KMB I
Disusun Oleh :
Anisa Afriani (A02020011)
Annisa Fitriani (A02020012)
Annisa Sholihatul Jannah (A02020013)
Arlika Kusuma Wardani (A02020015)
Asyifa Arnanda Mustika (A02020016)
Aulia Fitriana (A02020017)
Bagas Andika Putra (A02020018)
Bayu Widiarto (A02020019)
Bella Apricya Nirmala Saefudin (A02020020)
Chairunissa Widya Putri (A02020021)
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Asma adalah kondisi ketika saluran udara meradang, sempit dan membengkak, dan
menghasilkan lendir berlebih sehingga menyulitkan bernapas. Asma bisa ringan atau bisa
juga mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat
menyebabkan serangan yang mengancam jiwa. Asma dapat menyebabkan kesulitan
bernapas, nyeri dada, batuk, dan napas berbunyi. Gejala terkadang menjadi parah.Asma
biasanya dapat ditangani dengan inhaler penyelamatan untuk mengobati gejala dan
pengendali inhaler yang mencegah gejala. Kasus yang parah mungkin membutuhkan
inhaler yang berefek lebih lama yang menjaga saluran udara terbuka, serta steroid oral.
(http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/738/467 )
Sistem respirasi secara garis besar terdiri dari bagian konduksi yang terdiri dari cavum
nasi, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminal; dan bagian
respirasi (tempat terjadi pertukaran gas) yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus
alveolar, dan alveoli. Menurut klasifikasi berdasarkan saluran napas atas dan bawah,
saluran napas atas terbatas hingga faring sedangkan saluran napas bawah dimulai dari
laring, trakea, bronkus dan berakhir di paru.
Hidung merupakan bagian dari wajah yang terdiri dari kartilago, tulang, otot, dan kulit
yang melindungi bagian depan dari cavum nasi. Cavum nasi merupakan bangunan
menyerupai silinder dengan rongga kosong yang dibatasi tulang dan dilapisi mukosa
hidung. Fungsi dari cavum nasi adalah untuk menghangatkan, melembabkan, dan
menyaring udara yang memasuki hidung sebelum mencapai paru. Rongga hidung kiri dan
kanan masing-masing memiliki dua komponen yaitu rongga depan eksterna (vestibulum)
dan rongga hidung interna (fossa). 12 Vestibulum adalah bagian yang terletak paling
depan dan merupakan bagian yang melebar dari setiap rongga hidung. Kulit hidung pada
bagian nares (lubang hidung) melanjut sampai vestibulum yang memiliki apparatus
kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan rambut pendek kasar yang menyaring bahan
partikulat dari udara inspirasi. Pada vestibulum epitel sudah tidak berkeratin dan
mengalami transisi ke epitel pernapasan sebelum memasuki fossa hidung.15 Rongga
hidung terletak di dalam tulang tengkorak sebagai dua ruang kavernosa yang dipisahkan
oleh tulang septum hidung. Dari masing-masing dinding lateral cavum nasi terdapat
proyeksi tulang yang memanjang dari depan ke belakang berbentuk seperti rak yang
disebut konka nasi. Konka nasi tengah dan bawah ditutupi dengan epitel pernapasan
sedangkan konka nasi atas ditutupi dengan epitel olfaktori. Rongga saluran udara yang
sempit antara konka meningkatkan pengkondisian udara inspirasi dengan meningkatkan
luas permukaan epitel pernapasan untuk menghangatkan dan melembabkan udara serta
meningkatkan turbulensi aliran udara. Hasilnya adalah peningkatan kontak antara aliran
udara dan lapisan mukosa. Dalam lamina propria dari konka terdapat pleksus (anyaman)
vena besar yang dikenal sebagai swell bodies. Setiap 20-30 menit swell bodies di satu sisi
dipenuhi dengan darah dalam waktu yang singkat, mengakibatkan distensi dari mukosa
konka dan secara bersamaan terjadi penurunan aliran udara. Selama proses ini
berlangsung sebagian besar udara dialirkan melalui fossa hidung lain sehingga
memudahkan mukosa pernapasan yang membesar untuk rehidrasi.
2. Sel Olfaktori
Sel basal berukuran kecil, berbentuk bulat atau kerucut dan membentuk sebuah
lapisan di lamina basalis. Sel basal adalah sel punca untuk sel penunjang olfaktori dan
neuron olfaktori.
Sel penunjang olfaktori merupakan sel columner, apeks silindris dan bagian dasar
yang menyempit. Di permukaannya terdapat mikrovili yang terendam dalam cairan
mukus. Peran sel-sel ini belum dapat dipahami dengan baik, tetapi sel penunjang
memiliki banyak kanal ion yang berfungsi untuk mempertahankan lingkungan mikro
yang kondusif untuk fungsi penciuman dan kelangsungan hidup sel olfaktori.
