Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI


DI RSUP HASAN SADIKIN

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi


Dosen Pembimbing : Ida Widiawati, SST.,M.Kes

Disusun Oleh :
Gebby Febrina
NIM.P17324121514

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN
2022

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
DI RSUP HASAN SADIKIN

Oleh :
Gebby Febrina
NIM. P17324121514

Menyetujui,

Pembimbing Klinik

Ida Widiawati, SST.,M.Kes


(………………………………)
NIP. 197902102002122001

Pembimbing Institusi
Ghea Pramasanti, SST
(………………………………)
NIP.198106192005012004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Bd. Diyan Indrayani, SST., M.Keb.


NIP. 198106092002122001

i
KATA
PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Praktik Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan
Komplikasi Ini. Penulis laporan ini dilakukan dalam memenuhi tugas Praktik
Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi. Laporan
ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Yulinda, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes
Bandung
2. Bd. Diyan Indrayani, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi
Profesi
Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung
3. Bd. Ferina, SST., M.Keb selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah
Praktik
Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi
4. Riana Pascawati, SST., M.Keb selaku Dosen pembimbing instritusi.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan Pendahuluan Praktik Asuhan
Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Bandung, Agustus 2022

Penulis
i
i

DAFTAR
ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................


i KATA PENGANTAR
........................................................................................... ii DAFTAR ISI
......................................................................................................... iii BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Tujuan .......................................................................................................1
1.3 Manfaat .....................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Penyakit Tofoblastik Gestasional.......................................................... 4
2.2 Kewenangan Bidan...............................................................................
.............................................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Kebidan................................................................
.............................................................................................5
BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Data Subjektif.............................................................................................


20
3.2 Data Objektif .............................................................................................
22
3.3 Analisa........................................................................................................
23
3.4 Penalaksaan................................................................................................
32
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan...............................................................................................
32
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan............................................................................................. .
33
5.2 Saran...........................................................................................................
33

DAFTAR PUSTAKA

ii
i

BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang

Choriocarcinoma adalah salah satu tumor ganas dalam jenis penyakit


troblastik gestasional (PTG) yang mengancam jiwa wanita di dunia. Angka
kejadian penyakit tertinggi ditemukan di Asia, afrika dan Amerika Latin
sedangkan angka terendah ditemukan di Amerika Utara, Eropa dan
Australia. Di Amerika angka kejadian Choriocarcinoma ini adalah 1 dari 40
kehamilan mola hidtidosa, 1 dari 5.000 kehamilan ektopik, 1 dari 50.000 kasus
abortus dan 1 dari 150.000 kehamilan normal. Sedangkan untuk di Indonesia
sendiri angka kejadiannya bervariasi mulai dari 1 per 120 sampai 1 per 200
kehamilan. Dan yang terbanyak adalah yang didhului oleh kehamilan
molahidatidosa. Penyakit ini sering dijumpai pada wanita usia 14-49 tahun dan
rata-rata usia 30-32 tahun. PTG sendiri di Indonesia yang non metastase 75%
didahului oleh molahidatidosa dan 25% lainnya didahuui oleh KET, abortus, dan
kehamilan biasa.
Berkaitan dengan cukup tingginya angka kejadian penyakit ini
di Indonesia,termasuk sumatera barat serta begitu fatalnya dampak yang
ditimbulkan pada penderita maka hal inilah yang menjadi latarbelakang bagi
penulis untuk menyusun sebuah makalayang menguraikan materi dan pengkajian
kasus tentang chorocarcinoma ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengelola asuhan kebidanan kolaborasi pada
kasus patologi dan komplikasi secara holistic dengan pendekatan
manajemen kebidanan, menerapkan continuity of care, menjalin kemitraan
serta memberdayakan perempuan dan keluarga, menghargai budaya,
keyakinan dan keunikan individu untuk mewujudkan pengalaman yang
positif sesuai dengan kewenangan yang di dukung kemampuan berpikir
kritis, resionalisasi klinis.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar kolaborasi pada
kasus patologi dan komplikasi
2. Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan konsep dasar
asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi
dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan.
3. Mampu mengelola asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen
kebidanan kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi yang di
dukung kemampuan berpikir kritis dan rasionalisasi klinis dengan
pertimbangan keragaman budaya, keyakinan, sosial ekonomi, keunikan,
serta potensi alamiah individu
4. Mampu melakukan refleksi, advokasi, negosiasi dan kolaborasi
interprofesional dalam pengelolaan kasus kebidanan untuk
peningkatan
kualitas pelayanan dalam rangka mencapai kesehatan dan
kesejahteraan ibu dan anak.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
perkembangan ilmu kebidanan, khususnya terkait asuhan kebidanan
kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi di RSUP Hasan Sadikin dan
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.

1.3.2 Manfaat Praktis


1) Bagi bidan di RSUP Hasan Sadikin
Laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana
perkembangan ilmu, sehingga bidan dapat menerapkan peran dan
fungsinya dalam mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan
perbaikan sumber daya manusia.
2) Bagi Instansi Pendidikan
Laporan ini diharapkan menjadi bahan acuan dan bacaan untuk
meningkatkan pengetahuan, sebagai bahan masukan dan penambahan
sumber-sumber bagi instansi pendidikan mengenai asuhan kebidanan
kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi.

3) Bagi Penulis
Laporan ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam
mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat di bangku perkuliahan,
khususnya tentang asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus patologi
dan komplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Trofoblastik Gestasional (PTG)


2.1.1 Pengertian Penyakit Trofoblastik Gestasional (PTG)
Istilah Choriocarcinoma adalah istilah yang lebih tepat digunakan
untuk kanser jenis ini, “korio” adalah istilah yang diambil dari vili korionik
(“chorionic villi”) iaitu salah satu komponen uri manusia.Istilah karsinoma
pula merujuk kepada kanser yang berasal dari sel-sel
epithelial.Choriocarcinoma adalah tumor ganas (maligna) dari trofoblast dan
biasanya timbul setelah kehamilan mola, kadang-kadang setelah abortus atau
persalinan. Bila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya
koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda misalnya :
1. Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu jarak
waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan.
2. Sering menyerang wanita muda.
3. Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan
pengobatan sitostatika
4. Dapat sembuh tanpa pengobatan melalui proses regresi spontan.

