Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

NY. G USIA 21 TAHUN G1P0A0 USIA KEHAMILAN 12 MINGGU


DENGAN BLIGHTED OVUM

Disusun Oleh : Kelompok PKM Pontang

Eka Sulingkar (7023031088)

Ita Puspita (7023031092)

Putri Sophie (7023031101)

Vitaria Hidayati (7023031108)

PROGRAM STUDI SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan nikmat dari-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus berjudul “ Ny. G
Usia 21 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 12 Minggu dengan Blighted Ovum ”
Dalam menyusun laporan kasus ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
baik moril maupun materil dari berbagai pihak.

Laporan kasus ini berisi tentang latar belakang, tinjauan pustaka, tinjauan kasus,
telaah jurnal serta pembahasan. Adapun tujuan dari penyusunan laporan kasus ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi Bidan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami dan juga para
pembaca.

Dalam penulisan laporan kasus ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk laporan kasus
ini, supaya laporan kasus ini menjadi laporan yang lebih baik lagi.

Semoga laporan kasus ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing institusi
dan pembimbing lahan yang telah membantu memberi masukan dan mendukung
dalam penulisan laporan kasus ini, sehingga dapat terselesaikan dengan tepat pada
waktunya.

Serang, 05 Januari 2024

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latara Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan .............................................................................................. 3
1. Tujuan Umum ............................................................................ 3
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 3
C. Manfaat ............................................................................................ 3
1. Teoritis ....................................................................................... 3
2. Aplikatif ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5


A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan ..................................................... 5
B. Konsep Dasar Teori Kehamilan ........................................................ 8
C. Konsep Dasar Teroi Blighted Ovum................................................... 18

BAB III METODE LAPORAN KASUS ................................................... 24


A. Jenis Laporan Kasus .......................................................................... 24
B. Lokasi dan Waktu.............................................................................. 24
C. Subjek Laporan Kasus ...................................................................... 24
D. Instrumen Laporan Kasus ................................................................. 24
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 24

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ................................ 25


A. Tinjauan Kasus .................................................................................. 25
B. Pembahasan ...................................................................................... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 39


A. Kesimpulan ...................................................................................... 39
B. Saran ................................................................................................. 39

DAFTAR REFERENSI ............................................................................. 39

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah yang hanya dialami oleh wanita
usia subur. Kehamilan adalah suatu proses alamiah yang dimulai dari ovulasi
lalu pertemuan ovum dan spermatozoa, kemudian terjadilah pembuahan dan
pertumbuhan zigot kemudian bernidasi pada uterus dan pembentukan plasenta
yang diakhiri dengan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Mastiningsih & Agustina, 2019). Namun, beberapa kehamilan terjadi dengan
kondisi tertentu yang tidak normal seperti kehamilan pada umumnya salah
satunya yaitu blighted ovum. Blighted Ovum yaitu kehamilan tanpa janin
(anembrionik pregnancy), namun kantung gestasi maupun kantung kehamilan
dan air ketuban berkembang secara normal (Ahmar & Andriany, 2023).
Sehingga, pada usia tertentu kehamilan akan berhenti.

Salah satu komplikasi atau akibat yang ditimbulkan dari blighted ovum dengan
disertasi perdarahan yaitu keguguran (abortus iminens), dan jika tidak segera
dilakukan kuretase bisa terjadi infeksi (Ahmar & Andriany, 2023). Sedangkan,
komplikasi terburuknya yaitu kemungkinan blighted ovum berulang lagi dan
bahkan perdarahan yang menyebabkan kematian (Mitwally et al., 2019;
Rahmawati & Anggraeni, 2022; Za & Rosdiana, 2016).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa AKI pada tahun 1990
yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 295 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2020 dan AKB pada tahun 1990 yaitu 5 juta menjadi 2,4 juta
pada tahun 2020 (WHO, 2020). Di Indonesia, jumlah kematian ibu mengalami
peningkatan yaitu dari 4.627 pada tahun 2020 menjadi 7.389 kematian pada
tahun 2021, sedangkan jumlah kematian bayi yatu 28.158 pada tahun 2020
menjadi 27.566 kematian pada tahun 2021 (Kemenkes RI, 2021). Hal ini
menunjukan bahwa angka penurunan AKI dan AKB di Indonesia masih
dibawah target RPJMN 2024 yaitu AKI 183 per 100.000 kelahiran hidup dan
AKB 10 per 1000 kelahiran hidup.

1
Menurut (WHO, 2019) salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan. Perdarahan di klasifikasikan menjadi perdarahan
pada kehamilan muda, kehamilan lanjut, persalinan dan pasca persalinan.
Perdarahan pada kehamilan muda disebabkan oleh abortus, kehamilan ektopik,
kehamilan molahidatidosa dan blighted ovum (BO). Sekitar 50-90% abortus
yang terjadi pada kehamilan trimester I disebabkan oleh blighted ovum, dan
seringkali berhubungan dengan kelainan kromosom (Nurfaizah & Lisnawati,
2023).

Menurut (WHO, 2019) keguguran dini di seluruh dunia yang terjadi sekitar
60% disebabkan oleh blighted ovum. Berdasarkan data ASEAN kejadian
blighted ovum mencapai 51% dan ditemukan 37% dari setiap 100 kehamilan
di Indonesia. Kejadian blighted ovum ini menjadi peringkat kedua penyebab
keguguran dini yakni sebesar 37,5% pada studi penelitian sebelumnya
melibatkan 17.810 wanita hamil trimester awal mengalami blighted ovum.
Pada salah satu penelitian yang dilakukan (Nurlelawati, 2019) juga
menyatakan hal yang sama bahwa prevalensi kejadian blighted ovum ini sekitar
52% terjadi pada ibu hamil trimester I (0-12 minggu).

Penyebab terjadinya blighted ovum dapat terjadi karena beberapa faktor,


diantaranya: (1) Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma
dan sel telur. (2) infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan
diabetes melitus yang tidak terkontrol. (3) faktor usia dan paritas, (4) kelainan
Genetik, (5) kebiasaan merokok dan alkohol, serta komplikasi yang dapat
ditimbulkan pada kehamilan blighted ovum adalah perdarahan post curettage,
infeksi saluran kemih dan perubahan psikologis (Anggrayni et al., 2022; Sari
& Sajalia, 2021; Za & Rosdiana, 2016).

Berdasarkan uraian di atas yaitu masih tingginya prevalensi kejadian blighted


ovum di Indonesia yang juga merupakan salah satu penyebab dari AKI
meningkat, maka kelompok merasa tertarik untuk melakukan studi kasus
tentang “Ny. G Usia 21 Tahun G1P0A0 Usia Kehamilan 12 Minggu dengan
Blighted Ovum”

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan kasus ini bertujuan untuk mengembangkan pola pikir secara
ilmiah ke dalam proses asuhan kebidanan serta pengalaman memecahkan
masalah pada ibu Blighted Ovum dengan usia kehamilan 12 minggu dengan
menggunakan manajemen Varney, serta mendapatkan pengalaman yang
nyata.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian untuk menegakan diagnosis dan
masalah potensial pada kasus Ny. G
b. Mampu melakukan tindakan segera pada kasus dengan blighted ovum
c. Mampu melakukan perencanaan asuhan kebidanan dengan kasus
blighted ovum
d. Mampu melakukan implementasi atau melakukan tindakan asuhan
kebidanan yang tepat dengan kasus blighted ovum
e. Mampu melakukan pendokumentasian semua hasil pemeriksaan dan
tindakan maupun semua temuan yang sudah dilaksanakan pada kasus
blighted ovum

C. Manfaat
1. Teoritis
Memberikan pengalaman nyata tentang kasus blighted ovum dan
menambah wawasan seputar blighted ovum.
2. Aplikatif
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat menambah referensi atau
kepustakaan bagi institusi pendidikan khususnya tentang asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan blighted ovum.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi
Puskesmas Pontang dalam menyiapkan strategi untuk menurunkan
prevalensi kejadian bligted ovum diwilayah kerjanya.