Neuron penciuman yang merupakan neuron bipolar terdapat seluruh epitel olfaktori.
Dibedakan terhadap sel penunjang dari posisi inti yaitu terletak di antara sel
penunjang dan sel-sel basal. Akhiran dendrit dari setiap neuron penciuman
membentuk anyaman saraf dengan basal bodies. Dari basal bodies muncul silia non-
motil panjang dengan aksonema defektif namun memiliki luas permukaan yang
cukup sebagai membran kemoreseptor. Reseptor ini merespon zat bau-bauan dengan
menghasilkan aksi potensial di sepanjang (basal) akson neuron kemudian
meninggalkan 15 epitel dan bersatu dalam lamina propria sebagai saraf yang sangat
kecil yang kemudian melewati foramina cribiformis dari tulang ethmoid dan melanjut
otak. Di otak akson reseptor olfaktori membentuk saraf kranial I, saraf penciuman,
dan akhirnya membentuk sinaps dengan neuron lain di bulbus olfaktori.
Sinus paranasal adalah rongga bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid, dan
sphenoid pada tengkorak. Dilapisi dengan epitel respiratori tipis dengan jumlah sel
yang sedikit. Lamina propria terdiri dari beberapa kelenjar kecil dan kontinu dengan
periosteum. Sinus paranasal berhubungan dengan rongga hidung melalui lubang kecil
dan lendir yang diproduksi dalam sinus mengalir ke rongga hidung oleh karena
adanya aktivitas sel-sel epitel bersilia.17 Terletak di belakang rongga hidung,
nasofaring adalah bagian pertama dari faring, ke arah kaudal (bawah) menerus
menjadi orofaring yang merupakan bagian belakang rongga mulut. Nasofaring
dilapisi dengan epitel respiratori dan terdapat bangunan tonsil faring medial dan
lubang bilateral dari tuba eustachii menuju telinga tengah.
4. Faring
Setelah melalui cavum nasi, udara yang diinhalasi akan memasuki faring. Faring
disebut juga sebagai tenggorokan yaitu suatu silinder berongga dengan dinding yang
terdiri dari otot. Faring merupakan bagian yang menghubungkan bagian ujung
belakang cavum nasi dengan bagian atas esofagus dan laring. Faring dibagi menjadi
tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring merupakan
bagian teratas dari faring dan berada di belakang dari cavum nasi. Udara dari cavum
nasi akan melewati nasofaring dan turun melalui orofaring yang terletak di belakang
cavum oris dimana udara yang diinhalasi melalui mulut akan memasuki orofaring.
Berikutnya udara akan memasuki 17 laringofaring dimana terdapat epiglottis yang
berfungsi mengatur aliran udara dari faring ke laring.
(http://eprints.undip.ac.id/54206/3/
Andica_Diamanta_22010113130187_Lap.KTI_Bab_2.pdf)
D. Manifestasi Klinis
ASUHAN KEPERAWATAN
Contoh Kasus
Ny.B berusia 50 tahun dirawat diruang Al-maun PKU sruweng dengan keluhan sesak nafas,
batuk tetapi tidak mengeluarkan dahak sejak 2 munggu yang lalu. RR :30x/menit, TD :
120/80 mmHg, Nadi : 90x/menit, suhu : 36,3. Klien mengatakan mempunyai riwayat asma
sejak 4 tahun yang lalu. Klien merupakan ibu rumah tangga. klien mengatakan kebutuhan
keseharian dibantu oleh keluarga
A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Ny.B
Umur : 50 tahun
Alamat : Sruweng
Diagnosa keperawatan : sesak napas
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. C
Umur : 57 tahun
Hubungan dengan pasien : Suami
Riwayat penyakit pasien
1. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak napas
2. Riwayat penyakit sekarang
Ny.B berusia 50 tahun dirawat diruang Al-maun PKU sruweng dengan keluhan sesak
nafas, batuk tetapi tidak mengeluarkan dahak sejak 2 munggu yang lalu. RR :30x/menit,
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 90x/menit, suhu : 36,3. Klien mengatakan mempunyai
riwayat asma sejak 4 tahun yang lalu. Klien merupakan ibu rumah tangga. klien
mengatakan kebutuhan keseharian dibantu oleh keluarga
3. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat keluarga
4. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit asma sejak 4 tahun yang lalu
B. Pola fungsional menurut Virginia Henderson
1) Bernafas dengan Normal
a. Sebelum sakit : klien mengatakan ia bernapas dengan normal
b. Saat sakit : klien mengatakan mengeluh sesak nafas, batuk tetapi tidak dapat
mengeluarkan dahak, sudah dari 2 minggu yang lalu
2) Nutrisi
a. Sebelum sakit : klien mengatakan ia makan 3 x sehari dengan porsi satu piring
nasi, sayur, lauk, sering makan buah pisang. Dan minum air putih 8 gelas sehari dan
sesekali klien minum kopi, dan minuman bersoda.
