Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem Pertahanan Tubuh dan Infeksi merupakan blok ketujuh pada semester
kedua dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah Palembang. Latihan keterampilan klinik merupakan metode berupa
latihan keterampilan melakukan tindakan klinis seperti anamnesis, yang dapat
menjadi dasar kemampuan professional seorang dokter. Salah satu LKK yang sedang
dilaksanakan adalah LKK proses tutorial. Mulai dari mengklasifikasi istilah sampai
pleno besar, mahasiswa di latih dan dibimbing agar menjadi insan- insan yang
berintegritas tinggi. Tutorial merupakan pengimplementasian dari Problem Based
Learning (PBL). Proses tutorial dibagi menjadi 10 kelompok yang berisi 10 orang
yang dibimbing oleh seorang dosen/tutor sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus
yang ada.
Dari program Problem Based Learning (PBL), mahasiswa mampu untuk
belajar aktif dan mandiri, juga merancang proses pembelajaran secara efektif. Proses
tutorial dibagi menjadi 2 sesi dan 1 diskusi pleno tutorial. Pada sesi 1, mahasiswa
diminta untuk mengklasifikasi istilah-istilah, hingga menemukan hipotesis. Lalu, pada
sesi 2, mahasiswa diminta sudah mampu menyampaikan argumen dan membuat
kesimpulan bersama-sama. Pada akhir minggu, akan diadakan pleno tutorial dimana
mahasiswa diberikan kesempatan untuk memukakan pendapatnya didepan para ahli
pada bidangnya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Miranti Dwi Hartanti


Moderator : Dennisa Luthfiyah Fadilah
Sekretaris Meja : Vena Putri Mulya Nuralgisca
Sekretaris Papan : Ratu Balqis Romadhona
Waktu : Senin, 24 Juni 2019
Pukul 13.00 - 14.00 WIB
Rabu, 26 Juni 2019
Pukul 13.00 – 14.30 WIB

Peraturan Tutorial:
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial
2. Dilarang makan dan minum saat berlangsungnya tutorial
3. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat

2.2 Skenario

“Bedu yang Malang”

An. Bedu, laki-laki usia 7 tahun dibawa ibunya ke praktek dokter karena demam tinggi sejak
3 hari. Demam mendadak terus menerus. Keluhan juga disertai bintik merah dikulit. An.
Bedu juga mengeluh sakit perut, sakit kepala, nyeri disekitar bola mata dan nyeri sendi. BAB
hitam tidak ada. BAK normal.

Riwayat persalinan = normal


Riwayat imunisasi = lengkap
Riwayat makan = normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan = normal

2
Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Sakit sedang, kesadaran : composmentis, BB : 23 kg, TB : 122cm


Tanda Vital : TD 90/60 mmHg, HR 80x/menit, RR 24x/menit, T 39,2oC
Keadaan Khusus :
Kepala : Conjungtica pucat (-), sklera ikretik (-), regio nasal : epistaksis (-)
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Retraksi tidak ada
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba, bising usus
(+) normal
Ektremitas : Akral hangat, CRT <3 detik
Kulit : Petichae (+), hematoma (-), purpura (-)

Pemeriksaan laboratorium : Hb 14,6 g/dl, HT : 44 g/dl, leukosit 3500, trombosit 60.000,


eritrosit 4,6x1012, diff count 0/0/45/0/50/5

2.3 Klarifikasi Istilah


1. HT : Persentase volume eritrosil dalam whoole body
2. Hematom : Pengumpulan setempat ektravasi darah, biasanya membeku di
dalam organ ruang atau jaringan
3. Trombosit : Keping darah yang mempunyai bentuk tidak teratur dan tidak
mempunyai inti.
4. Petichae : Sebuah bintik kecil merah keunguan yang bulat tidak menonjol
disebabkan oleh pendarahan didalam kulit atau submukosa.
5. Diff count : Hitung jenis komponen leukosit dalam darah
6. Leukosit : Sel darah putih atau sel tidak berwarna yang mampu bergerak
secara ameboid dengan fungsi untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyebabkan penyakit.