3
3. Manfaat Penulis/Mahasiswa
Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah pengalaman serta
menambah wawasan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan
secara langsung pada Ny "G" usia 21 tahun G1P0A0 usia kehamilan 12
minggu dengan Blighted Ovum.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


1. Definisi Asuhan Kebidanan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK01.07/MENKES/320/2020 Tentang Standar Profesi Bidan menyatakan
bahwa asuhan Kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan
sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu
dan kiat Kebidanan.
2. Standar Asuhan Kebidanan
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan yang
telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
938/Menkes/SK/VII/2007. Standar ini dibagi menjadi enam yaitu:
a. Standar I (Pengkajian)
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Standar III (Perumusan Diagnosis dan atau Masalah Kebidanan)
Bidan menganalisa data yang diperoleh dari pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
c. Standar III (Perencanaan)
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis masalah
yang ditegakkan.
d. Standar IV (Implementasi) Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.

5
e. Standar V (Evaluasi) Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan
berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.
f. Standar VI (Pencatatan Asuhan Kebidanan) Bidan melakukan
pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai
keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan
asuhan kebidanan.
3. Manajemen Pelayanan Kebidanan
Manajemen pelayanan kebidanan merupakan proses pemecahan masalah
yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Arlenti & Zainal, 2021).
a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Pada langkah ini kita harus
mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data
dapat dilakukan dengan cara:
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital
3) Pemeriksaan khusus
4) Pemeriksaan penunjang
b. Langkah II: Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini kita akan melakukan identifikasi terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang
telah dikumpulkan pada pengumpulan data dasar. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah
keduanya digunakan karena masalah yang terjadi pada klien tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
c. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita akan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa / masalah yang sudah

6
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dapat dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini
bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak
hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi penanganan agar masalah atau
diagnosa potesial tidak terjadi.
d. Langkah IV: Mengidentifikasi Perlunya Tindakan Segera Oleh Bidan
/Dokter
Pada langkah ini kita akan mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan/dokter dan, atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
e. Langkah V: Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh yang
Ditentukan Oleh Langkah Sebelumnya
Pada langkah ini kita harus merencanakan asuhan secara menyeluruh
yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa
yang telah teridentifikasi atau diantisipasi pada langkah sebelumnya.
f. Langkah VI: Rencana Asuhan Menyeluruh
Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan
efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap bertanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
g. Langkah VII: Evaluasi Keefektifan Asuhan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam
pelaksanaannya.

7
B. Konsep Dasar Teori Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah yang hanya dialami oleh
wanita usia subur. Kehamilan adalah suatu proses alamiah yang dimulai
dari ovulasi lalu pertemuan ovum dan spermatozoa, kemudian terjadilah
pembuahan dan pertumbuhan zigot kemudian bernidasi pada uterus dan
pembentukan plasenta yang diakhiri dengan tumbuh kembang hasil
konsepsi sampai aterm (Mastiningsih & Agustina, 2019).

Sedangkan menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan


didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum,
kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung
dalam waktu 40 minggu (9 atau 10 bulan) (Susanti & Ulpawati, 2022).
2. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut (Mastiningsih & Agustina, 2019) terdapat beberapa tanda dan
gejala diagnosis kehamilan, yaitu:
1) Tanda persumptif (tanda belum pasti hamil)
a) Amenorea (Tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting, karena umumnya wanita hamil tidak
dapat haid lagi.
(1) Mual dan Muntah
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut
”morning sickness”.
(2) Mengidam (ingin makan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
(3) Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,
namun biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
(4) Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi
setelah itu nafsu makan timbul lagi.

8
(5) Mamae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
(6) Miksi sering
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan
hilang pada triwulan kedua kehamilan, namun gejala ini akan
kembali pada akhir kehamilan karena kandung kemih ditekan
oleh kepala janin.
(7) Konstipasi atau obstipasi
Hal ini dapat terjadi karena tonus otot usus menurun yang
disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang dapat
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil
a) Perut membesar
b) Uterus membesar
c) Tanda hegar
Tanda ini berupa perlunakan pada daerah isthmus uteri, sehingga
daerah tersebut ada penekanan yang mempunyai kesan lebih tipis
dan uterus mudah difleksikan. Tanda ini mulai terlihat pada minggu
ke-6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7 - 8.
d) Tanda Goodell's
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual yaitu servik terasa lebih
lunak.
e) Tanda chadwick
Dinding vagina mengalami kongesti, warna kebiru-biruan.
f) Tanda piskacek's
Terjadinya pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus dekat
dengan implantasi plasenta.
g) Kontraksi - kontraksi kecil uterus bila dirangsang (braxton hicks)
h) Teraba ballottement

9
Ballotement adalah tanda ada benda terapung atau melayang dalam
cairan. Tanda ini muncul pada minggu ke 16 - 20.
i) Test kehamilan positif
Dilaksanakan minimal satu minggu setelah terjadi pembuahan.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah mengetahui kadar hormon
gonadotropin dalam urine. Kadar yang melebihi ambang normal,
mengindikasikan bahwa wanita mengalami kehamilan.
3) Tanda pasti (positif hamil)
a) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dapat didengar dengan stetoskop lenes pada minggu 17-18, pada
orang gemuk lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonik (doppler)
bisa lebih awal terdengar sekitar minggu ke-12
b) Palpasi
Dalam melakukan palpasi yang harus ditentukan adalah outline
janin. Biasanya jelas setelah minggu ke-22 dan gerakan janin dapat
dirasakan dengan jelas setelah minggu ke-24.
c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada
gambaran embrio.
d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16
miggu).
3. Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil
Menurut (Tyasturi & Wahyuningsih, 2016) ibu hamil akan mengalami
perubahan fisik diantaranya yaitu:
a. Perubahan pada Sistem Reproduksi
1) Uterus
Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi
konsepsi intrauterin. Hormon estrogen menyebabkan hiperplasi
jaringan, hormon progesteron berperan untuk elastisitas atau
kelenturan uterus. Taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan
tinggi fundus:
- Tidak hamil/normal : Sebesar telur ayam (+30 g)

10
- Kehamilan 8 minggu : Telur bebek
- Kehamilan 12 minggu : Telur angsa
- Kehamilan 16 minggu : Pertengahan simfisis-pusat
- Kehamilan 20 minggu : Pinggir bawah pusat
- Kehamilan 24 minggu : Pinggir atas pusat
- Kehamilan 28 minggu : Sepertiga pusat-xyphoid
- Kehamilan 32 minggu : Pertengahan pusat-xyphoid
2) Vagina/vulva
Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasi menimbulkan
warna merah ungu kebiruan yang disebut tanda chadwick. Vagina
ibu hamil berubah menjadi lebih asam, sehingga wanita hamil lebih
rentan terhadap infeksi vagina terutama infeksi jamur.
Hypervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan
hypersensitivitas, sehingga meningkatkan libido atau keinginan
seksual terutama pada kehamilan trimester dua.
3) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta,
terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen yang
menyebabkan tidak terjadinya pembentukan dan pematangan
folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal
menstruasi.
4) Perubahan pada payudara
Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu
perkembangan duktus (saluran) air susu pada payudara. Sedangkan
hormon progesterone menambah sel-sel asinus pada payudara.
b. Perubahan pada sistem endokrin
1) Progesteron
Pada awal kehamilan hormon progesteron dihasilkan oleh corpus
luteum dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta.
Kadar hormon ini meningkat selama hamil dan menjelang

