N
DENGAN PREMATUR DI RUANGAN PERISTI
RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
MAHASISWA PROFESI NERS
Disusun Oleh :
KELOMPOK I
1. AGUSTINA PRASETYAWATI
2. SUKMAWATY
3. ROSDIANA
4. LUCKY ARISANDI
5. MOH. DUR SULE
6. NAHDATUL IMAM MAULANA
7. SARTINA
LEMBAR PENGESAHAN
PAGE \* MERGEFORMAT ii
LAPORAN SEMINAR AKHIR STASE PADA BAYI NY. N DENGAN PREMATUR
DI RUANGAN PERISTI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH
STASE
KEPERAWATAN ANAK
Mengetahui :
Ns. Katrina Feby Lestari, M.P.H. Ns. Katrina Feby Lestari, M.P.H.
NIK. 20120901027 NIK. 20120901027
PAGE \* MERGEFORMAT v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Bayi Prematur. Asuhan Keperawatan ini
bertujuan untuk melengkapi tugas stase ANAK yang diberikan kepada penulis.
Pembuatan Asuhan Keperawatan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama,
bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Universitas Widya Nusantara yang telah memfasilitasi dalam pelaksanaan praktek
lapangan.
2. Direktur RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah yang telah bersedia
mengizinkan penulis untuk dapat melaksanakan praktek lapangan.
3. Bidang Diklat Dan Keperawatan RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah
4. Katrina Feby Lestari, S.Kep., Ns., M.P.H. selaku Clinical Instructor Institusi
Universitas Widya Nusantara
5. Ni Nyoman Udiani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Clinical Instructor Lahan Ruang
Peristi RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah
6. Kepala Ruang Peristi RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah
7. Perawat dan Bidan di Ruang Peristi yang telah banyak memberikan ilmu selama
pelaksanaan praktek lapangan.
8. Teman-teman kelompok yang banyak membantu dan memberikan motivasi
terhadap satu sama lain.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan seminar kasus kelompok ini
masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan seminar ini dapat memberikan
manfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu keperawatan
Penulis
PAGE \* MERGEFORMAT v
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................ii
Halaman Pengesahan..................................................................................iii
Kata Pengantar............................................................................................iv
Daftar Isi......................................................................................................v
Bab I Pendahuluan......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.........................................................................2
C. TujuanPenulisan...............................................................................2
D. Manfaat Penulisan............................................................................3
E. Metode Penulisan.............................................................................3
Bab II Tinjauan Teori.................................................................................4
1. Konsep Medis...................................................................................4
a. Defenisi......................................................................................4
b. Etiologi.......................................................................................4
c. Patofisiologi................................................................................5
d. Pathway......................................................................................8
e. Manifestasi Klinis.......................................................................9
f. Komplikasi.................................................................................9
g. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................10
h. Penatalaksanaan..........................................................................11
2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian.................................................................................13
b. Diagnosa Keperawatan..............................................................18
c. Intervensi dan rasional..............................................................19
Bab III Tinjauan Kasus..............................................................................32
1. Pengkajian.................................................................................32
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................41
3. Intervensi dan rasional..............................................................42
4. Implementasi.............................................................................46
5. Evaluasi.....................................................................................46
Bab. IV Kesimpulan Dan Saran.................................................................77
1. Kesimpulan................................................................................77
2. Saran..........................................................................................878
Daftar Pustaka (5 tahun terakhir)
PAGE \* MERGEFORMAT v
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir dari persalinan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Bayi prematur salah satu penyebab angka kematian
bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kementerian Kesehatan
RI, 2018). Kejadian bayi prematur masih merupakan persoalan yang harus
diperhatikan secara bersama, bayi prematur berisiko tinggi mengalami
mortalitas dan morbiditas pada masa pertumbuhannya. Data Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 15 juta bayi prematur lahir setiap tahun.
Kelahiran prematur berkisar di antara 5-18% dari keseluruhan angka kelahiran
bayi. Lebih dari 60% kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan. Di
negara berpenghasilan rendah, rata-rata 12% bayi lahir prematur dibandingkan
dengan 9% di negara berpenghasilan tinggi. Negara dengan jumlah kelahiran
prematur terbesar yaitu India (3,5 juta), China (1,2 juta), Nigeria (773.600),
dan Pakistan (748.100) dan Indonesia sebanyak (675 ribu) kelahiran (WHO,
2018).
