Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE REMAJA DAN PERIMENOPAUSE

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DENGAN DISMENOREA

DI PMB GENIT

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Dosen Pembimbing Pendidikan : Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH

Disusun oleh:
Lita Yuniarti 2220106108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

STASE REMAJA DAN PERIMENOPAUSE

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DENGAN DISMENOREA

DI PMB GENIT

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

Yogyakarata, September 2023

Pembimbing Pendidikan Preceptor Mahasiswa

Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH Lita Yuniarti

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga iman dan islam tetap terjaga. Shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabatnya. Berkat
rahmat dan pertolongan Allah SWT dan bantuan semua pihak, penulis dapat menyelesaikan
laporan CBD yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Remaja dengan dismenorea ”.

Penyusunan laporan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Atas bantuan, bimbingan, dan arahan, penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Muhammad Ali Imron, S.Sos.,M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakart
3. Nidatul Khofiyah S.Keb., Bd., MPH, Selaku Ketua Prodi Program Sarjana dan
Profesi Bidan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari segala kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan laporan ini,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak. Semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmat-Nya kepada kita
semua. Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh.

Yogyakarta, September 2023

penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................3

BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dismenore adalah salah satu kelainan ginekologi yang paling sering terjadi pada
remaja putri. Remaja putri yang sudah mengalami menstruasi sering mengeluh terjadinya
nyeri menstruasi (dismenore). Tanda gejala dismenore memiliki gejala fisik yang sangat
bervariasi (De Sanctis, et al, 2016). Dismenore tidak berbahaya bagi kesehatan, namun
apabila tidak diatasi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang dapat mengganggu
aktivitas remaja, baik aktivitas seharihari maupun aktivitas di sekolah. Dismenore
berdampak tinggi pada kehidupan wanita, berakibat pada pembatasan aktivitas sehari-hari,
prestasi akademis yang lebih rendah pada remaja, dan kualitas tidur yang buruk, serta
memiliki efek negatif pada suasana hati, menyebabkan kecemasan dan depresi (Bernardi,
et al, 2017).
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2018 bahwa kejadian
dismenore sebesar 90% pada perempuan dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore
berat (Apriyanti, dkk, 2018). Di Indonesia sekitar 45-95% perempuan usia produktif
mengalami dismenore (Proverawati dan Misaroh, 2012 dalam Apriyanti, dkk, 2018).
Angka kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89%
dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Dismenore primer dialami oleh 60-75%
remaja dengan tiga perempat dari jumlah remaja tersebut mengalami nyeri ringan sampai
berat dan seperempat lagi mengalami nyeri berat (Alatas, 2016).
Berdasarkan penelitian di Manado, sebesar 54,5 % pengetahuan remaja tentang
dismenore dalam kategori kurang 2 sehingga mempengaruhi perilaku remaja dalam
melakukan penanganan dismenore. Angka kejadian dismenore menurut Dinas Kesehatan
Provinsi Bali tahun 2014 sebanyak 48,05% (Lestari, dkk, 2019). Berdasarkan penelitian
oleh Purnamayanthi (2017), sebesar 44,1% remaja putri memiliki pengetahuan cukup dan
55,8 % berperilaku kurang baik dalam melakukan penanganan dismenore serta ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku penanganan
dismenore
Remaja putri cenderung memillih penanganan secara farmakologis daripada non
farmakologis untuk mengatasi keluhan dismenore yang dirasakan. Penanganan nyeri
menstruasi secara farmakologis dapat ditangani dengan terapi analgesik yang merupakan

1
metode paling umum digunakan untuk menghilangkan nyeri. Obat analgesik dapat
menghilangkan nyeri dengan efektif, namun penggunaan analgesik akan berdampak
ketagihan dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya bagi penggunanya
(Potter dan Perry, 2006 dalam Amalia 2017).
Obat non-steroid untuk mengobati nyeri menstruasi dapat menyebabkan efek samping
seperti diare, mual, muntah, asma akut, anoreksia, dysuria, acne, pendarahan
gastrointestinal (Mirbagher dan Aghajani, 2013). Manajemen nyeri non farmakologis lebih
aman dikarenakan tidak menimbulkan efek samping yang seperti obat-obatan karena
terapi non farmakologis merupakan proses fisiologis. Salah satu terapi nyeri dismenore
primer secara non farmakologis adalah menggunakan kompres hangat. Kompres hangat
sangat efektif dilakukan untuk mengurangi nyeri dismenore karena tidak memerlukan
biaya yang banyak, waktu yang lama, dan kerja fisik yang berat.
Terapi kompres hangat sudah dibuktikan berdasarkan hasil penelitian Dahlan (2017),
didapatkan 4 sebesar 56 % responden berada dalam tingkat nyeri ringan setelah dilakukan
terapi kompres hangat dimana sebelumnya responden mengalami nyeri berat dan sedang.
Ini menunjukan adanya penurunan tingkat nyeri setelah dilakukan terapi kompres hangat.
Selain itu berdasarkan penelitian Nida dan Sari (2016), didapatkan adanya penurunan
skala nyeri pada remaja putri yang mengalami dismenore. Dismenore memberikan
dampak terhadap aktivitas remaja putri dan juga adanya efek samping dari penanganan
dismenore secara farmakologis, maka sangat diperlukan pemberian informasi melalui
penyuluhan kepada remaja putri yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang
penanganan dismenore primer menggunakan kompres hangat. Dengan adanya pemberian
informasi melalui penyuluhan, remaja putri diberikan pengetahuan dalam menangani
dismenore primer menggunakan kompres hangat.

