Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN STUDI KASUS MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NY

“E” G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 20 – 21 MINGGU ATAS INDIKASI


MOLA HIDATIDOSA DI RUANGAN OK RUMAH SAKIT
TENTARA TK III DR. REKSODIWIRYO
KOTA PADANG 12 OKTOBER 2021

DISUSUN OLEH :

REVI RAHMA YANTI


NPM: 1910070130016

DOSEN PEBIMBING :
NIRMALA SARI S.ST, M.KEB

PRODI DIII KEBIDANAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai
kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul ”Laporan Studi Kasus Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil G4P3A0H3 Usia Kehamilan 20 – 21 Minggu Atas Indikasi Mola
Hidatidosa di Ruangan OK Rumah Sakit Tentara TK. III Dr. Reksodiwiryo
Padang.” Laporan kasus ini dibuat berdasarkan yang didapatkan penulis dari bangku
perkuliahan dan praktek, maupun referensi-referensi dari jurnal dan perpustakaan. Dalam
menyusun Laporan Kasus ini penulis mengalami banyak kesulitan, akan tetapi berkat
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak LaporanKasus ini dapat terselesaikan dengan
baik. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak / Ibu yang
terhormat :
1. Bpk. Prof. Dr. Amri Bakhtiar, MS, DESS, Apt selaku Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Baiturramah Padang.
2. Ibu. Oktavia Puspita Sari, Dip. Rad.S.Si, M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas
Vokasi Universitas Baiturrahmah.
3. Ibu. Ns. Zufrias Riaty, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan III Fakultas Vokasi
UniversitasBaiturrahmah.
4. Ibu. Nirmalasari, S.ST, M.Keb selaku Dosen Pembimbing dan selaku Dosen
Penguji.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Kasus ini masih jauh dari
kata kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan
penulis. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan Laporan Kasus ini .
Padang, 30 Desember 2021

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................,.............................................2
DAFTAR ISI .........................................,.................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................,...................................... 4
B. Rumusan Masalah .........................................,............................................5
C. Tujuan .........................................,..............................................................6
D. Manfaat.........................................,.............................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A.......................8
B. Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan BBLR..................................10
C. Penyakit-Penyakit Yang Berhubungan Dengan BBLR............................13
D. Pencegahan BBLR....................................................................................16
E. Faktor Resiko BBLR..................................................................................22
F. Kebutuhan zat gizi ibu hamil untuk mencegah terjadinya BBLR.............28

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Format Pengkajian ....................................................................................30
B. SOAP ........................................................................................................34

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian................................................................................................37
B. Diagnosa ..................................................................................................38
C. Perencanaan..............................................................................................41
D. Implementasi.............................................................................................42
E. Evaluasi.....................................................................................................43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan yang sehat merupakan kehamilan yang ditandai dengan
adanya pertumbuhan dan perkembangan janin secara normal didalam
rahim. Namun ada beberapa keadaan dimana pertumbuhan dan
perkembangan janinnya tidak berkembang dengan baik, apabila terjadi
kegagalan kehamilan tergantung pada tahap dan bentuk gangguannya.
Kegagalan ini bisa berupa abortus, kehamilan ektopik, prematuritas,
kehamilan janin dalam rahim, atau kelainan kongenital. Semuanya
merupakan kegagalan fungsi reproduksi, juga termasuk trofoblas
(Martadisoebrata, 2010).

Penyakit trofoblas merupakan penyakit yang mengenai sel-sel


trofoblas. Sel trofoblas banyak ditemukan pada wanita hamil. Sel trofoblas
juga dapat ditemukan diluar kehamilan berupa teratoma dari ovarium,
karena itu penyakit trofoblas dalam kehamilan disebut Gestational
Trophoblastic Disease (Martasdisoebrata, 2010). Penyakit trofoblas, pada
hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Pada penyakit trofoblas
dikenal dengan nama mola hidatidosa atau hamil anggur (Prawirohardjo,
2010).

Mola hidatidosa merupakan suatu kehamilan yang perkembangan


dan pertumbuhan janinnya tidak berkembang menjadi janin yang
sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi
pada minggu pertama kehamilan. Sel telur yang seharusnya berkembang
menjadi janin justru terhenti perkembangan nya, yang terus berkembang
justru sel-sel trofoblas yaitu berupa degenerasi hidropik dari jonjot korion
sehingga menyerupai gelembung-gelembung berisi cairan, mirip anggur.
Ukuran gelembung ini pun bervariasi. Ada yang berdiameter 1 milimeter
sampai 1-2 sentimeter. Jika dilihat dari mikroskop, ditemukan edema
stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili, dan proliferasi sel-sel
trofoblas ( jumlah sel nya bertambah ) (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Sastrawinarta (2007), faktor resiko dari penyakit mola
hidatidosa ini adalah umur, genetik,status gizi ibu. Mola hidatidosa lebih
banyak ditemukan pada wanita hamil berumur dibawah 20 tahun dan
diatas 35 tahun, dan mola hidatidosa juga sering ditemui pada ibu hamil
yang kekurangan protein.

Dampak mola hidatidosa dapat timbul secara fisik maupun


psikologis. Secara fisik mola hidatidosa bisa menyebabkan perdarahan
hebat yang dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan hingga syok,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat mual
muntah. Jika tidak cepat ditindak lanjuti maka akan sangat berbahaya bagi
kesehatan pasien, karna penyebaran sel sel trofoblas akan semakin cepat
dan meningkat sehingga dapat menyebabkan kanker dan bisa menyebar ke
jaringan/organ lain. Dampak secara psikologis bisa menyebabkan
kesedihan pada keluarga terutama pada ibu dan keluarga yang masih
mengharapakan anak. Serta pada ibu jika dilakukan tindakakn proses
pengangkatan rahim maka ibu tidak bisa hamil kembali. (Mochtar,2010).
Oleh karena itu peran perawat sangat dibutuhkan dalam mengatasi dampak
fisik dan psikologis pada pasien mola hidatidosa.

