Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA

PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK YPIP


TALANG UBI SUMATERA SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Kebidanan pada
Program Studi Sarjana Kebidanan

Disusun oleh:

Yeyen Junianti, A.Md.Keb


12120422300

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI UTAMA PATI
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK YPIP
TALANG UBI SUMATERA SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:

YEYEN JUNIANTI, A.MD.KEB


12120422300

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Uji Proposal Skripsi
Program Studi Sarjana Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Utama Pati

Tanggal :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Yuli Irnawati, S.Si.T.,M.Kes) (Anik Siti Juariyah, S.Si.T.,M.Keb)


NPP.12005056
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA


PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK YPIP
TALANG UBI SUMATERA SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh:

YEYEN JUNIANTI, A.MD.KEB


12120422300

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji dan Disetujui


untuk Melakukan Penelitian

Tanggal 2022

Penguji I Penguji II Penguji III

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan

(Ana Rofika, S.S.T.,M.Kes)


NPP.12005095
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “
Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Kelas
Xl Di Smk YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan” Proposal skripsi ini diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa
Program Studi Sarjana Kebidanan Ahli Jenjang di Stikes Bakti Utama Pati.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan serta dorongan dari
berbagai macam pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,bimbingan, serta dorongan
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan baik. Untuk itu
penulis ingin mengucapkan terimasih kepada :
1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan kemudahan pada
penulis dalam menyelesaikan penulisan proposal skripsi ini
2. Terimakasih kepada Stikes Bakti Utama Pati telah memberikan kesempatan
saya untuk menempuh pendidikan S1 Kebidanan ahli jenjang.
3. Kepada teman-teman satu almamaterku tercinta. Sukses selalu untuk kita
semua.
4. Kepada ibu Yuli irnawati, S.Si.T.,M.Kes dan ibu Atik Siti Juariayah,
S.Si.T.,M.Keb terimakasih untuk bimbingannya sehingga saya biasa
menyelesaikan skripsi ini
5. Orang tua, sahabat, serta teman-teman sekalian yang selalu memberikan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan pada proposal skripsi ini.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk ini.
Penulis berharap proposal skripsi ini dapat bermanfaat terhadap ilmu
pengetahuan khususnya pada bidang kesehatan.

Sumsel, 2022

(Yeyen Junianti, A.Md.Keb)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL...........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A Latar Belakang ................................................................................. 1
B Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
E Keaslian Penelitian ........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9
A Tinjauan Teori .................................................................................. 9
B Kerangka Teori ................................................................................ 21
C Kerangka Konsep ............................................................................. 22
D Hipotesis .......................................................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 23
A Desain Penelitian ............................................................................. 23
B Populasi Dan Sampel ....................................................................... 23
C Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................... 24
D Variable Penelitian ........................................................................... 24
E Definisi Operasional ......................................................................... 25
F Instrumen Penelitian ......................................................................... 29
G Validitas Dan Reliabilitas ................................................................ 30
H Etika Penelitian ................................................................................ 32
I Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 35
J Teknik Analisa Data .......................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ............................................................................ 8


Tabel 2. Definisi Operasional .......................................................................... 26
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori .............................................................................. 21


Gambar 2. Kerangka Konsep ........................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan sehingga periode

ini mempunyai resiko kesehatan yang tinggi. Salah satu masalah gizi yang

banyak dialami oleh remaja adalah anemia (Fadila, 2018). Anemia

merupakan keadaan dimana jumlah sel darah merah atau kadar

hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah

merah mengandung hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dari

paru-paru dan mengantar keseluruh tubuh (Martin, 2018).

Anemia pada remaja sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut

World Health Organization (WHO), prevalensi anemia dunia berkisar

40% sampai 88%. Prevalensi nasional anemia di Indonesia berdasarkan

data Riskesdas tahun 2018 yaitu sebanyak 72,3% (Kemenkes RI, 2018).

Proporsi kejadian anemia di Indonesia menurut karakteristik jenis kelamin

perempuan lebih mendominasi jika dibandingkan dengan laki-laki,

presentasi pada perempuan 23,9% dan laki-laki 18,4%. Sementara itu

untuk prevalensi anemia di wilayah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018

berada pada persentase 57,7% dengan ambang batas masalah anemia

sebagai masalah kesehatan masyarakat >20% (Dinkes Sumsel, 2018).


Anemia disebabkan karena kehilangan darah secara kronis, asupan

zat besi yang tidak cukup, penyerapan tidak adekuat dan peningkatan

kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim

berlangsung diantaranya pada masa pubertas dan karena aktifitas yang

meningkat, diet yang salah, pola makan yang tidak teratur dan mengalami

menstruasi dimana besi hilang bersama darah menstruasi. Beberapa

penelitian mengemukakan bahwa faktor pengetahuan tentang anemia dan

tingkat asupan zat gizi (energi, protein, zat besi) mempengaruhi tingkat

kejadian anemia pada remaja (Surya, 2017).

Beberapa dampak langsung yang terjadi pada remaja putri yang

terkana anemia adalah sering mengeluh pusing dan mata berkunang-

kunang, kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat,

lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai dan juga perdampak jangka panjang

karena perempuan nantinya akan hamil dan memiliki anak, pada masa

hamil remaja yang sudah menderita anemia akan lebih parah anemianya

saat hamil karena masa hamil membutukan gizi yang lebih banyak lagi,

jika tidak ditanganinya maka akan berdampak buruk pada ibu dan bayinya

(Sandra, 2017).

Pemenuhan gizi dalam makanan sehari-hari adalah salah satu faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Anemia

dapat mengakibatkan menurunnya kesehatan reproduksi remaja,

menghambat perkembangan motorik, mental dan kecerdasan, prestasi


belajar dan tingkat kebugaran yang menurun serta tidak tercapainya tinggi

badan optimal (Andriani dan Wirjatmadi, 2018).

Status gizi remaja yang kurang maupun berlebih merupakan masalah

gizi remaja yang di karenakan perilaku konsumsi makanan yang salah,

yaitu keseimbangan antara konsumsi nutrisi dengan kecukupan nutrisi

yang dianjurkan. Status gizi kurang terjadi apabila tubuh kekurangan zat-

zat gizi esensial dan sebaliknya jika tubuh kelebihan zat gizi maka remaja

akan menderita gizi lebih dan obesitas. Selain itu, meningkatnya aktivitas

sekolah maupun berbagai aktivitas organisasi dan ekstrakurikuler yang

tinggi pada remaja akan mempengaruhi kebiasaan makannya.

Kebiasaan makan yang ideal, yaitu frekuensi makan tiga kali sehari

dengan rentang waktu makan yang hampir sama dalam sehari, dan

ditambah dua makanan ringan porsi kecil yang menyehatkan.Pola

konsumsi makanan yang sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak

sarapan, dan sama sekali tidak makan siang. Kondisi tersebut, ditambah

juga dengan kebiasaan mengkonsumsi minuman yang menghambat

absorbsi zat besi akan mempengaruhi kadar hemoglobin (Suryani, 2018).