B. Tujuan
Untuk mengetahui mengenai asuhan pada remaja dan perimenopause dengan dismenorea.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI (Evidance Based Midwifery/EBM)

A. Konsep Dasar Remaja


a. Pengertian Remaja
Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat penting dalam
rentang kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau peralihan dari masa
kanak-kanak menuju kemasa dewasa.
Ada beberapa pengertian menurut para tokoh-tokoh mengenai pengertian remaja
seperti: Elizabeth B. Hurlock Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin
(adolescene), kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang berarti “tumbuh”
atau “tumbuh menjadi dewasa‟bangsa orang-orang zaman purbakala memandang
masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam
rentang kehidupan anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi. Istilah adolescence yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang
sangat luas, yakni mencangkup kematangan mental, sosial, emosional, pandangan ini
di ungkapkan oleh Piaget dengan mengatakan,
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintregasi dengan
masarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai aspek efektif,
kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual
yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa,
yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Hal senada juga di kemukakan oleh Jhon W. Santrock, masa remaja
(adolescence) ialah periode perkembangan transisi dari masa kanak-kanak hingga
masa dewasa yang mencakup perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial
emosional. Begitu juga pendapat dari (World Health Organization) WHO 2020
remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksualitas sampai saat ini mencapai kematangan
seksualitasnya, individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi
3
dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial
yang penuh, kepada keadaan yang relatife lebih mandiri.
Maka setelah memahami dari beberapa teori diatas yang dimaksud dengan masa
remaja adalah suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa,
dengan ditandai individu telah mengalami perkembangan-perkembangan atau
pertumbuhan-pertumbuhan yang sangat pesat di segala bidang, yang meliputi dari
perubahan fisik yang menunjukkan kematangan organ reproduksi serta optimalnya
fungsional organ-organ lainnya. Selanjutnya perkembangan kognitif.
b. Karakteristik Remaja
Batasan usia masa remaja menurut Hurlock, Awal masa remaja berlangsung dari
mulai umur 13-16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16
atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Dengan demikian
akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat.4 Menurut Santrock,
Awal masa remaja dimulai pada usia 10-12 tahun, dan berakir pada usia 21-22 tahun.
Maka dengan demikian dapat diketahui dari bagian-bagian usia pada remaja yang
dapat dijelaskan sebagai berikut, usia 12-15 tahun termasuk bagian remaja awal, usia
15-18 tahun bagian remaja tengah, dan remaja akhir pada usia 18-21 tahun. Dengan
mengetahui bagian-bagian usia remaja kita akan lebih mudah mengetahui remaja
tersebut kedalam bagiannya, apakah termasuk remaja awal atau remaja tengah dan
remaja akhir.

c. Ciri-ciri Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan, pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan yang sangat pesat yakni baik secara fisik, maupun psikologis, ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja ini diantaranya:
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada remaja awal yang dikenal
sebagai masa strong dan masa stress. Peningkatan emosional ini merupaknan
hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari
segi kondisi sosial peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada
dalam kondisi baru, yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak
tuntutan dan tekanan yang ditunjukan pada remaja misalnya mereka di harapkan
untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan
tanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring

4
dengan berjalannya waktu, dan akan Nampak jelas pada remaja akhir yang
dalam hal ini biasanya remaja sedang duduk di masa sekolah.
2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga di sertai kematangan seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubhan fisik yang terjadi secara cepat baik
perubahan internal maupun eksternal. Perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
pencernaan, dan sistem respirasi. Sedangkan perubahan eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja.
3. Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama
masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-
kanak digantiakan dengan hal menarik yang baru dan lebih menantang. Hal ini
juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,
maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada
hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan
orang lain. Remaja tidak lagi berhungan dengan hanya dengan individu dari
jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang
dewasa.
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa
kanakkanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati masa dewasa.
5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi, tetapi disisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai
kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul
tanggung jawab tersebut.

