Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN FISTULA GENETALIA

OLEH

NAMA : FELDERINCE K. MOKONI

RONALD J ANONE

KELAS : B

PRODI : S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa kami panjatkan puji dan syukur atas
hadiratnya, yang telah melimpahkan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat menlancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis dapat menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Ahir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kupang 23 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
LATAR BELAKANG......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3. Tujuan............................................................................................................... 1
1.4. Mamfaat…………………………………………………………………….... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
2.1. Definisi Fistula Genitali.................................................................................... 3
2.2. Etiologi Fistula Genitalia.................................................................................. 6
2.3. Manifestasi klinik…………………………………………………………….. 6
2.4 Patway/WOC………………………………………………………………….. 6
2.5. Klasifikasi Fisitula Genitalia…………………………………………………. 6
2.6. Patofisiologi………………………………………………………………….. 6
2.7. Penatalaksanaan……………………………………………………………… 6
2.8. Komplikasi…………………………………………………………………… 6
2.9. Pemeriksaan penunjang……………………………………………………… 6
BAB III........................................................................................................................... 9
3.1. Konsep Asuhan keperawatan............................................................................ 9
3.2. Saran................................................................................................................. 9
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………... 10
4.1. Kesimpulan…………………………………………………………………... 10
4.2. Saran………………………………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang

Fistula genetalia banyak di temukan di Negara berkembang sebagai akibat persalinan


yang lama maupun penanganan yang kurang baik. Dinegara maju kusus ini terbanyak di
sebabkan oleh tindakan opersai histeroktomi maupun secara abdominal (Sarwono,2009).
Fistula genetalia ini merupakan kasus yang tidak seorangpun membayangkan akan terjadi
pada penderitaannya. Penderitaan pasien, tidak hanya secara fisik saja tetapi berupa mudah
mengalami ISK, namun memeliki dampak psikososial yang dirasakan lebih menyakitkan.
Penderitaan merasa terisolasi dari pergaulan, keluarga dan lingkungan kerjanya karena
enantiasa mengeluarkan air seni dan bau yang tidak sedap setiap saat. Tidak jarang suami
meninggalkannya dengan alasan karena tidak menemuhi kebutuhan biologisnya dengan
wajarnya (Sarwono,2009) Kasus ini sering di almi oleh para wanita dari kalangan sosie
ekonomi yang rendah dimana pada saat kehamilan dan persalinan tidak mendapat pelayanan
yang mamadai sehingga berlangsung lama dan terjebak pada persalinan kasip. Angka
kejadian pasti di Indonesia sulit di dapatkan oleh kerena banyak laporan hanya
menggambarkan kejadian penderita yang datang ke rumah sakit. WHO (1991) melaporkan
angka kejadian di Afrika 55-80per 100.000 kelahiran hidup. Di Ethopia 90% disebabkan
oleh persalinan kasip.

Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan – asuhan pada ibu post fistuloraphy atas
indikasi fistula genetalia.

iv
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa defenisi dari fistula dari genetalia ?

2. Bagaimana etiologic dari fistula genetalia ?

3. Bagaimana manifestalia klinis fistula genetalia ?

4. Apa faktor resiko fistula genetalia ?

5. Apa klasifikasi fistula genetalis ?

6. Bagaimana cara penanganan fistula genetalia ?

7. Bagaimana penatalaksanaan fistula genetalia ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi dari fistula genetalia

