Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus

G10P9A0 HAMIL POSTERM BELUM INPARTU KALA I FASE


LATEN JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA

Oleh:
Teddy Desky Ardian, S. Ked 712021021

Pembimbing:
dr. Msy. Yenny Indriani, Sp.OG (K)., MARS.

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus yang berjudul :


G10P9A0 HAMIL POSTERM BELUM INPARTU KALA I FASE LATEN
JANIN TUNGGAL HIDUP PRESENTASI KEPALA

Dipersiapkan dan disusun oleh : Teddy


Desky Ardian , S. Ked 712021021

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang Bari.

Palembang, Juni 2022


Dosen Pembimbing

dr. Msy. Yenny Indriani, Sp.OG (K)., MARS

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya bisa menyelesaikan laporan kasus ini. Penulisan laporan
kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa kepaniteraan klinik sampai pada penyusunan laporan kasus ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada:

1) dr. Msy. Yenny Indriani, Sp.OG (K)., MARS selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan laporan kasus ini;
2) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
3) Rekan sejawat serta semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Juni 2022

Penulis

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
1.3. Manfaat Penulisan ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kehamilan Postterm ................................................................................. 3
2.1.1. Definisi .............................................................................................
3
2.1.2. Epidemiologi ....................................................................................
3
2.1.3. Etiologi .............................................................................................
3
2.1.4. Faktor Risiko ....................................................................................
5
2.1.5. Patofisiologi .....................................................................................
6
2.1.6. Diagnosis..........................................................................................
7
2.1.7 Tatalaksana .....................................................................................
10
2.1.8 Komplikasi ......................................................................................
12
BAB III LAPORAN KASUS ...............................................................................
13
BAB IV PEMBAHASAN .....................................................................................
18
4.1 Apakah Penegakan Diagnosis pada Pasien ini Sudah Benar? .............. 18
4.2 Apakah Penatalaksanaan pada Pasien ini Sudah Adekuat? .................. 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
23

iv
v
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari. Sedangkan
kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu dan ini merupakan
periode terjadinya persalinan normal. Kehamilan postterm adalah kehamilan
yang telah mencapai usia 42 minggu atau lebih dari usia gestasi (294 hari atau
lebih dari 14 hari tanggal taksiran persalinan). Insiden kehamilan postterm
antara 4-19% tergantung pada definisi yang dianut dan kirteria yang digunakan
dalam menentukan usia kehamilan. Kehamilan lewat waktu sering dikaitkan
dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas perinatal dan berdampak
pada perkembangan janin, seperti kematian perinatal yang terkait dengan
aspirasi mekonium dan asfiksia.1
Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian ibu
tertinggi di Asia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO)
memperkirakan, di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu
meninggal saat hamil atau bersalin. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Melengkapi hal tersebut, data laporan
dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa
jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah
sebanyak 5019 orang. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia
berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak. Menurut
Kementerian Kesehatan tahun 2019, penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), infeksi
(207 kasus), gangguan sistem peredaran darah (200 kasus), gangguan
metabolik (157 kasus), lain-lain (1.311 kasus).2.3
Pengelolaan kehamilan post-term sampai saat ini masih menjadi
kontroversi, apakah sebaiknya segera dilakukan induksi setelah ditegakan
diagnosis post-term atau sebaiknya dilakukan pengelolaan secara
ekspektatif atau menunggu sampai persalinan berlangsung sendirinya sambil
terus menerus dilakukan pengawasan terhadap janin. Pada kenyataannya
saat kehamilan mencapai 42 minggu, pada beberapa penderita didapatkan
sekitar 70% serviks belum matang. Hal ini yang menyebabkan induksi

1
persalinan tidak selalu berhasil, sedangkan persalinan yang berlarut-larut
akan sangat merugikan bayi postmatur.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan referat ini adalah :
1. Diharapkan bagi semua dokter muda dapat memahami kasus kehamilan
postterm.
2. Diharapkan muncunya pola berpikir yang kritis bagi semua dokter muda
setelah dilakukannya diskusi dengan dosen pembimbing klinis tentang
kasus kehamilan postterm.

1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah bahan
referensi dan studi kepustakaan dalam bidang ilmu obstetric dan
ginekologi.
b. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan laporan kasus ini dapat
menjadi landasan untuk penulisan laporan kasus selanjutnya.

1.3.2. Manfaat Praktis


Bagi dokter muda, diharapkan laporan kasus ini dapat diaplikasikan
pada kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) dalam penegakkan
diagnosis yang berpedoman pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan Postterm


2.1.1 Definisi
Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan
lewat waktu, prolonged pregnancy, postdate adalah kehamilan yang terjadi
hingga usia gestasi 42 minggu atau lebih dari usia gestasi (294 hari atau lebih
dua minggu dari perkiraan tanggal persalinan) dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut rumus neagele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.1

2
2.1.2 Epidemiologi
Insiden terjadinya kehamilan postterm dari seluruh kehamilan
keseluruhan sebesar 5-10%. Prevalensi kehamilan postterm secara global
berkisar antara 4-19%. Di Amerika Serikat, prevalensi kehamilan postterm
ini sebesar 6% dari sekitar 4 juta kelahiran per tahun. Karakteristik populasi
yang mempengaruhi prevalensi meliputi: persentase primigravida pada
populasi yang diteliti, prevalensi obesitas, kehamilan postterm sebelumnya
serta predisposisi genetik.4
Di Indonesia, informasi mengenai data jumlah kehamilan postterm
masih sedikit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Defrin et al. pada
tahun 2019 menyebutkan bahwa prevalensi kehamilan postterm di Indonesia
adalah sekitar 10%. Persalinan postterm merupakan salah satu faktor
penyebab dari angka kematian bayi di Indonesia pada usia 0-6 tahun sebesar
2,80% (Kemenkes RI, 2013). Angka prevalensi kejadian persalinan postterm
di negara berkembang adalah 0,40-11%.4 Kehamilan postterm lebih sering
terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau pada
grandemultiparitas.

