Anda di halaman 1dari 45

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG

KONTRASEPSI DENGAN MINAT PEMILIHAN KB IUD


PASCASALIN

PROPOSAL SKRIPSI

MELISA PUTRI P
NIM.P27824420114

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat,
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga terselesaikan Skripsi yang berjudul ”
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kontrasepsi Dengan Minat Pemilihan KB
IUD Pascasalin Di Puskesmas Plaosan Magetan”, sebagai salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi D4 Alih
Jenjang Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan ini mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Drg. Bambang Hadi Sugito, M. Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Surabaya.
2. Astuti Setiyani, SST, M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Dwi Purwati S.Kp., SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D4 Kebidanan.
4. Dr. Nurlailis Saadah, S.Kp, M.Kes Selaku Pembimbing Mata Kuliah Metode
Penelitian Yang Telah Memberikan Bimbingan Sehingga Proposal Penelitian Ini
Dapat Terselesaikan Dengan Baik.
5. Bapak dan ibu atas dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga proposal
skripsi ini dapat terselesaikan pada waktunya.
6. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal
skripsi ini.
Proposal skripsi ini masih belum sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dari Proposal Skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca umumnya.
Magetan, 2020

Penulis
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan masalah utama yang

sedang dihadapi negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah penduduk yang

besar tanpa diiringi kualitas sumber daya manusia yang baik mempersulit usaha

peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan

penduduk semakin besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat

kesejahteraan rakyat (Handayani, 2010). Keluarga Berencana (KB)

pascasalin adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan laju

pertumbuhan penduduk dimana pelayanan KB diberikan kepada pasien setelah

persalinan sampai 42 hari pascasalin dengan tujuan menjaga jarak

kehamilan, mengatur kelahiran dan menghindari kehamilan yang tidak

diinginkan. Salah satu metode Kontrasepsi modern yang disarankan adalah

kontrasepsi Intrauterine Device (IUD) karena IUD tidak mempengaruhi

kerja hormon, efek samping kecil sehingga aman digunakan. Cara

pemasangannya bisa dilakukan setelah ibu melahirkan sampai 42 hari setelah

melahirkan.

Pada kenyataannya masih banyak ibu yang belum mengerti mengenai

KB IUD sehingga merasa ketakutan karena persepsi mereka yang beranggapan

bahwa pemasangannya sangat menakutkan sehingga lebih memilih

Kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang menjadi pilihan terbanyak

ibu yaitu KB suntik. Menurut Badan pusat Statistik (BPS) Jawa Timur tahun

2018 di Wilayah

Kabupaten Magetan pengguna KB suntik sebanyak 58,29 %, pil 6,53 %, implan


1
2

6,67 %, kondom 2,04 %, Metode Operasi wanita (MOW) 6,61 %, Metode

operasi Pria (MOP) 0,35 %, dan IUD 19,49% dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa penggunaan KB suntik merupakan pilihan terbanyak.

Menurut penelitian tingkat pengetahuan ibu PUS mengenai kontrasepsi

AKDR yang dilakukan oleh Sri Mularsih (2018) Menyatakan bahwa dari 68

responden ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 14 orang

(20,6 %), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 36 orang (52,9 %) dan tingkat

pengetahuan buruk sebanyak 18 orang (26,5 %).

(Yati, 2019) mengungkapkan terdapat empat faktor yang mempengaruhi

minat ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD yakni faktor pengetahuan,

agama, ekonomi, dan budaya. (Desitavani, 2017) menyatakan bahwa ada

hubungan antara pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, budaya, tingkat

pengetahuan dan dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD, dan

tidak ada hubungan antara umur dan paritas dengan pemilihan alat kontrasepsi

IUD.