B. Konsep Dasar Dismenorea


1. Pengertian Dismenorea
Dismenore (dysmenorrhea) berasal dari bahasa yunani, dimana “dys” berarti sulit,
nyeri, abnormal, “meno” yang berarti bulan, dan “orrhea” yang berarti yang berarti
aliran. Dismenore adalah kondisi medis yang terjadi pada saat haid atau menstruasi
yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut dan panggul yang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari dan memerlukan pengobatan (Judha, 2012).
Ketidaknyamanan sebelum dan selama menstruasi hampir terjadi oleh semua wanita.
Ketidaknyamanan yang sering dirasakan adalah nyeri pada punggung bawah, perut dan

5
menjalar hingga kebagian atas tungkai. Sehingga istilah dismenorea hanya dipakai jika
seseorang mengalami nyeri haid dan membutuhkan penanganan seperti istirahat dan
meninggalkan aktivitas untuk beberapa jam atau hari (Andrews, 2010).
Dismenorea merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling sering terjadi dan
dapat mempengaruhi lebih dari 50% wanita yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas harian selama 1 sampai 3 hari setiap bulannya. Ketidakhadiran
remaja disekolah adalah salah satu akibat dari dismenorea primer mencapai kurang
lebih 25% (Reeder, 2011).
Dismenore disebabkan karena adanya prostaglandin F2α, yang merupakan stimulan
miometrium poten dan Perbedaan Efektifitas Pelaksanaan Yoga Dan Hypno Eft
(Emotional Freedom Technique). Kadar prostaglandin yang meningkat selalu ditemui
pada wanita yang mengalami dismenore dan tentu saja berkaitan erat dengan derajat
nyeri yang ditimbulkan. Peningkatan kadar ini dapat mencapai 3 kali dimulai dari fase
proliferatif hingga fase luteal, dan bahkan makin bertambah ketika menstruasi.
Peningkatan kadar prostaglandin inilah yang meningkatkan tonus miometrium dan
kontraksi uterus yang berlebihan. Hal ini akan menyebabkan vasokontriksi sehingga
menurunkan aliran darah menuju uterus, lama kelamaan akan menyebabkan kondisi
iskemik lalu menurunkan ambang batas rasa nyeri pada uterus. Adapun hormon yang
dihasilkan pituitari posterior yaitu vasopresin yang terlibat dalam penurunan aliran
menstrual dan terjadinya dismenore. Selain itu, diperkirakan faktor psikis dan pola tidur
turut berpengaruh dengan timbulnya dismenore (Karim, 2013)

2. Karakteristik dismenorea
a. Dismenore Primer
1) Pengertian
Dismenor Primer merupakan nyeri yang dirasakan secara berlebihan.
Penyebab terjadinya dismenorea primer ini tidak di ketahui penyebab fisik yang
nyata (Morgan, 2009). Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
di adanya kelainan pada alat- alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi
beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh
karena siklus- siklus haid pada bulan- bulan pertama setelah menarche
umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri
timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat

6
berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit,
biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha.
Bersamaan 10 dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya. Gadis dan perempuan muda dapat
diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri
timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu
hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu
diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum pernah
melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori itu
(Hermawan, 2012).
2) Penyebab
a) Faktor endokrin Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus
luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas
uterus, sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di
sisi lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2
sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar
prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah, maka selain
dysmenorrhea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual),
muntah, dan diare.
b) Kelainan Organik Ditemukan adanya kelainan pada rahim seperti
kelainan letak arah anatomi uterus, hypoplasia uteri (keadaan
perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi kanalis servikalis
(sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai ( tumor
jinak yang terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium.
c) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis Adanya perasaan yang
mengganggu dari psikis seseorang remaja yang memberikan efek negatif
terhadap diri, sehingga menyebabkan nyeri dismenorea.
d) Faktor konstitusi Anemia dan penyakit menahun juga dapat
mempengaruhi timbulnya dysmenorrhea.
e) Faktor alergi Adanya hubungan antara dimenorea dengan urtikaria
(biduran), migrain dan asma (Anurogo, 2011)
b. Dismenore Sekunder
1) Pengertian