11
persalinan mengalami penurunan (produksi maksimum
diperkirakan 250 mg/hari).
2) Estrogen
Pada awal kehamilan sumber utama estrogen adalah Ovarium.
Selanjutnya estrone dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan
kadarnya meningkat beratus kali lipat, output estrogen maksimum
30 - 40 mg/hari. Kadar terus meningkat menjelang aterm.
3) Kortisol
Pada awal kehamilan sumber utama adalah adrenal maternal dan
pada kehamilan lanjut sumber utamanya adalah plasenta, dengan
produksi harian 25mg/hari.
4) Hormon Chorionic Gonadrotopin (HCG)
Hormon HCG ini diproduksi selama kehamilan. Pada hamil muda
hormon ini diproduksi oleh trofoblas dan selanjutnya dihasilkan
oleh plasenta. HCG dapat untuk mendeteksi kehamilan dengan
darah ibu hamil pada 11 hari setelah pembuahan dan mendeteksi
pada urine ibu hamil pada 12-14 hari setelah kehamilan. Kandungan
HCG pada ibu hamil mengalami puncaknya pada 8-11 minggu
umur kehamilan.
5) Human Placental Lactogen
Kadar HPL atau Chorionic somatotropin ini terus meningkat
seiring dengan pertumbuhan plasenta selama kehamilan. Hormon
ini mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin.HPL juga
bersifat diabetogenik sehingga menyebabkan kebutuhan insulin
padawanita hamil meningkat.
6) Relaxin
Dihasilkan oleh corpus luteum, dapat dideteksi selama kehamilan,
kadar tertinggi dicapai pada trimester pertama. Peran fisiologis
belum jelas, diduga berperan penting dalam maturasi servik.
7) Hormon hipofisis

12
Terjadi penekanan kadar FSH dan LH maternal selama kehamilan,
namun kadar prolaktin meningkat yang berfungsi untuk
menghasilkan kolostrum. Pada saat persalinan setelah plasenta lahir
maka kadar prolaktin menurun, penurunan ini berlangsung terus
sampai pada saat ibu menyusui. Pada saat ibu menyusui prolaktin
dapat dihasilkan dengan rangsangan pada puting pada saat bayi
mengisap puting susu ibu untuk memproduksi ASI.
8) Perubahan pada kekebalan
Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi vagina
berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga pada ibu
hamil lebih rentan terhadap infeksi pada vagina. Mulai kehamilan 8
minggu sudah kelihatan gejala terjadinya kekebalan dengan adanya
limfosit-limfosit. Semakin bertambahnya umur kehamilan maka
jumlah limfosit semakin meningkat. Dengan tuanya kehamilan
maka ditemukan sel-sel limfoid yang berfungsi membentuk
molekul imunoglobulin. Imunoglobulin yang dibentuk antara lain:
Gamma-A imunoglobulin yang dibentuk pada kehamilan dua bulan
dan baru banyak ditemukan pada saat bayi dilahirkan.
9) Perubahan pada sistem pernafasan
Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi
pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan karena
uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan
mendorong ke atas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm
sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita hamil
meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan
oksigen wanita hamil bernapas dalam.
10) Perubahan pada sistem perkemihan
Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter
membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun. Kencing lebih
sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69%.
11) Perubahan pada sistem pencernaan

13
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah dan terjadi juga perubahan peristaltic dengan gejala
sering kembung dan konstipasi.
4. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Menurut (Mastiningsih & Agustina, 2019) terdapat beberapa kebutuhan
dasar ibu hamil yaitu:
a. Nutrisi
Nutrisi dan gizi yang baik pada masa kehamilan akan sangat membantu
ibu hamil dan janinnya melewati masa tersebut.
1) Kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester I
a) Minggu ke 1-4
Ibu hamil membutuhkan makanan yang mengandung kalori dan
protein tinggi seperti daging merah dan daging unggas. Jumlah
kalori yang harus dikonsumsi minimal 2000 kkal per harinya.
b) Minggu ke-5
Ibu hamil masih akan mengalami mual dan muntah. Agar
asupan kalori dapat terpenuhi, makan sedikit tapi sering.
c) Minggu ke 7-8
Pada minggu ketujuh dan kedelapan (perkembangan janin 2
bulan) akan terjadi pembentukan rangka dan tubuh janin. Untuk
menunjang pembentukan tulang tersebut dibutuhkan kalsium
sebanyak 1.200 miligram per harinya.
d) Minggu ke-9
Ibu hamil membutuhkan vitamin C dan asam folat yang banyak.
Jumlah asam folat yang harus dikonsumsinya adalah 0,6
miligram per harinya.
e) Minggu ke-10
Ibu hamil membutuhkan nutrisi berupa protein yang
mengandung asam amino yang tinggi. Asam amino ini
bermanfaat untuk membentuk otak janin. Selain itu, janin juga

14
membutuhkan DHA dan kolin agar dapat memproduksi sel otak
lebih sempurna.
f) Minggu ke-12
Ibu hamil membutuhkan nutrisi yang tinggi. Fungsinya adalah
untuk menghindari bayi lahir dengan cacat. Vitamin yang
dibutuhkan adalah vitamin A, vitamin B1, B3, B2 dan juga B6.
Vitamin C untuk penyerapan zat besi, vitamin D untuk
pembentukan tulang dan gigi, vitamin E untuk metabolisme,
jumlah yang harus dikonsumsi per hari adalah 60 gram per hari.
2) Kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester II
a) Minggu ke-13 sampai minggu ke-16
Ibu hamil memerlukan asupan makanan sebanyak 3000 kalori
yang bermanfaat dalam tambahan energi bagi ibu hamil.
b) Minggu ke-17 sampai minggu ke-23
Ibu hamil harus mengonsumsi banyak serat yang dapat
ditemukan pada sayur dan buah. Ibu hamil juga harus minum
air putih minimal 8 gelas per hari agar tidak kekurangan cairan
dan mencegah sembelit. Zat besi dan vitamin C juga sangat
dianjurkan dalam minggu ini karena bermanfaat untuk
pembentukan sel darah merah.
c) Minggu ke-24 sampai minggu ke-28
Ibu hamil dilarang untuk mengonsumsi garam yang berlebih
untuk mencegah terjadi kaki bengkak saat hamil. Konsumsilah
nutrisi yang mengandung omega-3 dan juga vitamin E untuk
membantu kecerdasan otak janin. Jumlah yang harus
dikonsumsinya adalah sebanyak 80 gram per hari.
3) Kebutuhan nutrisi ibu hamil trimester III
a) Kalori
Pertambahan kalori juga dibutuhkan pada 20 minggu terakhir,
jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan adalah sebanyak 300

15
kalori per hari untuk pertumbuhan jaringan, plasenta pada janin,
menambah volume darah dan juga cairan ketuban.
b) Vitamin B6 (piridoksin)
Piridoksin atau vitamin B6 harus tercukupi sebanyak 2,2 mg
perharinya bermanfaat untuk membantu metabolisme.
c) Yodium
Yodium berfungsi untuk membentuk senyawa tiroksin yang
bermanfaat untuk mengontrol metabolisme pembentukan
sel baru. Idealnya mengonsumsi yodium sebanyak 175
mikrogram per harinya.
b. Oksigen
Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu: Udara
yang bersih, tidak kotor/polusi udara, tidak bau. Pada prinsipnya
hindari ruangan/tempat yang dipenuhi polusi udara.
c. Personal Hygiene
Personal hygiene adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri sendiri.
Dimulai dari cara merawat gigi, cara berpakaian, mandi, perawatan
rambut, perawatan vagina, perawatan payudara, dan perawatan kuku.
5. Kebutuhan Psikologi Ibu Hamil
Kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi
perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang
memerlukan penyesuaian emosi, pola berpikir, dan perilaku yang berlanjut
hingga bayi lahir. Status emosional dan psikologis ibu hamil turut
menentukan keadaan yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh
kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan sebagai
proses fisiologis menjadi kehamilan patologis (Mastiningsih & Agustina,
2019).
a. Support keluarga
1) Memberikan pengertian bahwa perubahan yang terjadi
merupakan hal yang normal.
2) Bersama-sama dengan ibu untuk merencanakan persalinan.

