Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

DETEKSI KOMPLIKASI DAN PENYULIT PADA KEHAMILAN


TRIMESTER PERTAMA

ANGGOTA:
 ANISA RAHMA SADIKA PUTRI : 2015303004
 ANTEL ULTARI : 2015302007
 DINA PUTRI : 2015302009
 EGI NURRANI : 2015302012
 FATHIA BIHRAL JIHAN : 2015302014
 FAZHA APRIELA FIARDEANSYAH : 2015302016
 FEBBI ARDINASARI : 2015302017
 FRIZILYA ERGA OCTAVIANI : 2015302018
 HADIVA SAJIDA : 2015302020
 MELANI AFRIANTI : 2015302027
 NOFIANTI ANGGIA PUTRI : 2015302031
 RAHMA DILLAH FITRI : 2015302036

MATA KULIAH : ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN


KELAS : REGULER SEMESTER 3
DOSEN : Ibu DETTY AFRIYANTI, S. ST, M. Keb
D4 KEBIDANAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK
2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyeleseikan Asuhan Kebidanan Persalinan
ini dengan baik.

Selama dalam menyusun tutorial asuhan kebidanan kehamilan dengan judul “Deteksi
Komplikasi dan Penyulit pada Kehamilan Trimester Pertama”, kami mengalami kesulitan dan
kendala yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan wawasan serta pola
pikir kami. Namun berkat keyakinan, keingginan dan usaha dengan sungguh-sungguh akhirnya
semua hambatan itu dapat kami atasi.

Kami menyadari sedalam-dalamnya bahwa kami tidaklah sempurna dalam pembuatan


makalah ini. Dengan demikian kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memenuhi
persyaratan dalam Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan ini dan dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Tidak lupa kami berterima kasih kepada Dosen Ibu Detti Afriyanti, S.ST, M. Keb dalam
mengampuh Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan.

Bukittinggi, 23 September 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 6

A. pengertian Kehamilan ............................................................................................. 6


B. pengertian kehamilan trimester 1 ........................................................................... 6
C. perkembangan janin kehamilan trimester 1 ............................................................ 6
D. perubahan fisiologis dan psikologis ibu hamil trimester 1 ..................................... 8
E. keluhan-keluhan pada ibu hamil trimester 1 serta cara mengatasi ......................... 13
F. kebutuhan pada ibu hamil trimester 1..................................................................... 15
G. perbedaan primigravida dan multigravida .............................................................. 17
H. tanda bahaya kehamilan trimester 1 ....................................................................... 18
I. gangguan pada kehamilan trimester 1 .................................................................... 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 36

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 36
B. Saran ..................................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 38

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan menjadi hal yang dinantikan, juga dicemaskan oleh banyak perempuan. Untuk
yang baru hamil pertama kali, mungkin bertanya-tanya, perubahan apa saja yang akan
dialami selama tahap kehamilan yang lazim dibagi menjadi trimester pertama (0-12 minggu),
trimester kedua (13-24 minggu), dan trimester ketiga (25-40 minggu).
Dari kebanyakan ibu hamil sering mengatakan adanya keluhan seperti mual, muntah, tidak
nafsu makan, pening dan lain-lain . Kekhawatiran ini kemungkinan lebih disebabkan karena
kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, tubuh ibu mengalami banyak perubahan. Perubahan
hormon mempengaruhi hampir semua sistem organ dalam tubuh ibu. Perubahan ini dapat
memicu gejala bahkan dalam minggu-minggu pertama kehamilan.

B. Rumusan
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Kehamilan?
2. Bagaimana perkembangan janin kehamilan trimester 1?
3. Bagaimana perubahan fisiologis dan psikologi ibu hamil trimester 1?
4. Apa saja keluhan – keluhan yang sering didapatkan pada ibu hamil trimester 1
5. serta cara mengatasinya?
6. Apa saja kebutuhan pada ibu hamil trimester 1?
7. Apa perbedaan antara primigravida dan multigravida?
8. Apa tanda – tanda bahaya pada kehamilan trimester 1?
9. Apa gangguan pada kehamilan trimester 1?

4
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui pengertian kehamilan
2. Mengetahui fisiologi pertumbuhan janin pada usia kehamilan trimester 1
3. Mengetahui perubahan fisiologis dan psikologi ibu hamil trimester 1
4. Mengetahui keluhan – keluhan yang sering didapatkan pada ibu hamil trimester 1 serta
cara mengatasinya
5. Mengetahui kebutuhan pada ibu hamil trimester 1
6. Mengetahui perbedaan antara primigravida dan multigravida dan tanda bahaya kehamilan
trimester 1.
7. Mengetahui gangguan pada kehamil;an trimester 1

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 250 hari (40 minggu / 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir (Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal hal 89)
Kehamilan merupakan pertemuan sel telur dan sperma,nidasi, tumbuh kembang
dalam rahim merupakan mata rantai yang berkesinambungan.
( Ilmu kebidanan,yayasan bina pustaka Sarwono prawiroharjo, Jakarta 2009)
Kehamilan adalah keadaan yang diawali dengan bertemunya sel sperma dan ovum
kemudian membentuk zigot, dalam proses selanjutnya zigot akan berubah menjadi
morulla, blastula, blastokist, yang akan melakukan nidasi pada endometrium. Kemudian
hasil konsepsi (janin dan plasenta) akan tumbuh dan berkembang sampai aterim dan di
akhiri persalinan.

B. Pengertian Kehamilan Trimester I


Kehamilan trimester pertama adalah kehamilan pada masa 0 – 12 Minggu. Pada
masa trimester pertama ini terdapat 3 periode penting pertumbuhan bayi di dalam rahim.
Ketiga masa pertumbuhan bayi tersebut yakni :
a. Masa Germinal, yaitu masa antara Minggu ke-0 sampai Minggu ke-3.
b. Masa Embrio, yaitu masa antara Minggu ke-3 sampai Minggu ke-8.
c. Masa Fetus, yakni masa antara Minggu ke-9 sampai Minggu ke-12.

C. Perkembangan janin kehamilan trimester 1


1. Minggu ke-1
Minggu ini merupakan proses pembentukan antara sperma dan telur yang
memberikan informasi bahwa telah ada calon bayi dalam rahim. Saat ini janin sudah
memiliki segala bekal genetik, sebuah kombinasi unik berupa 46 jenis kromosom
manusia.