2.1.3 Etiologi

Penyebab kehamilan postterm sampai saat ini belum jelas, beberapa teori
yang diajukan umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm
sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan seperti :
a. Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesterone dalam kehamilan merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan dan persalinan
postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Oksitosin.
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan lewat
bulan memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis
memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan

3
pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamul pada usia kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu factor penyebab kehamilan postterm.
c. Teori Kortisol/ ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba
kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta
sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi
ekstrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi
prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia
adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hiopofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d. Syaraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada
tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi, semua hal tersebut sebagai penyebab
terjadinya kehamilan lewat bulan.
e. Herediter
Beberapa penelitian menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan lewat bulan, mempunyai kecenderungan untuk melahirkan
lewat 20 bulan pada keturunan selanjutnya, karena postterm sering
dijumpai pada keluarga tertentu.
Penyebab paling umum dari kehamilan yang berkepanjangan adalah
penanggalan yang tidak akurat. Kriteria klinis yang biasa digunakan untuk
mengkonfirmasi usia kehamilan meliputi periode menstruasi terakhir
(HPHT), ukuran rahim yang diperkirakan dengan pemeriksaan bimanual pada
trimester pertama, persepsi gerakan janin, auskultasi nada jantung janin, dan
tinggi fundus pada ibu hamil.4.5

2.1.4 Faktor Risiko


Ada beberapa faktor yang bisa menempatkan seorang wanita menjadi
golongan berisiko tinggi seperti primipara, riwayat kehamilan post-term
sebelumnya, dan jenis kelamin bayi laki-laki. Usia kehamilan post-term
terbanyak adalah pada usia kehamilan 42-43 minggu sebanyak (70%) dan
30% yang berlanjut melebihi 43 minggu. Tetapi hal tersering penyebab
4
diagnosis kehamilan postterm adalah kesalahan dalam penanggalan.
Penggunaan perhitungan HPHT sebagai penentu usia kehamilan sering tidak
akurat. Pasien yang lupa tanggal HPHT ditambah lagi dengan variasi fase
luteal dan follicular dari siklus menstruasi berakibat pada kesalahan yang
dapat berupa bertambahnya usia kehamilan.1
Bagi wanita yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut,
USG pada awal kehamilan terutama pada trimester pertama adalah pilihan
terbaik untuk penentuan usia gestasi. Tidak diketahui bagaimana indeks
massa tubuh (BMI) mempengaruhi durasi kehamilan dan waktu persalinan,
tetapi yang menarik, wanita dengan obesitas memiliki insiden kehamilan
postterm yang lebih tinggi. Mungkin di antara semua faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian obesitas kehamilan postterm adalah salah satu faktor
risiko yang dapat dimodifikasi yang secara teoritis dapat diperbaiki dengan
modifikasi perilaku diet dan olahraga sebelum atau selama kehamilan. Faktor
genetik mungkin terlibat dengan kehamilan postterm. Wanita yang
merupakan produk dari kehamilan yang berkepanjangan berada pada risiko
yang lebih tinggi dari kehamilan postterm.1

Jumlah ibu hamil yang terdiagnosa mengalami kejadian kehamilan


postterm dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih besar
dibandingkan dengan usia 20-35 tahun. Hal ini di sebabkan karena pada usia
< 20 tahun fungsi organ reproduksi wanita belum siap sehingga fungsi
hormone tersebut belum seimbang maka mengakibatkan hormone esterogen
tidak mengalami peningkatan maka akan mengambat hormone oksitosin tidak
meningkat sehingga kontraksi tidak berjalan dengan baik, kehamilan pun
menjadi lewat waktu atau mengalami kehamilan seronitus yang dapat
mengakibatkan komplikasi pada janin dan kemungkinan janin dapat
mengalami kematian. Kehamilan juga tidak boleh >35 tahun sebab usia >35
tahun dimana wanita mengalami penurunan fungsi organ reproduksi yang
menyebabkan hormone yang tidak adekuat menghambat terjadinya kontraksi
sehingga mengalami persalinan postterm.