3
7. Epistaksis : Pendarahan dari hidung biasanya akibat dari pecahnya pembuluh
darah kecil yang terletak dibagian anterior nasal cartilaginos.
8. Purpura : Perdarahan kecil didalam kulit, membran mukosa atau permukaan
serosa
9. Retraksi : Tindakan menarik kembali atau keadaan tertarik kembali
10. Eritrosit : Sel darah merah atau korpuskel atau salah satu unsur yang dibentuk
pada darah tepi.
11. Imunisasi : Proses membuat subjek menjadi imun
12. Konjungtiva : Membran halus yang melapisi kelopak mata dan menutupi bola
mata
13. Hb : Susunan pembawa oksigen pada eritrosit
14. Akral : Berkenaan dengan atau mempengaruhi tungkai atau ektremitas bawah.
15. Mur-mur : Bunyi auskultasi terutama bunyi periodik berdurasi singkat dan
berasal dari jantung atau pembuluh darah.
16. Wheezing : Suara bersuit yang dibuat dalam bernafas.
17. Gallop : Kelainan irama jantung
18. Ronki : Bunyi kontinyu seperti mengorok pada tenggorokan.
19. Sklera : Lapisan luar bola mata, liat, berwarna putih yang menutupi kurang
lebih lima-perenam bagian pemukaan belakang bola mata.
20. CRT : Capillary Refill Time adalah waktu yang dibutuhkan pembuluh darah
untuk masuk ke jantung

2.4 Identifikasi Masalah


1. An. Bedu, laki-laki usia 7 tahun dibawa ibunya ke praktek dokter karena
demam tinggi sejak 3 hari. Demam mendadak terus menerus. Keluhan juga
disertai bintik merah dikulit.
2. Keluhan juga disertai bintik merah dikulit. An. Bedu juga mengeluh sakit
perut, sakit kepala, nyeri disekitar bola mata dan nyeri sendi. BAB hitam tidak
ada. BAK normal.
3. Riwayat persalinan = normal
Riwayat imunisasi = lengkap
Riwayat makan = normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan = normal
4. Pemeriksaan fisik

4
Keadaan umum : Sakit sedang, kesadaran : composmentis, BB : 23 kg, TB :
122cm
Tanda vital : TD 90/60 mmHg, HR 80x/menit, RR 24x/menit, T 39,2oC
Keadaan khusus
Kepala : Conjungtica pucat (-), sklera ikretik (-), regio nasal : epistaksis (-)
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Retraksi tidak ada
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak
teraba, bising usus (+) normal
Ektremitas : Akral hangat, CRT <3 detik
Kulit : Petichae (+), hematoma (-), purpura (-)
5. Pemeriksaan laboratorium : Hb 14,6 g/dl, HT : 44 g/dl, leukosit 3500,
trombosit 60.000, eritrosit 4,6x106, diff count 0/0/45/0/50/5

2.5 Prioritas Masalah


Identifikasi masalah No. 1 karena terjadi gangguan pada sistem tubuh An. Bedu
yang dapat berdampak fatal dan menyebabkan kematian.

2.6 Analisis Masalah


1. An. Bedu, laki-laki usia 7 tahun dibawa ibunya ke praktek dokter karena
demam tinggi sejak 3 hari. Demam mendadak terus menerus. Keluhan juga
disertai bintik merah dikulit.
a. Apa makna demam tinggi sejak 3 hari yang lalu dan demam mendadak
terus-menerus?
Jawab : Maknanya An. Bedu mengalami demam yang disebabkan oleh
infeksi virus dan respon inflamasi telah terjadi sejak 3 hari yang lalu
dan bisa menindikasikan masa inkubasi dari suatu penyakit dan juga
menunjukkan bahwa virus sudah masuk ke sistemik (pembuluh darah)
yang disebut dengan viremia.

5
b. Apa saja klasifikasi demam?
Jawab :
1. Demam Septik : demam yang suhunya tidak pernah mencapai
normal, tinggi pada malam hari dan turun ke tingkat diatas normal
pada pagi hari.
Demam Heptik : demam yang suhunya mencapai normal.
2. Demam Remitten : demam yang suhu badan dapat turun setiap hari
tetapi tidak pernah mencapai suhu normal, perbedaan suhu 2
derajat celcius.
3. Demam Intermitten : demam yang suhu badan turun ke tingkat
yang normal selama beberapa jam dalam sehari.
4. Demam Kontinyu : demam yang suhunya bervariasi sepanjang hari
tidak berbeda lebih dari 1 derajat.
5. Demam Siklik : demam yang kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti periode bebas demam untuk beberapa
hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu tubuh seperti
semula. (Nelwan, 2014).

c. Bagaimana mekanisme demam?


Jawab :
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah
putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik
berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih
tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen
endogen (IL-1, IL-6, TNF- α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen
endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk
prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang
terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat
termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini
memicu mekanisme- mekanisme panas antara lain menggigil,
vasokontriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut.

6
Sehingga akan terjadi  peningkatan produksi panas dan penurunan
pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh
naik ke patokan yang baru tersebut (Guyton dan Hall, 2007)

d. Apa saja kemungkinan penyebab demam tinggi?


Jawab :
Ada dua faktor penyebab demam yaitu ada Faktor Infeksi dan faktor
non infeksi. Faktor infeksi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur ataupun parasit. Demam akibat faktor non infeksi dapat
disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu
lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi,keadaan tumbuh gigi,
dll), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus,
vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non- hodgkin,
leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin,
dan antihistamin) (Kaneshiro & Zieve, 2010).
Pada kasus penyebab demam merupakan infeksi virus yang ditandai
dengan demam yang mendadak dan langsung tinggi.