16
3) Ikut mewaspadai adanya komplikasi dan tanda bahaya
kehamilan.
4) Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan
memberikan keterangan tentang persalinan.
5) Support tenaga kesehatan merupakan hal yang penting bagi ibu
hamil, karena dapat meningkatkan motivasi ibu untuk menjaga
kehamilan nya dengan baik.
6) Menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi
padanya adalah sesuatu yang normal.
7) Mengajarkan pada ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, dan
tanda-tanda bahaya.
8) Memberikan penjelasan bahwa yang diarasakan oleh ibu adalah
normal. Namun, tetap menggunakan bahasa yang baik dan tepat,
agar ibu tidak tersinggung.
9) Menenangkan ibu dengan memberikan kata-kata afirmasi positif
yang dapat menurunkan kecemasan maupun ketakutan ibu selama
kehamilan.
10) Meyakinkan bahwa bidan akan selalu berada bersama ibu untuk
membantu melahirkan bayinya.
11) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
Untuk menciptakan rasa nyaman dapat dengan senam untuk
memperkuat otot-otot mengatur posisi untuk mengatasi nyeri
punggung akibat janin, mengatur berbagai sikap tubuh untuk
meredakan nyeri dan pegal, sikap berdiri yang membuat bayi
leluasa, melatih sikap santai untuk menenangkan pikiran, dan
menenangkan tubuh, melakukan relaksasi sentuhan maupun
teknik pemijatan.
b. Persiapan menjadi orang tua
Segala persiapan menjadi orang tua harus direncanakan sedini mungkin
diantaranya:

17
1) Bersama-sama dengan pasangan selama kehamilan dan saat
melahirkan untuk saling berbagai pengalaman yang unik tentang
setiap kejadian yang dialami oleh masing-masing.
2) Berdiskusi dengan pasangan tentang apa yang dilakukan untuk
menghadapi status berbagai orang tua, seperti akomodasi bagi calon
bayi, menyiapkan tambahan penghasilan, apa saja yang diperlukan
untuk merawat bayi.
3) Persiapan menjadi orang tua yang harus dilakukan yaitu fisik dan
mental.
c. Persiapan sibling
Untuk mempersiapkan sang kakak dalam menerima adiknya dapat
dilakukan dengan:
1) Menceritakan mengenai calon adik yang sesuai dengan usia dan
kemampuannya untuk memahami, tetapi tidak pada usia kehamilan
muda karena anak akan cepat bosan.
2) Jangan sampai dia mengetahui calon adiknya dari orang lain.
3) Biarkan dia merasakan gerakan dan bunyi jantung adiknya.
4) Gunakan gambar-gambar mengenai cara perawatan bayi.
5) Tidak boleh memberikan kesan bahwa ada hal yang mungkin anak
rasakan tapi tidak dapat dibicarakan.

C. Konsep Dasar Teori Bighted Ovum


1. Definisi Blighed Ovum
Blighted ovum atau kehamilan kosong yaitu kehamilan yang tidak
mengandung embrio, sehingga pada usia tertentu kehamilan akan berhenti.
Blighted Ovum yaitu kehamilan tanpa janin (anembrionik pregnancy),
namun kantung gestasi maupun kantung kehamilan dan air ketuban
berkembang secara normal (Ahmar & Andriany, 2023).

Blighted ovum disebut juga sebagai kehamilan anembrionik yaitu dimana


kantng kehamilan berkembang secara normal, namun sel telur yang dibuahi
tidak berkembang menjadi embrio (Anggrayni et al., 2022).

18
2. Patofisilogis Blighted Ovum
Proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya yaitu pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap
dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya
kualitas telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi TORCH, tingkat usia
dan paritas), maka unsur janin tidak berkembang dengan sempurna
(Hermawan & Supliyani, 2022). Meskipun demikian plasenta tersebut tetap
tertanam di dalam rahim yang menghasilkan hormone HCG (human
chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada
indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah
terdapat hasil konsepsi di dalam rahim dan juga menyebabkan munculnya
gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan
tes kehamilan menjadi positif, karena ttes kehamilan baik test pack maupun
laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG (Za &
Rosdiana, 2016).
3. Tanda dan Gejala Blighted Ovum
Pada umumnya ibu hamil dengan blighted ovum akan merasakan gejala-
gejala kehamilan seperti terlambat menstruasi, mual dan muntah pada awal
kehamilan (morning sickness), payudara mengeras, serta terjadi
pembesaran perut, bahkan saat dilakukan tes kehamilan baik test pack
maupun laboratorium hasilnya pun positif (Rahmawati & Anggraeni,
2022). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada saat konsepsi, sel telur
(ovum) yang matang bertemu sperma, namun akibat berbagai faktor maka
sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang sempurna, dan
hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan, meski demikian plasenta
tersebut tetap tertanam di dalam rahim dan menghasilkan hormon HCG
(humanchorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan
sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa
sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim yang juga menyebabkan
menyebabkan munculnya gejala - gejala kehamilan seperti mual, muntah,

19
ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif (Za & Rosdiana,
2016).

Namun, setelah beberapa waktu ibu hamil dengan blighted ovum akan
merasakan tanda atau gejala yang mengarah kepada keguguran seperti
kolik perut, nyeri punggung bagian bawah, keluarnya cairan berwarna
coklat dan sakit atau keram pada perut bagian bawah (Mitwally et al.,
2019).
4. Diagnosis Blighted Ovum
a. Tes kehamilan positif
b. Djj tidak terdengar
c. Diagnosis blighted ovum tidak dapat dipastikan hingga usia kehamilan
minimal 8 minggu (Ahmar & Andriany, 2023). Blighted ovum biasanya
terjadi pada pada awal kehamilan (trimester pertama) dan bahkan
sangat dini sebagai salah satu bentuk kegagalan kehamilan ovum
karena gejalanya yang sulit diketahui secara pasti (Andriani &
Mardhiyah, 2019; Hidayat et al., 2023).
d. Blighted ovum hanya dapat di deteksi atau di diagnosis melalui
pemeriksaan ultrasonografi (USG) dengan menilai perkembangan
embrio (Anggrayni et al., 2022; Hidayat et al., 2023).
5. Faktor yag Mempengaruhi Terjadinya Blighted Ovum
a. Infeksi Torch, radiasi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan
terjadinya blighted ovum
b. Usia <20 tahun beresiko untuk mengalami blighted ovum karena rahim
dan bagian tubuh lainnya belum siap untuk menerima kehamilan dan
cenderung kurang perhatian terhadap kehamilannya, selain itu usia >35
tahun juga beresiko, karena fungsi rahim dan bagian tubuh lainnya
sudah menurun dan kesehatan tubuh ibu tidak sebaik saat berumur 20-
35 tahun (Rahmawati & Anggraeni, 2021; Za & Rosdiana, 2016). Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggrayni et al.,
2022) yang menyatakan bahwa pada usia <20 tahun organ reproduksi
wanita belum matang secara sempurna, sedangkan ibu yang mulai