2.1.5 Patofisiologi
Patogenesis kehamilan postterm tidak dipahami dengan jelas. Seperti
yang ditunjukkan di atas beberapa faktor risiko yang terkait dengan
kehamilan postterm diidentifikasi dengan beberapa penjelasan yang mungkin,
namun patogenesis kondisi tersebut belum jelas. Produksi plasenta dari

5
hormon pelepas kortikotropin peptida (CRH) telah dikaitkan dengan lamanya
kehamilan. Sintesis CRH oleh plasenta meningkat secara eksponensial seiring
dengan kemajuan kehamilan dan mencapai puncaknya pada saat persalinan.
Pada wanita yang melahirkan prematur, peningkatan eksponensial lebih cepat
daripada mereka yang melahirkan cukup bulan, sedangkan pada wanita yang
melahirkan postterm, tingkat kenaikannya lebih lambat. CRH dapat langsung
merangsang produksi DHEA adrenal janin, prekursor untuk sintesis estriol
plasenta. Konsentrasi CRH plasma ibu berkorelasi dengan konsentrasi estrio.
Peningkatan estriol yang didorong oleh CRH meningkat pada akhir
kehamilan lebih cepat daripada kadar estradiol yang mengarah ke
peningkatan rasio estradiol terhadap estradiol yang telah didalilkan untuk
menghasilkan lingkungan estrogenik pada minggu-minggu terakhir
kehamilan. Bersamaan dengan itu, peningkatan konsentrasi progesteron
plasma ibu yang terjadi selama kehamilan melambat pada akhir kehamilan
atau bahkan menurun. Ini mungkin karena penghambatan CRH dari sintesis
progesteron plasental. Dengan demikian, efek pro-kehamilan dari
progesteron (meningkatkan relaksasi) menurun seiring dengan meningkatnya
aksi estriol (meningkatkan kontraksi) pro-kehamilan. Perubahan rasio ini
telah diamati pada kelahiran prematur, bayi tunggal yang melahirkan cukup
bulan dan pada kehamilan kembar.1

2.1.6 Diagnosis
Namun, pada siklus menstruasi yang tidak teratur dan juga pada kasus di
mana tanggal haid terakhir tidak diketahui, dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk memastikan diagnosis.4.9 a) Anamnesis
Kasus kehamilan postterm yang tidak bisa ditegakkan secara pasti
diperkirakan sebesar 22 %. Dalam menentukan diagnosis kehamilan
postterm disamping dari riwayat haid, sebaiknya dilihat pula hasil
pemeriksaan antenatal.10 Hal-hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis
adalah sebagai berikut:
1) Riwayat menstruasi: hari pertama haid terakhir, durasi menstruasi, lama
siklus menstruasi, teratur atau tidak. Untuk riwayat haid yang dapat
dipercaya diperlukan beberapa kriteria yaitu :
✓ Penderita harus yakin betul dengan HPHT nya
✓ Siklus 28 hari dan teratur
✓ Tidak minum pil anti hamil setidaknya 3 bulan terakhir
6
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus
Naegele. Berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan
sebagai kehamilan postterm kemungkinan adalah sebagai berikut :

✓ Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau


akibat menstruasi abnormal.

✓ Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan


ovulasi.
✓ Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan
memang berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20 – 30 %
dari seluruh penderita yang diduga kehamilan postterm). 10
2) Riwayat Pemeriksaan Antenatal10
✓ Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan tes
imunologik sudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan
kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.
✓ Gerak Janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya
dirasakan ibu pada umur kehamilan 18 -20 minggu. Pada
primigravida dirasakan sekitar umur kehamilan 18 minggu,
sedangkan pada multigravida pada 16 minggu. Petunjuk umum
untuk menentukan persalinan adalah quickening ditambah 22
minggu pada rimigravida atau ditambah 24 minggu pada
multiparitas.
✓ Denyut Jantung Janin (DJJ). Dengan steteskop Laennec DJJ dapat
didengar mulai umur kehamilan 18-22 minggu, sedangkan
dengan doppler dapat terdengar pada usia kehamilan 10-12
minggu.
Kehamilan dapat dinyatakan sebagai kehamilan possterm bila didapat
3 atau lebih dari 4 kriteria hasil pemeriksaan sebagai berikut :
✓ Telah lewat 36 minggu sejak tes kehamilan positif
✓ Telah lewat 24 minggu sejak dirasakan gerak janin pertama kali
✓ Telah lewat 32 minggu sejak DJJ pertama terdengar dengan
Doppler
✓ Telah lewat 22 minggu sejak terdengarnya DJJ pertama kali
dengan steteskop Laennec.

7
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan uterus untuk melihat
tinggi fundus dan posisi janin, dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam
untuk menilai dilatasi dan panjang serviks. Hasil pemeriksaan dalam ini
bermanfaat untuk membantu menentukan langkah terapi selanjutnya. 5
Dalam trimester pertama pemeriksaan tinggi fundus uteri serial dalam
sentimeter dapat bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan secara berulang
tiap bulan. Lebih dari 20 minggu, tinggi fundus uteri dapat menentukan
umur kehamilan secara kasar. 10
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kehamilan antara lain dengan melakukan
pemeriksaan ultrasonografi dan cardiotocography. Kedua hasil
pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai biophysical profile janin.
• Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan postterm selain bertujuan
untuk mengonfirmasi usia kehamilan, juga bermanfaat untuk
mengevaluasi cairan amnion. Pasien dinilai mengalami
oligohidramnion bila indeks cairan amnion < 5. Jika terdapat.
• Cardiotocography
Cardiotocography berupa non-stress test digunakan untuk pemantauan
kesejahteraan janin dengan frekuensi sebanyak 2 kali seminggu.
Cardiotocography juga digunakan untuk menilai biophysical profile
janin.
• Biophysical Profile
Biophysical profile merupakan pemeriksaan yang bermanfaat untuk
menilai kesejahteraan janin dan memprediksi kejadian asfiksia janin.
Biophysical profile terdiri dari parameter ultrasonografi dan nonstress
test:
• USG: volume cairan amnion, tonus, gerakan fetus, pernapasan fetus
Non-stress test: reaktivitas fetus
Hasil biophysical profile ini dapat digunakan untuk menentukan opsi
terapi antara terapi konservatif, induksi persalinan atau sectio caesarea. 5
d) Pemeriksaan Laboratorium10
• Kadar Lesitin/Spingomielin