Penelitian Kristy (2018) faktor yang mempengaruhi kejadian anemia

yaitu status gizi dan tingkat pendidikan ibu. Status gizi dalam kategori

kurus mempunyai risiko 3,1 kali mengalami anemia dibandingkan dengan

remaja yang status gizinya normal dan ibu yang berpendidikan rendah,

kurang memperhatikan makanan yang dikonsumsi anaknya dan kurang

memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi seimbang. Bagi keluarga


dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima

informasi kesehatan dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari

(Kristy, 2018).

SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan merupakan salah satu

fasilitas pendidikan yang terletak di Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten

Panukal Abab Lematang Ilir. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

telah peneliti lakukan pada tanggal…. diperoleh data bahwa jumlah

keseluruhan siswi di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan kelas XI

adalah 90 orang. Hasil wawancara juga menyatakan bahwa 7 dari 10 siswa

belum tahu apa itu anemia. Peneliti juga melakukan wawancara kepada

pihak guru dan menyatakan bahwa di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera

Selatan pernah dilakukan pengecekan kadar hemoglobin. Alasan

pengambilan responden kelas XI adalah padatnya tingkat aktifitas pada

siswi kelas XI seperti adanya pelajaran tambahan untuk persiapan ujian

Mengingat begitu pentingnya status gizi terhadap kejadian anemia pada

remaja putri, maka peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian

tentang hubungan status gizi terhadap kejadian anemia pada remaja putri

Kelas XI di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan


status gizi terhadap kejadian anemia pada remaja putri Kelas XI di SMK

YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan status gizi terhadap kejadian anemia pada

remaja putri Kelas XI di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui status gizi pada remaja putri Kelas XI di SMK YPIP

Talang Ubi Sumatera Selatan.

b. Mengetahui kejadian anemia pada remaja putri Kelas XI di SMK

YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan.

c. Mengetahui hubungan status gizi terhadap kejadian anemia pada

remaja putri Kelas XI di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi Bidan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan peran serta bidan

untuk mengurangi angka anemia pada remaja.

2) Bagi Institusi

Sebagai tambahan bahan pustaka bagi Stikes BUP khususnya Program

Studi Sarjana Kebidanan tentang status gizi terhadap kejadian anemia

pada remaja putri


3) Bagi Penulis

Mampu mengetahui hubungan status gizi terhadap kejadian anemia

pada remaja putri

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian penelitian


No Judul dan Metode Hasil
Peneliti

1 Hubungan Status Analitik Hasil penelitian didapatkan ada


Gizi Dengan kuantitatif hubungan status gizi dengan kejadian
Kejadian Anemia dengan desain anemia pada remaja putri di SMAN 1
Pada Remaja cross sectional Pangkalan Kerinci Kabupaten
Putri Sman 1 Pelalawan (p value= 0,011).
Pangkalan
Kerinci
Kabupaten
Pelalawan Tahun
2019
Fitri Apriyanti
(2019)

2. Hubungan Antara Desain penelitian Analisis bivariat menggunakan uji chi-


Status Gizi dan ini adalah square dengan tingkat kepercayaan
Pola Makan kuantitatif 95%. Hasil penelitian menunjukkan ada
dengan Kejadian dengan hubungan bermakna antara status gizi
Anemia Pada pendekatan cross dengan kejadian anemia pada remaja
Remaja Putri sectional putri dengan nilai p=0,008 (<0,05).
Anis Muhayati, Analisis pola makan dengan kejadian
Diah Ratnawati anemia pada remaja yang berarti ada
(2019) hubungan antara pola makan dengan
kejadian anemia dengan p= 0,004
(<0,05) dan OR= 0,407

3. Kebiasaan Penelitian ini Hasil penelitian menunjukan, analisis


Sarapan Pagi merupakan chi-square, ada hubungan antara
Berhubungan desain penelitian kebiasaan sarapan dengan kejadian
Dengan Kejadian cross sectional anemia (P-value = 0,03; OR= 2,05;
Anemia Pada 95% CI = 1,11-3,78).
Remaja Di Sma
Negeri 8 Muaro
Jambi

Ummi Kalsum &


Raden Halim
(2018)
F. Ruang lingkup Penelitian

1. Keilmuan

Berdasarkan judul yang digunakan dalam penelitian ini maka fokus

penelitian adalah hanya meneliti hubungan status gizi terhadap

kejadian anemia pada remaja putri di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera

Selatan

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan Desember 2022 sampai

dengan bulan Januari 2023

3. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Remaja

a. Definisi

Remaja adalah seseorang yang baru menginjakkan dan mengenal

mana yang baik dan buruk, mengenal lawan jenis dan memahami tugas

dan peranan dalam lingkungan sosial (Jannah, 2020). Masa remaja

adalah masa dimana periode yang sangat penting dalam rentang

kehidupan, dimana ada periode transisional, masa perubahan, masa usia

bermasalah, masa dimana individu mencari identitas diri, usia

menyeramkan, masa unrealism, dan masa menuju kedewasaan (Gao,

2020). Menurut WHO tahun 2019 menjelaskan bahwa remaja atau

dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

kematangan. Berdasarkan uraian yang diatas, dapat dijabarkan bahwa

masa remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan

semua aspek dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan

masa kanak-kanak menjadi dewasa (Yuliandari, 2019)

b. Tahap Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat,

baik fisik maupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya


berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja

perempuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan

pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena

dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan berpikir pada remaja

juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil

Pematangan secara fisik merupakan salah satu proses pada

remaja adanya perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti haid

pada perempuan dan mimpi basah atau ejakulasi pada laki-laki.

Pematangan remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial

pada setiap individu, misalnya bersikap tidak ingin bergantung pada

orang tua, ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif dengan

kelompoknya dan mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial

(Soetjiningsih, 2017). Menurut Gainau (2015) ada tiga tahap

perkembangan remaja, yaitu :

1) Remaja awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early

adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap

ini mereka masih heran dan belum mengerti akan

perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnhya dan dorongan-

dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mereka juga

mengembangkan pikiran-pikiran baru, mudah tertarik pada lawan

jenis, dan juga mudah terangsang secara erotis.


2) Remaja madya

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle

adolescence memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap

remaja madya atau pertengahan sangat mebutuhkan temannya.

Masa ini remaja lebih cenderung memiliki sifat yang mencintai

dirinya sendiri (narcistic). Remaja pada tahap ini juga masih

bingung dalam mengambil keputusan atau masih labil dalam

berperilaku.

3) Remaja akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence

merupakan remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini

merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu

mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru. Remaja

akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka biasanya

12 sudah berpikir secara matang dan intelek dalam mengambil

keputusan (Ganiau, 2015).

c. Perubahan pada remaja

1) Perubahan fisik

Berdasarkan perubahan pada fisik terdapat perbedaan setiap

individu. Perbedaan seks yang sangat jelas. Walaupun anak laki-

laki memulai pertumbuhan lebih lambat dari pada anak perempuan,

pertumbuhan anak laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada


saat matang biasanya anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak

peempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia

kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung memiliki

bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal.