Mengingat dampak dan banyak nya kasus mola hidatidosa


perawat mempunyai peran dalam melakukan asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian sampai evaluasi (Potter & Perry, 2009). Pengkajian
keperawatan, data dapat diperoleh dari riwayat kesehatan, keluhan utama
pasien, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Untuk tindakan
keperawatannya perawat dapat melakukan tindakan secara mandiri dan
kolaborasi. Secara mandiri perawat dapat melakukan teknik non
farmakologi untuk mengatasi nyeri, memberikan penyuluhan tentang mola
hidatidosa, memberikan motivasi kepada ibu. Secara kolaborasi perawat
dapat berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk mengatasi perdarahan
pada pasien mola dengan pemberian obat anti perdarahan, manajemen
cairan untuk mengatasai kekurangan volume cairan, manajemen nutrisi
untuk menjaga keseimbangan nutrisi (Mochtar, 2010).

Riset World Health Organization (WHO) 2010 di negara-negara


barat kasus mola hidatidosa dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan.
Sedangkan di negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Biasanya
kasus mola lebih sering ditemukan pada umur reproduktif (Kemenkes RI,
2010). Jumlah kejadian komplikasi maternal menurut Riskesdas, 2010
angka kejadian mola hidatidosa ada di provinsi DKI jakarta (345 kejadian)
Jawa Barat (268 kejadian) Jawa Tengah (182 kejadian) dan Sumatera
Barat (100 kejadian).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah penerapan asuhan Kebidanan pada kasus ibu hamil dengan


Mola Hidatidosa di RS Tk III Dr. Reksodiwiryo Padang?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini untuk menerapkan asuhan


Kebidanan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa di RS Tk III Dr.
Reksodiwiryo Padang tahun 2021

1.3.2 Tujuan Khusus


1 Mampu melakukan pengkajian data pada ibu hamil dengan Indikasi
Mola Hidatidosa secara komprehensif melalui pendekatan
manajemen kebidanan dengan pola fikir Varney dan dituangkan
dalam bentuk SOAP.
2 Mampu melakukan interpretasi data pada ibu hamil dengan Indikasi
Mola Hidatidosa
3 Mampu mengindentifikasi masalah dan diagnose potensial yang
mungkin terjadi pada ibu hamil dengan Indikasi Mola Hidatidosa
4 Mampu mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi dan rujukan
pada ibu hamil dengan Indikasi Mola Hidatidosa
5 Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai kebutuhan pada
ibu hamil dengan Indikasi Mola Hidatidosa
6 Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan sesuai kebutuhan
pada ibu hamil dengan Indikasi Mola Hidatidosa
7 Mampu mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada ibu hamil
dengan Indikasi Mola Hidatidosa
8 Mampu mendokumentasikan dalam bentuk SOAP asuhan kebidanan
yang diberikan secara menyeluruh pada ibu hamil

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan


asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa dan dapat

memberikan masukan bagi penelitian berikutnya untuk menambah


pengetahuan dan data dasar dalam penelitian selanjutnya

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam


meningkatkan penerapan asuhan Kebidanan ibu hamil dengan mola
hidatidosa

3. Bagi Jurusan Kebidanan Universitas Baiturrahmah


Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan konstribusi laporan
kasus bagi pengembangan praktik Kebidanan dalam bidang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Mola hidatidosa
2.1.1 Pengertian
Hamil mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili
koriales disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan
berkembang menjadi lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak
dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti
rangkaian buah anggur (Saifuddin, 2009).

Mola hidatidosa adalah plasenta vili orialis yang berkembang tidak


sempurna dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler
sehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas trofoblas profileratif tidak
normal. Mola hidatidosa terdiri dari mola hidatidosa komplit dan mola
hidatidosa parsial, perbedaan antara keduanya adalah berdasarkan
morfologi, gambaran klinik patologi, dan sitogenik (Anwar, 2011).

Mola hidatidosa atau yang disebut juga dengan hamil anggur adalah
suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel
telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) atau merupakan suatu hasil
pembuahan yang gagal. Jadi dalam proses kehamilannya mengalami hal
yang berbeda dengan kehamilan normal, dimana hasil pembuahan sel
sperma dan sel telur gagal terbentuk dan berubah menjadi gelembung-
gelembung semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM
titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu
hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan
yang kosong tanpa janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam
bahasa medis disebut “snow storm” (Sukarni, 2014).
2.1.2Etiologi

Menurut Purwaningsih, 2010 penyebab terjadinya mola hidatidosa


adalah pembengkakan vili (degenerasi pada hidrofibik) dan poliferasi
trofoblas.
Faktor yang dapat menyebabkan mola hidatidosa antara lain :
a. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum yang telah
kehilangan nukleusnya atau ada serum memasuki ovum tersebut
sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan
b. Imunoselektif dari trofoblas, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh
darah pada stoma vili menjadi jarang dan stroma vili menjadi sembab
dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan
zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi
yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang
sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan janinnya
d. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi. Secara
genetic yang dapat diidentifikasi dan penggunaan stimulan drulasi
seperti menotropiris (pergonal).
e. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan
bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim. Keperluan
akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan
protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil dari
normal.

Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba
dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya
mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit. Hal
ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya serta
daya tahan tubuh (Mochtar, 2010). Faktor lainnya yang diketahui adalah
sosial ekonomi rendah, keguguran sebelumnya, neoplasma trofoblastik
gestasional sebelumnya, dan usia yang sangat ekstrim pada masa subur.
Efek usia yang sangat jelas terlihat adalah pada wanita yang berusia lebih
dari 45 tahun, ketika frekuensi lesi yang terjadi adalah 10 kali lipat dari pada
lesi yang dapat terjadi pada wanita yang berusi 20-40 tahun (Reeder, 2011).

Menurut Sukarni, 2014 faktor lain yang mempengaruhi wanita untuk


kehamilan mola yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat reproduksi.
Berikut faktor resiko untuk kehamilan mola hidatidosa :

a. Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya


Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki
resiko 2 kali lipat dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami
kehamilan mola hidatidosa.
b. Riwayat genetik
Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola

hidatidosa memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi gen


c. Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan
peningkatan resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna, termasuk juga
kekurangan vitamin A.

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi atau pengelompokan mola hidatidosa menurut Sastrawinata, 2007 :
1. Mola hidatidosa komplet (MHK)
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio,
tali pusat, atau membrane. Kematian terjadi sebelum
berkembangnya sirkulasi plasenta. Vili korionik berubah
menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung
bergerombol pada pedikulus kecil, dan memeberi tampilan
seperti seikat anggur. Ukuran vesikel bervariasi, dari yang sulit
dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk
menambahkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang
sedang berkembang dapat bepenetrasi ke tempat implantasi.
Miometrium dapat terlibat, begitu pula dengan vena walaupun
jarang terjadi ruptur uterus dengan perdarahan massif merupakan
salah satu akibat yang dapat terjadi. sperma yang mengandung
23X kromosom, yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi
46XX. Jadi, umunya MHK bersifat homozigot, wanita dan
berasal dari bapak (Andogenetik ). ( gambar 2.1 )
Gambar 2.1 Mola Hidatidosa Komplit

Kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23X dan 23Y
(dispermi) sehingga terjadi 46XX atau 46 XY. Disini, MKH
bersifat heterozigot, tetapi tetap androgenetik dan bisa terjadi,
walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar dizigotik, yang
terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.
2. Mola hidatidosa parsial (MHP)
Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong
amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu
ke-8 atau ke-9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi pada lapisan
sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas dibandingkan
dengan mola komplet. Kariotip umunya adalah triploid sebagai
hasil pembuahan satu ovum oleh dua sperma (dispermi).Bisa
berupa 69 XXX, 69 XXY, atau 69 XYY.
Pada MHP, embrio biasanya mati sebelum trimester pertama.
Walaupun pernah dilaporkan adanya MHP dengan bayi aterm.
Secara histologi, membedakan antara mola parsial dan
keguguran laten merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini
memiliki signifikan klinis karena walaupun resiko ibu untuk
menderita koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit, tetapi
pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat penting.
Seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio yang
biasanya mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dan vili
bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsito
trofoblas saja. Gambaran yang khas adalah crinkling atau
scalloping dari vili dan stromal trophoblastic inclusions( gambar
2.2 )
Gambar 2.2 Mola hidatidosa Parsial

2.1.4 Manifestasi Klinis


Menurut Winknjosastro, 2007 gejala mola tidak berbeda dengan
kehamilan biasa, yaitu mual, muntah, pusing dan lain-lain, hanya saja
derajat keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya, perkembangannya lebih
cepat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih besar dari pada umur
kehamilan. Ada pula kasus kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar
walau jaringannya belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan jaringan
trofoblas tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya
dying mole.
Pada pasien mola biasa nya akan terjadi :
1. Nyeri/kram perut
2. Muka pucat/keuning-kuningan
3. Perdarahan tidak teratur
4. Keluar jaringan mola
5. Keluar secret pervaginam
6. Muntah-muntah
7. Pembesaran uterus dan uterus lembek
8. Balotemen tidak teraba
9. Fundus uteri lebih tinggi dari kehamilan normal
10. Gerakan janin tidak terasa
11. Terdengar bunyi dan bising yang khas
12. Penurunan berat badan yang khas

2.1.5 Patofistologi
Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan
kista- kista anggur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara
histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta
dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah: satu
janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1
cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung
mola.
Secara mikroskopik terlihat :

1. Proliferasi dan trofoblas

2. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban

3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.


Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang
dan adanya sel sinsial giantik. Pada kasus mola banyak kita
jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm
atau lebih ( 25- 60%). Kista lutein akan berangsur-angsur
mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh
(Mochtar, 2010).Sel telur seharusnya berkembang menjadi
janini justru terhenti perkembangannya karena tidak ada buah
kehamilan atau degenerasi sistem aliran darah terhadap
kehamilan pada usia 3-4 minggu. Pada fase ini sel seharusnya
mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas
atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma
vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi
tidak terjadi. Selain itu sel trofoblas juga mengeluarkan
hormon HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah.
Pada mola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam, ini
dikarenakan poliferasi trofoblas yang berlebihan, pengeluaran
darah ini kadang disertai juga dengan gelembuung vilus yang
dapat memastikan dignosis mola hidatidosa
(Purwaningsih,2010)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Purwaningsih, 2010 ada beberapa pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada pasien mola hidatidosa dengan
1. HCG : nilai HCG meningkat dari normal nya.
Nilai HCG normal pada ibu hamil dalam berbagai tingkatan usia
kehamilan berdasarkan haid terakhir :

a. 3 minggu : 5-50 mlU/ml


b. 4 minggu : 5-426 mlU/ml
c. 5 minggu : 18-7,340 mlU/ml
d. 6 minggu : 1.080-56,500 mlU/ml
e. 7-8 minggu : 7,650-229,000 mlU/ml
f. 9-12 minggu : 25,700-288,000 mlU/ml
g. 13-16 minggu : 13,300-254,000 mlU/ml
h. 17-24 minggu : 4,060-165,400 mlU/ml
i. 25-40 minggu : 3,640-117,000 mlU/ml
j. Tidak hamil : <5.0 mlU/ml
k. Post-menopause : < 9.5 mlU/ml
2. Pemeriksaan rontgen : Tidak ditemukan kerangka bayi
3. Pemeriksaan USG : Tidak ada gambaran janin dan denyut jantung
janin
4. Uji sonde : Pada hamil mola, sonde mudah masuk
sedangkan pada kehamilan biasa, ada tahanan dari janin.