7
Dismenorea sekunder merupakan suatu nyeri pada bagian abdomen yang
disebabkan karena adanya kelainan pada panggul. Dismenorea sekunder bisa
terjadi setelah remaja mengalami menstruasi, tetapi paling sering datang pada
usia 20-30 tahunan. Penyebab yang paling 13 sering dialami oleh remaja adalah
endometriosis, adenomyosis, polip endometrium, chronic pelvic inflammatory
disease dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau intra uterine device (IUD)
(Anurogo, 2011).
Dismenorea sekunder yang dirasakan oleh penderita berlangsung dari 2
sampai 3 hari selama menstruasi, namun penderita dismenorea sekunder
biasanya terjadi pada remaja yang memiliki umur lebih tua dan sebelumnya
mengalami siklus menstruasi yang normal (Reeder, 2013).
2) Penyebab
Dismenorea sekunder dapat disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi,
kelainan letah-arah, kista ovarium, gangguan pada panggul, tumor, dan lain-lain
(Anurogo, 2011).
3) Faktor resiko
a) Endometriosis
b) Adenomyosis
c) Intra Uterine Device (IUD
d) Pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul)
e) Endometrial carcinoma (kanker endometrium)
f) Ovarian cysta (kista ovarium)
g) Congenital pelvic malformations
h) Cervical stenosis (Anurogo, 2011).

8
BAB III

DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Asuhan Kebidanan Remaja dan Perimenopause dengan Dismenorea di PMB genit

TTD
Identitas Subyek Obyektif Analisa Penatalaksanaan
Tgl: 19-9-2023 Ibu mengatakan Keadaan umum baik, Nn N usia 1. Memberitahu hasil pemeriksaan Mahasiswa:

Nama : Nn S merasakan sakit kesadaran composmentis, 19 Tahun tentang keadaan yang dialami
No RM : N. dan nyeri yang tekanan darah 100/80 dengan Nn N
00332 berlebihan pada mmHg, pernafasan 20 nyeri pada 2. Menjelaskan penyebab yang

Umur : 19 bagian bawah x/menit, nadi 80 x/menit, saat terjadi nyeri yang dialami
(Lita Yuniarti)
tahun perut dan suhu 36,5 oC, BB 46 kg, menstruasi merupakan nyeri disminore
Pendidikan pinggang saat TB 155 cm, pemeriksaan dibagian dikarenakan adanya
terakhir: SMA menstrusi setiap fisik dalam batas normal, perut peningkatan hormone Pembimbing Lahan:
Pekerjaan: kali menstruasi pemeriksaan penunjang bagian prostaglandin. Hormone
Karyawan pasti merasakan tidak dilakukan. bawah tersebut mengakibatkan
swasta nyeri yang kontraksi uterus dan
Agama: Islam berlebihan vasokontriksi pembuluh
Hp: - darah.
Alamat : 3. Memberitahu kepada Nn untuk
mengurangi nyeri pada saat
menstruasi dengan banyak

13
minum air putih hangat, Pembimbing Akademik:,
kompres dengan air hangat,
minum obat analgesic.
4. Memberitahu Nn tentang cara
memenuhi kebutuhan nutrisi
dengan cara meningkatkan
pola makan bergizi dan
seimbang
5. Memberikan support mental
dan dukungan keapda Nn N
agar lebih percaya diri dan
tidak merasa taku dalam
menghadapi menstruasi
6. Menganjurkan kepada Nn untuk
istirahat dan tidur yang cuku
setiap hariya

13
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil asuhan kebidanan dan identifikasi data dasar pengkajian merupakan


Langkah pertama yang dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi akurat dan
lengkap dari sumber yang berkaitan dengan kondisi klien mengenai Nn N usia 19 tahun
dengan disminore atau nyeri pada saat menstruasi. Hasil pemeriksaan umum Keadaan
umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/80 mmHg, pernafasan 20
x/menit, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oC, BB 46 kg, TB 155 cm, pemeriksaan fisik dalam
batas normal, pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.

Laporan penelitian Charu et al. mengemukakan bahwa 39,46% wanita yang


menderita dismenore memiliki keluarga dengan keluhan dismenore seperti ibu atau
saudara kandung. Maka terdapat korelasi yang kuat antara predisposisi familial dengan
dismenore. Hal ini disebabkan adanya faktor genetik yang memperngaruhi sehingga
apabila ada keluarga yang mengalami dismenore cenderung mempengaruhi psikis
wanita tersebut. Pada penelitian Mool Raj et al. pada wanita dengan riwayat anggota
keluarga (ibu atau saudara) dengan keluhan dismenore memiliki 3 kali kesempatan lebih
besar mengalami dismenore dibandingkan wanita tanpa riwayat keluarga dismenore.

