Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN SEMINAR KASUS

KEGAWATDARURATAN NEONATAL

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL PADA


BAYI Ny. N USIA 1 JAM POSTPARTUM DENGAN ASFIKSIA DI
RUANGAN PERINATOLOGI RSUD PASAMAN BARAT TAHUN 2023
piramida terbalik

Disusun Oleh:

1. Nadratul Husna : 204110301


2. Nessa Rusman : 204110302
3. Nurhazizah : 204110303
4. Caren Ananda Tikola : 204110328
5. Dinda Ayu Puspita : 204110329
6. Ira Fatmi : 204110337

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN PADANG JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Seminar Kasus

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL PADA


BAYI Ny. N USIA 1 JAM POSTPARTUM DENGAN ASFIKSIA DI
RUANGAN PERINATOLOGI RSUD PASAMAN BARAT TAHUN 2023

Disusun oleh:

KELOMPOK PERINATOLOGI

Pasaman Barat, Januari 2023

Menyetujui :

Pembimbing Lapangan Mahasiswa

Bdn. Suhartini, STr. Keb Kelompok Perinatologi

Pembimbing Akademik

Iin Prima Fitriah, S.SiT, M.Keb


NIP. 19851101 200812 2 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai


kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga peneliti
dapat menyelesaikan Laporan Seminar Kasus yang berjudul Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Baru Lahir Ny.
N Usia 1 Jam Postpartum dengan Asfiksia di Ruangan Perinatologi
RSUD Pasaman Barat Tahun 2023 dengan baik dan tepat waktu.

Laporan Seminar Kasus ini penulis susun untuk memenuhi salah


satu persyaratan menyelesaikan PK II B di Program Studi D III Kebidanan
Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada ibu


Bdn. Suhartini, S.Tr. Keb sebagai pembimbing lapangan yang telah
membimbing dalam menyusun Laporan Seminar Kasus. Ucapan terima
kasih juga peneliti sampaikan kepada:
1. Ibu Renidayati, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa, selaku direktur Poltekkes
Kemenkes RI Padang.
2. Ibu Dr. Yuliva, S.Si.T., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Padang.
3. Ibu Dr. Eravianti, S.Si.T., M.KM, selaku Ketua Program Studi D
III Kebidanan Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang
4. Direktur RSUD Pasaman Barat
5. Ibu Pembimbing
6. Ibu CI ruangan
7. Orang tuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril
maupun materil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap
langkah kaki peneliti.
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta staff Poltekkes Kemenkes RI Padang
yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama peneliti

iii
dalam bimbingan.
9. Pasien Ny N yang telah bersedia untuk bekerja sama dalam
pembuatan laporan seminar kasus ini.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi D III Kebidanan
Padang Poltekkes Kemenkes RI Padang yang telah memberikan
dukungan baik berupa motivasi maupun kompetisi yang sehat
dalam penyusunan Laporan Seminar Kasus. PK II B pasaman Barat

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Seminar


Kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya
kekurangan dan keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan.

Padang, Januari 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Laporan Kasus...........................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN KASUS............................................................................5
1. Konsep Teori.........................................................................................5
a. Pengertian Asfiksia..........................................................................5
b. Penyebab Asfiksia............................................................................5
c. Patofisiologi Asfiksia.......................................................................6
d. Pathway............................................................................................7
e. Tanda dan Gejala Asfiksia...............................................................7
f. Klasifikasi Asfiksia..........................................................................8
g. Komplikasi Asfiksia.........................................................................9
h. Pemeriksaan diagnostik....................................................................9
i. Penatalaksanaan Asfiksia.................................................................9
j. Pelaksanaan Resusitasi.....................................................................10
2. Konsep Asuhan Kebidanan...................................................................12
a. Pengkajian Kebidanan......................................................................12
b. Diagnosa Kebidanan........................................................................14
c. Perencanaan Kebidanan...................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................26
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat be
rnafas secara spontan dan teratur yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia d
an asidosis. Asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernaf
asan bayi dalam menjalankan fungsinya, seperti pengembangan paru. Asfiksia
merupakan kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi pernapasan yang
berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Asfiksia dapat
menyebabkan kejadian morbiditas dan mortalitas bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, kelahiran tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau setelah
persalinan. Penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir disebabkan karena “3
Terlambat dan 4 Terlalu” yaitu terlambat mengenali bahaya dan mengambil
keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapat
pertolongan yang cepat dan tepat. Dan 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua,
terlalu sering dan terlalu banyak.
Menurut WHO dalam laporannya menjelaskan bahwa asfiksia neonatus m
erupakan urutan pertama penyebab kematian neonatus di negara berkembang pad
a tahun yaitu sebesar 21,1%, setelah itu pneumonia(19,0%) dan tetanus neonatoru
m (14,1%) dan ikterus neonatorum 5,4%, dan lain-lain. Data WHO menyatakan b
ahwa di Amerika Serikat, sebanyak 65 % bayi baru lahir menderita ikterus dalam
minggu pertama kehidupannya
Berdasarkan data di Indonesia yang dilaporkan oleh Kementrian
Kesehatan pada tahun 2019, Dari seluruh kematian neonatus yang dilaporkan,
80% (16.156 kematian) terjadi pada periode enam hari pertama kehidupan.
Sementara, 21% (6.151 kematian) terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 10%
(2.927 kematian) terjadi pada usia 12 – 59 bulan.(4) Di provinsi Jawa Barat
mempunyai AKB sebesar 30/1.000 kelahiran hidup. Rasio Kematian Bayi pada
tahun 2019 sebesar 3,26/1000 kelahiran hidup atau 2.851 kasus, menurun 0,14
poin dibanding tahun 2018 sebesar 3,4/1000 kelahiran hidup atau 3.083 kasus.
Pada tahun 2019 penyebab kematian diantaranya didominasi oleh 40,25 %