8
Bila lisitin/spingomielin dalam cairan amnion kadarnya sama, maka
umur kehamilan sekitar 22-28 minggu, lesitin 1,2 kali kadar
spingomielin : 28-32 minggu, pada kehamilan genap bulan rasio
menjadi 2 : 1. Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai untuk menentukan
kehamilan postterm, tetapi hanya digunakan untuk menentukan apakah
janin cukup umur/matang untuk dilahirkan yang berkaitan dengan
mencegah kesalahan dalam tindakan pengakhiran kehamilan.
• Aktivitas Tromboplastin Cairan Amnion
Pada umur kehamilan 41-42 minggu ATCA berkisar antara 45-46 detik,
pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan ACTA kurang
dari 45 detik. Bila didapat ATCA antara 42-46 detik menunjukkan
bahwa kehamilan berlangsung lewat waktu.
• Sitologi Cairan Amnion
Pengecatan nile blue sulphate dapat melihat sel lemak dalam cairan
amnion. Bila jumlah sel yang mengandung lemak melebihi 10% maka
kehamilan diperkirakan 36 minggu dan apabila 50% atau lebih, maka
umur kehamilan 39 minggu atau lebih.
• Sitologi Vagina
Pemeriksaan sitologi vagina (Indeks kariopiknotik > 20%) mempunyai
sensitivitas 75%.
2.1.7 Tatalaksana
Penatalaksanaan pada kehamilan postterm dimulai dengan antenatal
surveillance untuk menentukan opsi terapi antara terapi konservatif, induksi
persalinan, atau sectio caesarea.10
a) Melakukan Pengawasan Janin sebelum Kelahiran/Antenatal
Surveillance
Wanita dengan usia kehamilan di atas 41 minggu harus melakukan
pengawasan janin sebelum kelahiran. Saat antenatal surveillance,
dilakukan pemeriksaan nonstresstesting menggunakan cardiotocography
dan ultrasonografi untuk menentukan biophysical profile. Biophysical
profile merupakan skor yang ditentukan berdasarkan parameter
ultrasonografi dan cardiotocography. Parameter yang dinilai mencakup
volume cairan amnion, tonus, gerakan fetus, pernapasan fetus, dan
reaktivitas fetus. Pada kehamilan postterm dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan biophysical profile 2 kali dalam seminggu setelah usia
gestasi di atas 41 minggu.11

9
b) Keputusan Terapi
Keputusan terapi pada kehamilan postterm didasarkan pada hasil
biophysical profile. Jika hasil skornya rendah, maka pertimbangkan
untuk melakukan induksi persalinan atau operasi sectio caesarea. Pada
kondisi di mana hasil biophysical profile janin baik, keputusan terapi
selanjutnya perlu juga mempertimbangkan hasil pemeriksaan dalam,
perkiraan berat janin, riwayat kehamilan sebelumnya, dan preferensi
pasien. Dokter juga perlu menjelaskan risiko dari masing-masing pilihan
terapi untuk membantu pasien menentukan preferensi terapinya. 1
c) Terapi Konservatif dan Induksi Persalinan
Terapi konservatif dahulu lebih disarankan karena adanya risiko
peningkatan tingkat sectio caesarea jika induksi persalinan gagal. Walau
demikian, bukti ilmiah yang ada justru menunjukkan bahwa induksi
persalinan tidak meningkatkan risiko persalinan sectio caesarea.
Sebaliknya, justru ketika dilakukan terapi konservatif, risiko sectio
caesarea akan meningkat. Berdasarkan hasil bukti ilmiah ini, The Royal
College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG)/National Institute
for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan induksi
persalinan dilakukan secara rutin pada kehamilan postterm usia gestasi
41+0 hingga 42+0 minggu untuk mencegah risiko terjadinya kehamilan
postterm. Induksi persalinan selambatnya dilakukan pada usia 42 6/7
minggu. Jika induksi persalinan dilakukan, dokter harus melakukan
pemantauan janin intrapartum untuk melihat adanya intoleransi janin
terhadap persalinan. Jika terdapat kecurigaan akan adanya intoleransi ini,
sebaiknya hentikan persalinan dan lakukan sectio caesarea.1
d) Sectio Caesarea
Sectio caesarea segera diindikasikan pada kehamilan postterm dengan
oligohidramnion, gawat janin, atau skor biophysical profile 0. Sectio
caesarea juga diindikasikan jika terjadi kegagalan induksi atau
intoleransi janin terhadap persalinan.9

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi utama kehamilan postterm adalah kematian janin. 12 Beberapa
penelitian menyebutkan, penyebab dasar pada kematian bayi sebagai berikut:
Insufisiensi plasenta

