Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3. Tujuan.............................................................................................................2
1.4. Manfaat...........................................................................................................3
4. BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................29
4.2 Saran................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian Mola Hidatidosa
b. Untuk mengetahui etiologi dari Mola Hidatidosa
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis terkait kasus Mola Hidatidosa
d. Untuk mengetahui patofisiologi terkait Mola Hidatidosa
e. Untuk mengetahui macam pemeriksaan penunjang terkait kasus klien dengan Mola
Hidatidosa
f. Untuk mengetahui macam komplikasi yang terjadi terkait kasus Mola Hidatidosa
g. Untuk mengetahui dan melakukan asuhan keperawatan terkait klien dengan kasus
Mola
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Semoga dengan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit
molahidatidosa agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang molahidatidosa lebih dalam sehingga
dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit molahidatidosa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kehamilan mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korialis di sertai dengan
degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi
dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat
dari usia gestasi yang normal , tidak di jumpai adanya janin , kavum uteri hanya terisi oleh
jaringan seperti rangkaian buah anggur. (prawirohardjo,2009).
Untuk kejadian mola hidatidosa, terdapat faktor sosial ekonomi yang memicu :
a. Perkawinan pada usia muda kurang dari 15 tahun atau di atas 45 tahun.
b. Pernah mengalami mola hidatidosa atau abortus.
c. Kekurangan nutrisi seperti kekurangan protein, kalori dan defisiensi vitamin A.
2.2 Klasifikasi
Menurut The U.S. National Institutes of Health secara klinis pembagian mola
diklasifikasikan yaitu mola komplit dan mola parsialis.
1. Mola Komplit
Kehamilan mola komplit yaitu kehamilan mola tanpa adanya janin. Pada pemeriksaan
kandungan dijumpai pembesaran rahim tetapi tidak teraba bagian tubuh janin. Hal ini
disebabkan 1 sperma membuahi sel telur dengan gen yang sudah tidak aktif, kemudian
kromosom paternal berkembang menjadi kromosom 46 XX atau 46 XY yang sepenuhnya
merupakan kromosom sang ayah, sehingga didapati perkembangan plasenta tanpa adanya
janin.
2. Mola Parsialis (Inkomplit)
Kehamilan mola parsialis, adalah kehamilan yang terdapat perkembangan abnormal dari
plasenta tetapi masih didapati janin. Kehamilan mola parsialis biasanya disebabkan karena 2
sperma membuahi 1 sel telur. Hal ini menyebabkan terjadi nya kehamilan triploidi (69 XXX
atau 69 XXY), sehingga selain terjadinya perkembangan plasenta yang abnormal juga disertai
perkembangan janin yang abnormal pula. Janin pada kehamilan mola parsialis biasanya juga
meninggal di dalam rahim karena memiliki kelainan kromosom dan kelainan kongenital
seperti bibir sumbing dan syndactily. Selain itu mola parsialis juga dapat disebabkan adanya
pembuahan sel telur yang haploid oleh sperma diploid 46 XY yang belum tereduksi.
2.3 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah
:
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki
ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
2. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan respon
imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient.
Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio ‘
kelaparan’, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu
mengadakan invasi kejaringan ibu.
3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan mola. Frekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir
usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam
usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
4. Faktor gizi (defisiensi protein, asam folat, histidin, dan beta karoten).
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, Sesuai dengan
fungsi gizi khususnya protein yaitu untuk pembentukan jaringan atau fetus sehingga apabila
terjadi kekurangan protein saat hamil dapat menyebabkan gangguan pembentukan fetus
secara sempurna yang menimbulkan jonjot – jonjot korion berupa molahidatidosa.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan
molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang
dapat diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau
menotropiris (personal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dakpat
terjadi kehamilan molahidatidosa.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk
atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ).
Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk
virulensinya seta daya tahan tubuh.
2.4 Manifestasi Klinis
Pada stadium awal, tanda dan gejal mola hidatidosa tidak dapat dibedakan dari
kehamilan normal, kemudian perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap kasus.