6
2. Minggu ke-2
Perubahan terjadi pada akhir minggu ke dua.Sel telur yang telah dibuahi membelah
dua.Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim.
Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morulla. Pada hari ke-12 jumlahnya
telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada endometrium.
3. Minggu ke-3
Sampai usia kehamilan 3 minggu, sel telur membelah menjadi ratusandan akan
menempel pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil berdiameter
0,1-0,2 mm.
4. Minggu ke-4
Bayi membentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan ( Chorionic
Gonadotropin – HCG 0.Saat ini terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta
jantung dan aorta.
5. Minggu ke-5
Terbentuk 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Endoderm adalah
lapisan yang paling atas yang akan membentuk system saraf pada janin tersebut dan
seterusnya mambentuk otak,tulang belakang,kulit serta rambut. Lapisan mesoderm
berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung, buah pinggang,
tulang dan organ reproduktif. Lapisan endoderm yaitu lapisan paling dalam yang akan
membentuk usus, hati, pankreas dan pundi kecil.
6. Minggu ke-6
Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm yang diukur dari puncak hingga bokong. Tuba saraf
sepanjang punggung bayi telah tertutup. Sistem pernapasan dan pencernaan mulai
terbentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki mulai
tampak
7. Minggu ke-7
Akhir minggu ke 7, panjangnya sekitar 5 – 13 mm dan beratnya 0,8 gram. Kira-kira
sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan
tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu
pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.

7
8. Minggu ke-8
Panjang kira-kira 14-20 mm. Bayi sudah mulai berbentuk, diantaranya pembentukan
lubang hidung, bibir, mulut serta lidah. Anggota tangan serta kaki juga berbentuk
walaupun belum sempurna
9. Minggu ke-9
Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang, berikut jari
kaki dan tangan mulai tampak.DJJ mulai terdengar, panjang sekitar 22-30 mm dan
beratnya sekitar 4 gram.
10. Minggu ke-10
Semua organ penting mulai bekerjasama,pertumbuhan otak meningkat dengan cepat
hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Bayi mulai seperti manusia
kecil dengan panjang 32-40 mm dan berat 7 gram.
11. Minggu ke-11
Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm, baik rambut, kuku jari tangan dan
kakinya mulai tumbuh. Posisi bayi mulai berputar dan bisa dirasakan ibu
12. Minggu ke-12
Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil, jari-jari tangan dan kaki yang
mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga perut. Akibat
meningkatnya volume darah ibu, detak jantung janin bisa meningkat. Panjangnya
sekitar 63 mm dan beratnya 14 gram

D. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Ibu Hamil Trimester 1


A. Perubahan fisiologis ibu hamil Trimester 1
1. Vulva dan Vagina
 Karena pengaruh estrogen terjadi perubaha pada vulva dan vagina. Akibatnya
hiervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan yang
sering disebut tanda chadwick.
 Selama masa hamil pH sekresi vagina menjadi lebih asam, keasaman berubah
dari 4 minggu 6,5. Hal ini dapat menyebabkan keputihan.

8
2. Servik Uteri
 Servik menjadi lunak yang disebut tanda Goodell.
 Sekresi kelenjar menjadi lebih banyak dan meneluarkan pervaginam lebih
banyak.
 Sebab pelunankan servik karena pembuluh darah dalam servik bertambah.
 Keadaan serviks pada kehamilan TM I terjadi peningkatan hormone estrogen
sehingga terjadi Lochorea.
3. Uterus
 Uterus membesar yang disebabkan oleh hipertrofi dan hiperplasi otot-ptot polos
rahim, serabus – serabut kologen yang ada menjadi higrokopik.
 Uterus yang mengalami perubahan berat, bentuk dan posisi menekan kandung
kemih menyebabkan wanita hamil nocturia (sering kencing)
 Pada minggu ke 8 uterus membesar sebesar telur bebek.
 Pada kehamilan 0 – 12 minggu, kavum uteri masih berisi gumpalan
darah/tegangan,
 besarnya kira-kira 2-3 jari di atas sympisis. Untuk akomodasi pertumbuhan
janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim,
serabut-serabut kelagennya menjadi higroskopik. Endometrium menjadi
desidua.
 Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah alpukat.
 Berat uterus akan naik secara luas bisa dari 300 gram sampai 1000 gram pada
akhir
 kehamilan (40 minggu).
 Rahim pada kehamilan 2 bulan sebesar telur bebek dan kehamilan 3 bulan
sebesar
 telur angsa.
 Pada minggu pertama isthmus rahim mengadakan hipertrofi dan bertambah
panjang
 sehingga bila diraba terasa lunak, disebut tanda hegar.
 Posisi rahim dalam awal kehamilan dalam letak antefleksi atau retrofleksi.

9
4. Ovarium
 Ovulasi terhenti. Masih terdapat karpus luteum graviditas sampai terbentuknya
 plasenta yang mengalami alih pengeluaran estrogen dan progresteran
 Terjadi pembentukan plasenta dan akan sempurna pada usia 16 minggu.
 Corpus luteum menghasilkan hormon estrogen progesteron serta relaxin
mempunyai
 pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.
5. Metabolisme
 Pada wanita hamil Basal Metabolisme Rate (BMR) meningkat, sistem endokrin
juga meningkat.
 Berat badan wanita hamil meningkat akan naik kira-kira 6,5 – 16,5 kg rata-rata
12,5 kg. Pada triwulan I penambahan berat badan + 1 kg.
 Metabolisme lemak juga terjadi kadar kolesterol meningkat sampai 350
mg/lebih per 100 cc.
 Kalsium dibutuhkan rata-rata 1,5 mg per hari.
 Fosfor : rata-rata 2 gram/hari
 Zat besi + 800 mg atau 30-50 mg/hari
 Air : wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
6. Mammae
 Terjadi peningkatan estrogen mempengaruhi pembesaran mammae disebabkan
hypertrofi dari alveoli.Hal ini sering menyebabkan hypersentsitivitas pada
mammae.
 Terjadi hiperpigmentasi menyebabkan papila mammae membesar lebih tegang
dan hitam dan areola menjadi lebih hitam dan lebar serta glandula montgomery
lebih jelas dan menonjol.
 Timbul strie pada payudara.Dapat teraba noduli-noduli akibat hipertrofi
kelenjar alveolus.
 Bayangan vena-vena lebih membiru.

10
7. Sistem Pencernaan
 Pengeluaran asam lambung meningkat menyebabkan darah lambung terasa
panas.
 Akibat peningkatan HC6 dan estrogen menyebabkan pengeluaran air liur terasa
 berlebihan (hipersalivasi).
 Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan
akan
 lebih lama berada dalam saluran pencernaan.
 Resorbsi makanan baik, namun akan menimbulkan obstipasi.
 Gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari
disebut
 morning sickness.
8. Sirkulasi Darah
 Volume plasma meningkat rata-rata 50% sementara masa RBC meningkat
hanya 18 – 30% maka terjadi penurunan hematokrit selama kehamilan normal
sehingga disebut anmeia fisiologis.
 Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunan dalam periver.
 Hidung tersumbat / berdarah karena pengaruh hormon estrogen dan
progresteran
9. Sistem integument
 Mulai muncul linea nigra.
 Meningkatkan sirkulasi dan aktivitas vasomotor, jaringan elastis kulit mudah
pecah
 menyebabkan strie gravidarum.
 Biasanya terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, hidung, dikenal sebagai
kloasma
 Gravidarum
 Vulva terjadi hiperpigmentasi merah kebiruan disebut tanda Chadwick.