7
e. Apa makna keluhan disertai bintik merah di kulit?
Jawab :
Maknanya An. Bedu telah mengalami gangguan homeostasis
sehingga menimbulkan manifestasi perdarahan seperti bintik merah
di kulit.
Bintik-bintik merah dikulit juga diduga karena adanya petichae.
Petichae merupakan salah satu tanda dan gejala penyakit DBD.
Dapat dikatakan ptekiae apabila ditemukan setelah uji Torniquot /
Rumple Leed tidak kurang dari 10 bintik yang ditemukan pada 3
jari dibawah fossa cubiti pada lingkaran berdiameter 5 cm.

f. Apa saja penyakit yang disertai keluhan bintik merah dikulit?


Jawab :
1. Flu Singapura
Bintik yang muncul pada penderita flu Singapura atau penyakit
kaki, tangan dan mulut (KTM), adalah bintik-bintik merah di
sekitar  atau di mulut, tangan dan kaki. Kemudian bintik-bintik
tersebut akan berisi air. Bintik-bintik ini kadang muncul di
bokong, lutut, lipatan paha atau siku. Bersamaan dengan itu
muncul demam tinggi, sakit tenggorokan, luka seperti melepuh
berwarna merah di lidah, gusi, dan di pipi. Keadaan ini akan
membuat anak kesulitan makan.
2. Campak
Bintinya berupa bercak merah agak keputihan yang menyebar
di seluruh tubuh,  khususnya bagian belakang telinga hingga
perut. Penyakit campak atau yang dikenal dengan penyakit
rubela ini merupakan infeksi virus yang masuk melalui saluran
pernapasan atas. Bintik pada penyakit campak akan muncul
saat demam sedang tinggi. Penyakit ini akan  disertai dengan
gejala  turunnya nafsu makan, demam, batuk, pilek, diare,
peradangan selaput mata dan ruam kulit.
3. Cacar
Bintik-bintik merah yang berubah menjadi tonjolan-tonjolan

8
bening atau bintil yang berisi cairan dan terasa nyeri serta
sangat gatal yang timbul di sekitar dada, perut atau punggung
merupakan ciri penyakit cacar. Jadi, bila bintik merah yang
timbul belum menjadi bintil, maka belum bisa dikatakan anak
menderita cacar. Bintik di tubuh balita Anda akan
bertransformasi menjadi bintil-bintil kecil dalam waktu sekitar
24 jam setelah anak demam.
4. Demam Berdarah
Bercak merah yang timbul sebagai tanda penyakit demam
berdarah ini mirip dengan penyakit campak. Tetapi, saat kulit
diregangkan bintik merah tersebut tidak akan hilang. Walau
bentuknya mirip gigitan serangga, bintik merah ini tidak
menimbulkan rasa gatal karena ia timbul akibat pecahnya
pembuluh darah di dalam tubuh.
5. Roseola Infantum
Bentuk bintik yang menjadi gejala dari penyakit ini berbentuk
seperti bunga mawar. Tanda kemerahan di kulit ini muncul
setelah demam turun. Penyebarannya bisa di seluruh tubuh atau
hanya pada bagian tertentu. Bila bercak tersebut ditekan akan
terlihat bekas lingkaran seperti cincin, ia juga tidak berubah
menjadi nanah atau berisi cairan serta tidak gatal.
6. Alergi
Kebanyakan bintik merah pada kasus alergi awalnya muncul
satu persatu, dan tersebar di bagian tertentu saja seperti perut,
kaki, tangan dan wajah serta menimbulkan rasa yang sangat
gatal. Semakin sering bintik tersebut digaruk maka bentuknya
pun akan semakin lebar seperti pulau dan jika diraba bagian
merah tersebut terasa timbul. Alergi dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor seperti dingin, debu, makanan atau
udara (Hidayat, 2008)

g. Apa penyebab bintik merah dikulit?


