Disusun Oleh :
Gebby Febrina
NIM.P17324121514
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
DI RSUP HASAN SADIKIN
Oleh :
Gebby Febrina
NIM. P17324121514
Menyetujui,
Pembimbing Klinik
Pembimbing Institusi
Ghea Pramasanti, SST
(………………………………)
NIP.198106192005012004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
i
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Praktik Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan
Komplikasi Ini. Penulis laporan ini dilakukan dalam memenuhi tugas Praktik
Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi. Laporan
ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Yulinda, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes
Bandung
2. Bd. Diyan Indrayani, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi
Profesi
Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bandung
3. Bd. Ferina, SST., M.Keb selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah
Praktik
Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi
4. Riana Pascawati, SST., M.Keb selaku Dosen pembimbing instritusi.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan Pendahuluan Praktik Asuhan
Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Penulis
i
i
DAFTAR
ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
i
BAB I
PENDAHULUA
N
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengelola asuhan kebidanan kolaborasi pada
kasus patologi dan komplikasi secara holistic dengan pendekatan
manajemen kebidanan, menerapkan continuity of care, menjalin kemitraan
serta memberdayakan perempuan dan keluarga, menghargai budaya,
keyakinan dan keunikan individu untuk mewujudkan pengalaman yang
positif sesuai dengan kewenangan yang di dukung kemampuan berpikir
kritis, resionalisasi klinis.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
perkembangan ilmu kebidanan, khususnya terkait asuhan kebidanan
kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi di RSUP Hasan Sadikin dan
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
3) Bagi Penulis
Laporan ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam
mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat di bangku perkuliahan,
khususnya tentang asuhan kebidanan kolaborasi pada kasus patologi
dan komplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Kanker ini berasal dari salah satu komponen uri atau plasenta maka
salah satu cirri khusus kanker ini adalah ia boleh menghasilkan hormone
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin”) yang sangat tinggi malah lebih
tinggi dari pada wanita-wanita yang hamil.Kejadian dipengaruhi
oleh :Sebagian besar dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok wanita yang kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
Etiologi terjadinya koriokarsinoma belum jelas diketahui.Trofoblas
normal cenderung menjadi invasive dan erosi pembuluh darah berlebih-
lebihan.Metastase sering terjadi lebih dini dan biasanya sering melalui
pembuluh darah jarang melalui getah bening.
Tempat metastase yang paling sering adalah paru- paru ﴾75%﴿ dan
kemudian vagina ﴾50%﴿.Pada beberapa kasus metastase dapat terjadi pada
vulva, ovarium, hepar, ginjal, dan otak ﴾Cunningham, 1990﴿. Wikipedia,
2009 menyebutkan bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului
oleh:
1. Mola hidatidosa ( 50% kasus )
2. Aborsi spontan ( 20% kasus )
3. Kehamilan ektopik ( 2% kasus )
4. Kehamilan normal ( 20-30% kasus )
2.1.3 Jenis-jenis
Choriocarcinoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam bentuk, yaitu:
1. Choriocarcinoma Villosum
Penyakit ini termasuk ganas tetapi derajat keganasannya lebih
rendah.Sifatnya seperti mola, tetapi dengan daya penetrasi yang lebih besar. Sel-
sel trofoblas dengan villi korialis akan menyusup ke dalam miometrium
kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding uterus dan
menyebabkan perdarahan intra abdominal. Walaupun secara lokal mempunyai
daya invasi yang berlebihan, tetapi penyakit ini jarang disertai metastasis.
Invasive mola berasal dari mola hidatidosa
2. Choriocarcinoma Non Villosum
Penyakit ini merupakan yang terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian
besar didahului oleh mola hidatidosa (83,3%) tetapi dapat pula didahului abortus
atau persalinan biasa masing-masing 7,6%. Tumbuhnya sangat cepat dan sering
menyebabkan metastasis ke organ-organ lain, seperti paru-paru, vulva, vagina,
hepar dan otak. Apabila tidak diobati biasanya pasienmeninggal dalam 1
tahun.Apabila dibandingkan dengan jenis kanker ginekologik lainnya,
koriokarsinoma mempunyai sifat yang berbeda, misalnya:
a) Koriokarsinoma mempunyai periode laten yang dapat diukur, yaitu
jarak waktu antara akhir kehamilan dan terjadinya keganasan
b) Sering menyerang wanita muda
c) Dapat sembuh secara tuntas tanpa kehilangan fungsi reproduksi, dengan
pengobatan sitostatika.
