Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS PERAN PELATIH TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI

SISWA BERPRESTASI DALAM EKSTRAKURIKULER SEPAK BOLA


DI SMP NEGERI 1 SEMPOR KEBUMEN

COVER
PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mendapatkan gelar


Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh:
Farhan Zain Abdillah
18602244030

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2024
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................8
C. Batasan Masalah...........................................................................................9
D. Rumusan Masalah.........................................................................................9
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................9
F. Manfaat Penelitian........................................................................................9
BAB II....................................................................................................................11
KAJIAN PUSTAKA.............................................................................................11
A. Kajian Teori.................................................................................................11
1. Pelatih.............................................................................................11
2. Sepak Bola.....................................................................................24
3. Ekstrakurikuler...............................................................................29
4. Motivasi Berprestasi......................................................................35
5. Prestasi...........................................................................................49
B. Kajian Penelitian yang Relevan..................................................................56
C. Pertanyaan Penelitian..................................................................................59
BAB III..................................................................................................................60
METODE PENELITIAN....................................................................................60
A. Desain Penelitian.........................................................................................60
B. Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................60
C. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................60
D. Definisi Operasional Variabel.....................................................................61
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data..................................................61
1. Teknik Pengumpulan Data.............................................................61
2. Instrumen Penelitian......................................................................63
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen..............................................65
F. Teknik Analisa Data....................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenjang dan Kewenangan Kepelatihan di Sepakbola...............................16


Tabel 2. Jenjang dan Kewenangan Kepelatihan Lankor........................................16
Tabel 3. Kriteria Skor dalam Pengumpulan Data..................................................58
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen...................................................................................60
Tabel 5. Kriteria Penilaian.....................................................................................63
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kualitas Latihan dan Faktor-faktor Pendukung...................................48


Gambar 2. Jenjang Latihan Olahraga.....................................................................50
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga secara umum adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana

dan terstruktur, serta melibatkan gerakan tubuh secara berulang-ulang demi

mendapatkan hasil yang baik secara jasmani serta rohani. Berolahraga secara rutin

bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh karena metabolisme dalam tubuh

dapat berjalan lancar. Penyerapan serta distribusi nutrisi dapat bekerja dengan

efektif dan efisien. Olahraga sebagai salah satu unsur yang berpengaruh dalam

kehidupan manusia, telah ikut berperan dalam mengharumkan nama daerah dan

bangsa, baik melalui kompetisi di tingkat Nasional maupun Internasional. Setiap

bangsa di seluruh dunia berlomba-lomba menciptakan prestasi dalam berbagai

kegiatan olahraga, termasuk olahraga sepakbola. Olahraga sepakbola merupakan

salah satu cabang olahraga yang paling diminati dan yang mempunyai popularitas

yang sangat tinggi di masyarakat. Olahraga ini hampir dimainkan di semua

negara. Sepakbola hampir di mainkan di setiap lapisan masyarakat dari berbagai

kelompok umur. Dilihat dari karakteristiknya, sepakbola adalah cabang olahraga

permainan yang memerlukan kerja sama yang baik antara pemain depan, tengah,

belakang dan penjaga gawang (tim).

Sepakbola adalah salah satu olahraga beregu yang dilakukan pada lapangan

terbuka menggunakan bola sepak, terdiri dari dua kelompok yang berlawanan dan

masing-masing kelompok terdiri dari sebelas orang inti. Pertandingan sepakbola


berlangsung selama 2 x 45 menit dan kemenangan ditentukan dengan selisih gol

yang diciptakan oleh masing-masing tim yang bertanding. Pemain sepakbola

memiliki peranan dan area masing-masing mulai dari posisi kiper (penjaga

gawang) yang bertugas menjaga daerah gawang agar kelompok lawan tidak bisa

memasukkan bola ke dalam gawang sekaligus sebagai pemain paling terakhir di

area pertahanan, bek tengah dan bek sayap memiliki area di depan kiper yang

bertugas untuk mengamankan daerah pertahanan dari serangan lawan dan sesekali

juga ikut membantu dalam penyerangan, pemain tengah memiliki area di bagian

tengah antara daerah pertahanan dan penyerangan yang bertugas untuk mengatur

permainan tim, pemain depan berada di area paling depan di antara pemain

lainnya yang bertujuan untuk menyerang pertahanan lawan dan diharapkan

mampu menciptakan gol ke gawang lawan. Tim yang menciptakan gol lebih

banyak pada akhir pertandingan dinyatakan sebagai pemenang, apabila skor

imbang hingga peluit akhir dibunyikan maka dapat dilakukan undian,

perpanjangan waktu maupun adu penalti tergantung dari format penyelenggara

pertandingan.

Teknik yang harus dikuasai oleh pemain (atlet) sepakbola, menurut


Musrifin et al. (2020)
, ada beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki oleh seorang pemain

sepakbola yaitu menendang (kicking), menghentikan (stoping), menggiring

(dribbling), menyundul (heading), merampas (tackling), lemparan ke dalam

(throw in), dan menjaga gawang (goalkeeping). Kemampuan menguasai teknik

dasar dalam sepakbola merupakan modal awal bagi pemain untuk bermain dengan

baik ketika berada di lapangan. Tujuan sepakbola adalah untuk memasukkan bola
ke gawang lawan sebanyak banyaknya dan menjaga gawang sendiri agar tidak

kemasukan bola ke gawang. Pada umumnya sepakbola merupakan olahraga yang

menuntut aspek kondisi fisik yang baik, yang di dukung dengan aspek teknik,

taktik, dan mental yang bagus. Semua cabang olahraga membutuhkan aspek-aspek

tersebut tidak terkecuali cabang olahraga sepakbola. Jika seorang atlet tidak

mempunyai aspek-aspek tersebut maka atlet tersebut tidak dapat berprestasi atau

tidak dapat meningkatkan prestasinya lebih maksimal.

Menciptakan prestasi yang baik, maka harus dilakukan pembinaan sejak

usia muda karena pemain muda yang berbakat adalah kunci dari tercapainya

tujuan membangun mutu prestasi yang maksimal dalam cabang olahraga

sepakbola. Selain aspek-aspek tersebut ada aspek lain yang mendukung atlet

berprestasi, yaitu peran pelatih. Pelatih juga mempunyai peran yang signifikan

dalam menunjang prestasi atlet dan tim. Keterampilan dasar harus betul-betul

dikuasai dan dipelajari lebih awal untuk mengembangkan mutu permainan yang

merupakan salah satu faktor yang menentukan menang atau kalahnya suatu

kesebelasan dalam suatu pertandingan. Faktor lain yang penting untuk menunjang

tercapainya prestasi sepakbola yaitu kondisi fisik. Kondisi fisik merupakan suatu

persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang atlet dalam meningkatkan dan

mengembangkan prestasi olahraga yang optimal, sehingga segenap kondisi

fisiknya harus dikembangkan dan ditingkatkan sesuai dengan ciri, karakteristik,


(Pujianto, 2015)
dan kebutuhan masing-masing cabang olahraga . Landasan utama

pemilihan atlet adalah kondisi fisik awal yang dimiliki calon atlet, fisik berperan

utama dalam proses latihan, dengan fisik yang bagus maka teknik, taktik, dan
mental dapat meningkat seiring proses latihan, apabila fisik tidak mendukung

penampilan atlet maka atlet tidak dapat menampilkan kemampuan teknik, taktik

dan mental yang maksimal oleh karena itu pemanduan bakat khususnya fisik perlu

dilaksanakan, sebab awal mulai melakukan pembinaan adalah tersedianya bibit


(Zhannisa & Sugiyanto, 2015)
atlet yang berkualitas .

Pembinaan yang biasa dilakukan di dalam lingkup sekolah untuk

memetakan minat dan bakat siswa sehingga terciptanya prestasi dan atlet yang

berbakat yaitu dengan adanya ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan

kegiatan tambahan di sekolah yang bisa dipilih oleh siswa sesuai bakat dan

minatnya. Kegiatan ini memiliki banyak manfaat, namun tidak sedikit pula yang

menganggap bahwa kegiatan ini justru menyita waktu belajar siswa. Kegiatan

ekstrakurikuler mengajarkan peserta didik untuk memiliki sikap bertanggung

jawab, mampu mengatur waktu dengan baik, mandiri serta bekerja sama dengan

banyak orang. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan

oleh peserta didik sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan dilakukan di

bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk mengembangkan kepribadian,

bakat, minat, dan kemampuan peserta didik yang lebih luas atau di luar minat

yang dikembangkan oleh kurikulum.

Faktor yang akan mempengaruhi prestasi, tidak terkecuali siswa SMP

Negeri 1 Sempor yang memilih untuk mengikuti program ekstrakurikuler

sepakbola. Selain bakat minat, peran orang tua, peran pelatih maupun guru, faktor

yang akan mendukung siswa untuk meraih prestasi adalah motivasi berprestasi

siswa itu sendiri. Motivasi berprestasi seorang siswa tidak diragukan lagi sebagai
kunci penting untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Literatur yang

ditulis sejauh ini menetapkan bahwa siswa yang memiliki motivasi berprestasi

lebih tinggi maka akan mencapai prestasi yang lebih dibandingkan dengan siswa

lainnya. Dengan adanya motivasi berprestasi yang ada pada individu siswa, maka

sumber daya manusia di Indonesia akan meningkat. Hal ini didukung oleh Fakhria
(2017)
dan Setiowati yang mengungkapkan bahwa, “Motivasi berprestasi sangat

penting dimiliki tiap individu. Kurang adanya motivasi berprestasi akan

menurunkan kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia. Motivasi

berprestasi itu sendiri sangat penting untuk dimiliki sejak individu berada di

sekolah, karena pada dasarnya individu yang memasuki sekolah sudah siap untuk

berkompetisi dengan individu lainnya”. Hal ini membuktikan bahwa motivasi

berprestasi menjadi sangat penting untuk siswa mencapai sebuah prestasi.

Penulis menemukan bahwa prestasi siswa dapat berkembang dengan cara

didukung melalui motivasi berprestasi siswa sebagai pendorong siswa untuk

mencapai keberhasilan. Restu (2018) dalam penelitiannya mengungkapkan

bahwa, “Motivasi berprestasi merupakan dorongan yang tumbuh dan berkembang

dari dalam diri seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin

sehingga tujuan akan tercapai. Motivasi berprestasi bisa terjadi apabila seseorang
(2017)
bangga akan keberhasilan”. Pratiwi mengatakan bahwa, “Motivasi

berprestasi merupakan upaya atau kecenderungan untuk sukses atau tercapainya

tujuan dengan baik dan motif untuk mengatasi rintangan atau berusaha dengan

cepat dan baik dalam mengatasi rintangan tersebut. Namun pada kenyataannya

tidak semua peserta didik memiliki motivasi berprestasi dalam dirinya”. Dari
penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa setiap orang akan mengalami

hambatan yang berbeda-beda dalam mencapai sebuah kesuksesan dimasa yang

akan datang, dan siswa yang dapat mencapai sebuah prestasi dapat disimpulkan

bahwa siswa tersebut memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan mampu

melalui rintangan dan hambatan yang diperoleh.

Siregar (2018) mengungkapkan bahwa prestasi yang dicapai oleh seorang

siswa dengan baik tidak luput dari peran seorang pendidik, guru maupun pelatih

ekstrakurikuler yang membimbing secara sabar dan teliti. Program yang dirancang

merupakan langkah yang akan diaplikasikan oleh guru dalam pembelajaran. Tidak

jarang guru atau pembina menemukan kesulitan karena setiap siswa memiliki

karakter yang berbeda, pendidikan keluarga yang berbeda, serta bakat dan minat

dari setiap siswa yang berbeda. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

guru pembina atau pelatih memiliki peran yang sangat penting dalam prestasi

yang dicapai oleh siswa. Guru atau pelatih menjadi orang tua kedua yang berada

di luar rumah sehingga harus bisa menjadi panutan dan sosok yang dapat

dijadikan teladan oleh para siswa.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti pada siswa SMP Negeri

1 Sempor, Kebumen yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola, siswa memiliki

tingkat motivasi yang berbeda-beda satu sama lain. Siswa-siswa memiliki

berbagai macam alasan ketika diberi pertanyaan mengapa memilih mengikuti

ekstrakurikuler sepakbola. Ada beberapa siswa yang memiliki motivasi

berprestasi yang sangat tinggi, ada siswa yang hanya memiliki motivasi

berprestasi yang rendah, dan ada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler karena
mengikuti temannya. SMP Negeri 1 Sempor merupakan salah satu sekolah

menengah pertama yang memiliki banyak prestasi dalam bidang olahraga

khususnya sepakbola di wilayah Kebumen dikarenakan tim sepakbola SMP

Negeri 1 Sempor, Kebumen sering sekali memenangkan dan menjuarai kompetisi

sederajat baik di tingkat distrik maupun di tingkat kabupaten, dapat dikatakan

bahwa SMP Negeri 1 Sempor , Kebumen merupakan barometer sepakbola untuk

sekolah menengah pertama yang ada di Kabupaten Kebumen.

