Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

G3P2A0 HAMIL ATERM INPARTU KALA 1


JANIN TUNGGAL HIDUP LETAK LINTANG

Oleh:
Nurisma Maulisa, S.Ked
NIM : 712020001

Pembimbing:
dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG (K)

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus yang Berjudul:


G3P2A0 HAMIL ATERM INPARTU KALA 1 JANIN
TUNGGAL HIDUP LETAK LINTANG

Oleh
Nurisma Maulisa, S.Ked
712020001

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Palembang, November 2020


Pembimbing,

dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG(K)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul
“G3P2A0 hamil aterm inpartu kala 1 janin tunggal hidup letak lintang” sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG(K), selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang, yang telah memberikan masukan, arahan,
serta bimbingan dalam penyelesaian laporan kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Amin.

Palembang, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan................................................................2
1.3 Manfaat...................................................................................2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Letak lintang......................................................................... 3
2.1.1 Definisi........................................................................ 3
2.1.2 Klasifikasi.................................................................... 3
2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko.......................................... 4
2.1.4 Patofisiologi................................................................. 4
2.1.5 Diagnosis..................................................................... 5
2.1.6 Tatalaksana.................................................................. 6
2.1.7 Prognosis..................................................................... 6

BAB III. LAPORAN KASUS


3.1 Identitas pasien..................................................................... 8
3.2 Anamnesis............................................................................ 8
3.3 Pemeriksaan Fisik................................................................. 14
3.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................ 10
3.5 Diagnosis Kerja.................................................................... 12
3.6 Penatalaksanaan.................................................................... 12
3.7 Follow Up............................................................................. 16

BAB IV. PEMBAHASAN.............................................................................17


BAB V. SIMPULAN & SARAN
5.1 Simpulan.................................................................................20
5.2 Saran.......................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Letak lintang adalah suatu letak janin dengan sumbu panjang janin
memotong tegak lurus atau hampir tegak lurus terhadap sumbu ibu.1
Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak
lintang oblik. Letak lintang oblik biasanya hanya terjadi sementara karena
kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal atau letak lintang saat
persalinan. Di Inggris letak lintang oblik dinyatakan sebagai letak lintang yang
tidak stabil. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk
kelainan dalam persalinan (distosia).2,3
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat
terjadi karena penegakan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda
dengan menggunakan ultrasonografi. Letak lintang terjadi pada 1 dari 322
kelahiran tunggal (0,3 %) baik di Mayo Clinic maupun di University of Iowa
Hospital, USA. Di Parkland Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin
tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun.3
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak lintang,
antara lain: RSUD dr.Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan Sadikin Bandung 1,9%;
RSUP dr. Cipto Mangunkuskumo selama 5 tahun 0,1%; sedangkan Greenhill
menyebut 0,3% dan Holland 0,5-0,6%. Insidens pada wanita dengan paritas tinggi
mempunyai kemungkinanan 10 kali lebih besar dari nullipara. 2
Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang
kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptur uteri, juga sering akibat
adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan
janin. Oleh karenanya, mengenal lebih dekat tentang letak lintang menjadi
penting bagi para pelayan kesehatan agar mampu menegakkan diagnosis
kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta
mencegah terjadi komplikasi.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi semua dokter muda agar dapat memahami kasus ibu
hamil atas indikasi letak lintang.
2. Diharapkan munculnya pola berfikir yang kritis bagi semua dokter
muda setelah dilakukannya diskusi dengan dosen pembimbing klinik
tentang kasus ibu hamil atas indikasi letak lintang.
3. Diharapkan dokter muda dapat mengaplikasikan pemahaman yang
didapat mengenai kasus ibu hamil atas indikasi letak lintang selama
kepaniteraan klinik dan seterusnya.

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetrik dan
ginekologi terutama tentang kasus abortus inkompletus.
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat
menjadi landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.