2. Untuk mengetahui etiologic dari fistula genetalia

3. Untuk mengetahui manifestasi klinis fistula genetalia

4. Untuk mengetahui faktor resiko fistula genetalia

5. Untuk mengetahui klasifikasi fistula genetalis

6. Untuk mengetahui menota penanganan fistula genetalia

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan fistula genetalia

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Fisitula genetalia


a.Fistula
Adalah terjadinya hubungan antara rongga alat dalam dengan dunia luar.
b.Fistula Genetalis
Adalah terjadinya hubungan antara traktus genitalia dengan traktus urinarius
atau,gastrointestinal dan dapat ditemukan satu ataugabungan dua kelainan secara
bersamaan.
2.2. Etilogi
a. Sebab Obstetrik
Terjadinya penekanan jalan lahir oleh kepalabayi dalam waktu lama, seperti pada
partus lama iskemi kemudian nekrosis lambat, atau akibat terjepit oleh alat pada
persalinan buatan kejadian ini sering ditemukan di Negara berkembang, dengan
pelayanan rujukan yang sulit dijangkau, terbanyak berupa fistula urogenital.

b. Sebab Ginekologik
 Proses keganasan, radiasi, trauma operasi
atau kelainan kongenital.
 Lebih jarang, kecuali di negara maju,
fistula akibat prosesginekologis tersering paling banyak adalah fistula
vesikovaginal pasca histerektomi.Lokasi terbanyak pada apeks vagina ukuran 1-2 mm
terjadi akibat terjepit oleh klem atau terikat oleh jahitan.
c. Sebab trauma Terjadi karena trauma (abortus kriminalis).
Fistula biasanya berkembang ketika terjadi penekanan persalinan yang lama anak yang
belum lahir begitu erat di jalan lahir yang di potong aliran darah ke jaringan sekitarnya
yang necrotise dan akhirnya membusuk. Cedera ini dapat disebabkan oleh pemotongan
kelamin perempuan, aborsi, atau panggul patah tulang. Penyebab lainnya yang secara
langsung potensial untuk pengembangan fistula obstetrik adalah pelecehan seksual dan
perkosaan, terutama dalam konflik/pasca konflik daerah, trauma bedah lainnya, kanker

1
ginekologi atau radioterapi pengobatan terkait lainnya, dan mungkin yang paling penting,
terbatas atau tidak memiliki akses keperawatan kandungan atau layanan darurat.
Penyebab distal yang dapat menyebabkan perkembangan isu-isu kepedulian fistula
obstetrik yaitu kemiskinan, kurangnya pendidikan, pernikahan dini dan melahirkan, peran
dan status perempuan di Negara berkembang, dan praktek-praktek tradisional yang
berbahaya dan kekerasan seksual. Akses keperawatan darurat kebidanan merupakan salah
satu tantangan utama dalam mencegah perkembangan fistula obstetrik. Ketersediaan dan
akses kefasilitas kesehatan yang memiliki staf yang terlatih dan peralatan bedah khusus
yang diperlukan untuk kelahiran Caesar sangat terbatas di bagian-bagian tertentu di
dunia.

2.3. Manifestasi Klinis


Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat bocor secara konstan
dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau feses dari vagina atau
kandung kemih, tergantung pada saluran fistula. Fistula yang tidak teratasi dapat
menyebabkan infeksi sistemik disertai gejala yang berhubungan.