20
memasuki 30 tahun akan mengalami penurunan kesuburan yang dapat
mempengaruhi kualitas sel telur atau sel sperma yang memungkinkan
untuk terjadinya blighted ovum.
c. Paritas tinggi akan memiliki kemungkinan 3 kali terjadi kehamilan
dengan blighted ovum dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas
rendah, karena elastisitas uterus dan kualitas ovumnya menurun
(Rahmawati & Anggraeni, 2022).
d. Kelainan Imunologis berperan terhadap terjadinya blighted ovum yaitu
berperan melalui mekanisme reaksi respons seluler dan humoral
terhadap organ tertentu dari ibu hamil, seperti ketidakcocokan atau
inkompatibilitas sistem HLA (Human Leukocyte Antigen) yang
memiliki peran penting sebagai toleransi imun ibu dalam
perkembangan kehamilan. HLA - E diekspresikan pada sel trofoblas
yang dapat membantu janin untuk menghindari intoleransi imun ibu,
apabila HLA - E tidak diekspresikan, maka kemampuan sel trofoblas
akan berkurang dan dicegah untuk menginvasi uterus karena dianggap
sebagai non - self yang memiliki sifat sebagai antigen yang memicu
pembentukan antibodi pada ibu sehingga terjadi kegagalan produk
konsepsi (Anggrayni et al., 2022; Hidayat et al., 2023).
e. Kelainan genetik juga dapat mempengaruhi kejadian blighted ovum
yaitu kelainan genetik pada polimorfisme HLA-DPA1, dimana varian
homozigot (rs1431403) dari lokus polimorfik ini (CC dan TT) terlibat
dalam peningkatan ekspresi HLA-DPA1 yang abnormal yang dapat
mening-katkan risiko terjadinya kehamilan anembrionik.
6. Komplikasi Blighted Ovum
Salah satu komplikasi atau akibat yang ditimbulkan dari blighted ovum
dengan disertasi perdarahan seperti mengalami gejala keguguran
mengancam (abortus iminens), jika tidak segera dilakukan kuretase bisa
terjadi infeksi (Ahmar & Andriany, 2023). Sedangkan, komplikasi
terburuknya yaitu perdarahan yang menyebabkan kematian dan ada

21
kemungkinan blighted ovum berulang lagi (Mitwally et al., 2019;
Rahmawati & Anggraeni, 2022; Za & Rosdiana, 2016).
7. Pencegahan Blighted Ovum
Blighted ovum tidak dapat dicegah, karena seringkali terjadi pada awal
kehamilan bahkan sangat awal karena gejala yang sulit diketahui secara
pasti dan pada umumnya ibu hamil dengan BO akan mengalami tanda dan
gejala yang sama dengan ibu hamil normal pada umumnya (Anggrayni et
al., 2022). Namun ibu dan pasangan dapat melakukan pencegahan sedini
mungkin yaitu sebelum merencanakan proses kehamilan dengan
menerapkan pola hidup yang lebih sehat dan rutin mengkonsumsi makanan
yang mengandung asam folat suplemen folat. Karena, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian suplemen folat pada perikonsepsi
(sebelum dan sesaat setelah terjadinya konsepsi) dapat menurunkan resiko
NTD meupun resiko atau komplikasi lainnya selama kehamilan sebesar
70% (Carolin & Novelia, 2022).
Adapun beberapa pencegahan lainnya yaitu :
a. Melakukan imunisasi pada ibu untuk menghindari masuknya virus
rubella kedalam tubuh. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu
menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya.
b. Sembuhkan dahulu penyakit yang diderita oleh calon ibu. Setelah itu
pastikan bahwa calon ibu benar-benar sehat saat akan merencanakan
kehamilan.
c. Melakukan pemeriksaan kariotipe, untuk mengetahui kelainan
kromosom yang terjadi pada suami maupun istri
d. Tak hanya pada calon ibu, calon ayah pun disarankan untuk
menghentikan kebiasaan merokok dan memulai hidup sehat saat
prakonsepsi.
e. Periksakan kehamilan secara rutin. Sebab biasanya kehamilan kosong
jarang terdekteksi saat usia kandungan masih di bawah delapan bulan.

22
8. Penatalaksanaan Blighted Ovum
Penanganan blighted ovum adalah dengan terminasi kehamilan baik itu
dengan kuretase yang bertujuan untuk mengeluarkan atau mengangkat
kantung kehamilan yang kosong dari dalam rahim, dengan dilakukan
penanganan awal pada pasien pre kuretase yaitu pemasangan infus RL 500
ml dengan tetesan 12 tpm, dan pemasangan batang laminaria (Hermawan
& Supliyani, 2022). Selain itu, penanganan blighted ovum bisa juga
dilakukan dengan pemberian obat-obatan tertentu yang bertujuan untuk
membantu meluruhkan kandungan yang kosong, dan jika masih
memungkinkan, ibu boleh saja memilih untuk membiarkan kandungan
gugur secara alami yang biasanya akan terjadi beberapa minggu setelah
kehamilan dihentikan (Ahmar & Andriany, 2023).

23
BAB III
METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis Laporan Kasus


Jenis laporan kasus yang digunakan yaitu metode deskriptif adalah studi
penelaahan kasus (Case Study), yakni dengan cara meneliti suatu permasalahan
yang berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi,
kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun
tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan.
B. Lokasi dan Waktu
Lokasi studi kasus ini yaitu di Puskesmas Pontang yang dilaksanakan pada
tanggal 07 November 2023.
C. Subjek Laporan Kasus
Pada laporan kasus ini, subjek yang digunakan yaitu seorang ibu hamil berusia
21 tahun usia kehamilan 12 minggu dengan blighted ovum.
D. Instrumen Laporan Kasus
Instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara dan studi dokumentasi
dalam bentuk format asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan
KEPMENKES Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain anamnesa, wawancara,
pemeriksaan fisik dan penunjang dengan menggunakan format pengkajian,
hasil pengkajian didokumentasikan secara SOAP.

24
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Tanggal Masuk : 07 November 2023


No. Registrasi/ MR : 0062
Tempat : Poli KIA PKM Pontag

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IBU SUAMI
Nama : Ny. Gistin Nama : Tn. Marko
Umur : 21 Tahun Umur : 25 Tahun
Suku Bangsa : Jawa Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat Rumah : Pontang, Legon

B. ANAMNESA
Tanggal : 07 November 2023 Jam : 08.00 WIB Oleh : Bidan
1. Alasan kunjungan ini :
[ √] Kunjungan pertama
[ ] Kunjungan ulang/rutin
[ ] Keluhan : Ibu mengeluh keluar flek kurang lebih 5 hari serta sakit
disertai keram pada perut bagian bawah
2. Riwayat kehamilan ini :
a. Riwayat Haid
1) Haid Pertama Hari Terakhir (HPHT) : 15 Agustus 2023

25
2) Pasti, Lamanya : 7 hari, Banyaknya : 3 – 4x ganti pembalut

3) Haid sebelumnya : Tanggal 20 Juli 2023


4) Lamanya : 7 hari, Banyaknya : 3 – 4x ganti pembalut
5) Siklus : 28 hari, teratur
6) Konsistensi : Kental berwarna merah kehitaman
7) HPL : 22 Mei 2024
b. Tanda-Tanda Kehamilan (Trimester I)
Hasil tes kehamilan (jika dilakukan)
Tanggal : 28 September 2023 Hasil : Positif
c. Keluhan yang dirasakan : Morning Sickness pada awal awal awal
kehamilan, tapi sekarang sudah berkurang
d. Diet/Makan :
Makan sehari-hari : 3 – 4x sehari dengan menu makanan nasi,
ikan, sayur
Perubahan makan yang dialami : Normal kembali seperti sebelum
hamil
e. Pola Eliminasi
1) BAB : 1 - 2x sehari
2) BAK : 5 – 6x sehari
f. Aktivitas sehari-hari :
1) Pola Istirahat dan tidur : Tidur siang 1-2 jam/hari dan tidur
malam ± 8 jam/hari
2) Seksualitas : 1 minggu sekali
3) Pekerjaan : Mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang
ringan
4) Senam hamil : Belum pernah
g. Imunisasi TT : TT1
h. Imunisasi lainnya :-
i. Kontrasepsi yang terakhir digunakan : -
j. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :
G 1 P 0 A 0, Anak Hidup : -

26
No Tgl/Thn Tempat Usia Jenis Penolong Penyulit Anak
persalinan Pertolongan Kehamilan Persalinan ♂/♀ BB TB
1. Hamil ini