SMP Negeri 1 Sempor, Kebumen banyak mencetak atlet-atlet yang

berprestasi baik ditingkat wilayah maupun kabupaten, setelah lulus dari sekolah

menengah pertama pun masih terlihat atlet tersebut berkembang di tingkat

selanjutnya dan memenangkan piala bersama klub yang dibela. Klub sepakbola

PERSAK asal Kebumen yang mengikuti liga Soeratin juga banyak menggunakan

pemain yang dulunya adalah anak didik yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola

di SMP Negeri 1 Sempor, Kebumen. Tetapi beberapa tahun belakangan ini,

prestasi sepakbola SMP Negeri 1 Sempor, Kebumen mengalami penurunan, yang

dulunya bisa dikatakan sebagai langganan juara tetapi tahun-tahun terakhir sangat

susah untuk meraih piala. Covid-19 yang pernah melanda mungkin masih

berdampak terhadap sepakbola di Kebumen tidak terkecuali ekstrakurikuler

sepakbola SMP Negeri 1 Sempor, Kebumen. Dampak yang paling terlihat seperti

diliburkannya latihan ekstrakurikuler sekolah, kompetisi dan liga antar sekolah

yang berhenti sehingga membuat sepakbola di Kebumen bisa dikatakan mati suri

dikala itu. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas selain penulis

merupakan alumni dari SMP Negeri 1 Sempor, Kebumen dan juga mengikuti
ekstrakurikuler sepakbola, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai analisis peran pelatih terhadap peningkatan motivasi siswa berprestasi

dalam ekstrakulikuler sepakbola di SMP Negeri 1 Sempor, Kebumen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Prestasi untuk meraih piala sepakbola SMP Negeri 1 Sempor

Kebumen mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.

2. Siswa SMP Negeri 1 Sempor Kebumen memiliki tingkat motivasi

yang berbeda-beda satu sama lain, ada beberapa siswa yang memiliki

motivasi berprestasi yang sangat tinggi, ada siswa yang hanya

memiliki motivasi berprestasi yang rendah, dan ada siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler karena mengikuti temannya.

3. Prestasi sepakbola SMP Negeri 1 Sempor Kebumen mengalami

penurunan, Covid-19 yang pernah melanda berdampak terhadap

sepakbola di Kebumen tidak terkecuali ekstrakurikuler sepakbola

SMP Negeri 1 Sempor Kebumen

4. Belum diketahuinya Peran pelatih ekstrakurikuler sepakbola dalam

meningkatkan motivasi siswa untuk menunjang prestasi sepakbola

peserta didik SMP Negeri 1 Sempor Kebumen.


C. Batasan Masalah

Agar tujuan utama dapat tercapai dan pembahasan fokus pada pokok

pembahasan, maka penulis menentukan batasan masalalah yaitu tentang

bagaimana pelatih ekstrakurikuler dapat berperan untuk meningkatkan motivasi

peserta didik dalam mencapai prestasi sepakbola di SMP Negeri 1 Sempor

Kebumen

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang

telah diuraikan, masalah yang dirumuskan penulis adalah sebagai berikut:

Bagaimana peran pelatih ekstrakurikuler untuk meningkatkan motivasi berprestasi

siswa SMP N 1 Sempor Kebumen untuk mencapai target prestasi dalam bidang

sepakbola?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisa peran

pelatih terhadap peningkatan motivasi siswa berprestasi dalam ekstrakulikuler

sepakbola di SMP Negeri 1 Sempor, Kebumen.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk

semua pihak yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai

sumber ilmu pengetahuan tentang pentingnya peran pelatih ekstrakurikuler

dalam membantu meningkatkan motivasi untuk mencapai prestasi sepak

bola peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang pentingnya peran pelatih ekstrakurikuler dalam

meningkatkan motivasi serta mengembangkan bakat dan prestasi

sepak bola peserta didik.

b. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

pentingnya peran pelatih untuk menunjang prestasi yang baik, yang

nantinya dapat dikembangkan lagi oleh mahasiswa Fakultas Ilmu

Keolahragaan Dan Kesehatan Universitas Negeri Yogyakarta.

c. Bagi Atlet

Penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran bagi

seorang atlet untuk menjaga motivasi diri dan terus mengasah

kemampuan supaya dapat memperoleh prestasi yang lebih baik dan

maksimal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pelatih

a. Pengertian Pelatih

Pelatih adalah salah satunya sebagai tokoh yang sangat berperan

dalam melahirkan atlet-atlet hebat. Pelatih yang berkualitas

diharapkan akan melahirkan prestasi maksimal yang di dapat melalui

latihan yang berkualitas juga. Salah satu tugas utama dari seorang

pelatih adalah berperan sebagai pemimpin bagi para atletnya.

Kepemimpinan adalah suatu proses saat seseorang dapat menjadi

pemimpin (leader) melalui aktivitas yang berkelanjutan sehingga

dapat mempengaruhi yang dipimpinnya dalam rangka untuk mencapai

tujuan. Dibutuhkan pengetahuan berupa ilmu dan seni dalam

merealisasikan kepemimpinan tersebut dalam bentuk gaya atau tipe

kepemimpinan yang efektif dalam mewujudkan prestasi yang


(2015)
diharapkan. Menurut Oktaviani dkk. , pelatih adalah seseorang

yang memiliki kemampuan profesional untuk membantu

mengungkapkan prestasi atlet menjadi kemampuan yang nyata secara

optimal dalam waktu yang relatif singkat. Sedangkan menurut Sandhi


(2016)
dan Budiwanto , pelatih adalah salah satu sumber daya manusia
dalam keolahragaan yang berperan sangat penting dalam pencapaian

prestasi atlet yang dilatihnya.

Sedangkan atlet mempunyai tugas melakukan latihan sesuai

dengan program yang elah ditentukan oleh pelatih. Banyak cara

pendekatan yang dapat dilakukan pelatih dalam merealisasikan

program yang telah disusun, antara lain yaitu melalui gaya (style)

yang merupakan cara kerja yang biasa dilakukan sebagai kekhasan

dari seseorang. Pelatih satu dengan yang lainnya pasti memiliki

karakteristik yang berbeda, perbedaan tersebut disebabkan oleh

berbagai hal termasuk latar belakang kehidupan baik pengalaman

hidup, latar belakang pendidikan yang akan berpengaruh pada pola

bertindak termasuk dalam menerapkan gaya kepemimpinan pelatih

tersebut terhadap para atlet di lapangan. Pelatih harus secara teratur

menyesuaikan diri dengan perkembangan terbaru, mampu mengubah

atau memodifikasi praktik melatihnya. Perubahan semacam ini dapat

terjadi apabila pelatih tersebut: (1) memiliki pemahaman atas prinsip-

prinsip yang mapan dalam setiap ilmu yang relevan, (2) dengan teratur

mencari pengetahuan baru dalam ilmu olahraga. Pelatih tidak perlu

menjadi ilmuwan yang sesungguhnya tetapi untuk menjadi

profesional, ia harus menjadi konsumen aktif berbagai informasi

ilmiah dan menerapkannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa pelatih adalah seseorang yang profesional untuk


membina atletnya dalam proses latihan sampai atletnya mempunyai

prestasi yang maksimal dalam olahraga tertentu.

Tugas dan peran pelatih dalam dunia olahraga fungsi dan peran

seorang pelatih sangat erat hubungannya dengan capaian prestasi yang

diukir oleh atlet. Pelatih adalah seorang yang harus tahu tentang

semua kebutuhan yang menjadi dasar bagi terpenuhinya kondisi

dimana atlet memiliki peluang untuk mencapai prestasi. Seorang

pelatih dituntut mampu menjalani profesinya dengan tidak semata-

mata bermodalkan dirinya sebagai bekas atlet, melainkan harus

melengkapi dirinya dengan seperangkat kompetensi pendukung yang

penting, diantaranya adalah kemampuan untuk mentransfer

pengetahuan keolahragaannya kepada atlet secara lengkap baik dari

segi teknik, taktik, maupun mental.

Berdasarkan pernyataan yang ada di atas, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa pelatih adalah salah satu tokoh yang

memiliki peran vital dalam perjalanan atlet dalam mencapai suatu

prestasi yang ditargetkan. Pelatih menjadi orang yang berpengaruh

kepada individu yang dibimbing sehingga pelatih dituntut untuk

memiliki kualitas yang baik dalam menyusun, merancang, dan

melaksanakan suatu kegiatan latihan yang berkelanjutan sehingga atlet

dapat menerapkan dengan baik dan menjadi atlet yang berkualitas.

Setiap individu memiliki cara berpikir, pendekatan, karakter yang

berbeda tidak terkecuali dengan seorang pelatih. Dari perbedaan itulah


yang akan menciptakan sebuah ciri khas atau gaya dari pelatih dalam

mendekatkan diri maupun menerapkan rancangan latihan yang akan

diberikan dan dilakukan oleh para atlet yang dibina.

b. Pelatih Sepak Bola

Menurut Ali Maksum dalam bukunya “Psikologi Olahraga teori

dan aplikasinya”, pelatih dipahami sebagai orang yang dianggap ahli

untuk mempersiapkan orang atau sejumlah orang untuk menguasai

keterampilan tertentu. Pelatih sepakbola ada beberapa tingkatan,


(2022)
menurut Permadi yaitu seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jenjang dan Kewenangan Kepelatihan di Sepakbola


No Jenjang Kewenangan
.
1 Lisensi D Pelatih dengan lisensi ini hanya bisa menjadi asisten
pelatih yang menangani tim kompetisi di tingkat Divisi
dua Nasional PSSI, dan menjadi pelatih penuh ditingkat
SSB.
2 Lisensi C Pelatih yang menangani tim kompetisi ditingkat Divisi
dua dan Divisi satu Nasional PSSI.
3 Lisensi B Pelatih yang menangani tim yang berkompetisi di tingkat
Divisi Utama Nasional PSSI, dan menjadi asisten pelatih
Liga Super Nasional.
4 Lisensi A Pelatih yang menangani tim yang berkompetisi di tingkat
tertinggi nasional Indonesia maupun ditingkat AFC

NASPE (2006) dalam situsnya mengatakan, kompetensi dan

strandar pelatih ada delapan domain: (1) Domain 1, Philosophy and


Ethics, (2) Domain 2, Safety and Injusry Prevention, (3) Domain 3,

Physical Conditioning, (4) Domain 4, Growth and Development, (5)

Domain 5, Teaching and Communication, (6) Domain 6, Sport Skill

and Tactics, (7) Domain 7, Organization and Administration, (8)

Domain 8, Evaluation.

Sedangkan jenjang kepelatihan dan kewenangan menurut

Lankor seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Jenjang dan Kewenangan Kepelatihan Lankor


No Jenjang Kewenangan
.
1 Tingkat Pemula Instruktur olahraga rekreasi/masyarakat dalam
(level 0) olahraga dan pendidikan jasmani yang dilaksanakan
pada setiap lembaga keolahragaan formal maupun
non formal dan klub olahraga yang memerlukannya.
2 Tingkat Dasar Pelatih untuk atlet tingkat pembibitan pada tingkat
(level I) klub dan Kabupaten/Kota.
3 Tingkat Muda Pelatih untuk tingkat klub, Kabupaten/Kota, Provinsi
(level II) dan Nasional.
4 Tingkat Madya Pelatih untuk tingkat klub, Kabupaten/Kota, Provinsi
(level III) dan Nasional.
5 Tingkat Utama Pelatih pada tingkat Internasional.
(level IV)

Prestasi siswa/atlet negara maju ternyata tidak lepas dari konsep

pembinaan yang bernuansa science (ilmu pengetahuan) dan art (seni),

karena pelatih dituntut untuk selalu kreatif dan interpretasi yang tinggi

untuk memahami berbagai situasi dan kondisi yang berkembang. Pate,


Clenaghan, dan Rotella (1984), mengemukakan bahwa pelatih yang

artistik dan kreatif harus didasarkan pada kemampuan ilmu

pengetahuan yang menunjangnya.

c. Tugas dan Peran Pelatih

Tugas pelatih bukan hanya membantu atlet untuk meraih

prestasi, akan tetapi lebih jauh dari itu. Pelatih juga harus

menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam olahraga,

artinya bukan hanya mengejar sebuah juara akan tetapi perilaku sosial

atlet juga harus mendapatkan perhatian karena atlet adalah model bagi

masyarakat. Dalam proses berlatih melatih, pelatih memiliki tugas


(2016)
peranan yang sangat penting. Menurut Sukadiyanto , tugas

seorang pelatih antara lain: (1) merencanakan, menyusun,

melaksanakan dan mengevaluasi proses berlatih melatih, (2)

pemimpin dalam pertandingan (perlombaan), (3) mencari dan

menemukan olahragawan yang berbakat, (4) mengorganisir dan

mengelola proses latihan, (5) meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan. Tugas utama dari seorang pelatih adalah membimbing

dan mengungkapkan potensi yang dimiliki oleh olahragawan,

sehingga olahragawan dapat mandiri.