1
BBLR; 27,60 % Asfiksia; 0,13 % Tetanus Neonatorum; 3,14 % Sepsis; 17,28 %
dan sisanya 11,59 % kelainan bawaan.
Dikarenakan penyebab kematian tertinggi kedua terdapat pada kasus
asfiksia setelah BBLR, Dijawa barat kabupaten sukabumi termasuk dalam 10
kabupaten dengan kematian bayi tertinggi. Faktor-faktor predisposisi asfiksia
pada bayi baru lahir antara lain karena ketuban pecah dini, bayi premature (< 37
minggu usia kehamilan),air ketuban bercampur meconium, hipertensi dan
preeklamsia pada ibu, partus lama, persalinan tindakan (ekstraksi forceps, vacuum
ekstraksi, dan seksio sesarea) solusio plasenta,infeksi berat, kehamilan post matur
≥ 42 minggu dengan berbagai komplikasinya yang bersifat depresi terhadap
pernafasan bayi baru lahir, Faktor fetus (janin terlihat tali pusat, tali pusat
menumbung) walaupun kompresi tali pusat bayi.
Upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada neonatus
diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan difasilitas kesehatan. Peranan yang sangat penting dalam mendeteksi
faktor resiko terjadinya asfiksia serta melakukan tindakan awal penatalaksanaan
bayi baru lahir dengan asfiksia sesuai dengan kewenangan dan hasil akhirnya
yaitu untuk menurunkan angka kematian bayi di Indonesia. Oleh karena itu, bidan
dituntut melakukan penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia yaitu melakukan
tindakan resusitasi bayi dan ventilasi tekanan positif. Tindakan tersebut bertujuan
untuk memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung pada bayi yang tidak bernafas.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengambil kasu
s “asuhan keperawatan pada bayi asfiksia dengan Masalah Ketidakefektifan Pola
Napas”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam kasus ini
nadalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal pada Bayi
Ny “N” dengan Asfiksia di Ruangan Perinatologi di RSUD Pasaman Barat tahun
2023”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Dapat menerapkan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Neonatal pada Bayi Ny ”N” dengan kasus Asfiksia di Ruangan

2
Perinatologi di RSUD Pasaman Barat tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada
bayi Ny.”N” pada kasus kegawatdaruratan neonatal di RSUD
Pasaman Barat tahun 2023.
b) Mampu melakukan perumusan diagnosa dan masalah, serta
kebutuhan pada bayi Ny.”N” pada kasus kegawatdaruratan
neonatal di RSUD Pasaman Barat tahun 2023.
c) Mampu menyusun perencanaan asuhan pada bayi Ny.”N” pada
kasus kegawatdaruratan neonatal di RSUD Pasaman Barat tahun
2023.
d) Mampu melakukan implementasi atau penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada bayi Ny.”N” pada kasus kegawatdaruratan
neonatal di RSUD Pasaman Barat.
e) Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah diberikan pada
bayi Ny.”N” pada kasus kegawatdaruratan neonatal di RSUD
Pasaman Barat.
f) Mampu membuat pencatatan atau pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan metode SOAP pada bayi Ny.”N” pada kasus
kegawatdaruratan neonatal di RSUD Pasaman Barat.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktek
asuhan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan neonatal di RSUD
Pasaman Barat.
2. Manfaat Aplikatif
a) Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
pemberian asuhan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan
neonatal di RSUD Pasaman Barat tahun 2023.
b) Manfaat bagi Profesi Bidan

3
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan
dalam asuhan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan neonatal di
RSUD Pasaman Barat tahun 2023.
c) Manfaat bagi Klien dan Keluarga
Agar klien maupun keluarga dapat melakukan deteksi dari penyulit
yang mungkin timbul sehingga memungkinkan segera mencari
pertolongan untuk mendapatkan penanganan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep teori

A. Pengertian asfiksia

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnu serta sering berakhir dengan
asidosis .

Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan


secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat
sesudah lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau
mungkin dapat bernapas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat
setelah lahir (asfiksia sekunder).

Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara


spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan
adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis..

Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan


dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang
mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor
perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.

B. Penyebab Asfiksia

Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas


atau pengangkutan O₂ dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir.

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi:

1. Faktor ibu
Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat
pemberian analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi

5
uterus, hipotensi mendadak karena pendarahan, hipertensi karena
eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain.

2. Faktor plasenta
Yang meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya.
3. Faktor janin dan neonatus
Meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR,
kelainan kongenital daan lain-lain.
4. Faktor persalinan
Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain

C. Patofisiologi asfiksia

Segera setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk resoirasi.
Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam
alveoli akan meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini
arteriol paru akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat
secara memadai.

Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka timbullah


rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat di pengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.

Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam, denyut


jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi
akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut

6
jantung, tekanan darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun.
Bayi sekarang tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernapasan secara spontan.

D. Pathway

Faktor lain: anestesi, -obat


Persalinan lama,lilitan tali pusat Paralisis pusat pernafasan obatan narkotik
Presentasi janin abnormal

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan


Dan kadar CO2 meningkat

Nafas Cepat Bersihan jln


Pola napas nafas tidak
Apneu tidak efektif Suplai O2 efektif
Suplai O2 dalam
ke paru
darah menurun

DJJ & TD Kerusakan otak G3 metabolisme &


Resiko
perubahan asam basa
ketidakseimbangan
Kematian bayi
suhutubuh
Janin tidak bereaksi Asidosis respiratorik
terhadap rangsangan Proses keluarga
terhenti
Resiko cedera G3 perfusi ventilasi

Kerusakan
pertukaran gas

E. Tanda dan gejala asfiksia

Tanda dan gejala pada bayi baru lahir dengan asfiksia. antara lain :
1. Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung.
2. Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi dinding dada
3. Tangisan lemah atau merintih
4. Warna kulit pucat atau biru
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai

7
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurang dari 100 kali
per menit.
Sedangkan, tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia antara lain :
1. Pernapasan cuping hidung
2. Pernapasan cepat
3. Nadi cepat
4. Sianosis
5. Nilai APGAR kurang dari 6
F. Klasifikasi asfiksia

Klasifikasi asfiksia adalah :


1. Virgorous baby (Asfiksia ringan)
Apgar skor 7-9, dalam hal ini bayi dianggap sehat, tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild- moderate asphyksia (asfiksia sedang)
APGAR score 4-6
3. Severe asphyksia (asfiksia berat)
APGAR score 0-3
Tabel 2.1 APGAR Score
Skor
TANDA 0 1 2

Frekuensi Tidak ada < 100/ menit > 100/ menit


jantung

Usaha bernapas Tidak ada Lambat, tak teratur Menangis kuat

Ektremitas fleksi
Tonus otot Lumpuh Gerakan aktif
Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan
Refleks kuat/melawan
Warna kulit Tubuh kemerahan,
Biru/pucat ekstremitas biru Seluruh tubuh
kemerahan

G. Komplikasi asfiksia

Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di
tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain:

8
perdarahan otak, anuragia, dan onoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai
koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan
bahkan kematian pada bayi .

H. Pemeriksaan diagnostik

Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi yaitu :


1. Pemeriksaan analisa gas darah
2. Pemeriksaan elektrolit darah
3. Berat badan bayi
4. Penilaiaan APGAR Score
5. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan
I. Penatalaksanaan asfiksia

Penatalaksanaan asfiksia (Surasmi, 2013) adalah :


1. Membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa steril
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik
3. Apabila bayi tidak menangis lakukan sebagai berikut :
a. Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus
dada, perut dan punggung
b. Bila dengan rangsangan taktil belum menangis lakukan resusitasi
mouth to mouth
c. Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia
dengan cara : membungkus bayi d engan kain hangat, badan bayi
harus dalam keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air
dingin gunakan minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh
bayi, kepala bayi ditutup dengan baik atau kenakan topi,
4. Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya : bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat,
pemberian ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan antromentri
dan pengkajian kesehatan, memasang pakaian bayi dan mengenakan
tanda pengenal bayi.