11
10. Tulang dan gigi
 Persendian panggul akan terasa lebih longgar.
 Terjadi pelebaran pada ruang persendian.
 Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin,
kalsium
 maternal pada tulang-tulang panjang akan berkurang untuk memenuhi
kebutuhan ini.
 Bila konsumsi kalsium cukup, gizi tidak akan kekurangan kalsium menurunkan
risiko
 gingivitis.
11. Sistem Pernafasan
 Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek nafas.
 Seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam.
 Yang lebih menonjol adalah pernafasan dada (thorack breathing).
12. Sistem Perkemihan
 Ginjal bekerja lebih berat
 Pada TM I ibu mengeluh sering kencing karena vesika urinaria tertekan uterus.

B. Perubahan Psikologi Ibu Hamil Trimester 1


 Pengaruh hormon estrogen dan prograsteran yang meningkat pada tubuh ibu
akan mempengaruh perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang
merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
 Ibu hamil akan mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya hamil.
Setiap
 perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan
 Hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada trimester pertama berbeda-beda.
 Namun kebanyakan mereka mengalami penurunan libidio (gairah seksualitas)
karena dipengaruhi kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan,
kekuatiran.Sehingga dalam hal ini membutuhkan komunitas secara terbuka dan
jujur.

12
E. Keluhan-keluhan Pada Ibu Hamil Trimester 1 Serta cara Mengatasinya
a. Ngidam
Penyebab : Mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai
apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah.
Cara meringankan :
1. Tidak seharusnya menimbulkan kekhawatiran asal cukup berganti dan makanan
yang diidamkan bukan makanan yang tidak sehat.
2. Menjelaskan tentang bahaya makanan yang tidak baik.
3. Mendiskusikan makanan yang dapat diterima yang meliputi makanan yang bergizi
dan memuaskan ngidam atau kesukaan tradisional.
b. Morning sickness, Penyebab :
1. Peningkatan kadar HCG, estrogen / progesterone
2. Relaksasi otot-otot halus
3. Perubahan metabolisme karbohidrat yang berlebih.
4. Alergis
c. Cara meringankan :
1. Minum teh hangat dan gula saat bangun tidur sebelum berjalan.
2. Makanan porsi kecil sering, yang bergizi.
3. Hindari makanan yang berlemak.
4. Hindari bau atau faktor penyebab.
5. Duduk tegak setiap kali selesai makan.
6. Makan makanan kering dengan minum diantara waktu makan
7. Minum minuman berkarbonat
8. Bangun secara berlahan dan hindari melakukan gerakan tiba-tiba
9. Hindari menggosok gigi segera setelah makan
10. Istirahat sesuai kebutuhan dengan posisi kaki ditinggikan saat berbaring.
11. 1Hindari tempat tertutup dan cari tempat dengan udara sejuk.
d. Hipersalivasi
Penyebab : Hormone kehamilan yang menyebabkan peningkatan pengeluaran saliva.
Cara meringankan :
1. Gunakan pembersih mulut jika diperlukan.

13
2. Kunyahlah permen karen dan hisap permen yang keras.
3. Hindari kebiasaan meludah.
e. Sering berkemih/Nocturia
Penyebab : Tekanan kandung kemih karena pembesaran uterus. Cara meringankan:
1. Berkemihlah segera setiap ada keinginan untuk berkemih.
2. Tingkatkan asupan cairan siang hari dan kurangi asupan cairan malam hari, hindari
cafein
3. Tingkatkan kebersihan genetalia.
f. Nyeri uluhati
Penyebab : Tekanan ulu hati karena pembesaran uterus. Cara meringankan:
1. Tekuk lutut kearah abdomen
2. Mandi dengan air hangat
3. Gunakan bantalan hangat pada area yang nyeri.
4. Topang uterus dengan bantal saat berbaring miring.
g. Keringat bertambah
Penyebab : Penurunan metabolism tubuh.Cara meringankan:
1. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar.
2. Banyak minum dan bukalah jendela.
3. Hindari tempat tertutup dengan suhu tinggi.
4. Mandi dan berendam air hangat
5. Carilah tempat yang sejuk saat istirahat.
h. Sakit kepala
Penyebab : Pengumpulan darah pada tungkai yang menghambat aliran balik vena dan
menurunkan output cardiak. Cara meringankan:
1. Lakukan latihan nafas dalam dan teknik relaksasi supaya bisa rileks.
2. Minum banyak air supaya tidak mengalami dehidrasi.
3. Istirahat yang cukup dan makan teratur.
4. Bangun perlahan dari posisi istirahat.
5. Hindari waktu berdiri lama.

14
i. Keputihan
Penyebab : Perubahan hormon kehamilan yang meningkatkan ekskresi vagina. Cara
meringankan:
1. Tingkat kebersihan genetalia.
2. Hindari pencucian vagina dengan bahan kimia yang membahayakan.
3. Hindari celana dalam yang terlalu ketat.
4. Pakai celana dalam berbahan katun.
5. Sering ganti celana dalam setiap kali basah.
j. Anemia
Penyebab: Dalam kehamilan terjadi perubahan volume darah atau hydraemia
(peningkatan sel darah merah 20-30% sedangkan plasma darah 50%). Cara
meringankan :
1. Konsumsi tablet Fe 1 x 1 selama 90 hari pada kehamilan.
2. Konsumsi makanan berupa sayuran hijau.
3. Konsumsi makanan dengan pola gizi seimbang.

F. Kebutuhan Pada Ibu Hamil Trimester 1


a. Oksigen (O2)
Konsumsi keseluruhan O2 meningkat sekitar 15% sampai 20% dalam kehamilan
sekitar setengah dari peningkatan ini disebabkan oleh rahim dan isinya. Sisanya
disebabkan terutama oleh peningkatan kerja ginjal dan jantung ibu. Penambahan yang
lebih kecil adalah akibat kerja otot pernafasan dan payudara.
b. Nutrisi
Untuk mengkondisikan perubahan yang terjadi selama kehamilan, banyak nutrient
yang digunakan dalam jumlah besar dari pada jumlah yang dibutuhkan orang dewasa
normal.Recomendasi untuk meningkatkan asupan nutrisi tertentu selama kehamilan
telah diatur oleh national Research Concil (1989) dalam bentuk RDA. Nutrisi-nutrisi
yang dibutuhkan antara lain:

15
1. Energi, Sumber utama energi adalah karbohidrat.
2. Cairan, Asupan cairan yang cukup memperbaiki BAB yang kadang-kadang
menjadi masalah selama hamil. Jumlah masukan cairan yang direkomendasikan
dalam sehari sekitar 6-8 gelas (1500 sampai 2000 ml).
3. Vitamin, Terdapat peningkatan kebutuhan vitamin A, D, E, K selama hamil serta
B6 dan B12.
4. Zat Besi, Kebutuhan wanita hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan
plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang
perlu ditimbun selama hamil adalah 1040 mg.
5. Kalsium, Asupan kalsium yang dianjurkan kurang lebih 1200 mg/hari. Bagi ibu
hamil yang berusia diantara 25 tahun cukup 800 mg.
6. Asam folat, Merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya selama hamil
berlipat dua kali.
7. Seng, Jumlah seng yang direcomendasikan selama hamil ialah 15 mg sehari. Dapat
diperoleh dari daging, kerang, roti, gandum utuh dan sereal.
8. Natrium, Selama hamil konsumsi natrium di bawah 35 gr/hari.
c. Personal Hygiene
1. Kebersihan tubuh
Memberikan rasa nyaman dan memberikan ketenangan karena tubuh yang dirawat
akan menghindari dari infeksi penyakit.
2. Mulut (gusi dan gigi)
Memeriksa gigi dengan teratur dan merawat dengan baik pada masa hamil sangat
penting karena perubahan hormonal selama kehamilan dapat menyebabkan
masalah gigi.
3. Payudara
Menjaga putting susu selama hamil sangat penting untuk persiapan pada saat
laktasi.
4. Mandi
Mandi minimal 2x sehari
5. Vulva

16
Merupakan pintu gerbang bagi kelahiran anak. Kebersihan vula harus dijaga betul-
betul dengan lebih serius membersihkannya.
d. Kebutuhan istirahat.
Kebutuhan istirahat pada ibu hamil trimester I meningkat dikarenakan pada
kehamilan trimester I banyak ketidaknyamanan yang menyebabkan kebutuhan
istirahat bertambah.Untuk memenuhi kebutuhan istirahat maka istirahat pada siang
hari juga ditingkatkan.

G. Perbedaan Primigravida dan Multigravida


a. Primigravida
 Buah dada tegang
 Puting susu runcing
 Perut tegang dan menonjol kedepan
 Striae lividae
 Perineum utuh
 Vulva tertutup
 Hymen perforatus
 Vagina sempit dan teraba rugae
 Portio runcing, ost.ext. tertutup
 Multigravida
 Buah dada lembek, menggantung
 Puting susu tumpul
 Perut lembek dan tergantung
 Striae lividae dan striae albicans
 Perenium berparut
 Vulva mengangah
 Carunculae myrtiformis
 Vagina longgar, selaput lendir licin
 Portio tumpul dan terbagi dalam bibir depan dan bibir belakang

17
b. Multigravida
 Buah dada lembek, menggantung
 Puting susu tumpul
 Perut lembek dan tergantung
 Striae lividae dan striae albicans
 Perenium berparut
 Vulva mengangah
 Carunculae myrtiformis
 Vagina longgar, selaput lendir licin
 Portio tumpul dan terbagi dalam bibir depan dan bibir belakang

H. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester 1


Tanda - tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi
dalam keadaan bahaya Namun kehamilan yang normal dapat berubah menjadi patologi.
Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis adanya risiko ini
yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi / penyakit yang mungkin terjadi
selama hamil muda. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:
a. Perdarahan pervaginam
b. Mual muntah berlebihan
c. Sakit kepala yang hebat
d. Penglihatan kabur
e. Nyeri perut yang hebat
f. Gerakan janin berkurang
g. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan
h. Selaput kelopak mata pucat
i. Demam tinggi
j. Kejang
k. Keluar air ketuban sebelum waktunya

18
I. Gangguan pada kehamilan trimester 1
1. Abortus ,
Abortus/keguguran sendiri artinya suatu ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
Macam-Macam Abortus, Di dunia medis, abortus atau keguguran dibedakan menjadi
beberapa macam, antara lain:
 Abortus komplet
Pada jenis keguguran ini, mulut rahim terbuka lebar dan seluruh jaringan janin
keluar dari rahim. Ibu hamil yang mengalami ini akan mengalami perdarahan vagina
serta nyeri perut seperti sedang melahirkan. Biasanya, abortus komplet terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 12 minggu. Penanganan:
 Tidak perlu evaluasi lagi.
 Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
 Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
 Abortus inkomplet
Pada keadaan ini, jaringan janin sudah keluar sebagian. Umumnya, perdarahan serta
nyeri perut akan berlangsung lama dan baru bisa berhenti setelah seluruh jaringan
telah keluar atau dilakukan kuretase. Penanganan:
 Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan
berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per
oral.
 Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :

19
– Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
– Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
 Jika kehamilan lebih 16 minggu :
– Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik
atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi.
– Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
– Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
 Abortus insipiens
Pada abortus insipiens terjadi perdarahan disertai nyeri perut, tetapi jaringan janin
masih utuh berada di dalam rahim. Meski begitu, keguguran tetap tidak dapat
dihindari karena mulut rahim sudah terbuka. Penanganan:
 Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
– Berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
– Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
 Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
– Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
– Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
 Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

20
 Ancaman abortus
Ancaman abortus sebenarnya bukan keguguran. Pada kondisi ini, mulut rahim masih
tertutup dan janin masih hidup di dalam rahim. Perdarahan dari vagina dan nyeri
perut yang dialami pun masih tergolong ringan. Risiko terjadinya keguguran
memang lebih besar. Namun, biasanya kehamilan masih mungkin dilanjutkan.
 Abortus tak terduga
Pada abortus tak terduga, janin telah meninggal namun ibu tidak menyadarinya
karena tidak ada keluhan. Kemungkinan lain, bakal janin memang tidak berkembang
sejak awal (blighted ovum). Kondisi ini biasanya baru disadari ketika ibu kontrol
dan denyut jantung janin tidak terlihat pada pemeriksaan ultrasonography.
 Abortus berulang
Abortus berulang merupakan diagnosis untuk keguguran yang terjadi sebanyak 3
kali atau lebih secara berturut-turut. Kemungkinan terjadinya abortus berulang
sangat kecil. Oleh karena itu, konsultasikan kejadian ini kepada dokter kandungan
untuk mencari tahu penyebabnya.

Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :

 Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum


menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa
faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik,
lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang
sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan,
tembakau, alkohol dan infeksi virus.

 Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh
darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang
menahun.

 Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti
radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.

21
 Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim,
kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara
umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

2. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah/tumpah
yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari.

 Etiologi , Penyebab hiperemesis gravidarum (HG) adalah multifaktorial Beberapa


peneliti mengemukan etiologi dari hiperemesis gravidarum antara lain :
 Hormon HCG dan Estrogen
 Penyebab psikologik
 Imunologik
Hormon hCG Banyak alasan yang dihubungkan antara hCG dan HG antara lain :
 Peningkatan hormon hCG pada kehamilan terjadi pada saat timbulnya gejala mual
dan muntah
 Gemelli → hCG → ditemukan angka HG
 Wanita hamil trisomi 21 dimana hCG → gejala mual muntah
 Imunologi
 Teori ini didasarkan pada penemuan adanya pengaturan sekresi hCG oleh sitokin
 Ketidakseimbangan sekresi sitokin TH1/TH2, sitokin TH2 > dominan →sekresi
hCG ↗→HG ↗
 Ketidakseimbangan ini dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron, ↗
progesteron dan estrogen → sekresi IL-4 dan menginhibisi sekresi sitokin oleh
TH1
 Peningkatan IL-4 akan menyebabkan HG ↗

 KRITERIA DIAGNOSIS
Tingkat I :

 Muntah / tumpah yang terus menerus


 Perasaan lemah.