Irianto (2007) menyatakan bahwa tugas seorang pelatih adalah

membantu olahragawan untuk mencapai kesempurnaannya. Pelatih

juga mempunyai peran yang cukup berat dan sangat beragam,


berbagai peran harus mampu dikerjakan dengan baik, seperti

dikemukakan oleh Irianto (2001), pelatih harus mampu berperan

sebagai: (1) Guru, menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan ide-

ide, (2) Pelatih, meningkatkan kebugaran, (3) Instruktur, memimpin

kegiatan dan latihan, (4) Motivator, memperlancar pendekatan yang

positif, (5) Penegak disiplin, menentukan sistem hadiah dan hukuman,

(6) Manajer, mengatur dan membuat rencana, (7) Administrator,

berkaitan dengan kegiatan tulis menulis, (8) Agen penerbit, bekerja

dengan media masa, (9) Pekerja sosial, memberikan nasehat dan

bimbingan, (10) Ahli sains, menganalisis, mengevaluasi, dan

memecahkan masalah, (11) Mahasiswa, mau mendengar, belajar, dan

menggali ilmunya.

Dari pernyataan yang di atas, penulis menyimpulkan bahwa

menjadi seorang pelatih adalah sebuah aktivitas yang sangat berat.

Peran dan tugas seorang pelatih juga sangat penting demi menunjang

sebuah prestasi dari para olahragawan dan atlet yang dibina. Pelatih

yang berhasil dan sukses harus memiliki bekal ilmu pengetahuan,

sikap, dan mental yang baik untuk melewati segala proses dan dapat

menopang beban tanggung jawab yang diberikan sehingga tujuan dari

pelatih dan atlet dapat tercapai.

d. Kinerja Pelatih

Kebutuhan yang paling penting dalam mengembangkan atlet

pada level yang lebih baik lagi adalah ketersediaan pelatih yang ahli
dan baik. Pembinaan prestasi atlet sangat membutuhkan pelatih yang

memiliki pengetahuan, motivasi, intens, peka terhadap kebutuhan

individu, dan sukses dalam memecahkan masalah, suasana latihan

yang mampu mendukung pencapaian prestasi atlet. Hal ini menjadi

kesulitan dan tantangan bagi negara berkembang untuk menciptakan

sebuah sistem untuk mengembangkan pelatih yang handal atau level

tinggi. Tantangan ini harus dicarikan solusi agar pelatih bisa

meningkatkan diri sesuai dengan kebutuhan dan fungsi sebagai

seorang pelatih yang dibutuhkan oleh para atlet berprestasi.

Dikaitkan dengan beberapa pengertian tentang kinerja di atas,

kinerja pelatih bisa diartikan sebagai hasil (outcome) dari seseorang

pelatih dalam menjalankan peran, tugas dan fungsinya sebagai

seorang pelatih. Sebagai salah satu orang yang sangat berperan dalam

membawa dan membimbing para atlet khususnya dalam peningkatan

prestasi olahraga, menjadikan peran dan fungsi pelatih menjadi sangat

penting. Pelatih harus tahu tentang semua kebutuhan yang menjadi

dasar bagi terpenuhnya kondisi dimana atlet memiliki peluang untuk

mencapai prestasi. Hubungan antara pelatih dan atlet yang dibina

harus merupakan hubungan yang mencerminkan kebersamaan

pandangan dalam mewujudkan apa yang dicita-citakan.

Seorang pelatih dituntut mampu menjalani profesinya dengan

tidak semata-mata bermodalkan dirinya sebagai mantan atlet,

melainkan harus melengkapi dirinya dengan seperangkat kompetensi


pendukung yang penting, di antaranya adalah kemampuan untuk

mentransfer pengetahuan keolahragaannya kepada para atlet secara

lengkap, baik dari segi teknik, taktik, maupun mental. Kompetensi ini

akan lebih banyak terlihat ketika pelatih menghadapi suasana

kompetensi yang penuh dengan tekanan. Penguasaan cabang olahraga

dan pengalamannya tidak serta-merta akan menjadikan dirinya

sebagai pelatih yang dihormati dan disegani kecuali jika dirinya sudah

memiliki karakter dan filosofi sebagai seorang pelatih. Karakter

adalah konsistensi sikap dan cara pandang dalam menghadapi suatu

masalah. Sedangkan filosofi adalah bingkai kepribadian yang akan

menjadi jembatan bagi aktualisasi seluruh komponen yang dimiliki

agar apa yang dilakukan dapat diterima oleh orang lain. Dengan

memiliki filosofi, seorang pelatih akan dapat memiliki pegangan

ketika menjalankan tugas profesionalnya. Menyadari pentingnya

pengembangan kompetensi pelatih sehingga dalam Undang-undang

SKN ditegaskan tentang standar kompetensi. Standar kompetensi yang

dimaksud adalah standar nasional yang berkaitan dengan kemampuan

minimal yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

harus dimiliki olah seseorang untuk dapat dinyatakan lulus dalam

ujian kompetensi. Dalam hal ini, kompetensi pelatih diartikan juga

harus di dasarkan pada pengetahuan sebagai pelatih, sikap sebagai

pelatih, dan keterampilan sebagai pelatih.


Dalam menjalankan tugas kesehariannya pelatih harus taat pada

kode etik yang merupakan sandaran nilai dan etika yang dijadikan

pedoman dalam melaksanakan tugas dan perannya. Nilai dan etika


(2011)
pelatih tersebut menurut Hadi adalah sebagai berikut:

1) Bertindak dengan integritas dalam melaksanakan semua tugas

kepada atlet, olahraga, anggota lain dari profesi pembinaan dan

masyarakat.

2) Berusaha untuk menyiapkan diri dengan sebaik baiknya agar

semua tugas yang sesuai dengan disiplin ilmu bisa dipenuhi

dengan kompetensi yang dimiliki.

3) Bertindak mengutamakan pengembangan atlet sebagai manusia

seutuhnya.

4) Menerima peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak

tertulis dari sebuah pertandingan.

5) Menerima peran sebagai orang yang memberikan penilaian

untuk memastikan bahwa kompetisi dilakukan secara adil.

6) Memperlihatkan kepada pelatih dan official lainnya sebagai

pelatih yang sopan, memiliki itikad yang baik serta kepedulian

atau kepekaan.

7) Mempertahankan perilaku yang baik dan mendukung prinsip-

prinsip fair play.

8) Menjadi narasumber yang dapat membantu atlet untuk

mengembangkan potensi atletik dan kemampuan diri sendiri.


9) Mengenali perbedaan individu pada atlet dan selalu berpikir

jangka panjang untuk atlet demi kepentingan terbaik.

10) Mendapatkan prestasi terbaik berdasarkan tujuan yang realistis

serta dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan

atlet.

11) Memberikan keteladanan dalam kerja sama, disiplin diri,

menghormati lawan dan official, santun dalam berbahasa,

berpakaian dan bertingkah laku.

12) Menciptakan suasana latihan yang menantang dan

menyenangkan. Belajar keterampilan dan teknik tidak harus

menyakitkan. Bersikaplah jujur dan konsisten dengan atlet.

13) Menyiapkan diri untuk bisa berinteraksi dengan mendia, official

dan orang tua atlet. Mereka juga memiliki peran penting dalam

menegakkan peraturan dalam permainan.

14) Memastikan bahwa tidak ada pelecehan dalam bentuk apa pun

dalam lingkungan olahraga.

Hal ini yang senantiasa harus dipedomani, di jaga , dan

ditumbuh kembangkan oleh pelatih sebagai pemimpin dalam usaha

meningkatkan prestasi atlet dan juga sebagai anggota masyarakat yang

harus memiliki pola berpikir, bertingkah laku yang baik.

Secara ringkas dari berbagai aspek tersebut terkait dengan peran

dan tugas pelatih sebagai pemimpin menurut Harsuki (2003)

menyebutkan:
1) Cermat menentukan sasaran atau tujuan latihan.

2) Menetapkan tujuan latihan yang bersifat realistis.

3) Memilih metode dan model yang cocok untuk memenuhi

kebutuhan pemain.

4) Memotivasi pemain untuk berlatih keras.

5) Mencermati latihan pemanasan (warm up) dan pencegahan

cedera (avoid injury).

6) Istirahat dan minum yang cukup.

7) Memanfaatkan aspek pembinaan psikologis.

8) Cermat dan terampil dalam melakukan seni berkomunikasi.

Tugas dan peran inilah yang harus dipahami dan dijalankan oleh

pelatih dalam upaya mewujudkan kinerja pelatih tersebut di lapangan.

Hal ini juga yang menuntut pelatih harus senantiasa berupaya

meningkatkan kemampuan kinerja dan kompetensi diri guna

mewujudkan tugas dan peran sebagai seorang pelatih dan pemimpin

yang baik.

e. Gaya Kepemimpinan

Gaya Kepemimpinan menurut Maghviroh dan Purnomo (2021)

adalah norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang

tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya

kepemimpinan merupakan ciri seorang pemimpin dalam memberikan

bimbingan, arahan, dan pengaruh kepada para pengikutnya di dalam


pencapaian tujuan bersama. Gaya kepemimpinan yang sering kali

dilakukan atau digunakan adalah sebagai berikut.

1) Gaya Otoriter

Kepemimpinan otoriter adalah kemampuan mempengaruhi

orang lain agar bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah di

tentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan

oleh pimpinan semata-mata. Pemimpin dengan gaya ini memfokuskan

komunikasi dengan memberikan instruksi tentang bagaimana tujuan

yang akan dicapai sehingga waktu yang digunakan lebih sedikit,

kemudian pemimpin mengawasi mereka dengan hati-hati.

2) Gaya Demokratis

Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang selalu

mendelegasikan wewenangnya yang praktis dan realistis tanpa

kehilangan kendali organisasional dan melibatkan bahwa secara aktif

dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya dalam proses

pengambilan keputusan serta memperlakukan bahwa sebagai makhluk

politik, ekonomi, sosial, dan sebagai individu dengan karakteristik dan

jati diri.

3) Gaya People-centered

Gaya kepemimpinan people-centered yaitu suatu gaya

kepemimpinan yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan pribadi

para atletnya. Jadi, gaya people-centered lebih efektif atau

menguntungkan, dalam hal ini hubungan antara pelatih dan atlet lebih
terbina karena penekanan tugas kepada atlet. Pemimpin tang

menerapkan gaya kepemimpinan ini akan lebih cocok dan efektif

dalam situasi yang tidak terlalu banyak mengundang kesulitan dan


(Pahlevi, 2018)
tidak terlalu darurat (medium difficulty) .

4) Gaya Task Oriented

Gaya kepemimpinan task-oriented yaitu suatu gaya

kepemimpinan dimana fokus perhatiannya lebih banyak pada


(Pahlevi, 2018)
memenangkan setiap pertandingan . Cara task-oriented

bisa diterapkan oleh pelatih apabila situasi sangat menguntungkan

atau sangat tidak menguntungkan bagi pemimpin atau pelatih.

Dikatakan menguntungkan apabila pelatih mendapat dukungan penuh

dari seluruh anggota kelompok atlet dan penugasan pada atlet jelas.