1.3.2. Manfaat Praktis


a. Bagi dokter muda, diharapkan laporan kasus ini dapat diaplikasikan
pada kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dalam penegakkan
diagnosis abortus inkompletus yang berpedoman pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang lengkap dan runut.
b. Bagi dokter umum, diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi
bahan masukan dan menambah pengetahuan dalam abortus
inkompletus yang selanjutnya melakukan rujukan pada dokter
spesialis yang berkompeten.
c. Bagi pasien dan keluarga, diharapkan laporan kasus ini dapat
memberi informasi mengenai abortus inkompletus serta komplikasi
yang mungkin terjadi apabila tidak segera dilakukan tindakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus
2.1.1 Definisi
Letak lintang adalah suatu letak janin dengan sumbu panjang
janin memotong tegak lurus atau hampir tegak lurus terhadap sumbu
ibu.1
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang
didalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong
berada pada sisi yang lain.4
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin dapat
berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior), di atas
(dorsosuperior), di bawah (dorsoinferior).5

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi letak lintang menurut Mochtar, 2012 dapat dibagi
menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan :

1) Letak kepala

a) Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu.

b) Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu.

2) Letak Punggung

a) Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso –


anterior.

3
b) Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-
posterior.

c) Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut


dorsosuperior.

d) Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut


dorsoinferior.

2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko


1. Semua faktor yang menghalangi turunnya kepala kedalam
panggul, misalnya panggul sempit, plasenta previa, tumor
previa, mioma uteri dan anomali fetus.
2. Semua faktor yang memudahkan fetus bergerak, misalnya
dinding perut kendor, (multiparitas, abdomen pendulans),
hidramnion dan prematuritas.
3. Keadaan kavum uteri yang menyebabkan sumbu panjang kira-
kira sama dengan sumbu melintang, misalnya uterus bikornus,
uterus subseptus dan plasenta terletak daerah fundus uteri.1

2.1.4 Patofisiologi
Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu
untuk melipat ke dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase
persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala
yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan
lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung
menyebabkan uterus beralih ke depan, sehingga menimbulkan defleksi
sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan
terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau letak miring
kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang semula,
dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan
bersalin sendiri, bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan
yang sesuai sering menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas
pintu atas panggul dengan kepala di salah satu fosa iliaka dan bokong pada
fosa iliaka yang lain.
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas
panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang
sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi
cincin retraksi yang semakin lama semakin tinggi dan semakin nyata.
Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak cepat
diatasi, dan ditangani secara benar, uterus akan mengalami ruptura dan baik
ibu maupun janin dapat meninggal.2,6

2.1.5 Diagnosis
1) Pemeriksaan luar :
- Inspeksi : perut terlihat melebar kesamping
- Palpasi
Leopold 1 : Tinggi fundus uteri lebih rendah dibandingkan
dengan umur kehamilan (diskonkrusi negatif)
Leopold II : Teraba bokong atau kepala pada salah satu sisi
Leopold III & IV : Denyut jantung janin terdengar jelas
disekitar pusat.1

2) Pemeriksaan dalam :
Setelah ketubah pecah, pada pemeriksaan dalam akan
mudah diraba :
a. Sisi dada : Tulang iga sebagai garis-garis
b. Skapula atau akromion sebagai penunjuk
c. Klavikular : Arah penutupan aksila menunjukkan posisi
kepala. Kadang-kadang tangan kanan atau kiri menumbung
ke dalam vagina dan keluar dari vulva
d. Ultrasonografi dan radiologi : Hanya dilakukan apabila
dengan pemeriksaan dalam ditemukan kesulitan.1
2.1.6 Tatalaksana
1. Versi luar : Hanya dilakukan bila tidak ada kontra indikasi,
sebaiknya dilakukan pada umur kehamilan diatas 32 minggu.
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang,
sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan
versi luar. Sebelum melakukan versi luar harus melakukan
pemeriksaan dengan teliti ada tidaknya panggul sempit, tumor dalam
panggul, atau plasenta previa yang dapat membahayakan janin dan
meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar kembali.

2. Seksio Sesar : Tindakan ini merupakan pertolongan utama pada letak


lintang.

3. Versi ekstraksi : Pada gemlli anak kedua, kalau ketuban baru


dipecahkan/pecah.

4. Persalinan letak lintang kadang-kadang dapat berlangsung


pervaginam pada keadaan anak kecil/ anak mati secara evolusio
spontanea atau konduplikasio korpore.1

2.1.7 Prognosis

Meskipun letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala,


tetapi kelainan-kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti
misalnya panggul sempit, tumor panggul dan plasenta previa masih
tetap dapat menimbulkan kesulitan pada persalinan. Persalinan letak
lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun
janinnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak


lintang disamping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan
ruptur uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta
trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin. Versi ekstraksi
ini dahulu merupakan tindakan yang sering dilakukan,tetapi pada saat
ini sudah jarang dilakukan, karena besarnya trauma baik terhadap janin
maupun ibu, seperti terjadinya ruptur uteri dan robekan jalan lahir
lainnya.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Pasien
Nama : Ny. TL
TTL : Palembang, 2 Oktober 1992
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Sarjana Strata 1 (S1)
Agama : Islam
Alamat : RT 001 RW 001 Dusun I Tebat Gabus
No. RM : 57.32.03
MRS : 03 November 2020, Pukul 17.20 WIB