2
2.4.WOC

FISITULA GENITALIA

SEBAB OBSTETRIC SEBABGENEKOLIK SEBAB TRAUMA

PENEKANAN JALAN CARCINOMA ABORTUS KRIMINALIS


LAHIR

HISTEREKTOMI FISITULA OBSTERTIC


NEKROSIS TOTALIS
LAMBAT

PARTUS DENGAN TERJEPIT KLEM,


TINDAKAN TERIKAT OLEH PENYEBAB DISTAL
JAHITAN

NYERI

3
2.5. Klasifikasi Fisitula Genitalia
Klasifikasi fistula urogenital secara umum dikelompokkan dalam empat jenis; vesiko-
uterina, vesiko-vaginal, urethro-vaginal dan uretero-vaginal. Fistul bisa muncul di
lokasi, jumlah, ukuran tertentu dan penyulit lainnya. Kasus fistula vesikovaginal 75%
muncul akibat komplikasi post histerktomi transabdomen atau transvagina. Fistula bisa
menutup spontan bila ukuran kecil, jaringan sekitar yang tenang dan sikatrik minimal
(Ertandri, 2016). Kriteria diagnostik fistula vesiko vagina dengan mendapatkan
anamnesa menyeluruh faktor resiko munculnya fistula, pemeriksaan genital, dan tes
diagnostik spesifik. Tes diagnostik menggunakan tes methylen blue, memerlukan
beberapa kassa, catheter dan cairan metyhlen blue dengan cairan steril atau salin 0,9 %
sebanyak 20-30 cc dimasukan ke buli-buli melalui catheter. Nilai rembesan methylen
blue di kassa yang sudah dimasukan kedalam liang vagina. Didapatkan lokasi, ukuran,
dan bila mungkin jumlah fistula (Ertandri, 2016). Jika pemeriksaan ini tidak berhasil,
tes diagnostik selanjutnya adalah dengan cara cystoskopi. Kolaborasi pemeriksaan
Cystoskopi dilakukan bersama dengan ahli Urologi. Kegunaan Cystoskopi membantu
memastikan lokasi anatomis yang pasti dari fistula dan hubungan fistula vesikovagina
dengan muara urethra. Pada pasien ini tidak dilakukan karena lokasi yang jelas, ukuran
yang cukup besar, tidak multiple, tidak ada penyulit. Pada kasus fistul lebih proksimal
atau multiple, melibatkan kandung kemih atau leher kandung kemih dan pada kasus
fistula complex yang memerlukan penanganan lebih lanjut, ahli Urogenital Obstetri
Ginekologi akan berkolaborasi dengan ahli Urologi. Dan operasi repair dikerjakan
bersama (Ertandri, 2016). Ada beberapa tehnik repair fistula vesiko vagina. Pada
pasien ini dilakukan repair fistula dengan menggunakan tehnik latzko dalam spinal
anesthesi. Tehnik ini efektif pada fistula vesikovaginal yang berada di puncak vagina.
Dengan melakukan exisi cirkular mukosa vagina yang sudah diinfiltrasi adrenalin di
sekitar muara fistula. Setelah mukosa vagina di exisi, dilakukan penjahitan di muara
fistul menggunakan vicril 3.0 tanpa tension, lalu dilakukan penjahitan mucosa vagina.
Penjahitan menjadi two layer. Penanganan pasca operasi mempunyai peranan penting.

4
Pengaturan cairan, pemberian analgetik manajemen nyeri, pemasangan threeway
catheter selama 14 hari, antibiotik profilak, vulva hygiene, jumlah urin 2-3 Liter dalam
satu hari untuk memastikan tidak ada regangan kandung kemih. Pada hari ke 14 pasien
anjuran threeway catheter dilepas, dan dalam 2-3 hari tidak ada rembesan urin dari
kemaluan, pasien boleh pulang, kontrol tiga minggu post operasi. Pasien dianjurkan
tidak coitus selam 2-3 minggu (Ertandri, 2016). Pendekatan pembedahan fistula
urogenital dilakukan secara per abdominal atau per vaginam. Hal ini tergantung pada
temuan lokasi fistula. Namun pembedahan perabdominal mulai ditinggalkan dengan
berkembangnya teknologi lapasrcopic surgery. Penemuan lokasi yang akurat dilakukan
dengan menggunakan cystoendoskopi. Fistula yang berada lebih proksimal,
melibatkan leher kandung kemih, ureter, jumlah multiple, lokasi yang sulit
diidentifikasi akan melibatkan ahli Urologi menggunakan tehnik laparascopic surgery
dalam penanganannya (Ertandri, 2016).