Sedangkan, dikatakan tidak menguntungkan apabila hubungan antara

pelatih dan atlet buruk sehingga tidak ada penugasan yang jelas pada

atlet (seperti pada gaya people-centered). Dalam hal ini karena situasi

yang buruk, maka pelatih tidak bisa berbuat lain kecuali menekankan

pada tugas-tugas, agar tujuan latihan dan tim tercapai.

2. Sepak Bola

a. Pengertian Sepak Bola

Secara umun sepak bola dikenal sebagai sebuah cabang olahraga

yang menggunakan sebuah bola yang terbuat dari kulit atau karet dan
dimainkan oleh dua tim, yang mana masing-masing Tim terdiri dari

sebelas pemain dan ada juga beberapa pemain yang berperan sebagai

pemain pengganti. Sepak bola adalah suatu permainan yang dilakukan

dengan cara menyepak bola, dengan tujuan untuk memasukkan bola

ke gawang lawan dan mempertahankan gawang tersebut agar tidak

kemasukan bola. Sepakbola merupakan permainan beregu yang

masing-masing regu terdiri atas 11 pemain (Muhajir, 2007). Menurut

FIFA (Federation Internationale de Football Association), sepak bola

merupakan suatu permainan yang menggunakan bola sepak dan

dimainkan oleh 11 pemain dalam satu tim serta dimainkan di atas

lapangan rumput dengan ukuran panjang lapangan 90 -120 meter dan

lebar 45 - 90 meter.

Berdasarkan pernyataan yang ada di atas, penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa pengertian sepakbola adalah suatu

cabang olahraga yang dimainkan secara beregu. Permainan sepakbola

dilakukan oleh 11 orang dan ada 2 tim dalam satu lapangan

permainan. Sistem permainan sepakbola ini adalah memasukkan

sebanyak mungkin bola ke arah gawang lawan tetapi juga berusaha

menjaga gawang agar tidak kemasukan bola. Regu (team) yang dapat

melakukan hal tersebut dalam batas waktu permainan sepakbola yaitu

90 menit maka regu tersebutlah yang akan memenangkan

pertandingan.

b. Tujuan Permainan Sepak Bola


Tujuan utama permainan sepak bola yaitu untuk mencetak gol

atau memasukkan bola ke dalam gawang. Memasukkan bola ke dalam

gawang diperbolehkan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali

tangan dan bahu. Selain itu, kita diwajibkan untuk mencegah lawan

memasukkan bola ke dalam gawang kita. Terdapat juga tujuan lain

dari permainan sepak bola, yaitu:

1) Melatih Kecerdasan Otak

2) Meraih Kemenangan

3) Mewujudkan Solidaritas

4) Meraih Prestasi

5) Menjaga Kesehatan Tubuh

6) Membangun Karakter

c. Teknik Dasar Sepak Bola

Supaya dapat bermain sepak bola dengan baik, seorang atlet

sepak bola harus menguasai teknik dasar sepak bola. Menurut


(2020b)
Musrifin dan Baurad teknik dasar dalam permainan sepakbola

adalah sebagai berikut:

1) Menendang (Kicking)

Tujuan menendang yaitu untuk memberikan umpan,

memasukkan bola ke gawang, dan menggagalkan serangan lawan

dengan menyapu bola. Menendang dapat dilakukan dengan 4 cara,

yaitu menendang menggunakan kaki bagian dalam, kaki bagian luar,


menggunakan punggung kaki bagian luar dan punggung kaki bagian

dalam.

2) Menghentikan (Stoping)

Tujuan dari teknik menghentikan adalah untuk mengontrol bola.

Cara yang dapat dilakukan dalam teknik menghentikan yaitu

menghentikan bola menggunakan telapak kaki, kaki bagian dalam,

menggunakan paha, dan menggunakan dada.

3) Menggiring (Dribbling)

Tujuan dari teknik ini bukan lain untuk mendekati jarak sasaran

supaya dapat melewati lawan serta untuk menghambat permainan.

Menggiring bola dapat dilakukan dengan cara menggiring

menggunakan kaki bagian luar, kaki bagian dalam, dan punggung

kaki.

4) Menyundul (Heading)

Tujuan dari menyundul bola yaitu untuk memberikan umpan,

mencetak gol, dan mencegah serangan lawan. Menyundul bola dapat

dilakukan sambil berdiri dan melompat.

5) Merampas (Tackling)

Tujuan merampas bola sudah pasti untuk merebut bola dari

lawan. Merampas bola biasanya dilakukan sambil berdiri, berlari, dan

meluncur.

6) Lemparan ke Dalam (Throw-In)


Lemparan ke dalam dilakukan dengan cara bola dilempar dari

atas kepala menggunakan kedua tangan, posisi kaki harus tetap

menyentuh tanah sampai bola dilepaskan.

7) Menjaga Gawang (Goalkeeping)

Menjaga gawang merupakan pertahanan terakhir dalam

permainan sepakbola. Teknik menjaga gawang meliputi menangkap

bola, melempar bola, menendang bola.

d. Nilai Pendidikan dari Sepak Bola

Sepak bola dan latihan sepak bola sering berhubungan dengan

tujuan pendidikan (disiplin, mengenal dan menguasai tubuh sendiri,

membangun persahabatan, semangat tim, integrasi, kemandirian dan

perilaku tanggung jawab sosial). Dalam hal ini yang berpotensi

pendidikan dalam permainan sepakbola adalah pendidikan fairplay

dan kinerja.

1) Pendidikan dalam fairplay (rasa hormat)

Sepakbola melibatkan kontak fisik yang intensif dengan pemain

lain, kerap kali juga pertandingan memanas karena permainan yang

intensif tersebut. Pada saat tersebut adalah kesempatan untuk

mengenalkan rasa hormat terhadap para pemain lain sejak masih anak-

anak.

2) Pendidikan dalam kinerja (percaya diri)


Sepak bola juga berperan penting dalam meningkatkan rasa

percaya diri yang didasari faktor penting kekuatan mental sebagai

berikut:

a) Concentation, care and discipline

b) Self-control

c) Self-confidence

d) Resistance to stress

e) Aggressiveness

f) Risk taking

g) Psychological stamina

h) Competitiveness

i) Playing for the team

j) High motivation, personal achievement

k) Drive for improvement

3. Ekstrakurikuler

a. Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Hidayah dkk. (2022) ekstrakurikuler merupakan

kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik

dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah untuk lebih

memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan

yang telah dimiliki siswa dari berbagai bidang studi. Kegiatan

ekstrakurikuler sebagai wadah pengembangan potensi peserta didik,

dapat memberikan dampak positif dalam penguatan pendidikan


karakter. Peserta didik diharapkan dapat mengembangkan karakter

profil Pelajar Pancasila yaitu: (1) memiliki kebhinekaan global, (2)

bergotong royong, (3) kreatif, (4) bernalar kritis, (5) mandiri, dan (6)

beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.

Satuan pendidikan memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan

kegiatan ekstrakurikuler sebagai wahana memfasilitasi pengembangan

bakat dan minat peserta didik. Oleh sebab itu, kegiatan ekstrakurikuler

harus dikelola secara sistematis dan terpola agar bermuara pada

pencapaian tujuan yang dimaksud. Agar dapat menyusun dan

mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler yang tersistem dan terpola

sekolah perlu memahami cara dan tahapan diperlukan panduan yang

dapat membimbing satuan pendidikan dalam menyelenggarakannya.

Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan

Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,

ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka

perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama,

dan kemandirian peserta didik secara optimal yang dilakukan di luar

jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler di bawah

bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di

sekolah yang dapat dipilih oleh siswa sesuai dengan bakat dan minat

masing-masing. Kegiatan ekstrakurikuler sebenarnya memiliki banyak


manfaat, tetapi ada pula yang beranggapan bahwa kegiatan ini

menyita waktu belajar siswa. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

berarti waktu belajar dan bermain akan berkurang, sehingga peserta

didik diharapkan dapat mengatur waktu dengan bijak agar tidak ada

hal penting yang dikorbankan seperti nilai pelajaran di sekolah. Di

dalam kegiatan ekstrakurikuler, peserta didik akan dilatih untuk

bertanggung jawab, mampu mengatur waktu dengan baik, mandiri

serta bekerja sama dengan banyak orang.

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan

oleh peserta didik sebagai perluasan dari kegiatan kurikulum dan

dilakukan di bawah bimbingan sekolah dengan tujuan untuk

mengembangkan kepribadian, bakat, minat, dan kemampuan peserta

didik yang lebih luas atau dari luar minat yang dikembangkan oleh

kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler memiliki fungsi, (1) fungsi

pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk

mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan

minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk

pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan, (2) fungsi sosial,

yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung

kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik, (3) fungsi

rekreasi, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam

suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga

menunjang proses perkembangan peserta didik, (4) fungsi persiapan


karier, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk

mengembangkan kapasitas dari peserta didik.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler juga memiliki tujuan,

yaitu: (1) kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan

kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik, (2)

kegiatan ekstrakurikuler harus dapat mengembangkan bakat dan minat

peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan

manusia seutuhnya. Harapan pengembangan dan pelaksanaan program

kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dapat memberikan

manfaat yang berguna dalam pembentukan bakat dan minat peserta

didik, serta dapat mengembangkan kemampuan intelektual,

emosional, spiritual, sosial, serta pengembangan keterampilan dan

kepribadian peserta didik dalam rangka pembentukan SDM manusia

Indonesia yang dapat diandalkan dimasa yang akan datang. Hal di atas

tersebut menjadikan peran pelatih olahraga sangat strategis dalam

upaya meningkatkan bakat dan minat peserta didik, terutama melalui

program ekstrakurikuler pada tiap-tiap satuan pendidikan. Mengingat

usia pelajar adalah usia pertumbuhan dan masa senangnya bermain,

pendekatan aktivitas olahraga sangat memungkinkan dan sangat

strategis dalam upaya pengembangan bakat minat peserta didik.

Berdasarkan pernyataan yang telah dijelaskan di atas, penulis

dapat menyimpulkan bahwa pengertian ekstrakurikuler adalah suatu

kegiatan yang dilakukan oleh siswa diluar jam pelajaran efektif


sekolah dan memiliki tujuan untuk mengasah kemampuan siswa,

meningkatkan kemampuan siswa, menemukan bakat serta minat

siswa, dan menunjang siswa dalam mencapai sebuah prestasi yang

ditargetkan. Selain untuk mempertajam keterampilan dan kemampuan,

ekstrakurikuler juga diharapkan dapat menjadi sebuah wadah bagi

siswa agar terbentuk karakter yang positif dengan kuat. Karena

semakin bertambahnya tahun, semakin banyak kasus siswa tingkat

sekolah dasar hingga sekolah menengah atas yang mengalami

kecanduan bermain gadget atau handphone, sehingga berdampak

buruk bagi kesehatan fisik, psikis, mental dan karakter siswa itu

sendiri.

b. Jenis Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler wajib adalah kegiatan ekstrakurikuler yang

wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh

seluruh peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler Wajib yang dimaksud

berbentuk pendidikan kepramukaan, yang diatur khusus dalam

Peraturan Permendikbud RI Nomor 63 tahun 2014. Ekstrakurikuler

pilihan adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan dan

diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan dapat diikuti oleh peserta

didik sesuai bakat dan minatnya masing-masing. Pilihan bidang yang

dikembangkan tiap sekolah akan berbeda-beda seperti ekstrakurikuler

seni, olahraga sains, maupun keagamaan, dan lain-lain.


c. Fungsi Ekstrakurikuler

Fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan

kemampuan potensi dan rasa tanggung jawab memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman

sosial dalam kesiapan karier peserta didik melalui pengembangan


(2022)
kapasitas. Menurut Hidayah dkk. , terdapat empat fungsi

kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan, yaitu:

pengembangan, sosial, rekreasi, dan persiapan karier.

1) Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler

berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta

didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan

pemberian kesempatan untuk pembentukan karakter dan

pelatihan kepemimpinan.

2) Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi

untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

memperluas pengalaman sosial, praktik keterampilan sosial, dan

internalisasi nilai moral dan nilai sosial.

3) Fungsi rekreasi, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan

dalam suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan

sehingga menunjang proses perkembangan peserta didik.

Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan


atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi

peserta didik.

4) Fungsi persiapan karier, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler

berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karier peserta didik

melalui pengembangan kapasitas.

