (Nelwatri, 2018). l l l

5) Lingkungan l

Lingkungan adalah segala sesuatu yang melingkupi individu, l l l l l l l l

baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan fisik yang


l l l l l l

dimaksud adalah segala bentuk lingkungan


l l l l l l l fisik yang dapat l l l

mempengaruhi perubahan status kesehatan seperti l l l l l l daerah wabah, l l l l

lingkungan kotor dan sejenisnya. Lingkungan biologis adalah l l l l l l l

lingkungan l di mana organisme hidup atau organisme hadir. l l l l l l l

Lingkungan dan budaya juga dapat mempengaruhi proses perubahan l soial l l l l l l l l l

status kesehatan seseorang, karena akan mempengaruhi pemikiran atau


l l l l l l l l l l l l

keyakinan yang dapat menyebabkan perubahan perilaku kesehatan


l l l l l l l l l l l l

(Rahyani, 2016). l l

6) Pengalaman l l l

Merupakan l l faktor l yang l berperan l dalam l l menjelaskan l l

rangsangan yang kita terima. Pengalaman masa lalu atau apa yang
l l l l l l l l l l l l l l l l l

telah kita pelajari akan menimbulkan interpretasi yang berbeda.


l l l l l l l l l l

Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan l l l l l l l l l l l l l

pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan


l l l l l l l l l l l l l l l

dan menjadi pedoman bagi manusia dan pembelajaran.


l l l l l l l l l l

12
d. Pengukuraln Pengetalhualn
Pengukuraln pengetalhualn dalpalt dilalkukaln melallui kuis,
walwalncalral, altalu alngket yalng memintal untuk mengukur isi malteri dalri
subjek penelitialn altalu responden. Kuesioner aldallalh sejumlalh pertalnyalaln
yalng ditulis untuk mengumpulkaln informalsi dalri responden berupal
lalporaln tentalng diri merekal sendiri altalu alpal yalng merekal ketalhui.
Kedallalmaln pengetalhualn yalng ingin kital ketalhui altalu ukur dalpalt
disesualikaln dengaln tingkaltaln tersebut. Selalin itu, dilalkukaln penelitialn di
malnal setialp jalwalbaln yalng benalr untuk setialp pertalnyalaln diberi nilali 1,
jikal sallalh diberi skor (Cohen et all., 2021).
Menurut ALrikunto (2019), kedallalmaln pengetalhualn yalng ingin
altalu diukur dalpalt disesualikaln dengaln tindalkaln tersebut, sedalngkaln
kuallitals pengetalhualn paldal malsing-malsing tingkalt pengetalhualn dalpalt
dilalkukaln dengaln kriterial, yalitu tingkalt pengetalhualn balik jikal jalwalbaln
responden dalri kuesioner yalng benalr 76-100%, Tingkalt pengetalhualn
cukup jikal jalwalbaln responden dalri kuesioner yalng benalr 56-75%, tingkalt
pengetalhualn kuralng jikal jalwalbaln responden dalri kuesioner yalng benalr
<56%. Selalin itu Tingkalt pengetalhualn dalpalt dibalgi dallalm dual kaltegori
dengaln rentalng intervall 50%.

2. Perilaku
a. Definisi perilaku
Perilaku adalah hasil yang diperoleh seseorang dari pengalaman
yang dialami dan berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan yang
terbentuk dari pengetahuan, sikap dan tindakan (Arthini, 2019). Perilaku
adalah kegiatan atau aktivitas suatu makhluk hidup yang dilaksanakan
karena adanya reaksi terhadap stimulus yang dapat berpengaruh pada
kesehatan individu, kelompok atau masyarakat (Basuki, 2019).
Perilaku adalah seluruh aksi atau aktivitas yang dilakukan
manusia, baik yang dapat dilihat secara langsung maupun tidak dapat
dilihat dan dinilai oleh pihak luar (Novita & Franciska, 2011). Perilaku
adalah seluruh tindakan atau aktivitas makhluk hidup yang terlibat. Oleh
karena itu, seluruh makhluk hidup dapat membentuk perilaku karena
memiliki aktivitas masing-masing (Arsunan Arsin, 2012).

13
b. Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) ahli psikologi pendidikan didalam Novita
& Franciska (2011) berperndapat bahwa perilaku manusia ke 3 domain
yaitu:
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari kepahaman seseorang setelah
melakukan penemuan dari panca indera seperti indera untuk melihat,
mendengar, mencium, merasa dan meraba pada objek tertentu
(Novita & Franciska, 2011).
2) Sikap
Sikap adalah suatu reaksi atau respon seseorang yang belum
terlihat terhadap suatu rangsangan atau objek. Sikap dapat menjadi
respon yang bersifat emosional terhadap lingkungan sosial dalam
kehidupan sehari-hari (Arthini, 2019).
Sikap dapat dibagi kedalam berbagai tingkatan yaitu sebagai
berikut (Novita & Franciska, 2011):
a) Menerima (receiving)
b) Merespons (responding)
c) Menghargai (valuing)
d) Bertanggung jawab (responsible)
3) Praktik (Tindakan)
Tindakan adalah suatu perlakuan oleh manusia yang diperiksa
secara langsung dengani kegiatan pengamatan, wawancara dan kegiatan
responden, merupakan bentuk tindakan nyata/tindakan seseorang (overt
behavior).
Pengetahuan, sikap dan tindakan merupakan indikator untuk mengukur
perilaku atau memperoleh data. Untuk memperoleh data kualitatif
pengetahuan dan sikap adalah dengan melakukan wawancara baik
terstruktur maupun mendalam dan focus group discussion (FGD),
sedangkan untuk memperoleh data kuantitaif terkait pengetahuan dan sikap
adalah dengan memberikan intrumen yang berisi pernyataan atau
pertanyaan dalam menilai tingkat pengetahuan dan sikap.
Pengamatan/observasi dapat dilakukan untuk memperoleh data praktik atau
tindakan yang akurat. Apabila seseorang telah melakukan tindakan

