Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ”S” DENGAN BBLR DI


RUANG NICU RSUD AWET MUDA NARMADA
TAHUN 2023

OLEH :

MAEZATUN NAFIS
NIM. P07124021021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEBIDANAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ”S” DENGAN BBLR DI
RUANG NICU RSUD AWET MUDA NARMADA
TAHUN 2023

Laporan Studi Kasus


Telah memenuhi persyaratan dan disetujui
Tanggal ………………….. 2023
Disusun oleh:
MAEZATUN NAFIS
NIM.P07124021021

Menyetujui,

Pembimbing Lahan

Wahyuni Purnama Ningsih S,ST.

Pembimbing Pendidikan I Pembimbing Pendidikan II

Ni Putu Karunia Ekayani,SST.,M.Kes Erien Lutfia M.Keb


Nip:1980052720021220001 Nip:

ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ”S” DENGAN BBLR DI
RUANG NICU RSUD AWET MUDA NARMADA TAHUN 2023
Laporan Studi Kasus
Telah memenuhi persyaratan dan disetujui
Tanggal ………………….. 2023
Disusun oleh:
MAEZATUN NAFIS
NIM.P07124021021

Menyetujui,
Pembimbing Lahan

Wahyuni Purnama Ningsih A.Md.Keb

Ketua Jurusan

( DR. Sudarmi SST,.M,.Biomed )


Pembimbing Pendidikan I Pembimbing Pendidikan II

(Ni PutuKaruniaEkayani,SST.,M.Kes) Erien Lutfia M.Keb


NIP:198005272002122001 NIP:

iii
NIP:198012282001122001

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa,
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Laporan Studi Kasusdengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Bayi Ny ”S” Dengan BBLR Di Ruang NICU RSUD
AWET MUDA NARMADA Tahun 2023” dapat terselesaikan tepat
sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Studi Kasus di
Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Kebidanan.
Dalam penyusunan Laporan Studi Kasusini penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar- besarnya kepada :
1. Dr. Yopi Harwinda Ardesa,M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Mataram.
2. Dr. Erick Gunawan selaku Direktur RSUD AWET MUDA
NARMADA
3. DR.Sudarmi,SST.,M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Mataram.
4. Ni Nengah Arini Murni,SST.,M.Kes selaku Ketua Program Studi
D III Kebidanan Poltekkes Mataram.
5. Ni Putu Karunia Ekayani SST.,M.Kes selaku Pembimbing I
yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi

iv
serta saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan
Proposal Laporan Studi Kasus ini.
6. Erien Lutfia M.Keb selaku Pembimbing II yang banyak
memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi serta saran yang
sangat bermanfaat dalam penyusunan Laporan Studi Kasusini.
7. Wahyuni Purnama Ningsih A.Md.Keb selaku pembimbing lahan
dan kepala ruangan Ruang NICU dalam Praktik Klinik
Kebidanan II yang telah membimbing dan mendampingi selama
melaksanakan praktik.
8. Seluruh dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Mataram yang banyak memberikan bekal
pengetahuan dan wawasan kepada penulis.
9. Seluruh tenaga kesehatan RSUD AWET MUDA NARMADA
yang membantu penulis dalam memberikan informasi yang
berhubungan dengan Studi Kasus ini.
10. Orang Tua dan saudara tercinta yang selalu memberikan
dukungan moril dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan di program studi DIII kebidanan Poltekkes
Kemenkes Mataram.
11. Seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan Laporan Studi
Kasus ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga Laporan


Studi Kasus ini bermanfaat bagi penyusun khususnya serta pembaca
pada umumnya, Dan semoga kebaikan semua pihak yang membantu
penyusunan Laporan Studi Kasus ini mendapat imbalan yang setimpal
dari Tuhan Yang Maha Esa.

Narmada, Agustus 2023

Penyusun

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................6
C. Tujuan Penulisan......................................................................6
D. Manfaat.....................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................8


A. Neonatus...................................................................................8
B. Definisi BBLR .........................................................................10
C. Definisi Hipotermia..................................................................26

BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................47


A. Kunjungan I.............................................................................47
B. Kunjungan II............................................................................51
C. Kunjungan III...........................................................................54
D. Kunjungan IV..........................................................................57

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................66

vi
A. Kesimpulan..............................................................................66
B. Saran.......................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia tepat 1 tahun yang dinyatakan per
1000 kelahiran hidup (UNICEF, 2020). AKB digunakan untuk
mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara
serta kualitas hidup dari masyarakat yang kemudian hal ini dituangkan
dalam rumusan Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan ketiga
untuk mencapai target yang diharapkan yaitu salah satu indikatornya
menurunkan Angka Kematian Neonatal (AKN) setidaknya hingga 12
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemenkes RI 2020).
Berdasarkan data World Bank angka kematian bayi di dunia
pada tahun 2019 mencapai angka 28,2 per 1000 kelahiran hidup (The
World Bank, 2020). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1000 kelahiran
hidup dan AKB sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2020).
Menurut World Health Organization (WHO) mayoritas dari
semua kematian neonatal (75%) tersebut terjadi selama minggu
pertama kehidupan, dan sekitar 1 juta bayi baru lahir meninggal dalam
24 jam pertama. Termasuk didalamnya kelahiran premature,
komplikasi terkait intrapartum (lahir dengan keadaan asfiksia atau

1
kegagalan bernafas), dan infeksi cacat lahir, hal ini yang
menyebabkan sebagian besar kematian pada neonatal pada tahun
2017 (WHO, 2016).
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia (2019)
menunjukkan penyebab tertinggi kematian neonatal adalah bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu sebesar 7.150 (35,3%)
kasus dan diikuti oleh bayi baru lahir dengan asfiksia yaitu sebesar
5.464 (27,0%) kasus (Kemenkes RI, 2020).
Dari total angka kematian bayi yang terjadi di indonesia yaitu
25.652 kasus terdapat 20.266 kasus terjadi pada usia 0-28 hari
sedangkan 5.386 kasus terjadi pada usia 29-11 bulan (Kemenkes RI,
2020).
Berdasarkan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat,
jumlah AKB pada tahun 2018 adalah 866 kasus, tidak berbeda jauh
jika dibandingkan tahun 2019 dengan jumlah kasus kematian bayi
adalah 863 kasus. Sedangkan pada tahun 2020 angka kematian bayi
sejumlah 858 kasus. Hal ini menunjukan AKB mengalami penurunan
sejumlah 5 kasus. Adapun penyebab kematian neonatal terbesar di
sebabkan oleh BBLR dan Asfiksia, dari 103.315 bayi yang ditimbang,
sebanyak 4.042 bayi atau 3,91% adalah bayi lahir dengan BBLR.
Kematian bayi terbanyak pada tahun 2019 yang disebabkan oleh
BBLR terjadi di Dompu yaitu sebanyak 911 kasus atau 16,36% dan
terendah di Bima sebanyak 95 kasus atau 0,94%. Lombok Timur
berada pada urutan ke 6 yaitu sebanyak 330 kasus. (Dikes Provinsi
NTB, 2020).
Berdasarkan data lembar kerja PMKP RSUD AWET MUDA
NARMADA pada tahun 2021, jumlah kasus BBLR bayi berdasarkan
rujukan dari bidan, puskesmas, rumah sakit, dan faskes lainnya
sebanyak 56 bayi yang berdiagnosa BBLR, Pada tahun 2022 ada
sebanyak 36 bayi dan dari bulan januari sampai dengan bulan juli
2023 ada sebanyak 43 bayi dengan BBLR. (Register Ruang Nicu RS
AWET MUDA NARMADA, 2021-2023).

