Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

DENGAN TINDAKAN SIRKUMSISI PADA ANAK


PEREMPUAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ANDALAS
KOTA PADANG
TAHUN 2022

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Salah Satu Syarat


dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Kebidanan

Oleh :
REVI RAHMA YANTI
NPM : 1910070130016

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS BAITURRAMAH
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti mengucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga

peneliti dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat

pengetahuan dan sikap ibu dengan tindakan sirkumsisi pada anak perempuan

di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang, tahun 2022”.

Proposal Penelitian , penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah

satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D III Kebidanan Fakultas Vokasi

Universitas Baiturrahmah. Dalam menyelesaikan Proposal Penelitian, peneliti banyak

mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

kesempatan ini, Perkenankanlah Peneliti menguncapkan terima kasih kepada:

1. Hendri Devita, Proposal Proposal S.KM, M.Biomed selaku ketua program

studi DIII Kebidanan Fakultas Vokasi Universitas Baiturrahmah.

2. Nirmalasari, S.ST, M.Keb selaku Pembimbing yang dalam kesibukannya

telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada peneliti

dengan penuh kesabaran sejak awal sampai akhir sehingga peneliti dapat

menyelesaikan Proposal Penelitian.

3. Puskesmas Andalas Kota Padang yang telah banyak membantu dalam

pelaksanaan penelitian.

i
Peneliti menyadari bahwa dalam membuat Proposal Penelitian ini

masih banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan peneliti oleh

karena itu peneliti mengharapkan masukan, kritikan dan saran yang sifatnya

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Proposal Penelitian ini.

Akhir kata kepada-nya jugalah kita berserah diri, semoga Proposal

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di bidang

kebidanan.

Padang, 10 Desember 2021

Peneliti

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sirkumsisi berasal dari bahasa Latin circum berarti memutar dan caedere

berarti memotong. Sirkumsisi atau sunat adalah bedah minor yang paling luas di

dunia, baik yang dilakukan oleh dokter, paramedis, atau oleh tradisional (ahli

sunat). Budaya sirkumsisi tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja, namu juga

pada wanita. Berdasarkan dari data WHO, terdapat lebih dari 200 juta perempuan

di 30 negara di dunia melakukan sunat pada wanita. Di Indonesia sendiri

tindakan sirkumsisi biasa disebut dengan sunat atau khitan (Pamungkas,2015).

Di Indonesia sirkumsisi perempuan dilakukan pada usia 0-18 tahun,

tergantung pada budaya setempat. Umumnya sirkumsisi perempuan dilakukan

pada bayi setelah dilahirkan, di Jawa dan Madura sunat perempuan mencapai

70%, sedangkan di Sumatera Utara 78% dan Sumatera Barat 64% dilaksanakan

pada usia kurang dari 1 tahun dan sebagian pada usia 7-9 tahun (Kemenkes RI,

2020).

Pada wanita tindakan sirkumsisi atau sunat tersebut mengakibatkan

perbedaan pendapat. Masyarakat memandang bahwa tindakan sirkumsisi atau

sunat pada laki-laki ataupun wanita adalah sebuah suatu yang dipercayai sebagai

tuntutan agama dan juga sebuah tradisi turun menurun. Sebagian masyarakat

1
2

lainnya berpendapat bahwa tindakan sirkumsisi pada wanita dianggap sebagai

wujud dari kekerasan dan pembatasan bagi wanita (Lubis , 2016).

Pada tanggal 25 September 2015 bertempat di Markas Besar

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), para pemimpin dunia secara resmi

mengesahkan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable

Development Goals) sebagai kesepakatan pembangunan global. Kurang lebih

193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla turut

mengesahkan Agenda SDGs. SDGs yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target

merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan (berlaku sejak 2016

hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan

melindungi lingkungan. SDGs berlaku bagi seluruh negara (universal), sehingga

seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk

mencapai Tujuan dan Target SDGs.

Pada tujuan SDGs 05 yaitu Mencapai kesetaraan gender dan

memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan yang akan memiliki

salah satu targetnya yaitu Menghapukan segalasemua praktek-praktek yang

membahayakan, seperti perkawinan anak, dini dan paksa dan sunat pada

perempuan.