14
kemudian diingatkan kembali (recall) terhadap perilaku yang telah
dilakukan (Arthini, 2019).
c. Bentuk Perilaku
Pendapat Notoatmodjo (2012) didalam Placas (2015), ada dua
bentuk perilaku yaitu:
1) Bentuk Pasif
Bentuk pasif adalah reaksi yand terbentuk dalam diri manusia dan
terlihat oleh orang lain secara tidak langsung seperti berfikir,
memberi pendapat atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya ibu
tahu bahwa risiko malaria tapi masih tetap melakukan perilaku
berisiko, maka bentuk sikap seperti ini bersifat terselubung (convert
behavior).
2) Bentuk Aktif
Bentuk aktif merupakan perilaku yang dapat dilihat dan diamati
secara langsung. Bentuk perilaku ini bersifat nyata, perilaku yang
sudah tampak seperti membaca, belajar, berhenti merokok,
melakukan pencegahan malaria, pemeriksaan kehamilan maka,
bentuk sikap ini disebut overt behavior (Placas, 2015).
d. Proses terbentuknya perilaku
Proses terbentuknya perilaku membutuhkan proses yang dapat
berlangsung dengan cepat maupun lambat. Pembentukan perilaku
menurut masslow didasarkan sesuai dengan tingkat kebutuhan manusia.
Perilaku dapat dibentuk dengan berbagai cara yaitu (Basuki, 2019) :
1) Conditioning
Pembentukan perilaku menurut teori belajar conditioning dilakukan
pembiasaan dimana membiasakan diri untuk berprilaku sesuai
dengan keinginan. Contohnya kebiasaan bangun dipagi hari,
kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur, kebiasaan menggunakan
kelambu saat tidur untuk mencegah malaria.
2) Insight (Pengertian)
Perwujudan perilaku dengan cara ini didasarkan pada teori ilmu
pengetahuan. Hal penting dalam belajar adalah insight atau
pengertian. Contohnya adalah seorang ibu harus tetap menjaga

15
kesehatannya agar tidak terinfeksi malaria yang dapat menularkan
malaria pada masyarakat yang lainnya.
3) Model
Perwujudan perilaku dengan cara model ini didasarkan pada teori
belajar sosial (sosial learning theory). Dimana perilaku dapat
terbentuk karena adanyan contoh atau model. Contohnya orang tua
merupakan panutan bagi anak-anaknya, melakukan pencegahan
malaria jika petugas kesehatan memberikan contoh tentang cara
pencegahan malaria kemudian masyarakatpun akan berprilaku yang
sama.
e. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap perilaku
Ada 3 faktor yang dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang
menurut Lawrence Green (1980) didalam tulisan Basuki (2019) yaitu:
a. Faktor predisposisi
Faktro predisposisi seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan faktor sosio-demografi.
b. Faktor pendorong
Faktor pendorong yang memungkinkan terjadinya perilaku adalah
lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus yang
menunjang faisilitas kesehatan.
c. Faktor penguat
Faktor yang menjadi penguat perilaku adalah sikap dan perilaku
pemberi pelayanan kesehatan, tokoh masyarakat.
(Basuki, 2019)
f. Indikator Perilaku
Perilaku yang terbentuk dan berubah merupakan aspek yang
penting dari perilaku seseorang untuk tetap sehat karena dari
pembentukan dan perubahan ini yang menjadi tujuan dari pendidikan
atau konseling kesehatan sebagai pedukung program kesehatan. Indikator
yang digunakan untuk mengukur perubahan perilaku kesehatan yaitu
pengetahuan, sikap dan tindakan (Basuki, 2019).
Menurut Budiman & Riyanto (2013) didalam Villela (2013)
kategori perilaku dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1) Jika hasil presentase ≥ 50%, maka pengetahuan kategori baik

16
2) Jika hasil presentase < 50 %, maka pengetahuan kategori kurang
(Villela, 2013)
3. Stunting
a. Pengertian
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi
dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis yang
menyebabkan anak terlalu pendek untuk usiannya. Balita pendek
(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah dengan nilai Z-
score tinggi badan menurut umur (TB/U berdasarkan standar
pertumbuhan anak dari WHO mencapai kurang dari -2 Standar Deviasi
(SD) maka dapat dikategorikan stunting.10
Stunting terbagi menjadi dua, yaitu penyebab primer dan sekundar.
Penyebab primer stunting seperti diturunkan secara genetik, stunting
famililal, kelainan patologis kelainan defisiensi pada hormon, dan
kelainan kromosom. Penyebab sekunder seperti retardasi pertumbuhan
intra uterin, malnutrisi kroni, kelainan endokrin dan kelainan psikososial.
WHO mengemukakan penyebab stunting yaitu pemberian makanan
pengganti ASI yang tidak memadai, pemberian ASI, riwayat infeksi, dan
faktor keluarga, seperti status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan,
pengetahuan dan pekerjaan orang tua.11
b. Faktor Risiko Stunting
Faktor risiko stunting pada anak dapat dipengaruhi oleh faktor
langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu kaarakteristik anak
dengan jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, asupan zat gizi
rendah dan penyakit infeksi. Faktor tidak langsung yang mempengaruhi
stunting antara lain yaitu pola pengasuhan, kebersihan lingkungan dan
karakteristik keluarga berupa tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan
orang tua dan status ekonomi keluarga.
1) Asupan Zat Gizi
Asupan zat gizi yang kurang sebagai akibat kekurangan konsumsi
makanan dan mengabsorbsi zat gizi. Zat gizi digunakan oleh tubuh
manusia sebagai sumber tenaga yang tersedia pada makanan yang
mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga dapat
digunakan oleh tubuh sebagai pembagunan yang berfungsi