2.1.7 Penatalaksanaan
Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak
jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera
dikeluarkan.
Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum
Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau
anemi, pengobatan terhadap penyulit, seperti pre eklampsi berat atau
tirotoksikosis.

Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :


1) Koreksi dehidrasi
Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau
kurang )
2) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis
gravidarum diobati sesuai dengan protokol
penangan dibagian obstetrik
dangynekologi
3) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke
bagian penyakit dalam.

2. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi


Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan
darah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila
jaringan mola sudah keluar spontan
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan
pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam
kemudian
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan
pasang infuse dengan tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 cc
dektrose 5%.
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu
e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA

3. Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah :


Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur
dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi
adalah karena umur tua dan paritas tinggi merupan faktor
predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai
adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga (Saifuddin, 2011).

2.1.8 Evakuasi
Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum,
kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.Tindakan kuret
hanya dilakukan satu kali.Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada
indikasi (Martaadisoebrata, 2007). Segerakan lakukan evakuasi
jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan
infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40-
60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan
hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara
cepat) (Saifuddin, 2014).
2.1.9 Pemeriksaan Tindak Lanjut

Menurut Sujiyatini, 2009 pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola

hidatidosa meliputi :
1. Lama pengawasan 1-2 tahun
2. Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakasi
alat kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma
3. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien datang untuk control
4. Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampai
ditemukan kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut
5. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan
kadarnya yang normal 6 kali berturut-turut
6. Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan
fisik, dan foto toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien
tersebut dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan dapat hamil
kembali
7. Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat
dan pada pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda
metastasis maka pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian
kemoterapi.

2.1.10 Komplikasi
1. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong
dapat akibat fatal
2. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan Menjadi ganas
(PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi mola destruens
atau kariokarsinoma. (Mochtar, 2010)
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY


“E” G4 P3 A0 H3 USIA KEHAMILAN 20 - 21 MINGGU ATAS INDIKASI
MOLA HIDATIDOSADI RUANG OK RST TK III DR. REKSODIWIRYO
PADANG 12 OKTOBER 2021

PENGUMPULAN DATA Tanggal Pengkajian: 12 Oktober 2021


A. IDENTITAS / BIODATA
Nama Ibu : Ny ’’E’’ Agama : Islam
Umur : 27 Pendidikan :
Tahun SMA
Bangsa : Pekerjaan : swasta
Indonesia Alamat rumah : Jl.
Suku : Minang Cind
Agama : Islam akir
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Jl.
Cind
akir

NamaSuami : Tn
”Z’’
Umur : 32
Tahun
Bangsa :
Indonesia
Suku :
Minang
B. ANAMNESA (Data Subjektif )
Tanggal anamnesa : 12 Oktober 2021
i. Alasan datang berkunjung : Pasien datang ingin memeriksa kehamilannya
ii. Keluhan utama : Keluhan nyeri ari-ari, keluar darah dari kemaluan sejak 1
minggu yang lalu
iii. Riwayat menstruasi
1. Haid pertama : 13tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Banyaknya : 2-3 x ganti DUK
4. Warnanya : Merah kehitaman
5. Lamanya : 5 – 6 hari
6. Sifat darah : Encer
7. Teratur / tidak : Teratur
8. Dismenorhea : Tidakada
iv. Riwayat kehamilan sekarang
1. HPHT : 25 – 05 -2021
2. Taksiran persalinan : 02 – 03 -2022
3. Keluhan pada
- Trimester I : Mual muntah,nafsu makan berkurang
- Trimester II : -
- Trimester III : -
4. Pergerakan anak pertama kali dirasakan ibu : -
5. Berapa kali pergerakan janin dalam 24 jam terakhir yang lalu: > -
6. Keluhan yang dirasakan (bila ada jelaskan)
- Rasa 5 L (lemah, lesu, letih, lelah, lunglai) : Tidak ada
- Mual & muntah yang lama : Tidak ada
- Nyeriperut : Tidak ada
- Panas menggigil : Tidak ada
- Sakit kepala berat : Tidak ada
- Penglihatan kabur : Tidak ada
- Rasa nyeri, panas waktu BAK : Tidak ada
- Rasa gatal pada vulva, vagina & sekitarnya : Tidak ada
- Pengeluaran cairan pervaginan : Tidak ada
- Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
- Edem (di tungkai, tibia, muka & jari-jari) : Tidak ada
6.polakebiasaansehari-hari
a. nutrisi
-Makansehari-hari
Pagi : 1 piring nasi + 1 potong ayam+ 1 mangkok sayur
Siang : 1 piring nasi + 1 potong ikan,+ ½ mangkok kecil sayur + 1 potong
buah
Malam : Setengah porsi nasi + 1 potong ayam + ½ mangkok kecil sayur
-Minum : + 8 gelas perhari
-Perubahan pola makan yang dialami pada kehamilan sekarang (termasuk ngidam,
nafsu makandll) :ada pada waktu Trimester I nafsu makan berkurang.
-Pola eliminasi
1. BAK
- Frekuensi : 3-4 x / 24 jam
- Warna : Kuning jernih
- Keluhan : Tidak ada keluhan
2. BAB
- Warna : Kuning kecoklatan
- Konsistensi : Agak lembek
- Keluhan : Tidak ada keluhan
-Aktivitassehari-hari
 Senamhamil : tidakada
 Pekerjaan : tidak mengangu kehamilan
 Seksualitas : tidak ada keluhan
-Polaistirahat&tidur
 Lama istirahat / tidur siang hari : 1-2 Jam
 Lama istirahat / tidur pada malam hari : 7-8 Jam
-hygiene
 Mandi : 2x sehari
 Ganti pakaian : 2x sehari
 Kebersihan ibu : bersih
-sosial budaya
 Ibu tidak menganut kepercayaan yang merugikan kesehatan : tidak
b. psikologis
 perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan : senang
 Hubungan ibu dg suami dan keluarga : baik
c. Keadaan ekonomi : mencukupi kebutuhan sehari-hari
Kegiatanspiritual :ibu menjalankan ibadah seperti biasa dan tidak mengganggu
kehamilan.
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita
a. Jantung : Tidak ada
b. Hipertensi : Tidak ada
c. Ginjal : Tidak ada
d. DM : Tidak ada
e. Asma : Tidak ada
f. TBC : Tidak ada
g. Epilepsi : Tidak ada
h. Penyakit menular seksual (PMS) : Tidak ada