Menurut Pemerintah Indonesia pada tahun 2010 dalam Permenkes

No. 1636 Tahun 2010 tentang Sirkumsisi perempuan, yang membolehkan

adanya praktik sirkumsisi pada perempuan dengan ketentuan khusus yang

menyertakan definisi dan prosedur standarnya, sunat (sirkumsisi) perempuan

adalah tindakan menggores kulit yang menutupi bagian depan klitoris, tanpa
3

melukai klitoris. Pada 6 Februari 2014, melalui  Permenkes  No

6/2014. Memutuska Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Pencabutan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1636/MENKES/PER/XII/2010

TENTANG SUNAT PEREMPUAN. Pasal 1 Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 1636/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Sunat Perempuan dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku. Pasal 2 Memberi mandat kepada Majelis

Pertimbangan Kesehatan dan Syara’k untuk menerbitkan pedoman

penyelenggaraan sunat perempuan yang menjamin keselamatan dan

kesehatan perempuan yang disunat serta tidak melakukan mutilasi alat

kelamin perempuan (female genital mutilation). Pasal 3 Peraturan Menteri

ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang

mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Berkorelasi dengan hal tersebut, dalam konteks Indonesia, pada

pertengahan tahun 2006 muncul Surat Edaran Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat

tentang Larangan Medikalisasi Sunat Perempuan bagi Petugas Kesehatan.

Singkatnya, atas dikeluarkannya surat edaran tersebut menjadi salah satu latar

belakang MUI mengeluarkan Fatwa Nomor 9A Tahun 2008 tentang Hukum

Pelarangan Khitan/Sirkumsisi Terhadap Perempuan. Fatwa ini secara tegas

menjelaskan bahwa pelarangan Sirkumsisi terhadap perempuan adalah

bertentangan dengan hukum Islam.

Berdasarkan survey awal yang didapatkan dari profil Dinas Kesehatan

Kota Padang Tahun 2020 jumlah bayi lahir terbanyak di temukan di Puskesmas
4

Andalas yaitu 1. 397, dengan jumlah bayi perempuan sebanyak 689 orang. Pada

saat peneliti melakukan survey awal didapatkan 8 dari 10 ibu yang mempunyai

bayi perempuan melakukan sunat pada anaknya ( Profil Dinas Kesehatan Kota

Padang, 2020; Puskesmas Andalas 2022)

Dari banyaknya masalah yang muncul akibat ketidak jelasan informasi

dan pengetahuan yang minim akibat belum banyaknya penelitian tentang hal ini,

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Hubungan

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Tindakan Sirkumsisi Pada Anak

Perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2021”.

1. 2 Rumusan Masalah

Apakah Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap

Tindakan Sirkumsisi Pada Anak Perempuan di Puskesmas Andalas Kota Padang

Tahun 2022.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum.

Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap tindakan

sirkumsisi pada anak perempuan di Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2022

2. Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus pada penelitian ini yaitu :

a. Diketahui distribusi, frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang

sirkumsisi pada anak perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas Kota Padang Tahun 2022


5

b. Diketahui distribusi, frekuensi sikap ibu terhadap tindakan

sirkumsisi pada anak perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas

Andalas Kota Padang Tahun 2022

c. Diketahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap

tindakan sirkumsisi pada anak perempuan di Wilayah Kerja

Puskesmas Andalas Kota Padang Tahun 2022

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu :

1. Bagi Ibu

Penelitian ini dapat memberikan masukan berarti bagi perkembangan

ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya bidang kesehatan reproduksi

dan tentang sirkumsisi.

2. Bagi Pihak Puskesmas

Dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi para pembuat

keputusan, khususnya Kementerian Kesehatan dan pihak Puskesmas

lainnya dalam membuat peraturan yang jelas tentang sirkumsisi

perempuan

3. Bagi Penulis

Dapat menjadi bahan tinjauan awal bagi penelitian selanjutnya

khususnya ilmu Kedokteran, Kebidanan dan Kesehatan Masyarakat

untuk mengembangkan dan memperdalam penelitian lanjutan tentang

tindakan sirkumsisi pada perempuan.


6

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Hubungan

tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap tindakan sirkumsisi di wilayah keja

puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2022. Variable penelitian ini yaitu

variable indenpenden (Individu, Keluarga dan Peran Tenaga Kesehatan), dan

variable dependen (Tindakan Sirkumsisi Pada Perempuan).

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Analitik dengan desain croos

sectional, menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu mempunyai anak usia 0 bulan - 11 bulan yang berada di Wilayah

Kerja Puskesmas Andalas kota Padang sebanyak 1.397 orang. Teknik

pengambilan sampel adalah simple random sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara menyebarkan kuesioner. Pengolahan data dan

analisis data dilakukan dengan uji chi-square. Penelitian ini akan dilakukan di

Wilayah Kerja Puskesmas Andalas kota Padang tahun2022 . Alasan peneliti mau

mengambil penelitian ini karena untuk mengetahui apakah masih ada

dilakukannya sirkumsisi di Kota Padang, maka dari itu dilakukan lah penelitian

di wilayah kerja Puskesmas Andalas karena terdapat jumlah bayi terbanyak

yaitu 1.397 orang.

Anda mungkin juga menyukai