9
J. Pelaksanaan resusitasi

Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara
cepat supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak.
Tindakan ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya
supaya intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara tepat dan cepat
(tidak terlambat).

1) Membuka jalan nafas


Tujuan : Untuk memastikan terbuka tidaknya jalan nafas. Metode :
Meletakkan bayi pada posisi yang benar: letakkan bayi secara
terlentang atau miring dengan leher agak eksetensi/ tengadah.
Perhatikan leher bayi agar tidak mengalami ekstensi yang berlebihan
atau kurang. Ekstensi karena keduanya akan menyebabkan udara yang
masuk ke paru-paru terhalangi. Letakkan selimut atau handuk yang
digulug dibawah bahu sehingga terangkat 2-3 cm diatas matras.
Apabila cairan/lendir terdapat banyak dalam mulut, sebaiknya kepala
bayi dimiringkan supaya lendir berkumpul di mulut (tidak berkumpul
di farings bagian belakang) sehingga mudah disingkirkan.
2) Membersihkan jalan nafas
Apabila air ketuban tidak bercampur mekonium hisap cairan
dari mulut dan hidung, mulut dilakukan terlebih dahulu kemudian
hidung. Apabila air ketuban tercampur mekonium, hanya hisap cairan
dari trakea, sebaiknya menggunakan alat pipa endotrakel (pipa ET).
Urutan kedua metode membuka jalan nafas ini bisa dibalik,
penghisapan terlebih dahulu baru meletakkan bayi dalam posisi
yang benar, pembersihan jalan nafas pada semua bayi yang sudah
mengeluarkan mekoneum, segera setelah lahir (sebelum baru
dilahirkan) dilakukan dengan menggunakan keteter penghisap no 10
F atau lebih. Cara pembersihannya dengan menghisap mulut, farings
dan hidung.

3) Mencegah kehilangan suhu tubuh


Tujuan : Mencegah komplikasi metabolisme akibat kehilangan panas.
Metode : meletakkan bayi terlentang dibawah pemancar panas (Infant

10
warmer) dengan temperatur untuk bayi aterm 34°C, untuk bayi
preterm 35°C. Tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan
menggunakan handuk dan selimut hangat, keuntungannya bayi bersih
dari air ketuban, mencegah kehilangan suhu tubuh melalui evaporosi
serta dapat pula sebagai pemberian rangsangan taktik yang dapat
menimbulkan atau mempertahankan pernafasan. Untuk bayi sangat
kecil (berat badan kurang dari 1500 gram) atau apabila suhu ruangan
sangat dingin dianjurkan menutup bayi dengan sehelai plastik tipis
yang tembus pandang.
4) Pemberian tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Tujuan : untuk membantu bayi baru lahir memulai pernafasan.
Metode : Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar. Agar
VTP efektif kecepatan memompa (Kecepatan Ventilasi dan tekanan
ventilasi harus sesuai, kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60
kail/menit. Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai berikut :
Nafas pertama setelah lahir membutuhkan 30-40 cm H 2O, setelah
nafas pertama membutuhkan 15-20 cm H2O, bayi dengan kondisi /
penyakit paru-paru yang berakibat turunnya compliance
membutuhkan 20-40 cm H2O, tekanan ventilasi hanya dapat diukur
apabila digunakan balon yang mempunyai pengukur tekanan.
5) Observasi gerak dada bayi
Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa
sungkup terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi
seperti menarik nafas dangkal. Apabila dada bergerak maksimum,
bayi seperti menarik nafas panjang, menunjukkan paru-paru terlalu
mengembang, yang berarti tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini
dapat menyebabkan pneumotorax.
6) Observasi gerak perut bayi
Gerak perut tidak dapat dipakai sebagai pedoman ventilasi yang
efektif. Gerak perut mungkin disebabkan masuknya udara kedalam
lambung.
7) Penilaian suara nafas bilatera

11
Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya
suara nafas di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi
mendapat ventilasi yang benar.
8) Observasi pengembangan dada bayi
Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan
mengurangi meremas balon. Apabila dada kurang berkembang,
mungkin disebabkan oleh salah satu sebab berikut : perlekatan
sungkup kurang sempurna, arus udara terhambat dan tidak cukup
tekanan
2.Konsep asuhan kebidanan
a. Pengkajian kebidanan

Pengkajian bayi risiko tinggi : Asfiksia meliputi :

1) Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak


keberapa dan identitas orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi
karena berkaitan dengan diagnosa asfiksia neonatorum.
2) Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah
sesak napas.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan
apakah spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi
4) Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi
intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu
bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni. Pola eliminasi :
umumnya bayi mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi
harus menjaga kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur :
biasanya terganggu karena bayi sesak napas.
5) Pemeriksaan fisik :
a. Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik,
adanya tanda distres :warna buruk, mulut terbuka, kepala teranggukangguk,
meringis, alis berkerut.
b. Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan cuping
hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular, frekuensi

12
dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi napas :
stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok, keseimbangan
bunyi napas
6) Data penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah : darah rutin.
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19 gr%)
biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam
darah sedikit. Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct)
karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct) Trombosit pada bayi preterm dengan post
asfiksia cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) Nilai analisa gas darah pada bayi post
asfiksia terdiri dari : pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun
terjadi asidosis metabolik. PCO2 (normal 3545 mmHg) kadar PCO2 pada
bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-
100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena
terjadi hipoksia progresif. HCO3 (normal 24-28 mEq/L). Nilai serum
elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal 134150
mEq/L) . Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium (normal 8,1-10,4
mEq/L) Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran
normal.
b. Diagnosa kebidanan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi baru lahir dengan asfiksia
adalah :
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan
neuromuskular, penurunan energi, dan keletihan
2. ermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur
dan penurunan lemak tubuh subkutan
3. Risiko tinggi infeksi berhungngan dengan pertahanan imunologi yang
kurang

13
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi)
Berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturitas
dan atau penyakit.
5. Resiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume berhubungan dengan
karakteristik fisiologis imatur dari bayi preterm dan atau imaturitas atau
penyakit.
c. Perencanaan kebidanan

Intervensi yang ditetapkan pada bayi baru lahir dengan asfiksia adalah :

1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru dan


neuromuskular, penurunan energi, dan keletihan
Tujuan : pasien akan memperlihatkan parameter oksigen yang adekuat
Hasil yang diharapkan :

a. Jalan napas tetap paten

b. Pernapasan memberikan oksigenasi dan pembuangan CO₂ yang


adekuat

c. Frekuensi dan pola napas dalam batas normal

d. Oksigen jaringan adekuat Intervensi :


 Atur posisi untuk pertukaran udara yang optimal (posisikan
terlentang dengan leher sedikit ekstensi. R/ untuk mencegah
penyempitan jalan napas.
 Hindari hiperekstensi leher. R/ akan mengurangi diameter trakea
 Observasi adanya tanda gawat napas (pernapasan cuping hidung,
retraksi dinding dada, takpnea, apnea, grunting, sianosis, saturasi
oksigen yang rendah.
 Lakukan pengisapan. R/ untuk menghilangkan mukus yang
terakumulasi dari nasofaring, trakea.
 Gunakan posisi semi-telungkup atau miring. R/ untuk mencegah
aspirasi pada bayi dengan mukus berlebihan atau yang sedang
diberi makan.
 Pertahankan suhu lingkungan yang netral. R/ untuk menghemat
penggunaan O₂.

14
2) Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan
Tujuan : pasien mempertahankan suhu tubuh yang normal

Hasil yang diharapkan : Suhu aksila bayi tetap dalan rentang normal

Intervensi :

a. Tempatkan bayi didalam inkubator, atau penghangat radian atau


pakaian hangat dalam keranjang terbuka. R/ untuk mempertahankan
suhu tubuh bayi
b. Pantau suhu aksila pada bayi yang tidak stabil dan kontrol suhu
udara. R/untuk mempertahankan suhu kulit dalam rentang ternal
yang dapat diterima
c. Gunakan pelindung panas plastik bila tepat. R/ untuk menurunkan
kehilangan panas
d. Pantau tanda-tanda hipertermia mis, kemerahan, ruam, diaforesis
(jarang)

3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologi yang


kurang
Tujuan : pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial
Hasil yang diharapkan :bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
nosokomial
Intervensi :

a. Pastikan bahwa semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum dan

sesudah mengurus bayi. R/ untuk meminimalkan pemajanan pada


organisme infektif

b. Pastikan semua alat yang kontak dengan bayi sudah bersih dan steril
c. Isolasi bayi lain yang mengalami infeksi sesuai kebijakan institusional

d. Instruksikan pekerja perawat kesehatan dan orang tua dalam prosedur


kontrol infeksi
e. Beri antibiotik sesuai instruksi

15
4) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi)
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas dan atau penyakit
Tujuan : pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat, dengan masukan
kalori untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, dan
menunjukkan penambahan berat badan yang tepat Hasil yang
diharapkan :