Berdasarkan prevalensi proporsi bayi prematur di Indonesia sebesar
6,2%, dimana provinsi tertingi terdapat di Sulawesi Tengah 8,9%, Maluku
utara 8,7%, sedangkan Sumatera Barat 4,6% (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Kejadian prematuritas pada kehamilan disebabkan oleh multifaktor :
faktor maternal, faktor janin, dan faktor lainnya. Menurut Fraser
keberlangsungan hidup bayi baru lahir bergantung pada kemampuannya untuk
beradaptasi dengan lingkungan ekstrauterin. Kemampuan adaptasi ini meliputi
sirkulasi kardiopulmonal dan penyesuaian fisiologis untuk menggantikan
fungsi plasenta dan mempertahankan homeostasis (Fraser & Cooper, 2018).
Kelahiran prematur menyebabkan organ tubuh belum dapat berfungsi secara
sempurna, sehingga penyesuaian fungsi organ terhadap perubahan kondisi dari
intrauterin ke ekstrauterin sangat sulit bagi bayi. Perubahan kondisi
ekstrauterin dapat menimbulkan stres pada bayi prematur. Respon stres yang
PAGE \* MERGEFORMAT 1
PAGE \* MERGEFORMAT 40
dialami pada bayi dapat melalui perubahan fisiologis seperti frekuensi napas,
nadi, perubahan suhu dan respon perilaku bayi. Selain itu, respon stres akan
berdampak terhadap metabolisme sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bayi (Wong, et al., 2019).
Perawatan bayi prematur pada masa-masa awal kelahirannya sangat
penting karena bayi masih dalam proses beradaptasi dengan lingkungan Bayi
prematur yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik, lebih mudah
mengalami infeksi (Saifuddin, 2019). Maka diperlukan penatalaksanaan pada
bayi prematur dengan cara mengendalikan respon stres terhadap perubahan
fisiologis seperti frekuensi napas, nadi, perubahan suhu, BB dan respon
perilaku bayi (Ismawati & Cahyo, 2019). Penatalaksanaan perawatan bayi
prematur yang diajurkan disetiap rumah sakit adalah dengan pemberian
Perawatan Metode Kangguru (PMK) dan Stimulasi Taktil Kinestetik (STK)
pada bayi premature.
2. Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang kami temukan adalah “Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan pada bayi premature?”
3. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada bayi prematur.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada bayi prematur.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan bedasarkan hasil
pengkajian.
c. Mampu menyusun intervensi sesuai dengan diagnosa keperawatan.
d. Mampu mengimplementasikan berdasarkan intervensi yang telah
disusun.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan.
PAGE \* MERGEFORMAT 40
4. Manfaat Penulisan
1. Untuk memberikan pengalaman dalam membuat asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis Bayi Prematur.
2. Untuk menguasai konsep dasar Bayi Prematur.
3. Untuk memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus Bayi Prematur.
5. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan adalah metode kasus dalam bentuk
Asuhan Keperawatan pada bayi Prematur.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Medis
a. Definisi
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup
sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid
terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur
kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar
bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi,
Handayani, & Kusuma, 2019).
Prematur juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas.
Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu kurang dari
1000 gram juga disebut sebagai neonatus imatur. Secara historis, bayi
dengan berat badan lahir 2500 gram atau kurang disebut bayi prematur
(Behrman, Kliegman, & Arvin, 2019).
Istilah prematuritas telah diganti dengan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR) karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari
37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya, sekalipun umur
cukup, atau karena kombinasi keduanya.
b. Etiologi
Menurut Rukiyah & Yulianti (2019), bayi dengan kelahiran prematur
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut:
a. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal dominan dalam mempengaruhi kejadian
prematur, faktor-faktor tersebut di antaranya adalah :
1) Toksemia gravidarum (preeklampsia dan eklampsia).
2) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi dan anemia sel sabit.