2
Dari berbagai komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR, yang
mempunyai kebutuhan khusus diantaranya yaitu kebutuhan untuk
mempertahankan kehangatan suhu tubuh agar dapat bertahan hidup,
maka perawatan metode kanguru merupakan salah satu solusi
Alternatif yang murah, mudah , dan aman untuk merawat BBLR
(Lestari, Arif, Alit 2017). Keuntungan dan manfaat dari Perawatan
Metode Kanguru (PMK) tersebut adalah suhu tubuh bayi tetap normal,
mempercepat pengeluaran ASI, dan meningkatkan keberhasilan
menyusui, perlindungan bayi dari infeksi, berat badan bayi cepat naik,
memperpendek perawatan Di RS (bisa pulang lebih awal), melatih ibu
cara menyusui yang baik dan benar. Perawatan Metode Kanguru
(PMK) Ini tidak hanya bisa dilakukan oleh ibu saja, melainkan bisa
dilakukan oleh pengganti Ibu (ayah atau anggota keluarga lain)
(Walyani, 2015).
Hasil penelitian Picauly dkk (2019) yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Komponen Perawatan Metode Kanguru (PMK) Terhadap
Lama Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum
Daerah Prof Dr.W.Z.Johannes Kupang” diperoleh hasil bahwa
perawatan metode kanguru position berpengaruh terhadap
peningkatan status kesehatan BBLR dengan nilai (Pv=0,000.,
Pv<0,05). Penelitian Parti dkk, (2020), yang berjudul “Pengaruh
Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap Pencegahan Hipotermia
pada Bayi Baru Lahir” di dapatkan hasil nilai p<0,001, artinya ada
perubahan suhu tubuh bayi sesaat setelah bayi diberikan treatment
PMK.
Bidan mempunyai peran yang penting untuk menurunkan
angka BBLR dan mengantisipasi angka BBLR yang sudah turun agar
tidak meningkat kembali. Salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya BBLR adalah memprediksi secara dini berat janin yang ada
dalam kandungan. Seorang ibu yang terdeteksi secara dini berat janin
dalam kandungannya kurang dari normal dapat segera dicari
penyebabnya dan segera diupayakan untuk mengatasi masalah

3
tersebut, sehingga pada akhirnya ibu dapat melahirkan bayi dengan
berat badan yang normal. Penanganan BBLR di ruang Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) RSUD AWET MUDA NARMADA, Bidan
bisa melakukan asuhan terkait dengan pemberian nutrisi untuk bayi
BBLR dan pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK). Bidan
juga bisa melakukan tugas kolaborasi dengan tim medis terkait
pemberian terapi maupun penanganan lebih lanjut agar tidak terjadi
komplikasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka rumusan
masalah yaitu “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.”S”
dengan BBLR di RSUD AWET MUDA NARMADA”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan secara komprehensif terhadap
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny.”S” dengan BBLR di RSUD
AWET MUDA NARMADA menggunakan metode
pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengumpulan data subjektif dan objektif
Pada Bayi Ny. “S” dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
RSUD AWET MUDA NARMADA.
b. Mampu menyusun analisa masalah dengan menentukan
diagnosa, masalah, dan kebutuhan Pada Bayi Ny. “S” dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
c. Mampu melakukan rencana asuhan Pada Bayi Ny. “S” dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
d. Mampu melakukan implementasi/pelaksanaan asuhan Pada
Bayi Ny. “S” dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
e. Mampu melakukan evaluasi teori dan praktik Pada Bayi Ny. “S”
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

4
f. Mampu membuat pencatatan Asuhan Kebidanan dengan
metode SOAP Pada Bayi Ny. “S” dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR).
g. Mahasiswa diharapkan mampu membuat pembahasan Pada
Bayi Ny. “S” dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

D. Manfaat
Manfaat penulisan laporan tingkat akhir ini ditujukan untuk :
1. Instansi Pelayanan Kesehatan
Penulisan Laporan Studi Kasusini dapat meningkatkan kualitas dan
kepercayaan masyarakat terhadap hasil kinerja rumah sakit karena
memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan pada Bayi Baru Lahir Rendah.
2. Penulis
Penulis Laporan Studi Kasusini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk memberikan
asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada bayi dengan
BBLR.
3. Klien, Keluarga dan Masyarakat
Penyusunan Laporan Studi Kasus ini mampu memberikan rasa
nyaman kepada ibu, bayi dan keluarga serta mendapatkan asuhan
yang tepat sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Neonatus
1. Definisi Neonatus
Neonatus Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan
penyesuain fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin) dan toleransi
bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik (Marmi dan Rahardjo,
2015).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru dilahirkan pada
kehamilan cukup bulan (dari kehamilan 37-42 minggu) dan berat
badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram dan tanpa tanda-
tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya (Sari, 2012).
Bayi baru lahir Newborn (Inggris) atau Neonatus (Latin) adalah
bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia empat minggu (Sari,
2012:1). Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami
proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dai kehidupan
intrauterine ke kehidupan ekstrauterine (Vivian, 2013:12)
a) Ciri-ciri bayi baru lahir Normal
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 48-52 cm
c. Lingkar kepala : 33-35 cm
d. Lingkar dada : 30-38 cm
e. Frekuensi jantung : 120-160 x/menit
f. Pernafasan : 40-60 x/menit
g. Kulit kemeran dan licin karena jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya sudah
sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genetalia Perempuan labia mayora telah menutupi labia
minora, jika laki-laki testis telah turun, skrotum sudah ada

6
k. Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik
l. Refleks moro batau gerak memeluk bila dikagetkan sudah
baik
m.Refleks graps atau menggenggam sudah baik
n. Eleminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan
(Rahardjo.Kukuh, Marmi, 2015:8)
b) Masa Neonatal
Masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran (Rahardjo, Kukuh & Marmi, 2015:3)
a. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir.
b. Neonatus dini : usia 0-7 hari.
c. Neonatus lanjut : usia 0-28 hari.

B. Definisi BBLR
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko lebih
tinggi untuk kematian dalam 28 hari pertama kehidupan. Pada masa
kecil bayi dengan berat badan lebih rendah (BBLR) memiliki risiko
lebih tinggi untuk terjadinya stunting, intelektual yang lebih rendah
sehingga dapat memberikan ancaman terhadap kualitas sumber daya
manusia pada masa yang akan datang, dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan pada masa dewasa bayi BBLR
dapat mengakibatkan kegemukan dan obesitas, penyakit jantung,
diabetes, dan penyakit tidak menular (WHO, 2016).
Berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu keadaan bayi lahir dengan
berat <2500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat lahir
adalah berat badan bayi lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah
dilahirkan (Sembiring, 2019).
BBLR adalah istilah lain untuk bayi prematur, istilah ini dipakai
hingga tahun 1961, selanjutnya istilah bayi prematur diubah karena
tidak semua bayi dengan berat badan lahir rendah lahir secara

7
prematur. World Health Organization (WHO) kemudian mengubah
istilah bayi premature (premature baby) menjadi BBLR (lowbirth
weigth) dan juga mengubah kriteria BBLR dari ≤2500 gram menjadi
<2500 gram. (Amalia, 2019).

1. Etiologi BBLR
Penyebab kejadian BBLR menurut Sembiring (2019) adalah:
a. Faktor ibu
Penyakit yang diderita ibu seperti :
1) Malaria
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium dengan gejala
klinis berupa demam, anemia dan pembesaran limpa.
Penularan malaria dibedakan menjadi dua yaitu karena
parasit malaria (Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina.
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara
parasit, inang dan lingkungan.
Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya
peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripata
koagulasi intravaskuler, karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia (Fitriany dan
Sabiq, 2018).
2) Anemia
Dampak anemia tidak hanya berdampak pada ibu,
namun juga pada bayi yang sedang dikandung. Pada ibu,
anemia memiliki kontribusi sekitar 20% dari Angka Kematian
Ibu (AKI) di seluruh dunia dan juga menjadi salah satu
penyebab dari kehamilan resiko tinggi, sedangkan pada bayi
akan berdampak pada hambatan pertumbuhan fisik dan
kognitif anak, meningkatkan morbiditas dan berat badan lahir
rendah (BBLR) yaitu bayi yang berat badan saat lahir kurang
dari 2500 gram. (Rahmah and Karjadidjaja, 2020)

