Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh:

Kunfaiq Jazilaulum M.A (G2A021039)


Syarafina Ata Wijdan (G2A021040)
Siti Yuliana (G2A021041)
Sifwah Nisrina (G2A021042)
Sindi Putri Andini (G2A021043)
Febita Rahmawati Putri (G2A021045)
Alya Fitri Nurhaliza (G2A021047)
Windi Amalia (G2A021048)
Rika Kusuma Putri (G2A021049)
Adhella Dinda Oktavia (G2A021050)
Endah Ayu Dwi P. (G2A021051)
M. Rekhan Getar B. (G2A021052)
Satrio Dwangga Ibrahim (G2A021053)
Brilian Nikita Choirunisa (G2A021054)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Mola
Hidatidosa” dari segi konsep teoritis dan hasil jurnal ilmiah yang dipublikasikan melalui
media internet. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari beberapa pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun segi bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, 22 Maret 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................................
B. Tujuan .....................................................................................................................
C. Rumusan masalah ...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Mola Hidatidosa ........................................................................................
B. Etiologi ...................................................................................................................
C. Klasifikasi ...............................................................................................................
D. Patofisiologi ............................................................................................................
E. Manifestasi ..............................................................................................................
F. Komplikasi ..............................................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang ..........................................................................................
H. Penatalaksanaan ......................................................................................................
I. Pengkajian fokus .....................................................................................................
J. Diagnosa keperawatan ............................................................................................
K. Intervensi ................................................................................................................
L. Gambaran Mola Hidatidosa ....................................................................................
M. Referensi jurnal .......................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mola hidatidosa atau lebih dikenal dengan sebutan hamil anggur, merupakan
kehamilan yang ditandai dengan perkembangan trofoblas yang tidak wajar. Pada mola
hitadidosa, struktur yang dibentuk yaitu trofoblas vili korialis berbentuk gelembung-
gelembung seperti anggur. Berdasarkan perbedaan genetik dan patologi, mola
hidatidosa bisa dibagi menjadi dua subtype yaiti, mola hidatidosa komplit dan persial.
Diabandingkan dengan penyakit trofoblas gestasional lainnya, mola hidatidosa
merupakan tipe yang paling umum terjadi.
Kehamilan mola hidatidosa karena ketidakseimbangan kromosom pada
kehamilan. Faktor penyebab terjadinya kehamilan mola hidatidosa anatara lain sel
telur yang secara patologi sudah mati tetapi terhambat untuk dikeluarkan, adanya
imonoseletif dari trofoblas, status sosial ekonomi rendah, paritas yang tinggi,
defisiensi protein, dan adanya infeksi virus serta faktor kromosom yang belum jelas.
Etiologi penyakit ini bermacam-macam termasuk berbagai kombinasi dari faktor
lingkungan dan genetik. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
dimana mola biasanya muncul pada pasien yang berusia muda (<16 tahun) dan usia
yang lebih tua (>45tahun).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan definisi mola hidatidosa
2. Sebutkan penyebab mola hidatidosa
3. Sebutakan klasifikasi mola hidatidosa
4. Bagaimana patofisiologi mola hidatidosa
5. Jelaskan manifestasi mola hidatidosa
6. Sebutkan komplikasi molahidatidosa
7. Sebutakan pemeriksaan penunjang mola hidatidosa
8. Jelaskan penatalaksanaan mola hidatidosa
9. Bagaimana pengkajian fokus mola hidatidosa
10. Tentukan diagnosa dan intervensi keperawatan

C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi mola hidatidosa
2. Mahasiswa mampu menyebutkan etiologi mola hidatidosa
3. Mahasiswa mampu mengklasifikasikan mola hidatidosa
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi moa hidatidosa
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manifestasi mola hidatidosa
6. Mahasiswa mampu menyebutkan komplikasi mola hidatidosa
7. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang mola hidatidosa
8. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan mola hidatidosa
9. Mahasiswa mampu melakukan pengajian fokus mola hidatidosa
10. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan mola
hidatidosa
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai
dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang menjadi lebih cepat
dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi
oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur (Saifuddin, 2009).
Mola hidatidosa adalah plasenta vili orialis yang berkembang tidak sempurna
dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga
menunjukkan berbagai ukuran trofoblas trofoblas profileratif tidak normal. Mola
hidatidosa terdiri dari mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial, perbedaan
antara keduanya adalah berdasarkan morfologi, gambaran klinik patologi, dan
sitogenik (Anwar, 2011).