22
 Nafsu makan tidak ada.
 Berat badan menurun.
 Perasaan nyeri di epigastrium.
 Nadi meningkat sekitar 100x/menit.
 Tekanan darah sistemik turun.
 Turgor kulit mengurang.
 Lidah kering.
 Mata cekung.
Tingkat II :
 Tampak lebih lemah dan apatis.
 Turgor kulit lebih mengurang.
 Lidah kering dan tampak kotor.
 Nadi kecil dan cepat.
 Kadang-kadang suhu naik sedikit
 Mata sedikit ikterik.
Tingkat III :
 Keadaan umum lebih payah
 Tumpah berhenti
 Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma
 Nadi lebih kecil dan lebih cepat
 Suhu lebih meningkat
 Tensi lebih menurun
 Ensefalopati Wernicke (nistagmus, diplopia, perubahan mental)
 Ikterus

 TERAPI
Tingkat I :

 Anti emetik.
 Roboransia.

23
Tingkat II-III :
 Infus (Glukosa 5-10% dan
 NaCl 0,9%)
 Anti emetik (Intra muskuler
 atau perinfus)
 Puasa sampai tumpah
 Berkurang

3. Kelainan Kongenital

A. Definisi kelainan kongenital


Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang
dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetic. Anomali kongenital
disebut juga cacat lahir, kelainan kongenital atau kelainan bentuk bawaan (Effendi,
2014).
B. Patofisiologi kelainan kongenital
Berdasarkan pathogenesis menurut Effendi (2014) kelainan kongenital dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Malformasi Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan
atau ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Beberapa
contoh malformasi misalnya bibir sumbing dengan atau tanpa celah langit-langit,
defek penutupan tuba neural, stenosis pylorus, spina bifida, dan defek sekat
jantung. Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor.
Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan
menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup.
Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang
serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik. Malformasi pada
otak, jantung, ginjal, ekstrimitas, saluran cerna termasuk malformasi mayor,
sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari,
lekukan pada kulit (dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari malformasi
minor.

24
b. Deformasi Deformasi didefinisikan sebagai bentuk, kondisi, atau posisi abnormal
bagian tubuh yang disebabkan oleh gaya mekanik sesudah pembentukan normal
terjadi, misalnya kaki bengkok atau mikrognatia (mandibula yang kecil).
Tekanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun
faktor ibu yang lain seperti primigravida, panggul sempit, abnormalitas uterus
seperti uterus bikornus, kehamilan kembar.
c. Disrupsi Disrupsi adalah defek morfologik satu bagian tubuh atau lebih yang
disebabkan oleh gangguan pada proses perkembangan yang mulanya normal. Ini
biasanya terjadi sesudah embriogenesis. Berbeda dengan deformasi yang hanya
disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia,
perdarahan atau perlekatan. Misalnya helaian-helaian membran amnion, yang
disebut pita amnion, dapat terlepas dan melekat ke berbagai bagian tubuh,
termasuk ekstrimitas, jari-jari, tengkorak serta muka .
d. Displasia Istilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur)
akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di
seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia
di dalam sel biasanya mengenai kelainan produksi enzim atau sintesis protein.
Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal
secara intrinsik efek klinisnya menetap atau semakin buruk. Ini berbeda dengan
ketiga patogenesis terdahulu. Malformasi, deformasi dan disrupsi menyebabkan
efek dalam kurun waktu yang jelas meskipun kelainan yang ditimbulkannya
mungkin 8 berlangsung lama tetapi penyebabnya relatif berlangsung singkat.
Displasia dapat terus-menerus menimbulkan perubahan kelainan seumur hidup.

C. Beberapa macam pengelompokkan kelainan kongenital


Menurut gejala klinis :
a. Kelainan tunggal (single-system defects) Porsi terbesar dari kelainan kongenital
terdiri dari kelainan yang hanya mengenai satu regio dari satu organ (isolated).
Contoh kelainan ini yang juga merupakan kelainan kongenital yang tersering
adalah celah bibir, club foot, stenosis pilorus, dislokasi sendi panggul kongenital

25
dan penyakit jantung bawaan. Sebagian besar kelainan pada kelompok ini
penyebabnya adalah multifaktorial.
b. Asosiasi (Association) Asosiasi adalah kombinasi kelainan kongenital yang
sering terjadi bersama-sama. Istilah asosiasi untuk menekankan kurangnya
keseragaman dalam gejala klinik antara satu kasus dengan kasus yang lain.
Sebagai contoh “Asosiasi VACTERL” (Vertebral Anomalies Anal atresia,
cardiac malformation, tracheoesophageal fistula, renal anomalies, limbs defects).
Sebagian besar anak dengan diagnosis ini tidak mempunyai keseluruhan anomali
tersebut tetapi lebih sering mempunyai variasi dari kelainan di atas.
c. Sekuensial (Sequences) Sekuensial adalah suatu pola dari kelainan multiple
dimana kelainan utamanya diketahui. Sebagai contoh, pada “Potter Sequence”
kelainan utamanya adalah aplasia ginjal. Tidak adanya produksi urin
mengakibatkan jumlah cairan amnion setelah kehamilan pertengahan akan
berkurang dan menyebabkan tekanan intrauterine dan akan menimbulkan
deformitas seperti tungkai bengkok dan 9 kontraktur pada sendi serta menekan
wajah (Potter Facies). Oligoamnion juga berefek pada pematangan paru sehingga
pematangan paru terhambat. Oleh sebab itu bayi baru lahir dengan “Potter
Sequence” biasanya lebih banyak meninggal karena distress respirasi
dibandingkan karena gagal ginjal.
d. Kompleks (Complexes) Istilah ini menggambarkan penyimpangan pembentukan
pembuluh darah pada saat embriogenesis awal hal ini dapat menyebabkan
kelainan pembentukan struktur pembuluh darah. Beberapa kompleks disebabkan
oleh kelainan vaskuler. Sebagai contoh absennya sebuah arteri secara total dapat
menyebabkan tidak terbentuknya sebagian atau seluruh tungkai yang sedang
berkembang. Penyimpangan arteri pada masa embrio mungkin akan
mengakibatkan hipoplasia dari tulang dan otot yang diperdarahinya. Contoh dari
kompleks termasuk hemifacial microsomia, sacral agenesis, sirenomelia, poland
anomaly, dan moebius syndrome.
e. Sindrom Kelainan kongenital dapat timbul secara tunggal (single), atau dalam
kombinasi tertentu. Bila kombinasi tertentu dari berbagai kelainan ini terjadi
berulang-ulang dalam pola yang tetap, pola ini disebut dengan sindrom. Istilah

26
“syndrome” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “berjalan bersama”. Pada
pengertian yang lebih sempit, sindrom bukanlah suatu diagnosis, tetapi hanya
sebuah label yang tepat. Apabila penyebab dari suatu sindrom diketahui,
sebaiknya dinyatakan dengan nama yang lebih pasti, seperti “Hurler syndrome”
menjadi “Mucopolysaccharidosis type I”.