8. RiwayatKesehatanKeluarga
a. Jantung : Tidakada
b. Hipertensi : Tidakada
c. DM : Tidakada
d. Gamelli / lebih dari satu : Tidak ada

9. prilaku kesehatan
a. Merokok : tidak ada
b. Minum alkohol : tidak ada
c. Minum obat-obatan tanpa pengawasan : tidak ada
d. Minum vitamin/suplement : ada,dari puskesmas

10. KeadaanSosial
a. Perkawinan : kawin pertama
b. Status perkawinan : sah
c. Kawin : satu kali
d. Kehamilan ini : diterima
e. Perasaan ibu terhadap kehamilan : senang

C. DATA OBJEKTIF (PemeriksaanFisik)


i.Status emosional : Stabil
Tanda Vital :
a. Tekanandarah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 85 x/i
c. Pernafasan : 21 x/i
d. Suhu : 360C
e. Kesadaran : Composmentis
f. BB sebelumhamil : 58 kg
g. BB sekarang : 72,8 kg
h. TB : 160cm
i. Lila : 26 cm
ii. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi
- Jalan : baik
- Bentuk badan : lordosis
- Rambut :hitam,lurus, tidakberketombe,tidak rontok , bersih
- Muka
 Cloasma gravidarum: tidak ada
 Oedeme : tidak ada
- Mata
 Conjungtiva : tidak anemis
 Skelera : tidak ikterik
- Mulut
 Caries : tidak ada
 Stomatitis : tidak ada
 Hygiene : bersih
- Leher
 Kelenjer tyroid : tidak ada pembesaran
 Kelenjer limfe : tidak ada pembesaran

- Exremitas atas
 Kuku pucat/tidak : tidak
 Oedeme : tidak
 Kelainan : tidak
- Mamae
 Pembesaran : simetris kiri dan kanan
 Areola : ada
 Putting susu : menonjol
 Colostrum : ada
 Hiperpigmentasi : ada
- Abdomen
 Bekasoperasi : tidakada
 Membesar : Lebih besar dari usia kehamilan , bentuk perut
memanjang
 Linianigra/alba : ada
 Strielivide/albikan : ada
 Pergerakananak : tidak ada
- Vulva(dilakukan bila ada indikasi)
 Perineum : tidak dilakukan
 Tanda Chadwick : tidak dilakukan
 Odeme : tidak dilakukan
 Varises : tidak dilakukan
 Flour albur : tidak dilakukan
 Pengeluranpervaginam : tidak dilakukan
 Hygiene : tidak dilakukan
- Extremitasbawah
 Varises : tidak ada
 Oedeme : tidak ada
 Kelainan : tidak ada
2. Palpasi
a. Leopold
- Leopold I :Tidak dilakukan
- Leopold II : Tidak dilakukan
- Leopold III : Tidak dilakukan.
- Leopold IV : Tidak dilakukan
3. Auskultasi
a.DJJ : Tidak Ada
b.Irama : -

4.Perkusi
a.Reflek patella kanan: (+)
b.Reflek patella kiri : (+)

5. USG : Terdapat gambaran sarang lebah dan tidak terlihat janin


6. PPV : Flek darah kecoklatan

Pengukuran Panggul :
Konjngata Eksterna : 20 cm
Distansia Spinarum : 26 cm
Distansia Cristarum : 30 cm
Lingkar Panggul : 85 cm

D.UJI DIAGNOSTIK
1. Hb : 11 gr/dl
2. Protein urine : (-)
3. Golongan Darah :A
4. HIV : (-)
HbsAg
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara hasil studi pada
pelaksanaan dan penerapan asuhan kebidanan pada klien Ny “E” dengan kasus Molahidatidosa di
RST TK III Dr.Reksodiwiryo Padang pada 12 Oktober 2021. Pembahasan ini dibuat berdasarkan
landasan teoritris dan studi kasus yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi agar tindakan direncanakan berdasarkan rasional yang relevan yang dapat di analisa
secara teoritis untuk memudahkan memahami kesenjangan dan kesesuain yang terjadi pada kasus
ini.

1. Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang


akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien yang meliputi data subjektif, objektif, dan hasil pemeriksaan
sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya dan
valid (Salmah, 2006).
Pada anamnesa, ibu mengatakan selama hamil sering mual
muntah dan ibu mengeluarkan flek-flek darah kecoklatan dari jalan
lahirnya. Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda- tanda terjadinya
mola hidatidosa yaitu ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan,
uterus teraba lembek, tidak teraba bagian-bagian janin dan tidak
terdengar DJJ. Pada pemeriksaan USG terlihat gambaran sarang
lebah yang memperkuat diagnosa mola hidatidosa.
Hal tersebut telah sesuai dengan tinjauan teori yang
menyebutkan bahwa manifestasi/gejala klinik mola hidatidosa
meliputi terjadinya mual dan muntah yang menetap, sering kali
menjadi parah, terjadi perdarahan sedikit demi sedikit sampai banyak,
pada pemeriksaan palpasi pada penderita mola hidatidosa biasanya
ditemukan uterus membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan,
teraba lembek, tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen
(Morgan, 2009). Pada pemeriksaan auskultasi penderita mola
hidatidosa tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (Varney,
2007). Pada pemeriksaan USG terlihat bayangan badai salju atau
sarang lebah dan tidak terlihat janin (Kurniawati, 2009).

Pada teori disebutkan pemeriksaan penunjang yang juga penting


untuk dilakukan adalah rontgen thoraks untuk menentukan ada tidaknya
penyebaran jaringan mola hidatidosa di paru-paru(Manuaba, 2009).
Tetapi pada kasus Ny. E tidak dilakukan karena dengan pemeriksaan
USG sudah memperkuat diagnosa kehamilan mola hidatidosa.
2. Intepretasi Data

Dari pengumpulan data dasar meliputi data subjektif dan


objektif yang diperoleh dianalisa dalam langkah interpretasi data ini
yang selanjutnya akan muncul diagnosa, masalah dan kebutuhan.
Pada kasus ini dapat ditegakkan diagnosa kebidanan Ny. E
umur 29 tahun G4P3A0H3 hamil 20 minggu dengan mola hidatidosa,
yang ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Masalah yang ditemukan dalam kasus mola hidatidosa pada
Ny. E adalah rasa cemas pada ibu sehubungan dengan kondisi
kehamilannya terhadap perdarahan yang dialami. Tidak ditemukan
kebutuhan dari kasus mola hidatidosa pada Ny. E.
Menurut teori, diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada
kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa yaitu Ny. E umur 29 tahun
G4P3A0H3 hamil 20 minggu dengan mola hidatidosa, dengan dasar
data subjektif, objektif, dan penunjang. Masalah yang muncul pada
ibu hamil dengan mola hidatidosa berkaitan dengan kecemasan
pasien terhadap perdarahan yang dialami sewaktu kehamilan muda
(Saifuddin, 2006). Sedangkan kebutuhan yang mungkin ditemukan
pada ibu hamil dengan mola hidatidosa adalah informasi tentang
keadaan kehamilan ibu dengan mola hidatidosa dan pemberian
dukungan psikologis (mental dan support) atas rasa duka akibat
kehilangan kehamilannya (Walsh, 2007).
Diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang dirumuskan
pada kasus ini sudah sesuai dengan standar nomenklatur dan masalah
kebidanan pada teori.
3. Mengidentifikasi Diagnosa Potensial atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Diagnosa potensial pada ibu hamil dengan mola hidatidosa
adalah terjadinya perdarahan serta potensi terjadi tumor ganas dari
trofoblast yang disebut juga koriokarsinoma (Sastrawinata,2004).
Ternyata pada kasus tidak ditemukan, karena jaringan mola segera
dikeluarkan dengan kuretase dan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi
tidak didapatkan tanda ganas.
Diagnosa potensial dan antisipasi penanganannya yang
dirumuskan pada kasus ini sudah sesuai dengan teori yang ada.
4. Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera

Pada kasus mola hidatidosa antisipasi tindakan segera adalah


melaksanakan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemeriksaan
USG dan pemberian terapi, yaitu : pemberian infus, uterotonika dan
pelaksanaan tindakan kuretase (Manuaba, 2009).

Pada kasus Ny. E ditemukan adanya diagnosa potensial, yaitu


terjadi tumor ganas dari trofoblast yang disebut Koriokarsinoma dan
tindakan segera yaitu Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk
dilakukan kuretase.
Penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek
dalam menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera.
5. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Rencana asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan


mola hidatidosa antara lain observasi keadaan umum dan vital sign,
observasi pengeluaran/perdarahan pervaginam, pemberian infomasi
pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan
kehamilan ibu, pemberian dukungan moril kepada ibu dengan
melibatkan suami atau keluarga, pemberian informasi kepada ibu dan
keluarga tentang tindakan yang mungkin dilakukan kepada ibu,
kolaborasi dengan bagian laboratorium untuk cek darah lengkap,
kolaborasi dengan bagian radiologi untuk pemeriksaan USG dan
rontgen, kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi
(pemberian infus, antibiotik, uterotonika dan pelaksanaan tindakan
kuretase) (Saifuddin, 2006; Sinclair, 2009).Sedangkan pada kasus ibu
hamil dengan mola hidatidosa tindakan yang diberikan yaitu
observasi keadaan umum dan vital sign, observasi
pengeluaran/perdarahan pervaginam, pemberian infomasi pada ibu
dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dan keadaan kehamilan ibu,
pemberian dukungan moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau
keluarga, pemberian informasi kepada ibu dan keluarga tentang
tindakan yang mungkin dilakukan kepada ibu, kolaborasi dengan
bagian laboraturium untuk cek darah lengkap, kolaborasi dengan
bagian radiologi untuk pemeriksaan USG, kolaborasi dengan dokter
SpOG dalam pemberian terapi dan penanganan selanjutnya yaitu
meminta persetujuan (informed consent) kepada keluarga untuk
dilakukan kuretase, pasang infus RL 20 tpm, skin test dalam
pemberian Cefotaxim 1 gr/24 jam, pemberian Cefotaxim 1gr/24jam,
pemberian Cytrostol 200 mg/6 jam per oral, menganjurkan ibu puasa
untuk persiapan kuretase mulai jam 12.00 WIB setelah makan siang
hingga pelaksanaan kuretase, setelah itu tindakan setelah evakuasi
dilakukan kuretase. Setelah tindakan kuretase diberikan terapi injeksi
Myotonik 1 mg/IV, Renxon 1 gr/IV, dan obat oral yaitu Veroscan
1x1, Myotonik 3x1, Clindamicyn 2x1, Paracetamol 3x1.
Dari hal tersebut diatas masih terdapat kesenjangan antara teori
dan dalam kasus yaitu tidak dilaksanakannya pemeriksaan rontgen
karena dengan pemeriksaan USG sudah memperkuat diagnosa
kehamilan mola hidatidosa.
6. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman

Pelaksanaan asuhan telah sesuai dengan rencana yang disusun


dan secara keseluruhan telah dilakukan dengan baik, tidak ada
hambatan yang berarti. (Manuaba, 2009).
Dari hal tersebut diatas masih terdapat kesenjangan antara teori
dan dalam kasus yaitu tidak dilaksanakannya pemeriksaan rontgen
karena dengan pemeriksaan USG sudah memperkuat diagnosa
kehamilan mola hidatidosa.

7. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada kasus Ny. E umur 29 tahun
G4P3A0 hamil 20 minggu dengan mola hidatidosa yaitu dengan
perawatan di rumah sakit selama dua hari. Hari pertama merupakan
pelaksanaan kuretase, hari kedua ibu sudah diperbolehkan rawat
jalan. Ibu merespon setiap tindakan yang diberikan dengan baik dan
ibu pulang dalam kondisi sehat. Ibu datang ke Poli Obygn untuk
kontrol ulang 7 hari setelah pelaksanaan kuretase pertama. Secara
keseluruhan, dari langkah pengumpulan data sampai evaluasi asuhan
kebidanan menurut manajemen Varney, semua asuhan yang diberikan
berlangsung lancar sehingga memperoleh hasil yang baik, efektif dan
efisien.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan observasi dalam pemberian


asuhan kebidanan yang berjudul Asuhan Kebidanan pada ibu hamil
Ny. E G4P3A0 umur kehamilan 20 minggu dengan Mola Hidatidosa
dengan menggunakan manajemen tujuh langkah Varney yang
meliputi pengumpulan data dasar, intepretasi data, diagnosa potensial
dan antisipasi penanganan, antisipasi tindakan segera, menyusun
rencana asuhan yang menyeluruh, pelaksanaan asuhan yang aman
dan efisien, dan evaluasi, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Pengumpulan data dasar pada kasus Ny. E meliputi data subjektif
dan data objektif yang menggambarkan manifestasi/gejala klinik
mola hidatidosa meliputi terjadinya mual dan muntah yang
menetap, sering kali menjadi parah, terjadi perdarahan sedikit
demi sedikit sampai banyak, pada pemeriksaan palpasi ditemukan
uterus membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan, teraba
lembek. Pada pemeriksaan auskultasi tidak terdengar bunyi
denyut jantung janin. Pada pemeriksaan USG terlihat bayangan
badai salju atau sarang lebah dan tidak terlihat janin.
Pada teori disebutkan untuk lebih menunjang diagnosa dilakukan
pemeriksaan rontgen thoraks, tetapi pada kasus tidak dilakukan.

92
93

2. Pada intrepetasi data, didapatkan diagnosa Ny.E umur 29 tahun


G4P3A0 hamil 20 minggu dengan mola hidatidosa ditegakkan
sesuai dengan data subjektif dan data objektif yang ditemukan
dan ditunjang dengan hasil pemeriksaan USG yaitu terdapat
gambaran sarang lebah menyokong adanya kehamilan mola
hidatidosa.

3. Diagnosa potensial pada Ny. E berupa terjadinya tumor


ganas(koriokarsinoma) yang tidak ditemukan dalam kasus.

4. Antisipasi tindakan yang dilakukan adalah melaksanakan


kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pelaksanaan tindakan
kuretase, dalam kasus tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek dalam menetapkan antisipasi tindakan yang dilakukan.
5. Rencana tindakan yang menyeluruh ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan pada kasus Ny. E adalah observasi keadaan umum dan
vital sign, observasi pengeluaran/perdarahan pervaginam,
pemberian infomasi pada ibu dan keluarga tentang hasil
pemeriksaan dan keadaan kehamilan ibu, pemberian dukungan
moril kepada ibu dengan melibatkan suami atau keluarga,
pemberian informasi kepada ibu dan keluarga tentang tindakan
yang mungkin dilakukan kepada ibu, kolaborasi dengan bagian
laboraturium untuk cek darah lengkap, kolaborasi dengan bagian
radiologi untuk pemeriksaan USG, kolaborasi dengan dokter
SpOG dalam pemberian terapi dan penanganan selanjutnya yaitu
meminta persetujuan (informed consent) kepada keluarga untuk
dilakukan kuretase, pasang infus RL 20 tpm, skin test dalam
pemberian Cefotaxim
94