2.6. Patofisiologi
Trauma pada kandung kemih saat melakukan tindakan histerektomi yang sulit atau
persalinan operatif sectio cesarea (SC) dapat menimbulkan fistula vesikovaginal.
Kebanyakan terbentuknya fistula vesikovaginal adalah saat melakukan diseksi tumpul
yang luas pada daerah kandung kemih saat memisahkan lapisan kandung kemih. Hal ini
menyebabkan devaskularisasi atau robekan yang tidak teridentifikasi pada dinding
posterior kandung kemih. Hal lain dalam tindakan pembedahan yang menyebabkan
terjadinya fistula adalah jahitan pada puncak vagina yang secara kebetulan melibatkan
kandung kemih, keadaan ini menjadikan jaringan sekitarnya iskemia, nekrosis dan
selanjutnya menjadi fistula (Mabeya, 2017). Fistula sebagai hasil dari suatu proses
persalinan terjadi saat persalinan lama atau dengan kesulitan. Bagian kepala janin akan
menekan bagian trigonal dan leher kandung kemih dengan penekanan ke bagian tulang
pubis pada simfisis. Keadaan demikan juga dapat menyebabkan iskemia dan nekrosis.
Hampir 10 – 15 % fistula tidak dijumpai pada 10 – 30 hari setelah tindakan pembedahan
atau persalinan. Bahkan ada fistula yang tidak manifes dalam hitungan bulan. Fistula
yang timbul sebagai komplikasi radiasi tidak tampak dalam kurun waktu tahun setelah

5
radiasi. Manifestasi lambat tersebut disebabkan oleh perubahan lanjutan oleh efek radiasi.
Timbul fibrosis pada jaringan subepitelial, hialinisasi jaringan ikat akan tampak dengan
pemeriksaan histologi. Terjadi perubahan vaskularisasi berupa obliterasi pembuluh darah
arteri. Perubahan pada pembuluh darah tersebut akan menghasilkan atropi atau nekrosis
pada epitel kandung kemih, kemudian terjadi ulserasi atau terbentuk fissura (Mabeya,
2017).
2.7 Penatalaksanaan
1. Medis Pengobatan yang dapat di lakukan yaitu dengan cara operasi.
Operasi untuk kasus ini tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan 90%.
Operasi ini sukses dapat memungkin kan perempuan untuk hidup norma dan
memiliki anak lagi. Perawatan pasca operasi sangat penting untuk mencegah
infeksi. Beberapa wanita yang tidak bersedia untuk operasi ini,dapat mencari
pengobatan alternatif yang disebut urostomy (pengumpulan urin dipakai setiap
hari).

Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa banyak wanita


dapat kembali bergabung dengan keluarga mereka, masyarakat, dan masyarakat
tanpa rasa malu dari kondisi mereka karena bocor dan bau tidak lagi sekarang.
an a. Pra operasi: persiapan fisik, lab, antibiotika profilaksis, persiapan kolon
bila perlu b. Waktu reparasi, tergantung sebab: 1) Trauma operasi segera, saat
operasi tersebut, atau ditunda jika diketahui pasca op 2) Obstetric 3 bulan
pascasalin, kecuali fistula fekalis dilakukan setelah 3-6 bulan c. Pasca operasi:
drainase urine kateter terpasang
2.8. Komplikasi
1. Infeksi
2. Gangguan fungsi reproduksi
3. Gangguan dalam berkemih
4. Gangguan dalam defekasi 5. Ruptur/perforasi organ yang terkait
2.9. Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap,CT,BT,Golongan Darah,Urium Creatinin,Proten,Albium.

