Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MOLAHIDATIDOSA
Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

1. Annisa Fitriani (A02020012)


2. Annisa Sholihatul Jannah (A02020013)
3. Arlika Kusua Wardani (A02020015)
4. Asyifa Arnanda Mustika (A02020016)
5. Aulia Fitriana (A02020017)
6. Bagas andika Putra (A02020018)
7. Bayu Widiarto (A02020019)
8. Bella Apricya Nirmala S (A02020020)
9. Chairunissa Widya Putri (A02020021)

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Anatomi Fisioligi Organ
Reproduksi Wanita dan Pria” , maka dari itu penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini.

Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal lain yang tidak penulis sadari. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai sarana perbaikan karya ilmiah
yang lebih baik. Dalam kesempatan ini penulis berterima kasih pada semua pihak yang telah
mendukung pembuatan makalah ini.

Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, serta
berharap adanya kritik dan saran yang membangun. Akhir kata hanya kepada Allah-lah kita
semua bertahmid, bersyukur dan beristighfar, semoga Allah melimpahkan ampunan dan
meridhoi kita semua. Aamiin.

Gombong, 4 Maret 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 1
C. TUJUAN.................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3

A. PENGERTIAN MOLAHIDATIDOSA..................................................................... 3
B. ETIOLOGI MOLAHIDATIDOSA........................................................................... 4
C. PATOFISIOLOGI MOLAHIDATIDOSA................................................................ 4
D. TANDA DAN GEJALA MOLAHIDATIDOSA...................................................... 5
E. MANIFESTASI KLINIK MOLAHIDATIDOSA..................................................... 6
F. KLASIDFIKASI MOLAHIDATIDOSA.................................................................. 6

BAB III PENUTUP............................................................................................................... 9

A. KESIMPULAN.......................................................................................................... 9
B. SARAN...................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 10
................................................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Federasi Obstetri Ginekoloigi Internasional, kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015: 81). Manuaba, 2012, mengemukakan

kehamilan adalah proses mata rantai yang bersinambungan dan terdiri dari ovulasi,

migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi)

pada uterus,pembentukan placenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

(Sholic hah, Nanik, 2017: 79-80). Manuaba (2010) mengemukakan lama kehamilan

berlangsung sampai persalinan aterm (cukup bulan) yaitu sekitar 280 sampai 300 hari

(Kumalasari. 2015: 1).

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2007, kehamilan adalah masa dimulai saat
konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu / 9 bulan
7 hari) di hitung dari triwulan/ trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, trimester/ trimester ke-2 dari bulan ke- 4 sampai 6 bulan, triwulan/ trimester
ke-3 dari bulan ke-7 sampai ke-9 (Agustin, 2012: 12).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu, karena itu ibu hamil
membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama suami agar dapat menjalani
proses kehamilan sampai melahirkan dengan aman dan nyaman (Yuliana, 2015:1).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian molahidatidosa?
2. Bagaimana etiologi molahidatidosa?
3. Bagaimana patofisiologi molahidatidosa?
4. Bagaiman atanda dan gejala molahidatidosa?

1
5. Bagaimana manifestasi klinik molahidatidosa?
6. Bagaimana klasifikasi molahidatidosa?
C. Tujuan
1. Mendeskrisikan tentang pengertian molahidatidosa
2. Mendeskrisikan tentang etiologi molahidatidosa
3. Mendeskrisikan tentang patofisiologi molahidatidosa
4. Mendeskrisikan tentang tanda dan gejala molahidatidosa
5. Mendeskrisikan tentang manifestasi klinik molahidatidosa
6. Mendeskrisikan tentang klasifikasi molahidatidosa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mola Hidatidosa


Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa berasal dari kata
Hydats yang berarti tetesan air. Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang
tidak wajar (konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh
vili korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola
Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila disertai janin atau bagian janin disebut
sebagai Mola Parsialis atau Partial mole.
Hamil Mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi poliferasi dan vili korialis disertai dengan
degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi, tidak
dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah
anggur.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-
gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari
beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2010).
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh
bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna)
(Mochtar, 2000).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah
kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola
tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human
chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).