3. Choriocarcinoma Klinis
Apabila setelah pengeluaran jaringan mola hidatidosa kadar hCG turun
lambat apalagi menetap atau meningkat, maka kasus ini dianggap sebagai
penyakit trofoblas ganas. Artinya ada sel-sel trofoblas yang aktif tumbuh lagi di
uterus atau di tempat lain (metastasis) dan mengahasilkan hCG. Diagnosis
keganasan tidak ditentukan oleh pemeriksaan histopatologik tetapi oleh tingginya
kadar HCG dan adanya metastasis.
Selain dari itu nampak sel-sel trofobkast yang menembus otot-otot dan
pembulu-pembuluh darah.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dikategorikan berdasarkan seberapa jauh derajat penyakitnya.
Berdasarkan jauhnya penyebaran Choriocarcinoma dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Stadium I yang terbatas pada uterus
2. Stadium II, sudah mengalami metastasis ke parametrium, serviks dan
vagina
3. Satadium III, mengalami metastasis ke paru-paru
4. Stadium IV, metastasis ke oragan lain, seperti usus, hepar atau otak.
2.1.7
Peatalaksanaan
Penanganan pada penderita kista ovarium tergantung seberapa
bahayanya kista tersebut dan bagaimana kondisi pasien. Jika penderita
sudah memasuki pramenoupause, kista yang tumbuh bisa berubahmenjadi
awal keganasan kanker ovarium.
a) Observasi
Terdapat lebih banyak kasus kista ovarium terbentuk normalyang
disebut dengan kista fungsional yang mana pada setiap ovulasitelur
dilepaskan keluar ovarium dan terbentuklah kantung sisa tempat
telur. Kista ini biasanya akan mengkerut sendiri setelah 1-3 bulan.
Oleh karena itu, dokter biasanya akan meminta pasien untukkembali
berkonsultasi setelah
3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya sudah betul-betul
mengalami penyusutan atau tidak.
b) Pemberian hormon
Terapi hormon memiliki tujuan untuk memperlambat pertumbuhan
jaringan kista, dengan cara membatasi atau menghentikan produksi
hormon estrogen. Pengobatan gejala hormone androgen yang
tinggi, dengan pemberian obat pil KB (gabungan esterogen-
progesteron) dapat ditambahkan dalam obat anti androgen progesterone
cyproteronasetat.
c) Terapi bedah atau operasi
Terapi bedah atau operasi perlu mempertimbangkan usia penderita,
gejala yang dialami, serta ukuran besar kista. Jika kista merupakan kista
fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih mengalami
menstruasi, biasanya tidak dilakukan tindakan pengobatan dengan
operasi
dan begitu pula sebaliknya, serta jika perempuan sudah memasuki
menopause biasanya dokter yang bersangkutan mengangkat kista
tersebut dengan tindakanoperasi.
d) Perisapan
Operasi
Jika kista ovarium bersifat neoplastik akan timbul permasalahan tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas. Diagnosa dapat dipastikan
dengan melakukan pemeriksaan cermat dan menganalisa gejala yang
ditemukan untuk membantu menegakkan diagnose. Beberapa jenis
metode yang dapat dilakukan untuk menegakkandiagnosa antara lain:
a.
Laparoskopi
Laparoskopi merupakan sebuah teknik untuk melihat ke dalam perut
tanpa melakukan tindakan pembedahan mayor. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui apakah tumorberasal dari ovarium atau
tidak, dan untuk menentukan sifat tumor tersebut.
b.
Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) yaitu suatu alat pemeriksaan yang
menggunakan ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan
transduser. Pemeriksaan ini untuk dapat mengetahui letak dan batas
tumor, sifat tumor, dan cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.
c. Foto
Rontgen
Foto rontgen adalah suatu prosedur pemeriksaan yang menggunakan
radiasi gelombang elektromagnetik untuk menampilkan gambaran
bagian dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat menentukan adanya
hidrotoraks. Pada kista dermoid dapatterlihat adanya gigi dalam
tumor.
d. Pemberian obat-
obatan
Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibuprofen dapat
diberikan kepada pasien duntuk mengurangi rasa nyeri akibat TTG:
1) Antibiotik, kemoterapi dan anti
inflamasi
2) Obat-obatan pencegah perut
kembung
3) Obat-obatan
lainnya
e. Pemasangan infus
Pasien harus puasa pasca operasi hingga 24 jam pertama,
maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan
mengandung 24 elektrolit yang diperlukan tubuh. Cairan yang
digunakan biasanya dekstrose 5-10%, garam fisiologis, dan
ranger laktat (RL) secara bergantian dengan jumlah
tetesanbiasanya kira-kira 20 tetes per menit.
f. Diet
American Society of Anesthesiologists mengatakan bahwa aman
bagi orang sehat dari segala jenjang usia yang menjalani operasi
untuk mengonsumsi: Cairan yang beningtermasuk juga air putih,
teh jernih, kopi, minuman berkarbonasidan jus buah tanpa pulp,
sampai dua jam sebelum dilakukannyaoperasi; Makanan yang
sangat ringan seperti roti bakar dengan teh atau susu sampai enam
jam sebelum operasi dan;
Makanan yang berat, termasuk makanan daging yang digoreng atau
yangberlemak sampai delapan jam sebelum operasi.
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah berbagai jenis pemeriksaanradiologi,
pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan lainnya seperti
ECG, dan lain-lain. Sebelum dokter memutuskkan untuk melakukan
tindakan operasi dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan
sehingga dokter dapat mendiagnosa penyakit yang diderita pasien.
Setelah itu dokter anestesi akan menentukan apakah kondisi pasien
tersebut layakmenjalani operasi dengan dilakukannya berbagai jenis
pemeriksaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan
(bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah
pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil
pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
b. Anastesi Lokal
Anastesi lokal adalah obat yang jika diberikan secara lokal dengan
kadar yang cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf yang
terkena
obat tersebut. Obat ini dapat menyebabkan hilangnya rasa atau sensasi
nyeri (pada konsentrasi yang tinggi dapat mengurangi aktivitas
motorik) terbatas pada bagian tubuh yang dikenai obat tanpa
menghilangkan kesadaran.
2.1.10 Evaluasi
Pada saat melakukan evaluasi diharapkan akan mendapatkan hasil
mengenai kondisi pasien tersebut, serta tujuan yang ingin dicapai, seperti:
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital normal
b. Nyeri yang dirasakan tubuh pasien sudah menghilang
c. Pasien mengerti tentang proses terjadinya retensi urine
sehinggapasien sudah bisa mandiri dalam mengurangi retensi
urine,sampai akhirnya pola eliminasi urine pada pasien kembali
normal
d. Pasien tidak kekurangan volume cairan tubuh serta tidak
ditemukan tanda-tanda kekurangan cairan
e. Tidak ada tanda-tanda infeksi
f. Kerusakan kulit yang disebabkan tindakan operasi
sudah menunjukan kesembuhan
g. Kulit pasien yang sebelumnya berwarna merah sudah
kembalike warna kulit normal
h. Sudah tidak lagi mengalami gangguan konsep diri
i. Pasien sudah dapat menerima penyakit dan kondisinya
setelah dilakukan penanganan
j. Pasien sudah dapat mengontrol rasa cemasnya sehingga
dapat menjalani kehidupan yang tenang dan senang
k. Pasien sudah dapat menajalani pola hidup sehat
2) Data Objektif
Data objektif yang menunjang pada kasus TTG sebagai berikut:
a. Cepat lelah
b. Rasa sakit dan tertekan serta tidak nyaman di area panggul
c. Perdarahan dari vagina di luar siklus menstruasi
d. Perdarahan vagina yang terus menerus dan tidak normal setelah
melahirkan
e. Napas sesak dan berat
f. Pusing
3) Analisis
Setelah didapatkannya data objektif dan data subjektif serta
berdasarkan data penunjang didapatkan hasil bahwa “ Ny ... Usia ...
dengan Tumor Trofoblastik Gestasional “
4) Penatalaksanaan
a. Memberikan penjelasan kepada ibu mengenai keadaan dan
penyakit yang ibu alami saat ini.
b. Melakukan tindakan kolaborasi untuk melakukan
tindakan penatalaksanaan:
FIGO stadium I, II, III dengan skor WHO lebih dari atau sama
dengan 7 atau stadium IV: Terapi primer adalah EMA - CO (Etoposide,
MTX, Actinomysin, Cyclophospamid dan Oncovin).