Dari penjelasan yang ada di atas, maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa ekstrakurikuler memiliki fungsi dan manfaat yang

sangat baik untuk siswa dimasa sekarang maupun dimasa yang akan

datang. Sangat dianjurkan untuk para siswa paling tidak mengikuti

salah satu ekstrakurikuler yang disediakan oleh sekolah masing-

masing sehingga mendapatkan tambahan ilmu yang tidak diperoleh

dari jam pelajaran sekolah.

4. Motivasi Berprestasi

a. Pengertian Motivasi Berprestasi

Maksud dari kata “motif” adalah daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif menjadi sangat aktif ketika

seseorang merasa memiliki kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan

yang ingin dicapai. Berawal dari kata “motif”, maka motivasi

diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif


(Muhaemin, 2013)
. Kata motivasi dalam bahasa Inggris berasal dari

bahasa latin motivum yang menunjuk pada alasan tertentu mengapa


(Djiwandono, 2006)
sesuatu itu bergerak Istilah yang lebih umum

pada motivasi yaitu menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi


yang mendorong timbulnya tindakan atau tingkah laku individu
(Mujib, 2013) (2019)
. Menurut Angraini dkk. motivasi merupakan

kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu movere yang dapat di artikan

to move. Motivasi bermakna suatu gerakan yang condong pada suatu

arah dan kemampuan diri dalam bertingkah laku yang diawasi dengan

koneksinya pada konsekuensi untuk mempertahankan tujuan hingga

tercapai. Menurut Robescu dan Iancu (2016) motivasi didefinisikan

sebagai kekuatan pendorong yang berasal dari internal dan eksternal

individu untuk melakukan suatu kegiatan yang berorientasi pada


(2006)
tujuan tertentu. Menurut Djiwandono mengartikan bahwa

motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal yang

terdapat pada seorang siswa yang sedang belajar untuk menimbulkan

perubahan tingkah laku, dengan adanya beberapa unsur pendukung.

Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam

menentukan perilaku seseorang termasuk perilaku belajar. Pada

kehidupan sehari-hari setiap orang pasti mengalami berbagai aktivitas

termasuk para pelajar.

Secara sederhana, motivasi melibatkan proses yang memberikan

energi mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan

demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang

mengandung energi, memiliki arah, dan dapat dipertahankan. Secara

sudut perspektif ilmu perilaku, perspektif perilaku menekankan

penghargaan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan


motivasi seorang siswa. Insentif adalah stimulus atau kejadian positif

maupun negatif yang dapat memotivasi perilaku seorang siswa.

Pendukung dari penggunaan insentif menekankan bahwa insentif

dapat menambahkan minat atau rangsangan kepada kelas serta

mengarahkan perhatian kepada perilaku yang tepat dan menjauhi

perilaku yang tidak tepat.

McClelled menekankan pentingnya kebutuhan prestasi, karena

orang yang berhasil dalam bisnis dan industri ialah orang yang

berhasil menyelesaikan segala sesuatu. Ia menandai ada tiga motivasi

utama, yaitu : (1) pembangunan, (2) kekuatan, (3) prestasi. Orang-

orang belajar lebih cepat dan lebih baik jika mereka sangat termotivasi

untuk mencapai sasaran mereka. Karena itu, mereka rela selalu

menerima saran dan nasihat tentang cara meningkatkan


(Sudrajat, 2008)
kemampuannya . Motivasi berprestasi merupakan

motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar

keahlian atau standar kepandaian. Sementara Heckhausen (2018)

mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi yaitu suatu dorongan

yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berjuang ataupun berusaha

untuk memelihara atau meningkatkan kemampuannya setinggi

mungkin dalam setiap aktivitas dengan menggunakan tiga standar

keunggulan yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri,


(Aulia & Susanti, 2022)
dan standar keunggulan siswa lain . Disisi lain,
(2014)
Cahyani dan Andriani menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan motivasi berprestasi dapat berasal dari kebutuhan untuk

mengejar cita-cita atau mengejar keberhasilan dalam menyelesaikan

tugas-tugas yang sukar.

Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa motivasi

berprestasi adalah suatu dorongan yang diperoleh oleh siswa sehingga

merasa harus selalu berjuang melakukan aktivitas tertentu untuk

mencapai target (prestasi) dengan standar yang siswa diinginkan.

b. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi

Menurut Sugiyanto (2015) dalam tulisannya, ada tiga standar

keunggulan motivasi berprestasi yang tinggi yaitu:

1) Penyelesaian tugas

Dalam suatu tugas, terdapat standar penyelesaian tugas yang

telah ditentukan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

pasti akan berusaha menyelesaikan tugas dengan standar yang paling

baik.

2) Perbandingan dengan prestasi sebelumnya

Seorang siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi

selalu merasa kurang puas dengan hasil yang telah dicapai. Oleh

karena itu, siswa akan berusaha untuk meningkatkan prestasinya terus

menerus hingga mencapai standar yang paling tinggi.


3) Perbandingan dengan prestasi orang lain

Dalam suatu kompetisi, seseorang yang memiliki motivasi

berprestasi yang tinggi akan selalu mengejar yang terbaik di antara

para rivalnya. Dalam menerangkan motivasi berprestasi, teori nilai

ekspektasi menyatakan bahwa tendensi untuk terlibat dalam menekuni

situasi yang berkaitan dengan prestasi merupakan fungsi multiplikatif

dan motif untuk sukses, ekspektasi atau probabilitas untuk sukses, dan

nilai insentif dari sukses.

Dalam tulisannya, Suryana (2012) mengungkapkan bahwa ada

tiga ciri pokok dari orang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang

tinggi, yaitu:

1) Memiliki keinginan yang kuat dengan menunjukkan rasa

tanggung jawab atas pelaksanaan tugas atau menemukan jalan

keluar dari suatu masalah.

2) Mereka cenderung mempermudah tujuan yang sulit dan

memperhitungkan risiko.

3) Memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan prestasi yang lebih

tinggi dari pada mempertahankannya.

Dalam tulisan Taiyeb dkk. (2012) mengatakan bahwa ciri-ciri

motivasi berprestasi yaitu:

1) Mengatasi kendala-kendala,

2) Mencapai standar tinggi serta mencapai performa puncak untuk

diri sendiri,
3) Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain,

4) Meningkatkan kemampuan diri melalui penerangan penerapan

bakat.

Dari penjabaran yang ada di atas, penulis menyimpulkan bahwa

ciri-ciri motivasi berprestasi adalah selalu berusaha mencapai target

yang tinggi, mendapatkan prestasi lebih tinggi dari pada

mempertahankan, mempermudah tujuan untuk mencapai prestasi dan

memikirkan risiko, dan selalu berusaha menjadi lebih baik dari orang

lain.

c. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

Zainudin (2021) menjelaskan bahwa orang yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi memiliki tanda sebagai berikut:

1) Bertanggung jawab atas perbuatannya. Orang yang memiliki

motivasi berprestasi besar hendak melandasi tiap aksi yang

dicoba jadi tanggung jawab individu. Orang tidak hendak

menyalahkan individu lain bila menemui suatu kegagalan serta

menjadikan kegagalan itu selaku tanggung jawabnya. Orang

yang mempunyai motivasi berprestasi besar hendak berupaya

semaksimal bisa jadi buat menuntaskan tugas yang diterimanya

serta menolak buat meninggalkannya saat sebelum tugas

tersebut dituntaskan dengan baik.

2) Menggunakan feedback untuk perbuatannya. Feedback atau

umpan balik digunakan untuk individu yang memiliki motivasi


berprestasi tinggi untuk mengetahui seberapa efektif atau

seberapa bermanfaat perbuatan yang telah dilakukan. Evaluasi

tersebut bertujuan untuk meningkatkan efektivitas tindakannya

dalam mencapai prestasi. Individu yang memiliki tingkat

motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai umpan balik.

Umpan balik tersebut akan diperhatikan dan diperbaiki untuk

hasil yang lebih baik di kemudian hari.

3) Cenderung menyukai tantangan dan menimbang risiko. Individu

yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memiliki

kecenderungan untuk mengambil tantangan dalam

melaksanakan tugasnya, akan tetapi dengan porsi yang sesuai.

Tantangan yang disukai yakni tantangan dengan tingkat

kesulitan yang sesuai dengan kemampuannya, dalam artian tidak

mudah namun masih dapat dicapai dan dapat diselesaikan

dengan baik. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

akan mempertimbangkan risiko yang akan dihadapinya dalam

memulai suatu tugas.

4) Kreatif dan inovatif. Individu yang memiliki motivasi

berprestasi tinggi dalam menghadapi tugasnya tidak bersifat

statis namun akan aktif untuk mendapatkan jalan keluar dalam

menyelesaikan suatu masalah. Bertindak kreatif adalah salah

satu cara untuk individu yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi untuk menyelesaikan tugasnya secara efisien. Tugas


individu yang didapatkan secara kontinu dan cenderung sama,

individu akan mencari jalan lain untuk menghindari kebosanan

saat bertugas namun akan tetap menyelesaikan tugasnya.

5) Waktu penyelesaian tugas. Individu yang memiliki berprestasi

motivasi yang tinggi akan berusaha menyelesaikan tugas dalam

waktu yang cepat serta tidak suka membuang waktu, sedangkan

individu yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah kurang

tertantang menyelesaikan tugas secepat mungkin, sehingga

cenderung memakan waktu yang lama, sering menunda-nunda,

dan tidak efisien.

6) Keinginan menjadi yang terbaik. Individu yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi senantiasa menunjukkan hasil kerja

yang sebaik-baiknya dengan tujuan agar meraih predikat terbaik

dan perilaku mereka berorientasi masa depan. Sedangkan

individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah

beranggapan bahwa predikat terbaik bukan merupakan tujuan

utama dan hal ini membuat individu tidak berusaha semaksimal

mungkin dalam menyelesaikan tugasnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa aspek-aspek dari motivasi berprestasi antara lain adalah

tanggung jawab, memperhatikan risiko pemilihan tugas,

memperhatikan umpan balik, kreatif dan inovatif, memperhatikan

waktu penyelesaian tugas, serta keinginan menjadi yang terbaik.


d. Faktor-faktor Motivasi Berprestasi

Menurut Kurniati (2018), sebagai proses psikologi motivasi

berprestasi dipengaruhi oleh dua faktor sebagai berikut:

1) Faktor Individual (intern)

Individu sebagai pribadi mencakup sejumlah aspek yang saling

berkaitan satu sama lain. Motivasi berprestasi sebagai salah satu aspek
(2019)
psikis. Angraini dkk. menyatakan bahwa motivasi yang berasal

dari dalam diri mempunyai tiga tingkatan, yaitu:

a) Rasa Ingin Tahu (Knowledge)

Motivasi untuk tahu dapat berupa keterlibatan seseorang

dalam suatu aktivitas atas dasar kesenangan untuk belajar.

Dalam konteks olahraga, motivasi rasa ingin tahu penting dalam

proses latihan. Para atlet harus memiliki motivasi intrinsik jenis

ini untuk memastikan bahwa mereka selalu terlibat dalam proses

latihan dengan baik. Untuk menggugah motivasi ini, peran

pelatih sangat penting karena pelatih harus kreatif dalam

menciptakan metode latihan dan memberikan sesuatu yang baru

kepada para atlet.

b) Pencapaian (Accomplishment)

Motivasi intrinsik tipe ini timbul dengan cara seseorang

melakukan aktivitas karena terdorong oleh kesenangan mencoba

untuk melampaui dirinya sendiri. Hal ini berarti seorang atlet

memiliki keinginan untuk selalu lebih dan lebih dari


sebelumnya. Seorang pelatih dapat berperan dalam motivasi ini

dengan cara menciptakan unsur kompetisi dalam proses latihan.

Selain itu, para atlet juga harus aktif dalam mengikuti kompetisi

yang kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. Selain

untuk mengevaluasi kemampuan, motivasi dalam bentuk ini

juga dapat memfasilitasi para atlet untuk melewati pencapaian

yang sudah pernah diperoleh sebelumnya.

c) Stimulasi (Stimulation)

Jenis motivasi ini mendorong seseorang untuk terlibat

dalam sebuah aktivitas dalam rangka merasakan kenikmatan

yang luar biasa. Dengan mendapatkan pencapaian tertinggi,

pengalaman sensasional ini akan tercapai. Para atlet harus selalu

dirangsang untuk selalu menaruh sasaran setinggi mungkin.