Anak perempuan yang matang lebih awal cenderung lebih berat,

lebih tinggi dan lebih gemuk dibandingan dengan anak perempuan

yang matangnya terlambat

2) Perubahan kepribadian

Remaja memahami apa yang membentuk “kepribadian

yang menyenangkan”, remaja mengetahui sifat-sifat apa yang

dikagumi oleh teman sejenis maupun teman-teman lawan jenis.

Meskipun sifat-sifat yang dikagumi berbeda dari dari kelompok

sosial ke kelompok sosial yang lain, tetapi remaja mengerti apa

yang mereka kagumi oleh kelompoknya. Banyak anak remaja yang

menggunakan standar kelompok sebagai konsep mereka mengenai

kepribadian “ideal” terhadap mana mereka menilai kepribadian

mereka sendiri. Tidak banyak dari mereka yang merasa dapat

mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil

ingin mengubah kepribadian mereka (Felman, 2020).

3) Perubahan emosi

Masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan

tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketenangan emosi meningkat

sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tidak dari semua
remaja mengalami masa badai dan tekanan, sebagai remaja

mengalami ketidakstabilan dari perilaku baru dan harapan sosial

yang baru (Hurlock, 2013).

4) Perubahan sosial

Salah satu tugas perkembangan dari masa remaja yang tersulit

yaitu penyesuaian sosial. Bagian yang terpenting dan tersulit

adalah penyesuaian diri dengan meningkatkan pengaruh kelompok

sebayanya, perubahan dalam berperilaku sosial, pengelompokkan

sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-

nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai

baru dalam seleksi pemimpin. Remaja akan lebih banyak berada

diluar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya, maka dari

itu dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap,

pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada

pengaruh keluarga (Hurlock, 2013)

2. Gizi Remaja

a. Pengertian

Gizi secara etimologi berasal dari bahasa arab “Ghidza” yang

artinya makanan. Menurut dialek mesir “Ghidza” dibaca “Ghizi” atau

popular di Indonesia disebut “Gizi”. Gizi atau makanan didefinisikan

sebagai subtansi organik yang dibutuhkan makhluk hidup untuk

bertahan hidup, menjaga fungsi normal darisistemtubuh, pertumbuhan,


pemeliharaan kesehatan dan melakukan aktivitas (wardhani & Retno,

2018). Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan masa

transisi antara anak-anak dan dewasa.

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi

hingga masa tua akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi

iga tahapan yakni masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan

masa remaja akhir. Adapun kriteria usia remaja awal pada perempuan

yaitu 13-15 tahun, dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun (Thalib, 2010).

Pada masa remaja banyak aktivitas yang dapat dilakukan dalam usaha

pengembangan diri dan kepribadian. Mereka mempunyai kegiatan

untuk mengisi waktu dari hari kehari, sehingga menjadi suatu kebiasaan

yang akhirnya membentuk pola kegiatan. Masa ini merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, maupun

aktivitas yang semakin meningkat, maka kebutuhan akan makanan yang

mengandung zat-zat gizi pun menjadi cukup besar (Sumanto, 2009).

Cukup banyak masalah yang berdampak negatif terhdap kesehatan dan

gizi remaja. Dalam beberapa hal, masalah gizi remaja serupa atau

merupakan kelanjutan dari masalah gizi serupa atau merupakan

kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi

besi serta kelebihan dan kekurangan berat badan (Arisman, 2018).

b. Faktor Yang Memicu Terjadinya Masalah Gizi Remaja

1) Kebiasaan makanan yang buruk


Kebiasaan makanan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan

makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil

akan terjadi pada usia

remaja. Mereka akan makan seadanya tanpa mengetahuinya kebutuhan zat

gizi tersebut terhadap kesehatan mereka (Moehji, 2017).

2) Pemahaman gizi yang keliru

Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama

wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk

memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengatura

pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi mereka

terpenuhi. Hanya makan sekali sehari, atau makan makanan seadanya,

tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang

keliru dan mendorong terjadinya gangguan gizi (Moehji, 2017).

3) Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan

kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan

“mode” yang tengah marak dikalangan remaja. Di tahun 1960 an misalnya

remaja-remaja di Amerika Serikat sangat menggandrungi makanan berupa

hot dog dan minuman Coca Cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke

remaja-remaja diberbagai negara lain termasuk di Indonesia (Moehji,

2017).

4) Promosi yang berlebihan melalui media masa


Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat mudah tertarik pada

hal hal yang baru. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pengusaha makanan

dengan

mempromosikan produk makanan mereka, dengan cara yang sangat

memengaruhi para remaja. Lebih-lebih jika promosi itu dilakukan dengan

menggunakan bintang film yang menjadi idola mereka (Moehji, 2017).

5) Masuknya produk-produk makanan baru

Produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas

membawa pengaruh terhadap kebiasaan makan para remaja. Jenis-jenis

makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat seperti hot

dog, pizza, hamburger fried chicken & french fries, berbagai jenis

makanan berupa kripik (junk food) sring dianggap sebagai gimbal

kehidupan modern oleh para remaja. Keberatan terhadap berbagai jenis

fast food itu terutama karena kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi

disamping kadar garam (Moehji, 2017).

6) Screen Time

Perkembangan teknologi saat ini ikut andil dalam perkembangan obesitas.

Menonton TV serta menggunakan media elektronik atau gadget membuat

remaja dapat duduk tenang dalam waktu yang lama (Van , 2015). Gaya

hidup sedentary, dimana aktivitas fisik yang dilakukan individu tergolong

rendah dapat mendukung terjadinya kegemukan. Aktivitas fisik yang

rendah, akan menyebabkan energi yang masuk dari asupan makanan tidak

terpakai dan menumpuk dalam bentuk lemak tubuh. Jika keadaan ini
terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terjadi peningkatan resiko

kegemukan, termasuk pada anak-anak (Sari, 2015)

c. Anjuran Asupan Komposisi Zat Gizi Remaja

Kebutuhan tenaga pada remaja sangat tergantung pada tingkat

kematangan fisik dan aktivitas yang dilakukan. Energy merupakan salah

satu hasil, metabolism karbohidrat, protein, lemak (Almatsier,

2011).Berikut ini adalah anjuran asupan komposisi asupan zat gizi remaja

1) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia, yaitu

menyediakan 50-60% dari total energi yang dibutuhkan (Murdiati,

Amaliah, 2013). Makanan sumber karbohidrat adalah beras, jagung,

terigu, singkong, umbi jalar, kentang, talas. Bila kecukupan energi

2400 kalori , energi yang dibutuhkan dari karbohidrat orang remaja

adalah = 60% x 2400 kalori = 1440 kalori. Bila di konversi ke berat

karbohidrat adalah 1 gram karbohidrat = 4 kalori, jadi 1440 kalori

yang di butuhkan = 360 gram karbohidrat. Dengan demikian, dalam

satu hari harus mengkonsumsi nasi, singkong, atau roti dengan total

360 gram (Devi, 2019).