B. ETIOLOGI
Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa adalah
pembengkakan vili (degenerasi pada hidrofibik) dan poliferasi trofoblas.
Faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa antara lain :
a. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau ada serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau
gangguan dalam pembuahan
b. Imunoselektif dari trofoblas, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada
stoma vili menjadi jarang dan stroma vili menjadi sembab dan akhirnya terjadi
hyperplasia sel-sel trophoblast
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan zat-zat
gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk
memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan
dalam pertumbuhan dan perkembangan janinnya
d. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi. Secara genetic
yang dapat diidentifikasi dan penggunaan stimulan drulasi seperti menotropiris
(pergonal).
e. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim. Keperluan akan zat protein pada
waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan
mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari normal.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi atau pengelompokan mola hidatidosa menurut Sastrawinata,
2007 :
a. Mola hidatidosa komplet (MHK)
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat, atau
membrane. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Vili
korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung
bergerombol pada pedikulus kecil, dan memeberi tampilan seperti seikat anggur.
Ukuran vesikel bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter
beberapa sentimeter.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk menambahkan hasil
konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang sedang berkembang dapat bepenetrasi
ke tempat implantasi. Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena
walaupun jarang terjadi ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan salah
satu akibat yang dapat terjadi.
Secara sitogenik umumnya bersifat diploid 46XX, sebagai hasil pembuahan satu
ovum, tidak berinti atau intinya tidak aktif, dibuahi oleh sperma yang
mengandung 23X kromosom, yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi
46XX.
b. Mola hidatidosa parsial (MHP)
Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion dapat
ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia
trofoblas hanya terjadi pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar
luas dibandingkan dengan mola komplet. Kariotip umunya adalah triploid sebagai
hasil pembuahan satu ovum oleh dua sperma (dispermi).Bisa berupa 69 XXX, 69
XXY, atau 69 XYY. Pada MHP, embrio biasanya mati sebelum trimester pertama.
Walaupun pernah dilaporkan adanya MHP dengan bayi aterm. Secara histologi,
membedakan antara mola parsial dan keguguran laten merupakan hal yang sulit
dilakukan. Hal ini memiliki signifikan klinis karena walaupun resiko ibu untuk
menderita koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit, tetapi pemeriksaan
tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting. Seperti pada MHK, tetapi
disini masih ditemukan embrio yang biasanya mati pada masa dini. Degenerasi
hidropik dan vili bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsito
trofoblas saja.

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Winknjosastro, 2007 gejala mola tidak berbeda dengan kehamilan
biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja derajat keluhannya sering
lebih hebat. Selanjutnya, perkembangannya lebih cepat, sehingga pada umumnya
besar uterus lebih besar dari pada umur kehamilan. Ada pula kasus kasus yang
uterusnya lebih kecil atau sama besar walau jaringannya belum dikeluarkan. Dalam
hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan
kemungkinan adanya dying mole.
Beberapa keadaan pasien mola yang biasanya akan terjadi :
 Nyeri/kram perut
 Muka pucat/keuning-kuningan
 Perdarahan tidak teratur
 Keluar jaringan mola
 Keluar secret pervaginam
 Muntah-muntah
 Pembesaran uterus dan uterus lembek
 Balotemen tidak teraba
 Fundus uteri lebih tinggi dari kehamilan normal
 Gerakan janin tidak terasa
 Terdengar bunyi dan bising yang khas
 Penurunan berat badan yang khas

E. PATOFISIOLOGI
Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kistakista
anggur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola
hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin dan
gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat :
a. Proliferasi dan trofoblas
b. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
c. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsial
giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda
berdiameter 10 cm atau lebih ( 2560%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil
dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh (Mochtar, 2010).
Sel telur seharusnya berkembang menjadi janini justru terhenti
perkembangannya karena tidak ada buah kehamilan atau degenerasi sistem aliran
darah terhadap kehamilan pada usia 3-4 minggu. Pada fase ini sel seharusnya
mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan
vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma
vili maka nidasi tidak terjadi. Selain itu sel trofoblas juga mengeluarkan hormon HCG
yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi
perdarahan pervaginam, ini dikarenakan poliferasi trofoblas yang berlebihan,
pengeluaran darah ini kadang disertai juga dengan gelembuung vilus yang dapat
memastikan dignosis mola hidatidosa (Purwaningsih,2010).

F. KOMPLIKASI
 Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat akibat fatal
 Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
 Infeksi sekunder
 Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
 Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi mola destruens
atau kariokarsinoma. (Mochtar, 2010).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. HCG : Nilai HCG meningkat dari normalnya. Nilai HCG normal pada ibu
hamil dalam berbagai tingakatan usia kehamilan berdasarkan haid terakhir :
 3 minggu : 5-50 mIU/ml
 4 minggu : 5-426 mIU/ml
 5 minggu : 18-7,340 mIU/ml
 6 minggu : 1.080-56,500 mIU/ml
 7-8 minggu : 7,650-229,000 mIU/ml
 9-12 minggu : 25,700 -288,000 mIU/ml
 13-16 minggu : 13,300-254,000 mIU/ml
 17-24 minggu : 4,060-165,400 mIU/ml
 25-40 minggu : 3,640-117,000 mIU/ml
 Tidak hamil : <5.0 mIU/ml
 Post-menopouse : <9,5 mIU/ml
2. Pemeriksaan rontgen : Tidak ditemukan kerangka bayi
3. Pemeriksaan USG : Tidak ada gambaran janin dan denyut jantung janin
4. Uji sonde : Pada hamil mola, sonde sudah masuk sedangkan pada kehamilan
biasa terdapat tahanan dari janin