8
3) Syphilis, infeksi TORCH (Toxoplasma gondii) dan lain – lain.
Syphilis merupakan infeksi kronis yang disebabkan
bakteri Treponema pallidum (T.pallidum). Syphilis
menyebabkan berbagai dampak buruk bagi ibu dan janin
apabila tidak ditangani dengan tepat. Syphilis pada
kehamilan dapat menyebabkan bayi lahir mati dan abortus
(40%), kematian perinatal (20%) dan BBLR (20%). Ibu hamil
yang terinfeksi bakteri T.pallidum dapat menularkannya ke
bayi melalui plasenta atau pada saat persalinan (Batan dan
Puspawati, 2019).
4) Status Gizi Ibu Hamil
Kandungan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi
berat bayi yang akan dilahirkan, maka dari itu memperhatikan
asupan makanan pada ibu hamil sangatlah penting
dilakukan. Pengukuran antropometri adalah sebuah cara
untuk menghitung status gizi dari ibu hamil. Ukuran
antropometri ibu hamil yang biasa dilakukan adalah dengan
mengukur berat badan dan mengukur Lingkar Lengan Atas
(LILA) pada saat proses kehamilan.
b. Komplikasi pada kehamilan seperti :
1) Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan salah satu faktor
penyebab kematian ibu maupun janin. Perdarahan
anterpartum menyebabkan aliran ureteroplasenta ternganggu
yang berpengaruh pada pertumbuhan janin sehingga dapat
menyebabkan BBLR. (Sembiring, 2019).
2) Preeklampsia berat, eclampsia
Definisi preeklamsia adalah suatu keadaan hipertensi
(tekanan darahnya ≥140/90mmHg) yang terjadi pada
kehamilan 20 minggu atau lebih yang disertai dengan
proteinuria. Sementara eklampsia adalah kejang yang
biasanya terjadi pada pasien preeklampsia, dan tersering

9
terjadi pada preeklampsia berat. preeklamsia dimulai pada
implantasi disertai invasi tropoblastik abnormal pada uterus,
plasentasi yang kurang baik ditandai dengan invasi tidak
sempurna dinding arteriola spiralis oleh trofoblas ekstravilus
dan menyebabkan terbentuknya pembuluh darah
berdiameter sempit dengan resistensi yang tinggi yang
akhirnya menyebabkan stress oksidatif pada plasenta. Stres
oksidatif pada plasenta akan memacu pelepasan faktor-faktor
plasental ke sistemik yang akhirnya mencetuskan aktivasi
dan disfungsi endotelvaskuler dan hasil akhirnya adalah
vasokontriksi. Vasokontriksi yang menimbulkan efek
langsung untuk janin adalah vasokontriksi pada arteriol
aspiralis desidua yang berakibat menurunnya aliran darah ke
plasenta. Hipoperfusi sirkulasi uteroplasental ini
menyebabkan suplai oksigendan nutrisi ke janin menurun, hal
ini mengakibatkan per tumbuhan seluruh tubuh dan organ
janin tersebut terbatas dan tidak optimal sehingga saat lahir
beratnya akan rendah.(Maidartati, 2019)
3) Kelahiran preterm.
Kelahiran preterm adalah kelahiran yang terjadi <37
minggu, dimana ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat, baik di dunia maupun khususnya di Indonesia,
yang menjadi penyebab terbesar kematian neonatal (Wathan,
Siregar and Doktor, 2020)
c. Usia ibu dan paritas
Di tinjau dari faktor ibu Salah satunya yaitu usia ibu dan
paritas ibu. Faktor usia merekomendasikan bahwa usia yang
paling dianggap aman menjalani kehamilan dan persalinan
adalah 20 hingga 35 Tahun. Persentase tertinggi bayi dengan
berat badan lahir rendah terdapat pada kelompok remaja dan
wanita berusia lebih dari 40 tahun. Ibu yang terlalu muda sering
kali secara fisik dan emosional belum matang. Sedangkan pada

10
ibu yang sudah tua meskipun mereka berpengalaman, tetapi
kondisi tubuh dan kesehatannya sudah mulai menurun sehingga
dapat mempengaruhi janin intra uteri dan dapat menyebabkan
kelahiran BBLR.(Khoiriah, 2017)
Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR. Ibu yang pernah
melahirkan anak lebih dari tiga kali beresiko melahirkan bayi
BBLR, hal ini di karenakan keadaan rahim biasanya sudah
lemah dikarenakan oleh alat-alat reproduksi yang sudah
menurun sehingga sel-sel otot mulai melemah dan bagian tubuh
lainnya sudah menurun sehingga dapat menyebabkan dan
meningkatkan kejadian BBLR. (Khoiriah, 2017)
d. Faktor kebiasaan ibu
Beberapa penelitian tentang faktor yang dapat
mempengaruhi BBLR antara lain kebiasaan ibu misalnya
merokok, pencandu alkohol, dan ibu pengguna narkotika.(Paulus
and Ibu, 2019)
e. Faktor janin
Premature, hidramnion, kehamilan ganda (gemeli), kelainan
kromosom. (Maidartati, 2019)
f. Faktor lingkungan
Lingkungan yang dapat berpengaruh antara lain tempat
tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosial ekonomi dan paparan zat-
zat beracun (Sembiring, 2019).
2. Klasifikasi BBLR
Bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau lebih dianggap
cukup matang. Pertumbuhan rata-rata bayi didalam Rahim
dipengaruhi oleh berbagai faktor (keturunan, penyakit ibu, nutrisi
dan sebagaian.
BBLR dapat dikelompokkan prematuritas murni dan
dismaturitas. Bayi berat lahir rendah dapat atau mungkin prematur
(kurang bulan) mungkin juga cukup bulan (dismatur).

11
a) Bayi premature
Menurut Who, bayi prematur adalah bayi lahir hidup
sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari
pertama,haid terakhir). The american academy of pediatric
mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi
prematur atau bayi pre-term adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan. (Jamil,
Sukma and Hamidah, 2017)
b) Bayi dismatur
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
kehamilannya. Dismatur atau bisa dibilang juga bayi kecil untuk
masa kehamilan (kmk) istilah ini banyak dipergunakan untuk
menunjukkan terdapat gangguan dalam pertumbuhan intra
uterin. (Jamil, Sukma and Hamidah, 2017)
3. Karakteristik BBLR
1. Tanda dan gejala bayi premature yaitu :
a) Umur kehamilan 37 minggu ataupun kurang
b) Berat badan < 2500 gram
c) Panjang badan 46 cm atau kurang
d) Lingkar kepala 33 cm atau kurang
e) Lingkar dada 30 cm atau kurang
f) Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit
kurang
g) Tonus otot lemah
h) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
2. Tanda dan gejala bayi dismatur yaitu :
a) Bayi dismatur preterm akan terlihat gejala fisik bayi
premature ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan
pelisutan.
b) Pada bayi aterm dan posterm gejala yang menonjol adalah
pelisutan.

12
c) Gejala insufiensi plasenta bergantung pada berat dan
lamanya bayimenderita defisit.
d) Retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit berlangsung
lama
(kronis) . (Jamil, Sukma and Hamidah, 2017)
4. Patofisiologi BBLR
Temperatur dalam kandungan 37’C sehingga bayi setelah lahir
dalam ruangan suhu temperatur ruangan 28-32‘C. perubahan
temperatur ini perlu di perhitungkan pada BBLR karena belum bisa
mempertahankan suhu normal yang di sebabkan :
a) Cadangan energi sangat kurang
b) Jaringan lemak sub cutan lebih tipis sehingga kehilangan panas
lebih besar.
c) BBLR sering terjadi penurunan berat badan disebabkan malas
minum dan pencernaan masih lemah
d) BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat nafas,
Hipotermia, tidak stabil sirkulasi (oedema), hipoglikemi,
hipokalsemia, hiperbilirubin. (Sembiring, 2019).
5. Komplikasi BBLR
Pada bayi dengan kecil masa kehamilan (KMK), umumnya
maturitas fisiologi bayi ini sesuai masa gestasinya, alat-alat dalam
tubuhnya sudah lebih baik dari pada bayi prematur. Beberapa
komplikasi BBLR bergantung pada klasifikasi BBLR, yaitu :

a. BBLR prematur atau kurang bulan

1) Sindrom gangguan pernafasan idiopatik (penyakit membran


hialin) disebut juga penyakit membran hialin karena pada
stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi
alveolus paru.
2) Pneumonia aspirasi karena reflek menelan dan batuk belum
sempurna, bayi belum dapat menyusu.
3) Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler
(P/IVH) otak lateral akibat anoksia otak (erat kaitannya

13
dengan gangguan pernafasan).
4) Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak
subkutan yang masih sedikit maupun brown fat belum
terbentuk. Beberapa ciri jika seorang bayi terkena Hipotermia
antara lain :

a) Bayi menggigil (walau biasanya ciri ini tidak mudah terlihat


pada bayi kecil).

b) Kulit anak terlihat belang-belang, merah bercampur putih


atau timbul bercak-bercak.

c) Anak terlihat apatis atau diam saja.

d) Gerakan bayi kurang dari normal.

e) Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat
pada bibir dan ujung-ujung jarinya (Walyani, 2015)
5) Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang

b. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dismatur

1) Sindrom aspirasi mekonium yang sering diikuti


pneumotoraks. Ini disebabkan distress yang sering dialami
bayi saat persalinan.