PAGE \* MERGEFORMAT 1
PAGE \* MERGEFORMAT 40
c. Patofisiologi
Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan
tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal itu
disebabkan karena respon menggigil pada bayi tidak ada atau kurang,
sehingga bayi tidak dapat menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila
ada stres dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis
PAGE \* MERGEFORMAT 40
d. Pathway
PAGE \* MERGEFORMAT 40
e. Manifestasi Klinis
Menurut Rukiyah & Yulianti (2019), ada beberapa tanda dan gejala yang
dapat muncul pada bayi prematur antara lain adalah sebagai berikut :
1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.
4) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
5) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
6) Rambut lanugo masih banyak.
7) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
8) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
9) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
10) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora dan klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum
turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang
(pada bayi laki-laki).
11) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
12) Fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya lemah.
13) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang.
14) Vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
f. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi prematur adalah :
1) Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi
dan syok
2) Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
PAGE \* MERGEFORMAT 40
g. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nurarif & Kusuma (2020), pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada bayi prematur dan BBLR adalah sebagai berikut :
a. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3. Neutrofil meningkat hingga
23.000-24.000/mm3 hari pertama setelah lahir dan menurun bila ada
sepsis.
b. Hematokrit (Ht): 43%-61%. Peningkatan hingga 65% atau lebih
menandakan polisitemia, sedangkan penurunan kadar menunjukkan
anemia atau hemoragic prenatal/perinatal.
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl. Kadar hemoglobin yang rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis yang berlebihan.
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada 1-2
hari, dan 12 gr/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl dan meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): dalam batas normal pada awal
kehidupan.
g. Pemeriksaan analisa gas darah.
1. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Diagnosis banding bayi prematur antara lain adalah:
a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
PAGE \* MERGEFORMAT 40
Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
lahir < 2500 gram. Bayi BBLR dapat merupakan bayi prematur
ataupun bayi cukup bulan.
b. Restriksi Pertumbuhan Intra Uterin (IUGR)
Bayi tidak mampu mencapai pola pertumbuhan fetus yang
diharapkan. IUGR umumnya disebabkan karena multifaktorial
patologis yang menghambat pertumbuhan. Meskipun demikian, tidak
semua bayi IUGR berukuran kecil (KMK).
c. Neonatus Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Neonatus dengan berat kurang dari persentil 10 untuk usianya atau -2
SD dari rata-rata. Bayi KMK belum tentu mengalami restriksi
pertumbuhan secara patologis.
d. Kesalahan Penilaian Usia Gestasi
Kesalahan dalam menilai usia gestasi dapat menghasilkan perkiraan
usia bayi prematur pada bayi cukup bulan.
h. Penatalaksanaan
Menurut Proverawati & Sulistyorini (2019), ada beberapa penatalaksanaan
umum yang dapat dilakukan pada bayi prematur, yaitu sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badannya belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya juga masih rendah, dan
permukaan badan yang relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematur
harus dirawat dalam inkubator sehingga panas tubuhnya dapat sama
atau mendekati dengan panas dalam rahim. Jika tidak ada inkubator,
bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol
yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru.
b. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi
PAGE \* MERGEFORMAT 40
2. Konsep Keperawatan
PAGE \* MERGEFORMAT 40
1. Pengkajian
Pengkajian pada bayi prematur dilakukan dari ujung rambut hingga ujung
kaki, meliputi semua sistem pada bayi. Pengkajian diawali dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan harus dilakukan dengan teliti
(Proverawati & Sulistorini, 2018).
pengkajian pada bayi prematur meliputi:
1) Pengkajian umum pada bayi antara lain meliputi:
a. Penimbangan berat badan.
b. Pengukuran panjang badan dan lingkar kepala.
c. Mendiskripsikan bentuk badan secara umum, postur saat istirahat,
kelancaran pernapasan, edema dan lokasinya.
d. Mendiskripsikan setiap kelainan yang tampak.
e. Mendiskripsikan tanda adanya penyulit seperti warna pucat, mulut yang
terbuka, menyeringai, dan lain-lain.
2) Masalah yang berkaitan dengan ibu
Masalah-masalah tersebut antara lain adalah hipertensi, toksemia, plasenta
previa, abrupsio plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar,
malnutrisi, diabetes mellitus, status sosial ekonomi yang rendah, tiadanya
perawatan sebelum kelahiran (prenatal care), riwayat kelahiran prematur
atau aborsi, penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok, kafein, umur ibu
yang di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun, latar pendidikan rendah,
kehamilan kembar, kelahiran prematur sebelumnya dan jarak kehamilan
yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual
lain, golongan darah dan faktor Rh.