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Plaosan tahun 2020

didapatkan hasil dari 9 responden, 8 orang memilih menggunakan KB suntik

dan 1 orang memilih KB pil dan tidak ada yang menggunakan IUD. Dari data

yang didapat pada tahun 2019 total peserta KB pasca salin sebanyak 518, peserta

KB IUD sebanyak 20 atau 3,86 %, suntik sebanyak 497 atau 95,94 %, dan

kondom 1 atau

0,19 %. Berdasarkan data tersebut KB suntik masih menjadi pilihan terbayak

untuk KB pascasalin.
Dapat diketahui bahwa pendidikan akan menghasilkan banyak perubahan

seperti pengetahuan, sikap dan perbuatan. Pengetahuan ibu sangat mempengaruhi

cara pemilihan kontrasepsi pasca melahirkan, semakin baik pengetahuan, maka

umumnya perilakunya juga semakin baik, dalam hal ini perilaku kesehatan,

sehingga semakin besar minat menggunakan atau memilih kontrasepsi.

Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan maka minat menggunakan atau

memilih kontrasepsi tentunya akan menurun (Kurnia, 2015).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu sebagai

tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memberikan penyuluhan serta

memberikan informasi sejak dini kepada ibu hamil trimester III

tentang persiapkan KB pasca salin yang sesuai serta efek samping sedikit

sehingga tidak menimbulkan kerugian. Yaitu bidan mengarahkan ke kontrasepsi

non hormonal yang lebih aman. Dengan cara tersebut diharapkan ibu memiliki

wawasan mengenai KB IUD meliputi cara kerja, efektifitas, keuntungan,

kerugian, indikasi dan kontraindikasi pemakaian KB IUD, sehingga tidak ada

pemikiran mengenai rasa takut dan khawatir dalam menggunakan IUD,

dengan begitu ibu aka n mengerti bahwa Kontrasepsi non hormonal lebih

aman dari Kontrasepsi hormonal yang memiliki efek samping lebih banyak.

Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “ Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Kontrasepsi Dengan

Minat Ibu Dalam Pemilihan IUD Pascasalin ”.


1.2 Pembatasan Masalah

Peneliti melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu hubungan

pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi dengan minat ibu dalam pemilihan

IUD Pascasalin di Puskesmas Plaosan Magetan tahun 2020.

1.3 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi

dengan minat ibu dalam pemilihan IUD pascasalin di Puskesmas Plaosan

Magetan tahun

2020?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi

dengan minat ibu dalam pemilihan IUD pascasalin di Puskesmas Plaosan

Magetan tahun 2020.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi dengan

dengan minat ibu dalam pemilihan IUD pascasalin

2. Mengidentifikasi pemilihan KB pascasalin yang digunakan ibu

3. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi

dengan minat ibu dalam pemilihan IUD pascasalin


1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan

wawasan pengetahuan pada ibu nifas tentang minat dalam penggunaan IUD

pascasalin.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pasien

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan para

ibu nifas mengenai minat ibu dalam pemilihan KB IUD pascasalin.

2. Bagi Profesi Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan mutu asuhan

kebidanan, sehingga ibu bisa menentukan kontrasepsi yang sesuai dengan

menggunakan KB non hormonal khususnya IUD pascasalin. Sehingga bidan

dapat melayani sesuai dengan standart dan memuaskan serta meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wawasan

pengetahuan, sebagai bahan rujukan dalam kajian kepustakaan dalam

memberikan informasi mengenai hubungan antara pengetahuan ibu nifas tentang

kontrasepsi dengan pemilihan IUD pascasalin

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dan acuan untuk

panduan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan pengetahuan tentang kontrasepsi

IUD .
6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tingkat pengetahuan di

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atas

6
7

materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum - hukum,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan

dengan tingkatan tingkatan di atas.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

1. Faktor Internal meliputi:

1) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan

masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang

belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).

2) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best

teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan cara untuk

memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman

pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang

dihadapai pada masa lalu. (Notoatmodjo, 2012)

3) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang

kurang
akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-

nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).

4) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Menurut

Nursalam, 2011). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih

banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan

berulang dan banyak tantangan (Nursalam, 2011).

5) Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum

laki- laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun

kultural. (Nursalam, 2011).

2. Faktor eksternal

1) Informasi

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat

pengetahuan terhadap suatu hal (Nursalam, 2011).