Pengeluaran pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice prune) atau merah
terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung hanya beberapa hari atau
terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada awal kehamilan beberapa wanita mempunyai
uterus lebih besar dari pada perkiraan menstruasi berakhir, kira-kira 25% wanita akan
mempunyai uterus lebih kecil dari perkiraan menstruasi terakhir.
Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:
1. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari kehamilan
biasa dan amenore
2. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna
kecoklatan seperti bumbu rujak. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola seperti
anggur
3. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan
seharusnya.
4. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta tidak
terdengar bunyi denyut jantung janin.
5. Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih
sesudah periode menstruasi terakhir.
2.5 Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan
kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara
histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal.
Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi
mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari satu cm. mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-
gelembung mola. Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Poliferasi dari trofoblast
2. Degenerasi hidropik dari stroma vili dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Ada beberapa teori yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini.
1. Teori missed abortion.
Kematian mudigan pada usia kehamilan 3-5 minggu saat dimana seharusnya sirkulasi
fetomaternal terbentuk menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang
mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal dari sirkulasi ibu
diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan
yang terdapat dalam kista tersebut menyerupai cairan ascites atau edema tetapi kaya akan
HCG.
2. Teori neoplasma dari park
Teori ini mengemukakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai
fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam vili
sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian
mudigan. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan
jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsial kadang-kadang ditemukan janin.
Gelembung-gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.
Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus.
WOC
Poliferasi trofoblas Faktor ovum kebutuhan gizi
meningkat
Molahidatidosa
Komplit (klasik)
inkomlit (parsial)
pembesaran uterus tanpa janin perkembangan
embrio abnormal
embrio
meninggal dirahim
Tindakan abortus embrio yg mati tidak
dikeluarkan
Kuretase terdapat kista vili
berisi cairan
Risiko terjadi perdarahan pembengkkan kistik
di dalam abdomen
Risiko Hipovlemik kurang informasi
Nyeri akut
Resiko kekurangan volume cairan kurang pengetahuan
Resiko tinggi Infeksi
Ansietas
2.7 Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut:
1. Anemia, Perdarahan yang berulang – ulang dapat menyebabkan anemia. Anemia adalah
defisiensi besi sering dijumpai dan kadang – kadang terdapat eritropoiesis megaloblastik,
mungkin akibat kurangnya asupan gizi karena mual dan muntah disertai meningkatnya
kebutuhan folat trofoblas yang cepat berproliferasi.
2. Syok, Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok, bila tidak segera ditangani
dapat berakibat fatal. Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum abortus, atau yang lebih
sering terjadi secara intermiten selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Efek dilusi
akibat hipervolemia yang cukup berat dibuktikan terjadi pada sebagian wanita yang
molahidatidosanya lebih besar. Kadang – kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup di
dalam uterus.
3. Tirotoksikosis/ Hipertiroidisme, Pada kehamilan biasa, plasenta membentuk Human
Chorionic Thyrotropin (HCT). Pada trimester-1, T4 (tiroksin) meningkat antara 7-12 mg/100
ml, sedangkan T3 (triyodotiroin) tidak terlalu banyak meningkat, Pada penyakit
molahidatidosa perubahan fungsi tiroid lebih menonjol lagi. Kadar T4 dalam serum biasanya
melebihi 12 mg/100 ml, akibatnya kadar T4 bebas lebih tinggi.
4. Infeksi sekunder.
5. Perforasi uterus (perlubangan pada rahim) terjadi saat melakukan tindakan kuretase
(suction curettage) terkadang terjadi karena uterus luas dan lembek (boggy). Jika terjadi
perforasi, harus segera diambil tindakan dengan bantuan laparoskop.