3) Pengkajian bayi pada saat kelahiran
Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat
badan saat kelahiran (kurang dari 2500 gram), lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, bayi terlihat kurus, kepala relatif lebih besar dari
pada badan dan 3 cm lebih lebar dibanding lebar dada, nilai Apgar pada 1
sampai 5.
4) Kardiovaskular
PAGE \* MERGEFORMAT 40
Pada bayi prematur reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak resisten
dan gerak reflek hanya berkembang sebagian. Reflek menelan, mengisap
dan batuk masih lemah atau tidak efektif, tidak ada atau menurunnya tanda
neurologis, mata biasanya tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan
belum mencapai 25-26 minggu, suhu tubuh tidak stabil atau biasanya
hipotermi, gemetar, kejang dan mata berputar-putar yang bersifat
sementara tapi bisa mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
Pengkajian neurologis pada bayi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Mengamati atau memeriksa reflek moro, mengisap, rooting, babinski,
plantar, dan refleks lainnya.
b. Menentukan respon pupil bayi.
9) Pernapasan
Pada bayi prematur jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60 kali/menit
dan diselingi dengan periode apnea, pernapasan tidak teratur, flaring nasal
melebar (nasal melebar), terdengar dengkuran, retraksi (interkostal,
suprasternal, substernal), terdengar suara gemerisik saat bernapas.
Pengkajian sistem pernapasan pada bayi dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a. Mendiskripsikan bentuk dada simetris atau tidak, adanya luka dan
penyimpangan yang lain.
b. Mendiskripsikan apakah pada saat bayi bernapas menggunakan otot-
otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, atau subternal,
retraksi interkostal atau subklavikular.
c. Menghitung frekuensi pernapasan dan perhatikan teratur atau tidak.
d. Auskultasi suara napas, perhatikan adanya stridor, crackels, mengi,
ronki basah, pernapasan mendengkur dan keimbangan suara
pernapasan.
e. Mendiskripsikan sura tangis bayi apakah keras atau merintih.
f. Mendiskripsikan pemakaian oksigen meliputi dosis, metode, tipe
ventilator, dan ukuran tabung yang digunakan.
PAGE \* MERGEFORMAT 40
b. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan imaturitas imunologik bayi dan
kemungkinan infeksi dari ibu atau tenaga medis/perawat
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
imaturitas produksi enzim.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan suplay O2 ke jaringan
4. Penurunan toleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan tonus
otot.
5. Resiko ketidakefektifan termogulasi dengan faktor resiko fluktuasi
suhu lingkungan
PAGE \* MERGEFORMAT 40
kelembaban) seimbang.
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi dan Rasional
Resiko ketidakefektifan NOC : NIC :
termogulasi Termoregulasi baru lahir Pengaturan suhu
Definisi : rentan pada 1. Monitor suhu paling tidak setiap dua jam sesuai
Setelah di lakukan tindakan keperawatan
fluktuasi suhu antara kebutuhan
selama … jam di harapkan termoregulasi tidak
hipotermia dan hipertermia Rasional : untuk mengetahui perkembangan suhu
terganggu dengan kriteria hasil :
yang dapat menggangu tubuh klien
1. Suhu stabil 36,5-37,5˚C
kesehtan 2. Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala
2. Hipertermi tidak ada
(Domain 11 Kelas 6 Kode dari hipotermia dan hipertermia
3. Hipotermia tidak ada