2) Lingkungan

Hasil dari beberapa pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di

lapangan (masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman seseorang

serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik) sosial

budaya. (Notoatmodjo, 2012)


Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang

maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula. (Notoatmodjo,

2012)

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut notoatmojo terdapat beberapa

cara memperoleh pengetahuan, yaitu:

1. Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan

statistik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini

meliputi:

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba

kemungkinan yang lain.

2) Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan.

3) Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia harus

menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya. Banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-

kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi

ke
generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari sumbernya

sebagai kebenaran yang mutlak.

2. Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”

atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:

1) Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala

alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan atau

diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.

2) Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.

2.1.4 Kriteria Pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik, bila subyek menjawab benar >76% - 100% seluruh pertanyaan.

2. Cukup, bila subyek menjawab benar 60% - 76% seluruh pertanyaan.

3. Kurang, bila subyek menjawab < 60 % benar

2.2 Konsep Teori Minat Pemilihan IUD Pasca Salin

2.2.1. Pengertian Minat

Minat merupakan salah satu gejala psikologis yang bersifat positif,

karena minat diawali dengan perasaan tertarik pada suatu stimulus tertentu.

Selain itu
minat dikatakan lebih bersifat aktif dari pada pasif yaitu bahwa minat dapat

mendorong individu untuk bergerak mendekati sesuatu yang diminatinya

(Andriyani, 2013).

2.2.2. Pengukuran
Minat

(Andriyani, 2013) metode yang dapat digunakan untuk melakukan

pengukuran terhadap minat seseorang, dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Observasi
Pengukuran dengan metode observasi ini memiliki keuntungan Karena

dapat mengamati minat seseorang dalam kondisi wajar. Observasi dapat

dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun di luar kelas.

Kelemahannya tidak dapat dilakukan terhadap situasi atau beberapa hasil

observasi yang bersifat subjektif.

2. Interview

Interview baik digunakan untuk mengukur minat dan pelaksanaan

interview sebaiknya dilakukan dalam situasi santai, sehingga percakapan

dapat berlangsung secara bebas.

3. Kuesioner / Angket

Melalui kuesioner/angket dengan mengajukan beberapa pertanyaan

secara tertulis. Isi pertanyaan yang diajukan dalam angket pada prinsipnya

tidak berbeda dengan isi pertanyaan observasi, angket lebih efisien. 4)

Inventori Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran atau

penilaian yang sejenis kuesioner, yaitu samasama merupakan

daftar
pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya ialah dalam kuesioner reponden

menulis jawaban relatif panjang sedangkan pada inventori responden

memberikan jawaban dengan memberi lingkaran, tanda cek, mengisi nomor

atau dengan tanda-tanda lain yang berupa jawaban singkat.

2.2.3. Pengertian IUD pascasalin

IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah dirancang

sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi

kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha kontrasepsi,

menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplementasi dalam uterus

(Hidayati, 2009).

KB pascasalin adalah pengunaan alat/obat kontrasepsi segera setelah

melahirkan sampai dengan 42 hari /6 minggu setelah melahirkan (Kemenkes

RI,

2012).

Sehingga dapat disimpulkan IUD pascasalin merupakan alat kontrsepsi yang

diletakkan pada cavum uteri untuk mencegah terjadinya implantasi yang

dipasang segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari pascasalin.

2.2.4. Tujuan

Menurut Grime (Grimes, 2010) Tujuan IUD Pascasalin yaitu:

1. Pada pemasangan IUD post plasenta dirasakan menguntungkan

untuk beberapa alasan tertentu

2. Belum ingin hamil lagi


2.2.5. Faktor – faktor

(Yati, 2019) mengungkapkan terdapat empat faktor yang

mempengaruhi minat ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD antara lain :

1. Faktor pengetahuan

2. Agama

3. Ekonomi

4. Budaya

2.2.6. Jenis – Jenis IUD

Jenis – jenis IUD yang bereedar di Indonesia menurut (Affandi, 2014) yaitu:

1. IUD CuT-380A

Berukuran kecil, kerangka terbuat dari plastik yang fleksibel,

berbentuk huruf T, diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

2. IUD NOVA T ( Schering)

IUD Nova-T mempunyai 200 mm kawat halus tembaga dengan

bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka

pada jaringan setempat pada saat dipasang.