2.1.2 Etiologi
Kanker ini berasal dari salah satu komponen uri atau plasenta maka
salah satu cirri khusus kanker ini adalah ia boleh menghasilkan hormone
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin”) yang sangat tinggi malah lebih
tinggi dari pada wanita-wanita yang hamil.Kejadian dipengaruhi
oleh :Sebagian besar dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
Etiologi terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui.Trofoblas
normal cenderung menjadi invasive dan erosi pembuluh darah berlebih-
lebihan.Metastase sering terjadi lebih dini dan biasanya sering melalui
pembuluh darah jarang melalui getah bening.

Tempat metastase yang paling sering adalah paru- paru ﴾75%﴿ dan
kemudian vagina ﴾50%﴿.Pada beberapa kasus metastase dapat terjadi pada
vulva, ovarium, hepar, ginjal, dan otak ﴾Cunningham, 1990﴿. Wikipedia,
2009 menyebutkan bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului
oleh:
1. Mola hidatidosa ( 50% kasus )
2. Aborsi spontan ( 20% kasus )
3. Kehamilan ektopik ( 2% kasus )
4. Kehamilan normal ( 20-30% kasus )

Faktor-faktor yang menyebabkan antara lain:


1. Faktorovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Immunoselektif dari trofoblastyaitu dengan kematian fetus, pembuluh
darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi
sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel- sel trofoblast
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi
ibu yang pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan ovum
abnormal yang mengarah pada terbentuknya mola hidatidosa.
4. Paritas tinggiIbu dengan paritas tinggi, memiliki kemungkinan
terjadinya abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada
kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa dan
berikutnya menjadi koriokarsinoma.
5. Kekurangan protein
Sesuai dengan fungsi protein untuk pembentukan jaringan atau fetus
sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil menyebabkan
gangguan pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan
jonjot-jonjot korion.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom
Kanker ini berasal dari salah satu komponen plasenta maka salah satu
cirri khusus kanser ini adalah ia bisa menghasilkan hormone HCG
(Human Chorionic Gonadotrophin”) yang sangat tinggi malah lebih
tinggi dari pada wanita-wanita yang hamil.
Sebagian besar dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita yang
kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.

Kejadian dipengaruhi oleh :


1. status sosio ekonomi
2. umur
3. gizi
4. consanguinitas (perkawinan antar keluarga)

2.1.3 Jenis-jenis
Choriocarcinoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam bentuk, yaitu:
1. Choriocarcinoma Villosum
Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih
rendah.Sifatnya seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar. Sel-
sel trofoblas dengan villi korialis akan menyusup ke dalam miometrium
kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding uterus dan
menyebabkan perdarahan intra abdominal. Walaupun secara lokal mempunyai
daya invasi yang berlebihan, tetapi penyakit ini jarang disertai metastasis.
Invasive mola berasal dari mola hidatidosa
2. Choriocarcinoma Non Villosum
Penyakit ini merupakan yang terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian
besar didahului oleh mola hidatidosa (83,3%) tetapi dapat pula didahului abortus
atau persalinan biasa masing-masing 7,6%. Tumbuhnya sangat cepat dan sering
menyebabkan metastasis ke organ-organ lain, seperti paru-paru, vulva, vagina,
hepar dan otak. Apabila tidak diobati biasanya pasienmeninggal dalam 1
tahun.Apabila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya,
koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda, misalnya:
a) Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu
jarak waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan
b) Sering menyerang wanita muda
c) Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan
pengobatan sitostatika.

3.  Choriocarcinoma Klinis
Apabila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar hCG turun
lambat apalagi menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai
penyakit trofoblas ganas. Artinya ada sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh lagi di
uterus atau di tempat lain (metastasis) dan mengahasilkan hCG. Diagnosis
keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh tingginya
kadar HCG dan adanya metastasis.

2.1.4 Faktor Resiko


Choriocarcinoma terjadi setelah kehamilan, biasanya setelah mola
hydatidosa kadang-kadang setelah abortus atau kehamilan aterme maka
merupakan penyakit masa reproduktip ; tetapi adakalanya timbul pada
teratoma.
Bentuk tumor trofoblas yang sangat ganas ini dapat dianggap
sebagai suatu karsinoma dari epitel korion, walaupun perilaku
pertumbuhan dan metastasisnya mirip dengan sarkoma.Faktor-faktor
yang berperan dalam transformasi keganasan korion tidak diketahui.Pada
koriokarsinoma, kecenderungan trofoblas normal untuk tumbuh secara
invasif dan menyebabkan erosi pembuluh darah sangatlah besar. Apabila
mengenai endometrium, akan terjadi perdarahan, kerontokan dan infeksi
permukaan. Masa jaringan yang terbenam di miometrium dapat meluas
keluar , muncul di uterus sebagai nodul-nodul gelap irreguler yang
akhirnya menembus peritoneum.
Gambaran diagnostik yang penting pada Choriocarcinoma,
berbeda dengan mola hidatidosa atau mola invasif adalah tidak adanya
pola vilus.Baik unsur sitotrofoblas maupun sinsitium terlibat, walaupun
salah satunya mungkin predominan. Dijumpai anplasia sel, sering
mencolok, tetapi kurang bermanfaat sebagai kriteria diagnostik pada
keganasan trofoblas dibandingkan dengan pada tumor lain. Pada
pemeriksaan hasil kuretase uterus, kesulitan evaluasi sitologis adalah
salah satu faktor penyebab kesalahan diagnosis koriokarsinoma.Sel-sel
trofoblas normal di tempat plasenta secara salah di diagnosis sebagai
koriokarsinoma.Metastasis sering berlangsung dini dan umumnya
hematogen karena afinitas trofoblas terhadap pembuluh darah.
Choriocarcinoma dapat terjadi setelah mola hidatidosa, abortus,
kehamilan ektopik atau kehamilan normal .tanda tersering, walaupun
tidak selalu ada, adalah perdarahan irreguler setelah masa nifas dini
disertai subinvolusi uterus.Perdarahan dapat kontinyu atau intermitten,
dengan perdarahan mendadak dan kadang-kadang masif.Perforasi uterus
akibat pertumbuhan tumor dapat menyebabkan perdarahan
intraperitonium.Pada banyak kasus, tanda pertama mungkin adalah lesi
metatatik.Mungkin ditemukan tumor vagina atau vulva.Wanita
yangbersangkutan mungkin mengeluh batuk dan sputum berdarah akibat
metastasis di paru.