17
memperbaiki, sel-sel tubuh. Defisiensi zat gizi pada balita
disebabkan karena mendapat asupan makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan untuk tumbuh kembang atau adanya
ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari
segi jumlah asupan makanan maupun kualitas gizi makanan yang
dikonsumsi12
2) Jenis Kelamin Balita
Permasalahan stuntung lebih banyak terjadi pada kaum laki-laki,
karena perkembagan motorik kasar anak laki-laki lebih cepat dan
beragam sehingga membutuhkan lebih banyak energi. Peningkatan
resiko kejadian stunting pada balita laki-laki berkaitan dengan
pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dan kejadian diare
yang lebih sering daripada balita perempuan.
3) Berat Badan Lahir
Berat badan lahir adalah pengukuran berat badan setelah dilahirkan.
Klasifikasi berat lahir bayi:
a) Berat Bayi Lahir Besar (BBLB) bayi dengan berat lahir lebih
dari 4000 gram.
b) Berat Bayi Lahir Cukup (BBLC) bayi dengan berat lahir
antara 2500gram sampai 4000 gram.
c) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) bayi dengan berat badan
antara 1500gram hingga kurang dari 2500 gram.
d) Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR) bayi dengan berat lahir
antara 1000 gram hingga kurang 1500 gram.
e) Berat Bayi Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) bayi dengan berat
dibawah 1000 gram.13
4) Panjang Badan Lahir
Panjang badan lahir menggambarkan pertumbuhan bayi selama
dalam kandungan. Klasifikasi panjang lahir bayi :
a. Panjang Lahir Pendek : bayi dengan panyang badan saat lahir
dibawah 48 cm.
b. Panjang Badan Lahir Normal : bayi dengan panjang badan
saat lahir diatas 48 cm.14
5) Penyakit Infeksi Diare

18
Diare merupakan keadaan buang air besar yang memiliki
konsistensi lembek atau bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi yang sering sekitar tiga kali atau lebih dalam sehari.
Seorang anak yang mengalami diare secara terus menerus akan
berisiko untuk mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan sehingga
penyakit infeksi tersebut dapat membuat anak kehilangan nafsu
makan dan akan membuat penyerapan nutrisi menjadi terganggu.
6) Makanan Pendamping ASI
Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi
mulai dari umur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian MP-ASI berguna
untuk menunjang pertambahan sumber zat gizi disamping pemberian
ASI hingga anak berusia dua tahun.
7) ASI Ekslusif
ASI ekslusif adalah pemberian ASI yang diberikan sejak bayi
dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan atau
minuman lainya. Anak yang mengonsumsi ASI ekslusif mempunyai
tumbuh kembang yang jauh lebih baik dari anak yang tidak minum
ASI ekslusif, karena didalam ASI terdapat antibodi yang baik
sehingga membuat anak tidak mudah sakit, selain itu ASI juga
mengandung beberapa enzim dan hormon, serta mengandung zat
kekebalan tubuh berupa Imunoglobin A (IgA) yang sangat penting
untuk membuat bayi terhindar dari infeksi.15
8) Pola Pemberian Makanan
Polah asuh yang baik dapat diliah dari praktik pemberian makanan
mampu mencegah terjadinya stunting. Polah pemberian makanan
dan minuman yang baik dapat berdampak pada tumbuh kembang
dan kecerdasan anak sejak bayi.
9) Tingkat Pendidkan Orang tua
Tingkat pendidikan orang tua berperan dalam menunjang ekonomi
keluarga sehingga berdampak pada pemenuhan makanan keluarga.
Tingkat pengetahuan orang tua akan berpengaruh terhadap
pengetahuan orang tua tentang pola asuh anak, dimana polah asuh
yang kurang tepat akan meningkatkan risiko terjadinya stunting.

19
10) Pengetahuan Orang tua
Balita dengan ibu yang bekerja akan lebih beresiko mengalami
stunting daripada balita dengan ibu yang tidak bekerja, dikarenakan
intensitas pertemuan ibu dan anak akan menjadi jarang, pada usia
nanak yang harus mendapatkan ASI Ekslusif dan makanan
pendamping yang terkadang tidak pemberiannya akan berdampak
signifikan terhadap pertumbuhan anak.17
11) Status Ekonomi Keluarga
Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan
keluarga. Keluarga yang memiliki pendapatan rendah biasannya
akan membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk makanan.
Rendahnya pendapatan keluarga menyebabkan seorang tidak mampu
membeli pangan dalam jumlah yang dibutuhkan.
12) Kebersihan Lingkungan
Sanitasi yang baik akan memengaruhi tumbuh kembang seorang
anak. Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit infeksi. Penerapan hygiene yang tidak baik
mampu menimbulkan berbagai bakteri yang mampu masuk kedalam
tubuh yang menyebabkan timbul beberapa penyakit seperti diare,
cacingan demam, malaria dan beberapa penyakit lainny yang dapat
menghambat pertumbuhan tinggi badan anak.
c. Mencegah Stunting
Diakibatkan oleh asupan gizi yang kurang, mencegah Stunting
tentu dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai.
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jalan yang paling
tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik? Dampak Stunting
umumnya terjadi karena diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi pada
1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin
sampai anak berusia 2 tahun.
Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik,
dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka
panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan
perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif,
dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan gejala jangka panjang

