DISUSUN OLEH
1. DIAN EFITA YANTI
2. DEBI ANANDA PUTRI
3. FIRMAN SAPUTRA
4. KETUT CHRISELDA ARISTA
5. KOMALA SARI
6. M.RAMLI
7. RAMDINA EKAYANTI
8. ROLY YULI AMP
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., atas limpahan dan
rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bentuk-
Bentuk Kegawaddaruratan Pada Pasien Dengan Mola Hidatidosa. Makalah
ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Gawat Darurat. Karena
makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dari pihak-pihak
tertentu, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Zulkahfi, Ners., M.Kes., selaku Ketua STIKES YARSI Mataram.
2. Irwan Hadi, Ners., M.Kep., selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES YARSI
Mataram.
3. Bq. Nurainun Apriani Idris, Ners., selaku dosen pembimbing akademik.
4. Sabiah Khairi.,S.Kep.,Ners.,MPH. selaku dosen pengampu Mata Kuliah
Gawat Darurat.
5. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis membuat makalah ini dengan seringkas-ringkasnya dan bahasa
yang jelas agar mudah dipahami. Karena penulis menyadari keterbatasan yang
penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar
pembuatan makalah penulis yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
Halaman Judul
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 2
1.4 Manfaat........................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1 Konsep Teori Molahidatidosa......................................................... 3
2.1.1. Definisi................................................................................. 3
2.1.2. Etiologi................................................................................. 4
2.1.3. Manifestasi Klinis................................................................ 4
2.1.4. Patofisiologi......................................................................... 5
2.1.5. Patologi................................................................................ 5
2.1.6. Klasifikasi............................................................................ 6
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang....................................................... 7
2.1.8. Penatalaksanaan................................................................... 7
2.1.9. Komplikasi........................................................................... 8
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
3.1 Simpulan......................................................................................... 11
3.2 Saran............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Pengertian
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-
ciri stroma villi korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin
biasanya meninggal, akan tetapi villi-villi yang membesar dan
edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
ialah sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblas pada villi
kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan
mengeluarkan hormon, yakni Human Chorionic Gonadotrophin
(HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang
tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi
korialis memgalami perubahan berupa degenerasi hidropik.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan
jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai
1 atau 2 cm.
2.1.2 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor-
faktor yang menyebabkannya antara lain:
1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga
mati, tapi terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Keadaan sosio ekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas
3
gejala sebagai berikut:
1. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang
lebih nyata dari kehamilan biasa dan amenore
2. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak,
tidak teratur, warna tungguli tua atau kecoklatan seperti
bumbu rujak.
3. Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tua
kehamilan seharusnya.
4. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga
gerakan janin serta tidak terdengar bunyi denyut jantung
janin.
2.1.4 Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung
cairan merupakan kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya di
dalamnya tidak berisi embrio. Secara histo patologic kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi
normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah : satu
janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung
mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari 1 cm. mola parsialis adalah bila dijumpai
janin dan gelembung - gelembung mola. Secara mikroskopik
terlihat trias :
1. Proliferasi dari trofoblas
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti
terang dengan adanya sel sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells).
Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein
ganda. Kista lutein akan berangsur - angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.
2.1.5 Klasifikasi
4
Menurut Cuningham, 1995. Mola hidatidosa terbagi menjadi
dua yaitu :
1. Mola hidatidosa komplek (klasik), jika tidak ditemukan janin.
Villi korealis diubah menjadi masa gelembung-
gelembung bening yang besarnya berbeda-beda. Masa
tersebut dapat tumbuh membesar sampai mengisi uterus yang
besarnya sama dengan kehamilan normal lanjut. Struktur
histologinya mempunyai sifat :
a. Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma villi.
b. Tidak terdapat pembuluh darah di dalam villi yang
bengkak.
c. Proliferasi sel epitel trofoblas dengan derajat yang
beragam.
d. Tidak terdapat janin dan amnion.
2. Mola Hidatidosa Partialis
Bila perubahan mola hanya lokal dan tidak berlanjut dan
terdapat janin atau setidaknya kantung amnion, keadaan
tersebut digolongkan mola hidatidosa partialis. Terdapat
pembengkakan villi yang kemajuannya lambat, sedangkan
villi yang mengandung pembuluh darah yang lain yang
berperan dalam sirkulasi fito placenta, jarang Hiperflasi
trofoblas hanya lokal tidak menyeluruh (Jacobs, 1982).
Gambaran Mola Komplit Mola Parsial
(klasik) (inkomplet)
Jaringan embrio Tidak ada Ada
atau janin
Pembengkakan Difus Fokal
hidatidosa pada vili
Hyperplasia Difus Fokal
Inklusi stroma Tidak ada Ada
Lekukan vilosa Tidak ada Ada
2.1.6 Patologi
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung
gelembung berisi cairan jernih merupakan kista kista kecil
5
seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara
histopatologic kadang kadang ditemukan jaringan mola pada
plasenta dengan bayi normal. Bias juga terjadi kehamilan ganda
mola adalah : satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola
hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang
kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm. Mola hidatidosa
terbagi menjadi :
1. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel
jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat,
berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering
berkelompok kelompok menggantung pada tangkai kecil.