3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita : Tidak ada
Riwayat Operasi : Tidak ada
b. Perilaku Kesehatan
1) Penggunaan Alkohol/Obat-obatan sejenisnya : Tidak
2) Obat-obatan/jamu yang sering digunakan : Tidak
3) Merokok/Makan sirih : Tidak
4) Vitamin A : Tidak
4. Riwayat Psiko sosial
a. Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan : Ya, di inginkan
b. Jenis kelamin yang diharapkan : Apa saja yang penting sehat
c. Status Perkawinan : Menikah
d. Jumlah Perkawinan : 1 kali
e. Lama Perkawinan : 1 Tahun
f. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan,
nifas : Tidak ada
g. Pengambil keputusan : Suami
h. Rencana bersalin di : Puskesmas
i. Jarak rumah dengan tempat bersalin : ±5 km
j. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : Tidak ada
5. Riwayat Kesehatan keluarga
(Tanyakan tentang penyakit keturunan) : Tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis

27
3. Keadaan emosional : Stabil
4. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 112/67 mm/Hg
b. Suhu tubuh : 36 ○ C
c. Denyut nadi : 90 x/menit
d. Pernapasan : 20 x/menit
5. Tinggi badan : 162 Cm
6. Berat badan sebelum hamil : 60 Kg
7. Berat badan sekarang : 65 Kg
8. LILA : 25 Cm
9. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih dan tidak ada ketombe
2) Wajah : Tidak ada oedema, tidak ada
cloasma gravidarum
3) Kelopak mata : Simetris dan tidak ada oedema
4) Conjungtiva : Tidak anemis
5) Sklera : Tidak ikterik
6) Hidung : Bersih, tidak ada polip
7) Telinga : Bersih, tidak serumen
b. Mulut dan Gigi
1) Lidah : Bersih, tidak ada stomatitis
2) Gigi : Tidak ada caries
3) Bibir : Tidak ada kelaianan labioskizis
4) Rahang : Tidak ada kelainan
c. Leher
1) Pembesaran Kelenjar Tiroid : Tidak teraba pembesaran
2) Pembesaran pembuluh limfe : Tidak teraba pembesaran
d. Dada
1) Jantung : Detak jantung terdengar normal
2) Paru : Tidak terdengar bunyi wheezing
atau rhonki

28
3) Payudara
- Pembesaran : Ada pembesaran
- Putting susu : Menonjol
- Simetris : Simetris
- Benjolan : Tidak ada
- Pengeluaran : Colostrum belum keluar
- Rasa nyeri : Tidak ada
- Striae : Tidak ada
- Retraksi : Tidak ada
- Massa : Tidak ada
- Pembesaran pembuluh limfe : Tidak teraba pembesaran
e. Punggung, pinggang, posisi tulang belakang
1) Posisi tulang belakang : Lordosis fisiologis
2) Nyeri pada pinggang : Tidak ada
f. Abdomen :
1) Inspeksi
a) Luka bekas operasi : Tidak ada
b) Pelebaran Vena : Tidak ada
c) Linea : Tidak ada
d) Striae albican /livide : Tidak ada striae
e) Kelainan lain : Tidak ada
2) Palpasi :
a) Kontraksi : Tidak ada
b) TFU ( Mc Donald) : Belum teraba
c) Pemeriksaan Leopold
Leopold I : Tidak dilakukan
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
d) Penurunan bagian terendah : -
e) Cekungan pada perut ( Lingkar bandl ) : Tidak ada
f) Osborn Test : Tidak dilakukan

29
g) Taksiran Berat Janin ( TBJ ) : -
3) Auskultasi :
a) D J J :
- Punctum maximum (PM) : -
- Tempat :-
- Frekuensi :-
g. Ekstremitas
1) Atas
a) Oedema : Tidak oedema
b) Kekuatan Sendi : Baik
c) Varices : Tidak ada
d) Refleks : (+/+)
e) Cianosis : Tidak ada
f) Keluhan lain : Tidak ada
2) Bawah
a) Oedema : Tidak oedema
b) Kekuatan Sendi : Baik
c) Varices : Tidak ada
d) Refleks : (+/+)
e) Cianosis : Tidak ada
f) Keluhan lain : Tidak ada
h. Ano-genital
1) Inspeksi dan palpasi : Tidak dilakukan
a) Perineum :-
b) Vulva Vagina : -
c) Pengeluaran Pervaginam : -
d) Luka :-
e) Varices :-
f) Uretra :-
g) Kelenjar skene :-
h) Kelenjar Bartholini : -
i) Haemoroid :-

30
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium tanggal : 07 November 2023
a) Darah : 12,5 gram%
b) Golongan Darah : O+
c) Urine : Protein :-
Reduksi :-
2. Penunjang lainnya : Pemeriksaan USG

II. INTERPRETASI DATA (DIAGNOSA, MASALAH DAN


KEBUTUHAN)
1. Diagnosa ibu dan janin :
Ny. G Usia 21 Tahun G1P0A0 Hamil 12 Minggu dengan Blighted Ovum
2. Dasar
Data subjektif
- Ibu mengatakan ini kehamilan pertama, belum pernah melahirkan dan
belum pernah keguguran
- HPHT : 15 Agustus 2023
- Ibu mengatakan keluar flek sudah 5 hari
Data objektif
- TFU 26 cm
- Ku : Baik, Kesadaran : Compos mentis, Keadaan emosional : Stabil,
dan hasil pemeriksaan TTV normal
- TFU : Belum teraba
- DJJ : Tidak terdengar
- Hasil pemeriksaan USG menunjukan bahwa tidak ada janin atau embrio
di dalam kantung kehamilan
3. Masalah
Ibu terlihat sedikit khawatir dan cemas dengan kondisi kehamilan nya
4. Kebutuhan
- Memberikan support mental kepada ibu

31
- Menganjurkan suami dan keluarga untuk memberikan suport dan selalu
menemani

III. ANTISIPASI MASALAH / DIAGNOSA POTENSIAL


Antisipasi masalah : Memberikan tablet Fe dan Asam Folat
Diagnosa potensial : Perdarahan pervaginam

IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI


Kolaborasi dengan dokter SpOG

V. PERENCANAAN
1. Lakukan Informed Consent
2. Lakukan pemeriksaan dan jelaskan hasil pemeriksaan
3. Konsultasi dengan dokter jaga
4. Anjurkan ibu agar tetap mengkonsumsi tablet Fe dan Asam Folat
5. Berikan support kepada ibu dan suami agar dapat menerima kondisi
kehamilan saat ini
6. Berikan surat rujukan ke rumah sakit
7. Lakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan dan tindakan

VI. PELAKSANAAN
1. Melakukan Informed Consent atau persetujuan kepada pasien sebelum
melakukan tindakan agar semua tindakan yang kita lakukan sesuai SOP
dan sudah persetujuan dari pasien
2. Melakukan pemeriksaan secara lengkap untuk mengetahui keadaan ibu
dan janin saat ini dan didapatkan hasil yaitu keadaan umum dan kesadaran
ibu baik dan emosional stabil, TTV serta pemeriksaan fisik normal.
Namun, TFU belum teraba dan Djj belum terdengar
3. Dokter jaga melakuka pemeriksaan USG dan didapatkan hasil bahwa
tidak dapat ditemukan bagian janin di dalam rahim dan hanya kantung
kehamilan saja yang berkembang, dan kemungkinan terburuknya adalah
kehamilan tidak dapat dipertahankan. Kemudian, dokter jaga memberikan