Jika respon kurang baik atau resisten, alternatif lain adalah:
- EMA - PA (Etoposide, MTX, Actinomysin, Cisplatin dan
Adriamysin)
- EMA - EP (Etoposide, MTX, Actinomysin, Etoposide Platinum)
A. PENGKAJIAN:
Tanggal : Selasa, 19 September 2022
Jam : 10.00 WIB
Tempat : Ruang Onkologi Poli Ginekologi
B. IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status
:
Suami
1. Nama : Ny.S 1. Nama : Tn. H
2. Umur : 23 tahun 2. Umur : 23 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMP 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Sunda 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Kp. Babakan
Alamat : Kp. Babakan Kiara Koneng
Kiara Koneng
C. DATA
SUBYEKTIF
1.
Alasan
Datang :
Ibu ingin memeriksakan kondisi kesehatannya karena beliau ingin menjalani
kemotrapi siklus IV hari pertama.
2.
Keluhan
Utama :
Pasien merasa sudah jauh lebih sehat.
27
4. Riwayat Haid
28
a. Menarche : 12 tahun
b. Siklus : teratur ±28 hari
c. Warna darah : hari 1-2 merah segar, hari 3-4 merah kecoklatan,
flek flek coklat
d. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut/hari
6. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan KB apapun.
D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. BB : 40 kg
d. TB : 150 cm
e. Tanda-tanda vital:
1) Tekanan darah : 124/87 mmHg
30
2) Nadi : 88x/menit
3) Pernapasan : 20x/menit
4) Suhu : 36,3℃
2. Pemeriksaan Fisik
mnj
a. Kepala : Mesocephal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, kulit kepala
bersih, rambut hitam kecoklatan, distribusi tidak merata,
rambut mudah dicabut
b. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera putih, kelopak mata tidak
oedema dan tidak ada sekret
c. Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada polip dan tidak ada pernapasan
cuping hidung
d. Mulut : Bibir sedikit kering, lidah bersih, gigi tidak ada karies, gusi
tidak bengkak dan tidak berdarah
e. Telinga : Simetris, tidak ada serumen
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limfe, dan
vena jugularis
3. Data Penunjang
a. Tanggal 03/01/2022
Pasien dilakukan pemeriksaan histopatologi, didapatkan hasil :
Makroskopis :
Beberapa buah jaringan terbesar ukuran 5x2x1,5 cm, terkecil sebesar pecahan beras,
warna putih agak rapuh. Pada lamelasi jaringan yang besar tampak massa padat putih
kecoklatan.
Mikropis :
Diantara beku darah tampak massa tumor terdiri dari sel-sel cytotrophoblast dan
syneytiotrophoblast atipik yang tumbuh hiperplastis memadat memberi gambaran
"biphasic". Inti pleomorfi, sebagian membesar, hiperchromatis, sebagian anak inti
jelas, mitosis ditemukan. Diantaranya tampak pula massa neolorotik dan perdarahan.
Kesimpulan :
Choriocarcinoma
b. Tanggal 22/02/2022
Pasien dilakukan pemeriksaan USG abdomen, didapatkan hasil :
Uterus : tampak massa hiperekoik ukuran 3.94 x 3.89 x 3.62 cm. Color score +3
Adneksa : tampak massa kistik ukuran 4.35 x 2.46 x 2.81 cm. Berasal dari ovarium
kiri.
tampak massa kistik ukuran 8.53 x 5.81 x 5.27 cm. Berasal dari ovarium
kanan.