Pada beberapa kasus, di uterus atau pelvis tidak mungkin


dijumpai koriokarsinoma karena lesi aslinya telah lenyap, dan yang
tersisa hanya metastasis jauh yang tumbuh aktif. Apabila tidak di terapi,
Choriocarcinomaakan berkembang cepat dan pada mayoritas kasus
pasien biasanya akan meninggal dalam beberapa bulan. Kausa kematian
tersering adalah perdarahan di berbagai lokasi.
Pasien di golongkan beresiko tinggi jiika penyakit lebih dari 4
bulan, kadar gonadotropin serum lebih dari 40.000 mIU/ml, metastasis ke
otak atau hati, tumor timbul setelah kehamilan aterm, atau riwayat
kegagalan kemoterapi, namun menghasilkan anagka kesembuhan
tertinggi dengan kemoterapi kombinasi yaitu menggunakan etoposid,
metotreksat, aktinomisin, siklofosfamid, dan vinkristin(Schorage et al,
2000).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Mikroskopis tanda-tanda yang khas untuk choriocarcinoma ialah :
1. Peningkatan jumlah kadar ß-hCG
a) Kadar ß-hCG normal pada tiap umur kehamilan berbeda, dari
5-25 IU/ml.
b) Kadar ß-hCG yang dianggap mola < 100.000 IU/urine 24jam
c) Kadar ß-hCG yang dianggap kanker adalah > 100.000
IU/urine 24jam >40.000 u/ml dalam interval lebih dari 4
bulan.
2. Perdarahan per vaginam
3. Batuk berdarah dan sesak nafas
4. X-ray dada menunjukkan adanya perembesan cairan di ujung kedua
paru- paru
5. Sakit kepala dan hemiplegi
6. Sakit tulang belakang
7. Perut bengkak dan sklera menjadi kuning
8. Hilang selera makan dan berat badan turun
Adapun tanda dan gejala lain :
1. Nekrose
2. Haemorrhagia
3. Infeksi

Berikut adalah diantara gejala-gejala dan tanda-tanda yang mungkin


dialami oleh pesakit Choriocarcinoma :
1. Batuk berdarah dan sesak nafas.
2. Sakit kepala dan lumpuh sebelah badan
3. Sakit tulang belakang
4. Ketumbuhan dan perdarahan di bahagian faraj
5. Bengkak perut dan kuning mata
6. Hilang selera makan dan turun berat badan
Tumor ini warnanya ungu dan sangat rapuh.Pada dinding uterus nampak
sebagai benjolan kacang Bogor.
1. Perdarahan yang tidak berhenti setelah kelahiran mola, bersifat
metrorrhagia
2. Subinvolusi
3. Metastase pada paru-paru, vulva atau vagina.
4. Reaksi biologis yang tetap positip atau yang malakan naik kwantitatip
setelah kelahiran mola.
5. Kadang-kadang terjadi perforasi rahim dengan tanda-tanda
perdarahan intraperitoneal.

Selain dari itu nampak sel-sel trofobkast yang menembus otot-otot dan
pembulu-pembuluh darah.

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dikategorikan berdasarkan seberapa jauh derajat penyakitnya.
Berdasarkan jauhnya penyebaran Choriocarcinoma dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Stadium I yang terbatas pada uterus
2. Stadium II, sudah mengalami metastasis ke parametrium, serviks dan
vagina
3. Satadium III, mengalami metastasis ke paru-paru
4. Stadium IV, metastasis ke oragan lain, seperti usus, hepar atau otak.

2.1.7
Peatalaksanaan
Penanganan pada penderita kista ovarium tergantung seberapa
bahayanya kista tersebut dan bagaimana kondisi pasien. Jika penderita
sudah memasuki pramenoupause, kista yang tumbuh bisa berubahmenjadi
awal keganasan kanker ovarium.
a) Observasi
Terdapat lebih banyak kasus kista ovarium terbentuk normalyang
disebut dengan kista fungsional yang mana pada setiap ovulasitelur
dilepaskan keluar ovarium dan terbentuklah kantung sisa tempat
telur. Kista ini biasanya akan mengkerut sendiri setelah 1-3 bulan.
Oleh karena itu, dokter biasanya akan meminta pasien untukkembali
berkonsultasi setelah
3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya sudah betul-betul
mengalami penyusutan atau tidak.
b) Pemberian hormon
Terapi hormon memiliki tujuan untuk memperlambat pertumbuhan
jaringan kista, dengan cara membatasi atau menghentikan produksi
hormon estrogen. Pengobatan gejala hormone androgen yang
tinggi, dengan pemberian obat pil KB (gabungan esterogen-
progesteron) dapat ditambahkan dalam obat anti androgen progesterone
cyproteronasetat.
c) Terapi bedah atau operasi
Terapi bedah atau operasi perlu mempertimbangkan usia penderita,
gejala yang dialami, serta ukuran besar kista. Jika kista merupakan kista
fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih mengalami
menstruasi, biasanya tidak dilakukan tindakan pengobatan dengan
operasi
dan begitu pula sebaliknya, serta jika perempuan sudah memasuki
menopause biasanya dokter yang bersangkutan mengangkat kista
tersebut dengan tindakanoperasi.
d) Perisapan
Operasi
Jika kista ovarium bersifat neoplastik akan timbul permasalahan tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas. Diagnosa dapat dipastikan
dengan melakukan pemeriksaan cermat dan menganalisa gejala yang
ditemukan untuk membantu menegakkan diagnose. Beberapa jenis
metode yang dapat dilakukan untuk menegakkandiagnosa antara lain:
a.
Laparoskopi
Laparoskopi merupakan sebuah teknik untuk melihat ke dalam perut
tanpa melakukan tindakan pembedahan mayor. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tumorberasal dari ovarium atau
tidak, dan untuk menentukan sifat tumor tersebut.
b.
Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) yaitu suatu alat pemeriksaan yang
menggunakan ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan
transduser. Pemeriksaan ini untuk dapat mengetahui letak dan batas
tumor, sifat tumor, dan cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.
c. Foto
Rontgen
Foto rontgen adalah suatu prosedur pemeriksaan yang menggunakan
radiasi gelombang elektromagnetik untuk menampilkan gambaran
bagian dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat menentukan adanya
hidrotoraks. Pada kista dermoid dapatterlihat adanya gigi dalam
tumor.
d. Pemberian obat-
obatan
Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibuprofen dapat
diberikan kepada pasien duntuk mengurangi rasa nyeri akibat TTG:
1) Antibiotik, kemoterapi dan anti
inflamasi
2) Obat-obatan pencegah perut
kembung