Jawab :

9
1. Biang keringat atau miliria adalah Kondisi yang disebabkan
oleh keringat yang terjebak di bawah kulit. Tanda dan
gejalanya beda-beda, mulai dari ruam di lapisan atas kulit,
ruamnya kadang berisi cairan atau menyebabkan lesi.
Gangguan pada kulit ini biasanya akan sembuh dengan
sendirinya, tapi bisa bertambah parah dan menyebar. Ini
tergantung bagaimana Anda merawat kulit yang terkena.
2. Infeksi jamur (candidiasis). Jamur candida merupakan jamur
yang berpotensi menyebabkan jamuran (candidiasis),
menimbulkan bintik merah pada kulit, gatal, dan terasa perih.
3. Scabies (kudis). Kudis disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei
var. hominis yang hidup dan meletakkan telurnya pada kulit.
Gejala yang paling umum biasanya gatal dan bintik berwarna
merah menyerupai jerawat.
4. Sipilis. Sipilis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Treponema pallidum melalui aktivitas seksual, baik itu seks
oral atau anal ataupun cairan tubuh orang terinfeksi mengenai
luka terbuka orang yang sehat. Gejala yang muncul adalah
bintik berwarna merah menjadi luka kecil, tapi tidak terasa
nyeri (Hidayat, 2008).

h. Bagaimana patofisiologi bintik merah dikulit pada kasus?


Jawab :
Virus dengue masuk kealiran darah => Terjadi viremia => Kompleks
antigen dan antibody meningkat => Pembebasan histamin =>
Meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah => Terjadi
kebocoran plasma => Plasma banyak yang menguap dan terjadi
penurunan tekanan darah => Terjadi perdarahan spontan => Bintik-
bintik merah. (Price, 2013)

2. Keluhan juga disertai bintik merah dikulit. An. Bedu juga mengeluh sakit
perut, sakit kepala, nyeri disekitar bola mata dan nyeri sendi. BAB hitam tidak
ada. BAK normal.

10
a. Apa makna An. Bedu mengeluh sakit perut, sakit kepala, nyeri
disekitar bola mata dan nyeri sendi?
Jawab :
Maknanya yaitu virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada
kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali).
(Ngastiyah (2005) Keluhan-keluhan samping tersebut merupakan
gejala yang ditimbulkan pada penderita demam berdarah dengue.
Makna-nya karena gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan
manifestasi perdarahan baik yang timbul secaraspontan maupun
setelah uji torniquet. Demam yang dialami yaitu demam tinggi
mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari dan Perdarahan spontan
berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis,perdarahangusi,
hematemesis, melena. Gejala tidak spesifik yang dialami adalah
anoreksi (gangguan pencernaan, lemah dan lesu, nyerisendi,
nyeridisekitarbelakang bola mata dan sakit kepala. Terdapat gejala
klinis dari DBD yang dialami oleh Bedu. (Ngastiyah, 2005)

b. Apa makna BAB hitam tidak ada?


Jawab :
Tidak terjadi pendarahan pada sistem gastrointestinalnya. Dimana kita
ketahui bahwa apabila terjadi pendarahan maka akan termanifestasi
seperti mimisan, efusi pleura, dan syok.

c. Bagaimana mekanisme sakit perut, sakit kepala, nyeri disekitar bola


mata dan nyeri sendi pada kasus?
Jawab :
Nyeri sendi

11
Virus dengue masuk dalam tubuh manusia => Reaksi antibodi =>
terbentuk kompleks antibodi dalam darah => Pengaktifan sistem
komplemen dan dilepaskannya antivilaktosin C3a dan C5a =>
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => penurunan jumlah cairan intravaskuler =>
peningkatan viskositas isi pembuluh darah => aliran daerah terhambat
=> suplai O2 tidak adekuat => metabolisme anaerob => iritasi terhadap
ujung-ujung saraf => nyeri sendi (Suhendro dkk. 2014).

Nyeri bola mata


Virus dengue masuk dalam tubuh manusia => Reaksi antibodi =>
terbentuk kompleks antibodi dalam darah => Pengaktifan sistem
komplemen dan dilepaskannya antivilaktosin C3a dan C5a =>
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => penurunan jumlah cairan intravaskuler =>
peningkatan viskositas isi pembuluh darah => aliran daerah terhambat
=> suplai O2 tidak adekuat => metabolisme anaerob => iritasi terhadap
ujung-ujung saraf => nyeri bola mata.

Sakit kepala
Virus dengue masuk dalam tubuh manusia => Reaksi antibodi =>
terbentuk kompleks antibodi dalam darah => Pengaktifan sistem
komplemen dan dilepaskannya antivilaktosin C3a dan C5a =>
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => penurunan jumlah cairan intravaskuler =>
peningkatan viskositas isi pembuluh darah => aliran daerah terhambat
=> suplai O2 tidak adekuat => sakit kepala (Suhendro dkk. 2014).

Sakit perut
Virus dengue masuk dalam tubuh manusia => Reaksi antibodi =>
terbentuk kompleks antibodi dalam darah => Pengaktifan sistem
komplemen dan dilepaskannya antivilaktosin C3a dan C5a =>
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => masuk ke dalam rongga peritonium => rongga

12
peritoneum sensitiv terhadap darah => otot peritoneum menegang =>
sakit perut (Suhendro dkk. 2014).

d. Apa makna BAK normal?