6. Keganasan ( penyakit trofoblas gestasional) Penyakit trofoblas ganas (malignant
trophoblastic disease) berkembang pada 20% kehamilan mola. Oleh karena itu, quantitative
HCG sebaiknya dimonitor terus-menerus selama satu tahun setelah evakuasi
(postevacuation) mola sampai hasilnya negatif. ( I Nyoman, 2009 )
2.8 Penatalaksanaan
Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) perbaiki keadaan umum; 2) pengeluaran
jaringan mola; 3) terapi profilaksis dengan sitostatika; 4) pemeriksaan tindak lanjut (follow
up).
1. Perbaikan keadaan umum.
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfusi darah bila anemia (Hb 8 gr%), jika
ada gejala preeklampsia dan hiperemis gravidarum diobati sesuai dengan protocol
penanganannya. Sedang-kan bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit
dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola.
Ada 2 cara yaitu: a) kuretase; b) Histerektomi.
a. Kuretase
• Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar β-hCG,
serta foto thoraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
· Bila kanalis servikalis belum ter-buka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan
kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
•Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan infus dengan tetesan
oxytocin 10 UI dalam 500 cc Dextrose 5%/.
• Kuretase dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.
• Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola hidatidosa masih menjadi
kontroversi. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi neoplasma
setelah evaluasi mola pada kasus yang mendapat-kan metotreksat sekitar 14%, sedangkan
yang tidak mendapat sekitar 47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada kasus mola
hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan pemberian kemoterapi untuk
tujuan terapi definitive memberi-kan keberhasilan hampir 100%. Sehingga pemberian
profilaksis diberikan apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi adalah:
Metotreksat 20 mg/ hari IM selama 5 hari.
4. Pemeriksaan tindak lanjut
• Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
• Setelah pengawasan penderita dianjur-kan memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi
atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol
• Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar β-
hCG normal tiga kali berturut-turut
•Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG normal selama 6 kali
berturut-turut
•Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan foto thoraks setelah saru
tahun semua-nya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi
dan hamil lagi.
•Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat pada pemeriksaan
klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai
pemberian kemoterapi.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Ny. A, G4 P3 A0 umur 39 tahun dibawa kerumah sakit oleh keluarganya karena mengalami
perdarahan. Klien mengaku sudah mengalami perdarahan sejak 6 hari yang lalu, sebelumnya
Ny. A di bawa ke bidan terdekat dan dari pemeriksaan Ny. A positif hamil, saat diperiksa
keadaan vulva tampak kotor dan lembab serta adanya tanda infeksi yang lain seperti
kemerahan di perineum,dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau, klien tampak lemah,
membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis dan cubitan kulit kembali dalam 2
detik, mual dan muntah 2-4x/hari selama 6 hari. klien juga mengeluh nyeri perut bagian
bawah dengan skala nyeri 6 dan bertambah saat melakukan gerakan secara tiba-tiba, klien
tampak meringis menahan nyeri, wajah klien tampak pucat, perdarahan 500
cc, TD 100/90 mmHg, RR 26X/menit, HR 120X/menit, suhu 36oc, BB 58 Kg.
1. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Nama Perawat : Ners E
Tanggal Pengkajian : 20 November 2014
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A, G4 P3 A0
Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jombang
Penanggung jawab :
Nama : Tn. M
Umur : 40 tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Strata 1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jombang
Hubungan degan klien : Suami
B. Keluhan Utama
Klien Mengeluh mengalami perdarahan pervaginam dan nyeri pada bagian abdomen.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing, manis,
gondok maupun penyakit keturunan lainnya.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien diantar oleh suaminya datang kerumah sakit, klien mengeluh mengalami
perdarahan. Klien mengaku sudah mengalami perdarahan sejak 6 hari yang lalu, sebelumnya
Ny. A di bawa ke bidan terdekat, dari pemeriksaan Ny. A positif hamil , saat diperiksa
keadaan vulva tampak kotor dan lembab serta adanya tanda infeksi yang lain seperti
kemerahan di perineum, dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau, klien tampak
lemah,membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis dan cubitan kulit kembali dalam 2
detik,mual dan muntah 2-4x/hari selama 6 hari. klien juga mengeluh nyeri perut bagian
bawah dengan skala nyeri 6 dan bertambah saat melakukan gerakan secara tiba-tiba, klien
tampak meringis menahan nyeri, wajah klien tampak pucat, perdarahan 500
cc, TD 100/90 mmHg, RR 26X/menit, HR 120X/menit.