Suami Pasien
Nama : Yanto
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : Sarjana Strata 1 (S1)
Agama : Islam
Alamat : RT 001 RW 001 Dusun I Tebat Gabus

3.2. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 03 November 2020
A. Keluhan Utama
Ibu MRS dengan keluhan sakit perut ingin melahirkan.

B. Riwayat Perjalanan Penyakit


Ibu MRS dengan keluhan sakit perut ingin melahirkan anak ke 3
hamil cukup bulan, gerakan anak dirasakan.
Keluhan keluar darah tidak ada, lendir tidak ada, air-air tidak ada.
Keluhan mual, muntah dan pusing tidak ada. letak bayi lintang dan Ibu
mengaku masih terpasang IUD.

C. Riwayat Menstruasi
Usia Menarke : 12 tahun
Sikluas Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 hari
Keluhan Saat Haid : Tidak ada
HPHT : 19 September 2019

D. Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 5 bulan
Usia Menikah : 24 tahun

E. Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan IUD

F. Riwayat ANC
4 kali di Puskesmas Kayuagung

G. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. Anak pertama (meninggal) jenis kelamin laki-laki, cukup bulan,
berat badan bayi 3350 gram melahirkan di Rumah Sakit Charitas.
2. Anak kedua jenis kelamin laki-laki, cukup bulan, berat badan bayi
3600 gram melahirkan dengan dokter di Kayuagung
3. Anak ketiga jenis kelamin laki-laki, cukup bulan, berat badan bayi
3400 gram melintang dengan dokter di RS Bari Palembang.
H. Riwayat Penyakit Terdahulu
Ibu mengaku tidak memiliki penyakit hipertensi dan menyangkal
memiliki riwayat penyakit asma, kencing manis, penyakit paru, alergi
obat.

I. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu mengaku tidak memiliki penyakit hipertensi dan menyangkal
memiliki riwayat penyakit asma, kencing manis, penyakit paru, alergi
obat.

3.3. Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 164 cm
Berat Badan : 52 kg
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5°C

Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi: stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiri
Perkusi: sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi: iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular.
Murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: cembung, skar operasi (-), striae gravidarum
(-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi: hepar lien tidak teraba pembesaran
Genitalia : discharge (-)
Ekstremitas : akral dingin (-/-) edema (-/-)

B. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
1. Inspeksi : Perut tampak sedikit cembung, striae gravidarum
(-), luka bekas SC (-)
2. Palpasi : TFU teraba 2 jari dibawah pusat, nyeri tekan pada
perut bawah (+)
Pemeriksaan Dalam
3. Inspekulo: Warna portio livide, OUE terbuka dan terdapat
beberapa jaringan dan darah yang keluar dari OUE, tidak
ditemukan erosi, laserasi atau polip serviks, fluksus (+) darah.

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah Rutin (03 November 2020 pukul 17.55 WIB)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 9,3 12-14 g/dl
Eritrosit 3,96 4-4,5 10*6/uL
Leukosit 13,3 5.000 – 10.000/ul
Trombosit 319.000 150.000 – 400.000/ul
Hematokrit 28 37-43%
Waktu Perdarahan 3
Waktu Pembekuan 8 10-15 s
Hitung Jenis
Basofil 0 0 – 1%
Eosinofil 0 1 – 3%
Neutrofil Batang 1 2 – 6%
Neutrofil Segmen 75 50 – 70%
Limfosit 18 20 – 40%
Monosit 6 2 – 8%
Golongan Darah1,2
ABO B
Rhesus +

Pemeriksaan Serologi/Imunologi
HbsAG - Negatif

3.5 Diagnosis Kerja


G3P2A0 hamil aterm inpartu kala I janin tunggal hidup letak lintang

3.6 Penatalaksanaan
Observasi keadaan umum, tanda vital dan perdarahan
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan EKG
IVFD Ringer Laktat gtt 20x/menit
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
Rencana SC dengan dr. Didi Askari Pasaribu, Sp. OG (K) 04 November
2020 pukul 10.00 WIB