2) Protein

Kebutuhan protein sehari yang direkomendasikan untuk remaja yaitu

10%-15% (Murdiati & Amaliah, 2013). Makanan sumber protein

dibedakan menjadi 2 yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein


hewani juga banyak dalam daging, telur, ikan, keju, kerang, udang,

susu. Adapun protein nabati antara lain

terdapat dalam kacang-kacangan, tahu, tempe (Adriani & Bambang,

2014). Bila kecukupan energi 2400 kalori , energi yang dibutuhkan dari

protein orang remaja adalah = 20% x 2400 kalori = 480 kalori. Bila di

konversi adalah 1 gram protein = 4 kalori, jadi 480 kalori yang di

butuhkan = 120 gram protein.Dengan demikian, dalam satu hari harus

mengkonsumsi daging, tahu, tempe 120 gram (Devi, 2010).

3) Lemak

Kebutuhan lemak sehari yang direkomendasikan untuk remaja

yaitu 20%- 30% (Murdiati & Amaliah, 2013). Sumber lemak berasal

dari dua sumber, yaitu hewan dan tanaman. Sumber lemak hewani:

susu, lemak sapi, dan minyak ikan. Sumber zaitun, dan lain-lain. Setiap

sumber mempunyai porsi yang berbeda dalam kandungan asam

lemakmnya, misalnya lemak hewan, kecuali ikan banyak mengandung

asam lemak jenuh (saturated fatty acids = SFA), lemak nabati banyak

mengandung campuran asam lemak jenuh, asam lemak, tak jenuh

tunggal (Monounsaturated Fatty Acids = MUFA), dan asam lemak tak

ganda polyunsaturated Fatty Acids = PUFA). Khusus ikan, banyak

mengandung PUFA omega 3 dan DHA. Bila kecukupan energi 2400

kalori , energi yang dibutuhkan dari lemak orang remaja adalah = 20%

x 2400 kalori = 480 kalori. Bila di konversi ke berat p adalah 1 gram

protein = 9 kalori, jadi 480 kalori yang di butuhkan = 53 gram


lemak.Dari total 53 gram dibagi menjadi tiga sumber, yaitu 10% dari

asam lemak jenuh = 10% x 53 gram = 5,3 gram, 10% dari asam lemak

tidak jenuh tunggal = 10% x 53 gram = 5,3 gram, 10% dari asam lemak

tak jenuh ganda = 10% x 53 gram = 53 gram (Devi, 2010).

d. Metode Pengukuran Pola Konsumsi Makanan

Pola konsumsi makanan dapat diukur melalui beberapa cara sesuai dengan

tujuan dan sasaran. Berikut ini adalah beberapa cara pengukuran pola

konsumsi makanan:

1) Metode food recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat

jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24

jam. Dalam metode ini, responden diminta untuk menceritakan semua

yang dimakan dan diminum selama 24 jam terakhir. Dimulai sejak

sasaran bangun pagi hingga istirahat malam harinya. Hal penting yang

harus diketahui adalah bahwa dengan menggunakan recall 24 jam, data

yang diperoleh cendrung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu,

untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan

individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT

(Ukuran Rumah Tangga). Recall 24 jam sebaiknya dilakukan selama 2

kali, tetapi tidak dalam hari yang berurutan agar data yang diperoleh

lebih lengkap (Hardinsyah & Supariasa, 2016).


2) Estimated food records

Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang

dimakan dan diminum setiap kali sebelum makan dalm Ukuran Rumah

Tangga (URT) atau

menimbang dalam ukuran berat (gram) hingga 2-4 hari berturut-turut,

termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut (Hardinsyah &

Supariasa, 2016).

3) Penimbangan makanan

Pada metode ini, responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh

makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Hal yang perlu

diperhatikan yaitu bila terdapat sisa makanan, maka perlu ditimbang sisa

makanan tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang

dikonsumsi (Hardinsyah & Supariasa, 2016)

4) Metode riwayat makanan

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi

yang berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (1 minggu, 1

bulan, 1 tahun). Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan

data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa.

Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut harus dikumpulkan

(Hardinsyah & Supariasa, 2016).

5) Metode frekuensi makanan

Tujuan dari Metode ini adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi bahan makanan atau makanan jadi pada waktu lalu. Kuesioner
terdiri dari daftar bahan makanan dan frekuensi makanan. Cara ini

merekam tentang berapa kali konsumsi bahan makanan sehari, seminggu,

sebulan atau waktu tertentu (Kusharto & Supariasa, 2014)

3. Status Gizi Remaja

a. Pengertian

Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter,

kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau

rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting

karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait

dengan status gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi,

dapat dilakukan upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada

masyarakat. Status gizi seseorang tergantung dari asupan gizi dan

kebutuhannya, jika antara asupan gizi dengan kebutuhan tubuhnya

seimbang, maka akan menghasilkan status gizi baik. Kebutuhan

asupan gizi setiap individu berbeda antara individu, hal ini tergantung

pada usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan ,dan tinggi badan

(Sugeng & Titus, 2017).

b. Cara Penilaian Status gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu

penilaian status gizi secara langsung dan tidak langsung.

1) Penilaian status gizi secara langsung


a) Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran tubuh

dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat

gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidak

seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini

dapat dilihat melalui pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh

(Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012).

b) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan

ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut,

dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode

ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical

surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat

tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih

zat gizi. Disamping itu pula digunakan untuk mengetahui

tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan


fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat

penyakit (Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012).

c) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain: darah, urine, tinja, juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan

sebagai suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi

keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis

yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih

banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang

spesifik.

2) Penilaian status gizi secara tidak langsung

a) Survey konsumsi makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat

memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada

masyarakat, keluarga, dan individu. Survey ini dapat

mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi

(Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012).

b) Statistic vital
Pengukuran status gizi dengan statistic vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian

akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan

dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian

dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi

masyarakat (Supariasa, Bachyar, & Ibnu, 2012).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada 2 yaitu : faktor langsung

dan tidak langsung

1) Faktor Langsung

a) Asupan zat gizi

Status gizi di pengaruhi asupan gizi makronutrien dan

mikronutrien yang seimbang. Pada masa remaja kebutuhan

nutrisi/gizi perlu mendapat perhatian lebih, kebutuhan nutrisi yang

meningkat dikarenakan adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan

perkembangan. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pada masa ini

berpengaruh pada kebutuhan dan asupan gizi. Kebutuhan khusus

nutrient perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang

mempunyai aktifitas olahraga, mengalami kehamilan, gangguan

perilaku makan, restriksi asupan makanan: konsumsi alkohol, obat-

obatan maupun hal-hal lain yang biasa terjadi pada remaja

Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk


deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi

remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan rentan usia

sebelum dan sesudahnya. Apalagi masa remaja merupakan

masa transisi penting pertumbuhan dari anak-anak menuju

dewasa. Gizi seimbang pada masa tersebut akan sangat

menentukan kematangan mereka dimasa depan. Intinya masa

remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan cepat,

sehingga asupan zat gizi remaja harus diperhatikan benar agar

mereka dapat tumbuh optimal. Apalagi dimasa ini aktifitas fisik

remaja pada umumnya lebih banyak.

Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah,

umumnya mereka mulai pula menekuni berbagai kegiatan seperti

olah raga, hobi, kursus. Semua itu tentu akan menguras

energi, yang berujung pada keharusan menyesuaikan dengan

asupan zat gizi seimbang (Kurniasih , 2018). Usia reproduksi,

tingkat aktivitas, dan status nutrisi mempengaruhi kebutuhan

energi dan nutrisi pada remaja, sehingga dibutuhkan nutrisi yang

sedikit lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhannya

tersebut. Remaja rentan mengalami defisiensi zat besi, karena

kebutuhan remaja yang meningkat seiring pertumbuhannya, namun

seorang remaja sering terlalu memperhatikan penambahan berat

badannya. Remaja dengan berat badan kurang dan anemia


beresiko melahirkan bayi BBLR jika dibandingkan dengan wanita

usia reproduksi yang aman untuk hamil (Ambarwati, 2012).

b) Infeksi

Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi

bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui

berbagai mekanismenya. Yang penting adalah efek langsung dari

infeksi sistemik pada katabolisme jaringan. Walaupun hanya

terhadap infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen.

Infeksi adalah masuknya dan berkembangnnya serta bergandanya

agen penyakit menular dalam badan manusia atau binatang terasuk

juga bagaimana badan pejamu bereaksi terhadap agen penyakit

terhadap agen tadi meskipun hal ini terlalu tampak secara nyata.

Hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung

dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi

terhadap status gizi itu sendiri (Suhardjo, 2005).

2) Faktor Tidak Langsung

a) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan

yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi

status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan

panjang tidak akan berarti kalau penentuan umur yang salah

(Supariasa, Bachyar , & Ibnu, 2013). Pada masa remaja kebutuhan

tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan


sebelumnya, karena remaja lebih banyak melakukan aktivitas fisik.

Memasuki usia remaja kecepatan pertumbuhan fisik sangat

dipengaruhi oleh keadaan hormonal tubuh, perilaku dan emosi

sehingga kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi harus tetap terpenuhi

dengan baik. Kebutuhan tenaga pada remaja sangat bergantung

pada tingkat kematangan fisik dan aktivitas yang dilakukan.

b) Jenis kelamin

Pada masa remaja, selain terjadi pertumbuhan terjadi juga

pertambahan berat badan.Pertambahan berat badan ini sekitar 13

kg untuk anak laki-laki dan 10 kg bagi anak perempuan. Meskipun

berat badan ikut bertambah seiring proses pertumbuhan namun

dapat lebih mudah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya pola

hidup, asupan nutrisi, diet dan latihan.Obesitas lebih umum

dijumpai pada wanita terutama pada saat remaja, hal ini disebabkan

faktor endokrin dan perubahan hormonal. Pertumbuhan yang cepat

(growth spurt) baik tinggi maupun berat badan merupakan salah

satu tanda periode adolensia.

Kebutuhan zat gizi sangat berhubungan dengan besarnya

tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat padaperiode

pertumbuhan yang cepat.Growth spurt pada anak perempuan sudah

dimulai pada umur antara 10-12 tahun sedangkan pada laki-laki

pada umur 12-14tahun. Permulaan growth spurt pada setiap anak

tidak selalu pada umur yang sama, terdapat perbedaan antara


individual. Pengingkatan aktivitas fisik yangmengiringi

pertumbuhan yang cepat ini sehigga kebutuhan zat gizi akan

bertambah. Nafsu makan anak laki-laki sangat bertambah

sehingga tidak akan menemukan kesukaran untuk memenuhi

kebutuhannya. Anak perempuan biasanya lebih mementingkan

penampilan, mereka enggan menjadi gemuk sehingga membatasi

diri dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak

energi dan tidak mau makan pagi. Mereka harus diyakinkan bahwa

masukan zat gizi yang kurang dari yang dibutuhkan akan berakibat

buruk baik bagi pertumbuhan maupun kesehatannya (Ambarwati,

2012).

c) Tingkat ekonomi dan status tinggal

Peningkatan pendapatan juga dapat mempengaruhi pemilihan

jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Peningkatan

kemakmuran di masyarakat yang diikuti oleh peningkatan

pendidikan dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola

makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji

yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola

makan praktis dan siap saji terutama terlihat di kota-kota besar di

Indonesia, dan jika dikonsumsi secara tidak rasional akan

menyebabkan kelebihan masukan kalori yang akan menimbulkan

obesitas. Makanan sering digunakan untuk prestise atau status


ekonomi. Semua budaya memiliki makanan yang dianggap

berprestasi (Almatsier, 2019).

d) Faktor Lingkungan

Remaja belum sepenuhnya matang dan cepat sekali terpengaruh

oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan

di luar, atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi

kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan terutama iklan

di televisi. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja dalam hal

memilih jenis makanan. Ketidak patuhan terhadap teman

dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya terkucil dan akan

merusak kepercayaandirinya (Arisman, 2018)

e) Aktivitas Fisik

Sebagian besar energi yang masuk melalui makanan pada anak

remaja dan orang dewasa seharusnya digunakan untuk aktivitas

fisik. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi yang

tersimpan sebagai lemak, sehingga orang orang yang kurang

melakukan aktivitas cenderung menjadi gemuk (Virgianto &

Purwaningsih, 2016).

4. Anemia

a. Pengertian

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin

hemotokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang

dipatok untuk perorangan (Arisman, 2014). Anemia sebagai


keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena kondisi patologis.

Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi

bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Ani, 2016). Menurut

Nursalam (2010), anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel

darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter

kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada

sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai

dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik dan

penurunan daya tahan tubuh.

Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah

anemia defisiensi zat besi (Ani, 2016). Menurut Soekirman (2012),

anemia gizi besi adalah suatu keadaan penurunan cadangan besi

dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun di bawah

normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi, diawali lebih dahulu

dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi

dalam hati menurun tetapi belum parah dan jumlah hemoglobin

masih normal, maka seseorang dikatakan mengalami kurang gizi

beis saja (tidak disertai anemia gizi besi). Keadaan kurang gizi besi

yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan anemia gizi

besi, tubuh tidak akan lagi mempunyai cukup zat besi untuk

membentuk hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang

baru (Arisman, 2014).

b. Klasifikasi anemia
Menurut Prawirohardjo (2019), macam-macam anemia adalah

sebagai berikut:

1) Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh

kurangnya mineral fe. Kekurangan ini dapat disebabkan karena

kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena

gangguan absorbsi atau terpantau banyaknya besi keluar dari

tubuh, misalnya pada pendarahan.

2) Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh

defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin

B12, anemia ini sering ditemukan pada wanita yang jarang

mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein

hewani tinggi.

3) Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena

penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari

pembuatannya.

4) Anemia hipoplastik dan aplastik adalah anemia yang

disebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu

membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo, 2018). Pada

sepertiga kasus anemia dipicu oleh obat atau zat kimia lain,

infeksi, radiasi, leukimia dan gangguan imunologis.

c. Etiologi anemia

Menurut Soekarti (2011) penyebab terjadinya anemia adalah:


1) Pada umumnya masyarakat indonesia (termasuk remaja putri)

lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat

besinya sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga

kebutuhan tubuh akan zat besi tidak terpenuhi.

2) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga

membatasi asupan makanan.

3) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diereksi,

khususnya melalui feses (tinja).

4) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, sehingga kehilangan

zat besi + 1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih

banyak daripada pria.

Menurut Handayani dan Haribowo (2018), pada dasarnya gejala

anemia timbul karena dua hal berikut ini:

1) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang

dapat dibawa oleh darah ke jaringan.

2) Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.

Menurut Ani (2016), anemia gizi besi dapat terjadi karena:

1) Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak

mencukupi kebutuhan.

2) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan

yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam).
3) Makanan nabti (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya: sayuran hijau

tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit

yang bisa diserap baik oleh usus.

d. Faktor-faktor terjadinya anemia pada remaja putri

Banyak faktor medis yang dapat menyebabkan anemia, diantaranya

meliputi:

1) Menstruasi

Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus menstruasi

yang tidak normal. Kehilangan banyak darah saat menstruasi

diduga dapat menyebabkan anemia (Merryana dan Bambang,

2013). Hampir semua wanita pernah mengalami pendarahan

berlebihan saat menstruasi, bahkan sebagian wanita harus

mengalami hal ini setiap datang bulan. Tiap wanita mempunyai

siklus menstruasi yang berlainan, normalnya dalam satu siklus

kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total

kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm. Menstruasi dikatakan

tidak normal saat seorang wanita mengalami menstruasi dengan

jangka waktu panjang. Pada umumnya wanita hanya mengalami

menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa kasus,

ada yang mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan.

Kondisi inilah yang dikatakan menstruasi tidak normal yang

menyebabkan anemia (Merryana dan Bambang, 2013).


2) Status Gizi

Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh

sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup yang

ditandai dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom

mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferin

menurun, akan berperan penting mengikat besi total (TIBC)

meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat

lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali (Gultom, 2003

dalam Rumpiati,Ella & Mustafidah, 2010).Fase remaja yang

ditandai dengan kematangan fisiologis seperti pembesaran

jaringan sampai organ tubuh membuat remaja memerlukan

kebutuhan nutrisi yang spesial(Tim Penulis Poltekkes Depkes

Jakarta I, 2010 dalam Pramitya &Valentina, 2013).

Menurut Thompson (2007) dalam Arumsari (2008), status

gizi berkorelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin, artinya

semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar

Hb didalam darah. Penelitian Permaesih (2005), menyatakan ada

hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan anemia, remaja

putri dengan Indeks Massa Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali

menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri dengan IMT

normal. Berdasarkan penelitian di Meksiko diketahui bahwa

defisiensi besi juga dapat terjadi 2-4 kali pada wanita dan anak-

anak obesitas. Hal ini dikarenakan adanya peningkatakan produksi


hepcidin yang dapat menghambat penyerapan zat besi (Capeda et

al., 2011), sementara di India menujukkan prevalensi anemia

banyak terjadi pada remaja putri kekurangan berat badan sebesar

34,21 %. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi mengenai diet

yang tepat dan kebiasaan remaja putri melewatkan waktu makan

demi tubuh yang ideal (Shamim et al., 2014)

Asupan energi pada remaja sangat mempengaruhi

pertumbuhaan tubuh, jika asupan tidak kuat dapat menyebabkan

seluruh fungsional remaja ikut menderita. Antara lain, derajat

metabolisme yang buruk, tingkat efektifitas, tampilan fisik,dan

kematangan seksual. Usia remaja merupakan usia dimana terdapat

perubahan-perubahan hormonal dimana perubahan struktur fisik

dan psikologis mengalami perubahan drastis. Masalah gizi yang

utama yang dialami oleh para remaja diantaranya yaitu anemia

defisiensi zat besi, kelebihan berat badan/obesitas dan kekurangan

zat gizi. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya konsumsi

makanan olahan yang nilai gizinya kurang, namun memiliki

banyak kalori sebagai faktor pemicu obesitas pada usia remaja.

Konsumsi jenis-jenis junk food merupakan penyebab para remaja

rentan sekali kekurangan zat gizi(Istiany & Rusilanti, 2013).

Kebiasaan makan saat remaja dapat mempengaruhi

kesehatan pada masa kehidupan berikutnya (setelah dewasa dan

berusia lanjut). Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan mereka


mengalami anemia yang menyebabkan keletihan, sulit konsentrasi

sehingga remaja pada usia bekerja menjadi kurang produktif.

Remaja membutuhkan lebih banyak zat besi terutama para wanita,

karena setiap bulanya mengalami haid yang berdampak

kurangnya asupan zat besi dalam darah sebagai pemicu anemia

(Istiany & Rusilanti, 2013). Salah satu cara untuk menentukan

status gizi dengan membandingkan Berat Badan dan Tinggi

Badan. IMT = Berat Badan (kg) TB2 (dalam meter).

e. Tanda dan gejala anemia

Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada

remaja putri adalah:

1) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).

2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.

3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan

telapak tangan menjadi pucat.

f. Dampak anemia bagi remaja

Menurut Merryana dan Bambang (2013), dampak anemia bagi

remaja adalah:

1) Menurunnya kesehatan reproduksi.

2) Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.

3) Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar.

4) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak

mencapai optimal.
5) Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran.

6) Mengakibatkan muka pucat.

g. Pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri

Pencegahan Menurut Almatzier (2011), cara mencegah dan

mengobati anemia adalah:

1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.

Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan

makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur) dan bahan

makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,

tempe). Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak

mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam,

jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

2) Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum

Tablet Tambah Darah (TTD). Tablet tambah darah adalah

tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro

sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.

Wanita dan remaja putri perlu minum tablet tambah darah

karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi

untuk mengganti darah yang hilang. Tablet tambah darah

mampu mengobati penderita anemia, meningkatkan

kemampuan belajar, kemampuan bekerja dan kualitas sumber

daya manusia serta generasi penerus. Anjuran minum yaitu


minumlah satu tablet tambah darah seminggu sekali dan

dianjurkan minum satu tablet setiap hari selama haid.

