PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Peraturan Tutorial:
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial
2. Dilarang makan dan minum saat berlangsungnya tutorial
3. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat
2.2 Skenario
An. Bedu, laki-laki usia 7 tahun dibawa ibunya ke praktek dokter karena demam tinggi sejak
3 hari. Demam mendadak terus menerus. Keluhan juga disertai bintik merah dikulit. An.
Bedu juga mengeluh sakit perut, sakit kepala, nyeri disekitar bola mata dan nyeri sendi. BAB
hitam tidak ada. BAK normal.
2
Pemeriksaan fisik
3
7. Epistaksis : Pendarahan dari hidung biasanya akibat dari pecahnya pembuluh
darah kecil yang terletak dibagian anterior nasal cartilaginos.
8. Purpura : Perdarahan kecil didalam kulit, membran mukosa atau permukaan
serosa
9. Retraksi : Tindakan menarik kembali atau keadaan tertarik kembali
10. Eritrosit : Sel darah merah atau korpuskel atau salah satu unsur yang dibentuk
pada darah tepi.
11. Imunisasi : Proses membuat subjek menjadi imun
12. Konjungtiva : Membran halus yang melapisi kelopak mata dan menutupi bola
mata
13. Hb : Susunan pembawa oksigen pada eritrosit
14. Akral : Berkenaan dengan atau mempengaruhi tungkai atau ektremitas bawah.
15. Mur-mur : Bunyi auskultasi terutama bunyi periodik berdurasi singkat dan
berasal dari jantung atau pembuluh darah.
16. Wheezing : Suara bersuit yang dibuat dalam bernafas.
17. Gallop : Kelainan irama jantung
18. Ronki : Bunyi kontinyu seperti mengorok pada tenggorokan.
19. Sklera : Lapisan luar bola mata, liat, berwarna putih yang menutupi kurang
lebih lima-perenam bagian pemukaan belakang bola mata.
20. CRT : Capillary Refill Time adalah waktu yang dibutuhkan pembuluh darah
untuk masuk ke jantung
4
Keadaan umum : Sakit sedang, kesadaran : composmentis, BB : 23 kg, TB :
122cm
Tanda vital : TD 90/60 mmHg, HR 80x/menit, RR 24x/menit, T 39,2oC
Keadaan khusus
Kepala : Conjungtica pucat (-), sklera ikretik (-), regio nasal : epistaksis (-)
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Retraksi tidak ada
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak
teraba, bising usus (+) normal
Ektremitas : Akral hangat, CRT <3 detik
Kulit : Petichae (+), hematoma (-), purpura (-)
5. Pemeriksaan laboratorium : Hb 14,6 g/dl, HT : 44 g/dl, leukosit 3500,
trombosit 60.000, eritrosit 4,6x106, diff count 0/0/45/0/50/5
5
b. Apa saja klasifikasi demam?
Jawab :
1. Demam Septik : demam yang suhunya tidak pernah mencapai
normal, tinggi pada malam hari dan turun ke tingkat diatas normal
pada pagi hari.
Demam Heptik : demam yang suhunya mencapai normal.
2. Demam Remitten : demam yang suhu badan dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu normal, perbedaan suhu 2
derajat celcius.
3. Demam Intermitten : demam yang suhu badan turun ke tingkat
yang normal selama beberapa jam dalam sehari.
4. Demam Kontinyu : demam yang suhunya bervariasi sepanjang hari
tidak berbeda lebih dari 1 derajat.
5. Demam Siklik : demam yang kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu tubuh seperti
semula. (Nelwan, 2014).
6
Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan
pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh
naik ke patokan yang baru tersebut (Guyton dan Hall, 2007)
7
e. Apa makna keluhan disertai bintik merah di kulit?
Jawab :
Maknanya An. Bedu telah mengalami gangguan homeostasis
sehingga menimbulkan manifestasi perdarahan seperti bintik merah
di kulit.
Bintik-bintik merah dikulit juga diduga karena adanya petichae.
Petichae merupakan salah satu tanda dan gejala penyakit DBD.