2) Hiperbilirubinemia

Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar.


Kurangnya enzim glukoroniltransferase sehingga konjugasi
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna, dan
kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal
pada bayi 10 mg/Dl. Hiperbilirubin pada prematur bila tidak
segera diatasi dapat menjadi kern ikterus yang akan

menimbulkan gejala sisa yang permanen.

3) Tanda klinis hiperbilirubinemia

Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan

14
ekstremitas berwarna kuning, kemampuan menghisap
menurun dan kejang.

4) Hipoglikemia karena cadangan glukosa rendah

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama


menunjukan bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50
% pada bayi matur : Glukosa merupakan sumber utama
energi selama masa janin, glukosa yang diambil janin
tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa, bayi aterm dapat mempertahankan
kadar gula darah 50 – 60 mg/dL selama 72 jam pertama,
bayi berat lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi,
Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan kurang dari
20 mg/Dl.

5) Tanda klinis hipoglikemia : Gemetar atau tremor, sianosis,


apatis, kejang, apnea intermiten, tangisan lemah atau
melengking, kelumpuhan atau letergi, kesulitan minum,
terdapat gerakan putar mata, keringat dingin, Hipotermiaa,
gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala
muncul bersama-sama).

6) Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang


normal dan stabil yaitu 36°C sampai dengan 37°C. Segera
setelah lahir bayi diharapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberikan
pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi, Hipotermia
dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
anas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat
terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup
memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya

15
sistem saraf pengatur suhu tubuh, permukaan tubuh relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga
mudah kehilangan panas. Tanda klinis Hipotermiaa : suhu
tubuh dibawah normal, kulit dingin, akral dingin dan sianosis
(Kemenkes RI, 2016).
6. Diagnosis BBLR
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat
badan lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir dapat
diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (Amelia, 2019).
a. Anamnesa
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesa untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya BBLR:
1) Umur ibu
2) Riwayat hari pertama haid terakhir
3) Riwayat persalinan sebelumnya
4) Kenaikan berat badan selama kehamilan
5) Aktifitas
6) Penyakit yang diderita selama kehamilan
7) Obat-obatan yang diminum selama hamil
b. Pemeriksaan Fisik
Hal-hal yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi
BBLR antara lain :
1) Berat badan
2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk
masakehamilan)
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan skor ballard.
2) Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

16
3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisis gas darah. Foto dada
ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat / diperkirakan akan terjadi sindroma gawat napas.
4) USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 35
minggu (Amelia, 2019).
7. Pencegahan terjadi BBLR
Upaya mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau BBLR
lebih penting dari pada menghadapi kelahiran dengan berat rendah,
yaitu:
a. Upayakan agar melakukan asuhan antenatal yang baik, segera
melakukan konsultasi-merujuk penderita bila terdapat kelainan.
b. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah
terjadinya persalinan dengan BBLR.
c. Tingkatkan penerimaan gerakan Keluarga Berencana
d. Anjuran lebih banyak beristirahat bila kehamilan mendekati
aterm atau tirah baring bila terjadi keadaan yang menyimpang
dari patrun nominal kehamilan
e. Tingkatkan kerja sama dengan dukun beranak yang masih
mendapat kepercayaan masyarakat. (Jamil, Sukma and
Hamidah, 2017).
8. Penatalaksanaan BBLR
Pada BBLR belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang
perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian
diri dengan lingkungan hidup di luar uterus.
Hal yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan BBLR
yaitu :
a) Pengaturan suhu badan bayi BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas
badan dan menjadi Hipotermia karena pusat pengaturan
panas badan belum berfungsi dengan baik,

17
metabolismenya rendah dan permukaan tubuh relative
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati suhu
dalam rahim. Bila bayi dirawat di dalam inkubator maka
suhu bayi dengan berat badan 2 kg adalah 35 oC dan
ukuran bayi 2-2,5 kg adalah 33,34oC. Bila tidak ada
inkubator, bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya diletakkan botol yang berisi air panas
sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
Table 1.2 Cara menghangatkan bayi (Sembiring,2019)

18
Cara Petunjuk penggunaan
Kontak kulit Untuk semua bayi.
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu
singkat, menghangatkan Hipotermiaa (32-

36,4o C) apabila cara lain tidak mungkin


dilakukan.
Perawatan
b) Nutrisi Untuk menstabilkan bayi dengan berat
Metode badan <2500 gram terutama di
Kangguru rekomendasi untuk perawatan
berkelanjutan bayi dengan berat badan
<1800 gram.
Tidak untuk bayi yang sedang sakit berat
(sepsis, gangguan nafas berat)
Tidak untuk ibu yang menderita penyakit
berat yang tidak dapat merawat bayinya.
Pemancar Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat
panas badan 1500 g atau lebih.
Untuk pemeriksaan awal bayi,
selama dilakukan Tindakan
atau menghangatkan Kembali bayi
Hipotermia.
Incubator Penghangat berkelanjutan bayi dengan
berat 1500 g yang tidak dapat dilakukan
PMK
Penghangat Untuk merawat bayi dengan berat <2500 g
ruangan yang tidak memerlukan Tindakan
diagnostic atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis,
gangguan nafas berat)

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna,


lambung kecil, enzim pencernaan belum matang,

19
sedangkan kebutuhan protein 3-5gr/kg BB dan kalori 110
kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap
masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya
kurang, maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahanlahan atau memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg
BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar
200cc/kg BB/hari. (Jamil, Sukma and Hamidah, 2017).
c) Menghindari infeksi
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi karena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna oleh
karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematur. (Jamil, Sukma and Hamidah, 2017).
9. Penanganan BBLR Pada Neonatus Di RSUD AWET MUDA
NARMADA
C. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi
1. Standar Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan mengacu pada KEPEMENKES
NO.938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan
Kebidanan yang meliputi:
a. Standar I : Pengkajian (Rumusan Format Pengkajian)
b. Standar II : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan
c. Standar III : Perencanaan
d. Standar IV : Implementasi
e. Standar V : Evaluasi

20
f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan.
2. Manajemen asuhan kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dibuat
berdasarkan tinjauan teori tentang Asuhan Kebidanan bayi baru
lahir dengan Asfiksia Sedang dan Hipotermia..
Helen Varney mengungkapkan alur berfikir bidan pada saat
menghadapi klien meliputi tujuh langkah, yaitu :
Helen Varney mengungkapkan alur berfikir bidan pada saat
menghadapi klien meliputi tujuh langkah, yaitu :
a. Langkah I (Pertama) : Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1) Data subyektif (S)
a) Identitas bayi : merupakan biodata klien yang berisikan
(nama bayi ,nama orang tua, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat).
2) Hasil anamnesa: Pada anamnesa bayi dengan asfiksia
sedang dan Hipotermia akan didapatkan keluhan nafas
megap-megap, dan suhu tubuhnya kurang dari 36,5ºc
3) Data obyektif (O)
a) Pemeriksaan umum : Mengetahui kondisi pasien,
apakah dalam keadaan baik, cukup atau lemah. Pada
bayi asfiksia sedang dan Hipotermia biasanya keadaan
umumnya lemah dan suhunya kurang dari 36,0ºc
b) Pemeriksaan tanda vital : Pada bayi baru lahir dengan
asfiksia sedang dan Hipotermia biasanya mempunyai
tanda-tanda vital: pernafasan sekitar 45-70 denyut per
menit,prekuensi nadi 100-170 denyut per menit,dan
suhu dibawah 36,5ºc

21
c) Berat badan : Normal 2500-4000gram, panjang 48-52
cm.
d) Lila : Bayi dengan asfiksia sedang dan Hipotermia
didapatkan normal
e) Dan melakukkan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
f) Pemeriksaan penunjang :
 Pemeriksaan urine : protein, reduksi, bilirubin
g) Kardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin
b. Langkah II (Kedua) : Interpretasi Data Dasar.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnose atau masalah yang spesifik.
Rumusan diagnose dan masalah keduanya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap
membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan
hasil pengkajian (Walyani, 2015).
Diagnosa pada bayi baru lahir dengan BBLR dapat di tetapkan
berdasarkan data objektif, berat bayi kurang dari 2500 gram
dan suhu tubuh dingin

Diagnosa :Neonatus dengan BBLR


Masalah : Berat badan lahir rendah
Kebutuhan :Kolaborasi dengan dokter
c. Langkah III (Ketiga): Mengidentifikasi Diagnosa atau asalah
Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa
yang sudah diidentifikasi.
Masalah potensial yang bisa timbul pada bayi dengan BBLR
adalah hipotermia dan stunting.
d. Langkah IV (Keempat): Menetapkan Kebutuhan Terhadap
Tindakan Segera, untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi
dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien.