a. Bayi mendapat kalori dan nutrisi esensial yang adekuat

b. Bayi menunjukkan penambahan berat badan yang mantap (kira-kira 20


sampai 30 gr/hari) pada saat fase pasca akut penyakit. Intervensi :
a. Pertahankan cairan parenteral atau nutrisi parenteral sesuai instruksi

b. Pantau adaya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral


total, terutama protein dan glukosa
c. Kaji kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu khususnya

kemampuan untuk mengkoordinasikan menelan dan pernapas

d. Susukan bayi pada payudara ibu jika pengisapan kuat

5) Risiko tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan


dengan karakteristik fisiologis imatur dari bayi preterm dan atau
imaturitas atau penyakit
Tujuan : pasien menunjukkan status hidrasi adekuat
Hasil yang diharapkan : bayi menunjukkan bukti
homeostasis Intervensi :

a. Pantau dengan ketat cairan dan elektrolit dengan terapi yang


meningkatkan kehilangan air tak kasat mata
b. Pastikan masukan cairan oral/parenteral yang adekuat

c. Kaji status hidrasi (mis, turgor kulit, tekanan darah, edema, berat
badan, membran mukosa, berat jenis urine, elektrolit, fontaneil)
d. Atur cairan parenteral dengan kertat

e. Hindari pemberian cairan hipertonik (mis, obat tidak diencerkan,


infus glukosa terkonsetrasi)
f. Pantau keluaran urin dan nilai laboratorium untuk bukti dehidrasi
16
BAB III
TINJAUAN KASUS

17
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA NY. “N” 0 JAM POSTPARTUM
DI RSUD PASAMAN BARAT

Tanggal : 14 Januari 2023


Pukul : 11.50 WIB

I. PENGUMPULAN DATA

A. Identitas / Biodata
Nama bayi : By. Ny.”N”
Umur bayi : 1 Jam
Tgl/jam lahir : 14-01-2023/10.50 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke- : 1 (satu)

(Ayah)
(Ibu)

Nama : Nur Afika Nama : Riko


Umur : 22 Tahun Umur :25 Tahun

Suku/Bangsa : Minang Suku/Bangsa : Minang

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SLTA Pendidikan :SLTA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Petani


: Ujung Gading Alamat :U. Gading
Alamat

Nama keluarga terdekat yang bisa dihubungi:


Hubungan dengan ibu :
diisi
Alamat :

No Telp/Hp :

18
B. Data Subjektif
1. Riwayat ANC
G1 P0 A0 H0
ANC Kemana :PMB
Berapa kali :5 kali
Keluhan saat hamil : Tidak ada
Penyakit selama hamil : Tidak ada
2. Kebiasaan waktu hamil
Makanan : Nasi+Lauk porsi sedang +
susu ibu hamil (porsi rumah tangga)
Obat-obatan : Tidak ada
Jamu : Tidak ada
Kebiasaan Merokok :-
Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat INC
Lahir tanggal : 14-01-2023
Jenis persalinan :S C
Atasindikasi
Ditolong oleh : dr. Rovi, Sp.OG
Lama persalinan :
Kala I :-
Kala II :-
Kala III :-
Ketuban pecah
Pukul :-

Bau :Amis

Warna : Keruh

Jumlah : 500cc

Komplikasi persalinan Ibu :-


Bayi : Letak Sungsang

19
4. Keadaan Bayi Baru
Lahir
BB/PB lahir : 3200 gram / 50 cm
Penilaian bayi baru lahir
Menangis kuat : tidak
Frekuensi kuat : tidak
Usaha bernafas : ada (megap-megap)
Tonus otot : lemah
Warna kulit : pucat
5. Resusitasi
Rangsangan : ada
Penghisapan lendir : ada
Ambu : ada
Massage jantung : Tidak ada
Intubasi endotracheal : Tidak ada
Oksigen : ada

C. Data Objektif (Pemeriksaan Fisik)


1. Pemeriksaan Umum
Pernafasan : 45 x/i
Suhu : 36,5 ℃
Nadi : 140 x/i
Gerakan : Aktif
Warna Kulit : Kemerahan
BB sekarang : 3200 gram

2. Pemeriksaan Khusus
Kepala
Rambut : Kebersihan sedang
Mata : Simestris, Konjungtiva
pucat, sklera tidak ikterik

20
Muka : Simetris
Telinga : Tidak ada sekret, ada daun
Telinga
Mulut : Tidak ada sekret, tidak ada
labio schizis
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada
palaro schizis
Leher : Tidak ada pembengkakan
Dada/payudara : Simetris
Tali pusat : Terbuka
Punggung : Simetris, tidak ada
pembengkakan (spina bifida)
Ektremitas Atas : Bergerak aktif, ujung jari
tidak simetris, tidak ada
polidaktili
Ektremitas Bawah : Simetris, bergerak aktif,
ujung jari tidak sianosis