2.2.7. Cara Kerja IUD

Menurut (Affandi, 2014) cara kerja IUD adalah sebagai berikut :

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba falopi

2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

IUD membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan

mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.


4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

2.2.8. Efektifitas IUD

1. Sebagai Kontrasepsi, efektivitasnya tinggi

IUD memiliki efektifitas yang sangat tinggi dimana keberhasilannya

mencapai 0,6 sampai 0,8 kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan

IUD dengan 1 kegagalan dalam 125 sampai 170 kehamilan.

2. Pada IUD postplasenta telah dibuktikan tidak menambah resiko

infeksi, perforasi dan perdarhan. Diakui ekspulsi lebih tinggi (6-10%) dan

ini harus disadari oleh pasien (bila mau akan dipasang lagi). Kemampun

penolong meletkkan difundus amat memperkecil risiko ekspulsi, oleh krena

itu diperlukan pelatihan (Affandi, 2014)

2.2.9. Keuntungan IUD menurut (Affandi,


2014)

1. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan

2. Merupakan metode jangka panjang ( 10 tahun proteksi dari CuT-380A

dan tidak perlu diganti)

3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat – ingat

4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

6. Tidak ada efek samping hormonal dengan IUD CuT

7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan

9. IUD pascasalin merupakan metode yang aman, efektif dan nyaman

bagi sebagian besar perempuan


10. Untuk perempuan yang kurang mendapat akses klinik reproduksi

atau fasilitas pelayanan kesehatan, IUD pascaplasenta merupakan

kesempatan yang paling baik untuk mengontrol fertilitas pascapersalinan.

2.2.10. Kerugian IUD menurut (Affandi, 2014) :

1. Efek samping yang umum terjadi:

1) Perubahan siklus haid ( umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan)

2) Haid lebih banyak dan lama

3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi

2. Komplikasi lain :

1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan

2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya

yang memungkinkan penyebab anemia

3) Perforasi dinding uterus ( sangat jarang apabila pemasangannya benar)

3. Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk Human

Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS)

4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan

yang sering berganti pasangan

5. Penyakit Radang Panggul (PRP) terjdi sesudah perempuan dengan IMS

memakai IUD. PRP dapat memicu infertilitas

6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam

pemasangan IUD. Seringkali perempun takut selama pemasangan


7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan

IUD. Biasanya menghilang dlm 1-2 hari

8. Klien tidak dapat melepas IUD sendiri. Perlu petugas terlatih untuk

melepaskan IUD

9. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui ( sering terjadi apabila IUD

dipasang segera sesudah melahirkan)

10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD

untuk mencegah kehamilan normal

11. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam

vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini

2.2.11. Yang dapat menggunakan IUD menurut (Affandi, 2014)

1. Usia reproduktif

2. Keadaan nulipara

3. Menginginkan Kontrasepsi jangka panjang

4. Ibu menyusui

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

6. Setelah mengalami abortus dan tidak ada tanda infeksi

7. Risiko rendah IMS

8. Tidak menghendaki metode hormonal

9. Tidak menyukai untuk mengingat – ingat minum pil setiap hari

10. Ibu yang gemuk atau kurus

11. Perokok
12. Sedang memakai antibiotika atau antikejang

13. Penderita tumor jinak payudara

14. Penderita kanker payudara

15. Pusing, sakit kepala

16. Penderita hipertensi

17. Varises di tungkai atau vulva

18. Penderita penyakit jantung ( termasuk penyakit jantung katup dapat

diberi antibiotika sebelum pemasangn IUD)

19. Pernah menderita sroke

20. Penderita diabetes

21. Penderita penyakit hati atau empedu

22. Malaria

23. Penyakit tiroid

24. Epilepsy

2.2.12. Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD menurut (Affandi, 2014) :

1. Sedang hamil ( diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya

3. Tiga bulan sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic

4. Kelainan bwaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahin yang

dapat mempengaruhi cavum uteri

5. Penyakit trofoblas yang ganas

6. Kanker alat genital

7. Ukuran rongga rahim < 5 cm


8. Kontraindikasi pemasangan IUD postplasenta ialah : ketuban pecah

lama, infeksi intra partum, perdarhan postpartum

2.2.13. Hal – hal penting yang harus diperhatikan untuk IUD

pascapersalinan menurut (Affandi, 2014) antara lain:

1. Konseling IUD seharusnya sudah diberikan selama ibu hamil

saat melakukan asuhan antenatal

2. Pelaksanaan pemasangan IUD pascapersalinan hraus memiliki

kompetensi untuk melaksanakan hal tersebut karena tingkat ekspulsi

berhubungan erat dengan terknik insersi dan kompetensi petugas

3. Perlu dilakukan kontrol ulang (4-6 minggu) untuk memastikan IUD

masih ada di cavum uteri

2.2.14. Waktu Penggunaan IUD menurut (Affandi, 2014) :

1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil

2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4

minggu pascasalin

4. Setelah abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tida ada

gejala infeksi

5. Selama 1-5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi

2.2.15. Petunjuk Bagi Klien menurut (Affandi, 2014)

1. Kembali memeriksakan diri setelah 4-6 minggu pemasangan IUD

2. Selama bulan pertama menggunakan IUD, periksalah benang IUD

secara rutin terutama setelah haid


3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa

keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:

1) Kram diperut bagian bawah

2) Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah sanggama

3) Nyeri setelah sanggama atau apabila pasangan mengalami tidak

nyaman selama melakukan hubungan seksual

4. Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi

dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan

5. Kembali ke klinik apabila :

1) Tidak dapat meraba benang IUD

2) Merasa bagian yang keras dari IUD

3) IUD terlepas

4) Siklus terganggu/meleset

5) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan

6) Adanya infeksi

2.3 Hubungan pengetahuan dengan minat dalam pemilihan IUD pascasalin

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2014). Menurut (Notoatmodjo, 2012) faktor – faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu : pengalaman, lingkungan, sosial

budaya.
Sedangkan menurut (Nursalam, 2011) faktor – faktor yang

mempengaruhi pengetahuan antara lain : umur, pendidikan, pekerjaan, jenis

kelamin, informasi

Pemilihan metode kontrasepsi pasca melahirkan perlu difikirkan dengan baik

sehingga tidak mengganggu proses laktasi dan kesehatan bayinya

(Sulistyawati,

2011).

Pendidikan akan menghasilkan banyak perubahan seperti pengetahuan, sikap

dan perbuatan. Pengetahuan ibu sangat mempengaruhi cara pemilihan

kontrasepsi pasca melahirkan, semakin baik pengetahuan, maka umumnya

perilakunya juga semakin baik, dalam hal ini perilaku kesehatan, sehingga

semakin besar minat menggunakan atau memilih kontrasepsi. Sebaliknya,

semakin rendah pengetahuan maka minat menggunakan atau memilih kontrasepsi

tentunya akan menurun (Kurnia, 2015).

Minat merupakan salah satu gejala psikologis yang bersifat positif, karena

minat diawali dengan perasaan tertarik pada suatu stimulus tertentu. Selain itu

minat dikatakan lebih bersifat aktif dari pada pasif yaitu bahwa minat dapat

mendorong individu untuk bergerak mendekati sesuatu yang diminatinya

(Amonimous, 2009).

Eny Astuti (2018) mengungkapkan terdapat salah satu faktor yang

mempengaruhi minat ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD yakni

pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan ibu tentang

penggunaan kontrasepsi terutama manfaatnya dalam mencegah

kehamilan. Melalui pengetahuan diharapkan muncul sikap berupa kesadaran dan

minat untuk menggunakan alat kontrasepsi yang aman dan berkualitas

(Notoatmodjo, 2007).
2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau

kaitan antara konsep – konsep atau variabel – variabel yang akan diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2014)

Pengetahuan ibu nifas

Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :
- Umur
- Pengalaman
- Pendidikan
- Sosial budaya

Minat pemilihan IUD


pascasalin
- Pekerjaan
- Jenis Kelamin

- Informasi
- Lingkungan

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti
Kerangka konseptual pada gambar 2.1 menjelaskan mengenai hubungan

pengetahuan ibu nifas dengan minat ibu dalam pemilihan IUD pascasalin.