1 gr/24 jam, pemberian Cefotaxim 1gr/24jam, pemberian


Cytrostol 200 mg/6 jam per oral, menganjurkan ibu puasa untuk
persiapan kuretase mulai jam 12.00 WIB setelah makan siang
hingga pelaksanaan kuretase, setelah itu tindakan setelah
evakuasi dilakukan kuretase. Setelah tindakan kuretase diberikan
terapi injeksi Myotonik 1 mg/IV, Renxon 1 gr/IV, dan obat oral
yaitu Veroscan 1x1, Myotonik 3x1, Clindamicyn 2x1,
Paracetamol 3x1.
Dari hal tersebut diatas masih terdapat kesenjangan antara teori
dan dalam kasus yaitu tidak dilaksanakannya pemeriksaan
rontgen karena dengan pemeriksaan USG sudah memperkuat
diagnosa kehamilan mola hidatidosa.
6. Pelaksananan tindakan yang aman dan efisien telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana asuhan yang ditetapkan.
7. Evaluasi pada kasus Ny. E setelah dilakukan perawatan dirumah
sakit selama 2 hari dengan tindakan terapi yang tepat dan aman,
keadaan ibu membaik dan tidak timbul komplikasi yang
dibuktikan setelah dilakukannya kontrol ulang 7 hari post
kuretase pertama dan pemantauan setelah kuretase kedua.
8. Kesenjangan antara teori dan praktek yang ditemukan dalam
asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny. E, yaitu tidak
dilakukan pemeriksaan rontgen thoraks untuk menentukan ada
tidaknya penyebaran jaringan mola hidatidosa di paru-paru.
95

9. Alternatif dalam pemecahan masalah pada pasien ibu hamil


dengan mola hidatidosa yaitu dalam memberikan asuhan
kebidanan pada pasien ibu hamil dengan mola hidatidosa dan
penerapan tujuh langkah Varney pada studi kasus ini dapat
dilaksanakan dengan tepat, efektif, efisien, dan menyeluruh
meskipun masih terdapat kesenjangan antara tinjauan teori
dengan kasus yang ditemukan.
B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan


saran yang bermanfaat yaitu :
1. Bagi Penulis

Diharapkan bagi penulis agar dapat meningkatkan


pengetahuan dan pengalaman yang nyata dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan mola hidatidosa.
2. Bagi Profesi

Diharapkan bidan lebih mampu mengkaji masalah yang


timbul, melakukan antisipasi atau tindakan segera dan
merencanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil mola hidatidosa.
3. Bagi Instansi

a. Rumah Sakit

Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan


dalam menangani kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa
guna tercapainya tujuan asuhan kebidanan pada kasus ibu
hamil dengan mola hidatidosa sesuai dengan prosedur yang
96
telah ditetapkan.
97

b. Pendidikan

Agar lebih meningkatkan mutu pendidikan dalam proses


pembelajaran baik teori maupun praktek. Sehingga
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan
tentang teori-teori kehamilan patologis.
4. Bagi Pasien dan Keluarga

Keluarga diharapkan untuk lebih teliti terhadap kesehatan


ibu hamil agar terdeteksi lebih dini bila terjadi kegawatan serta
mengerti bahaya yang timbul selama masa hamil, persalinan dan
mampu memberikan pertolongan pertama secara cepat
mengambil keputusan untuk mencari pertolongan pada tempat
pelayanan kesehatan.
98

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D.2008.Asuhan Kebidanan (Nifas).


Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Arikunto, S. 2006. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi V. Rineka Citra: Jakarta.
Depkes, RI. 2013. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2418. html 20

November, 2013
Dinkes, Jateng. 2012. www.dinkesjatengprov.go.id/.../profil2012/BAB_I-

VI_2012_fix.pdf. html 6 Desember 2013


Erina. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Pada Ny. S G1P0A0 Hamil
18 minggu Dengan Mola Hidatidosa Di RSU Assalam.
Gemolong: Sragen.
Hutahean, S. 2013. Perawatan Antenatal. Salemba Medika: Jakarta
Selatan. Kurniawati D. 2009. Obgynacea. Yogyakarta : TOSCA
Enterprise
Lukluk, Z.A, Aspuah, S. 2013. Anatomi Fisiologi dan Obsgyn. Nuha Medika:

Yogyakarta.
Manuaba I. 2009. Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta : EGC.

Morgan, G. 2009. Obsteri & Ginekologi. Edisi 2: Jakarta. EGC.


Mufdilah, 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Nuha Medika :
Yogyakarta.
Murkoff H. 2006. Kehamilan : Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan, Ed.3.

Jakarta : Arcan.
99

Norwizt E.R. 2010. Obstetrics and Gynaecology at a Glance. Iowa :


Wiley- Blackwell.

Notoatmojdo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka Cipta

Nursalam. 2004. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.

Jakarta: Salemba Medika.

Pudiastuti, R.D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Normal Dan Patologi.

Nuha Medika: Yogyakarta.

Saifuddin A.B. 2006. Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

. 2005. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal, Edisi Pertama. Jakarta : JNP KKR-POGI dan
YBP-SP.

Saminem. 2008. Seri Asuhan Kebidanan : Kehamilan Normal. Jakarta : EGC

Salmah. Rusmiati, Susanti N.N. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal.


Jakarta : EGC

Sastrawinata S. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi.


Jakarta : EGC.
10
Sinclair C. 2009. Buku Saku Kebidanan (A Midwife’s Handbook). Jakarta
0
: EGC. Sofyan. 2006. 50 tahun IBI : Bidan menyongsong masa depan.
PB : IBI. Sujiyatini, et al.2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha
Medika: Yogyakarta Varney.H. 2007. Asuhan Kebidanan (Varney’s
Midwifery). Edisi4. Jakarta : EGC.
Walsh L.V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
10
1

Wildan, M & Hidayat, A.A. 2008. Dokumen Kebidanan. Jakarta : Salemba


Medika.

William, L & Wilkins. 2004. Panduan Belajar : Keperawatan Ibu-Bayi


Baru Lahir, E/3. Jakarta : EGC.
10
2
10
3
10
4
10
5
10
6

Anda mungkin juga menyukai