3
B. Etiologi
Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa adalah pembengkakan
pada vili (degenerasi pada hidrofik) dan poliferasi trofoblas. Faktor yang dapat
menyebabkan mola hidatidosa antara lain:
1. Faktor ovum: ovum patologik sehingga mati dan terlambat dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

C. Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista
seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola
hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-
gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias:
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsisial
giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda
berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.(Mochtar, 2005)
Sedangkan menurut Purwaningsih, 2010 patofisiologi mola hidatidosa yaitu
ovum Y telah dibuahi mengalami proses segmentasi sehingga terjadi blastomer kemudian
terjadi pembelahan dan sel telur membelah menjadi 2 buah sel. Masing-masing sel
membelah lagi menjadi 4, 8, 16, 32, dan seterusnya hingga membentuk kelompok sel

4
yang disebut morula. Morula bergerak ke cavum uteri kurang lebih 3 hari dan didalam
morula terdapat exozeolum. Sel-sel morula terbagi dalam 2 jenis yaitu trofoblas (sel yang
berada disebelah luar yang merupakan dinding sel telur) sel kedua yaitu bintik benih atau
nodus embrionale (sel yang terdapat disebelah dalam yang akan membentuk bayi). Pada
fase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas
atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya
pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi. Trofoblas kadang berproliferasi
ringan kadang keras sehingga saat proliferasi keras uterus menjadi semakin besar. Selain
itu trofoblas juga mengeluarkan hormone HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan
muntah. Pada mola hidatidosa tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam, ini juga
dikarenakan proliferasi trofoblas yang berlebihan. Pengeluaran darah ini kadang disertai
gelembung vilus yang dapat memastikan diagnose mola hidatidosa.

D. Tanda dan Gejala


Menurut Mochtar, 2005 terdapat beberapa tanda dan gejala pada mola dilihat dari
keluhan dan beberapa pemeriksaan khusus obstetri yang dilakukan pada penderita:
1. Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan
biasa.
2. Kadang kala ada tanda toksemia gravidarum.
3. Terdapat pendarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua atau
kecoklatan seperti bumbu rujak.
4. Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan seharusnya.
5. Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada), yang
merupakan diagnosa pasti.
6. Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan, yang disebut
muka mola (mola face).
7. Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin.
8. Adanya fenomena harmonika: darah dan gelembung mola keluar, dan fundus uteri
turun; lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru.
9. Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
10. Terdengar bising dan bunyi khas.

5
11. Perdarahan tidak teratur.
12. Penurunan berat badan yang berlebihan. (Purwaningsih, 2010

E. Manifestasi Klinik
Mola hidatidosa adalah tumor plasenta yang terbentuk saat telah terjadi kehamilan.
Untuk beberapa alas an yang belum jelas, embrio mati dalam uterus, tetapi plasenta tetap
berkembang. Pada tahap awal penyakit, manifestasi yang terjadi sulit dibedakan dengan
manifestasi yang terjadi pada kehamilan normal. Abnormalitas genetik yang terjadi pada
saat pembuahan tampak menjadi penyebab penyakit tersebut.
Gambaran klinis pada kehamilan akan terlihat normal awalnya, walaupun pada
sekitar sepertiga sampai setengah wanita yang mengalami mola komplit, uterus akan
membesar lebih dari massa gestasi yang diperkirakan. Perdarahan merupakan gejala yang
umum terjadi dan dapat bervariasi dari perdarahan bercak-bercak merah kecoklatan
sampai perdarahan hebat berwarna merah segar. Muntah yang berlebihan dan parah akan
muncul pada tahap awal. Denyut jantung janin tidak terdengar walaupun terdapat tanda-
tanda kehamilan yang lain. Preeklampsia dapat terjadi sebelum gestasi minggu yang ke-
20. Wanita yang mengalami mola hidatidosa sebagian biasanya memiliki diagnosis klinis
aborsi spontan missed abortion. Vesikel akan terlihat pada rabas vagina saat terjadinya
abortus.
Kadar β – hCG darah atau urine akan sangat positif (sangat meningkat saat
dibandingkan dengan kadarnya pada kehamilan yang normal). Pada kehamilan mola,
kadar β – hCG serum masih sangat tinggi dalam seratus hari setelah menstruasi terakhir,
ketika kadarnya seharusnya telah mengalami penurunan. Walaupun demikian, nilai ini
juga harus dievaluasi dengan cermat, karena kadar yang sangat tinggi juga dapat
dikaitkan dengan gestasi multipel dengan lebih dari satu plasenta. Kadar hCG awal
mungkin relatif pada pasien yang mengalami mola sebagian daripada pasien yang
mengalami mola komplit. (Reeder, 2011).