Jawab :
Maknanya tidak terjadi gangguan pada ginjal, karena apabila terjadi
syok maka jumlah pengeluaran urin akan berkurang.

3. Riwayat persalinan = Normal


Riwayat imunisasi = Lengkap
Riwayat makan = Normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan = Normal
a. Apa makna riwayat persalinan, imunisasi, makan, pertumbuhan dan
perkembangan normal pada kasus?
Jawab :
Persalinan : Normal = Tidak mengalami BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah)
Imunisasi : Lengkap = Diagnosis banding Measles dapat disangkal
Makan : Normal = Bintik merah pada An. Bedu bukan berasal dari
alergi makanan
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan : Normal = Apabila anak
mengalami perkembangan yang berlebihan (kegemukan) maka anak
tersebut akan mudah mengalami infeksi oleh penyakit dan begitupula
dengan perkembangan yang kurang (kekurusan)

4. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum: Sakit sedang, kesadaran : composmentis, BB : 23 kg, TB :
122cm
Tanda vital : TD 90/60 mmHg, HR 80x/menit, RR 24x/menit, T 39,2oC
Keadaan khusus
Kepala : Conjungtica pucat (-), Sklera Ikretik (-), Regio Nasal :
Epistaksis (-)
Leher : Dalam batas normal
Thoraks : Retraksi tidak ada

13
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak
teraba, bising usus (+) normal
Ektremitas : Akral hangat, CRT <3 detik
Kulit : Petichae (+), hematoma (-), purpura (-)
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada kasus?
Jawab :
1. Keadaan umum : Composmentis ( Normal )
2. Tanda Vital :
a. Tekanan Darah : 90/60 (Normal)
b. Heart Rate : 80x/menit (Normal)
c. RR : 24x/menit (Normal)
d. Temperature : 39,2oC (Febris), Normal : 36,5 -37,5
3. Keadaan khusus
a. Kepala : Normal
b. Leher : Normal
c. Thoraks : Normal
d. Cor : Normal
e. Pulmo : Normal
f. Abdomen : Abnormal
4. Ekstremitas : Normal
5. Kulit : Abnormal

b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan fisik pada kasus?


Jawab :
Kebocoran plasma (plasma leakage) => Volume plasma menurun =>
Leukosit bocor akibat kebocoran plasma => Jumlah leukosit menurun
=> Leukopenia

Mekanisme Nyeri Tekan


Virus dengue masuk dalam tubuh manusia => Reaksi antibodi =>
terbentuk kompleks antibodi dalam darah => Pengaktifan sistem
komplemen dan dilepaskannya antivilaktosin C3a dan C5a =>

14
Pelepasan histamine => permeabilitas dinding pembuluh darah =>
kebocoran plasma => masuk ke dalam rongga peritonium => rongga
peritoneum sensitiv terhadap darah => otot peritoneum menegang =>
sakit perut (Suhendro dkk. 2014).

c. Bagaimana memeriksa adanya petichae?


Jawab :
Dengan menggunakan pemeriksaan Rumple Leed
1. Pasang manset sphymomanometer pada lengan kanan dan ukur
tekanan darah pasien
2. Setelah tekanan darah diketahui, pompa lagi dan pertahankan
posisi air raksa pada angka yang merupakan hasil dari ( tekanan
sistolik + tekanan diastolik ). Angka maksimal 100 mmHg
3. Biarkan posisi selama 15 menit
4. Buat lingkaran dengann dimeter 5 cm pada lengan bawah
pasien kurang lebih 2,4 cm dari 1 lipat siku.
5. Setelah 15 menit buka katup pada balon dan biarkan air turun.
Lalu lepaskan manset
6. Amati ptechiae
7. Lakukakn interprestasi
Negatif = < 20 ptechiae
Positif = > 20 ptechie

5. Pemeriksaan laboratorium : Hb 14,6 g/dl, HT : 44 g/dl, leukosit 3500,


trombosit 60.000, eritrosit 4,6x1012, diff count 0/0/45/0/50/5
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium pada kasus?
Jawab :
a) Hemoglobin : 14,6 gr/dL (Abnormal, terjadi peningkatan)
Kadar Normal Hb pada rentang usia 6 bulan-6 tahun adalah
11gr/dL
b) Hematokrit : 44 g/dL (Tinggi)
c) Leukosit : 3500 (Leukopenia)
Jumlah leukosit normal per mikroliter darah adalah 5000-
9000/mm. Proses fagositosis virus yang diperankan oleh
15
monosit dan makrofag dengan opsonisasi antibody
menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin
oleh makrofag, peningkatan replikasi virus menyebabkan
terjadinya kondisi leukopenia
d) Trombosit : 60.000 (Trombositopenia) Kadar normal
trombosit adalah 150.000-450.000 sel/mm3
e) Eritrosit : 4,6x106
f) Diff count
Basofil : 0-1 (Normal)
Eusinofil : 0-4 (Normal)
Segmen : 50-70 (Rendah)
Batang : 2-5 (Rendah)
Limfosit : 20-40 (Tinggi)
Monosit : 1-6 (Normal)