Pasien dilakukan pemeriksaan USG Transvaginal, didapatkan hasil :
Uterus : tampak massa hiperekoik ukuran 7.59 x 4.93 x 3.87 cm. Color score +3
Adneksa : tampak massa kistik multilokuler ukuran 9.45 x 4.95 x 3.87 cm. Berasal
dari ovarium kanan.
tampak massa kistik 5.27 x 5.44 x 4.56 cm. Berasal dari ovarium kiri.
c. Tanggal 16/09/2022
Pemeriksaan laboratorium:
Hemoglobin: 11.3 g/dL
34
Hematokrit: 38 %
Leukosit: 6.680 /uL
Trombosit: 358.000/uL
GDs 81 mg/dL
SGOT/SGPT: 15/12 U/L
Ur/ Cr: 14.0/0.61 mg/dL
B-hCG kuantitatif:
08-06-2022: 218.2 mIU/mL
21-06-2022: 579 mIU/mL
22-07-2022: 233,6 mIU/mL
19.08.2022: 101.6 mIU/mL
16.09.2022: 103.1 mIU/mL
E. ANALISA
Tumor Trofoblas Gestasional stadium II B post kemotrapi EMCO 7 siklus kemosisten (BIAS,
Juni 2022), Post Kemoterapi TPTE siklus 3 hari ke-14
F. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan pendekatan personal secara terapeutik kepada pasien dan keluarga untuk
menjalin hubungan yang baik dan terciptanya rasa saling percaya antara ibu, keluarga dan
tenaga kesehatan.
Hasil: ibu dan keluarga kooperatif saat dilakukan pengkajian dan pemeriksaan.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan umum ibu didapatkan dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tidak ada pengeluaran darah dari portio, dan tidak terdapat
fistula rectovaginalis.
Hasil: ibu mengerti dan tampak senang.
3. Memberikan dukungan kepada ibu dengan cara memberikan semangat kepada ibu dan
menganjurkan ibu untuk berfikir tenang dan yakin atas kesembuhannya serta
menganjurkan ibu untuk berdo’a agar ibu merasa tenang dan cemas ibu berkurang.
Hasil: ibu tersenyum dan yakin akan sembuh.
35
4. Menganjurkan keluarga untuk tetap memberikan dukungan dan do’a agar ibu merasa
tidak sendirian melewati penyakitnya dan ibu merasa kuat menghadapinya.
Hasil: keluarga selalu menyemangati dan menemani ibu selama pengobatan.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi, istirahat, pola gaya hidup,
dan pola kebersihan dirinya agar ibu tetap dalam kondisi stabil.
Hasil : ibu paham dan akan membiasakan hidup sehat dan bersih.
Mahasiswa
Gebby Febrina
NIM. P17324121514
Mengetahui,
BAB IV
PEMBAHASAN
36
Ny.S dengan tumor trofoblastik gestasional stadium IIB, TD: 124/87 mmHg, Nadi :
88x/menit, Respirasi : 20x/menit, Suhu 36,0 C. ny. Ibu mengatakan pernah keguguran pada
kehamilan pertamanya di bulan maret tahun 2020 kemudian di bulan juni 2020 pasien di
diagnosa Mola Hidatidosa dan dilakukan kuretase pertama dibulan juni 2020, setelah itu
ibu merasakan kram perut serta perdarahan, kemudian dilakukan kuretase ke 2 di bulan
desember 2020 atas indikasi masih ada sisa secret dari kehamilan Mola Hidatiosa
sebelumnya, setelah itu ibu hamil anak kedua dan berhasil melahirkan secara spontan.
Setelah itu ibu merasakan kram lagi pada perutnya dan mengalami perdarahan kembali,
lalu dari RSUD Palabuhanratu ke RSHS untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan
lebih lanjut tentang penyakit yang diderita ibu. Sesuai dengan teori menurut wikipedia
2009 bahwa koriokarsinoma selama kehamilan bisa didahului oleh Mola hidatidosa ( 50%
kasus ).