10
• Aspirasi mekonium, ditandai dengan takipneu, sianosis, dan penurunan
fungsi paru-paru
• Infeksi intrauteri, ditandai dengan adanya mekonium pada jalan lahir
• Hipoglikemia, kejang, dan tanda insufisiensi pernapasan pada neonatus
• Asidemia pada neonatus
• Skor Apgar rendah
• Makrosomia
Kehamilan postterm juga berhubungan dengan peningkatan risiko pada ibu
sebagai berikut:
• Distonia saat persalinan
• Laserasi berat perineum (robekan derajat 3 atau 4)
• Endometriosis

BAB III LAPORAN KASUS


3.1 Identifikasi A.
Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 42 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Gang Alda No. 399 RT. 2, RW. 4, 13 Ilir Palembang
MRS : 8 Juni 2022, PONEK
No. RM : 62.33.99

B. Identitas Suami
Nama : Tn. A
Umur : 45 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Agama : Islam
Alamat : Gang Alda No. 399 RT. 2, RW. 4, 13 Ilir Palembang

11
12
3.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 8 Juni 2022 di PONEK RSUD
Palembang Bari
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan mau melahirkan dan mengaku hamil
lebih bulan.
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang ke PONEK RSUD Palembang BARI Pukul 19.00 WIB
dengan keluhan mau melahirkan anak yang ke- 10 dan hamil lebih bulan.
Pasien datang ke Rumah Sakit dianjurkan oleh bidan yang memeriksa
karena hamil lebih bulan. Pasien datang tidak merasakan gejala seperti
tanda-tanda mau melahirkan.
Dua hari SMRS Pasien mengatakan mengalami demam yang tidak
terlalu tinggi. Riwayat keputihan ada. Riwayat perut diurut seminggu SMRS
sebanyak 1 kali. Riwayat berhubungan suami istri pada usia kehamilan 8
bulan. Riwayat ketuban pecah sebelum waktunya pada kehamilan
sebelumnya tidak ada. Os mengaku hamil lebih bulan dan gerakan janin
masih dirasakan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Diabetes Melitus (-), Alergi obat dan makanan (-), Asma (-),
Hipertensi sebelum kehamilan (-), Penyakit Jantung (-), Penyakit Ginjal (-),
Penyakit TBC (-), Penyakit Hepar (-).

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Diabetes Melitus (-), Alergi obat dan makanan (-), Asma (-),
Hipertensi (-), Penyakit Jantung (-), Penyakit Ginjal (-), Penyakit TBC (-),
Penyakit Hepar (-)

E. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 12 Tahun
Siklus haid : 28 Hari, teratur

11
Lama haid : 7 hari dan 5x ganti pembalut/ hari
Keluhan saat haid : Nyeri haid (-)
HPHT : Pasien lupa
TP : 9 – 6 - 2022

F. Riwayat Perkawinan
Menikah : 2 kali
Lama pernikahan : 15 tahun
Usia menikah : 25 tahun

G. Riwayat Kontrasepsi
Disangkal

H. Riwayat ANC
- Bidan 2x selama kehamilan
- Sp.Og 1x

I. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. 1997/Perempuan/2.500gram/Spontan/Aterm/Dukun
2. 1999/Perempuan/3.500gram/Spontan/Aterm/Dukun
3. 2002/Laki-laki/3.500gram/Spontan/Aterm/Dukun
4. 2004/Laki-laki/3.500gram/Spontan/Aterm/Dukun
5. 2006/Laki-laki/3.300gram/Spontan/Aterm/Bidan
6. 2008/Laki-laki/3.000gram/Spontan/Aterm/Bidan
7. 2012/Perempuan/4.000gram/Spontan/Aterm/Bidan
8. 2014/Perempuan/3.800gram/Spontan/Aterm/Bidan
9. 2017/Perempuan/4.000gram/Spontan/Aterm/Bidan
10. Kehamilan Ini

3.3 Pemeriksaan Fisik


A. Status Generalis Keadaan
Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis


Tekanan Darah : 110/70 mmHg
12
Nadi : 82 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 20 x/menit, reguler
Suhu : 36,5 °C

B. Pemeriksaan Spesifik
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-) edema
periorbital (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor, refleks
cahaya (+/+)

Telinga : Nyeri tekan (-/-), Massa (-/-), Serumen (-/-)


Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
Mulut : Bibir pucat (-), lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus (+/+) normal kanan dan kiri
Perkusi : Sonor (+/+) di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular,
HR: 81 x/menit, murmur (-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: Perut membesar karena kehamilan, luka bekas
operasi (-), linea nigra (+), striae gravidarum (+)
Auskultasi: bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : hepar dan lien sulit teraba
Genitalia : Bloody show (-), lesi (-), keputihan berbau(-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)

13
C. Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
- Leopold I : Teraba bagian janin lunak, tidak mudah digerakkan dan
tidak melenting (kesan bokong), TFU 3 jari di bawah processus
xhypoideus, 34 cm dari symphisis pubis.
- Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang dan datar seperti papan
di kanan perut ibu (punggung janin) dan teraba bagian lunak yang kecil-
kecil dibagian kiri (ekstremitas).
- Leopold III : Teraba bagian janin bulat, keras, dan melenting (kesan
kepala).
- Leopold IV : Convergen (Belum masuk PAP)
- TBJ : (TFU-11) x 155 = 3.656 gram
- DJJ : 152 x/menit
- His : Tidak ada kontraksi
Pemeriksaan Dalam :
- Posisi portio : Posterior
- Konsistensi : Lunak
- Pembukaan : 2 cm
- Ketuban : Negatif
- Pendataran : 20 %
- Presentasi : Kepala
- Penunjuk : Belum Dapat Dinilai
- Penurunan : Hodge I
- Molase :0