b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan laboratorium pada


kasus?
Jawab :
Saat terjadinya petechia (bintik merah) berati terjadi kebocoran
plasma, dimana diiringi dengan peningkatan hematokrit.
Saat terjadi kebocoran plasma, maka trombosit berupaya menutupi
kebocoran dinding sel dengan menempel pada dinding sel oleh karena
itu jumlah trombosit menurun
Saat terinfeksi suatu virus, maka tubuh akan mengenali virus tsb
sebagai musuh (antigen). Maka respon tubuh adalah mengeluarkan
antibodi untuk melawan virus tersebut. Dalam hal ini, antibodi
mengeluarkan sel limfosit B dan Limfosit T. Sel limfosit B akan
membawa virus tersebut untuk dipresentasikan sebagai memori agar
jika terinfeksi virus itu maka tubuh telah memiliki antibodi. Sementara
limfosit T akan mengeluarkan sitokin-sitokin yang berfungsi untuk
membunuh virus hal itulah yang menyebabkan jumlah leukosit
menurun dan jumlah limfosit meningkat (Hadinegoro. 2004)

Hiperhemoglobinia

16
Penurunan jumlah trombosit disebutkan terjadi karena adanya depresi
sumsum tulang belakang atau ditemukannya kom-pleks imun pada
permukaan trombosit yang mengeluarkan ADP (adenosine diposphat),
diduga sebagai penyebab agregasi trombosit yang kemudian akan
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial khususnya limfa dan hati.
Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor
III yang mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif. (Rena,
dkk.2009).

HT meningkat
Karena saat terjadi kebocoran plasma darah maka akan terjadi
penurunan jumlah cairan intravaskuler dan peningkatan viskositas isi
pembuluh darah hal ini yang menyebabkan peningkatan kadar
hematokrit (Muwarni. 2011).

Trombositopenia
Trombosit merupakan sel darah yang berfungsi dalam hemostasis. Sel
ini tidak memiliki nukleus dan dihasilkan oleh megakariosit dalam
sumsum tulang. trombositopenia akibat munculnya antibodi terhadap
trombosit karena kompleks antigen-antibodi yang terbentuk (Suhendro
dkk. 2009).

6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus?


Jawab :
Melakukan Allo-anamnesis pada ibu An. Bedu
Menanyakan Keluhan utama yang terjadi pada An. Bedu
Menanyakan onset :

Sejak kapan?
mendadak tinggi atau berangsur naik?
hilang timbul atau terus menerus?
Jika demam turun ke suhu awal/ tidak?
Mengigil atau tidak?

17
Menanyakan keluhan tambahan
Apakah disertai sakit kepala?
Nyeri ulu hati?
Nyeri otot dan sendi?
Nyeri ke belakang bola mata?
Pola BAB?
Pola BAK?
Apakah sesak?
Apakah ada batuk?
Apakah ada tanda pendarahan?

Menanyakan riwayat
Menanyakan riwayat penyakit sekarang penyakit dahulu
Faktor memperberat keluhan? Apakah pernah sebelumnya
Faktor memperingankan keluhan? seperti ini?
Upaya pencegahan?
Riwayat keluarga

Apakah ada keluarga yang


Pemeriksaan Fisik
pernah mengalami hal seperti
Keadaan Umum dan Tanda Vital ini
1. Napas cepat
2. Kuduk kaku
3. Ruam kulit : Makulopapular
4. Manifestasi perdarahan pada kulit : purpura, petekieselulitis atau pustul
kulit cairan keluar dari telinga atau gendang telinga merah pada
pemeriksaan otoskopi
5. Pucat pada telapak tangan, bibir, konjungtiva
6. Nyeri sendi atau anggota gerak
7. Nyeri tekan lokal
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap : Hb, Ht, jumlah dan hitung jenis leukosit,
trombosit
2. Apus darah tepi

18
3. Analisis (pemeriksaan) urin rutin, khususnya mikroskopis (WHO
Indonesia. 2008)

7. Apa saja diagnosis banding pada kasus?


Jawab :
1. DBD (Demam Berdarah Dengue)
2. DSS (Dengue Shock Syndrome)
3. DD (Demam Dengue)
4. Malaria
5. Thyfoid

8. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kasus?


Jawab :
1. Pemeriksaan Hemoglobin, Hematokrit dan trombo serial
Hb : 15,6 g/dl
HT : 47 g/dl
Trombosit : 45.000
Pemeriksaan NS1 (+)
Bagaimana Interpretasi dari hasil pemeriksaan penunjang pada kasus?
a. Hb : Hiperhemoglobinia
b. HT : tinggi
c. Trombosit : trombositopenia
d. NS1 (+) adanya infeksi virus Dengue

Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan penunjang pada


kasus?