22
Tindakan segera terhadap kondisi yang diperkirakan akan
membahayakan klien. Tindakan ini dilaksanakan secara
kolaborasi dan rujukan sesuai dengan kondisi klien. Tenaga
kesehatan dapat melakukan langkah awal resusitasi dan
pemberian oksigen.
Langkah awal resusitasi dapat dilakukan dengan hangatkan,
atur posisi bayi,membersihkan jalan nafas dengan kepala bayi
diletakan lebih rendah agar cairan atau lendir mudah mengalir,
bila perlu gunakan laringskop untuk membantu penghisapan
lendir dari saluran pernapasan yang lebih dale,keringkan bayi,
atur posisi kembali, dan penilaian pad bayi.
e. Langkah V (Kelima): Menyusun Rencana Asuhan yang
Menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan
diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan
secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data
yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh
dapat berhasil.
Tabel 4.1 Konsep dalam menyusun rencana asuhan.

N Sasaran Rencana Tempat


0

1. By Ny “S” 1. Jelaskan pada kedua Ruang


Dengan BBLR orang tua bayi NICU
tentang maksud dan RSUD
tujuan dari AWET
mahasiswa. MUDA
2. Berikan informed NARMADA
consent pada orang
tua/wali bayi.
3. Lakukan anamnesa

23
pada klien dan orang
tua klien
menggunakan format
asuhan Kebidanan
4. Mengajarkan atau
mendokumtasikan
pada ibu dan
keluarga tentang
perawatan metode
kanguru(PMK).
2. By Ny “S” 1. Lakukan pemeriksaan Ruang
Dengan BBLR fisik, pengukuran NICU
antropometri, RSUD
mengecek tanda- AWET
tanda vital pada bayi MUDA
dengan Asfiksia NARMADA
sedang dan
Hipotermia
2. Berikan Pendidikan
kesehatan tentang
cara
mempertahankan
suhu tubuh asfiksia
dan Hipotermia,
pengawasan nutrisi
reflex menelan,
tekhnik menyusui,
dan perawatan
metode kungguru.
3. By Ny “S” 1. Lakukan pemeriksaan Ruang
Dengan BBLR fisik, pengukuran NICU
antropometri, dan RSUD

24
mengecek tanda- AWET
tanda vital pada MUDA
asfiksia sedang dan NARMADA
Hipotermia
2. Anjurkan pada ibu
dan keluarga
bagaimana cara
melakukan perawatan
metode kangguru.
4. By Ny “S” 1. Lakukan pemeriksaan Ruang
Dengan BBLR fisik, pengukuran NICU
antropometri, dan RSUD
mengecek tanda- AWET
tanda vital asfiksia MUDA
sedang dan NARMADA
Hipotermia.
2. Merekap hasil catatan
perkembangan pada
bayi ibu.
3. Melakukan evaluasi
kembali pada ibu dan
keluarga mengenai
asuhan yang
diberikan pada
bayinya.

f. Evaluasi (langkah VII)


Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji
ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui aspek
mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan
asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan
evaluasi keefektifan asuahan yang sudah diberikan. Ini meliputi

25
evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan : apakah benar
benar terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis
dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
3. Pendokumentasian manajemen kebidanan
Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar, jelas,
singkat, logis dalam melakukan suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang
dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan
yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan pada seorang klien,
yang di dalamnya tersirat proses berpikir yang sistematis seorang
bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah langkah
dalam proses manajemen kebidanan. Menurut Helen Varney, alur
berpikir bidan dalam menghadapi klien meliputi 7 langkah.
Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang
bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam
bentuk SOAP, yaitu :
S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1
Varney.
O (Objektif), menggambarkan pendomentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil labolatorium dan uji diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai
langkah 1 Varney.
A (Assasement), menggambarkan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi :
a. Diagnosis/masalah.
b. Antisipasi diagnosis/masalah potensial.
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3,
dan 4 Varney.

26
P (Plan), menggambarkan pendokumentasian dan tindakan
(Implementasi) dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan
assasement sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. KUNJUNGAN I

Hari/Tanggal : Senin, 31 Juli 2023


Waktu: 10:00 WITA
No.RM: 064591
Tempat: Ruang NICU
A. Data Subyektif
1. Identitas Bayi

Biodata Bayi

Nama By. Ny. S

Umur 8 Hari

Tanggal Lahir 23 Juli 2023

Alamat Bug-Bug Utara

2. Identitas orang tua

Biodata Istri Suami

Nama Ny. S Tn. S

Umur 31 tahun 37 tahun

Agama Islam Islam

Suku Sasak Sasak

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan IRT Swasta

Alamat Bug-Bug Utara Bug-Bug Utara

28
3. Keluhan utama
Keluarga mengatakan ini adalah hari ke 8 bayi berada di ruang
Nicu dan bayi mengalami berat badan lahir rendah.
4. Riwayat Perjalanan penyakit
Seorang Bayi lahir secara Spontan pada tanggal 23 Juli 2023
pukul 00.25 wita dan di pindahkan ke ruang Nicu pada tanggal 23
juli 2023 pada pukul 00.50 wita karena Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dengan 1900 gram.
5. Riwayat kehamilan/persalinan dan Nfias yang lalu.

Riwaya Anak
Hamil UK Tempat Penolon Jenis t
Ket
ke- (bulan) g Penyuli
t

H P N BB JK Umur
(gra
m)

1 9 Polindes Bidan Normal - - - 2700 P 12 Hidup


bulan tahun

2 9 puskesma Bidan Normal - - - 2900 P 6 Hidup


bulan s tahun

ini 8 RS Bidan Normal - - - 1900 p 8 hari Hidup


bulan

29
Frekuensi ANC : 8x di posyandu,
puskesmas dan dr
SPOG
Imunisasi TT : TT4
Tinggi Badan : 150 cm
Berat badan saat ini : 57 kg

Berat badan sebelum hamil : 45 kg

Kenaikan BB Hamil : 12 kg

Komplikasi waktu Hamil : Tidak ada


1.
2. Riwayat penyakit/kehamilan

Perdarahan :Tidak pernah


Eklamsia :Tidak pernah

Pre-eklamsi : Tidak pernah

Penyakit Kelamin :Tidak pernah

Penyakit Lain :Tidak Pernah

3. Kebiasaan waktu hamil

Nutrisi :Tidak ada


pantangan

Obat-Obatan/Jamu : Tablet Fe

Merokok :Tidak pernah

Lain-Lain :Tidak ada

30
4. Riwayat persalinan

Lama kala I : 3 jam 15 menit

Lama kala II : 15 menit

Warna air ketuban :Jernih

Jenis persalinan : Spontan

Komplikasipersalinan : Tidak ada

Penolong : Bidan

Jam/tanggal lahir :00.25 WITA/ 23 Juli 2023

Jenis kelamin :Perempuan

BB/PB : 1900 gram / 4 cm

Tindakan : a. Mengeringkan bayi,


menyedot lendir
b. Melakukan rangsangan
taktil
c. Menghangatkan bayi
d. Resusitasi neonates
e. O2 Nasal Kanul 2 tpm

IMD : Tidak dilakukan


A-S : 7-9

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum

31
Keadaan Umum : Bayi tampak lemah
Kesadaran : composmintis
BBL : 1900 gram
Tonus otot : lemah
Tanda-Tanda Vital
Denyut jantung : 147 x/mnt
Respirasi : 53 x/mnt
Suhu : 35,7 ˚C
Spo2 : 98%
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka : simetris,tidak ada kelainan,tidak pucat.
b. Ubun-ubun : Tidak ada caput seksedenum,tidak ada chepal
hematoma, UUB datar,tidak ada molase, tidak ada
pembekakakn, daerah yang cekung pada kepala tidak ada,
ukuran lingkar kepala normal,tidak ada kelainan.
c. Hidung : Lunak, tidak ada pernafasan cuping hidung.
d. Bibir : tidak ada labioskisis,tidak ada sianosis, palatum lunak
tidak, tidak ada palatokisis,tidak ada
labiogenatopalatoskisis ,ada reflex rooting, ada reflex
sucking,ada reflex swallowing
e. Telinga : lunak,tidak ada kelainan, letak sejajar dengan
kontus mata.
f. Leher : pembekakan tdak ada, dapat digerakkan ke kiri dan
ke kanan.
g. Dada : simetris, putting susu normal,tidak ada retraksi
dinding dada saat bernafas, bunyi nafas pada paru-paru kiri
dan kanan sama dan normal, respirasi normal, bunyi jantung
normal.
h. Tali pusat : sudah kering dan tidak ada tanda-tanda bahaya
di umbilical.
i. Punggung : tidak ada pembekakan (spina bifida dan okulta)