20
meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner,
hipertensi, dan osteoporosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya
dilakukan sedini mungkin. Pada usia 1.000 hari pertama kehidupan,
asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil.
Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi
yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.
Lebih lanjut, pada saat bayi telah lahir, penelitian Diza Fathamira
Hamzah, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan
berat badan anak di atas 6 bulan. Anak yang mendapat asupan protein 15
persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan
lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total
asupan kalori. Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi
protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1 – 3
tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan. Jadi,
pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia pertama
kali mencicipi makanan padat pertamanya.
4. Tinjauan Islam
Salah satu penyebab stunting dikarenakan asupan makanan yang
tidak seimbang, termasuk dalam memberikan ASI eksklusif agar gizi dapat
terpenuhi. Balita yang tidak diberi ASI eksklusif 61 kali lebih mungkin
mengalami stunting dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI
eksklusif. Raḍā’ah secara umum memiliki arti menyusui, baik disusui oleh
ibu kandung maupun disusui oleh perempuan lain. Menyusui merupakan
pemberian air susu ibu untuk diminum melalui mulut sang bayi dari buah
dada. Anak adalah amanah dari Allah SWT, dan sebagai anugerah yang
sangat dinantikan. Setiap orang tua yang dikaruniai anak pasti ingin anaknya
tumbuh berkembang dengan baik, sehat dari sisi jasmani maupun rohaninya.
Kata Raḍā’ah, terulang sebanyak 11 kali dalam Al-Quran, terdapat dalam
Surah Al-Baqarah, An-Nisa, At-Thalaq, Al-Hajj, dan Al-Qasas. Raḍā’ah
sangat penting dilakukan seorang ibu untuk perkembangan anaknya agar
terhindar dari gizi kronis. Istilah Raḍā’ah terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Salah satunya ditegaskan dalam Q.S Al- Baqarah:233;
(Haryu Apsari, 2023)

21
۞ ‫َو ا ْل َو ا ِل َد ا ُت ُيْر ِض ْع َن َأْو اَل َدُه َّن َح ْو َلْي ِن َك ا ِم َل ْي ِن ۖ ِلَم ْن َأَرا َد َأْن ُيِت َّم‬
‫ال َّر َض ا َع َة ۚ َو َع َل ى ا ْل َم ْو ُل وِد َل ُه ِرْز ُقُه َّن ِك ْس ُتُه َّن ِب ا ْل َم ْع وِف ۚ اَل ُتَك َّل ُف َنْف ِإ اَّل‬
‫ٌس‬ ‫ُر‬ ‫َو‬ ‫َو‬
‫ُو ْس َعَه ا ۚ اَل ُتَض ا َّر َو ا ِل َد ٌة ِبَو َل ِد َه ا َو اَل َمْو ُل وٌد َل ُه ِبَو َل ۚ َو َع َل ى ا ْل َو ا ِر ْث ُل َٰذ َك ۗ َف ِإ ْن‬
‫ِل‬ ‫ِم‬ ‫ِث‬ ‫ِدِه‬
‫َأَرا َد ا ِف َص ا اًل َع ْن َتَر ا ٍض ِم ْنُه َم ا َو َتَش ا ُو ٍر َفاَل ُج َن اَح َع َل ْي ِه َم ا ۗ َو ِإْن َأَرْد ُتْم َأْن َتْس َتْر ِض ُع وا‬
‫َأْو اَل َدُك ْم َفاَل ُج َن اَح َع َل ْي ُك ْم ِإَذ ا َس َّل ْم ُتْم َم ا آ َتْي ُتْم ِب ا ْل َم ْع ُر وِف ۗ َو ا َّتُق وا ال َّل َه َو ا ْع َل ُم وا َأَّن‬
‫ِص‬ ‫ِب‬
‫ال َّل َه َم ا َتْع َم ُلوَن َب ي ٌر‬

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama


dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dari ayat diatas, pertama


hendaknya seorang ibu menyusui anaknya selama dua tahun. Anjuran
serupa juga disosialisasikan oleh dunia kesehatan internasional, bahkan bayi
yang berusia 0- 6 bulan tidak boleh mendapat asupan makanan lain selain
ASI (ASI eksklusif), karena memang tidak ada makanan yang sebaik dan
selengkap kandungan gizi ASI. Dilihat dari komposisinya, ASI mengandung
air sebanyak 87.5% air, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup ASI tidak
perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang
mempunyai suhu udara panas. Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI
mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makro
nutrient adalah karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan mikro nutrient
adalah vitamin dan mineral diperkirakan ada lebih dari 200 elemen dalam
kandungan ASI yang diketahui efektif mengurangi risiko bayi mati
mendadak, meningkatkan kecerdasan dan memperkuat sistem kekebalan
alami tubuh anak. Kedua adalah tugas sang ayah untuk memperhatikan dan
memastikan bahwa ibu yang sedang menyusui memperoleh asupan gizi
yang cukup, termasuk pula menjaga kebahagiaan batinnya, terpenuhi
nafkahnya, bahkan memberikan tempat tinggal yang juga harus layak huni
22
yang digambarkan ayat diatas dengan memberikan pakaian yang ma’ruf.
Ketiga, secara tersirat ayat diatas memerintahkan kedua orang tua yakni
ayah dan ibu untuk membiasakan pola hidup sehat, dengan membiasakan
mengkonsumsi makanan halal dan thoyib, memperhatikan kebersihan dan
keindahan lingkungan dengan tata sanitasi yang baik serta menjaga jasmani
yang bugar dengan berolahraga (Sitepu & Dewi, 2023).
Secara umum dalam Al-Qur’an mensinyalir pentingnya menyiapkan
generasi yang kuat, sehat diantaranya pada surat An-nisa ayat 9:

‫ِه‬ ‫ِض‬ ‫ِف ِه‬ ‫ِم‬ ‫ِذ‬


‫َو ْلَي ْخ َش ا َّل ي َن َلْو َتَرُك وا ْن َخ ْل ْم ُذِّرَّيًة َع ا ًفا َخ ا ُفوا َع َلْي ْم‬
‫َفْل َيَّتُق وا ال َّلَه َو ْل َيُق وُلوا َقْو اًل َس ِد ي ًد ا‬

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar”.

Kandungan ayat tersebut memerintahkan agar kita memiliki rasa


khawatir meninggalkan anak keturunan yang lemah baik dalam arti secara
fisik, psikis, ekonomi, kesehatan, intelektual, moral dan sebagainya. Dalam
arti agar kita sebagai orang tua melindungi anak cucu kita bahkan yang
belum alhir sekalipun jau-jauh hari, jangan sampai nanti ia lahir dalam
keadaan tidak sehat, tidak cerdas, kurang gizi dan terlantar tidak terpelihara.
Pencegahan stunting termasuk dalam Upaya mengimplementasikan ayat
dalam surat An-Nisa ayat 9 diatas, dengan mempersiapkan generasi umat
yang kuat.

B. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan ibu Perilaku Pencegahan


Stunting pada Balita
Pendidikan ibu
23
Gambar 3.1 Kerangka Konsep

C. Hipotesis
Hipotesis Nol (H0): Tidak Ada hubungan Pengetahuan dan Pendidikan
ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting pada Balita di Puskesmas Godean I
Yogyakarta Tahun 2024 dan Hipotesis Alternatif (Ha): Ada hubungan
Pengetahuan dan Pendidikan ibu dengan Perilaku Pencegahan Stunting pada
Balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta Tahun 2024.

24
25

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain penelitian survei analitik, dan untuk pendekatan yang digunakan adalah
cross-sectional berbasis komunitas, merupakan rancangan yang melakukan
pengukuran pada satu waktu dan dilakukan hanya satu kali (Hasmi, 2016).
Penelitian ini adalah menggunakan studi korelasional, yaitu untuk mencari
hubungan variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) yaitu
untuk mencari hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku pencegahan stunting
pada balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab atau
mempengaruhi variabel terikat (Kusumastuti et al., 2020). Variabel bebas
dalam penilitian ini adalah pengetahuan ibu.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat atau
dipengaruhi oleh variabel bebas (Kusumastuti et al., 2020). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan stunting pada balita.

C. Definisi Operasional Penelitian


Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Cara Alat
Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur ukur
Variabel Independent
Pengetahuan Pemahaman ibu Wawancara Kuesione 1. Baik (jika hasil Nominal
ibu yang memiliki anak r presentase ≥
balita tentang 50%)
pencegahan 2. Kurang (jika
stunting hasil presentase
< 50%)
Pendidikan Jenjang Pendidikan Wawancara Kuesione 1. Tinggi (SMA
yang telah r dan PT)
ditempuh ibu 2. Rendah (Tidak
26

sekolah, SD dan
SMP)
Variabel Dependent
Perilaku Tindakan ibu dalam Wawancara Kuesione 1. Baik (jika hasil Nominal
pencegahan melakukan r presentase ≥
stunting pencegahan 50%)
stunting pada anak 2. Kurang (jika
balitanya hasil presentase
< 50%)

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak
balita yang datang melakukan kunjungan diwilayah kerja Puskesmas
Godean 1 Yogyakaerta pada bulan Desember tahun 2023 sebanyak 1449 ibu
yang mempunyai balita.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang memiliki
balita dan melakukan kunjungan di Puskesmas Godean 1 Yogyakarta.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu
dimana sampel yang dipilih sebagai sumber data yang dianggap tepat oleh
peneliti sebagai sampel (Tarjo, 2019), karena penelitian ini diperoleh dari
kelompok yang spesifik, sehingga sampel yang akan dipilih harus sesuai
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria insklusi:
1. Ibu yang bersedia menjadi responden
2. Ibu yang memiliki bayi 12-59 bulan
b. Kriteria eksklusi:
Ibu yang tidak kooperatif
3. Besar Sampel
2
Z .N . p.q
n= 2 2
d ( N −1 ) +Z . p . q
Keterangan :
n : Besar sampel minimal
N : Jumlah populasi
Z : Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI 95%
27

d : Derajat ketepatan yang digunakan oleh 90% atau 0,1


p : Proporsi target populasi adalah 0,5
q : Proporsi tanpa atribut 1-p = 0,5
Hasil perhitungan sampel berdasarkan rumus diatas diperoleh besar sampel
jumlah populasi pada bulan Desember tahun 2023 berdasarkan rumus Lemeshow
adalah :
2
1 , 96 .1449.0 , 5.0 , 5
n= 2 2
0 ,1 ( 1449−1 )+1 , 96 .0 , 5.0 ,5
3 , 84.362, 25
n = 0 , 01❑ ( 1449−1 )+ 3 ,84.0 , 25