3.7 Laporan operasi


Dokter operator : dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG (K)
Dokter anestesi : dr. Rizky Dani, Sp. An
Diagnosis pre operasi : G3P2A0 hamil aterm inpartu kala I janin tunggal
Hidup letak lintang
Tangga operasi : 04 November 2020
Jam operasi dimulai : 10.00 WIB
Bayi lahir : 10.27 WIB
Tindakan/macam op : Sectio Caesarea

Laporan pasca operasi :


Bayi :
Jenis kelamin : Laki-laki
Berat badan lahir : 3100 gram
Panjang badan lahir : 60 cm
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar perut : 32 cm
APGAR Score : 8/9
Diagnosis : Bayi sehat

3.8 Diagnosis Pasca Operasi :


P3A0 post SC a/i letak lintang

3.9 Follow Up
Hari/Tanggal Follow Up
Rabu, 04 November
S/Mengeluh nyeri perut hilang timbu, keluhan
2020 Pukul 08.00
keluar darah (-), air-air (-), lendir (-) , pusing (-),
WIB
mual dan muntah (-)

O/ KU: tampak sakit ringan


Sensorium: compos mentis
TD: 110/70 mmHg
N: 88 x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,5oC
DJJ : 135x/menit

A/ G3P2A0 hamil aterm inpartu kala I janin tunggal

13
hidup letak lintang

P/ Observasi KU, TTV,DJJ


IVFD Ringer Laktat gtt 20x/menit
Rencana SC 08 pukul 10.00 WIB

Rabu, 04 November S/ Ibu pindah ke bangsal dari OK pukul 12.00


2020 Pukul 12.30
WIB (Post SC) O/ KU: Baik
Sensorium: compos mentis
TD: 100/70 mmHg
N: 74x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,5oC
Perdarahan biasa
Kontraksi uterus baik
Luka op tenang
Anestesi spinal

A/ P3A0 post SC a/i letak lintang

P/ Observasi KU, TTV


IVFD RL + 2 Induxin gtt 20 x/menit
Injeksi Ceftriaxon 2x1
Injeksi Kalnex 3x1
Injeksi Ketorolac 3x1
Injeksi Metrodinazole 3x1
DC (+) menetap
Kamis,05 November S/ Ibu merasa nyeri pada luka op
2020 Pukul 10.30
WIB O/ KU : baik
TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
T : 36,5oC
Kontraksi uterus biak
Luka op tenang

A/ P3A0 post SC a/i letli

P/ Observasi KU, TTV


IVFD RL + ind 2 amp gtt 20x/menit
Injeksi Ceftriaxon 2x1
Injeksi Kalnex 3x1
Injeksi Ketorolac 3x1
DC (+) OFF
Hb post op 11,5 gr/dl
Kamis,05 November S/ -
2020 Pukul 12.00
WIB O/ KU : baik
TD : 110/60 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
T : 36,5oC
Kontraksi uterus baik
Luka op tenang
1x ganti pembalut

A/ P3A0 post SC a/i letli

P/ Observasi KU, TTV


IVFD RL + ind 2 amp gtt 20x/menit
Injeksi Ceftriaxon 2x1
Injeksi Kalnex 3x1
Injeksi Ketorolac 3x1
Hb post op 11,5 gr/dl
Jumat,06 November S/ -
2020 Pukul 09.00
WIB O/ KU : baik
TD : 100/60 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
T : 36,5oC
Luka op tenang
Kontraksi uterus baik

A/ P3A0 post SC a/i letli

P/ Observasi KU, TTV


Ganti oral
Cefadoxil 2x1
Neurodex 2x1
Asam mafenamat tab 3x1
GV kering
Rencana pulang

16
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar?