32
j. Genetalia : jenis kelamis (P),Labia minor belum tertutup oleh
labia mayor,klirotis masih menonojol,bersih tidak ada lesi.
k. Anus : berlubang.
l. Ekstremitas
Atas : Teraba hangat, simetris, jumlah jari normal,
tidak ada trauma lahir.
Bawah : Teraba hangat, simetris, jari kaki normal.
3. Refleks
Refleks moro : Ada
Refleks rooting : Ada (lemah)
Refleks sucking : Ada (lemah)
Refleks swallowing : Ada (lemah)
4. Antropometri
Berat Badan sekarang : 1715 gram
Panjang Badan : 46 cm
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar dada : 29 cm
Lingkar lengan : 10 cm
5. Eliminasi
Miksi : sudah
Defekasi: sudah
C. Analisa
1. Diagnosa : Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan umur 8
hari dengan BBLR.
2. Diagnosa Potensial : Hipotermia
3. Kebutuhan : menghangatkan bayi dan mencegah kehilangan
panas dan dehidrasi,melakukan kolaborasi dengan Dokter Sp. A
dengan advice menjaga kehangatan bayi dengan meletakkan bayi
didalam incubator dengan suhu 36C, berikan ASI 12x (25-30ml)
perhari dan memantau tanda-tanda vital bayi tiap 2 jam dan
pantau kenaikan BB dan toleransi minum dan distensi abdomen.
D. Penatalaksanaan

33
1. Pada pukul 11.00 wita Mengganti pempers bayi.
Pempers sudah diganti
2. Memantau pernafasan bayi
Pernafasan bayi normal didapatkan 45x/menit
3. Pukul 11.30 wita. Melanjutkan advice dokter yaitu : Bayi di rawat
dalam incubator,melanjutkan pemberian ASI 12x/30 ml dan
melakukan PMK.
PMK sudah dilakukan.
4. Mengoleskan salep fusycom pada ruam-ruam di tubuh bayi 2 kali
sehari pada jam 06:00 wita dan 18:00 wita.
Sudah dioleskan.
5. Mengajarkan ibu tehnik menyusui yang baik dan benar
Ibu mengerti dan paham cara menyusui yang diajarkan.
6. Meminta keluarga pasien untuk tetap berjaga di luar ruangan dan
memberitahu keluarga untuk tetap mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyentuh bayi.
Keluarga ibu sudah diberitahu dan bersedia.

B. Kunjungan II
Hari/Tanggal : Selasa,01 Agustus 2023
Waktu : 20.40 WITA
No.RM : 064591
Tempat : Ruang Nicu
A. Data Subyektif
Keluarga mengatakan bayinya sudah membaik
B. Data Obyektif
1. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran :composmintis
BBS : 1740 gr
Tonus otot : cukup baik
Tanda-Tanda Vital

34
Denyut jantung:138 x/mnt
Respirasi :40 x/mnt
Suhu:36,7C
Spo2 :98%
BAB : 2-3 kali,kosistensi lunak dan warnanya hitam kehijauan.
BAK : 5-6 kali,jernih
2. Refleks
Refleks moro : Ada.
Refleks rooting : Ada (lemah).
Refleks sucking : Ada (lemah).
Refleks swallowing : Ada (lemah).
C. Analis
1. Diagnosa : Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan umur 9
hari.
2. Diagnose pitensial : Hipotermia
3. Kebutuhan : menghangatkan bayi dan member ASI.

D. Penatalaksanaan
1. Pada pukul 20.00 wita menggati pempes bayi
Pempers sudah diganti.
2. Mengajarkan ibu Perawatan Metode Kanguru (PMK) yaitu dengan
cara meletakkan bayi dengan posisi tegak di antara payudara ibu,
kontak kulit antara dada bayi dengan dada ibu. Kepala bayi
menghadap ke samping dengan posisi sedikit menengadah
supaya jalan napas terbuka dan ada kontak mata dengan ibu
sedangkan panggul bayi dalam posisi seperti katak. Pada pukul
21:00 wita.
Sudah dilakukan PMK selama 1-2 jam dan ibu mengerti apa yg
dijelaskan bidan dan bersedia melakukannya dirumah.
3. Melakukan pemberian ASI setiap 2 jam 30 ml.
Bayi sudah diberi ASI.

35
4. Mengecek kembali pempers bayi agar nyaman pada saat tidur.
Sudah dilakukan.
5. Pukul 06:00 Wita Melakukan penimbangan Berat Badan bayi
Sudah dilakukan dan berat badan bayi : 1765 gr.
6. Pada pukul 06:05 Wita Memandikan bayi menggunakan air hangat
dan mengoleskan obat salep Fusycom pada ruam-ruam di tubuh
bayi setelah mandi.
7. Memakaikan bayi pempers menjaga kehangatan pada bayi di
incubator.
Bayi sudah ditidurkan di incubator dan pempers sudah dipakai.
8. Meminta keluarga pasien untuk tetap berjaga di luar ruangan agar
dapat membantu petugas untuk menyiapkan perlengkapan
bayi.Memberitahu keluarga untuk tetap mencuci tangan sebelum
dan sesudah menyentuh bayi sesuai dengan instruksi yang
diberikan.
Keluarga pasien setuju.

C. Kunjungan : III (Ketiga)


Hari/Tanggal : Rabu,02 Agustus 2023
Waktu : 20:20 WITA
No.RM : 064591
Tempat : Ruang Nicu

36
A. Data Subyektif
Bayi terlihat sedikit lemah
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : composmentis
BBS : 1765 gr.
Tonus otot : cukup baik
Tanda-tanda vital
Denyut jantung:140 x/mnt
Respirasi :42 x/mnt
Suhu:36,7C
Spo2 :98%
BAB : 3-4 kali,lunak,hitam kehujauan.
BAK : 5-6 kali,jernih
2. Reflek
Refleks moro : Ada
Refleks rooting : Ada
Refleks sucking : Ada
Refleks swallowing : Ada
C. Analisa
1. Diagnose : Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan umur
10 hari
2. Diagnosa potensial : Hipotermia
3. Kebutuhan : menghangatkan bayi dan memberi ASI
D. Penatalaksanaan
1. Pada pukul 20.00 wita menggati pempes bayi
Pempers sudah dipakaikan.
2. Mengajarkan ibu Perawatan Metode Kanguru (PMK) yaitu dengan
cara meletakkan bayi dengan posisi tegak di antara payudara ibu,
kontak kulit antara dada bayi dengan dada ibu. Kepala bayi
menghadap ke samping dengan posisi sedikit menengadah supaya

37
jalan napas terbuka dan ada kontak mata dengan ibu sedangkan
panggul bayi dalam posisi seperti katak. Pada pukul 21:00 wita.
Sudah dilakukan PMK selama 1-2 jam dan ibu mengerti apa yg
dijelaskan bidan.
3. Melakukan pemberian ASI setiap 2 jam 30 ml.
Bayi sudah diberi ASI.
4. Mengecek kembali pempers bayi agar nyaman pada saat tidur.
Sudah dilakukan.
5. Pukul 06:10 Wita Melakukan penimbangan Berat Badan bayi
Sudah dilakukan dan berat badan bayi : 1765 gr.
6. Pada pukul 06:15 Wita Memandikan bayi menggunakan air hangat
dan mengoleskan obat salep Fusycom di tubuhnya setelah mandi.
Bayi sudah dimandikan dan sudah dioleskan salep.
7. Memakaikan bayi pempers menjaga kehangatan pada bayi di
incubator.
Bayi sudah ditidurkan di incubator dan pempers sudah dipakai.
8. Meminta keluarga pasien untuk tetap berjaga di luar ruangan agar
dapat membantu petugas untuk menyiapkan perlengkapan
bayi.Memberitahu keluarga untuk tetap mencuci tangan sebelum
dan sesudah menyentuh bayi sesuai dengan instruksi yang
diberikan.
Keluarga pasien setuju.