Temuan Histologik ditandai oleh:
a. Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma
Vilus
b. Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang
membengkak
c. Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
d. Tidak adanya janin dan amnion.
2. Mola Hidatidosa Parsial
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang
berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin.
Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat
pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi
villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta
yang masih berfungsi tidak terkena.
6
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola
hidatidosa atau hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau
imunologik cairan serebrospinal dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada
bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam
kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan servik.
3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan -
pelan dan hati - hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum
uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan kemungkinan mola
( cara Acosta- Sison).
4. Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang - tulang janin
( pada
kehamilan 3-4 bulan).
5. Arteriogram khusus pelvis
6. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai
salju dan tidak terlihat janin.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi
syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan
pemberian cairan dan transfusi darah. Tindakan pertama
adalah melakukan manual digital untuk pengeluaran
sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah; barulah
dengan tenang dan hati - hati evaluasi sisanya dengan
kuretase.
b. Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil:
7
1) Pasang beberapa gagang laminaria untuk
memperlebar pembukaan selama 12 jam.
2) Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50
satuan oksitosin (pitosin atau sintosinon); cabut
laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi
kavum uteri dengan hati - hati. Pakailah cunam
ovum yang agak besar atau kuret besar : ambillah
dulu bagian tengah baru bagian - bagian lainnya
pada kavum uteri. Pada kuretase pertama ini
keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin, tak usah
terlalu bersih.
3) Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan
lakukan tampon utero - vaginal selama 24 jam.
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo -
patologik dalam 2 porsi:
1) Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum.
2) Porsi 2 : dikeluarkan dengan kuretase.
d. Berikan obat - obatan, antibiotika, uterustonika dan
perbaikan keadaan umum penderita.
e. 7-10 hari sesudah kerokan pertama, dilakukan kerokan
ke 2 untuk membersihkan sisa-sisa jaringan, dan kirim
lagi hasilnya untuk pemeriksaan laboratorium.
f. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila
dilakukan kerokan, ada beberapa institut yang
melakukan histerotomia untuk mengeluarkan isi rahim
( mola).
g. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi
(high risk mola) : usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau
lebih, dan uterus yang sangat besar (mola besar) yaitu
setinggi pusat atau lebih.
2. Periksa ulang ( follow-up )
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan
memakai kontrasepsi pil. Kehamilan, dimana reaksi
8
kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi. Juga
dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-
3 tahun:
a. Setiap minggu pada triwulan pertama
b. Setiap 2 minggu pada triwulan kedua.
c. Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
d. Setiap 2 bula pada tahun berikutnya, dan selanjutnya
setiap 3 bulan.
Setiap perikas ulang penting diperhatikan :
a. Gejala klinis : perdarahan, keadaan umum dll
b. Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan in
spekulo : tentang keadaan servik, uterus cepat
bertambah kecil atau tidak, kista lutein bertambah kecil
atau tidak dll.
c. Reaksi biologis atau
imonologis air seni :
1) Satu kali seminggu sampai hasil negatif
2) Satu kali 2 minggu selama triwulan selanjutnya
3) Satu kali sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
4) Satu kali 3 bulan selama tahun berikutnya
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari
proliferasi trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus.
Mola biasanya menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini
ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan
penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah
digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet
(klasik) dan parsial (inkomplet).
Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang
banyak terjadi pada multipara yang berumur 35-45 tahun.Mengingat
banyaknya kasus mola hidatidosa pada wanita umur 35-45 tahun sangat
10
diperlukan suatu penanggulangan secara tepat dan cepat dengan penanganan
tingkat kegawatdaruratan obstetric. Observasi dini sangat diperlukan untuk
memberikan pertolongan penanganan pertama sehingga tidak memperburuk
keadaan pasien. Penerapan asuhan keperawatan sangat membantu dalam
perawatan kehamilan mola hidatidosa karena kehamilan ini memerlukan
perawatan dan pengobatan secara kontinyu sehingga keluarga perlu
dilibatkan agar mampu memberikan perawatan secara mandiri.Pendidikan
kesehatan sangat diperlukan mengingat masih banyaknya wanita-wanita
khususnya yang berumur 35-45 tahun yang kurang mengerti tentang
kehamilan mola hidatidosa.
3.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah
1. Harus senantiasa menjaga kesehatan saat kehamilan dan priksa USG rutin
2. Mengkonsumsi makanan bergizi dan seimbang.
3. Jangan kekurangan vitamin A
4. Periksa kepada tenaga medis yang profesional jika terjadi tanda-tanda
kehamilan untuk memastikan hamil anggur atau hamil normal
DAFTAR PUSTAKA
11
12