Genetalia
Wanita : Labia mayora menutupi
minora
Pria :
Anus : (+)
3. Refleks
Refleks Morro : Ada
Refleks rooting : Ada
Refleks Sucking : Ada
Reflek tonic neck : Ada
Refleks graph : Ada
4. Antropometri
Berat badan : 3200 gram
Panjang badan : 50 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 34 cm
21
Lingkar Lila : 10 cm
5. Eliminasi
Miksi : Ada pukul
Mekonium : Ada pukul

22
PENDOKUMENTASIAN MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NY. N
1 JAM POSTPARTUM DENGAN ASFIKSIADI DI RUANGAN PERINATOLOGI
RSUD PASAMAN BARAT

Subjektif Objektif Assasment Pukul Planning Paraf


Tanggal : 14 Januari KU: lemah BBL usia 0 jam, dengan 10.50 Mengonfomasikan pd keluarga
2023 Bayi lahir dengan tidak asfiksia neonatorum, bahwa kondisi bayi…..
Pukul : 10.50 WIB menangis kuat KU bayi lemah
Bayi lahir dengan Tonos otot lemah 10.53 Melakukan tindakan
tindakan SC pada pukul Warna kulit pucat penatalaksanaan asfiksia dengan
dan yanggal dengan Ketuban berwarna kolaborasi bersama Dokter Anak
indikasi SC letak keruh yaitu:
sungsang Pernafasan megap- 10.53 1. Mengeringkan tubuh bayi dengan
Keluarga mengatakan mengap kain yang bersih dan kering
bahwa ini adalah anak TTV: Evaluasi:
pertama ibu Nadi Bayi sudah dikeringkan dengan kain
Pernafasan yang bersih dan kering
Suhu 10.54 2. Memastikan tidak lendir yang
JK : Perempuan menutupi jalan lahir dengan cara
BB : 3200 gram membersihkan jalan nafas baik
PB : 50 cm mellaui hidung dan mulut dengan
LK : 33 cm cara membersihkan dengan kassa
A/S : 6/7 dan pengisapan lendir dengan
Anus : (+) suction
Menangis : (+) Evaluasi:

23
Tali pusat sudah
dipotong di ruang OK 10.55 3. Melakuka rangsangan taktil
oleh SpOG dengan cara mengusap punggung
Sesak (+) dan telapak kaki.
10.56 4. Ketika usaha nafas tetap lemah
maka dilakukan tindakan resusitasi
dengan menggunakan Ambu Bag
Evaluasi:
Bayi mulai menangis, Pernafasan:
Denyut jantung/nadi?, tonus otot,
warna kulit
1. Memantau TTV pada BBL
2. Melakukan perawatan pada BBL
diantaranya:
11.00 A. Pemberian injeksi VIT K
sebanyak…
B. Sap mata
C. Hb 0
D. Perawatan tali pusat
E. Mempartahan suhu tubuh bayi
dengan cara….

11.15 3. Mengkolaborasi dengan dokter


Membawa bayi ke ruang
perinatologi untuk melakukan
pemantauan lebih lanjut oleh dokter
anak dengan merawat bayi dan
melatakkan bayi di radian warmer.

24
Evaluasi:
Bayi sudah dibawa ke ruang
perina….
Melakukan tindakan pd BBL sesuai
dengan advice dokter diantaranya:
1. Bayi dipasang O2 dengan vol:
2. Bayi dilakukan pemasangan OGT
dan bayi dipuasakan
3. Bayi dipasang infus….tetesan
mikro, berapa tetes?
4. Pemberian obat antibotika ….
5. Memantau TTV bayi
Evaluasi:
6. Memantau kondisi umum bayi
7. Mengganti popok bayi jika basah/
kotor
8. Merawat tali pusat bayi jika basah
terkena BAK bayi

Tanggal : 14 Januari KU sedang, refleks (+), BBL 6 jam post asfiksia 16.50 1. Menjelaskan ttg kondisi bayi
2023 daya hisap (+) KU bayi sedang 2. Melakukan perawatan bayi sesuai
Pukul : 16.50 WIB TTV: dengan advice dokter yaitu:
Bayi post asfiksia yang Nadi Suhu pernafasan A. Melapas infus, o2, ogt
berasal dari ruang OK Warna kulit B. Melakukan rawat gabung bayi
dengan tindakan SC Gerakan bersama dengan ibunya
letsu, pada pukul: Bayi terpasang OGT C. Memberikan bayi kepada ibu
Bayi dirawat d ruang pada pukul….dan bayi untuk disusui secara langsung