Diagnosis 00274) Rasional : untuk menjaga kestabilan suhu tubuh
4. Takipnue tidak ada
Faktor Resiko 3. Monitor suhu dan warna kulit
5. Perubahan warna kulit
1. Dehidrasi Rasional : untuk mencegah terjadinya
2. Fluktuasi suhu hipetermiatau hipotermi pada bayi
lingkungan Krite 4. Pertahanan kelembaban pada 50% atau lebih
3. Inaktifitas besar dalam inkubator untuk mencegah
4. Pakaian untuk suhu hilangnya panas
lingkungan tidak tepat Rasional : untuk mempertahankan suhu pada
5. Peningkatan bayi
PAGE \* MERGEFORMAT 40
kebutuhan oksigen
6. Aktivitas berat 5. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi sesuai
Populasi yang berisiko kebutuhan
1. Individu dengan berat Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum
badan ekstrem bayi
2. Individu yang
terpajang suhu
lingkungan
3. Individu yang kurang
suplai lemak subkutan
4. Individu dengan
peningkatan area
permukaan tubuh
terhadap rasio berat
badan
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Nomor RM : 01-05-97-86
Nama klien : By. Ny. N
Tanggal lahir/usia : 16 Desember 2022/ 3 Hari
Jenis kelamin : Perempuan
Cara masuk : Melalui IGD Ponek RSUD UNDATA
Tanggal Masuk rawat : 16 Desember 2022
Tanggal Pengkajian : 19 Desember 2022
1. Riwayat bayi
a. APGAR score : 5/7
b. Berat badan : 1725 gram
c. Panjang badan : 42 cm
d. Komplikasi : Prematur + Asfiksa Berat
2. Riwayat ibu
a. Usia kehamilan: 31 Minggu ( G1 P1 A0 )
b. Kelahiran : Operasi Sectio Caesaria (SC)
c. Komplikasi : Eklamsia
Kehamilan
3. Pemeriksaan Fisik
1) Reflex-refles
2) Menangis : Tangisan bayi lemah
3) Sucking (menghisap) : Bayi menghisap secara pelan/lemah
4) Rooating (menoleh) : Bayi menoleh ke kanan dan ke kiri secara pelan
5) Graps (mengenggam) : Bayi dapat menggenggam
6) Babinski : Bayi menggerakkan jari kaki secara pelan atau
Lemah
PAGE \* MERGEFORMAT 40
Temperature
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
PAGE \* MERGEFORMAT 40
6. Pemeriksaan Fisik
N ; 148x/m
S : 36,7˚C
RR : 72x/menit
SPO2 : 90%
7. Terapi Yang Diberikan
Hematokrit 51.5 % 36 – 47
(HCT)
Glukosa
Pengumpulan Data
1. Tampak sianosis
2. Kulit tampak terkelupas
3. Kulit tampak kering dan kemerahan
4. Tampak Lemas
5. Irama pernapasan cepat
6. Suara nafas ronchi
7. Terpasang O2 nasal kanul 1 liter
8. Tampak retraksi dinding dada
9. Tangisan bayi lemah
10. Klien diberikan susu BBLR melalui OGT 1 takar 30ml/ 3 jam
11. Bayi lahir prematur (31 minggu)
12. Bayi dirawat di inkubator
13. TTV:
N : 148x/m
S : 36,7˚C
RR : 72x/menit
14. SPO2 : 90%
15. Apgar score 5/7
16. Lingkar kepala 30 cm
17. BB : 1725 gram
18. PB : 42 cm
PAGE \* MERGEFORMAT 40
Klasifikasi Data
1. Tampak sianosis
2. Kulit tampak terkelupas
3. Kulit tampak kering dan
kemerahan
4. Tampak Lemas
5. Irama pernapasan cepat
6. Suara nafas ronchi
7. Terpasang O2 nasal kanul 1 liter
8. Tampak retraksi dinding dada
9. Tangisan bayi lemah
10. Klien diberikan susu BBLR
melalui OGT 1 takar 30ml/ 3
jam
11. Bayi lahir prematur (31 minggu)
12. Bayi dirawat di inkubator
13. TTV:
N : 148x/m
S : 36,7˚C
RR : 72x/menit
14. SPO2 : 90%
15. Apgar score 5/7
16. Lingkar kepala: 30 cm
17. BB : 1725 gram
18. PB : 42 cm
PAGE \* MERGEFORMAT 40
Analisa Data
- PB : 42 cm
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas neurologis dibuktikan dengan:
DO:
RR : 72x/menit
SPO2 : 90%
Tampak retraksi dinding dada
Irama pernapasan cepat
Tampak sianosis
b. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif, malnutrisi, dan ketidakadekuatan pertahanan tubuh.