11
3.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium (8 Juni 2022, pukul 14.25 WIB)
Hematologi Hasil Nilai Normal

Darah Rutin

Hemoglobin 10,4 12-16 g/dl


Eritrosit 3.29 4.0-5.0
Hematokrit 33 37-47%

Trombosit 293 150 – 400 /ul

Leukosit 10,8 5 – 10 /ul

Hitung Jenis
Eosinofil 1 1 – 3%
Basofil 0 0 – 1%

Batang 2 2-6%

Segmen 72 50 - 70%

Limfosit 13 20 – 40%

Monosit 12 2 – 8%

Golongan Darah ABO


Golongan Darah
AB
Rhesus Positif

Masa pembekuan/CT 11 < 15 menit

Masa perdarahan/BT 2 < 6 menit

Kimia Klinik
Glukosa darah sewaktu 80 70-140 mg/dL

Imunologi
HBsAg Negatif Negatif

11
2. Ultrasonografi

3.5 Diagnosis Kerja


G10P9A0 Hamil Post Term Inpartu Kala I Fase Laten Janin Tunggal Hidup
Presentasi Kepala.

3.6 Penatalaksanaan
- Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, DJJ,His.
- Pemeriksaan laboratorium, darah rutin.
- IVFD RL + Oxsytosin gtt 1 amp gtt 20 x/menit
- Injeksi Cefazolin 2 gram/iv (skin test)
- SC Cito tanggal 9 Juni Pukul 09.00

3.7. Laporan Operasi


Pasien dengan posisi terlentang, dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
pada daerah perut dan sekitarnya, lapangan operasi dipersempit dengan duk
steril. Dilakukan insisi Pfannenstiel. Insisi diperdalam secara tajam dan tumpul
sampai menembus peritoneum. Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus
gravidarum. Kemudian dilakukan insisi SBR. Lalu bayi dilahirkan dengan cara
meluksir kepala. Tanggal 9 Juni 2022, Pukul 10.15 WIB, lahir bayi perempuan,
berat badan lahir 3.600 gram, PB 47 cm, APGAR score 8/9, plasenta lengkap.
Kemudian dilakukan penutupan dinding uteri dengan cara melakukan
penjahitan pada kedua sudut luka insisi SBR. Dilakukan jahit lapis per lapis
sesuai lapisan anatomi. Tindakan selesai.

12
3.8 Follow Up
Tanggal Pemeriksaan Terapi (P/)
9/06/2022 S/ Mules mau melahirkan Observasi KU, TVI,
06.00 WIB Perdarahan

O/ KU : Baik IVFD RL gtt 20x/menit


Kesadaran: Compos mentis

TD : 110/80 mmHg Injeksi Cefazolin 2 gr

HR : 86 x/menit Pantau kemajuan persalinan


RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Spo2 : 96%

A/ G10P9A0 Kehamilan postterm


belum inpartu janin tunggal hidup
presentasi kepala
Tanggal Pemeriksaan Terapi (P/)
10/06/2022 S/ Nyeri luka Operasi Observasi KU, TVI,
06.00 WIB Perdarahan

O/ KU : Baik IVFD RL + 2 amp oxcytosin


Kesadaran: Compos mentis gtt 20x/menit
Injeksi Ketorolac 3x1 amp
TD : 110/80 mmHg
Pronalges sup. 4x1
HR : 86 x/menit Etoricoxib 2x120 mg
RR : 20 x/menit DC (+) 6 Jam aff

Suhu : 36,5oC Cek Hb post operasi


TFU: 2 jari di bawah

umbilikus.

Lokia: rubra (+)

A/ P10A0 Post SC atas indikasi


kehamilan postterm

13
BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Apakah Penegakan Diagnosis pada Pasien ini Sudah Benar?

Pasien datang ke PONEK RSUD Palembang BARI Pukul 19.00 WIB


dengan keluhan mau melahirkan anak yang ke- 10 dan hamil lebih bulan.
Pasien datang ke Rumah Sakit dianjurkan oleh bidan yang memeriksa karena
hamil lebih bulan. Pasien datang tidak merasakan gejala seperti tanda-tanda
mau melahirkan.