3) Obat-obatan
lainnya

e. Pemasangan infus
Pasien harus puasa pasca operasi hingga 24 jam pertama,
maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan
mengandung 24 elektrolit yang diperlukan tubuh. Cairan yang
digunakan biasanya dekstrose 5-10%, garam fisiologis, dan
ranger laktat (RL) secara bergantian dengan jumlah
tetesanbiasanya kira-kira 20 tetes per menit.
f. Diet
American Society of Anesthesiologists mengatakan bahwa aman
bagi orang sehat dari segala jenjang usia yang menjalani operasi
untuk mengonsumsi: Cairan yang beningtermasuk juga air putih,
teh jernih, kopi, minuman berkarbonasidan jus buah tanpa pulp,
sampai dua jam sebelum dilakukannyaoperasi; Makanan yang
sangat ringan seperti roti bakar dengan teh atau susu sampai enam
jam sebelum operasi dan;
Makanan yang berat, termasuk makanan daging yang digoreng atau
yangberlemak sampai delapan jam sebelum operasi.

g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah berbagai jenis pemeriksaanradiologi,
pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan lainnya seperti
ECG, dan lain-lain. Sebelum dokter memutuskkan untuk melakukan
tindakan operasi dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan
sehingga dokter dapat mendiagnosa penyakit yang diderita pasien.
Setelah itu dokter anestesi akan menentukan apakah kondisi pasien
tersebut layakmenjalani operasi dengan dilakukannya berbagai jenis
pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan
(bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah
pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil
pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

2.1.8 Jenis Operasi


Terdapat dua jenis operasi yang dilakukan pada penderita
penyakit TTG. Jenis operasi ditentukan berdasarkan status keparahan
penderita, yaitu:
a. Laparotomy
Laparotomi merupakan sayatan yang dilakukan pada perut dengan
ukuran yang besar dan lebar. Pembedahan ini dilakukan untuk
mempermudah dokter saat melakukan pengangkatan kista. Biasanya
pembedahan jenis ini dilakuakn pada penderita yang memiliki
kista dengan ukuran yang sangatbesar dan diduga merupakan
terjadinya awal keganasan.
Apabila tumor berukuran agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya
pengangkatan dilakukan dengan teknik laparatomi. Tehnik laparotomi
dilakukan dengan pembiusan total dan dengan teknik ini kista dapat
diperiksa apakah sudah terdapat proses keganasan (kanker) atau tidak.
Bila sudah terdapat proseskeganasan maka operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba, serta jaringan lemak sekitar
serta kelenjar limfe.
Jenis-jenis Teknik dalam Laparotomi :
1) Histerektomi
Histerektomi merupakan pengangkatan uterus, yang biasanya
merupakan suatu tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilakukan
dengan perabdominam ataupun pervaginam.

Tindakan ini jarang dilakukan karena uterus harus berukuran lebih


kecil dari telor angsa dan tidak adanya perlekatan dengan
sekitarnya.
Jika ada prolapsus uteri makaprosedur pembedahan akan menjadi
lebih mudah. Histerektomi total biasanya dilakukan dengan
adanya alasan untuk mencegah timbulnya karsinoma servisis uteri.
Histerektomi supravaginal hanya dilakukan jika terdapat
kesukaran teknis dalam pengangkatan uterus keseluruhan.
2) Salpingektomi
Salpingektomi merupakan suatu cara kontrasepsi wanita yang
jarang

dilakukan karena prosedurnya yang luas,reversibilitas tidak ada dan


morbilitas lebih tinggi (perdarahan).
3)
Kistektomi
Kistektomi atau sayatan yang dibuat pada perut denganukuran
besar dan lebar. Kegiatan pembedahan ini dilakukanuntuk
mempermudah jalannya dokter dalam melakukan tindakan
pengangkatan kista. Biasanya pembedahan jenis ini dilakukan pada
penderita yang masih dalam usia reproduksi karena operasi ini tidak
mengangkat ovarium pada pasien.
b. Laparoscopy
Laparoscopy atau operasi lubang kunci merupakan sayatanberukuran
kecil yang dibuat pada perut untuk memasukan alat seperti selang yang
dilengkapi dengan kamera dan pisau bedah pada bagian ujungnya.
Pembedahan ini dilakukan untuk memotong kista secara keseluruhan
atau sebagian dengan cara dokter mengamati melalui layar monitor.
Setelah menentukan letak kista, dokter akan melakukan pemotongan
sebagian kista untuk diamati lebih lanjut dibawah mikroskop dan agar
dapat menentukan jenis kista serta melakukan penanganan yang tepat.

2.1.9 Jenis Anastesi


a. Anastesi Umum
Anastesi umum adalah pemberian obat yang dapat menimbulkan
anastesi yaitu keadaan depresi umum pada berbagai pusat di sistem
saraf pusat yang memiliki sifat reversible yang mana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan dan lebih mirip dengan keadaan
pingsan. Anastesi ini ditandai dengan hilangnya analgesia dan anemsia,
hilangnya kesadaran, hambatan sensorik, lalu diikuti dengan
hilangnya refleks- refleks dan relaksasi otot rangka.

b. Anastesi Lokal
Anastesi lokal adalah obat yang jika diberikan secara lokal dengan
kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf yang
terkena
obat tersebut. Obat ini dapat menyebabkan hilangnya rasa atau sensasi
nyeri (pada konsentrasi yang tinggi dapat mengurangi aktivitas
motorik) terbatas pada bagian tubuh yang dikenai obat tanpa
menghilangkan kesadaran.