1391 , 04
n = 0 , 01❑ ( 1448 ) +0 , 96

1391, 04
= 14 , 48+0 ,96
1391, 04
= 15 , 44

= 90,09
Besar sampel dalam penelitian kuantitatif ini sebanyak 90 responden

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data


1. Alat Pengumpulan Data
a. Jenis Instrument
Instrument adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian.
Jenis instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Kuesioner

No Variabel Indikator Soal Jumlah


Soal
Pengetahuan Definisi HIV/AIDS 1,8 2 soal
HIV/AIDS
Penularan HIV/AIDS 3, 5, 6, 7, 7 soal
9, 10, 11
Pemeriksaan tes HIV/AIDS 12,13,14,1 4 soal
5
Pencegahan HIV/AIDS 2,4, 2 soal
Cara menyikapi HIV/AIDS 16, 17, 18, 9 soal
19, 20, 21,
22, 23, 24
28

b. Validitas dan Reliabilitas


Validitas pengukuran adalah sejauh mana tingkat kesesuaian
atau akurasi dari hasil pengukuran sebuah alat ukur (instrument) yang
digunakan tersebut dapat mengukur apa sebenarnya hendak diukur oleh
peneliti. Korelasi pertanyaan dapat dilihat melalui perbandingan r
hitung dengan r tabel pada tingkat kemaknaan 5%. Jika r hitung lebih
besar daripada r tabel maka pengambilan keputusan instrumen tersebut
dianggap valid, atau jika skor variabel berkorelasi signifikan dengan
total skor tersebut. Dalam hal ini kuesioner pengetahuan dan perilaku
ibu tentang pencegahan stunting, dianggap valid jika r hitungan > r
tabel (r=0,316) dengan signifikansi 5% dan nilai N = 30.
Reliabilitas/keandalan mengacu pada konsistensi atau stabilitas
alat yang diukur. Suatu alat diakatakan reliabel apabila ketika suatu alat
memberikan hasil ukur yang sama meskipun diberikan berulang-ulang
kali sehingga dapat dipercaya sebagai alat ukur. Setelah hasil uji
validitas dinyatakan valid, pada kuesioner pengetahuan ibu balita
tentang stunting, selanjutnya peneliti membandingkan nilai r hasil yang
merupakan nilai alpha cronbach dengan r tabel. Pengambilan keputusan
dari uji tersebut dikatakan reliabel jika nilai r alpha lebih besar dari r
tabel. Kuesioner dianggap reliabel jika nilai cronbach alpa>0,6;
sedangkan tidak dapat dikatakan reliabel apabila <0,6.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah hasil dari pengisian kuesioner
langsung dari responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten, profil Puskesmas Godean I
Yogyakarta.
3. Metode pengumpulan data
a. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan lembar kuesioner yang telah disusun, untuk menilai
pengetahuan ibu dan perilaku pencegahan stunting pada balita.
29

b. Kuesioner kemudian diberikan pada ibu untuk di isi sesuai dengan


pemahaman tentang pengetahuan ibu dan perilaku pencegahan stunting
pada balita.
c. Responden melakukan pengisian kuesioner secara langsung sambil
diamati oleh peneliti, agar semua pertanyaan dalam kuesioner terisi dan
tidak ada soal yang terlewati.
d. Setelah kuesioner terisi, peneliti mengambil kembali kuesioner dan
memastikan bahwa pertanyaan dalam kuesioner sudah terisi semua
selanjutnya akan dilakukan pengolahan data.

F. Metode Pengolahan
1. Editing
Melakukan penyuntingan (editing) terhadap hasil jawaban responden
untuk melihat kelengkapan pengisian kuesioner
2. Coding
Setelah tidak terdapat kesalahan dalam pengisian responden, kemudian
peneliti memberikan kode kepada hasil jawaban reponden sesuai dengan
hasil pengukuran di definisi operasional.
3. Processing
Jawaban responden dalam bentuk kode tadi dimasukkan ke dalam program
excel
4. Cleaning data
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke axcel apakah sudah
benar dan pastikan tidak ada yang terlewati
5. Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian disertai
dengan penjelasannya dalam bentuk narasi

G. Analisa data
1. Analisis univariat
Analisis digunakan untuk mencari proporsi frekuensi masing-masing
variabel yaitu pengetahuan ibu dan perilaku pencegahan stunting pada balita
dengan menggunakan rumus:
30

f
P= x 100 %
n
Keterangan :
P : Proporsi atau jumlah persentase
f : Jumlah frekuensi untuk setiap alternatif
n : Jumlah sampel
(Apriansyah, 2016).
2. Analisis bivariat
Analisis ini untuk melihat hubungan antara variabel terikat yaitu
perilaku pencegahan stunting dan variabel bebas yaitu pengetahuan dan
Pendidikan ibu dengan menggunakan uji statistic Chi Square dengan tingkat
kepercayaan 95% (α=0,05) dengan menggunakan bantuan komputer
program SPSS versi 22,0 dan dinyatakan ada hubungan jika nilai ρ-value <
0,05. Untuk mengetahui besar risiko (Odds Ratio) paparan terhadap kasus
pada tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan tabel 2x2. Nilai
besarnya Odds Ratio ditentukan dengan rumus OR= ad/bc, dimana:
a. Bila OR > 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan
faktor risiko (kausatif).
b. Bila OR = 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan
merupakan faktor risiko.
c. Bila OR < 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan
faktor protektif.