6
BAB III
Asuhan Keperawatan Fistulla Genetalia
1. Pengkajian
Dilaksanakan pada klien dengan kelainan menstruasi selain dilakukan
pengkajian secara umum, juga dilakukan pengkajian khusus yang ada
hubungannya dengan kelainan menstruasi, adapun hal-hal yang perlu dikaji
adalah:
1) Pertama kali mendapat menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah, siklus
teratur atau tidak dan beberapa hari siklus.
2) Ada tidakannya rasa nyeri saat menstruasi.
3) Riwayat keluarga, apakah ada yang mempunyai penyakit yang sama.
4) Riwayat Obstetri :
5) Riwayat Perkawinan.
6) Kebiasaan hidup sehari-hari.
7) Penyakit yang pernah di derita.
8) Pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan perawatan.
9) Gejala gastro intestinal : tidak nafsu makan, mual, muntah.
10) Ada atau tidaknya pusing, sakit kepala, kurang konsentrasi.
11) Adanya kelelahan, banyak keringat.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan dismenorea
2) Potensial tidak efektifnya pertahanan diri sehubungan dengan :
 Kurangnya pengetahuan tentang penyebab penyakit
 Efek emosional dan fisik dari penyakit.
 Kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan pengobatan penyakit.
3) Kecemasan sehubungan dengan penyakit.
3. Tujuan
1) Klien mengetahui dan menerima respon fisik dan emosional dari siklus
menstruasi.
2) Klien dapat memilih therapi yang tetap.

7
3) Perawatan berhasil dengan baik atau klien dapat adaptasi dengan keadaan diri
bila therapy tidak memungkinkan.
4. Intervensi keperawatan
1) Mengkaji rasa nyeri : lokasi, type, lamanya dan riwayat ketidak nyamanan.
2) Memberi rasa nyaman dengan :
 Memberi kompres hangat pada abdomen.
 Anjurkan mandi hangat.
 Message punggung.
 Melakukan exercise atau relaksasi.
 Istirahat tidur.
 Memberi obat sesuai dengan program.
3) Mengadakan diskusi atau komunikasi dengan klien tentang :
 Perasaan yang dirasakan sekarang.
 Perubahan yang terjadi pada siklus menstruasi.
 Perawatan yang harus dilakukan.
4) Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya. Memberi
support mental, memberi harapan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan.
5. Evaluasi
1) Rasa nyeri berkurang.
2) Klien merasa nyaman.
3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
4) Rasa cemas berkurang dengan pengertian yang telah diberikan

8
BAB IV
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Anal fistula merupakan suatu saluran yang berasal dari kanal anus menunjuk kulit di
luar anus atau dari suatu abses pada kanal anus atau area perianal. Umumnya
penyebab anal fistula adalah infeksi. Gejala yang mungkin muncul antara lain
timbul bau busuk dari bagian perianal, pruritus, abscess berulang, demam, atau
nyeri di daerah perianal. Terapi konservatif medikamentosa dengan pemberian
analgetik, sntipiretik serta profilaksisantibiotik jangka panjang untuk mencegah
fistula rekuren. Penatalaksanaan yang dapat di lakukan yaitu operasi/pembedahan,
Terapi hiperbarik dapat menjadi terapi tambahan untuk mempercepat propses
penyembuhan luka pasca operasi anal fistula.
3.2. Saran
Jika tanda dan gejala anal fistula muncul, segera ke pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan diri karena ada kemungkinan bahwa itu adalah keadaan lain seperti
Kankeranorektum, tuberkolosis karena bakteri yang menginfeksi paru dapat
menyebar ke bagian tubuh lain, penyakit menular seksual seperti sifilis dan
klamidia, komplikasi akibat opersai, bawaan lahir, feses yang mengeras, diare
kronik atau traumaani. Terapi hiperbarik dapat menjadi terapi tambahan untuk
mempercepat proses penyebuhan luka pasca operasi anal.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (2014), Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung
JNPKKR-POGI (2015), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Wong,Dona L& Perry, Shanon W (2013) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book
Co., Philadelphia
Lynda Juall Carpenito (2014), Buku Saku DiagnosaKeperawatan, EGC, Jakarta
Bagian Ostetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran (2015) FK
UNPAD, Bandung
Manuaba IBG, (2016), Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arcan, Jakarta
http://evamarialewedalu.blogspot.com/2014/06/askep- mioma-uteri.html

10

Anda mungkin juga menyukai