38
Kunjungan IV

Hari/Tanggal : Kamis,03 Agustus 2023


Waktu : 14.20 WITA
No.RM : 064591
Tempat : Ruang Nicu
A. Data Subyektif
Keluarga mengatakan keadaan bayinya baik.
B. Data Obyektif
1. Keadaan umum
Kesadaran : composmentis
Tonus otot : Baik
Tali pusat : kering
BBS : 1765 gr
Tanda-tanda vital
Denyut jantung:130 x/mnt
Respirasi :42 x/mnt
Suhu:36,6C
Spo2 :98%
BAB : 3-4 kali,lunak,hitam kehijauan.

39
BAK : 5-6 kali,jernih.
2. Reflek
Refleks moro : Ada
Refleks rooting : Ada
Refleks sucking : Ada
Refleks swallowing : Ada

C. Analisa
1. Diagnose : Neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan umur
11 hari
2. Diagnose potensial : Hipotermia
3. Kebutuhan : PMK dan ASI secara on demand
D. Penatalaksanaan
1. Pukul 14.30 wita Mengganti pempers bayi.
Pempers sudah diganti
2. Melakukan pemantauan pemberian ASI setiap 2 jam atau bila saat
bayi lapar.
Sudah melakukan pemberian ASI.
3. Mengajarkan ibu Perawatan Metode Kanguru (PMK) yaitu dengan
cara meletakkan bayi dengan posisi tegak di antara payudara ibu,
kontak kulit antara dada bayi dengan dada ibu. Kepala bayi
menghadap ke samping dengan posisi sedikit menengadah
supaya jalan napas terbuka dan ada kontak mata dengan ibu
sedangkan panggul bayi dalam posisi seperti katak. Pada pukul
14.50 wita.
Sudah dilakukan PMK selama 1-2 jam dan ibu mengerti apa yg
dijelaskan bidan dan bersedia melakukannya dirumah.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan
metode kanguru yang pernah diajarkan dan harus tetap
memberikan bayi ASI secara on demand. Ibu mengerti dengan
penjelasan bidan dan bersedia melakukannya dirumah.
Ibu bersedia untuk tetap menjaga kehangatan bayinya.

40
5. Mengingatkan kepada ibu untuk segera fasilitas kesehatan
terdekat jika terjadi sesuatu terhadap bayi nya dirumah. Ibu
mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan.
Ibu bersedia untuk segera ke fasilitas kesehatan jika terjadi
sesuatu pada bayinya.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang pengaruh


asuhan kebidanan yang telah diberikan. Pada bab ini juga penulis akan
menguraikan tentang ada atau tidaknya kesenjangan antara teori dan
hasil studi penatalaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan pada bayi
Ny S dengan BBLR.
Adapun hasil setiap kunjungan yang dilakukan antara lain sebagai
berikut :
1. Data Subyektif
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diperoleh. Ny. S 31 tahun
mengaku hamil anak ke 3 dan tidak pernah keguguran. HPHT : 24-11-
2022 HTP : 31-08-2023 usia kehamilan 34 minggu 3 hari.
Melihat kondisi pasien dengan teori yang menjadi landasan
terjadinya BBLR, maka penulis menyimpulkan bahwa tidak ada
kesenjangan antara praktek dengan teori yang sudah ada.
2. Data obyektif

Kunjunga Usia Keadaan Hasil Pemeriksaan

41
n Pasien Umum

1 1 hari Bayi A-S 7-9, berat badan 1715


tampak gram, panjang badan 46 cm,
lemah lingkar kepala 31 cm,
lingkar dada 29 cm, lingkar
lengan 10 cm,denyut
jantung 1147x/menit,
respirasi 53x/menit, suhu
35,7˚C,dan SPO2 98%,
pemeriksaan fisik tampak
kepala lebih besar dari
badan, telinga membalik
lembut, kulit kemerahan,
ekstremitas atas dan bawah
jumlah jari masing-masing 5
dan pada kaki terdapat garis
melintang hanya pada
bagian anterior, Reflek moro
ada, reflek glabella ada,
reflek babinski ada, reflek
rooting ada(lemah), reflek
sucking ada(lemah), reflek
swallowing ada(lemah), dan
reflek grasping belum ada
2 1 hari Bayi K/u sedang,BB : 1740 gram,
tampak Laju jantung 138 x/menit,
sedikit respirasi 40x/menit, suhu
mulai 36,7oC, dan SPO2 98%.
mrmbaik Reflek moro ada, reflek
glabella ada, reflek babinski
ada, reflek rooting ada,
reflek sucking ada, reflek

42
swallowing ada, dan reflek
grasping ada.

3 3 hari Bayi K/u sedang, BB: 1765


tampak gram,denyut jantung
membaik. 138x/menit, Respirasi
42x/menit, suhu 36,7˚C ,
SPO2 98%. Reflek moro
ada, reflek babinski ada,
reflek rootingada, reflek
suckingada, reflek
swallowing ada, dan reflek
grasping ada.

4 4 hari Bayi K/u baik,denyut jantung


tampak 145x/menit, respirasi
lemah 42x/menit, suhu 36,6˚C, dan
membaik. SPO2 98%. Reflek moro
ada,reflek babinski ada,
reflek rooting ada, reflek
sucking ada, reflek
swallowing ada, dan reflek
grasping ada

Hal ini sesuai dengan (Jamil dkk, 2017) tanda dan


gejala bayi premature yaitu :

1. Tanda dan gejala bayi premature yaitu :


a) Umur kehamilan 37 minggu ataupun kurang
b) Berat badan < 2500 gram
c) Panjang badan 46 cm atau kurang
d) Lingkar kepala 33 cm atau kurang
e) Lingkar dada 30 cm atau kurang

43
f) Kulit : tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak
kulit kurang
g) Tonus otot lemah
h) Tumit mengkilap, telapak kaki halus
2. Tanda dan gejala bayi dismatur yaitu :
a) Bayi dismatur preterm akan terlihat gejala fisik bayi
premature ditambah dengan retardasi pertumbuhan
dan pelisutan.
b) Pada bayi aterm dan posterm gejala yang menonjol
adalah pelisutan.
c) Gejala insufiensi plasenta bergantung pada berat dan
lamanya bayimenderita defisit.
d) Retardasi pertumbuhan akan terjadi bila defisit
berlangsung lama (kronis)
3. Analisa (A)
Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan bahwa bayi Ny “S”
mengalami BBLR dikarenakan faktor ibu yang umur kehamilannya
kurang dari 37 minggu yaitu dengan umur kehamian 34-35 minggu.
Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan obyektif, maka
ditegakkan sebuah diagnosa kebidanan yaitu “Neonatus Kurang Bulan
(NKB) Sesuai Masa Kehamilan (SMK) umur 8 hari dengan BBLR”.
4. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan perawatan utama bagi bayi BBLR adalah
melakukan ekstremitas kebiruan dan tonus otot lemah dan henti napas.
Melakukan pemberian ASI, mengajarkan ibu cara menghangatkan bayi
menggunakan Perawatan Metode Kanguru (PMK), dan pemberian
terapi obat-obatan sesuai anjuran dokter.
1. Pemberian ASI pada Bayi melalui DOT
Dari berbagai penelitian didapatkan bukti yang menunjukkan
keuntungan pemberian ASI jangka pendek maupun jangka panjang.
Keuntungan tersebut di antaranya adalah pencernaannya yang lebih
mudah,lebih sedikit residu lambung dan kejadian muntah,

44
menurunkan kejadian infeksi seperti sepsis dan meningitis, maupun
enterokolitis nekrotikans. Dari penelitian Lukas dkk., didapatkan
perbaikan hasil keluaran perkembangan neurologis di usia 7 - 8
tahun dari bayi prematur yang mendapatkan ASI.
2. Mengajarkan ibu untuk menghangatkan bayi dengan Perawatan
Metode Kanguru (PMK).
Mengajarkan ibu Perawatan Metode Kanguru (PMK) dengan tujuan
dapat mengurangi risiko terjadinya Hipotermia pada bayi karena
tubuh ibu dapat memberikan kehangatan kepada bayinya dengan
cara kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi.
Menurut Walyani, 2015, keuntungan dan manfaat dari Perawatan
Metode Kanguru (PMK) tersebut adalah suhu tubuh bayi tetap
normal, mempercepat pengeluaran ASI, dan meningkatkan
keberhasilan menyusui, perlindungan bayi dari infeksi, berat badan
bayi cepanaik, memperpendek perawatan Di RS (bisa pulang lebih
awal), melatih ibu cara menyusui yang baik dan benar. Perawatan
Metode Kanguru (PMK) Ini tidak hanya bisa dilakukan oleh ibu saja,
melainkan bisa dilakukan oleh pengganti Ibu (ayah atau anggota
keluarga lain)
3. Pemberian terapi obat-obatan
Pemberian terapi obat-obatan seperti salep fusycom yang dioleskan
di ruam-ruam pada tubuh bayi untuk pencegahan infeksi pada bayi
dengan BBLR sesuai advice dokter.
Berdasarkan penatalaksanaan yang telah dilakukan, maka penulis
menyimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara praktek dan
teori yang sudah ada.