H. Etika Penelitian
Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan
dari Komisi Etik Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta. Setelah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik, peneliti
meminta izin dari kepala sekolah untuk melakukan pra-penelitian. Peneliti
selanjutnya memberikan surat izin penelitian kepada kepala sekolah SMP Negeri
1 Depok Kabupaten Sleman untuk meminta izin melaksanakan penelitian di
SMP tersebut. Peneliti melakukan penelitian dengan pertimbangan etik, yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity).
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
31

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi


dalam kegiatan penelitian.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (Respect for
privacy and confidentiality). Setiap manusia memiliki hak-hak dasar
individu termasuk privasi dan kebebasan individu.
3. Keadilan, bahwa semua subjek penelitian harus diperlakukan dengan baik,
sehingga terdapat keseimbangan antara manfaat dan risiko yang dihadapi
oleh subjek penelitian. Jadi harus diperhatikan risiko fisik, mental dan risiko
sosial.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan. Peneliti
melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek
penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).
Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Apabila
intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan
maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah
terjadinya cedera. Pernyataan Persetujuan (Informed Consent).
5. Ethical Cleareance, Keterangan tertulis yang sudah memenuhi persyaratan
tertentu serta mendapatkan kelayakan untuk dilakukanya penelitian. Surat
tertulis diberikan dari komite etik penelitian Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta (Kementerian Kesehatan RI 2021).
I. Rancangan Penelitian
Prosedur kegiatan penelitian yang diajukan meliputi berbagai tahapan, yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Menentukan masalah penelitian
Permasalahan yang diangkat hendaknya memiliki nialai penelitian,
sehingga sebuah permasalahan yang diangkat untuk diteliti nantinya
akan berguna bagi pembaca dan Masyarakat sejingga permasalahan
tersebut dapat diatasi dan diselesaikan secara Bersama-sama. Dalam
penelitian ini saya mengambil permasalahan tentang pencegahan
stunting pada balita di Puskesmas Godean I Yogyakarta.
b. Menentukan judul penelitian
Setelah permasalahan penelitian ditentukan, selanjutnya menentukan
judul penelitian. Dimana saya mengambil penelitian dengan judul
32

“Hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu dengan perilaku


pencegahan stunting pada Balita di Puskesmas Godean IYogyakarta.
c. Konsultasi dengan pembimbing mengenai judul penelitian dan
penyusunan proposal
Setelah judul penelitian didapatkan, selanjutnya konsultasi dengan
pembimbing mengenai judul penelitian, serta menjelaskan kepada
pembimbing mengenai judul dan alasan mengambil judul penelitian
tersebut serta konsultasi mengenai penyusunan proposal.
d. Mengurus surat ijin studi pendahuluan
Setelah itu, mengurus surat izin pendahuluan kepada pihak akademik
dengan menyertakan tempat penelitian yang akan diteliti. Kemudian
dikumpulkan di bagian akademik untuk diperiksa penulisan studi
pendahuluan setelah itu dilanjutkan pengurusan surat izin pendahuluan
yang pada hari ke 3 surat sudah dapat diambil.
e. Melakukan studi pendahuluan
Setelah surat sudah selesai di proses oleh bagian akademik dan
ditandatangani oleh dekan, selanjutnya melakukan studi pendahuluan ke
tempat penelitian yang akan dilaksanakan dengan melampirkan surat
izin penelitian bahwa peneliti akan melakukan penelitian di tempat
tersebut
f. Studi kepustakaan
Selanjutnya, melakukan studi kepustakaan yang merupakan salah satu
langkah penting dalam penelitian. Studi kepustakaan merupakan segala
usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang
sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Informasi tersebut dapat
diperoleh dari buku, buku ilmiah, jurnal artikel, laporan penelitian,
krangan ilmiah, dan sumber-sumber lain yang dapat
dipertanggugjawabkan atau terpercaya informasinya.
g. Menyusul proposal dan jadwal penelitian
Langkah selanjutnya adalah Menyusun proposal dan jadwal penelitian
yang dimulai dari bab 1-3 sesuai dengan judul yang akan diteliti serta
menentukan jadwal penelitian agar proses penelitian terlaksana secata
sistematis dan terjadwal serta dapat disokumentasikan.
33