25
operinatologi dan dipuasakan Evaluasi :
dirawat di ruang bayi Infus terpasang? Bayi dilakukan rawat gabung
Keluarfga mengatakan Tetesan mikro berapa bersama ibu dan dipindahkan ke
bayi sudah meangis tetes….. ruangan kebidaanan.
kuat Bayi dipasang O2 Evaluasi ;
dengan vol 0,5 l/I ASI (+), KU sedang

Tanggal : 15 Januari KU sedang BBL SC Anjuran pemberian ASI


2023 Evaluasi : ASI (+)
Pukul : 06.00 WIB
Bayi menangis

26
BAB IV
PEMBAHASAAN

Pembahasan merupakan bagian dari laporan kasus yang membahas kendala


atau hambatan selama melakukan asuhan kebidanan pada klien. Setelah dilakukan
asuhan kebidanan pada bayi Ny. N usia kehamilan 6 jam postpartum dengan
asfiksia di RSUD Pasaman Barat pada tanggal 14 Januari 2023 dengan
menggunakan standar asuhan kebidanan yang terdiri dari pengkajian,merumuskan
diagnosa kebidanan dan melakukan evaluasi serta pendokumentasi asuhan
kebidanan dengan metode SOAP.

1. Subjektif
Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif tanggal 14 Januari 2023, pukul
10.50 WIB, bayi Ny N usia 1 jam postpartum dengan asfiksia.
2. Objektif
Setelah dilakukan pengumpulan data bahwa bayi Ny N usia 1 jam
postpartum dengan resiko asfiksia pada tanggal 14 Januari 2023 jam 10.50,
didapatkan PB 50 cm, BB 3200 gram, LK 33 cm, jenis kelamin perempuan,
A/S 6/7, anus (+), menangis (+), sesak (+).
3. Assesment
Setelah dilakukan pemeriksaan, maka diagnosa bayi Ny N Usia 1 jam
postpartum dengan asfiksia.
4. Planning
Menurut manauba (2013), bayi Ny A usia kehamilan 1 jam postpartum
dengan asfiksia maka diberikan adalah pemeriksaan berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, jenis kelamin, dan apgar, kalaborasi dengan dokter.
Asuhan yang diberikan telah dilaksanakan secara efektif, efesien dan aman.

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan
secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah
lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau
mungkin dapat bernapas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat
setelah lahir (asfiksia sekunder).
Salah satu penyebab asfiksia adalah tali pusat menumbung, tali pusat
melilit ke leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR,
kelainan kongenital daan lain-lain.
Upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada neonatus
diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan difasilitas kesehatan. Peranan yang sangat penting dalam mendeteksi
faktor resiko terjadinya asfiksia serta melakukan tindakan awal
penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia sesuai dengan kewenangan dan
hasil akhirnya yaitu untuk menurunkan angka kematian bayi di Indonesia.
B. Saran
Penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam praktek lapangan serta masukan bagi pihak yang ingin mengembangkan
penulisan lebih lanjut terutama berkaitan dengan bayi baru lahir.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Nur, Y. M., Rahmi, E., & Eliza, E. (2021). Pengaruh Pemberian Air Sus
u Ibu dan Fototerapi terhadap Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatolog
i RSUD Pasaman Barat. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 10(1), 1
20-130.

2. Sa'danoer, I. M. (2020). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian As


fiksia Neonatorum di RSUD Pariaman. Jurnal Bidan Komunitas, 3(3),
93-98.

3. Simanjuntak, R. E. M. M. B., & Soleh, E. S. (2022). Efektifitas Penggu


naan Media Video dan Buku Saku Terhadap Pengetahuan Mahasiswa T
entang Asfiksia dan Resusitasi Neonatus. JURNAL ILMIAH OBSGIN: J
urnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan P-ISSN: 1979-3340 e-ISSN
2685-7987, 14(3), 264-271.

4. Rusmariana, A., Utami, S., & Ratnawati, R. (2022). EDUKASI TENTA


NG PENATALAKSANAAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
 Jurnal Batikmu, 1(2), 10-13.

5. Simanjuntak, R. E. M. M. B., & Soleh, E. S. (2022). Efektifitas Penggu


naan Media Video dan Buku Saku Terhadap Pengetahuan Mahasiswa T
entang Asfiksia dan Resusitasi Neonatus. JURNAL ILMIAH OBSGIN: J
urnal Ilmiah Ilmu Kebidanan & Kandungan P-ISSN: 1979-3340 e-ISSN
2685-7987, 14(3), 264-271.

Anda mungkin juga menyukai