Menurut berat ringannya


a. Kelainan mayor Kelainan mayor adalah kelainan yang memerlukan tindakan
medis segera demi mempertahankan kelangsungan hidup penderitanya.
b. Kelainan minor Kelainan minor adalah kelainan yang tidak memerlukan
tindakan medis.

Menurut kemungkinan hidup bayi


a. Kelainan kongenital yang tidak mungkin hidup misalnya anensefalus.
b. Kelainan kongenital yang mungkin hidup misalnya sindrom down, spina
bifida, meningomielokel, fokomelia, hidrosefalus, labiopalastokisis, kelainan
jantung bawaan, penyempitan saluran cerna, dan atresia ani.

Menurut bentuk
a. Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ tubuh yang tidak
terbentuknya organ atau sebagian organ saja yang terbentuk seperti
anensefalus atau terbentuk tapi ukurannya lebih kecil dari normal seperti
mikrosefali.
b. Gangguan penyatuan/fusi jaringan tubuh seperti labiopalatoskisis, spina bifida.
c. Gangguan migrasi alat misalnya malrotasi usus, testis tidak turun. Gangguan
invaginasi suatu jaringan misalnya pada atresia ani atau vagina Gangguan
terbentuknya saluran-saluran misalnya hipospadia, atresia esophagus.

27
Menurut tindakan bedah yang harus dilakukan

a. Kelainan kongenital yang memerlukan tindakan segera, dan bantuan tindakan harus
dilakukan secepatnya karena kelainan kongenital tersebut dapat mengancam jiwa bayi. 11
b. Kelainan kongenital yang memerlukan tindakan yang direncanakan atau tindakan
dilakukan secara elektif.

Menurut International Clasification of Diasease (ICD) 10


1. Adapun pembagian kelainan kongenital menurut klasifikasi secara
international yaitu system ICD 10 (Kemenkes, 2018) sebagai berikut:

b. Q00-Q07 Malformasi kongenital sistem syaraf


c. Q10-Q18 Malformasi kongenital mata, telinga, muka dan leher
d. Q20-Q28 Malformasi kongenital sistem sirkulasi
e. Q30-Q34 Malformasi kongenital sistem pernafasan
f. Q35-Q37 Cleft lip dan cleft palate
g. Q38-Q45 Malformasi kongenital sistem pencernaan lain
h. Q50-Q56 Malformasi kongenital organ-organ genital
i. Q60-Q64 Malformasi kongenital sistem perkemihan
j. Q65-Q79 Malformasi dan deformasi kongenital sistem muskuloskeleton
10) Q80-Q89 Malformasi kongenital lainnya Q90-Q99 Kelainan
kromosom, not elsewhere classified

D. Beberapa contoh kelainan kongenital


 Spina bifida Spina Bifida termasuk dalam kelompok neural tube defect yaitu
suatu celah pada tulang belakang yang terjadi karena bagian dari satu atau
beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Kelainan ini
biasanya disertai kelainan di daerah lain, misalnya hidrosefalus, atau gangguan
fungsional yang merupakan akibat langsung spina bifida sendiri, yakni gangguan
neurologik 12 yang mengakibatkan gangguan fungsi otot dan pertumbuhan
tulang pada tungkai bawah serta gangguan fungsi otot sfingter (Kyle, 2014).

28
 Labiopalatoskisis (celah bibir dan Langit-langit) Labiopalatoskisis adalah
kelainan kongenital pada bibir dan langit-langit yang dapat terjadi secara terpisah
atau bersamaan yang disebabkan oleh kegagalan atau penyatuan struktur fasial
embrionik yang tidak lengkap. Kelainan ini cenderung bersifat diturunkan
(hereditary), tetapi dapat terjadi akibat faktor nongenetik. Palatoskisis adalah
adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan
susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. Komplikasi potensial
meliputi infeksi, otitis media, dan kehilangan pendengaran (Prawiroardjo, 2014).
Hidrosefalus Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel dan dapat
diakibatkan oleh gangguan reabsorpsi LCS (Liquor Cerebrospinals) atau
diakibatkan oleh obstruksi aliran LCS melalui ventrikel dan masuk ke dalam
rongga subaraknoid (hidrosefalus non komunikans). Hidrosefalus dapat timbul
sebagai hidrosefalus kongenital atau hidrosefalus yang terjadi postnatal. Secara
klinis, hidrosefalus kongenital dapat terlihat sebagai pembesaran kepala segera
setelah bayi lahir, atau terlihat sebagai ukuran kepala normal tetapi tumbuh cepat
sekali pada bulan pertama setelah lahir. Peninggian tekanan intrakranial
menyebabkan iritabilitas, muntah, kehilangan nafsu makan, gangguan melirik ke
atas, gangguan pergerakan bola mata, hipertonia ekstrimitas bawah, dan
hiperefleksia. Etiologi 13 hidrosefalus kongenital dapat bersifat heterogen. Pada
dasarnya meliputi produksi cairan serebrospinal di pleksus korioidalis yang
berlebih, gangguan absorpsi di vilus araknoidalis, dan obsruksi pada sirkulasi
cairan serebrospinal (Kyle, 2014).
 Anensefalus Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan pembentuk otak. Salah satu gejala janin yang dikandung
mengalami anensefalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion (cairan ketuban
di dalam rahim terlalu banyak). Prognosis untuk kehamilan dengan anensefalus