Dapat dikatakan ptekiae apabila ditemukan setelah uji Torniquot /
Rumple Leed tidak kurang dari 10 bintik yang ditemukan pada 3
jari dibawah fossa cubiti pada lingkaran berdiameter 5 cm.
8
bening atau bintil yang berisi cairan dan terasa nyeri serta
sangat gatal yang timbul di sekitar dada, perut atau punggung
merupakan ciri penyakit cacar. Jadi, bila bintik merah yang
timbul belum menjadi bintil, maka belum bisa dikatakan anak
menderita cacar. Bintik di tubuh balita Anda akan
bertransformasi menjadi bintil-bintil kecil dalam waktu sekitar
24 jam setelah anak demam.
4. Demam Berdarah
Bercak merah yang timbul sebagai tanda penyakit demam
berdarah ini mirip dengan penyakit campak. Tetapi, saat kulit
diregangkan bintik merah tersebut tidak akan hilang. Walau
bentuknya mirip gigitan serangga, bintik merah ini tidak
menimbulkan rasa gatal karena ia timbul akibat pecahnya
pembuluh darah di dalam tubuh.
5. Roseola Infantum
Bentuk bintik yang menjadi gejala dari penyakit ini berbentuk
seperti bunga mawar. Tanda kemerahan di kulit ini muncul
setelah demam turun. Penyebarannya bisa di seluruh tubuh atau
hanya pada bagian tertentu. Bila bercak tersebut ditekan akan
terlihat bekas lingkaran seperti cincin, ia juga tidak berubah
menjadi nanah atau berisi cairan serta tidak gatal.
6. Alergi
Kebanyakan bintik merah pada kasus alergi awalnya muncul
satu persatu, dan tersebar di bagian tertentu saja seperti perut,
kaki, tangan dan wajah serta menimbulkan rasa yang sangat
gatal. Semakin sering bintik tersebut digaruk maka bentuknya
pun akan semakin lebar seperti pulau dan jika diraba bagian
merah tersebut terasa timbul. Alergi dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor seperti dingin, debu, makanan atau
udara (Hidayat, 2008)
9
1. Biang keringat atau miliria adalah Kondisi yang disebabkan
oleh keringat yang terjebak di bawah kulit. Tanda dan
gejalanya beda-beda, mulai dari ruam di lapisan atas kulit,
ruamnya kadang berisi cairan atau menyebabkan lesi.
Gangguan pada kulit ini biasanya akan sembuh dengan
sendirinya, tapi bisa bertambah parah dan menyebar. Ini
tergantung bagaimana Anda merawat kulit yang terkena.
2. Infeksi jamur (candidiasis). Jamur candida merupakan jamur
yang berpotensi menyebabkan jamuran (candidiasis),
menimbulkan bintik merah pada kulit, gatal, dan terasa perih.
3. Scabies (kudis). Kudis disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei
var. hominis yang hidup dan meletakkan telurnya pada kulit.
Gejala yang paling umum biasanya gatal dan bintik berwarna
merah menyerupai jerawat.
4. Sipilis. Sipilis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Treponema pallidum melalui aktivitas seksual, baik itu seks
oral atau anal ataupun cairan tubuh orang terinfeksi mengenai
luka terbuka orang yang sehat. Gejala yang muncul adalah
bintik berwarna merah menjadi luka kecil, tapi tidak terasa
nyeri (Hidayat, 2008).
2. Keluhan juga disertai bintik merah dikulit. An. Bedu juga mengeluh sakit
perut, sakit kepala, nyeri disekitar bola mata dan nyeri sendi. BAB hitam tidak
ada. BAK normal.
10
a. Apa makna An. Bedu mengeluh sakit perut, sakit kepala, nyeri
disekitar bola mata dan nyeri sendi?
Jawab :
Maknanya yaitu virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada
kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali).
(Ngastiyah (2005) Keluhan-keluhan samping tersebut merupakan
gejala yang ditimbulkan pada penderita demam berdarah dengue.