2.1.10 Evaluasi
Pada saat melakukan evaluasi diharapkan akan mendapatkan hasil
mengenai kondisi pasien tersebut, serta tujuan yang ingin dicapai, seperti:
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital normal
b. Nyeri yang dirasakan tubuh pasien sudah menghilang
c. Pasien mengerti tentang proses terjadinya retensi urine
sehinggapasien sudah bisa mandiri dalam mengurangi retensi
urine,sampai akhirnya pola eliminasi urine pada pasien kembali
normal
d. Pasien tidak kekurangan volume cairan tubuh serta tidak
ditemukan tanda-tanda kekurangan cairan
e. Tidak ada tanda-tanda infeksi
f. Kerusakan kulit yang disebabkan tindakan operasi
sudah menunjukan kesembuhan
g. Kulit pasien yang sebelumnya berwarna merah sudah
kembalike warna kulit normal
h. Sudah tidak lagi mengalami gangguan konsep diri
i. Pasien sudah dapat menerima penyakit dan kondisinya
setelah dilakukan penanganan
j. Pasien sudah dapat mengontrol rasa cemasnya sehingga
dapat menjalani kehidupan yang tenang dan senang
k. Pasien sudah dapat menajalani pola hidup sehat

2.2 Kewenangan Bidan


Kewenangan bidan pada kasus TTG lebih pada deteksi tanda
gejala menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang
kebidanandalam Kesehatan Reproduksi. Dalam Paragraf 3 pasal 51 yang
berbunyi. Pada saat menjalankan tugas memberikan pelayanan pada
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
disebut pada Pasal 46 ayat 1 huruf c, Bidan memiliki wewenang dalam
melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan
memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Didalam pasal 52 yang berbunyi ketentuan lebih lanjut mengenai
pelayanan kesehatan pada ibu, pelayanan kesehatan pada anak, dan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 49 sampai Pasal 51 diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 320 Tahun
2020.

2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan


1) Data Subjektif
Data subjektif yang menunjang pada kasus tumor toproblastik gestisional
sebagai berikut:
a. Usia <12 tahun dan >45
tahun b. Riwayat persalinan >4
kali
c. Konsumsi obat infertilitas
d. Riwayat penyakit endometriosis dan infeksi panggul yang
parah e. IMT (dengan kategori obesitas)
f. Riwayat menstruasi
g. Gaya hidup yang tidak sehat seperti:
(1) Mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan kurang serat
(2) Terdapat zat tambahan pada makanan
(3) Kurang berolahraga
(4) Merokok
(5) Mengkonsumsi alkohol
(6) Terpapar polusi, agen infeksius, dan zat polutan
(7) Sering mengalami stress.

2) Data Objektif
Data objektif yang menunjang pada kasus TTG sebagai berikut:
a. Cepat lelah
b. Rasa sakit dan tertekan serta tidak nyaman di area panggul
c. Perdarahan dari vagina di luar siklus menstruasi
d. Perdarahan vagina yang terus menerus dan tidak normal setelah
melahirkan
e. Napas sesak dan berat
f. Pusing

3) Analisis
Setelah didapatkannya data objektif dan data subjektif serta
berdasarkan data penunjang didapatkan hasil bahwa “ Ny ... Usia ...
dengan Tumor Trofoblastik Gestasional “
4) Penatalaksanaan
a. Memberikan penjelasan kepada ibu mengenai keadaan dan
penyakit yang ibu alami saat ini.
b. Melakukan tindakan kolaborasi untuk melakukan
tindakan penatalaksanaan:
FIGO stadium I, II, III dengan skor WHO lebih dari atau sama
dengan 7 atau stadium IV: Terapi primer adalah EMA - CO (Etoposide,
MTX, Actinomysin, Cyclophospamid dan Oncovin).
Jika respon kurang baik atau resisten, alternatif lain adalah:
- EMA - PA (Etoposide, MTX, Actinomysin, Cisplatin dan
Adriamysin)
- EMA - EP (Etoposide, MTX, Actinomysin, Etoposide Platinum)

Jika EMA – EP resisten dapat diberikan alternatif (HOGI, 2009):


- Paklitaxel – Cisplatin
- Paklitaxel – Etoposide
- Paklitaxel – 5 FU
- ICE (Iphospamid, Cisplatin, dan Etoposide)
- BEP regimen

Regimen MEA dari suatu penelitian tanpa siklofosfamid, Vinkristin adalah


kombinasi yang dapat ditolerir dan efektif dalam mengobati wanita dengan PTG risiko
tinggi. Efek samping MEA yang didapatkan adalah mielosupresi, alopesia reversibel
(grade 2-3) dan nausea (grade 2). Leuko dan trombositopenia grade 4 terjadi pada 5,3
dan 6,4% dari 94 siklus.8,9
Pergantian kemoterapi EMA-CO juga dilaporkan efektif dan dapat ditoleransi
untuk pasien PTG risiko tinggi. Laporan terbaru dari RS Charing Cross terhadap
regimen ini menunjukkan 78% remisi komplit, 86% tingkat survival 5 tahun kumulatif
dan toksisitas minimal kecuali untuk keganasan kedua. Uji klinik acak dengan faktor
risiko tinggi yang sama dapat mendefinisikan regimen optimal untuk wanita dengan
PTG risiko tinggi, walaupun agaknya tidak mungkin karena pada penyakit jarang ini ada
tingkat respon yang tinggi terhadap banyak regimen terapi.9
Baru-baru ini keganasan kedua yang terjadi setelah regimen kemoterapi yang
mengandung etoposide telah dilaporkan. Risiko leukemia mieloid, ca kolon dan ca
mammae secara bermakna meningkat. Walaupun mekanisme keganasan kedua setelah
kemoterapi sekuensial/kombinasi dengan etoposide belum diketahui, pasien yang diberi
Etoposide perlu di follow up lebih ketat.
Semua pasien dengan stadium I sampai stadium III harus difollow-up dengan :1
1. Pengukuran hCG tiap minggu sampai kadarnya normal selama 3 minggu
berturut-turut.
2. Pengukuran hCG setiap bulan sampai nilainya normal 12 bulan berturut-turut.
3. Kontrasepsi yang efektif selama interval follow-up hormonal