b. Saat sakit : klien mengatakan ia makan 3x sehari. Ia minum air putih
sebanyak 4 -5 gelas/hari
3) Eliminasi
a. Sebelum sakit : Klien mengatakan ia BAB 1 kali sehari dan BAK 6 kali sehari
dan tidak ada gangguan eliminasi.
b. Saat sakit : Klien mengatakan ia BAB 2 hari 1x dan BAK 5 kali sehari dan
tidak ada gangguan eliminasi. BAB: padat dan berwarna kuning, BAK; berwarna
kuning
4) Gerakan dan Keseimbangan tubuh
a. Sebelum sakit : klien mengatakan ia dapat beraktivitas dengan normal
b. Saat sakit : klien mengatakan aktivitasnya terbatas karena ia merasakan sesak
nafas .
5) Istirahat Tidur
a. Sebelum sakit : Klien mengatakan ia dapat istirahat dan tidur selama 8 jam sehari
b. Saat dikaji : klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena sesak
napas.
6) Berpakaian
a. Sebelum sakit : klien mengatakan setiap hari hanya menggunakan kaos pendek
dan celana pendek
b. Saat dikaji : klien menggunakan kaos lengan panjang dan celana panjang.
7) Mempertahankan Sirkulasi.
a. Sebelum sakit : klien mengatakan ia dapat memilih dan memakai pakaian tebal
atau tipis sesuai dengan suhu lingkungannya
b. Saat sakit : klien mengatakan ia sering memakai pakaian yang tipis untuk
mengurangi rasa nyeri
8) Personal Hygine
a. Sebelum sakit : klien mengatakan ia mandi dan sikat gigi 2 kali sehari dilakukan
sendiri.
b. Saat dikaji : klien mengatakan mandi 2 kali sehari, dan menggosok gigi 3 kali
sehari
9) Rasa aman dan nyaman
a. Sebelum sakit : klien mengatakan nyaman melakukan aktivitas
b. Saat dikaji : klien mengatakan tidak nyaman melakukan aktivitas karena
sesak napas.
10) Berkomunikasi
a. Sebelum sakit : klien mengatakan ia berkomunikasi dengan normal
b. Saat sakit : klien dapat berkomunikasi dengan normal
11) Kebutuhan Spiritual
a. Sebelum sakit : klien mengatakan ia sholat 5 waktu setiap hari
b. Saat sakit : klien mengatakan masih melakukan ibadah solat 5 waktu
12) Kebutuhan bekerja
a. Sebelum sakit : klien mengatakan ia mampu menuntaskan pekerjaannya tanpa
bantuan
b. Saat sakit : klien mengatakan tidak dapat berkerja karena bila melakukan
aktivitas berat klien merasa sesak.
2 01 September 2021 DS
- Klien mengatakan nyeri dada
DO
- RR: 30x/menit, TD: 120/80mmHg, Nadi:
90x/menit, Suhu: 36 C. CRT 3 detik, Akral
teraba dingin
Pengkajian PQRST :
P : Nyeri dada
Q : Nyeri seperti ditekan
R : Nyeri di dada sebelah kanan
S : Skala nyeri 3
T : Sejak 2 minggu yang lalu
Prioritas diagnosa keperawatan
D. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Npapas Tidak Efektif b.d Hipersekresi Jalan Napas
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
E. Intervensi Keperawatan
Tanggal/ NO Tujuan Intervensi
Jam DX
dispnea 2 4
Ket :
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
Ket :
1 : meningkat
2 : cukup meningkat
3 : sedang
4 : cukup menurun
5 : menurun
F. Implementasi Keperawatan
Tanggal Jam implementasi Evaluasi Formatif
01 14.00 1. Memonitor pola nafas DS:
Septemb Klien mengatakan dada terasa
er 2021 sesak, batuk tidak mengeluarkan
dahak
2. Memonitor tanda-tanda DO:
vital RR: 30x/menit
TD: 120/80mmHg
Nadi: 90x/menit
Suhu: 36 C. CRT 3 detik, Akral
teraba dingin
DS:
3. Identifikasi skala nyeri
klien mengatakan nyeri dada
DO :
Klien tampak kesakitan
15.00
16.00
Kolaborassi pemberian Ds :
bronkodilator Kliem mengatakan masih sesak
18.00 nafas
Menganjurkan mengonsumsi Do :
cairan 2000 ml/hari Klien tampak mengerti dengan
19.00 anjuran yang diberijan
Do :
15.00 Memantau sputum Klien tampak sedikit lebih lega
Ds :
Memantau pola nafas Klien mengatakan sudah bisa
mengeluarkan dahak
Ds :
Mengatakan sesak nafas mulai
berkurang
Do :
TD : 110/80 mmHg
N : 86 x/menit
S : 36,5℃
RR : 20x/menit
Evaluasi Keperawatan