c. Diskontinuitas pemberian asi berhubungan dengan perpisahan ibu dan bayi dibuktikan dengan:
DO:
Klien diberikan susu BBLR melalui OGT 1 takar 30ml/ 3 jam
Bayi lahir prematur (31 minggu)
Bayi dirawat di incubator
BB : 1725 gram
PB : 42 cm
PAGE \* MERGEFORMAT 40
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan pola NOC : NIC : 1. untuk
napas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan • Terapi oksigen melihat
imaturitas neurologis keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor peralatan keadaan
dibuktikan dengan: diharapkan status pernafasan oksigen untuk pasien
DO: membaik dengan kriteria hasil memastikan bahwa alat bernapas
RR : 72x/menit 1. Frekuensi pernapasan 30-60 tersebut tidak menggangu normal tanpa
SPO2 : 90% x/mnit. untuk bernapas. ada
Tampak retraksi dinding 2. Saturasi oksigen 95-100% 2. Monitor kerusakan kulit gangguan
dada 3. Sianosis tidak ada terhadap gesekan alat O2 2. untuk
Irama pernapasan cepat • Monitoring pernapasan melihat
Tampak sianosis 3. Monitor kecepatan dan apakah ada
Krite kesulitan bernapas lesi dibagian
4. Monitor saturasi oksigen hidung
pada pasien 3. untuk
PAGE \* MERGEFORMAT 40
pasien
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
2. Resiko Infeksi Kriteria NOC : NIC : 1. Untuk mencegah terjadinya
dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptic infeksi
efek prosedur keperawatan selama 3x24 jam 2. Cuci tangan sebelum dan 2. Untuk mencegah infeksi
invasif, malnutrisi, diharapkan resiko infeksi sesudah melakukan tindakn silang antara klien dan
dan menurun dengan kriteria hasil keperawatan petugas kesehatan
ketidakadekuatan 1. Klien bebas dari tanda dan 3. Tingkatkan intake nutrisi 3. Untuk meningkatkan nutrisi
pertahanan tubuh. gejala infeksi 4. Monitor tanda-tanda infeki klien
2. Status imun dalam batas secara sistemik dan local 4. Mengevalusi perkembangan
normal 5. Kolaborasi pemberian bila ada gejala infeksi
3. Jumlah leukosit dalam terapi antibiotic bersama 5. Mencegah dan mengatsi
batas normal dokter infeksi pada klien
PAGE \* MERGEFORMAT 40
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
3. Diskontinuitas Kriteria NOC : NIC : 1. Mencegah respirasi
pemberian asi Setelah dilakukan tindakan Pemberian makan dengan 2. Melatih bayi untuk bisa
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam tabung enteral merasa seperti disusui
perpisahan ibu dan diharapkan status nutrisi bayi 1. Tinggikan kepala 3. Mencegah terjadinya
bayi dibuktikan adekuat dengan kriteria hasil : tempat tidur 30-45 kontaminasi
dengan: 1. Intake makanan lewat derajat selama mikroorganisme
DO: selang adekuat pemberian makanan 4. Merangsan rooting refleks
Klien diberikan susu 2. Pertumbuhan adekuat 2. Peluk dan bicara dengan
BBLR melalui OGT 1 3. Perbandingan berat/ bayi selama diberikan
takar 30ml/ 3 jam tinggi badan adekuat makan untuk
Bayi lahir prematur menstimulasikan
(31 minggu) kegiatan makan biasa
Bayi dirawat di 3. Gunakan teknik yang
PAGE \* MERGEFORMAT 40
No TANGGA
TANGGAL
dx IMPLEMENTASI L EVALUASI
& JAM
& JAM
1 Senin 1. memonitor peralatan oksigen untuk Senin S:-
19-12-22 memastikan bahwa alat tersebut tidak 19-12-22 O:
D/P menggangu untuk bernapas,. D/P - RR : 72 x/menit
09.00 Hasil : selang oksigen tampak terpasang 13:00 - SPO2 : 90%
dengan baik dan diberikan hepafix dibagian - Tampak retraksi dinding dada
kiri dan kanan pipi pasien - Irama pernapasan cepat
10.00 2. memonitor kerusakan kulit terhadap adanya - Tampak sianosis
gesekan alat oksigen A : Masalah belum teratasi
hasil: tampak kemerahan dibagian bawah P : Intervensi dilanjutkan
PAGE \* MERGEFORMAT 40