32
advice yaitu melakukan pemeriksaan lebih lanjug ke rumah sakit dengan
menggunakan surat rujukan yang sudah dibuat oleh dokter.
4. Menganjurkan ibu agar tetap mengkonsumsi tablet Fe 600 mg (1x1) dan
Asam Folat 250 mcg (2x1) yang diminum setiap hari sebelum tidur untuk
mempertahankan atau meningkatkan kadar Hb dalam darah, memenuhi
kebutuhan kalsium dan vitamin di dalam tubuh
5. Memberikan suport mental kepada dan suami dengan memberikan
penjelasan secara hati-hati serta memberikan semangat agar dapat
menerima kondisi kehamilan nya saat ini
6. Memberikan surat rujukan yang sudah dibuat oleh dokter jaga untuk
melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit dengan dokter SpOG agar dapat
mengetahui secara jelas tentang kondisi nya saat ini serta mendapatkan
timdakan selanjutnya yang tepat dan aman.
7. Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan dan setiap tindakan
yang dilakukan

VII. EVALUASI
1. Ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan
2. Pemeriksaan sudah dilakukan dan ibu mengetahui serta mengerti dengan
kondisinya saat ini
3. Ibu bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan dokter jaga
4. Ibu bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan yaitu
mengkonsumsi tablet Fe dan Asam Folat setiap hari
5. Ibu lebih tenang dalam menghadapi kondisi kehamilan nya saat ini
6. Ibu bersedia untuk dilakukan rujukan ke rumah sakit
7. Hasil pemeriksaan dan tindakan sudah di dokumentasikan di dalam SOAP

33
PENDOKUMENTASIAN SOAP

Nama : Ny. G

Umur : 21 Tahun

Alamat : Pontang, Legon

Tanggal Pengkajian : 07 November 2021

Jam Catatan Perkembangan


08.00 WIB Data Subjektif :
Ny. G usia 21 tahun datang kepuskesmas untuk memeriksakan
kehamilan, ibu mengeluh keluar flek kurang lebih 5 hari serta sakit
disertai keram pada perut bagian bawah. Ibu mengatakan ini kehamilan
yang pertama dan belum pernah keguguran.
- HPHT : 05-08-2023
- HPL : 22-05-2024
- Hasil PP test (+)
- Sudah melakukan suntik TT1
Data Objektif :
Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
TB : 162 cm, BB : 65 kg, Lila : 25 cm
TTV : TD : 112/67 mmHg, N : 90x/m, R : 20x/m, S : 36 ℃
Pemeriksaan abdomen :
TFU : Belum teraba, Leopold : Tidak dilakukan, Djj : Belum terdengar
Pemeriksaan USG menunjukan bahwa tidak dapat ditemukan bagian
janin di dalam rahim dan hanya kantung kehamilan saja yang
berkembang
Assesmnet :
Ny. G usia 21 Tahun G1P0A0 Hamil 12 Minggu dengan Blighted
Ovum
- Lakukan Informed Consent

34
- Lakukan pemeriksaan dan jelaskan hasil pemeriksaan
- Konsultasi dengan dokter jaga
- Anjurkan ibu agar tetap mengkonsumsi tablet Fe dan Asam Folat
- Berikan support kepada ibu dan suami agar dapat menerima kondisi
kehamilan saat ini
- Berikan surat rujukan ke rumah sakit
- Lakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan dan tindakan

B. PEMBAHASAN
Blighted ovum atau kehamilan kosong yaitu kehamilan yang tidak mengandung
embrio, sehingga pada usia tertentu kehamilan akan berhenti. Blighted Ovum
merupakan kehamilan tanpa janin (anembrionik pregnancy), namun kantung
gestasi maupun kantung kehamilan dan air ketuban berkembang secara normal
(Ahmar & Andriany, 2023).

Pada kasus ini, blighted ovum di tegakan dari anamensis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan obstetric serta penunjang. Pada anamnesis didapatkan bahwa
pasien berusia 21 tahun usia kehamilan 12 minggu mengeluh keluar flek
kurang lebih 5 hari serta sakit disertai keram pada perut bagian bawah,
kemudian pada pemeriksaan fisik yaitu TFU belum teraba dan Djj belum
terdengar, lalu pemeriksaan penunjang yaitu USG menunjukan bahwa tidak
adanya janin di dalam uterus. Diagnosis tersebut bedasarkan teori (Andriani &
Mardhiyah, 2019; Hidayat et al., 2023) yang menyatakan bahwa diagnosis
blighted ovum tidak dapat ditegakan atau dipastikan hingga usia kehamilan
minimal 8 minggu dan biasanya terjadi pada pada awal kehamilan (trimester
pertama) dan hanya dapat di deteksi atau di diagnosis melalui pemeriksaan
ultrasonografi (USG) dengan menilai perkembangan embrio. Tanda dan gejala
yang dirasakan ibu dengan blighted Ovum yaitu keluarnya cairan berwarna
coklat dan sakit atau keram pada perut bagian bawah (Anggrayni et al., 2022;
Hidayat et al., 2023).

Adapun proses awal kehamilan blighted ovum terjadi sama pada kehamilan
umumnya yaitu pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi

35
bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas
telur/sperma yang buruk atau terdapat infeksi TORCH, tingkat usia dan
paritas), maka unsur janin tidak berkembang dengan sempurna (Hermawan &
Supliyani, 2022). Meskipun demikian plasenta tersebut tetap tertanam di dalam
rahim yang menghasilkan hormone HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan
otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam
rahim dan juga menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual,
muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif, karena tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur
kadar hormon HCG (Za & Rosdiana, 2016).

Salah satu komplikasi atau akibat yang ditimbulkan dari blighted ovum yang
disertasi perdarahan seperti mengalami gejala keguguran mengancam (abortus
iminens), jika tidak segera dilakukan kuretase bisa terjadi infeksi (Ahmar &
Andriany, 2023). Sedangkan, komplikasi terburuknya yaitu perdarahan yang
menyebabkan kematian dan ada kemungkinan blighted ovum berulang lagi
(Mitwally et al., 2019; Rahmawati & Anggraeni, 2022; Za & Rosdiana, 2016).

Terdapat banyak faktor yang dapat menyebabkan blighted ovum diantaranya


yaitu infeksi torch, radiasi, penyakit diabetes, usia <20 dan >35 tahun dan
paritas tinggi (Rahmawati & Anggraeni, 2022). Kemudian, kelainan
Imunologis juga berperan terhadap terjadinya blighted ovum yaitu berperan
melalui mekanisme reaksi respons seluler dan humoral terhadap organ tertentu
dari ibu hamil, seperti ketidakcocokan atau inkompatibilitas sistem HLA
(Human Leukocyte Antigen) yang memiliki peran penting sebagai toleransi
imun ibu dalam perkembangan kehamilan. HLA - E diekspresikan pada sel
trofoblas yang dapat membantu janin untuk menghindari intoleransi imun ibu,
apabila HLA - E tidak diekspresikan, maka kemampuan sel trofoblas akan
berkurang dan dicegah untuk menginvasi uterus karena dianggap sebagai non
- self yang memiliki sifat sebagai antigen yang memicu pembentukan antibodi
pada ibu sehingga terjadi kegagalan produk konsepsi (Anggrayni et al., 2022;
Hidayat et al., 2023). Kelainan genetik juga dapat mempengaruhi kejadian
blighted ovum yaitu kelainan genetik pada polimorfisme HLA-DPA1, dimana
36
varian homozigot (rs1431403) dari lokus polimorfik ini (CC dan TT) terlibat
dalam peningkatan ekspresi HLA-DPA1 yang abnormal yang dapat mening-
katkan risiko terjadinya kehamilan anembrionik.

Namun, jika dilihat dari faktor penyebab blighted ovum yang di dapat dari hasil
anamnesis maupun pemeriksaan penunjang menunjukan bahwa usia dan
paritas bukan penyebab dari blighted ovum yang terjadi pada Ny. G, karena
usia dan paritsa Ny. G termasuk kedalam kategori aman, sedangkan faktor
penyebab lainnya hanya dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan di rumah sakit,
sehingga dokter umum menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih
lanjut ke RS dengan dokter SpOG agar dapat diketahui penyebab pasti dari
blighted ovum yang dialami.