Dalam prosesnya motivasi dipengaruhi oleh faktor individu,

seperti:

a) Kemampuan

Kemampuan adalah kekuatan penggerak untuk bertindak

yang dicapai oleh manusia melalui latihan dan belajar. Dalam

proses motivasi, kemampuan tidak mempengaruhi secara

langsung tetapi lebih mendasari fungsi dan proses motivasi.

b) Kebutuhan

Kebutuhan adalah kekurangan, artinya ada sesuatu yang

kurang dan oleh karena itu timbul kehendak untuk memenuhi

atau mencukupinya. Kehendak itu sendiri adalah tenaga

pendorong untuk berbuat sesuatu atau tingkah laku. Kebutuhan

merupakan faktor penyebab yang mendasari lahirnya perilaku

seseorang, atau kebutuhan merupakan suatu keadaan yang

menimbulkan motivasi.

c) Minat

Minat adalah suatu kecenderungan yang timbul dalam diri

subyek untuk merasa tertarik pada bidang itu. Minat juga

menjadi penyebab dari suatu keaktifan dan hasil daripada

keikutsertaannya dalam keaktifan tersebut.

d) Harapan atau keyakinan

Harapan merupakan kemungkinan yang dilihat untuk

memenuhi suatu kebutuhan tertentu dari seseorang atau individu


yang didasarkan atas pengalaman yang telah lampau. Harapan

tersebut cenderung mempengaruhi motivasi pada seseorang.

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa berbagai

macam motivasi yang berasal dari dalam diri seorang atlet dapat

dimanfaatkan agar selalu memiliki hasrat serta dorongan yang tinggi

untuk mencapai target prestasi yang tinggi. Pelatih berperan dalam

memfasilitasi atlet baik selama mengikuti program latihan, ataupun

untuk menjalin komunikasi yang baik bersama orang tua dan aspek

lainnya yang berperan dalam prestasi tersebut.

2) Faktor lingkungan (ekstern)

Beberapa faktor lingkungan yang dapat membangkitkan

motivasi berprestasi adalah:

a) Adanya norma standar yang harus dicapai

Lingkungan secara tegas menetapkan standar yang harus

dicapai dalam setiap penyelesaian tugas, baik yang berkaitan

dengan kemampuan tugas, perbandingan dengan hasil yang

pernah dicapai maupun perbandingan dengan orang lain.

Keadaan ini akan mendorong seseorang untuk berbuat yang

sebaik-baiknya.

b) Situasi kompetisi

Sebagai konsekuensi adanya standar keunggulan,

timbullah situasi kompetisi. Namun situasi kompetisi tersebut


tidak secara otomatis dapat memacu motivasi seseorang jika

individu tersebut tidak beradaptasi di dalamnya.

c) Jenis tugas dan situasi menantang

Jenis tugas dan situasi yang menantang adalah tugas yang

memungkinkan sukses dan gagalnya seseorang. Setiap individu

terancam akan gagal apabila kurang berusaha.

Dari pernyataan yang ada di atas, penulis menyimpulkan bahwa

ada 2 faktor yang sangat penting dalam menunjang motivasi

berprestasi seorang atlet (peserta didik) yaitu faktor internal yang

berarti berasal dari dalam diri dan faktor internal dimana faktor ini

berasal dari luar diri individu tersebut. Atlet (peserta didik) yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi dapat dikatakan bahwa individu

tersebut sudah dapat melewati tantangan maupun rintangan dari 2

faktor yang mungkin dapat menghambat dalam proses mencapai target

prestasi.

Menurut Angraini (2019) “motivasi ekstrinsik merupakan

keinginan untuk menampilkan suatu aktivitas karena adanya

penghargaan dari luar dirinya”. Berdasarkan pengertian tersebut,

motivasi ekstrinsik akan berfungsi ketika ada rangsangan dari luar diri

seorang atlet. Misalnya, menariknya hadiah yang ditawarkan, akan

dipuja orang lain, menjadi berita dalam koran dan TV, mendapatkan

status di masyarakat dan sebagainya. Berikut ini beberapa tingkatan

motivasi ekstrinsik:
a) Regulasi Eksternal (External Regulation)

Regulasi eksternal mempunyai makna bahwa sebuah

perilaku muncul dalam rangka untuk mendapatkan sesuatu yang

bersifat eksternal (medali, trofi) serta dalam rangka menghindari

tekanan (tekanan sosial). Bukti bahwa seorang atlet sedang

berada pada fase regulasi eksternal adalah ketika atlet tersebut

mengatakan, “saya akan pergi berlatih hari ini karena saya tidak

ingin dicadangkan oleh pelatih pada pertandingan mendatang”

b) Regulasi Perilaku (Introjected Regulation)

Tipe motivasi ekstrinsik ini, atlet akan mulai

menginternalisasi alasan-alasan dari perilakunya. Internalisasi

alasan ini menggantikan kontrol dari luar seperti dalam regulasi

eksternal. Atlet yang mempunyai introjected regulation ini akan

mengatakan, “saya berlatih karena saya akan merasa bersalah

seandainya saya tidak datang latihan”.

c) Identifikasi Perilaku (Regulated Through Identification)

Setelah melewati proses internalisasi, seorang atlet akan

memiliki pilihan atas perilaku-perilaku yang akan dia lakukan.

Perilaku tersebut akan dibandingkan dan dinilai dari kelayakan

yang dilakukan. Dalam fase ini, motivasi ekstrinsik atlet telah

bergerak ke arah regulated through identification yaitu

munculnya perilaku-perilaku yang dinilai dan menjadi pilihan


untuk dilakukan sehingga atlet sudah bisa mengidentifikasi

perilaku yang harus diambil dan dilakukan.

d) Pengaturan Terpadu (Integrated Regulation)

Berdasarkan teori self determinism, tipe motivasi

integrated regulation adalah tipe motivasi yang paling tinggi.

Dalam integrated regulation ini, atlet sudah memiliki sebuah

perilaku untuk dikerjakan yang bergerak dari motivasi eksternal

ke tindakan yang terpilih. Dalam kasus ini, pilihan yang diambil

oleh seseorang (atlet) dibuat berdasarkan fungsi-fungsi yang

berhubungan dengan berbagai macam aspek dari diri seseorang

tersebut. Ketika atlet sudah bisa menerapkan integrated

regulation, berarti motivasi eksternal sudah mencapai titik

efektifnya karena selain menjadi pengatur perilaku atlet,

motivasi eksternal juga sudah memberi kesadaran bagi seorang

atlet akan perilaku yang seharusnya dia lakukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

atlet harus melewati empat tingkatan motivasi ekstrinsik sehingga

motivasi dapat dikatakan efektif dan atlet akan dapat memilih dan

memutuskan perilaku seperti apa yang harus dilakukan untuk

mencapai sebuah prestasi yang sudah ditargetkan sejak awal.


5. Prestasi

a. Pengertian Prestasi

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti hasil bisnis,

dengan kata lain prestasi adalah hasil dari upaya yang telah dilakukan.

Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual,

emosional, spiritual, serta ketahanan dalam menghadapi semua aspek

kehidupan. Prestasi belajar adalah keberhasilan usaha yang dicapai

setelah seseorang memperoleh pengalaman belajar maupun

mempelajari sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat

diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya ditunjukkan dengan

nilai tes ataupun angka nilai yang diberikan oleh guru. Sebuah

karakter yang mencintai pekerjaan, inisiatif dan kreatif, pantang

menyerah, serta menjalankan tugas dengan serius dapat menunjukkan

bahwa untuk mencapai sesuatu dibutuhkan kerja keras.

b. Pengertian Prestasi Olahraga

Prestasi olahraga dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai

dalam suatu kegiatan atau latihan yang menghasilkan perubahan-

perubahan, perubahan itu dapat berupa pengetahuan, pemahaman,

keterampilan yang terjadi karena latihan. Dalam hal ini prestasi

merupakan hasil akhir yang dicapai oleh atlet setelah mengikuti

latihan pada cabang olahraga tertentu. Prestasi olahraga menurut


Thaib (2013), kata prestasi dapat diartikan sebagai pencapaian akhir

yang memuaskan oleh seseorang atau tim, berdasarkan target awal

yang dibebankan. Jadi prestasi tidak selalu identic dengan juara.

Walaupun tidak menjadi juara atau meraih kemenangan, tetapi apabila

itu sudah dapat memenuhi atau bahkan melampaui target awal, maka

itu sudah dapat dikatakan sebagai berprestasi. Prestasi merupakan

tolak ukur yang dapat dipergunakan seseorang untuk mengukur

tingkat kualifikasi seseorang dalam menguasai dan memahami

berbagai teknik dan taktik selama program latihan yang telah

diberikan oleh pelatih. Maka sudah tentu semua manusia sebagai atlet

akan selalu mengharapkan untuk dapat mencapai prestasi yang

setinggi-tingginya, yang pastinya didukung dengan usaha pencapaian

prestasi yang baik pula.

Dari penjabaran yang ada di atas, penulis menyimpulkan bahwa

arti sebuah pencapaian prestasi olahraga tidak hanya tentang sebuah

kemenangan, juara yang diperoleh oleh seorang atlet maupun sebuah

tim. Seorang atlet maupun tim sudah dapat dikatakan telah mencapai

prestasi jika apa yang diraih sudah mencapai maupun melewati

harapan, tuntutan, dan beban yang diberikan di awal pada proses

latihan.

c. Macam-macam Prestasi

Ada beberapa prestasi yang dapat dicapai oleh setiap orang:


1) Prestasi Belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari

usaha untuk belajar, misalnya prestasi siswa disekolah yang

menjadi juara umum setiap tahun

2) Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah hasil yang diperoleh dari

usaha kerja yang dilakukan, misalnya seperti promosi kerja

keras seseorang selama bertahun-tahun.

3) Prestasi Seni. Prestasi seni adalah hasil yang diperoleh dari

bisnis seni, misalnya seperti pencapaian penyanyi atau bentuk

lainnya yang berbentuk penghargaan.

4) Prestasi Olahraga. Prestasi olahraga merupakan hasil dari suatu

usaha dan kerja keras di bidang olahraga, misalnya seperti atlet

yang meraih mendali maupun penghargaan di suatu kejuaraan

yang diikuti.

5) Prestasi Lingkungan Hidup. Kinerja lingkungan adalah sebuah

prestasi yang diperoleh oleh upaya untuk menyelamatkan

lingkungan. Misalnya individu atau kelompok mendapatkan

penghargaan untuk upaya konservasi lingkungan seperti

reboisasi atau penghijauan lingkungan.

d. Faktor Atlet Berprestasi

Dari teori pendidikan, proses peningkatan prestasi ini terjadi

dikarenakan perencanaan dan cara mempengaruhi yang diarahkan

secara khusus pada peningkatan manusia seutuhnya. Penentu

berhasilnya atlet berprestasi dapat ditentukan oleh banyak faktor,


menurut Malisoux dkk. (2006), bahwa skema atlet berprestasi adalah

sebagai berikut:

Gambar 1. Kualitas Latihan dan Faktor-faktor Pendukung

Tujuan dari latihan olahraga adalah meningkatkan keterampilan

dan kinerja peserta pelatihan setinggi mungkin agar para olahragawan

mampu berprestasi semaksimal mungkin. Karena itu, tugas seorang

pelatih adalah membantu atletnya untuk meningkatkan prestasi


(2006)
olahraga semaksimal mungkin. Menurut Malisoux dkk. ada

empat aspek yang perlu dilakukan pelatih kepada para atletnya untuk

memaksimalkan prestasi, yaitu: a) aspek fisik, b) aspek teknik, c)

aspek taktik, dan d) aspek mental. Keempat aspek tersebut harus

diterapkan secara sistematis berencana, sinergis, dan serempak.

Seorang atlet sepakbola yang terampil dan sukses dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Menurut Mirhan (2016) menjelaskan bahwa

faktor yang menentukan kesuksesan yaitu: a) faktor genetik, b) faktor

kedisiplinan, c) faktor latihan, dan d) faktor keberuntungan. Beberapa


anjuran untuk pelatih dalam mendidik pemain agar kesuksesan dapat

tercapai antara lain: a) tanamkan pentingnya sikap disiplin, b)

anjurkan mengonsumsi makanan yang bergizi, hidup sehat dan

istirahat yang cukup, c) jadilah contoh yang baik, d) memperluas

wawasan, dan e) buat program yang terarah, terstruktur dan jelas.