Pasien-pasien stadium IV mempunyai risiko terbesar untuk tumbuh secara


progresif cepat dan tidak respon terhadap terapi multimodalitas. Semua pasien stadium
IV harus diterapi secara primer dengan kemoterapi intensif dan penggunaan radioterapi
yang selektif dan pembedahan.1,9
Pasien dengan stadium IV harus difollow-up :1,9,10
1. Nilai hCG tiap minggu sampai normal selama 3 minggu berturut-turut.
2. Nilai hCG setiap bulan sampai normal selama 24 bulan berturut
Bagan Penatalaksanaan :
BAB III
TINJAUA
N KASUS

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI


PADA NY.S USIA 23 TAHUN P1A1 DENGAN TUMOR TROFOBLAS
GES
TAS
ION
AL
DI POLI GINEKOLOGI RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG

A. PENGKAJIAN:
Tanggal : Selasa, 19 September 2022
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Onkologi Poli Ginekologi

B. IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status
:
Suami
1. Nama : Ny.S 1. Nama : Tn. H
2. Umur : 23 tahun 2. Umur : 23 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMP 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Sunda 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Kp. Babakan
Alamat : Kp. Babakan Kiara Koneng
Kiara Koneng

C. DATA
SUBYEKTIF
1.
Alasan
Datang :
Ibu ingin memeriksakan kondisi kesehatannya karena beliau ingin menjalani
kemotrapi siklus IV hari pertama.
2.
Keluhan
Utama :
Pasien merasa sudah jauh lebih sehat.
27

Uraian Keluhan Utama:


Ibu mengatakan pada Februari 2022 didiagnosis TTG stadium II B. Kemudian menjalani
kemotrapi sebanyak 4 siklus dengan hasil resisten. Kemudian pasien mengeluh ada perdarahan
dari jalan lahir dan pada juni 2022. Dilakukan kembali kemotrapi sebanyak 4 siklus dengan
hasil partial response. Saat ini pasien merasa jauh lebih sehat dan tidak lagi keluar darah dari
jalan lahir.
3. Riwayat Kesehatan:
a. Penyakit / kondisi yang pernah diderita ibu:
Ibu mengatakan pernah keguguran pada kehamilan pertamanya di bulan maret tahun 2020
kemudian di bulan juni 2020 pasien di diagnosa Mola Hidatidosa dan dilakukan
kuretase pertama dibulan juni 2020, setelah itu ibu merasakan kram perut serta
perdarahan, kemudian dilakukan kuretase ke 2 di bulan desember 2020 atas indikasi
masih ada sisa secret dari kehamilan Mola Hidatiosa sebelumnya, setelah itu ibu hamil
anak kedua dan berhasil melahirkan secara spontan. Setelah itu ibu merasakan kram
lagi pada perutnya dan mengalami perdarahan kembali, lalu dari RSUD Palabuhanratu
ke RSHS untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut tentang penyakit
yang diderita ibu. Ibu tidak menderita penyakit yang mengarah ke penyakit jantung
(jantung berdebar-debar, nafas tersengal-sengal selesai melakukan aktivitas),
hipertensi (pusing yang tidak hilang walau sudah istirahat dan tengkuk terasa pegal)
hepatitis (nyeri ulu hati, kencing pekat seperti teh, dan BAB warna pucat), malaria
(demam tinggi, berkeringat banyak, dan muncul bintik – bintik merah), asma (sesak
napas apabila kerja berat atau kelelahan), DM (apabila terjadi luka, maka lama
sembuhnya, sering lapar dan haus ditengah malam), TBC (batuk lebih dari satu bulan dan
batuk darah), PMS (keputihan yang berbau, gatal, dan terasa panas), HIV/ AIDS (apabila
diare atau sakit lama tidak sembuh sembuh), campak dan lain sebagainya. Keadaan
sekarang: ibu mengalami TTG dan sedang menjalani pengobatan kemotrapi.
b. Keluarga:
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah atau sedang mengalami
gejala penyakit yang disebutkan seperti diatas.

4. Riwayat Haid
28

a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : teratur ±28 hari
c. Warna darah : hari 1-2 merah segar, hari 3-4 merah kecoklatan,
flek flek coklat
d. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari

Lama : 5-7 hari


Nyeri Haid : Ada, hari ke-1 dan 2
Leukhorea : Sering mengalami keputihan yang berbau
Lama : 5-7 hari
Nyeri Haid : Ada, hari ke-1 dan 2
Leukhorea : Sering mengalami keputihan yang berbau
5. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : menikah
b. Jumlah perkawinan :1
c. Umur waktu nikah : 23 tahun
d. Lama nikah : 6 tahun
e. Jumlah anak :1

6. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan KB apapun.

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas


Ko Keadaan Anak
Jenis
Ana UK Penolon m Nifas BBL Hidup Mati
Partus g
k plik Umur JK Umur JK
ke a si
1. Aterm Sponta Dukun - Norma 3100 gr 25 th L - -
n l
29

8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari


a. Pola Nutrisi
Makan 2x sehari, ½ porsi setengah piring sedang. Minum 5-6 gelas air putih dan 1
gelas teh manis/hari.
b. Pola Eliminasi
BAK 5x sehari warna kuning jernih, tidak ada keluhan.
BAB 1x selama 1-2 hari sekali, konsistensi lunak dan warna coklat, terkadang disertai
darah, feses keluar dari jalan lahir.
c. Pola aktivitas
Ibu mengatakan sudah kurang melakukan aktivitas sehari-harinya.
d. Pola istirahat
Tidur siang : 30 menit - 1 jam
Tidur malam : 5-6 jam
e. Pola higiene
Mandi : 2x sehari
Keramas : 2-3x seminggu
f. Psiko, sosial, spiritual, kultural
Ibu mengatakan status perkawinannya dengan suami kedua adalah cerai hidup.
Hubungan ibu dengan keluarga dan masyarakat baik, ibu rajin menjalankan ibadah
sesuai agama yang dianut.
g. Pola kebiasaan hidup sehat
Ibu mengatakan pernah merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol dan
narkoba, pernah rutin mengonsumsi jamu-jamuan.