d. Pola Nutrisi
Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena mual dan muntah, klien makan 2 kali sehari,
menghabiskan ¾ dari porsi makan, klien tidak berpantang makan.
e. Cairan, elektrolit, asam basa
Mukosa bibir klien kering, dan turgor kulit tidak elastis. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan:
Input : Klien dalam sehari dapat menghabiskan 500 ml air, air dalam makanan 300 ml, infus
500 ml, transfusi darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml, IWL 1110 ml, perdarahan 500 ml.
BC = Input-Output.
= 1425 ml – 2360 ml
= - 935 ml.
Klien mengalami kekurangan cairan dan elektrolit sebanyak 935 ml.
f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami sesak napas, sukar bernapas ataupun gangguan oksigenasi.
g. Eliminasi fekal/bowel
Klien melakukan eliminasi fekal atau bowel 1 kali sehari tanpa menggunakan pencahar, dan
eliminasi dilakukan setiap pagi, berwarna kuning dengan konsistensi lembek. Klien tidak
memiliki gangguan eliminasi seperti diare, konstipasi atau inkontinensia bowel. Pemenuhan
kebutuhan bowel klien dilakukan secara mandiri.
h. Eliminasi urine
Klien dapat melakukan miksi 6-8 kali dalam satu hari, 100 cc/hari, warna kuning. Klien tidak
memiliki gangguan eliminasi urin seperti nyeri saat BAK, burning sensation, atau
inkontinensia bladder. Kebutuhan pemenuhan ADL ini dilakukan secara mandiri.
i. Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, ketajaman visus baik, respon terhadap cahaya
pun baik. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, gangguan penciuman, sensasi taktil
maupun pengecapan.
PEMARIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran klien composmentis dengan GCS 15 (eye 4, verbal 5, motorik 6), TD: 100/90
mmHg, HR: 120X/menit dengan irama reguler dan berdetak kuat, RR: 26X/menit reguler,
suhu 36oC, turgor kulit tidak elastis, warna kulit agak pucat.
a) Kepala
Nampak simetris, rambut nampak bersih, konjungtiva anemis, sclera normal tidak nampak
ikterik, pupil isokor, palpebra normal tidak nampak adanya edema, lensa normal tidak
nampak adanya kekeruhan pada lensa. Hidung klien nampak normal, tidak terlihat adanya
sektum deviasi, epistaksis. Telinga simetris.
b) Leher
Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kudu, pembesaran JPV, tenggorokan normal,
tidak ada pembesaran tiroit, tidak ada pemebesaran tonsil dan nyeri telan.
c) Dada
Bentuk dada simetris, tidak terlihat adanya barelchest, funnal atau pidgeon. Tidak ada
bantuan otot pernapasan, saat dipalpasi fremitus kanan dan kiri sama, saat di auskultasi tidak
terdengar bunyi nafas tambahan seperti wising, bronki dan crakless, saat di perkusi terdengar
bunyi sonor.
d) Abdomen
Tidak ada linea alba, dan terdapat sedikit striae pada perut. Saat di auskultasi terdengar
wising usus, dan prestaltik 14x/menit, saat di palpasi tidak ditemukan adanya pembesaran
hepar maupun splenomegali, saat diperkusi terdengar suara tympani.
e) Genitalia
Vulva tampak kotor, terdapat perdarahan prvaginam.
f) Rektum
Rektum normal, tidak ada hemmoroid, tumor atau prolaps.
g) Ekstremitas
Kekuatan otot atas, bawah, kanan dan kiri didapatkan hasil kekuatan otot 3, ROM aktif, dan
kapilari reffil 2 detik.
a. Inspeksi:
Abdomen relatif membesar.