29
sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa
jam atau hari setelah lahir (Kyle, 2014).
 Omfalokel Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke
luar dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong.
Omfalokel terjadi akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari posisi
ekstra-abdominal di daerah umbilicus yang terjadi dalam minggu keenam sampai
kesepuluh kehidupan janin. Terkadang kelainan ini bersamaan dengan terjadinya
kelainan kongenital lain misalnya sindrom down. Pada omfalokel yang kecil,
umumnya isi kantong terdiri atas usus saja sedangkan pada yang besar dapat pula
berisi hati atau limpa (Kyle, 2014).
 Atresia esofagus Bila dilihat bentuk sumbatan dan hubungannya dengan organ
sekitar, terdapat bermacam-macam penampilan kelainan kongenital atresia
esophagus, 14 misalnya jenis fistula trakeo-esofagus. Dari bentuk esofagus ini
yang terbanyak dijumpai (lebih kurang 80%) adalah atresia atau penyumbatan
bagian proksimal esofagus sedangkan bagian distalnya berhubungan dengan
trakea sebagai fistula trakeo-esofagus. Secara klinis pada kelainan ini tampak air
ludah terkumpul dan terus meleleh atau berbusa, pada setiap pemberian minum
terlihat bayi menjadi sesak napas, batuk, muntah dan biru (Kyle, 2014).
 Atresia dan stenosis duodenum Pada kehidupan janin duodenum masih bersifat
solid. Perkembangan selanjutnya berupa vakuolisasi secara progresif sehingga
terbentuklah lumen. Gangguan pertumbuhan inilah yang menyebabkan terjadinya
atresia atau stenosis duodenum sering kali diikuti kelainan pankreas anularis.
Pada pemeriksaan fisis tampak dinding perut yang memberi kesan skafoid karena
tidak adanya gas atau cairan yang masuk ke dalam usus dan kolon (Effendi,
2014).
 Obstruksi pada usus besar Salah satu obstruksi pada usus besar yang agak sering
dijumpai adalah gangguan fungsional pada otot usus besar yang dikenal sebagai
hirschsprung disease dimana tidak dijumpai pleksus auerbach dan pleksus
meisneri pada kolon. Umumnya kelainan ini baru diketahui setelah bayi berumur
beberapa hari atau bulan (Effendi, 2014).

30
 Atresia ani Patofisiologi kelainan kongenital ini disebabkan karena adanya
kegagalan kompleks pertumbuhan septum urorektal, struktur mesoderm lateralis
dan struktur ectoderm dalam pembentukan rektum dan traktus urinarius bagian
bawah. Secara klinis letak sumbatan dapat tinggi yaitu di atas muskulus levator
ani atau letak 15 rendah di bawah otot tersebut. Pada bayi perempuan umumnya
(90%) ditemukan adanya fistula yang menghubungkan usus dengan perineum
atau vagina sedangkan pada bayi laki-laki umumnya fistula tersebut
menghubungkan bagian ujung kolon yang buntu dengan traktus urinarius. Bila
anus imperforata tidak disertai adanya fistula maka tidak ada jalan ke luar untuk
udara dan meconium sehingga perlu segera dilakukan tindakan bedah (Effendi,
2014).
 Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Penyakit jantung bawaan ada beraneka ragam.
Pada bayi yang lahir dengan kelainan ini, 80% meninggal dunia dalam tahun
pertama, diantaranya 1/3 meninggal pada minggu pertama dan separuhnya dalam
1-2 bulan. Sebab PJB dapat bersifat eksogen atau endogen. Faktor eksogen
terjadi akibat adanya infeksi, pengaruh obat, pengaruh radiasi dan sebagainya.
Pada periode organogenesis faktor eksogen sangat besar pengaruhnya terhadap
diferensiasi jantung karena diferensiasi lengkap susunan jantung terjadi sekitar
kehamilan bulan kedua. Sebagai faktor endogen dapat dikemukakan pengaruh
faktor genetik, namun peranannya terhadap kejadian penyakit PJB kecil. Dalam
satu keturunan tidak selalu ditemukan adanya PJB (Effendi, 2014)

E. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Kelainan Kongenital


Menurut Prawiroardjo (2014) beberapa faktor yang diduga dapat memengaruhi
terjadinya kelainan kongenital antara lain:
 Kelainan genetik dan kromosom Kelainan genetik pada ayah atau ibu
kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya.
Kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti 16 hukum Mendel tetapi dapat pula
diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan (dominant traits)
atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.

31
 Faktor mekanik Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat
menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas
organ tersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan
mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai contoh deformitas
organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki seperti talipes varus, talipes valgus,
talipes equinus dan talipes equinovarus (club foot).
 Faktor infeksi Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi
yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama
kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat
menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ tubuh. Infeksi pada
trimester pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula
meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus
Toxoplasmosis Other Viruses Rubela Cytomegalovirus Herpes Simpleks
(TORCH). Ibu yang menderita infeksi toksoplasmosis berisiko 12% pada usia
kehamilan 6-17 minggu dan 60% pada usia kehamilan 17-18 minggu. Menurut
Karin (2018) jika sistem kekebalan tubuh ibu baik biasanya tidak menimbulkan
gejala yang jelas. Pada umumnya gejala yang timbul seperti sakit kepala, nyeri
otot, demam dan cepat lelah. Selain virus TORCH, virus lain juga bisa
menyebabkan terjadinya kelainan kongenital pada janin seperti virus varicella-
zoster yang biasa dikenal dengan penyakit cacar air. Gejala yang ditimbulkan
sangat khas yaitu timbulnya 17 lenting berisi air di seluruh tubuh yang umumnya
disertai gatal, demam, sakit kepala, hilangnya nafsu makan atau badan terasa
lemas.
 Faktor Obat Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada
trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya
kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui
dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat
mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-
jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik
diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun
hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.

32
 Faktor ibu Usia ibu yang makin tua lebih dari 35 tahun dalam waktu hamil dapat
meningkatkan risiko terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Contohnya
yaitu bayi sindrom down lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang mendekati masa menopause. Beberapa faktor ibu yang dapat
menyebabkan deformasi adalah primigravida, panggul sempit, abnormalitas
uterus seperti uterus bikornus dan kehamilan kembar. Selain itu faktor hormonal,
faktor radiasi, faktor gizi bisa juga mempengaruhi terjadinya kelaian kongenital.
Faktor gizi ibu selama hamil Kelainan bawaan yang ditemukan di negara
berkembang terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan gizi buruk selama
hamil. Ibu dengan kondisi tersebut biasanya kekurangan asupan nutrisi penting
yang berperan dalam menunjang pembentukan organ tubuh janin dalam
kandungan. Adapun nutrisi yang 18 penting untuk ibu hamil dan janin tersebut
meliputi asam folat, protein, zat besi, kalsium, vitamin A, yodium, dan omega-3.
Selain gizi buruk, ibu yang mengalami obesitas saat hamil juga memiliki risiko
cukup tinggi untuk melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.

F. Tindakan pencegahan terjadinya kelainan kongenita


 Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan menurut Effendi (2014) adalah:
Pencegahan primer Upaya pencegahan primer dilakukan untuk mencegah ibu
hamil agar tidak mengalami kelahiran bayi dengan kelainan kongenital yaitu
dengan:
a. Tidak melahirkan pada usia ibu risiko tinggi seperti usia lebih dari 35 tahun
agar tidak berisiko melahirkan bayi dengan kelainan kongenital.
b. Mengonsumsi asam folat yang cukup bila akan hamil. Kekurangan asam folat
pada seorang wanita harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum wanita tersebut
hamil karena kelainan seperti spina bifida terjadi sangat dini. Maka kepada
wanita yang hamil agar rajin memeriksakan kehamilannya pada trimester
pertama dan dianjurkan kepada wanita yang berencana hamil untuk
mengonsumsi asam folat sebanyak 400mcg/hari. Kebutuhan asam folat pada
wanita hamil adalah 1 mg/hari. Asam folat banyak terdapat dalam sayuran
hijau daun, seperti bayam, brokoli, buah alpukat, pisang, jeruk, berry, telur,