Umur siswa sekolah menengah pertama yang berkisar 12-15

tahun adalah umur yang sangat tepat dalam membangun keterampilan

dasar dalam taraf multilateral (permulaan dan pembentukan) dan

spesialisasi tahap awal yang terdapat pada gambaran segitiga jenjang

pertumbuhan dan perkembangan gerak latihan olahraga. Menurut


Faidlullah (2015)
mengatakan bahwa latihan terhadap remaja umur

12-15 tahun baik untuk pertumbuhan dan perkembangan dikarenakan

pada umur tersebut kekuatan masih dapat dibentuk. Kekuatan masih

dapat dibentuk tersebut dikarenakan proses pembentukan terjadi

secara bersamaan dengan perkembangan sistem saraf yang cepat dan

masih berlangsung.

Gambar 2. Jenjang Latihan Olahraga


e. Arti Penting Prestasi

Prestasi dapat digunakan untuk meningkatkan potensi, berikut

ini arti penting sebuah prestasi:

1) Prestasi adalah wujud nyata dari sebuah kualitas dan kuantitas

yang diperoleh.

2) Prestasi adalah sebuah pengalaman yang dialami dan dapat

dijadikan pelajaran untuk masa yang akan datang.

3) Prestasi adalah kebanggaan bagi diri sendiri, kelompok,

keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan Negara.

4) Prestasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan,

kecerdasan, dan keterampilan seseorang, kelompok, masyarakat,

maupun bangsa dan Negara.

f. Sikap dalam Berprestasi

Sikap yang dapat mendukung seseorang dalam berprestasi

diantaranya seperti:

1) Berorientasi masa depan dan cita-cita,

2) Keberhasilan berorientasi,

3) Berani mengambil atau berisiko,

4) Sebuah rasa tanggung jawab yang besar,

5) Menerima dan menggunakan kritik sebagai umpan balik,

6) Memiliki sikap kreatif dan inovatif, dan mampu mengatur waktu

dengan baik.
g. Tantangan dalam Berprestasi

Dalam proses mencapai kesuksesan dalam berprestasi, semua

orang akan menghadapi tantangan yang harus dilewati, seperti:


1) Berasal dari diri sendiri

Berasal dari diri sendiri berarti tantangan yang terciptanya dari

dalam diri individu itu sendiri seperti bakat, potensi, kecerdasan,

minat, motivasi, kebiasaan, emosi, kesehatan, dan juga pengalaman

yang dimiliki.

2) Berasal dari Lingkungan

Tantangan dari lingkungan berbentuk tantangan yang berasal

dari keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat,

infrastruktur, fasilitas, gizi dan tempat tinggal dari individu tersebut.

Setelah penulis melakukan observasi dan melihat permasalahan-

permasalahan yang ada pada SMP Negeri 1 Sempor, prestasi yang

dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah prestasi untuk mencapai

sebuah gelar juara. Seperti yang telah ditulis dalam rumusan masalah,

dimana prestasi SMP Negeri 1 Sempor mengalami penurunan

beberapa tahun ke belakang. Ketika penulis menempuh pendidikan di

SMP Negeri 1 Sempor pada tahun 2012 sampai tahun 2015, prestasi

dalam perebutan gelar juara olahraga sepakbola SMP Negeri 1

Sempor dapat dikatakan bagus karena sering menjuarai pertandingan

antar SMP di wilayah dan juga mampu menjuarai di tingkat

Kabupaten. Tetapi setelah tahun tersebut, prestasi juara sepakbola

SMP Negeri 1 Sempor dikabarkan perlahan-lahan mulai mengalami

penurunan dan ditambah lagi dengan adanya covid-19 yang sempat

melanda Indonesia dan berdampak pada berbagai hal yang


mengakibatkan antara lain diliburkannya ekstrakurikuler maupun

kompetisi atau perlombaan yang ada.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Untuk membantu melengkapi dan menjadi acuan dalam penyusunan

penelitian, peneliti mencari bahan-bahan penelitian yang mempunyai relevansi

dengan penelitian yang akan diteliti. Adapun penelitian yang relevan dengan

penelitian adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sabrina (2020) yang berjudul “Peranan

Pembina Asrama Dalam Mengembangkan Motivasi Berprestasi Siswa

Asrama Putra Madrasah Aliyah Negri (MAN) 1 Pekanbaru. Penelitian

ini menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan pendekatan yang

digunakan adalah studi kasus. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah pengumpulan data kualitatif. Peneliti memilih

metode wawancara dalam kegiatan penelitiannya, wawancara

dilakukan kepada informasi utama yaitu Pembina asrama dan

informasi pendukung yaitu siswa asrama, guru asrama, dan alumni

asrama. Responden wawancara yaitu 3 orang pembina asrama, 16

orang guru, 39 orang siswa, dan 40 alumni. Total responden dari

wawancara yang dilakukan sebanyak 98 orang. Dari hasil pengolahan

data yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa peranan pembina

asrama dalam mengembangkan motivasi berprestasi siswa asrama

seperti memahami karakter siswa asrama, memahami situasi dan


kondisi, mendekatkan diri, menanamkan nilai adab dan akhlak,

menanamkan nilai karakter bertanggung jawab, menanamkan nilai

disiplin, dsb.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nofianti (2019) yang berjudul

“Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler dan Motivasi Belajar Terhadap

Prestasi Belajar Siswa” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap prestasi belajar siswa di

SMA Negeri 1 Prambon Nganjuk. Penelitian ini menggunakan

populasi siswa kelas XI SMA Negeri 1 Prambon Nganjuk sebanyak

281 siswa dengan sampel sebanyak 165 siswa. Metode penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis

penelitian korelasi dengan bentuk kausal. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simple random

sampling. Teknik pengumpulan data berupa angket atau kuesioner

dengan menggunakan skala likert dan dokumentasi. Uji persyaratan

analisis data penelitian menggunakan uji normalitas dan uji linearitas.

Teknik analisis data menggunakan analisis regresi ganda karena

penelitian ini menggunakan dua atau lebih variabel independen,

analisis Uji T untuk menjawab hipotesis satu dan dua serta Uji F untuk

menjawab hipotesis ketiga. Berdasarkan hasil analisis data pada uji T

variabel kegiatan ekstrakurikuler secara parsial berpengaruh terhadap

variabel prestasi belajar sebesar 0,021, serta variabel motivasi belajar

secara parsial berpengaruh terhadap variabel kinerja guru sebesar


0,010. pada uji F menunjukkan nilai Fhitung sebesar 5,493. Nilai

signifikan variabel kegiatan ekstrakurikuler dan motivasi belajar

terhadap prestasi belajar yang diperoleh adalah sebesar 0,005. Nilai

signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05 dengan demikian

H0 ditolak dan H1 diterima, artinya kegiatan ekstrakurikuler dan

motivasi belajar secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi

belajar siswa SMA Negeri 1 Prambon Nganjuk. Adapun besarnya

pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja guru

yaitu sebesar 6,4%.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Darti (2018) yang berjudul “Pengaruh

Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Olahraga Bola Basket

Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Palembang”

teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi linear sederhana. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

SMP Negeri 4 Palembang Tahun Ajaran 2017/2018 yang mengikuti

pelajaran olahraga khususnya bola basket sebanyak 1.085 orang siswa.

Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin sehingga dari

total populasi sebanyak 1.085 orang siswa tersebut yang menjadi

sampel dalam penelitian ini sebanyak 92 orang siswa. Untuk

mengetahui pengaruh antar variabel independen dengan dependen,

model yang digunakan adalah model regresi linear sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dilihat jika nilai

rata-rata variabel kegiatan ekstrakurikuler secara keseluruhan sebesar


4,28 yang berarti secara umum responden menyatakan bahwa kegiatan

ekstrakurikuler sudah sangat baik. Nilai rata-rata variabel prestasi

olahraga bola basket secara keseluruhan sebesar 4,7 yang berarti

secara umum responden memiliki prestasi olahraga yang sangat baik.

Dari hasil nilai rata-rata yang didapatkan tadi, dapat dikatakan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan ekstrakurikuler

terhadap prestasi olahraga bola basket siswa SMP Negeri 4

Palembang, dimana semakin ditingkatkan kegiatan ekstrakurikuler

maka akan semakin tinggi prestasi olahraga bola basket siswa.

C. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian kali ini peneliti berusaha mengungkap hasil penelitian

dengan teknik pengumpulan data, adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana cara pelatih ekstrakurikuler berperan untuk meningkatkan

motivasi berprestasi siswa SMP N 1 Sempor untuk mencapai target prestasi dalam

bidang sepakbola?
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode

yang digunakan penelitian ini adalah metode survei dengan teknik pengambilan

data menggunakan angket. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran

pelatih terhadap peningkatan motivasi siswa berprestasi dalam ekstrakurikuler

sepakbola di SMP Negeri 1 Sempor, Kebumen.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pelatih dan atlet peran pelatih kegiatan

ekstrakurikuler sepakbola terhadap motivasi prestasi siswa ekstrakurikuler

sepakbola SMP Negeri 1 Sempor. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal

25-30 Desember 2023.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Arikunto (2010) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah pelatih dan atlet ekstrakurikuler

sepakbola SMP Negeri 1 Sempor dengan jumlah 2 pelatih dan 36 atlet. Siyoto dan

Sodik (2015) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu, sehingga dapat

mewakili populasinya. Teknik sampling menggunakan total sampling.

D. Definisi Operasional Variabel

Menurut Arikunto (2010) menyatakan bahwa “variabel adalah objek

penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah peran pelatih kegiatan ekstrakurikuler

sepakbola terhadap motivasi prestasi siswa ekstrakurikuler sepakbola SMP Negeri

1 Sempor. Yang diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan oleh seseorang pelatih

secara sadar dalam melakukan dorongan kepada siswa untuk berprestasi siswa

ekstrakurikuler sepakbola.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket.

Peneliti dalam pengambilan data tidak menggunakan uji coba instrumen, karena

dalam penelitian menggunakan teknik one shoot. One shoot atau pengukuran

sekali saja, pengukurannya hanya dilakukan sekali dan kemudian hasilnya

dibandingkan dengan pernyataan lain atau mengukur jawaban antar pernyataan”.

Dalam penelitian ini menggunakan angket yang digunakan oleh peneliti adalah

angket tertutup, karena responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah
disediakan pada lembar jawaban. Adapun tahapan mengumpulkan data yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Peneliti mencari data pelatih dan siswa ekstrakurikuler sepakbola SMP

Negeri 1 Sempor.

b. Peneliti menentukan jumlah pelatih yang menjadi subjek penelitian

c. Peneliti menyebarkan angket kepada responden

d. Selanjutnya peneliti mengumpulkan angket dan melakukan transkrip atas

hasil pengisian angket.

Angket dalam penelitian ini berbentuk skala likert. Likert scale digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pernyataan atau pernyataan. Dalam pernyataan-pernyataan yang diikuti oleh

kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan. Tidak pernah (TP), Jarang (JG),

Kadang-kadang (TP), Selalu (S). Pada pertanyaan yang dijawab oleh setiap

responden memiliki nilai yang tercantum di bawah ini:

Tabel 3. Kriteria Skor dalam Pengumpulan Data

Alternatif Skor Butir Soal


Jawaban Positif Negatif
Tidak Pernah 4 1
Jarang 3 2
Kadang-kadang 2 3
Selalu 1 4
2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah. Dalam penelitian ini bentuk instrumen yang digunakan adalah berupa

angket yang sudah dimodifikasi. Instrumen yang digunakan adalah menggunakan

angket. Alasan memakai teknik angket sebagai alat untuk mengumpulkan data

sebagai berikut:

a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden

c. Dijawab sesuai kesempatan dan waktu senggang responden

d. Dapat digunakan anonim sehingga semua responden dapat diberikan

pertanyaan yang benar-benar sama.

Adapun kelemahan angket adalah sebagai berikut:

a. Responden sering kali tidak teliti dalam menjawab instrumen

penelitian

b. Sering sukar dicari validitasnya

c. Kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang

tidak betul dan tidak jujur. Sehingga jawaban tidak dapat diketahui

dengan benar.