h. Konsultasi dengan pembimbing dan melakukan revisi


Setelah melakukan penyusunan proposal bab 1-3, selanjutnya adalah
melakukan konsultasi dengan pembimbing tentang proposal dan
mempertanggungjawabkan semua hasil yang telah dibuat. Setelah itu
jika pembimbing merevisi proposal sebaiknya langsung di revisi dan
dikonsulkan kembali kepada pembimbing.
i. Mempresentsikan proposal penelitian
Setelah proposal di sudah di terima oleh pembimbing selanjutnya,
adalah mempresentasikan proposal penelitian dihadapan pembimbing
dan penguju serta mahasiswi yang dating dalam kegiatan sidang
proposal tersebut.
2. Tahap pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan penelitian antaralain:
a. Mengurus uji kelayakan etik di Komisi Etik Penelitian Kesehatan
(KEPK).
b. Mengurus surat izin penelitian ke institusi terkait untuk memperlancar
penelitian
c. Pemilihan responden
d. Melakukan penelitian di Puskesmas Godean I dengan mengunakan
kuesioner. Pengisian kuesioner diawali dengan meminta responden
untuk mengisi informed consent dan meminta utuk mengisi kuesioner
penelitian. Saat itu juga kuesioner harus diisi dan dikembalikan kepada
penelit, bila ada kuesioner yang belum terisi maka responden diminta
untuk melengkapi kuesioner tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Apriansyah, L. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Malaria Klinis
Terhadap Perilaku Pencegahan Penyakit Malaria pada Anak di Puskesmas
Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur. STIKES DEHASEN BENGKULU, 147,
11–40.
Arnita, S., Rahmadhani, D. Y., & Sari, M. T. (2020). Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Ibu dengan Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi,
9(1), 6–14. https://doi.org/10.36565/jab.v9i1.149
Arsunan Arsin, A. (2012). Malaria di Indonesia (Tinjauan Aspek Epidemiologi).
MASAGENA PRESS.
Arthini, N. (2019). Keterampilan Menyikat Gigi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Kesehatan Gigi dan Mulut di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.
Politeknik Kesehatan Denpasar, 53(9), 1689–1699. http://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/1861/
Basuki, K. (2019). 済 無 No Title No Title. ISSN 2502-3632 (Online) ISSN 2356-
0304 (Paper) Jurnal Online Internasional & Nasional Vol. 7 No.1, Januari –
Juni 2019 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 53(9), 1689–1699.
www.journal.uta45jakarta.ac.id
Cohen, P., Mayhew, J., Gishen, F., Potts, H. W. W., Lohr, P. A., & Kavanagh, J.
(2021). What should medical students be taught about abortion ? An evaluation
of student attitudes towards their abortion teaching and their future
involvement in abortion care. 1–7.
Endartiwi, S. S. (2021). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting di
Sendangrejo, Minggir, Sleman Yoyakarta. Jurnal Kesmas Untika Luwuk Publik
Health Journal, 12, 1–10.
Erfiana, Rahayuningsih, S. I., & Fajri, N. (2021). Hubungan Pengetahuan Ibu dengan
Perilaku pencegahan Stunting pada Balita. Jim Fkep, V(1), 169–178.
Farid, M. (2020). Penyebarluasan Informasi mengenai Bentuk dan Macam Tindakan
Cyberbullying berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dan Upaya Pencegahannya melalui Keb. Jurnal
Sumbangsih. https://doi.org/10.23960/jsh.v1i1.11
Harahap, D. A., Lubis, D., Sari, I. A., & Dilla, M. (2022). PERILAKU
PENCEGAHAN ANAK STUNTING PADA SAAT (Issue 1015078001).
Haryu Apsari, N. A. (2023). Pencegahan Stunting dalam Q.S AL-Baqara (2):233.
Hasmi. (2016). Metode Penelitian Epidemiologi (Edisi Revi). Trans Info Media.
Hindin, M. J., Tunçalp, Ö., Gerdts, C., Gipson, J. D., & Say, L. (2016). Monitoring
adolescent sexual and reproductive health. Bulletin of the World Health
Organization, 94(3), 159. https://doi.org/10.2471/BLT.16.170688
Kusumastuti, A., Khoiron, A. M., & Achmadi, T. A. (2020). Metode Penelitian
Kuantitatif (Cetakan Pe). Deepublish CV Budi Utama.
Kuswanti, I., & Azzahra Khairani, S. (2022). Hubungan pengetahuan ibu tentang
pemenuhan gizi seimbang dengan perilaku pencegahan stunting pada balita.
Jurnal Kebidanan Indonesia, 13(1), 15–22.
Lastri, S., Hayati, E., & Nursyifa, A. (2020). Dampak Kenakalan Remaja Untuk
Meningkatkan Kesadaran Dari Bahaya Kenakalan Remaja Bagi Masa Depan.
Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of Community Service in Humanities and
Social Sciences. https://doi.org/10.32493/jls.v2i1.p15-24
Mutingah, Z., & Rokhaidah. (2021). Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan
perilaku pencegahan stunting pada balita. Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia, 5(2), 49–57.
Nelwatri, H. (2018). UPAYA PREVENTIF MASALAH KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA MELALUI MEDIA INFORMATIF BUKU SAKU
KESPRO BERBASIS BUDAYA LOKAL UNTUK ORANG TUA DI
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT.
Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education.
https://doi.org/10.24036/scs.v4i1.13
Novita, N., & Franciska, Yu. (2011). Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan
Kebidanan (A. Suslia & S. Carolina (eds.); p. 176). Salemba Medika.
Placas, C. D. E. (2015). Perilaku TKW/TKI mengatasi Kecemasan. 2015, 1–239.
Pratiwi, B. R., & Muhlisin, A. (2023). Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Upaya Pencegahan Stunting. Jurnal
Keperawatan Silampari, 6(2), 1779–1788.
Putri, A. A. Y., Roslita, R., & Adila, D. R. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu tentang Stunting terhadap Upaya Pencegahan Stunting pada Anak Usia
Prasekolah. Jurnal Keperawatan Hang Tuah, 2, 51–66.
Rahyani, N. K. Y. (2016). Determinan Penggunaan Fasilitas Kesehatan Reproduksi
Remaja di Indonesia. Jurnal Ilmiah Bidan.
Sitepu, E. R., & Dewi, T. (2023). Generasi Lemah Menurut Al-Quran dan Sosialisasi
PHBS Sebagai Upaya Pencegahan Stunting di Desa Secanggang. Jurnal
Syariah & Hukum Bisnis, 2(1), 1–7.
Tarjo. (2019). Metode Penelitian. Deepublish CV Budi Utama.
Usonwu, I., Ahmad, R., & Curtis-Tyler, K. (2021). Parent–adolescent
communication on adolescent sexual and reproductive health in sub-Saharan
Africa: a qualitative review and thematic synthesis. Reproductive Health, 18(1),
1–15. https://doi.org/10.1186/s12978-021-01246-0
Villela, lucia maria aversa. (2013). Definisi pengetahuan. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Wulandari, A., & Kurniawati, H. F. (2023). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Stunting. Buletin Ilmu Kebidanan Dan Keperawatan (BIKK), 2(01), 51–58.
https://doi.org/10.56741/bikk.v2i01.180

Anda mungkin juga menyukai