Minumlah tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum

dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan

penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi

berkurang. 3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau

memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit

TBC
B. Kerangka Teori
Remaja

Perubahan fisik
Status Gizi

Faktor Faktor tidak


langsung langsung

Asupan makan Umur


Jenis kelamin
Status ekonomi
Lingkungan
Aktifitas fisik

Anemia

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : (Sugeng & Titus, 2017), (Ambarwati, 2012), (Arisman, 2014),


(Yuliandari, 2019)

Keterangan :

= Diteliti

= Tidak diteliti
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka konsep penelitian dalam suatu

uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap

konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain

dari permasalahan yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2018).

Variabel Bebas Variabel Terikat

Status Gizi Anemia

Gambar 2 Kerangka Konsep

B. Hipotesa

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan

penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat

(Sujarweni, 2014). Hipotesis merupakan dugaan sementara dari 2

kemungkinan jawaban yang disimbolkan dengan H. Dimana Ho merupakan

hipotesis nol dan Ha merupakan hipotesis alternatif (Sujarweni, 2014).


Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan status gizi terhadap kejadian anemia pada remaja putri

Kelas XI di SMK YPIP Tatang Ubi Sumatera Selatan .

C. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan rancangan korelasional pendekatan cross sectional.

Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor memiliki kaitan

dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada

koefisien korelasi (Notoatmodjo, 2018). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui dua

variabel atau lebih berdasarkan koefisien korelasi.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas obyek/subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2018). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas XI di SMK

YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan. Jumlah populasi dalam penelitian ini

adalah 90 Remaja putri.


2. Sampel

Menurut (Notoatmodjo, 2018) sampel adalah bagian dari populasi

yang dianggap mewakili populasinya. Besar sampel pada penelitian ini

ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2013).

3. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive

sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan memperhatikan strata

yang ada dalam anggota populasi (Notoatmodjo, 2018).

Besar sample yang digunakan dalam penelitian ini akan dihitung

menggunakan rumus Slovin yaitu :

90
n= 2
1+ 90 ( 0.05 )

n=¿ 73 responden

Keterangan :

n = jumlah sample

N = ukuran populasi

e = batas ukuran kesalahan (eror tolerance) 5%

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum dari subyek penelitian

atau populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2013). Kriteria

inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bersedia menjadi responden


2) Tidak mempunyai penyakit bawaan

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan proses mengeluarkan subjek yang tidak

memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian (Nursalam, 2013). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Tidak hadir saat penelitian

2) Remaja putri dengan gangguan penyerapan FE

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan,

yang dimulai sejak bulan Desember.2022 sampai dengan Januari 2023.

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018) Dalam penelitian ini terdapat 2

variabel yaitu:

1. Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

lain (Nursalam, 2013). Variabel independent dalam penelitian ini adalah

status gizi remaja

2. Variabel Dependent (Terikat)


Variabel dependent adalah variabel yang diukur untuk menetukan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2013).

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Kejadian anemia.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013)

Tabel 2. Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional ukur
1. BMI
Variabel bebas : ≤18,49 =
Keadaan gizi dalam Pengukuran Kurus
Status gizi tubuh seseorang antopometri 2 BMI 18- Ordinal
Indeks masa 50-24,9=
tubuh menurut Normal
umur 3. BMI ≥
25=
gemu
k
4. BMI ≥
30=
Obes
itas

Keadaan menurunnya
Variabel terikat: kadar hemoglobin Lembar 1= Anemia Nominal
Anemia hemotokrit dan jumlah sel Observasi 2= Tidak
darah merah di bawah anemia
nilai normal yang dipatok
untuk perorangan
H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah (Anggraeni, 2013) Jenis instrumen penelitian dapat berupa : angket,

checklist, pedoman wawancara, pedoman pengamatan, alat pemeriksaan

laboratorium dan lain-lain (Anggraeni, 2013). Adapun isntrumen dalam

penelitian ini adalah :

1. Lembar observasi

Instrumen ini berfungsi untuk mengetahui hasil ukur pengukuran

antopometri dan kadar hemoglobin

I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji Validitas adalah uji ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur daam

mengukur apa yang sedang ingin diukur. Uji validitas harus dipenuhi

sebelum alat tersebut digunakan (Notoatmodjo, 2012).

Uji Reliabilitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk

memastikan bahwa data yang dhasilkan dapat dipercaya (Riyanto, 2017).

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas, karena sudah dilakukan

uji reliabilitas pada penelitian sebelumnya

Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan uji

reliabilitas karena instrumen yang digunakan bukan berupa kuesioner


J. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti perlu

mendapatkan rekomendasi dari institusi dengan mengajukan permohonan

ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah mendapatkan

persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika penelitian yang meliputi:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak memberikan

nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya data tertentu

yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Notoatmodjo, 2012).

K. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses dalam penelitian dengan

tujuan utama dalam memperoleh data (Sugiyono, 2018). Teknik

pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan lembar

kuesioner. Tahap pengambilan data penelitian meliputi :


1. Tahap awal

a. Mengajukan studi pendahuluan. Jika sudah disetujui dan

mendapatkan surat ijin studi pendahuluan dari Stikes Bhakti Utama

Pati.

b. Melaksanakan studi pendahuluan oleh peneliti terhadap fenomena

yang ada di SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan

c. Mengajukan proposal penelitian Kebidanan Program Sarjana

kepada SMK YPIP Talang Ubi Sumatera Selatan

d. Mengajukan uji etik yang diajukan kepada komite etik Stikes Bhakti

Utama Pati. Setelah dinyatakan lolos uji etik, peneliti diperbolehkan

mengajukan surat ijin penelitian kepada SMK YPIP Talang Ubi

Sumatera Selatan

2. Tahap Penelitian

a. Peneliti melakukan identifikasi responden sesuai dengan kriteria

inklusi penelitian yang telah ditentukan.

b. Memberikan informasi tentang maksud dan tujuan penelitian

kepada responden

c. Memberikan surat persetujuan responden dan kuesioner untuk diisi

oleh responden yang memenuhi kriteria inklusi.

d. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner

terlebih dahulu sebelum diisi oleh wali responden, setelah itu

peneliti meminta responden mengisi dengan jujur.


e. Setelah kuesioner telah terisi lalu diserahkan ke peneliti, peneliti

melakukan pengecekan ulang kelengkapan isian.

3. Tahap Akhir

Setelah dilakukan pengecekan ulang dan kuesioner terisi dengan

lengkap, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data, Selanjutnya

peneliti melakukan penulisan laporan data.

Selain itu jenis data dapat di kelompokan menjadi :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data yang

dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini data

primer didapatkan langsung dari responden dengan membagikan

kuesioner yang sudah diujicobakan dan pengisian kuesioner penelitian

oleh responden

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari bermacam sumber data

yang telah ada, misalnya data ini didapatkan dari jurnal, dokumen,

laporan dan lain-lain (Sugiyono, 2016). Data sekunder dalam penelitian

ini adalah dari data absensi siswa


L. Teknik Pengumpulan data

1. Editing

Editing ini dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diproses

yang meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi

jawaban.