Hiperhemoglobinia

Penurunan jumlah trombosit disebutkan terjadi karena adanya depresi


sumsum tulang belakang atau ditemukannya kom-pleks imun pada
permukaan trombosit yang mengeluarkan ADP (adenosine diposphat),
diduga sebagai penyebab agregasi trombosit yang kemudian akan
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial khususnya limfa dan hati.

19
Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III
yang mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif. (Rena, dkk.2009).

HT meningkat
Karena saat terjadi kebocoran plasma darah maka akan terjadi penurunan
jumlah cairan intravaskuler dan peningkatan viskositas isi pembuluh darah
hal ini yang menyebabkan peningkatan kadar hematokrit (Muwarni. 2011).

Trombositopenia
Trombosit merupakan sel darah yang berfungsi dalam hemostasis. Sel ini
tidak memiliki nukleus dan dihasilkan oleh megakariosit dalam sumsum
tulang. trombositopenia akibat munculnya antibodi terhadap trombosit
karena kompleks antigen-antibodi yang terbentuk (Suhendro dkk. 2009).

Gold standar pemeriksaan DBD adalah uji NS1


Mekanisme abnormal
Demam => virus bereplikasi => pemeriksaan lab => hasil (+) => DBD

9. Bagaimana Working Diagnosis pada kasus?


Jawab :
Demam berdarah dengue et causa virus dengue

10. Bagaimana etiologi pada kasus?


Jawab :
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam
genus flavivirus, keluarga flaviviridae.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupan serotipe
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain
seperti yellow fever, Japanese encephalitis dan west nile virus (Nelwan,
2014 ).

20
11. Bagaimana siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti?
Jawab :
Demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah
penyakit virus yang berbahaya karena dapat menyebabkan penderita
meninggal dalam waktu yang sangat pendek (beberapa hari). Gejela klinis
DHF berupa demam tinggi yang berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari
dan manifestasi pendarahan yang biasanya didahului dengan terlihatnya tanda
khas berupa bintik-bintik merah (petechie) pada badan penderita. Penderita
dapat mengalami syok dan meninggal. Sampai sekarang penyakit ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat. Vector utama DHF adalah nyamuk
kebun yang disebut Aedes Aegypti, sedangkan vector potensialnya adalah
Aedes Albopictus.
Tempat perindukan utama Aedes Aegypti adalah tempat-tempat berisi air
bersih yang berdekatan letaknya dengan rumah penduduk, biasanya tidak
melebihi jarak 500 meter dari rumah. Tempat perindukan tersebut berupa
tempat perindukan buatan manusia; seperti tempayan/ gentong tempat
penyimpanan air minum, bak mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, ban
mobil yang terdapat di halaman rumah atau dikebun yang berisi air hujan, juga
berupa tempat perindukan alamiah; seperti kelopak daun tanaman
(keladi,pisang), tempurung kelapa, tonggak bamboo dan lubang pohon yang
berisi air hujan. Ditempat perindukan Aedes Aegypti seringkali ditemukan
larva Ae.albopictus yang hidup bersama-sama.
Pada umumnya penderita DBD (Demam Berdarah Dengue) akan mengalami
fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan
merasakandemam yang cukup tinggi 400C, kemudian pada fase ke-dua
penderita mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan
mengalami turunnyademam hingga 370C dan penderita akan merasa dapat
melakukan aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak
mendapatkan pengobatanyang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi
penurunan trombosit secara drastis akibat pemecahan pembuluh darah
(pendarahan). Di fase yang ketigaini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini,
penderita akan merasakan demam kembali, fase ini dinamakan fase
pemulihan, di fase inilah trombosit akan perlahan naikkembali normal kembali
(Djakaria dan Sungkar, 2009).