Dua hari SMRS Pasien mengatakan mengalami demam yang tidak terlalu
tinggi. Riwayat keputihan ada. Riwayat perut diurut seminggu SMRS sebanyak
1 kali. Riwayat berhubungan suami istri pada usia kehamilan 8 bulan. Riwayat
ketuban pecah sebelum waktunya pada kehamilan sebelumnya tidak ada. Os
mengaku hamil lebih bulan dan gerakan janin masih dirasakan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien baik


kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
frekuensi pernapasan 20 x/menit, dan temperature 36,5 ºC. Pada pemeriksaan
obstetrik didapatkan leopold I, TFU 3 jari dibawah Processus Xiphoideus 36
cm dari symphysis pubis, bagian fundus ibu teraba bagian janin lunak tidak
melenting. Pada leopold II, teraba bagian kecil lunak di kiri perut ibu dan
bagian keras memanjang di bagian kanan perut ibu. Pada Leopold III, teraba
bagian bulat keras dan melenting di bagian bawah perut ibu. Pada Leopold IV
convergen. Dengan DJJ 152 x/menit dan taksiran berat janin 3.800 gram.
Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 1 cm, pendataran 20%, presentasi
kepala, selaput ketuban Negatif, dan belum dapat dinilai. Pemeriksaan
Laboratorium Hb 10,4 g/dl, Eritrosit 3.29, Hematokrit 33, Leukosit 10,8
ribu/uL. Diketahui HPHT pasien lupa maka usia kehamilan pasien pada saat
datang ke PONEK RSUD Palembang Bari adalah 42 Minggu (Postterm).

14
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan didapatkan tanda
kehamilan postterm. Kehamilan postterm adalah kehamilan yang terjadi
hingga usia gestasi 42 minggu atau lebih dari usia gestasi (294 hari atau lebih
dua minggu dari perkiraan tanggal persalinan) dihitung dari hari pertama haid
terakhir menurut rumus neagele dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Dari
hasil anamnesis didapatkan umur ibu adalah 42 tahun. Berdasarkan teori
jumlah ibu hamil yang terdiagnosa mengalami kejadian kehamilan postterm
dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih besar sebab
usia >35 tahun dimana wanita mengalami penurunan fungsi organ reproduksi
yang menyebabkan hormone yang tidak adekuat menghambat terjadinya
kontraksi sehingga mengalami persalinan postterm. Didapatkan bahwa pasien
lupa dengan HPHT. Usia kehamilan post-term terbanyak adalah pada usia
kehamilan 42-43 minggu sebanyak (70%) dan 30% yang berlanjut melebihi
43 minggu. Tetapi hal tersering penyebab diagnosis kehamilan postterm
adalah kesalahan dalam penanggalan. Penggunaan perhitungan HPHT
sebagai penentu usia kehamilan sering tidak akurat. Pasien yang lupa tanggal
HPHT ditambah lagi dengan variasi fase luteal dan follicular dari siklus
menstruasi berakibat pada kesalahan yang dapat berupa bertambahnya usia
kehamilan.1 Dari hasil anamnesis juga didapatkan bahwa pasien jarang
melakukan pemeriksaan antenatal dan hanya 2 kali selama kehamilan. Bila
pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik sudah terlambat 2 minggu,
maka dapat diperkirakan kehamilan memang telah berlangsung 6 minggu.
Dan pada pasien memasuki kehamilan yang ke 10. Kehamilan postterm lebih
sering terjadi pada primigravida muda dan primigravida tua atau pada
grandemultiparitas. Dari hasil pemeriksaan juga didapatkan pemeriksaan
ultrasonograpfi. Pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan postterm selain
bertujuan untuk mengonfirmasi usia kehamilan, juga bermanfaat untuk
mengevaluasi cairan amnion. Pasien dinilai mengalami oligohidramnion bila
indeks cairan amnion < 5.
Jika ditinjau dari segi penulisannya diagnosis obstetri pada pasien ini
sudah tepat, dimana diagnosis obstetri diawali dengan diagnosis ibu dan
komplikasi, diagnosis kehamilan, diagnosis persalinan, dan terakhir diikuti
dengan diagnosis janin. Berdasarkan pembahasan diatas, penegakkan
diagnosis pada pasien ini sudah tepat.

15
4.2. Apakah Penatalaksanaan pada Pasien ini Sudah Adekuat?