F. Klasifikasi
Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis menurut Myles, 2009 yaitu :
1. Mola hidatidosa komplet

6
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat, atau
membran. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi korionik
berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung bergerombol pada
pedikulus kecil, dan memberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel
bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter.
Hiperplasia menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.Massa mengisi
rongga uterus dan dapat cukup besar untuk menyerupai kehamilan.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk menambatkan hasil
konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang sedang berkembang dapat berpenetrasi ke
tempat implantasi. Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena walaupun
jarang terjadi. Ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan salah satu akibat
yang dapat terjadi.
Mola komplet biasanya memiliki 46 kromosom yang hanya berasal dari pihak
ayah (paternal). Sperma haploid memfertilasi telur yang kosong yang tidak
mengandung kromosom maternal. Kromosom paternal berduplikasi sendiri.
Korsiokarsioma dapat terjadi dari mola jenis ini.

Gambar 2.1 Mola Hidatidosa Komplet

b. Mola hidatidosa partial

Merupakan keadaan dimana perubahan mola bersifat lokal serta belum begitu
jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion. Umumnya janin mati
pada bulan pertama. Triploid yang mengandung dua set kromosom paternal dan satu
set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set kromosom maternal tidak
menjadi mola hidatidosa parsial. Seringkali terdapat mudigah atau jika ditemukan sel
darah merah berinti pada pembuluh darah vili.

7
Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion dapat
ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia
trofoblas hanya terjadi pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas
dibandingkan dengan mola komplet. Analisis kromosom biasanya akan menunjukan
adanya triploid dengan 69 kromosom, yaitu tiga set kromosom: satu maternal dan dua
paternal. Secara histologi, membedakan antara mola parsial dan keguguran laten
merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini memiliki signifikansi klinis karena
walaupun risiko ibu untuk menderita koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit,
tetapi pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar (konsepsi yang
patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalalami
perubahan hidropik. Hamil Mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi poliferasi dan vili korialis
disertai dengan degenerasi hidropik. Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis yaitu Mola
hidatidosa komplet dan Mola hidatidosa partial

B. Saran

Untuk menurunkan risiko menderita mola hidatidosa, pengetahuan tentang faktor risiko
dan gejala-gejala mola hidatidosa perlu diketahui oleh setiap wanita terutama yang
termasuk dalam faktor predileksi. Penderita yang memiliki gejala-gejala seperti mola
hidatidosa sebaiknya memeriksakan diri di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi atau di
dokter praktek klinik.

9
DAFTAR PUSTAKA

1
Narottama H, Gumilar E, Askandar B. Kehamilan Kembar Disertai Mola Hidatidosa. J
Ilm Kedokt Wijaya Kusuma. 2019;8(2):75-83. doi:10.30742/jikw.v8i2.621
Oktaviani.J. Mola Hidatidosa. Sereal Untuk. 2018;51(1):51.
Erastus Mosha, Ruíz AAB. No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康
関連指標に関する共分散構造分析 Title. Theor Appl Genet. 2010;7(2):1-7.
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.tplants.2011.03.004%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.pbi.2010.01.004%0Ahttp://
www.biomedcentral.com/1471-2156/12/42%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.biotechadv.2009.11.005%0Ahttp://www.s
Narottama H, Gumilar E, Askandar B. Kehamilan Kembar Disertai Mola Hidatidosa. J
Ilm Kedokt Wijaya Kusuma. 2019;8(2):75-83. doi:10.30742/jikw.v8i2.621

10

Anda mungkin juga menyukai