Tidak ada linea alba.
Terdapat sedikit striae pada perut.
b. Auskultasi
Bising usus 14 X/Menit.
7. Data Penunjang
Pemeriksaan
Hasil
Normal
HCG
50.000 mIU/L
1,000 - 2,000mIU/ml.
Hemoglobin
8,9 gram/dL
10-15 gram/dL
Hematokrit
25 %
30-46%
Leukosit
18900
sel/mm3
6000-17000 sel/mm3
Trombosit
250.000 sel/mm3
150.000-400.000 sel/mm3
Eritrosit
2.9 juta sel/mm3
4.0-5.5 juta sel/mm3
USG
Snow flake pattern (badai salju)/ snow strom
Terdapat janin dan adanya DJJ
Diagnosa : Molahidatidosa
ANALISIS DATA
Tgl/Jam
Data
Etiologi
Dx Keperawatan
20 november 2014
Jam 09.00
DS :
- Klien mengeluh nyeri perut bagian bawah,nyeri bertambah saat aktivitas,skala nyeri 6
DO :
- Wajah klien tampak meringis menahan nyeri
- Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
P = nyeri terjadi karena pembengkakan kistik
Q = nyeri seperti di tertekan
R = nyeri terjadi di bagian abdominal
S = skala nyeri 6
T = nyeri di rasakan saat beraktivitas
Agen injuri fisik (pembengkakan kistik)
Nyeri Akut
20 november 2104
Jam 09.00
DS:
- Klien Mengeluh perdarahan sudah 6 hari,hari terakhir perdarahan sangat banyak, klien
mengeluh lemah serta mengeluh mual dan muntah sebanyak 4-5x/hari selama 6 hari
DO :
- Perdarahan pervagina
- Input : Klien dalam sehari dapat menghabiskan 500 ml air, air dalam makanan 300 ml,
infus 500 ml, transfusi darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml, IWL 1110 ml, perdarahan 500 ml.
BC = Input-Output.
= 1425 ml – 2360 ml
= - 935 ml.
- Turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, cubitan kulit kembali dalam 2 detik.
- Klien muntah 2-4 kali dalam sehari
Perdarahan
Resiko kekurangan volume cairan
20 november 2014
jam 09.00
DS :
Klien mengatakan cemas dengan rencana kurtase yang akan dilakukan.
DO :
Klien tampak tegang, gelisah gugup, sering BAK, berkeringat dan wajah tampak pucat,
Anoreksia, mulut kering
Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
S 36 ⁰
3.2 Intervensi
Diagnosa
NOC
Intervensi
Nyeri akut
NOC :
v Pain level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria hasil :
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa nyamn setelah nyeri berkurang.
NIC :
Pain Management
· Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
· Observasi reaksinonverbal dari ketidaknyamanan
· Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
· Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
· Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
· Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri
masa lampau
· Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
· Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
· Kurangi faktor presipitasi nyeri
· Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
· Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
· Ajarkan tentang teknik non farmakologi
· Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
· Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
· Tingkatkan istirahat
· Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
· Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administrasion
· Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
· Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
· Cek riwayat alergi
· Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari
Satu
· Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
· Tentukan analgesik pilihan, rute pembarian, dan dosis optimal
· Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
· Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
· Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
· Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Resiko Kekurangan volume cairan
NOC :
Þ Fluid balance
Þ Hydration
Þ Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
· Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
· Tidak ada tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membrane mucosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
Fluid Management
- Kontrol kecemasan
- Koping
kriteria hasil:
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol
cemas
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
NIC :
3.3 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperwatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.
Apabila tindakan keperawatan dilakukan bersama dengan pasien dan atau keluarga
hendaknya penjelasan diberikan terlebih dahulu mencakup tindakan yang akan dilakukan dan
bantuan yang diharapkan dari pasien atau keluarganya. Juga apabila tindakan keperawatan
dilakukan oleh beberapa orang tenaga perawat hendaknya tindakan yang akan dilakukan
didiskusikan terlebih dahulu.