Pada saat sebelum operasi pasien direncanakan cek laboratorium darah


rutin, dilakukan observasi keadaan umum, tanda vital ibu, DJJ, dan His.
Diberikan IVFD Ringer Lactat + Oxytosini 1 amp gtt 20 x/menit, Ceftriaxone
2x1 gram/iv (skin test), Percobaan partu pervaginam jika tidak ada kemajuan
persalinan rencana Sectio Caesarea cito yang dijadwalkan pada tanggal 9 Juni
2022 pukul 09.00 WIB. Selain itu dipasang kateter urin sebagai persiapan
preoperatif.
Pada kasus ini diberikan antibiotik cefazolin dengan tujuan untuk terapi
infeksi bakteri spektrum luas seperti pada pneumonia atau sebagai profilaksis
infeksi pre- dan pascaoperasi. Cefazolin diberikan secara injeksi dan beredar
dalam darah dengan berikatan dengan protein plasma. Cefazolin merupakan
antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisida melalui penghambatan
sintesis dinding sel bakteri.
Selain itu, direncanakan penatalaksanaan berupa SC. Menurut teori,
adapun langkah yang bisa dipilih untuk penatalaksanaan Kehamilan postterm
adalah penatalaksanaan Konsevatif dan penatalaksanaan aktif. Keputusan
terapi pada kehamilan postterm didasarkan pada hasil biophysical profile. Jika
hasil skornya rendah, maka pertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan atau operasi sectio caesarea. Pada kondisi di mana hasil biophysical
profile janin baik, keputusan terapi selanjutnya perlu juga mempertimbangkan
hasil pemeriksaan dalam, perkiraan berat janin, riwayat kehamilan
sebelumnya, dan preferensi pasien. Berdasarkan hasil bukti ilmiah ini, The
Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG)/National Institute
for Health and Care Excellence (NICE) merekomendasikan induksi persalinan
dilakukan secara rutin pada kehamilan postterm usia gestasi 41+0 hingga 42+0
minggu untuk mencegah risiko terjadinya kehamilan postterm. Induksi
persalinan selambatnya dilakukan pada usia 42 6/7 minggu. Sectio caesarea
segera diindikasikan pada kehamilan postterm dengan oligohidramnion, gawat
janin, atau skor biophysical profile 0. Sectio caesarea juga diindikasikan jika
terjadi kegagalan induksi atau intoleransi janin terhadap persalinan.
Pemberian analgesik pascaoperasi merupakan salah satu tatalaksana pada
pasien dengan post SC. Pada post sectio caesarea, tatalaksana yang diberikan
berupa IVFD Ringer Laktat + 2 amp oxcytosin gtt 20x/menit, Injeksi Ketorolac
3x1 amp, Pronalges sup. 4x1, Etoricoxib 2x120 mg dan kateter menetap selama
24 jam. Ketorolac termasuk dalam golongan obat antiinflamasi non-steroid
16
(OAINS) yang bekerja dengan cara menginhibisi sintesis prostaglandin.
Pemberian ketorolac secara intramuskular, dapat diabsorpsi seluruhnya dengan
cepat. Indikasi penggunaan ketorolac berkaitan dengan efeknya sebagai
antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Ketorolac digunakan untuk mengatasi
nyeri akut, terutama nyeri dengan intensitas sedang–berat dan digunakan dalam
jangka pendek (<5 hari). Selain itu, ketorolac juga dapat diberikan intra/post
operatif. Pronalges sebagai antiinflamasi nonsteroid yang bekerja menghambat
sintesis prostaglandin dan leukotrien. Obat ini memiliki onset kerja 30 menit
dengan durasi 6 jam. Pronalges adalah suatu asam aril alkanoat, derivat asam
karboksilat, obat dari golongan antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Obat ini
digunakan sebagai terapi simtomatik untuk berbagai kondisi, di antaranya
untuk osteoartritis, reumatoid artritis, dismenorea, dan manajemen nyeri akut.
Etoricoxib juga sebagai obat golongan NSAID, obat ini memiliki efek terapi
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik. Secara keseluruhan tatalaksana pada
pasien sudah adekuat.

BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1) Kehamilan postterm adalah kehamilan yang terjadi hingga usia gestasi 42
minggu atau lebih dari usia gestasi (294 hari atau lebih dua minggu dari
perkiraan tanggal persalinan) dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus neagele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.
2) Terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap
timbulnya persalinan seperti pengaruh progesteron, oksitosin, Kortisol/
ACTH janin, syaraf uterus, dan herediter.
3) Diagnosis kehamilan postterm dapat ditegakkan secara sederhana dengan
melihat usia kehamilan di atas 42 minggu dari hari pertama haid terakhir
(HPHT) pasien dan dilakukan pemeriksaan penunjang seperti USG .

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Galal M, Symonds I, Murray H, et al. Postterm pregnancy. Facts Views
Vis Obgyn. 2012;4(3):175–87
2. Rahayu, B. Hubungan Faktor Usia Ibu, Paritas, Umur Kehamilan, dan
Over Distensi dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit
Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan. 7(2) : 137-142. 2018.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2019. Jakarta. 2019.
4. Defrin D, Yerizel E, Suhaimi D, et al. The Reactivity Levels of
Progesterone, Nitric Oxide and Nuclear Factor Kappa-B on the Serum
of Term and Post-Term Pregnancy, Clinical Study in Padang, West
Sumatera, Indonesia. Open Access Macedonian Journal of Medical
Sciences. 2019 May 31;7.
5. Chauhan MB, Malik R. Postterm Pregnancy. In Labour Room
Emergencies 2020 (pp. 173-181). Springer, Singapore.
6. Halloran DR, Cheng YW, Wall TC, et al. Effect of maternal weight on
postterm delivery. J Perinatol. 2012; 32:85–90
7. Chawanpaiboon S, Vogel JP, Moller AB, et al. Global, regional, and
national estimates of levels of preterm birth in 2014: a systematic review
and modelling analysis. The Lancet Global Health. 2019 Jan 1;7(1): e37-
46.
8. Whitworth M, Bricker L, Mullan C. Ultrasound for fetal assessment in
early pregnancy. Cochrane Database Syst Rev. 2015 Jul 147:CD007058.
doi: 10.1002/14651858.CD007058.pub3
9. Medscape. Drugs & Diseases: Pregnancy Diagnosis.. Dapat diakses
melalui [URL]:
https://emedicine.medscape.com/article/262591overview#a1
10. Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Bina ustaka Sarwono
Prawirohardji
11. Mandruzzato G, Alfirevic Z, Chervenak F, et al. Guidelines for the
management of postterm pregnancy. J Perinat Med. 2010;38(2):111–9.

18
12. Caughey AB, Talavera F, Legro RS. Postterm Pregnancy. Clin Obstet
Gynecol. 2016 Apr 25. 261369

19
20

Anda mungkin juga menyukai