Makna-nya karena gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan
manifestasi perdarahan baik yang timbul secaraspontan maupun
setelah uji torniquet. Demam yang dialami yaitu demam tinggi
mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari dan Perdarahan spontan
berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis,perdarahangusi,
hematemesis, melena. Gejala tidak spesifik yang dialami adalah
anoreksi (gangguan pencernaan, lemah dan lesu, nyerisendi,
nyeridisekitarbelakang bola mata dan sakit kepala. Terdapat gejala
klinis dari DBD yang dialami oleh Bedu. (Ngastiyah, 2005)
11
Virus dengue masuk dalam tubuh manusia => Reaksi antibodi =>
terbentuk kompleks antibodi dalam darah => Pengaktifan sistem
komplemen dan dilepaskannya antivilaktosin C3a dan C5a =>
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => penurunan jumlah cairan intravaskuler =>
peningkatan viskositas isi pembuluh darah => aliran daerah terhambat
=> suplai O2 tidak adekuat => metabolisme anaerob => iritasi terhadap
ujung-ujung saraf => nyeri sendi (Suhendro dkk. 2014).
Sakit kepala
Virus dengue masuk dalam tubuh manusia => Reaksi antibodi =>
terbentuk kompleks antibodi dalam darah => Pengaktifan sistem
komplemen dan dilepaskannya antivilaktosin C3a dan C5a =>
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => penurunan jumlah cairan intravaskuler =>
peningkatan viskositas isi pembuluh darah => aliran daerah terhambat
=> suplai O2 tidak adekuat => sakit kepala (Suhendro dkk. 2014).
Sakit perut
Virus dengue masuk dalam tubuh manusia => Reaksi antibodi =>
terbentuk kompleks antibodi dalam darah => Pengaktifan sistem
komplemen dan dilepaskannya antivilaktosin C3a dan C5a =>
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => masuk ke dalam rongga peritonium => rongga
12
peritoneum sensitiv terhadap darah => otot peritoneum menegang =>
sakit perut (Suhendro dkk. 2014).
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum: Sakit sedang, kesadaran : composmentis, BB : 23 kg, TB :
122cm
Tanda vital : TD 90/60 mmHg, HR 80x/menit, RR 24x/menit, T 39,2oC
Keadaan khusus
Kepala : Conjungtica pucat (-), Sklera Ikretik (-), Regio Nasal :
Epistaksis (-)
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Retraksi tidak ada
13
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak
teraba, bising usus (+) normal
Ektremitas : Akral hangat, CRT <3 detik
Kulit : Petichae (+), hematoma (-), purpura (-)
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada kasus?
Jawab :
1. Keadaan umum : Composmentis ( Normal )
2. Tanda Vital :
a. Tekanan Darah : 90/60 (Normal)
b. Heart Rate : 80x/menit (Normal)
c. RR : 24x/menit (Normal)
d. Temperature : 39,2oC (Febris), Normal : 36,5 -37,5
3. Keadaan khusus
a. Kepala : Normal
b. Leher : Normal
c. Thoraks : Normal
d. Cor : Normal
e. Pulmo : Normal
f. Abdomen : Abnormal
4. Ekstremitas : Normal
5. Kulit : Abnormal
14
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => masuk ke dalam rongga peritonium => rongga
peritoneum sensitiv terhadap darah => otot peritoneum menegang =>
sakit perut (Suhendro dkk. 2014).
Hiperhemoglobinia
16
Penurunan jumlah trombosit disebutkan terjadi karena adanya depresi
sumsum tulang belakang atau ditemukannya kom-pleks imun pada
permukaan trombosit yang mengeluarkan ADP (adenosine diposphat),
diduga sebagai penyebab agregasi trombosit yang kemudian akan
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial khususnya limfa dan hati.
Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor
III yang mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif. (Rena,
dkk.2009).
HT meningkat
Karena saat terjadi kebocoran plasma darah maka akan terjadi
penurunan jumlah cairan intravaskuler dan peningkatan viskositas isi
pembuluh darah hal ini yang menyebabkan peningkatan kadar
hematokrit (Muwarni. 2011).