Ny.S sudah melakukan pengobatan berupa kemotrapi EMCO sebanyak 14 siklus dengan
hasil resisten, kemudian dilanjut kemotrapi TP (Paclitaxel dan Ciplatinum) TE (Paclitaxel
dan Etoposite) sejauh ini sudah 3 siklus dengan hasil yang baik. Ini sesuai dengan teori
(HIGO, 2009) FIGO stadium I, II, III dengan skor WHO lebih dari atau sama dengan 7 atau
stadium IV: Terapi primer adalah EMA - CO (Etoposide, MTX, Actinomysin,
Cyclophospamid dan Oncovin).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit trofablas gestasional adalah penyakit yang berasal dari jaringan
trofoblastik. Secara umum terdapat 2 bentuk TTG yakni molahydatidosa yang
sifatnya jinak dan koriokarsinoma yang sifatnya ganas. Korikosinoma merupakan
kanker pada manuasia yang biasanya diobat dengan kemoterapi dan tidak jarang
dapat disembuhkan sekalipun sudah menyebar secara luas. Peluang terjadi
koriokorsinoma pasca mola sekitar 1000 kali lebih besar dari pada sesudah suatu
kehamilan normal. Tumor trofoblas gestasional (TTG) yang berasal dari kehamilan
non mola adalah koriokasinoma atau yang lebih jarang lagi plasenta site
trophoblastic (PSTT). Terdapat dua bentuk mola hydatidosa yaitu mola komplit
(complete mola) dan mola parsial (partial mola). Mola hydatidosa sering didapatkan
pada wanita usia refroduktif. Wanita pada remaja awal atau usia perimenopausal
amat sangat beresiko.
5.2 Saran
a). Bagi pasien dengan trofablas gestasional diharapkan untuk menjaga pola hidup
sehat, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan menghidari makanan
dengan kandungan pengawet maupun pewarna buatan, menjaga kebersihan tubuh
dan juga area reproduksi sesuai dengan anjuran dari petugas medis dan pelayan
kesehatan.
b). Bagi penulis diharapkan mampu menjadi bahan kajian guna meningkatkan dan
mengembangkan kualitas pendidikan kebidanan terutama dalam bidang kesehatan
reproduksi.
c). Bagi lahan praktik diharapkan mampu menjadi bahan acuan guna melakukan dan
memberikan layanan dan pelayanan terbaik terhadap pasien dengan masalah
kesehatan reproduksi terutama trofablas gestasional.
38
d). Bagi institusi diharapkan mampu menjadi bahan pertimbanngan sebagai reperensi
bagi mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan asuhan kebidanan
berdasarkan kajian langsung di lapangan terhadap client degan masalah kesehatan
reproduksi terutaa trofablas gestional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Berkowitz RS, Goldstein DP in: Berek JS. Berek & Novak’s Gynecologic. Lippincott
Williams & Wilkins 14th ed. Baltimore 2007; 1582-602.
2. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Mola hidatidosa. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin
AB, Rachimhadhi T. Ilmu kandungan . Edisi ke 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1997; 262-268
3. Kurman RJ, Mazur MT. Gestational trophoblastic disease. Diagnosis of endometrial
biopsies and curettings. New York: Springer, 1995; 63-88
4. Soekimin. Penyakit trofoblas ganas. Bagian patologi anatomi universitas sumatera utara.
Medan: e-USU Repository, 2005.
5. Berkowitz RS, Goldstein DP in: Holland. Cancer medicine. B.C. Decker 5 th ed. Canada
2000; 1721-5.
6. HOGI. Penyakit trofoblas ganas. Pedoman pelayanan medik kanker ginekologi. 2009; 69-
76.
7. Supriyono. Penggunaan kemoterapi secara rasional. Dalam:Penggunaan kemoterapi pada
kanker ginekologik. Jakarta: Universitas Indonesia, 2001; 1-35
8. Matsui H, Suzuka K, Itsuka Y, Seki K, Sekiya S. Combination chemotherapy with
methotrexate, etoposide, and actinomycin-D for high risk gestational trophoblastic
tumors. Gynecol Oncol 2000, 78; 28-31.
9. Newlands E, presentation and management of persistent gestational trophoblastic disease
and gestational trophoblastic tumors in the UK. In: Hancock BW, Newlands IS,
39
Berkowitz RS. Gestational trophoblastic disease. London: Chapman & Hall Medical,
1997; 143-155.
10. Lurain JR, Treatment of metastatic gestational trophoblastic tumors. In: Hancock BW,
Newlands IS, Berkowitz RS. Gestational trophoblastic disease. London: Chapman & Hall
Medical, 1997; 199-209.