33
ragi, serta aneka makanan lain yang diperkaya asam folat seperti nasi, pasta,
kedelai, sereal.
c. Perawatan antenatal Perawatan antenatal mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal.
Dianjurkan agar pada setiap kehamilan dilakukan antenatal care secara teratur
dan sesuai dengan jadwal yang 19 lazim berlaku. Tujuan dilakukannya
perawatan antenatal adalah untuk mengetahui data kesehatan ibu hamil dan
perkembangan bayi intrauterin sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal
dalam menghadapi persalinan, puerperium dan laktasi serta mempunyai
pengetahuan yang cukup mengenai pemeliharaan bayinya ( Manuaba, 2012).
Perawatan antenatal juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
persalinan prematuritas atau berat badan lahir rendah yang sangat rentan
terkena penyakit infeksi. Selain itu dengan pemeriksaan kehamilan dapat
dideteksi kelainan kongenital. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan
paling sedikit 6 kali selama masa kehamilan (Kemenkes, 2020).
d. Menghindari obat-obatan, makanan yang diawetkan, dan alkohol karena dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti atresia ani, celah bibir dan
langitlangit
 Pencegahan sekunder
a. Diagnosis Diagnosis kelainan kongenital dapat dilakukan dengan salah cara
yaitu melakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara dini beberapa kelainan
kehamilan/pertumbuhan janin, kehamilan ganda, molahidatidosa, dan
sebagainya. Beberapa contoh kelainan kongenital yang dapat dideteksi dengan
pemeriksaan non invasive (ultrasonografi) pada midtrimester kehamilan
adalah hidrosefalus dengan atau tanpa spina bifida, defek tuba neural,
porensefali, kelainan jantung bawaan yang besar, penyempitan sistem
gastrointestinal (misalnya atresia duodenum yang memberi gambaran
gelembung ganda), kelainan sistem genitourinaria (misalnya kista ginjal),
kelainan 20 pada paru sebagai kista paru, polidaktili, celah bibir, mikrosefali,
dan ensefalokel (Effendi, 2014).

34
b. Pengobatan Pada umumnya penanganan kelainan kongenital pada suatu organ
tubuh umumnya memerlukan tindakan bedah. Beberapa contoh kelainan
kongenital yang memerlukan tindakan bedah adalah hernia, celah bibir dan
langit-langit, atresia ani, spina bifida, hidrosefalus, dan lainnya. Pada kasus
hidrosefalus, tindakan non bedah yang dilakukan adalah dengan pemberian
obat-obatan yang dapat mengurangi cairan serebrospinal. Penanganan PJB
dapat dilakukan dengan tindakan bedah atau obat-obatan, bergantung pada
jenis, berat, dan derajat kelainan
 Pencegahan Tersier Upaya pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi
komplikasi penting pada pengobatan dan rehabilitasi, membuat penderita cocok
dengan situasi yang tak dapat disembuhkan. Pada kejadian kelainan kongenital
pencegahan tersier bergantung pada jenis kelainan. Misalnya pada penderita
sindrom down, pada saat bayi baru lahir apabila diketahui adanya kelemahan
otot, bisa dilakukan latihan otot yang akan membantu mempercepat kemajuan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Bayi ini nantinya bisa dilatih dan dididik
menjadi manusia yang mandiri untuk bisa melakukan semua keperluan
pribadinya (Effendi, 2014). Banyak orang tua yang syok dan bingung pada saat
mengetahui bayinya lahir dengan kelainan. Memiliki bayi yang baru lahir dengan
kelainan adalah masa masa yang sangat sulit bagi para orang tua. Selain stres,
orang tua harus menyesuaikan dirinya dengan cara-cara khusus. Untuk membantu
orang tua 21 mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu tim tenaga
kesehatan yang dapat mengevaluasi dan melakukan penatalaksanaan rencana
perawatan bayi dan anak sesuai dengan kelainannya (Effendi, 2014).

35
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas diperoleh kesimpulan bahwa periode kehamilan trimester pertama
adalah kehamilan pada masa 0 – 12 minggu. Pada masa trimester pertama ini terdapat 3
periode penting pertumbuhan bayi di dalam rahim. Ketiga masa pertumbuhan bayi tersebut
yakni :
c. Masa Germinal, yaitu masa antara Minggu ke-0 sampai Minggu ke-3.
d. Masa Embrio, yaitu masa antara Minggu ke-3 sampai Minggu ke-8.
e. Masa Fetus, yakni masa antara Minggu ke-9 sampai Minggu ke-12.
Dalam masa kehamilan trimester 1 ini terjadi banyak perubahan fisiologis dan psikologis
pada ibu hamil. Berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi harus diperhatikan untuk
meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, mulai dari kebutuhan nutrisi sampai istirahat
sang ibu. Untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya
komplikasi / penyakit yang mungkin terjadi selama hamil muda.
Tanda Bahaya Kehamilan Trimester I meliputi:
a. Perdarahan pervaginam
b. Mual muntah berlebihan
c. Sakit kepala yang hebat
d. Penglihatan kabur
e. Nyeri perut yang hebat
f. Gerakan janin berkurang
g. Bengkak pada wajah, kaki dan tangan
h. Selaput kelopak mata pucat
i. Demam tinggi
j. Kejang
k. Keluar air ketuban sebelum waktunya

36
B. Saran

Pada kehamilan trimester 1, ibu hamil harus sangat memperhatikan keadaan tubuhnya
sehingga pertumbuhan janin dalam rahim tidak terganggu. Karena pada usia kehamilan ini
sangatlah rentan akan terjadinya keguguran serta bahaya – bahaya lainnya. Untuk itu rutinlah
memeriksakan kandungannya kepada tenaga kesehatan medis maupun paramedis agar
kehamilannya tetap terjaga, dan juga sang ibu bisa mendapatkan banyak pengetahuan tentang
perawatan kehamilan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemen


Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC

Guideline for Control of Iron Deficiency Anaemia, National Iron+ Initiative. In: Division A,
editor. New Delhi: Ministery of Health and Family Welfare, Government of India; 2013.

Iron Deficiency Anaemia Assessment, Prevention and Control: A guide for Programme
managers. Geneva: World Health Organization; 2001.

WHO. Guideline: Daily iron and folic acid supplementation in pregnant women. Geneva, World
Health Organization, 2012

WHO. Guideline: Intermittent iron and folic acid supplementation in non-anaemic pregnant
women. Geneva, World Health Organization, 2012

WHO. Guideline: Intermittent iron and folic acid supplementation in menstruating women.
Geneva, World Health Organization, 2011

WHO. Guideline: Intermittent iron supplementation in preschool and school-age children.


Geneva, World Health Organization, 2011

ICMR (1989); Report of a Task Force Studies on the evaluation of National Anaemia
Prophylaxis Programme.

38

Anda mungkin juga menyukai