Trombositopenia
Trombosit merupakan sel darah yang berfungsi dalam hemostasis. Sel
ini tidak memiliki nukleus dan dihasilkan oleh megakariosit dalam
sumsum tulang. trombositopenia akibat munculnya antibodi terhadap
trombosit karena kompleks antigen-antibodi yang terbentuk (Suhendro
dkk. 2009).
Sejak kapan?
mendadak tinggi atau berangsur naik?
hilang timbul atau terus menerus?
Jika demam turun ke suhu awal/ tidak?
Mengigil atau tidak?
17
Menanyakan keluhan tambahan
Apakah disertai sakit kepala?
Nyeri ulu hati?
Nyeri otot dan sendi?
Nyeri ke belakang bola mata?
Pola BAB?
Pola BAK?
Apakah sesak?
Apakah ada batuk?
Apakah ada tanda pendarahan?
Menanyakan riwayat
Menanyakan riwayat penyakit sekarang penyakit dahulu
Faktor memperberat keluhan? Apakah pernah sebelumnya
Faktor memperingankan keluhan? seperti ini?
Upaya pencegahan?
Riwayat keluarga
18
3. Analisis (pemeriksaan) urin rutin, khususnya mikroskopis (WHO
Indonesia. 2008)
Hiperhemoglobinia
19
Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III
yang mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif. (Rena, dkk.2009).
HT meningkat
Karena saat terjadi kebocoran plasma darah maka akan terjadi penurunan
jumlah cairan intravaskuler dan peningkatan viskositas isi pembuluh darah
hal ini yang menyebabkan peningkatan kadar hematokrit (Muwarni. 2011).
Trombositopenia
Trombosit merupakan sel darah yang berfungsi dalam hemostasis. Sel ini
tidak memiliki nukleus dan dihasilkan oleh megakariosit dalam sumsum
tulang. trombositopenia akibat munculnya antibodi terhadap trombosit
karena kompleks antigen-antibodi yang terbentuk (Suhendro dkk. 2009).
20
11. Bagaimana siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti?
Jawab :
Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah
penyakit virus yang berbahaya karena dapat menyebabkan penderita
meninggal dalam waktu yang sangat pendek (beberapa hari). Gejela klinis
DHF berupa demam tinggi yang berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari
dan manifestasi pendarahan yang biasanya didahului dengan terlihatnya tanda
khas berupa bintik-bintik merah (petechie) pada badan penderita. Penderita
dapat mengalami syok dan meninggal. Sampai sekarang penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Vector utama DHF adalah nyamuk
kebun yang disebut Aedes Aegypti, sedangkan vector potensialnya adalah
Aedes Albopictus.
Tempat perindukan utama Aedes Aegypti adalah tempat-tempat berisi air
bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak
melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat perindukan tersebut berupa
tempat perindukan buatan manusia; seperti tempayan/ gentong tempat
penyimpanan air minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, ban
mobil yang terdapat di halaman rumah atau dikebun yang berisi air hujan, juga
berupa tempat perindukan alamiah; seperti kelopak daun tanaman
(keladi,pisang), tempurung kelapa, tonggak bamboo dan lubang pohon yang
berisi air hujan. Ditempat perindukan Aedes Aegypti seringkali ditemukan
larva Ae.albopictus yang hidup bersama-sama.
Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami
fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan
merasakandemam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua
penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan
mengalami turunnyademam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat
melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak
mendapatkan pengobatanyang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi
penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah
(pendarahan). Di fase yang ketigaini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini,
penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase
pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naikkembali normal kembali
(Djakaria dan Sungkar, 2009).