H. PENATALAKSANAAN
Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan.
Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Perbaikan keadaan umum
Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemi, pengobatan
terhadap penyulit, seperti pre eklampsi berat atau tirotoksikosis.
Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :
- Koreksi dehidrasi
- Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau kurang )
- Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai dengan
protokol penangan dibagian obstetrik dan gynekologi
- Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam.
b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi 1) Kuretase
pada pasien mola hidatidosa :
 Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaandarah rutin,
kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar
spontan
 Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukanpemasangan
laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian
 Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc danpasang infuse
dengan tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5%.
 Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu
 Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA 2)
Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah :
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup
mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi adalah karena umur tua
dan paritas tinggi merupan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan.
Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga (Saifuddin,
2011).
c. Evakuasi
Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum, kemudian
sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.Tindakan kuret hanya dilakukan satu
kali.Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi (Martaadisoebrata, 2007).
Segerakan lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi
berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan
kecepatan 4060 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan
hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat)
(Saifuddin, 2014).
I. PENGKAJIAN FOKUS
Kasus :
Ny X (30 tahun),status obsteri G3P2A0 hamil 10 minggu,saat ini dirawat diruang
maternal dengan diagnose medis kehamilan mola hidatisoda .Pasien mengeluh mual
mutah(mutah lebih dari 7x sehari) TPU 2 jari diatas pusat,saat ini pasien akan
dilakukan Pemeriksaan USG
Pengkajian
1. Biodata Paien
Identitas pasien,status kehamilan,keluhan utama,riwayat kehamilan,riwayat
kesehatan sebelumnya,Riwayat Kesehatan sekarang.riwayat Kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan abdomen
4. Pemeriksaan penunjang

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral, mual
sekunder akibat peningkatan kadar HCG

K. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan NOC NIC
Ketidakseimbangan Setelah dilakukannya tindakan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan. diharapkan pasien 1) Tentukan jumlah
kebutuhan tubuh b.d mampu menunjukkan kalori dan jenis
penurunan asupan oral,
keseimbangan nutrisi tidak nutrisi yang
mual sekunder akibat
terganggu dengan kriteria hasil : dibutuhkan untuk
peningkatan kadar HCG
a. Keinginan untuk makan memenuhi
tidak terganggu persyaratan gizi
b. Rangsangan untuk 2) Lakukan atau bantu
makan tidak terganggu pasien terkait
c. Asupan makanan secara dengan perawatan
oral tidak terganggu mulut sebelum
d. Asupan cairan secara makan
oral tidak terganggu 3) Monitor kalori dan
asupan makanan
4) Monitor
kecenderungan
terjadinya
penurunan dan
kenaikan berat
badan
5) Berikan arahan bila
diperlukan
Monitor nutrisi
1) Monitor turgor
kulit dan mobilitas
2) Monitor adanya
mual muntah
3) Monitor adanya
(warna) pucat,
kemerahan dan
jaringan
konjungtiva yang
kering
4) Lakukan
pemeriksaan (Hb,
Ht)

L. GAMBARAN MOLA HIDATIDOSA

M. REFERENSI JURNAL
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/2933
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/eclinic/article/view/8601
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mola hidatidosa atau hamil anggur adalah suatu kehamilan di mana setelah
fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi
dari vili koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Terdapat mola hidatidosa
komplit dan parsial. Untuk membedakan mola perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG), pemeriksaan kadar HCG. Pada mola hidatidosa perlu dilakukan
perbaikan umum, pengeluaran jaringan, terapi profilaksis, dan follow up keadaan
pasien.

B. SARAN
Diperlukan pemeriksaan rutin pada wanita hamil dan terutama pasca-abortus
dilakukan pemeriksaan secara intensif. Apabila memungkinkan pada usia kehamilan
12 minggu dilakukan pemeriksaan USG, untuk mengetahui kondisi kehamilan pasien.
Mengingat meningkatnya kasus mola hidatidosa. Perlunya pengetahuan dan
pemahaman masyarakat mengenai faktor-faktor yang mendukung terjadinya mola
hidatidosa, maka usaha preventif terhadap kasus mola hidatidosa dapat ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Devi Liani Octiara, R. D. (2021). Mola Hidatidosa. Jurnal kedokteran Universitas Lampung, 2-3.

Permatasari, L. (2017, Juni). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Mola Hidatidosa Di Ruangan
Gynekologi-onkologi Di RSUP DR.M. Djamil Padang. Retrieved from poltekkes-pdg.ac.id:
http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/Lady_Permata_Sari(1).pdf

Anda mungkin juga menyukai