Selain itu, terdapat masalah lain pada Ny. G yaitu kecemasan. Gejala
kecemasan dan depresi biasanya terlihat pada wanita hamil dengan riwayat
komplikasi sebelumnya atau kehamilan berisiko tinggi saat ini. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Martina Ekacahyaningtyas & Mustikarani, 2021)
menunjukkan bahwa penatalaksanaan kecemasan ibu hamil tidak cukup hanya
dengan tindakan pendidikan kesehatan sebanyak satu kali akan tetapi
membutuhkan penatalaksanaan yang lebih intensif dan berkesinambungan
salah satunya adalah dengan konseling, serta adanya dukungan dari keluarga.

Penanganan atau penatalaksanaan blighted ovum adalah dengan terminasi


kehamilan baik itu dengan kuretase yang bertujuan untuk mengeluarkan atau
mengangkat kantung kehamilan yang kosong dari dalam rahim atau dengan
pemberian obat-obatan tertentu yang bertujuan untuk membantu meluruhkan
kandungan yang kosong, dan jika masih memungkinkan, ibu boleh saja
memilih untuk membiarkan kandungan gugur secara alami yang biasanya akan
terjadi beberapa minggu setelah kehamilan dihentikan (Ahmar & Andriany,
2023; Hermawan & Supliyani, 2022). Adapun penatalaksanaan pada kasus Ny.
G yaitu dengan melakukan rujukan ke rumah sakit untuk dapat dilakukan
pemeriksaan maupun tindakan yang tepat dan aman.

Sedangkan, untuk pencegahan blighted ovum pada masa kehamilan sangat sulit
untuk dicegah, karena seringkali terjadi pada awal kehamilan bahkan sangat

37
awal karena gejala yang sulit diketahui secara pasti dan pada umumnya ibu
hamil dengan BO akan mengalami tanda dan gejala yang sama dengan ibu
hamil normal pada umumnya (Anggrayni et al., 2022). Namun, ibu dan
pasangan dapat melakukan pencegahan sedini mungkin yaitu sebelum
merencanakan proses kehamilan dengan menerapkan pola hidup yang lebih
sehat dan rutin mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat
suplemen folat. Karena, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
suplemen folat pada perikonsepsi (sebelum dan sesaat setelah terjadinya
konsepsi) dapat menurunkan resiko NTD meupun resiko atau komplikasi
lainnya selama kehamilan sebesar 70% (Carolin & Novelia, 2022).

38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Blighted ovum merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada ibu
hamil yang juga merupakan salah satu penyebab AKI meningkat. Terdapat
banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya blighted ovum, namun,
faktor penyebab terjadinya blighted ovum pada Ny. G belum dapat diketahui
secara pasti, karena jika dilihat dari faktor penyebab blighted ovum,
diantaranya yaitu usia, paritas maupun pemeriksaan lainnya tidak mengarah
kepada penyebab dari blighted ovum yang terjadi pada Ny. G, karena usia dan
paritsa Ny. G termasuk kedalam kategori aman. Sehingga perlu dilakukan
adanya pemeriksaan lanjutan ke Rumah Sakit dengan doter SpOG.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil laporan studi kasus ini dapat menambah referensi atau
kepustakaan bagi institusi pendidikan khususnya tentang asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan blighted ovum
2. Bagi Puskesmas
Saran yang dapat direkomendasikan pada Puskesmas Pontang dalam upaya
untuk menurunkan kejadian blighted ovum yaitu :
a. Mengadakan penyuluhan kepada catin tentang pentingnya persiapan
kehamilan sehat
b. Mengadakan penyuluhan kepada ibu hamil tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan (ANC) rutin ke Fasilitas pelayanan kesehatan
3. Bagi Penulis/Mahasiswa
Diharapkan dengan laporan kasus ini, penulis/mahasiswa dapat terus
mencari informasi terkait asuhan kebidanan yang tepat dan aman pada ibu
hamil dengan Blighted Ovum

39
DAFTAR REFERENSI

Ahmar, H., & Andriany, A. (2023). Blighted Ovum: Studi Kasus Pada Ibu dengan
Kehamilan Patologi. Ahmar Metastis Health Journal, 2(4), 253–258.
Andriani, F., & Mardhiyah, I. (2019). Blighted Ovum Detection Using
Convolutional Neural Network. Conference Proceedings, 1–6.
Anggrayni, N. H., Mas’udah, E. K., & Triningsih, R. W. (2022). Faktor Determinan
Kejadian Blighted Ovum. Jurnal Kebidanan, 11(2), 14–17.
Carolin, T. B., & Novelia, S. (2022). Penyuluhan Tentang Gizi Prakonsepsi dan
Pemberian Tablet Asam Folat Kepada Calon Pengantin. Jurnal Peduli
Masyarakat, 4(4), 697–702.
Hermawan, A. N., & Supliyani, E. (2022). Blighted Ovum : Laporan Kasus Asuhan
Kehamilan. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 3(2), 308–317.
Hidayat, N. H. A., Mas’udah, E. K., & Triningsih, R. W. (2023). Overview of
Blighted Ovum Cases. The Southeast Asian Journal of Midwifery, 9(1), 13–
17.
Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021.
file:///C:/Users/HP/Downloads/1311-Article Text-3394-1-10-20220228
(4).pdf
Mastiningsih, P., & Agustina, Y. C. (2019). Asuhan Kehamilan. In Media.
Mitwally, A. B. A., M. Abd El Aal, D. E., Taher, N., & Abbas, A. M. (2019).
Prevalence of Blighted Vvum in First Trimester of Pregnancy : A Hospital
Based Study. International Journal of Reproduction, Contraception,
Obstetrics and Gynecology, 8(1), 94–98.
Nurfaizah, A. S., & Lisnawati, L. (2023). Gambaran Kasus Ibu Hamil dengan
Blighted Ovum di RSU Singaparna Medika Citrautama Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2016. Jurnal Bidkemas Respati, 14(1), 8–12.
Nurlelawati. (2019). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Terjadinya Blighted
Ovum pada Ibu Hamil di RSUD Pasar Rebo Tahun 2017. Journal Scientific
Solutem, 2(1), 41–50.
Rahmawati, D., & Anggraeni, F. D. (2021). Hubungan Pengetahuan dan Usia
Terhadap Kejadian Blighted Ovum Pregnancy di PKU Muhammadiyah
Gamping Yogyakarta. Jurnal Kebidanan, 13(02), 159–165.

40
Rahmawati, D., & Anggraeni, F. D. (2022). Pengaruh Paritas dan Nutrisi Terhadap
Kejadian Blighted Ovum Pregnancy. Involusi Jurnal Ilmu Kebidanan, 12(2),
64–67.
Sari, J., & Sajalia, H. (2021). Faktor Resiko Terjadinya Kasus Blighted Ovum Pada
Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Suela Kabupaten Lombok
Timur. Journal Transformation of Mandalika, 2(1), 386–391.
Susanti, & Ulpawati. (2022). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.
Tyasturi, S., & Wahyuningsih, H. P. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Pusdik
SDM Kesehatan.
WHO. (2019). Maternal Mortality. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/maternal-mortality. Diakses pada tanggal 25/08/2020
WHO. (2020). Monitoring Health For the Sdgs, Sustainable Development Goals.
Geneva: World Health Organization.
https://apps.who.int/iris/handle/10665/324835%0D
Za, R. N., & Rosdiana, E. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya
Blighted Ovum (BO) pada Ibu Hamil di Rumah Sakit dr . Zainoel Abidin Kota
Banda Aceh Tahun 2015. Journal of Healthcare Technology and Medicine,
2(2), 135–143.

41

Anda mungkin juga menyukai