D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB : 40 kg
d. TB : 150 cm
e. Tanda-tanda vital:
1) Tekanan darah : 124/87 mmHg
30

2) Nadi : 88x/menit
3) Pernapasan : 20x/menit
4) Suhu : 36,3℃

2. Pemeriksaan Fisik
mnj
a. Kepala : Mesocephal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, kulit kepala
bersih, rambut hitam kecoklatan, distribusi tidak merata,
rambut mudah dicabut
b. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera putih, kelopak mata tidak
oedema dan tidak ada sekret
c. Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada polip dan tidak ada pernapasan
cuping hidung
d. Mulut : Bibir sedikit kering, lidah bersih, gigi tidak ada karies, gusi
tidak bengkak dan tidak berdarah
e. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan
vena jugularis

g. Ekstremitas : Pergerakan normal, tidak ada oedema pada tangan dan


kaki, tidak ada varises
h. Punggung : Tidak ada kelaianan tulang belakang i.
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
j. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing dan
ronchi

k. Perut : Tidak ada luka bekas operasi


Abdomen: Datar lembut
Defans muskular (-), nyeri tekan (-)
Pekak samping (-), pekak pindah (-)
Massa (-)
30

l. Genetalia : Vulva sedikit kemerahan, tidak oedema, tidak ada varises


m. Inspekulo : Portio tampak kemerahan, ada pengeluaran darah
n. Pemeriksaan dalam : Vulva tidak terdapat kelainan, vagina tidak terdapat
fistula rectovaginalis, tidak terdapat nyeri goyang
portio
o. Anus : Tidak ada hemorrhoid
31
32
33

3. Data Penunjang
a. Tanggal 03/01/2022
Pasien dilakukan pemeriksaan histopatologi, didapatkan hasil :
Makroskopis :
Beberapa buah jaringan terbesar ukuran 5x2x1,5 cm, terkecil sebesar pecahan beras,
warna putih agak rapuh. Pada lamelasi jaringan yang besar tampak massa padat putih
kecoklatan.
Mikropis :
Diantara beku darah tampak massa tumor terdiri dari sel-sel cytotrophoblast dan
syneytiotrophoblast atipik yang tumbuh hiperplastis memadat memberi gambaran
"biphasic". Inti pleomorfi, sebagian membesar, hiperchromatis, sebagian anak inti
jelas, mitosis ditemukan. Diantaranya tampak pula massa neolorotik dan perdarahan.
Kesimpulan :
Choriocarcinoma

b. Tanggal 22/02/2022
Pasien dilakukan pemeriksaan USG abdomen, didapatkan hasil :
Uterus : tampak massa hiperekoik ukuran 3.94 x 3.89 x 3.62 cm. Color score +3
Adneksa : tampak massa kistik ukuran 4.35 x 2.46 x 2.81 cm. Berasal dari ovarium
kiri.
tampak massa kistik ukuran 8.53 x 5.81 x 5.27 cm. Berasal dari ovarium
kanan.
Pasien dilakukan pemeriksaan USG Transvaginal, didapatkan hasil :
Uterus : tampak massa hiperekoik ukuran 7.59 x 4.93 x 3.87 cm. Color score +3
Adneksa : tampak massa kistik multilokuler ukuran 9.45 x 4.95 x 3.87 cm. Berasal
dari ovarium kanan.
tampak massa kistik 5.27 x 5.44 x 4.56 cm. Berasal dari ovarium kiri.
c. Tanggal 16/09/2022
Pemeriksaan laboratorium:
Hemoglobin: 11.3 g/dL
34

Hematokrit: 38 %
Leukosit: 6.680 /uL
Trombosit: 358.000/uL
GDs 81 mg/dL
SGOT/SGPT: 15/12 U/L
Ur/ Cr: 14.0/0.61 mg/dL

B-hCG kuantitatif:
08-06-2022: 218.2 mIU/mL
21-06-2022: 579 mIU/mL
22-07-2022: 233,6 mIU/mL
19.08.2022: 101.6 mIU/mL
16.09.2022: 103.1 mIU/mL

E. ANALISA
Tumor Trofoblas Gestasional stadium II B post kemotrapi EMCO 7 siklus kemosisten (BIAS,
Juni 2022), Post Kemoterapi TPTE siklus 3 hari ke-14

F. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pendekatan personal secara terapeutik kepada pasien dan keluarga untuk
menjalin hubungan yang baik dan terciptanya rasa saling percaya antara ibu, keluarga dan
tenaga kesehatan.
Hasil: ibu dan keluarga kooperatif saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan umum ibu didapatkan dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tidak ada pengeluaran darah dari portio, dan tidak terdapat
fistula rectovaginalis.
Hasil: ibu mengerti dan tampak senang.
3. Memberikan dukungan kepada ibu dengan cara memberikan semangat kepada ibu dan
menganjurkan ibu untuk berfikir tenang dan yakin atas kesembuhannya serta
menganjurkan ibu untuk berdo’a agar ibu merasa tenang dan cemas ibu berkurang.
Hasil: ibu tersenyum dan yakin akan sembuh.
35

4. Menganjurkan keluarga untuk tetap memberikan dukungan dan do’a agar ibu merasa
tidak sendirian melewati penyakitnya dan ibu merasa kuat menghadapinya.
Hasil: keluarga selalu menyemangati dan menemani ibu selama pengobatan.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi, istirahat, pola gaya hidup,
dan pola kebersihan dirinya agar ibu tetap dalam kondisi stabil.
Hasil : ibu paham dan akan membiasakan hidup sehat dan bersih.

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis onkologi dalam tindakan selanjutnya.


Hasil: advice dokter yaitu untuk melanjutkan kemotrapi TPTE siklus IV hari pertama.
7. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk melakukan kemotrapi TPTE siklus IV hari
pertama.
Hasil: ibu dan keluarga bersedia melakukan kemotrapi TPTE siklus IV hari pertama.
sesuai arahan dokter spesialis onkologi.