Pedoman Pengisian Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Nomor diagnosis keperawatan/masalah kolaboratif.
Tulislah nomor diagnosis keperawatan/masalah kolaboratif sesuai dengan masalah yang
sudah teridentifikasi dalam format diagnosis keperawatan.
2. Tanggal/jam
Tulislah tanggal, bulan, dan jam pelaksanaan tindakan keperawatan.
3.Tindakan
· Tulislah nomor urut tindakan
· Tindakan dituliskan berdasarkan urutan pelaksanaan tindakan
· Tulislah tindakan yang dilakuakn beserta hasil atau respon yang jelas
· Jangan lupa menuliskan nama/jenis obat, dosis,cara memberikat, dan instruksi medis
yang lain dengan jelas
· Jangan menuliskan istilah sering, kecil, besar, atau istilah lain yang dapat menimbulkan
persepsi yang berbeda atau masih menimbulkan pertanyaan. Contoh :memberi makan lebih
sering dari biasanya. Lebih baik tuliskan pada jam berapa saja memberikan makan dan dalam
berapa porsi makanan diberikan
· Untuk tindakan pendidikan kesehatan tulislah “melakukan penkes
tentang laporan penkes terlampir
· Bila penkes dilakukan secara singkat tulislah tindakan dan respon pasien setelah penkes
dengan jelas
3.4 Evaluasi
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah merujuk kepada suatu kegiatan yang
dimaksudkan untuk mengambil keputusan dalam rangka memberi nilai terhadap suatu (orang,
benda, fakta). Dalam konteks keperawatan evaluasi adalah penilaian fase proses keperawatan,
mempertimbangkan efektifitas tindakan keperawatan dan menunjukan perkembangan pasien
terhadap pencapaian tujuan.
Dari masalah yang timbul pada pasien dengan molahidatidosa, maka hasil yang
diharapkan pasien akan :
· Menunjukkan berkurangnya atau hilangnya nyeri.
· Menunjukkan tidak adanya tanda dehidrasi.
· Menunjukkan Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
· Menunjukkan berkurangnya cemas
Hari/ tanggal
NoDx
Waktu
Implementasi
Evaluasi
paraf
Kamis
20 nov 2014
1
09.00
1. melakukan BHSP kepada px dan keluarga px
2. melakukan observasi TTV
Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
S 36 ⁰
3. mengajarkan tehnik relaksasi : nafas dalam/panjang untuk mengurangi nyeri.
4. memberikan HE kpda px tentang penyebab timbulnya nyeri.
5. mengatur posisi pasien senyaman mungkin
6. berkolaborasi dgn tim medis dalam pemberian terapi
20 nov 2014
3
09.00
1. melakukan BHSP pada px dan keluarga px
2. mengobservasi TTV
Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
S 36 ⁰
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
6. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mola hidatidosa atau hamil anggur adalah semacam tumor dari sel yang terus melakukan
pembelahan yang tidak bisa dikontrol. Gejalanya ialah kantong rahim membesar namun tidak
adanya pembentukan janin atau embrio di dalamnya. Yang terbentuk adalah sel yang
menyerupai buah anggur dan hrs dikuret secara bersih untuk menghindari pembelahan sel
yang semakin banyak. Biasanya pada minggu awal, ini terlihat seperti kehamilan biasa,
namun bila ukuran perut tidak sebanding dengan usia kehamilan biasanya itu menjadi gejala
awal mola. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti tapi faktor penyebabnya molahidatidosa
bisa dari faktor usia, faktor dari ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan dan bisa dari faktor nutrisi juga. Mola bisa dideteksi secara dini
melalui USG dan tes B-HCG.
4.2 Saran
Ø Bagi perawat
Diharapkan bagi perawat agar menungkatkan keterampilan dalam membarikan praktik
asuhan keperawatan serta pengetahuannya khususnya tentang penyakit Mola Hidatidosa
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator
bagi klien maupun keluarganya.