Berdasarkan anamnesis pada status pasien, Ibu MRS dengan keluhan
sakit perut ingin melahirkan anak ke 3 hamil cukup bulan. Ny. TL berusia
28 tahun hamil anak ke tiga dengan riwayat persalinan normal 2x, tidak ada
riwayat persalinan section caessarea. Ibu datang dengan keluhan perut mules
mau melahirkan. Perut mules sudah dirasakan sejak 1 hari yang lalu, perut
mules seperti keram dan terkadang menjalar ke pinggang, namun perut
mules dirasakan hilang timbul. letak bayi lintang dan Ibu mengaku masih
terpasang IUD. Keluar darah dan lendir, keluar air-air tidak ada. Gerakan
anak masih dirasakan. Keluhan mata kabur tidak ada, pusing tidak ada, nyeri
ulu hati tidak ada. Sebelum datang ke RSUD Palembang BARI, ibu datang
ke bidan dan bidan mengatakan ibu masih pembukaan satu. Bidan
menyarankan untuk ibu langsung ke rumah sakit untuk penatalaksanaan
lebih lanjut. Berdasarkan hasil anamnesis, riwayat kehamilan pasien
G3P2A0 dan berdasarkan perhitungan dengan rumus Naegele didapatkan
bahwa pasien hamil aterm dengan usia kehamilan ±39 minggu dengan
tanda-tanda inpartu. Hal ini sesuai teori, dimana berdasarkan teori, inpartu
adalah suatu keadaan ibu mau melahirkan ditandai dengan perut mules yang
menjalar ke pinggang semakin lama semakin sering dan kuat, disertasi
dengan keluhan, darah dan air-air dengan his minimal 20 detik untuk
primigravida dan his minimal 2x dalam 10 menit lamanya minimal 20 detik
untuk multigravida disertai pendataran dan pembukaan serviks.7
Pada hasil anamnesis langsung didapatkan bahwa pasien mengatakan
selama kehamilan rutin memeriksakan kandungan yaitu selama 4 kali
pemeriksaan dari usia kehamilan 2 bulan sampai 9 bulan. Selama
pemeriksaan, tekanan darah ibu baik, dan ibu diberitahu dokter di
puskesmas bahwa letak anak lintang pada usia kehamilan 9 bulan. Ibu juga
mengatakan riwayat menggunakan IUD masih terpasang sampai sekarang.
Hal ini sesuai teori,bahwa kunjungan pelayanan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu yakni: 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali pada
trimester 3.8
Berdasarkan teori, pada pemeriksaan fisik, inspeksi ditemukan perut
melebar atau membesar asimetris. Pada palpasi, tinggi fundus uteri tidak
sesuai dengan usia kehamilan, fundus uteri dan bagian bawah kosong, dan
kepala teraba di kanan atau di kiri. Pada auskultasi, denyut jantung janin
terdengar di sekitar umbilikus. Pada kasus ini, pada inspeksi perut ibu
terlihat melebar, tinggi fundus uteri ± 30 cm dengan usia kehamilan 39-40
minggu, posisi kepala teraba di sebelah kiri perut ibu, denyut jantung janin
135x/menit, reguler, terdengar di sekitar umbilikus.
Berdasarkan teori, apabila pada pemeriksaan ditemukan letak lintang,
versi luar dapat dilakukan apabila memenuhi syarat dan kontraindikasi.
Diusahakan diubah menjadi presentasi kepala atau bokong. Bila versi luar
gagal dilakukan atau terdapat kontraindikasi maka dilanjutkan dengan sectio
caesarea. Tindakan ini merupakan pertolongan pertama pada letak lintang.

4.2 Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah adekuat?