45
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah di berikan dengan


menggunakan metode SOAP, maka peneliti menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dari pengkajian data subyektif yang dilakukan penulis
memperoleh data subyektif bahwa Ny. S 31 tahun mengaku
hamil anak ke 3 dan tidak pernah keguguran HPHT : 24-11-
2023 HTP : 31-08-2023 usia kehamilan 34 minggu 3 hari.
Melahirkan anaknya di ruang Vk,kemudian didapatkan data
objektif saat bayi lahir tangisan bayi kuat,ekstremitas
kemerahan,nafas normal, dan berat badan lahir bayi 1900 gram.
2. Interpretasi data dasar dari hasil pengkajian data peneliti
menegakkan diagnosa yaitu Neonatus Cukup Bulan
(NCB)Sesuai Masa Kehamilan(SMK) dengan BBLR.
3. Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada responden
adalah BBLR dan Hiportemia.

46
4. Tindakkan segera yang di lakukan yaitu menghangatkan bayi dan
mencegah kehilangan panas dan dehidrasi.
5. Perencanaan yang di lakukan peneliti untuk kunjungan adalah
sebagai berikut:
a. Tanyakan kesediaan ibu bayi sebagai responden untuk studi
kasus dan berikan informed consent
b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik pada bayi.
c. Melakukan perawatan bayi dalam incubator
d. Kolaborasi dengan doker Sp. A untuk pemberian terapi obat
e. berikan ibu penyuluhan tentang asi eksklusif dan teknik
menyusui yang benar untuk bayinya.
f. Melakukan pemeriksaan perkembangan bayi apakah ada
penyulit atau tidak
6. Implementasi dari setiap kunjungan yang di lakukkan yaitu:
a. Ibu bayi bersedia bayinya menjadi responden pada studi
kasus ini dan menandatangani informed consent
b. Kolaborasi dengan dokter untuk Pemberian obat – obatan :
Seperti salep fusycom 2 kali sehari.
c. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya asi eksklusif
dan tekhnik menyusui yang benar
d. Memberikan ibu penyuluhan tentang cara menjaga
kehangatan bayi
e. Menjelaskan ibu tanda-tanda bahaya pada bayi
f. Melaukan pemeriksaan perkembangan bayi berupa
pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital bayi
g. Memberikan penyuluhan Metode Kangguru (PMK)
7. Evaluasi dari kunjungan yang di lakukkan yaitu:
a. Informed consent sudah disetujui
b. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi sudah
dilakukan
c. Pemeriksaan perkembangan bayi sudah dilakukan

47
d. penyuluhan tentang cara menjaga kehangatan bayi sudah
dilakukan
e. ibu mengerti tentang penjelasan tanda-tanda bahaya pada
bayi
h. penyuluhan tentang Metode Kangguru (PMK) sudah
dilakukan

B. SARAN
1. Bagi Pasien
Disarankan kepada masyarakat untuk memperhatikan
perencanaan kehamilan dengan matang, mengatur jarak
kehamilan. Memberikan ASI yang adekuat, tetap menjaga
kehangatan tubuh bayi dan memperhatikan tumbuh kembang
bagi ibu dengan bayi BBLR. Faktor resiko BBLR yaitu dari
faktor ibu berupa KEK (Kekurangan Energi Kronik), usia ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak hamil dan
bersalin terlalu dekat, penyakit menahun seperti hipertensi,
jantung, gangguan pembuluh darah, dan pekerjaan yang
terlalu berat. Faktor kehamilan berupa hamil ganda,
komplikasi kehamilan,usia kehamilan kurang dari 37
minggu,dan anjurkan ibu hamil melakukan pemeriksaan
TORCH di awal kehamilan.

2. Bagi Penulis
Diharapakan penulis dapat melakukan identifikasi dan
asuhan terhadap bayi dengan BBLR dan Hipotermia, sehingga
dapat memperdalam dan mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh.

48
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. (2019). Faktor Resiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah


(BBLR) Di RSU Dr. MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo.
Kesehatan Masyarakat, 2500.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia Menurut WHO,


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50561/Ch
apter%20I.pdf? sequence=5.

Amalia, W. R. (2020). GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN


BAYI DI RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG KABUPATEN
KEBUMEN TAHUN 2017-2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta)

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2020. Profil Kesehatan


Nusa Tenggara Barat 2019. Matarm: Dinas Kesehatan Provinsi NTB

Register RUANG NICU RSUD AWET MUDA MATARAM

Ekawati, Heny, 2015, Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Terhadap


Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin
Mitra Husada Desa Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten
Lamongan.

Elsa Sine. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Dan Bayi Berat Lahir
Rendah Di Ruang Perinatologi.

Fitriany, J., Ahmad Sabiq. 2018. 'Malaria'. Jurnal Averrous. Vol.4 No.2.

49
Jamil, S. N., & Hamidah, P. S. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada
Neonatus Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah. Fakultas Kedokteran
Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah: Jakarta. Hal, 8–9.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil Kesehatan


Indonesia 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Khoiriah, A. (2017) ‘Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Bersalin


dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang’,Jurnal Kesehatan, 8(2), p. 310. doi:
10.26630/jk.v8i2.508.

Kusuma, E. (2019). Pengaruh Terapi Hipotermi terhadap Kejadian Kejang


pada Bayi Asfiksia di Ruang Alamanda RSUD Bangil. Jurnal Citra
Keperawatan, 7(2), 72-78.

Maryunani, A. 2018. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Trans Info Media.

Maidartati (2019) ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kota Bandung’, 7(2), pp.
323–328. Available at:
http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/139/138.

Picauly Intje., dkk. (2019). Pengaruh penerapan komponen perawatan


metode kanguru (PMK) terhadap lama perawatan bayi berat lahir
rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Prof DR. W.Z.Johannes
Kupang. Jurnal Pazih, 8 (1) : 907

Sarnah, S. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “H”


dengan Hipotermi di Puskesmas Jumpandang Baru

50
Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar).

Rukiyah, A.Y., & Yulianti, L (2013). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak
Balita (3th ed). Jakarta: TIM.

Sarnah, S. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “H”


dengan Hipotermi di Puskesmas Jumpandang Baru
Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar).

Sembiring,J.B. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Pra Sekolah.


Yogyakarta : Deepublish

SINE, E. (2020) ‘Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Dengan


Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Dan Bayi Berat Lahir
Rendah Di Ruang Perinatologi.’, PhD Thesis. UNIVERSITAS CITRA
BANGSA.

Surachmindari dan Rati. Y. 2014. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan


Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta Selatan.

Theysa Susi, Palagia, and Sari Kartika. Hubungan Berat Badan Lahir


dengan Kejadian Asfiksia Neonaturum di RSUD Sanggau Kalimantan
Barat 2020. Diss. Universitas Ngudi Waluyo, 2023.
Verney, Helen dkk. 2016, Buku Saku Bidan, Varney’s pocket midwife, ed.
Alfriana Hany, Jakarta

Walyani, E. S. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta:


Pustaka Baru.

51
Wahyuningsih, Hanifah. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR). Diss. Poltekkes Kemenkes Surabaya, 2023.

Wathan, F. M., & Siregar, K. N. (2020). Penggunaan Machine Learning


Sebagai Inovasi Dalam Deteksi Dini Kelahiran Preterm : Systematic
Literature Review. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(3), 151–158.
http://jurnal.iakmi.id/index.php/IJKMI/article/view/120/136

World Health Organization (WHO). Global Health Observatory (GHO)


Data- Child Mortality and Causes of Death. Regional Office. 2016.

52
53

Anda mungkin juga menyukai