21
12. Bagaiamana tatalaksana pada kasus?
Jawab :
Kuratif : Terapi cairan, Promotif : Fogging
Paracetamol 4 x 1 250mg
Farmakodinamik
Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek antiinflamasinya yang
sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai
antireumatik. Ketidakmampuan parasetamolmemberikan efek antiradang itu
sendiri mungkin berkaitan dengan fakta bahwa parasetamolhanya merupakan
inhibitor siklooksigenase yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi
tinggi yang ditemukan pada lesi radang. Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan
lambung tidak telihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan
keseimbangan asam basa (Mandal,dkk. 2008)
Farmakokinetik
Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah jam dan masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.5Pengikatan
obat ini pada protein plasma beragam, hanya 20%-50% yang mungkin terikat
pada konsentrasi yang ditemukan selama intoksikasi akut. Setelah dosis
terapeutik, 90%-100% obat ini ditemukan dalam urin selama hari pertama,
terutama setelah konjugasi hepatik dengan asam glukoronat (sekitar 60%),
asam sulfat (sekitar 35%), atau sistein (sekitar 3%), sejumlah kecil metabolit
hasilhidroksilasi dan deaseilasi juga telah terdeteksi. Sebagian kecil
parasetamol mengalami proses N-hidroksilasi yang diperantarai sitokrom
P450 yang membentuk N-asetil-benzokuinoneimin, yang merupakan suatu
senyawa antara yang sangat reaktif.Metabolit ini bereaksi dengan gugus
sulfhidril pada glutation.Namun, setelah ingesti parasetamoldosis besar,
metabolit ini terbentuk dalam jumlah yang cukup untuk menghilangkan
glutation hepatic (Mandal,dkk. 2008)

22
13. Apa saja komplikasi pada kasus?
Jawab :
1. Sindrom Syok Dengue merupakan komplikasi dari demam berdarah dengue
dengan gejala berupa penurunan tekanan darah secara tiba-tiba, rasa dingin dan
kulit lembap, denyut nadi cepat tetapi lemah, mulut kering, dan pernapasan tidak
teratur.
2. Ensefalopati Dengue
3. Udema Paru

14. Bagaimana prognosis pada kasus?


Jawab :
At Vita (hidup) Bonam
At Functionam (fungsi) Bonam
At sanationam (sembuh) Bonam

15. SKDU?
Jawab :
4A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

16. NNI?
Jawab :

"Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah kamu
menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali orang-
orang yang suci." (HR. Baihaqi)

“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Abu
Dawud, At Thabarani dan Al Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al-AlBani
dalam Shahihul Jami’).

“Apabila Allah menyenangi hamba-Nya, maka dia diuji, agar Allah


mendengar permohonan - nya ( kerendahan dirinya )” ( HR. Al Baihaqi)

“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus,


kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang
menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya.” (HR.
Muslim no. 2573).

23
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan
ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu
kesalahan darinya.” (HR. Muslim no. 2572)

2.7 Kesimpulan
An. Bedu, laki-laki usia 7 tahun mengalami demam tinggi yang mendadak, terus-menerus
sejak 3 hari disertai bintik-bintik merah (petichae) karena menderita penyakit DBD
derajat II.

24
2.8 Kerangka Konsep

Gigitan nyamuk
Aedes Aegypti
(mengandung virus
dengue)

Viremia

Reaksi inflamasi
di Pembuluh
Darah

Plasma Leakage
Hematokrit Trombosit
(kebocoran
meningkat menurun
plasma)

Nyeri Retro
Petichae Myalgia Cepalgia
Orbital

DBD derajat II

25
DAFTAR PUSTAKA

Djakaria, S. Sungkar, saleha. 2009. Vektor penyakit virus, riketsia, spiroketa dan
bakteri dalam Buku ajar Parasitologi Kedokteran edisi 4. Jakarta : FK UI

Djoko Widodo. 2017. Ilmu penyakit dalam : demam tifoid , jilid I, edisi VI. Jakarta :
Interna Publishing

Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls and Pearls.(2004). Diagnosis dan Tata Laksana
Demam Berdarah Dengue, dalam: Current Management of Pediatrics Problem. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72

Kaneshiro, N.K., Zieve, D., 2010, Fever. University of Washington.

Kumar, Vinay, dkk. 2007. Robbinson Basic Patology, Edisi ke-8. Saunders Elsevier.

Mandal, Wilkins, Dumbar M. 2008. PENYAKIT INFEKSI EDISI 6. Jakarta : Erlangga

Mayetti. Hubungan gambaran klinis dan laboratoriun sebagai faktor resiko syok
Demam Berdarah Dengue. Sari Pediatri. 2010;11:12.

Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta

Nelwan, Erni, Julita. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 jilid I. Jakarta :
Internal Publising

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, EGC, Jakarta

Rena NMRA, Utama S, Pratiwi TM. Kelainan Hematologi pada Demam Berdarah
Dengue. J Peny Dalam. 2009;10:218-19.

R.Hoedojo, Saleha sungkar. 2009. Parasitologi kedokteran. Edisi keempat. Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Suhendro, Leonard Nainggolan, Khie Chen, Pohan. 2017. Ilmu penyakit dalam :
demam berdarah dengue, jilid I, edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.

26
Suhendro N, Chen L, Khie. Demam berdarah dengue. Dalam: Aru S, editor
(penyunting). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi ke-5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009

Sumber: Suhendro, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 6. Jakarta:
Interna Publishing

WHO Indonesia. 2008. Buku saku pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta : Depkes.

27

Anda mungkin juga menyukai