Tatalaksana pre operasi :
1. IVFD Ringer Laktat gtt 20x/menit
2. Pemeriksaan Lab
3. Pemeriksaan EKG
4. Inj. Ceftriaxone 2x1 gr IV
5. Rencana SC dengan dr. Didi Askari Pasaribu, Sp. OG (K) 04
November 2020 pukul 10.00 WIB
Tatalaksana post operasi :
1. IVFD RL + Ind 2 amp gtt 20 x/menit
2. Injeksi Ceftriaxon 2x1
3. Injeksi Kalnex 3x1
4. Injeksi Ketorolac 3x1
5. Injeksi Metrodinazole 3x1
6. Cek Hb post operasi, didapatkan 11,5 gr/dl
Pada tatalaksana pre operasi yang diberikan pada kasus ini
diberikan cairan RL dan antibiotik berupa injeksi ceftriaxon 2x1. Untuk
penatalaksanaan ceftriakson pre operasi, belum tepat. Penggunaan
antibiotic seftriakson tersebut mempunyai spektrum yang luas dan
memiliki waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosporin yang
lain, sehingga cukup diberikan satu kali sehari. Pemberian profilaksis
tambahan tidak memberikan arti yang bermakna. Dosis profilaksis
pascaoperasi akan menimbulkan banyak kerugian antara lain resiko efek
samping meningkat, merangsang timbulnya kuman resisten dan beban
biaya tambahan untuk pasien. Pada pedoman penggunaan profilaksis yang
direkomendasikan pada bedah sesar adalah sefalosporin generasi 1 yaitu
cefazolin atau golongan penisilin atau clindamicyn bagi pasien yang alergi
golongan penisilin.9,10
Penatalaksanaan post operasi diberikan ceftriaxone dan
metronidazole, belum tepat. Pemberian ceftriaxone dan metronidazole,
merupakan profilaksis peripartum yang digunakan untuk mencegah infeksi
pascaoperasi. Menurut teori pemberian profilaksis pasca bedah sesar
sangat menurunkan angka infeksi luka operasi sampai 80%, manfaat
tersebut berlaku untuk bedah sesar elektif maupun non elektif. Profilaksis
pasca operasi yang diberikan dapat berupa cephalosporin generasi pertama.
Metronidazole secara in vitro mempunyai aktivitas superior dalam
melawan sebagian besar mikroba anaerob. Penambahan metronidazole
pada dosis profilaksis standar sefalosporin generasi pertama atau kedua
menurunkan risiko infeksi pascaoperasi.9,10 Pemberian ketorolac sudah
tepat, dimana Ketorolak adalah obat dengan fungsi kerjanya menghambat
enzim siklooksogenase (prostaglandin sintetase). Selain menghambat
sintese prostaglandin, juga menghambat tromboksan A2. tromethamine
memberikan efek anti inflamasi dengan menghambat pelekatan granulosit
pada pembuluh darah yang rusak, menstabilkan membrane lisosom dan
menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat
peradangan mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat untuk sementara.
Biasanya obat ini digunakan sebelum atau sesudah prosedur medis, atau
setelah operasi. 11
Ketorolac sebagai analgesic pasca bedah memperlihatkan
efektivitas sebanding morfin/meperidin.Ketorolac adalah golongan obat
nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang bekerja dengan
memblok produksi substansi alami tubuh yang menyebabkan inflamasi.
Efek ini membantu mengurangi bengkak, nyeri, atau demam.12
BAB V
SIMPULAN & SARAN

5.1 Simpulan
1. Menurut protap letak lintang adalah suatu letak janin dengan sumbu
panjang janin memotong tegak lurus atau hampir tegak lurus terhadap
sumbu ibu.
2. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang penulisan diagnosis pada kasus sudah tepat yaitu G3P2A0
hamil aterm inpartu kala I janin tunggal hidup letak lintang
3. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah sesuai baik pada
penatalaksanaan awal dan juga pada penatalaksanaan post seksio
sesaria.

5.1 Saran
Berdasarkan uraian diatas, maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Perlu dilakukannya anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan
riwayat penyakit dahulu yang lebih mendalam untuk mengetahui
gejala-gejala tambahan lain yang mendukung ke arah diagnosis dan
faktor risiko guna untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Protap Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran


Universtas Sriwijaya. Hal 29.
2. Saifuddin. 2011. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
3. Cunningham, F.G, et al. 2013. Williams Obstetric, 23rd edition. Mc
GrawHill: New York
4. Marisah, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta :
Salemba Medika
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka.
6. Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1.
Jakarta: EGC. Hal 366
7. Mayangsari.,A dan Rodiani. 2017. Wanita G2P0A1 Hamil 38 Minggu Inpartu
Kala I Fase Laten denganPreeklampsi Berat Janin Gemelli Hidup Presentasi
Kepala. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung : J medulla unila. Nomor
21 Volume 2.
8. Ira, Sabilu, Y dan Rasma. 2016. Pemanfaatan antenatal care (anc) oleh ibu
hamil pada masyarakat desa mokupa kecamatan lambandia kabupaten kolaka
timur tahun 2015. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo.
9. Purnamaningsrum, F. 2014. Efektivitas penggunaan antibiotik profilaksis pada
pasien bedah sesar (sectio caesarea) di rumah sakit “x” tahun 2013.
Universitas Muhammadiyah surakarta surakarta.
10. Ganiswara S.G., 2000, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Farmakologi FKUI,
Jakarta.
11. Wiknjosastro, H. 2015. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 1, cet.VI. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
12. Hanretty KP. 2003. Vaginal Bleeding in Pregnancy. Smith H (editor), In:
Obstetrics Illustrated, 6th Edition. London: Churchill-Livingstone.

Anda mungkin juga menyukai