2. Scoring

Scoring adalah memberikan skor (scoring) atau penilaian terhadap item-

item yang perlu diberi penilaian (Arikunto, 2019)

3. Coding

Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah

mengolah data, semua variabel diberi kode dengan kata lain coding adalah

kegiatan merubah bentuk data yang lebih ringkas dengan menggunakan

kode-kode tertentu

4. Tabulating Data

Sebelum diklasifikasikan, data terlebih dahulu dikelompokkan menurut

kategori yang telah ditentukan selanjutnya data ditabulasikan sehingga

diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel.

5. Entry data

Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer yang

selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program Statistical

Programe for Sosial Science (SPSS).

6. Cleaning
Sebelum dilakukan proses analisa data, terlebih dahulu dilakukan kegiatan

pembersihan data supaya terbebas dari kesalahan (Notoatmodjo, 2018).

M. Teknik Analisa Data

Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun

menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.

Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikannya dan menginterpretasikan

data yang telah diolah. Tujuan dilakukan analisa data adalah memperoleh

gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian,

membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan

memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian yang merupakan

kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2018). Analisis data yang akan dilakukan :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabiel dari hasil penelitian, yaitu variabel bebas (status gizi) dan

variabel terikat (anemia). Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk

menggambarkan tiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara

membuat tabel distribusi mean dan median dari masing-masing variabel.

Gambaran distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi. Rumus distribusi frekuensi yaitu

P= F/N x 100%

Keterangan :

P : Persentase
F= Frekuensi / jumlah jawaban responden

N= Jumlah responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

kedua variabel. Pada penelitian ini uji bivariat dilakukan untuk melihat

hubungan 2 variabel, yaitu hubungan pola makan terhadap kejadian

stunting pada balita usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Batumarta II. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square dengan taraf

signifikan 95%, hubungan dikatakan bermakna apabila nilai p<0.05

(Sugiono, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Fadila, I & Kurniawati, H. (2018). Analisis Pengetahuan Gizi Terkait Pedoman


Gizi Seimbang dan Kadar Hb Remaja Puteri. Jurnal Biotika, 16. No 1

Kalsum, U., & Halim, R. Kebiasaan Sarapan Pagi berhubungan dengan Kejadian
Anemia pada Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi: Seri Sains, Vol.18, No.1, 2016

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman
pencegahan dan penanggulanngan anemia pada remaja putri dan WUS.
Direktorat Gizi Masyarakat.

Kristy Mellya Putri. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia


Pada Remaja Putri Di Wilayah Kerja Puskesmas PAAL Merah l Kota
Jambi Tahun 2018. Scientia Journal, 7(01).

Lestari, D. I. N. (2018). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Upaya


Pencegahan Anemia Saat Menstruasi pada Remaja Putri di Pondok
Pesantren Wilayah Jenu Kabupaten Tuban. Universitas Airlangga.

Mariana W dan Nur Khafidhoh. 2018. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
Anemia pada Remaja Putri di SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas
Karang Doro Kota Semarang Tahun 2013. Jurnal Kebidanan Volume 2
Nomor 4.

Martini, M. 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia


pada Remaja Putri di MAN 1 Metro. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai,
8(1), p 1-7.

Paputungan SR, Kapanto NH dan Rattu. 2016. Hubungan Antara


AsupanZatBesidan Protein denganKejadian Anemia pada Siswa Kelas VIII
dan Kelas IX di SMP Negeri 8 Manado. Jurnal Ilmiah Pharmacon, Volume
5 Nomor 1.

Suryani, D., Hafiani R., & Junita R. 2018. Analisis Pola Makan dan Anemia Gizi
Besi pada Remaja Putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Andalas, 10(1), p 11-18.

Surya, Y., A, I. N., Suryani, & Minfadlillah, I. (2017). Hubungan Pengetahuan


dan Pola Makan Dengan Kejadian Anemia Remaja Putri di MTS Swasta
AlHidayah Talang Bakung Kota Jambi Tahun 2017. Jurnal Bahana
Kesehatan Masyarakat, 1(2).
Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Proposal


dan Hasil Penelitian

No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Jul Agu Sep
1. Penentuan tema
2. Penyusunan
Proposal
3. Uji Turnitin
sebelum ujian
proposal
4. Ujian Proposal
5. Uji Etik
6. Pengambilan
Data Hasil
Penelitian
7. Penyusunan
Hasil Penelitian
8. Uji Turnitin
sebelum ujian
hasil penelitian
9. Ujian Hasil
Penelitian
LEMBAR OBSERVASI

Inisial Responden :

Umur :

No BB responden TB Responden BMI Keterangan Status Gizi Kadar Hb Keterangan


Lembar Konsultasi Skripsi
Program Studi Sarjana Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama
Pati 2022/2023

NIM : 12120422300
Nama : Yeyen Junianti, A.Md.Keb
Tema : Kesehatan Reproduksi
Judul Skripsi : Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri Kelas XI Di Smk YPIP Talang Ubi Sumatra Selatan
Dosen Pembimbing Utama : Yuli Irnawati, S.Si.,M.Kes

No Hari/ Tanggal Jam Uraian Kegiatan

Materi Hasil Bimbingan


1 Rabu/ 10.00 Konsul Judul ACC Judul
23 November
2022
2 Kamis/ 07.00 Konsul Bab Revisi Bab 1-3
15 Desember 2022 1-3

3 Saptu/ 10.00 Revisi Bab Revisi Bab 1-3


17 Desember 2022 1-3

4 Kamis/ 09.00 Revisi Bab 1. Revisi kata pengantar


22 Desember 2022 1-3 2. Revisi jumlah sempel
3. Revivi Qursioner

5 Minggu/ 08.00 Revisi ACC Proposal Skripsi Bab 1-3


15 Desember 2022 Keseluruhan
Proposal Skripsi

Sabtu, 31 Desember 2022


Dosen Pembimbing

(Yuli Irnawati, S.Si.,M.Kes)


NIPP:12005056
Lembar Konsultasi Skripsi
Program Studi Sarjana Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama
Pati 2022/2023

NIM : 12120422300
Nama : Yeyen Junianti, A.Md.Keb
Tema : Kesehatan Reproduksi
Judul Skripsi : Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia
Pada Remaja Putri Kelas XI Di Smk YPIP Talang Ubi Sumatra Selatan
Dosen Pembimbing Utama : Yuli Irnawati, S.Si.,M.Kes

No Hari/ Tanggal Jam Uraian Kegiatan

Materi Hasil Bimbingan

1.

Sabtu, Desember 2022


Dosen Pembimbing

(Anik Sita Juhariyah, S.Si.T.,M.Kes)

Anda mungkin juga menyukai