Ø Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa agar adapat membantu dalam
pembuatan asuhan keperawatan terutama bagi pasien dengan mola hidatidosa.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami
bagaimana gejala dan tanda-tanda terjadinya Mola Hidatidosa serta asuhan keperawatan
kepada klien dengan penyakit Mola Hiodatidosa dan mempermudah masyarakat awam untuk
mengetahui tentang penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Pt. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta.
Mukharomah, Lailatul. 2011. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Molla.
Akademi Kebidanan Abdi Husada : Semarang
Budiana, Gede Nyoman. 2009. Koriokarsinoma Pasca Abortus. Bag/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah : Denpasar
Kehamilan mola merupakan komplikasi dan penyulit kehamilan pada trimester satu.
Hasil konsepsi pada kehamilan mola tidak berkembang menjadi embrio setelah pembuahan
tetapi terjadi villi koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Rahim menjadi lunak dan
berkembang lebih cepat dari usia kehamilan yang normal, tidak dijumpai adanya janin, dan
rongga rahim hanya terisi oleh jaringan seperti buah anggur. Kehamilan mola hidatidosa
disebut juga dengan kehamilan anggur.
Pengertian Kehamilan Mola Hidatidosa
Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat kesalahan
pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono Prawirohardjo, 2003).
Mola hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal
dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan
degenerasi kristik villi dan perubahanhidropik sehingga tampak membengkak, edomatous,
dan vaksikuler (Benigna).
Kejadian Kehamilan Mola Hidatidosa
Kehamilan mola hidatidosa ditemukan pada wanita dalam masa reproduksi dan multiparitas.
Kejadian kehamilan mola hidatidosa di rumah sakit besar Indonesia berkisar 1 dari 80
kehamilan. Sedangkan di negara barat prevalensinya adalah 1 : 200 atau 2000 kehamilan.
Patofisiologi Kehamilan Mola Hidatidosa
Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel normal dalam blastokis
berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas mengakibatkan peningkatan
kadar hCG. Mola hidatidosa komplit terjadi ketika ovum tidak mengandung kromosom dan
sperma mereplikasi kromosomnya sendiri ke dalam zigot abnormal. Gambaran mikroskopik
kehamilan mola hidatidosa antara lain proliferasi trofoblas, degenerasi hidopik dari stroma
villi, serta terlambatnya pembuluh darah dan stroma.
Klasifikasi Kehamilan Mola Hidatidosa
Penyebab kehamilan mola hidatidosa antara lain faktor ovum, imunoselektif trofoblas,
sosio ekonomi rendah, paritas tinggi, umur hamil ibu di atas 45 tahun,
kekurangan protein, infeksi virus dan faktor kromosom.
Tanda dan Gejala Kehamilan Mola Hidatidosa
Kebanyakan wanita dengan kehamilan mola juga mengalami reaksi kehamilan seperti wanita
hamil normal. Wanita dengan GTD mengalami perdarahan bercak coklat gelap pada akhir
trimester pertama. Hipertensi dan hiperemesis akibat kehamilan sebelum umur kehamilan 20
minggu. Inspeksi pada muka dan badan tampak pucat kekuning-kuningan atau disebut muka
mola (mola face). Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan, tidak ditemukan ballotemen dan denyut jantung janin, keluar jaringan mola.
Kadar hCG tinggi dan tiroksin plasma juga mengalami peningkatan. Pemeriksaan USG
terdapat gambaran vesikular (badai salju) dan tidak terlihat janin.
Diagnosa Banding Kehamilan Mola Hidatidosa
Diagnosa banding dari kehamilan mola hidatidosa antara lain: kehamilan ganda, hidramnion
atau abortus.
Komplikasi Kehamilan Mola Hidatidosa
Errol, Norwitz. 2006. At Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: erlangga. Hlm: 70-71
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Hlm: 47.
Linda, Walsh. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC. Hlm: 452-453
Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hlm: 238-243.
Scoot, James. 2002. Danforth Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Hlm: 525-533.
Image, biomedicum.ut.ee.
Kata Kunci