dengan baik dan diberikan hepafix dibagian - Tampak retraksi dinding dada
21.35 kiri dan kanan pipi pasien - Irama pernapasan cepat
2. memonitor kerusakan kulit terhadap adanya - Tampak sianosis
gesekan alat oksigen A : Masalah belum teratasi
hasil: tampak kemerahan dibagian bawah P : Intervensi dilanjutkan
Status pernafasan
tulang septumnasi karena adanya gesekan
21.40 dari selang nasal kanul 1. Monitor peralatan oksigen untuk
21.55 Hasil : Nadi 133 x/mnit, status penafasan 4. Monitor saturasi oksigen pada
takipneu pasien
bibir
PAGE \* MERGEFORMAT 40
takipneu pasien
10.30 6. Melihat tanda-tanda sianosis 5. monitor nadi dan pernapasan
Hasil : pasien tampak sianosis pada mukosa 6. monitor tanda-tanda sianosis
bibir
dx L
& JAM
& JAM
2 Senin 19- 1. mempertahankan teknik aseptic Senin 19- S:-
12-2022 Hasil : setiap melakukan tindakan selalu 12-2022 O:
D/P memperhatikan teknik steril setiap D/P - Tidak ada tanda-tanda infeksi
09.00 tindakan keperawatan 13.00 pada klien
09.15 2. cuci tangan setiap sebelum dan sesudah - Pasien tampak lemas
melakukan tindakan - Keadaan umum pasien lemah
09.20 Hasil : setiap kontak dengan pasien selalu A : Resiko infeksi belum terjadi
cuci tangan dan selalu memperhatikan P : Intervensi dilanjutkan
teknik steril 1. Pertahankan teknik aseptik
09.28 3. Tingkatkan intake nutrisi klien 2. Cuci tangan setiap sebelum dan
Hasil : klien diberikan susu BBLR melalui sesudah melakukan tindakan
OGT 1 takar 30ml/3 jam 3. Tingkatkan intake nutrisi
4. Memonitor tanda dan gejala infeksi 4. Monitor tanda tanda infeksi
sistematik dan lokal
Hasil : tidak ada tanda dan gejala infeksi
PAGE \* MERGEFORMAT 40
No TANGGA
TANGGAL
dx IMPLEMENTASI L EVALUASI
& JAM
& JAM
3 Senin 1. Memonitor penempatan selang yang tepat Senin 19- S:
19-12-2022 dengan memeriksa rongga mulut, residu 12-2022 O:
D/P lambung. D/P - Klien diberikan susu BBLR melalui
09.00 Hasil : selang terpasang dengan baik 13:00 OGT 1 takar 30ml/3 jam
2. Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 - Bayi lahir premature (31 minggu)
derajatselama pemberian makanan - Bayi dirawat di incubator
Hasil : kepala klien ditinggikan saat - BB : 1725 gram
diberikan susu - PB : 42 cm
09.15 3. Memeluk dan berbicara dengan bayi selama A : Masalah belum teratasi
diberikan makanan untuk menstimulasikan P : Intervensi dilanjutkan
kegiatan makan biasa Pemberian makan dengan tabung
Hasil : memeluk dan mengajak bicara klien enteral
saat memberikan susu. 1. Monitor penempatan selang yang tepat
09.20 4. Menggunakan tehknik yang bersih dalam dengan memeriksa rongga mulut,
memberikan makanan lewat selang memeriksa residu lambung
Hasil : mencuci dispo gelas, dan sendok 2. Tinggikan kepala tempat tidur 30-45
PAGE \* MERGEFORMAT 40
diberikan susu - PB : 42 cm
21.40 3. Memeluk dan berbicara dengan bayi selama A : Masalah belum teratasi
diberikan makanan untuk menstimulasikan P : Intervensi dilanjutkan
kegiatan makan biasa 1. Tinggikan kepala tempat tidur 30-
Hasil : memeluk dan mengajak bicara klien 45 derajat selama pemberian
saat memberikan susu. makanan
21.50 4. Menggunakan tehknik yang bersih dalam 2. Peluk dan bicara dengan bayi
memberikan makanan lewat selang selama diberikan makan untuk
Hasil : mencuci dispo gelas, dan sendok menstimulasikan kegiatan makan
sebelum digunakan, serta mencuci tangan biasa
sebelum melakukan tindakan 3. Gunakan teknik yang bersih dalam
22:00 5. Menawari dot untuk bayi meberikan makan lewat dot
Hasil : klien diberikan susu BBLR melalui Tawari botol susu (dot) untuk bayi
OGT 1 takar 30ml/3jam selama makan
4. Menawari botol susu (dot) untuk
bayi
Selasa 1. Meninggikan kepala tempat tidur 30-45 ﹾ Selasa S:
20-12-2022 selama pemberian makanan 20-12-2022 O:
D/P Hasil : kepala klien ditinggikan saat D/P - Klien diberikan susu BBLR melalui
PAGE \* MERGEFORMAT 40
D/M Hasil : kepala klien ditinggikan saat 07.00 - Klien diberikan susu BBLR
21.30 diberikan susu menggunakan dot 1 takar 30ml/3
21.3 2. Memeluk dan berbicara dengan bayi jam
selama diberikan makanan untuk - Bayi lahir premature (31 minggu)
menstimulasikan kegiatan makan biasa - Bayi dirawat di incubator
Hasil : memeluk dan mengajak bicara - BB : 1750 gram
klien saat memberikan susu. - PB : 42 cm
21.40 3. Menggunakan tehknik yang bersih dalam A : Masalah belum teratasi
memberikan makanan lewat dot P : Intervensi dilanjutkan
Hasil : mencuci dot serta mencuci tangan Pemberian makan dengan tabung
sebelum melakukan tindakan enteral
21.50 4. Menawari dot untuk bayi 1. Tinggikan kepala tempat tidur 30-45
Hasil : bayi sudah mampu minum susu derajat selama pemberian makanan
melalui dot dengan susu BBLR 1 takar 2. Peluk dan bicara dengan bayi selama
30ml/3jam diberikan makan untuk
menstimulasikan kegiatan makan biasa
3. Gunakan teknik yang bersih dalam
meberikan makan lewat dot
4. Tawari dot untuk bayi selama makan
PAGE \* MERGEFORMAT 40
BAB IV
Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan pada pasien Bayi
Ny.N di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah , kelompok dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Bayi Prematur ditemukan beberapa data
fokus.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Bayi Prematur ini, kelompok menemukan 3 diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu Ketidakefektifan pola napas, risiko
infeksi, dan Diskontinuitas pemberian ASI.
3. Perencanaan
Kelompok menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan sumber
dari NANDA NIC NOC dengan menggunakan standar luaran dan kriteria
hasil, serta standar intervensi keperawatan sesuai teori.
4. Pelaksanaan
Kelompok melakukan tindakan atau implementasi keperawatan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi pada pasien sesuai dengan kriteria hasil
yang telah dibuat oleh Kelompok untuk target yang akan dicapai pada
pasien.
2. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
PAGE \* MERGEFORMAT 40
DAFTAR PUSTAKA
PAGE \* MERGEFORMAT 40
Behrman, Kliegman, & Arvin. (2019). Ilmu Kesehatan Anak (15th ed.). Jakarta:
EGC.
Maryunani, A., & Nurhayati. (2019). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit
pada Neonatus. Jakarta: Trans Info Media.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2019). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.
Perry, A. G., & Potter, P. A. (2020). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
(ketujuh). Jakarta: EGC.
Nursing Outcomes Classification (NOC) 2018. 6th Indonesian edition, by Sue
Moorhead, Elizabeth Swanson, Marion Johnson, Meridean L. Maas O
Copyright 2018 Elsevier Singapore Pte Ltd.
Nursing Interventions Classification (NIC) 2018. 7th Indonesian edition, by
Howard Butcher, Gloria Bulechek sat Joanne Dochterman and Cheryl
Wagner O Copyright 2018 Elsevier Singapore Pte.Ltd.
Proverawati, A., & Sulistyorini. (2019). BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Dilengkapi dengan BBLR daBayi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, D., & Yulianti, (2019). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kelahiran
Prematur Di Indonesia: Analisis Data Riskesdas 2013. E-Journal WIDYA
Kesehatan Dan Lingkungan, 1.
NANDA. 2021. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2021-2023.
Edisi12.Jakarta: EGC, 2021.
Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H. N. (2019). Perawatan Bayi Risiko
Tinggi. Jakarta: EGC.