21
12. Bagaiamana tatalaksana pada kasus?
Jawab :
Kuratif : Terapi cairan, Promotif : Fogging
Paracetamol 4 x 1 250mg
Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek antiinflamasinya yang
sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai
antireumatik. Ketidakmampuan parasetamolmemberikan efek antiradang itu
sendiri mungkin berkaitan dengan fakta bahwa parasetamolhanya merupakan
inhibitor siklooksigenase yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi
tinggi yang ditemukan pada lesi radang. Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan
lambung tidak telihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan
keseimbangan asam basa (Mandal,dkk. 2008)
Farmakokinetik
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.5Pengikatan
obat ini pada protein plasma beragam, hanya 20%-50% yang mungkin terikat
pada konsentrasi yang ditemukan selama intoksikasi akut. Setelah dosis
terapeutik, 90%-100% obat ini ditemukan dalam urin selama hari pertama,
terutama setelah konjugasi hepatik dengan asam glukoronat (sekitar 60%),
asam sulfat (sekitar 35%), atau sistein (sekitar 3%), sejumlah kecil metabolit
hasilhidroksilasi dan deaseilasi juga telah terdeteksi. Sebagian kecil
parasetamol mengalami proses N-hidroksilasi yang diperantarai sitokrom
P450 yang membentuk N-asetil-benzokuinoneimin, yang merupakan suatu
senyawa antara yang sangat reaktif.Metabolit ini bereaksi dengan gugus
sulfhidril pada glutation.Namun, setelah ingesti parasetamoldosis besar,
metabolit ini terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk menghilangkan
glutation hepatic (Mandal,dkk. 2008)
22
13. Apa saja komplikasi pada kasus?
Jawab :
1. Sindrom Syok Dengue merupakan komplikasi dari demam berdarah dengue
dengan gejala berupa penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, rasa dingin dan
kulit lembap, denyut nadi cepat tetapi lemah, mulut kering, dan pernapasan tidak
teratur.
2. Ensefalopati Dengue
3. Udema Paru
15. SKDU?
Jawab :
4A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
16. NNI?
Jawab :
"Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah kamu
menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali orang-
orang yang suci." (HR. Baihaqi)
“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Abu
Dawud, At Thabarani dan Al Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al-AlBani
dalam Shahihul Jami’).
23
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan
ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu
kesalahan darinya.” (HR. Muslim no. 2572)
2.7 Kesimpulan
An. Bedu, laki-laki usia 7 tahun mengalami demam tinggi yang mendadak, terus-menerus
sejak 3 hari disertai bintik-bintik merah (petichae) karena menderita penyakit DBD
derajat II.
24
2.8 Kerangka Konsep
Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti
(mengandung virus
dengue)
Viremia
Reaksi inflamasi
di Pembuluh
Darah
Plasma Leakage
Hematokrit Trombosit
(kebocoran
meningkat menurun
plasma)
Nyeri Retro
Petichae Myalgia Cepalgia
Orbital
DBD derajat II
25
DAFTAR PUSTAKA
Djakaria, S. Sungkar, saleha. 2009. Vektor penyakit virus, riketsia, spiroketa dan
bakteri dalam Buku ajar Parasitologi Kedokteran edisi 4. Jakarta : FK UI
Djoko Widodo. 2017. Ilmu penyakit dalam : demam tifoid , jilid I, edisi VI. Jakarta :
Interna Publishing
Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata Laksana
Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics Problem. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Robbinson Basic Patology, Edisi ke-8. Saunders Elsevier.
Mayetti. Hubungan gambaran klinis dan laboratoriun sebagai faktor resiko syok
Demam Berdarah Dengue. Sari Pediatri. 2010;11:12.
Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta
Nelwan, Erni, Julita. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 jilid I. Jakarta :
Internal Publising
Rena NMRA, Utama S, Pratiwi TM. Kelainan Hematologi pada Demam Berdarah
Dengue. J Peny Dalam. 2009;10:218-19.
Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, Pohan. 2017. Ilmu penyakit dalam :
demam berdarah dengue, jilid I, edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.
26
Suhendro N, Chen L, Khie. Demam berdarah dengue. Dalam: Aru S, editor
(penyunting). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke-5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009
Sumber: Suhendro, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 6. Jakarta:
Interna Publishing
WHO Indonesia. 2008. Buku saku pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta : Depkes.
27