Ada empat langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen, yaitu:

a. Mendefinisikan Construct
Langkah pertama yaitu mendefinisikan construct. Construct adalah

batasan mengenai ubahan atau variabel yang diukur. Construct dalam

penelitian ini adalah peran pelatih kegiatan ekstrakurikuler sepakbola

terhadap motivasi prestasi siswa ekstrakurikuler sepakbola SMP Negeri 1

Sempor.

b. Menyidik Faktor

Langkah kedua setelah mendefinisikan construct adalah menyidik

faktor. Ubahan dijabarkan menjadi faktor-faktor yang dapat diukur. Faktor

itu dijadikan titik tolak menyusun instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan kepada responden. Konsep ubahan faktor yang

mempengaruhi motivasi prestasi siswa ekstrakurikuler sepakbola SMP

Negeri 1 Sempor.

c. Indikator

Indikator mengungkap atau menjelaskan isi dari faktor yaitu, aspek

latihan.

d. Menyusun Butir Pertanyaan

Menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan faktor-faktor yang

menyusun kontrak, faktor-faktor dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan.

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai angket yang

digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen


Variabel Faktor Butir Jumlah butir
Peran Pelatih Tanggung Jawab 1, 2, 3 3
Memperhatikan 4, 5 2
umpan balik
Mempertimbangkan 6, 7, 8, 9, 10 5
risiko pemilihan tugas
Kreatif dan inovatif 11, 12, 13, 14 4
Waktu penyelesaian 15, 16, 17 3
Ekstrakurikuler Sepak
tugas
Bola dalam
18, 19, 20 3
Meningkatkan Keinginan menjadi
Motivasi Siswa untuk yang terbaik
Menunjang Prestasi
Jumlah 20 20

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian ini tidak menggunakan uji coba instrumen, karena

penelitian ini menggunakan teknik one shoot. One shoot merupakan

pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan

pertanyaan lain atau mengukur jawaban antara pertanyaan”. Menurut


Syamsurizal (2020)
, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Baik buruknya

instrumen akan berpengaruh terhadap benar tidaknya data yang diperoleh,

sedangkan benar tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil

penelitian.

a. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen perlu diketahui untuk melihat seberapa

jauh alat pengukur mampu mengukur apa saja yang hendak diukurnya,

mampu mengungkapkan apa saja yang hendak diukurnya, dan dapat

menembak dengan jitu gejala-gejala atau bagian-bagian yang hendak


diukur. Instrumen dikatakan sahih apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Perhitungan validitas menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Dalam menguji

validitas setiap butir, maka skor-skor yang ada pada butir yang

dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Satu butir dikatakan valid

apabila memperoleh indeks korelasi yang lebih dari r tabel dengan taraf

signifikan 5% atau 0.05. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan

bantuan komputer seri program statistik (SPSS-2000). Rumus uji

validitas adalah sebagai berikut.

r xy =

Keterangan:

r xy =Koefisien korelasi momen tangkar


N = Jumlah responden
 = Jumlah perkalian antara skor  dan 
² = Jumlah  kuadrat
² = Jumlah  kuadrat
 = Jumlah  (jumlah skor item)
 = Jumlah  (jumlah skor total)

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas diperlukan untuk mengetahui tingkat konsistensi

atau keandalan instrumen. Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila

instrumen tersebut dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat


pengumpul data. Uji keandalan instrumen menggunakan rumus

Cronbach Alpha berikut ini:

r1 1=

Keterangan:
r 11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pernyataan
²b = jumlah varians total
²1 = varians total

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase. Untuk menghitung persentase

responden digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
P = Angka Persentase
F= Frekuensi
N= Jumlah Subjek atau Responden

Untuk memberikan makna pada skor yang ada, dibuat katagori atau

kelompok menurut tingkatan yang ada, kategori terdiri dari lima kelompok yaitu:

Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang, Sangat Kurang. Dalam membuat kategori,

digunakan rata-rata ideal (Mi) dan simpangan baku/standar deviasi ideal (Sdi).

Kategorisasi tersebut menggunakan rata-rata ideal (Mi) dan simpangan

baku/standar deviasi ideal (Sdi) dengan kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 5. Kriteria Penilaian


No. Kelas Interval Kategori
1 Mi + 1,8 SDi < X Sangat Baik
2 Mi + 0,6 SDi < X <_ Mi + 1,8 SDi Baik
3 Mi - 0,6 SDi < X <_ Mi + 1,8 SDi Cukup
4 Mi + 0,6 SDi < X <_ Mi - 1,8 SDi Kurang
5 X <_ Mi - 1,8 S Di Sangat Kurang
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, C. D., Istihana, & Komarudin. (2019). Pengaruh Model Diskursus Multy
Reprecentacy (DMR) dengan Pendekatan CBSA terhadap Representasi Matematis
Ditinjau dari Motivasi Belajar Peserta Didik. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, 2(1), 65–75.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/pspm/article/view/3928

Aulia, D., & Susanti, D. (2022). Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Gaya Mengajar
Guru terhadap Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Ekonomi. Jurnal Ecogen,
5(3), 378. https://doi.org/10.24036/jmpe.v5i3.13748
Cahyani, F. D., & Andriani, F. (2014). Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap
Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi Sosial Guru
dengan Motivasi Berprestasi Siswa Akselerasi Di SMA Negeri I Gresik. Jurnal
Psikologi Pendidikan Dan Perkembangan, 3(2), 78–88.
Darti, Y. (2018). Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Olahraga Bola
Basket Siswa Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri 4 Palembang. Halaman
Olahraga Nusantara (Jurnal Ilmu Keolahragaan), 1(2), 190.
https://doi.org/10.31851/hon.v1i2.1978
Djiwandono, P. I. (2006). Cooperative Listening as a Means to Promote Strategic
Listening Comprehension. English Teaching Forum, 3(1), 32–36.
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1107907.pdf
Faidlullah, H. Z. (2015). Pengaruh Latihan Pliometrik Depth Jump Dan Knee Tuck
Jump Terhadap Hasil Tendangan Lambung Atlit Sepak Bola Pemula di SMP Al-
Firdaus Surakarta. Jurnal Fisioterapi, 9(1), 19–29.
Fakhria, M., & Setiowati, E. A. (2017). Motivasi Berprestasi Siswa Ditinjau dari
Fasilitasi Sosial dan Ketakutan akan Kegagalan. Psikohumaniora: Jurnal
Penelitian Psikologi, 2(1), 29. https://doi.org/10.21580/pjpp.v2i1.1279
Hadi, R. (2011). Peran Pelatih dalam Membentuk Karakter Atlet. Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia, 1(1), 88–93.
Hidayah, M. N., Ohan, F., & Wahed, A. (2022). Studi Pengelolaan Program
Ekstrakurikuler di Era Pandemi SMA Negeri 1 Polewali Study on the
Development of Extracurricular Programs in the Pandemi Era of SMA Negeri 1
Polewali. Jurusan Administrasi Pendidikan, Universitas Negeri Makassar, 1–10.
http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/24480
Irianto, J. (2007). Prinsip-Prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis
Kebutuhan sampai Evaluasi Program Pelatihan). Kajian Mandiri Pelatihan Dan
Pengembangan SDM, 1–46.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195603221982031
-DEDY_KURNIADI/ULASAN/Pelatihan_Kajian_Mandiri.pdf
Kurniati, E. (2018). Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Prinsip dan Asas. Ristekdik:
Jurnal Bimbingan dan Konseling, 3(2), 54.
https://doi.org/10.31604/ristekdik.2018.v3i2.54-60
Maghviroh, N. Y., & Purnomo, M. (2021). Analisis Gaya Kepemimpinan Pelatih
Softball Putri di Kota Surabaya. Jurnal Prestasi Olahraga.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-prestasi-olahraga/article/view/
42069%0Ahttps://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-prestasi-olahraga/article/
view/42069/36179
Malisoux, L., Francaux, M., Nielens, H., & Theisen, D. (2006). Stretch-shortening
cycle exercises: An effective training paradigm to enhance power output of human
single muscle fibers. Journal of Applied Physiology, 100(3), 771–779.
https://doi.org/10.1152/japplphysiol.01027.2005
Muhaemin. (2013). Urgensi Motivasi dalam Meningkatkan Semangat Belajar Siswa.
Adabiyah, XIII(1), 47–54.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/adabiyah/article/view/321
Mujib, A. (2013). Motivasi Berprestasi sebagai Mediator Kepuasan Kerja. Jurnal
Psikologi UGM, 39(2), 143–155.
Mushawwir Taiyeb, A., Bahri, A., & Batari Razak. (2012). Analisis Motivasi
Berprestasi Siswa SMAN 8 Makassar Dalam Belajar Biologi. Jurnal Bionature,
13(2), 77–82.
Musrifin, A. Y., & Bausad, A. A. (2020a). Analisis Unsur Kondisi Fisik Pemain Sepak
Bola Mataram Soccer Akademi NTB. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6.
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Musrifin, A. Y., & Bausad, A. A. (2020b). Analisis Unsur Kondisi Fisik Pemain Sepak
Bola Mataram Soccer Akademi NTB. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(1),
113–119. https://doi.org/10.58258/jime.v6i1.1116
Nofianti, A. (2019). Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, 2(2), 120.
https://doi.org/10.26740/jdmp.v2n2.p120-129
Oktaviani, R. P., & Indra, E. N. (2015). Komunikasi Interpersonal Pelatih Sepak Bola.
Medikora, XIII(1). https://doi.org/10.21831/medikora.v0i1.4587
Pahlevi, R. L. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai di Pt
Mitra Sinergi Internasional. Proceeding of Management, 5(3), 3863–3871.
Permadi, A. A. (2022). Coaching Clinic pada Pelatih Sepakbola Tingkat Desa di
Kabupaten Garut. JPM: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 01, 40–49.
https://journal.uniga.ac.id/index.php/JPM/article/view/1799%0Ahttps://
journal.uniga.ac.id/index.php/JPM/article/download/1799/1162
Pratiwi, A. (2017). Efektifitas Teknik Modeling Simbolis untuk Meningkatkan
Motivasi Berprestasi Siswa Smp Negeri 2 Minasatene. Jurnal Konseling Andi
Matappa, 1(1), 55–64.
Pujianto, A. (2015). Profil Kondisi Fisik dan Keterampilan Teknik Dasar Atlet Tenis
Meja Usia Dini di Kota Semarang. Journal of Physical Education Health and
Sport, 2(1), 38–42.
Sabrina, R. (2020). Peranan Pembina Asrama dalam Mengembangkan Motivasi
Berprestasi Siswa Asrama Putra Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pekanbaru.
Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Universitas Islam Riau Fakultas Agama
Islam, 1–122. https://repository.uir.ac.id/11305/1/167310148.pdf
Sandhi, D. T., & Budiwanto, S. (2016). Perbedaan Pengaruh Latihan Menggiring Bola
Menggunakan Model Variasi dan Pengaruh Latihan Reguler terhadap Teknik
Menggiring Bola Pada Anak Latih Sekolah Sepak Bola Pabrik Gula Ngadirejo
Kediri Usia 14 Tahun. Jurnal Kepelatihan Olahraga, 1(1), 25–40.
Siregar, M. Y. (2018). Analisis peran guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa
pada pelajaran matematika kelas xi di man 1 Medan tahun pelajaran 2017-2018.
http://repository.uinsu.ac.id/4267/1/skripsi mia yolanda siregar.pdf
Sudrajat, A. (2008). Teori-Teori Motivasi.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/
%0Ahttps://www.academia.com
Sukadiyanto. (2016). Pengembangan Media Latihan Buku Saku Pengenalan Teknik
Dasar Tenis Lapangan. Jurnal Kepelatihan Olahraga, 7(4), 261–281.
Suryana, E. (2012). Korelasi Motivasi Berprestasi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sma Kifayatul Akhyar Bandung.
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, XVII(02), 171–182.
Syamsurizal. (2020). Validitas dan Reliabitas Alat Ukur. 1–11.
https://doi.org/https://doi.org/10.31219/osf.io/v83eh
Thaib, E. N. (2013). Hubungan Antara Prestasi Belajar dengan Kecerdasan Emosional.
Jurnal Ilmiah Didaktika, 13(2), 384–399. https://doi.org/10.22373/jid.v13i2.485
Zainudin, M. M. (2021). Pengaruh Keterbukaan-Diri Pelatih-Atlet Terhadap Motivasi
Berprestasi Pada Atlet Hoki Kabupaten Malang Dimediasi Oleh Intimasi. Skripsi,
155.
Zhannisa, U. H., & Sugiyanto, FX. (2015). Model Tes Fisik Pencarian Bakat Olahraga
Bulutangkis Usia di Bawah 11 Tahun di DIY. Jurnal Keolahragaan, 3(1), 117–
126. https://doi.org/10.21831/jk.v3i1.4974

Anda mungkin juga menyukai