Berdasarkan penelitian oleh Bavil et al (2016) terdapat perbedaan gaya hidup


yang meliputi aktivitas fisik, stres, dan konsumsi makanan cepat saji pada wanita yang
mengalami dan tidak mengalami dismenore. Wanita yang mengalami dismenore
cenderung memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah, tingkat stres yang tinggi dan
frekuensi mengonsumsi fast food yang sering daripada yang tidak mengalami
dismenore.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahvash (2012) menunjukkan bahwa terdapat


hubungan antara aktivitas fisik dengan dismenore primer pada mahasiswi Universitas
Karaj-Branch. Penelitian oleh Sari (2015) pada mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas didapatkan hasil bahwa 94% dari 132 sampel yang mengalami stres
diikuti dengan kejadian dismenore primer. Penelitian yang dilakukan oleh Ismalia
(2017) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara mengonsumsi fast food dengan
dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

11
Penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa 65,7% mahasiswi yang sering mengonsumsi
fast food mengalami dismenore primer.

Konsumsi fast food merupakan salah satu faktor resiko dismenore primer karena
kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh omega-6 yang tinggi, asam
lemak omega-3 yang rendah, dan teralu banyak natrium. Asam lemak omega-6
merupakan awal dari kaskade pelepasan prostaglandin yang merupakan hormon terkait
dismenore.21 Selain itu, makanan cepat saji juga mengandung lemak trans yang
merupakan radikal bebas.

Menurut Sukarni dan Margareth (2013) , terdapat penanganan dismenorea secara


non farmakologis, yaitu kompres air hangat, melakukan olahraga, pengobatan herbal
nyeri haid diatasi dengan minum jamu, massage atau pemijatan, istirahat yang cukup,
posisi knee chest, Teknik imagery guided, dan Teknik relaksasi napas dalam.

12
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN
Pada remaja putri biasanya terjadi perkembangan fisik pada organ reproduksi
yaitu menarche. Saat menstruasi biasanya sebagian remaja mengalami nyeri yang
abnormal yang disebut dismenore. Umumnya dismenore yang sering terjadi pada
remaja putri ialah dismenore primer dimana tidak ada penyakit ginekologi yang
menyertai terjadinya nyeri tersebut
Dismenore merupakan rasa nyeri yang timbul saat menstruasi. Nyeri ini sering
kali mengganggu kehidupan sehari-hari dan mendorong wanita untuk melakukan
pengobatan, maupun konsultasi ke dokter. Dismenore bisa diatasi dengan pengobatan
baik menggunakan obat maupun non-obat. Obat yang sering digunakan yaitu obat
yang memiliki efek analgetik. Pengobatan non-obat yang sering dilakukan yaitu
dengan mengalihkan perhatian, menggunakan minyak kayu putih, maupun kompres
air hangat.

B. SARAN
1. Bagi Akademik
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan referensi bagi mahasiswa Kebidanan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan
penelitian berikutnya dan institusi dapat lebih meningkatkan atau menambah
referensi, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan
mengambil kasus yang sama.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan bagi tenaga
kesehatan terutama bidan. Bidan diharapkan dapat memberikan Asuhan kepada
remaja dengan permasalahan dismenore
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan peneliti lain dapat melakukan asuhan kebidanan pada Asuhan
remaja dengan gangguan masalah menstruasi melibatkan keluarga dan dapat
dijadikan bahan untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak P. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam: Prawirohardjo, Sawrwono,
Wiknjosastro, Hanifa. 3rd ed. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014. 229-232 p. 3. Berkley K. Primary dysmenrrhea: an urgent
mandate. Int Assoc Study Pain. 2013;21(3):1–8. 4.
Wong LP, Khoo EM. Dysmenorrhea in A Multi Ethnic Population of An Adolescent
Asian Girls. Int J Gynecol Obstet. 2010;108(2):139–42. 5.
Sari dewi purnama. Pengaruh Aroma Terapi Jasmine Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Pada Remaja Putri yang Mengalami di SMAN 2 Pontianak Tahun 2015. Proners
Univ Tanjungpura. 2015;3(1). 6.
Bavil D, Dolatian M, Mahmodi, Zohreh, Baghban, Akbarzadeh A. Comparison of
lifestyles of young women with and without primary dysmenorrhea. Electron J
Physician. 2016;8(3):2107–14. 7.
Noerpranama NP. Wanita dalam berbagai masa kehidupan. 3rd ed. M A, A B, RP P,
editors. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011. 92-109 p. 8.
Adriani M, Bambang W. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: kencana; 2012.
9. Walsh R. Lifestyle and Mental Health. Am Psychol Assoc. 2011;66(7):579– 92.
Sharif S, Kamil EA, Mansour A. Stres and Coping Strategies Among Medical Students in
Basrah. Med J Basrah Univ. 2007;25:28–32

14

Anda mungkin juga menyukai