Mahasiswa

Gebby Febrina
NIM. P17324121514

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan Praktik


Program Profesi Pendidikan Bidan RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung

Ida Widiawati, SST.,M.Kes Ghea Pramasanti, SST


NIP. 197902102002122001 NIP.198106192005012004

BAB IV
PEMBAHASAN
36

Ny.S dengan tumor trofoblastik gestasional stadium IIB, TD: 124/87 mmHg, Nadi :
88x/menit, Respirasi : 20x/menit, Suhu 36,0 C. ny. Ibu mengatakan pernah keguguran pada
kehamilan pertamanya di bulan maret tahun 2020 kemudian di bulan juni 2020 pasien di
diagnosa Mola Hidatidosa dan dilakukan kuretase pertama dibulan juni 2020, setelah itu
ibu merasakan kram perut serta perdarahan, kemudian dilakukan kuretase ke 2 di bulan
desember 2020 atas indikasi masih ada sisa secret dari kehamilan Mola Hidatiosa
sebelumnya, setelah itu ibu hamil anak kedua dan berhasil melahirkan secara spontan.
Setelah itu ibu merasakan kram lagi pada perutnya dan mengalami perdarahan kembali,
lalu dari RSUD Palabuhanratu ke RSHS untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan
lebih lanjut tentang penyakit yang diderita ibu. Sesuai dengan teori menurut wikipedia
2009 bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului oleh Mola hidatidosa ( 50%
kasus ).

Ny.S sudah melakukan pengobatan berupa kemotrapi EMCO sebanyak 14 siklus dengan
hasil resisten, kemudian dilanjut kemotrapi TP (Paclitaxel dan Ciplatinum) TE (Paclitaxel
dan Etoposite) sejauh ini sudah 3 siklus dengan hasil yang baik. Ini sesuai dengan teori
(HIGO, 2009) FIGO stadium I, II, III dengan skor WHO lebih dari atau sama dengan 7 atau
stadium IV: Terapi primer adalah EMA - CO (Etoposide, MTX, Actinomysin,
Cyclophospamid dan Oncovin).

Jika respon kurang baik atau resisten, alternatif lain adalah:


- EMA - PA (Etoposide, MTX, Actinomysin, Cisplatin dan Adriamysin)
- EMA - EP (Etoposide, MTX, Actinomysin, Etoposide Platinum)

Jika EMA – EP resisten dapat diberikan alternatif (HOGI, 2009):


- Paklitaxel – Cisplatin
- Paklitaxel – Etoposide
- Paklitaxel – 5 FU
- ICE (Iphospamid, Cisplatin, dan Etoposide)
- BEP regimen
37

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penyakit trofablas gestasional adalah penyakit yang berasal dari jaringan
trofoblastik. Secara umum terdapat 2 bentuk TTG yakni molahydatidosa yang
sifatnya jinak dan koriokarsinoma yang sifatnya ganas. Korikosinoma merupakan
kanker pada manuasia yang biasanya diobat dengan kemoterapi dan tidak jarang
dapat disembuhkan sekalipun sudah menyebar secara luas. Peluang terjadi
koriokorsinoma pasca mola sekitar 1000 kali lebih besar dari pada sesudah suatu
kehamilan normal. Tumor trofoblas gestasional (TTG) yang berasal dari kehamilan
non mola adalah koriokasinoma atau yang lebih jarang lagi plasenta site
trophoblastic (PSTT). Terdapat dua bentuk mola hydatidosa yaitu mola komplit
(complete mola) dan mola parsial (partial mola). Mola hydatidosa sering didapatkan
pada wanita usia refroduktif. Wanita pada remaja awal atau usia perimenopausal
amat sangat beresiko.

5.2 Saran
a). Bagi pasien dengan trofablas gestasional diharapkan untuk menjaga pola hidup
sehat, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan menghidari makanan
dengan kandungan pengawet maupun pewarna buatan, menjaga kebersihan tubuh
dan juga area reproduksi sesuai dengan anjuran dari petugas medis dan pelayan
kesehatan.
b). Bagi penulis diharapkan mampu menjadi bahan kajian guna meningkatkan dan
mengembangkan kualitas pendidikan kebidanan terutama dalam bidang kesehatan
reproduksi.
c). Bagi lahan praktik diharapkan mampu menjadi bahan acuan guna melakukan dan
memberikan layanan dan pelayanan terbaik terhadap pasien dengan masalah
kesehatan reproduksi terutama trofablas gestasional.
38

d). Bagi institusi diharapkan mampu menjadi bahan pertimbanngan sebagai reperensi
bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan asuhan kebidanan
berdasarkan kajian langsung di lapangan terhadap client degan masalah kesehatan
reproduksi terutaa trofablas gestional.

DAFTAR PUSTAKA

1. Berkowitz RS, Goldstein DP in: Berek JS. Berek & Novak’s Gynecologic. Lippincott
Williams & Wilkins 14th ed. Baltimore 2007; 1582-602.
2. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Mola hidatidosa. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin
AB, Rachimhadhi T. Ilmu kandungan . Edisi ke 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1997; 262-268
3. Kurman RJ, Mazur MT. Gestational trophoblastic disease. Diagnosis of endometrial
biopsies and curettings. New York: Springer, 1995; 63-88
4. Soekimin. Penyakit trofoblas ganas. Bagian patologi anatomi universitas sumatera utara.
Medan: e-USU Repository, 2005.
5. Berkowitz RS, Goldstein DP in: Holland. Cancer medicine. B.C. Decker 5 th ed. Canada
2000; 1721-5.
6. HOGI. Penyakit trofoblas ganas. Pedoman pelayanan medik kanker ginekologi. 2009; 69-
76.
7. Supriyono. Penggunaan kemoterapi secara rasional. Dalam:Penggunaan kemoterapi pada
kanker ginekologik. Jakarta: Universitas Indonesia, 2001; 1-35
8. Matsui H, Suzuka K, Itsuka Y, Seki K, Sekiya S. Combination chemotherapy with
methotrexate, etoposide, and actinomycin-D for high risk gestational trophoblastic
tumors. Gynecol Oncol 2000, 78; 28-31.
9. Newlands E, presentation and management of persistent gestational trophoblastic disease
and gestational trophoblastic tumors in the UK. In: Hancock BW, Newlands IS,
39

Berkowitz RS. Gestational trophoblastic disease. London: Chapman & Hall Medical,
1997; 143-155.
10. Lurain JR, Treatment of metastatic gestational trophoblastic tumors. In: Hancock BW,
Newlands IS, Berkowitz RS. Gestational trophoblastic disease. London: Chapman & Hall
Medical, 1997; 199-209.

Anda mungkin juga menyukai