Berdasarkan gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa menurut (Notoatmodjo, 2010)

faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : pengalaman,

lingkungan, sosial budaya. Sedangkan menurut (Nursalam, 2011) faktor – faktor

yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : umur, pendidikan, pekerjaan,

jenis kelamin, informasi.

Dari kerangka konsep pada gambar 2.1 yang diteliti adalah pengetahuan

nifas tentang pemilihan IUD pascasalin dan minat ibu dalam pemilihan IUD

pascasalin.

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan ibu nifas

dengan minat ibu dalam pemilihan IUD pascasalin di wilayah kerja Puskesmas

Plaosan Magetan adalah:

Adanya hubungan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi dengan minat ibu

dalam pemilihan IUD Pascasalin di wilayah kerja Puskesmas Plaosan

Magetan
2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelit ian Terdahulu
No. Judul Variabel Jenis Hasil
Pen elitian
1. Faktor-faktor yang 1. Faktor – Kuantitatif  Ada hubungan antara
berhubungan dalam faktor Cross Sectional pendidikan, pengetahuan,
pemilihan jenis 2. Kontrasepsi sikap, hubungan antara
kontrasepsi efektif dukungan suami dengan
pada wanita pasangan pemilihan jenis kontrasepsi
usia subur di wilayah efektif di wilayah
kerja puskesmas kerjaPuskesmas Rawasari
rawasari kota jambi. Kota Jambi tah un 2015.
2. Hubungan 1. Pengetahuan Dekriptif Ada hubungan pengetahuan
Pengetahuan Ibu 2. Kontrasepsi Korelasi Ibu Pasangan Usia subur
Pasangan Usia Subur IUD Cross sectional dengan Penggunaan
dengan Penggunaan Kontrasepsi IUD
Kontrasepsi IUD di
Nagari Andalas Baruh
Bukit Kecamatan
Sungayang Kabupaten
Tanah Datar.
3. Hubungan 1. Pengetahuan Analitik Ada hubungan antara
Pengetahuan Dan 2. Sikap Cross sectional pengetahuan dan sikap
Sikap Tentang 3. Kontrasepsi study dengan pemilihan kontrasepsi
Kontrasepsi IUD IUD IUD pada pasangan usia
dengan Rencana subur
Pemilihan Kontrasepsi
IUD Di
Puskesmas Waode
Buri Kabupaten Buton
Utara
Provinsi Sulawesi
Tenggara
4. Hubungan 1. Pengetahuan Deskriptif Terdapat hubungan bermakna
Pengetahuan dan 2. Dukungan analitik antara tingkat pengetahuan
Dukungan Suami Suami Cross sectional dengan penggunaan AKDR.
Dengan Pemilihan 3. Alat Tidak terdapat hubungan
Alat Kontrasepsi Kontrasepsi antara dukungan suami
Dalam Rahim (AKDR) Dalam dengan penggunaan AKDR.
pada Pasangan Usia Rahim
Subur (Pus) Di
Kelurahan Purwoyoso
Kecamatan Ngaliyan
Kota Semarang
5. Faktor-Faktor Yang 1. Faktor- analitik Ada hubungan antara
Berhubungan dengan Faktor kuantitatif cross pendidikan, pekerjaan, sosial
Pemilihan Alat 2. Kontrasepsi sectional ekonomi, budaya, tingkat
Kontrasepsi Intra IUD pengetahuan dan dukungan
Uterine Devices (IUD) suami, tidak ada hubungan
Pada Ibu Di antara umur dan paritas
Kecamatan Bantul dengan pemilihan alat
Yogyakarta kontrasepsi IUD di
Kecamatan Bantul
Yogyakarta
25

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan

metode ilmiah (Notoatmodjo, 2014).

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan yaitu penelitian survei analitik

observasional. Menurut (Notoatmodjo, 2014), survei analitik observsional

merupakan penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan tersebut dapat terjadi. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi dengan minat

ibu dalam pemilihan IUD pascasalin.

3.2 Rancangan Penelitian

Rancangan Penelitian yang dugunakan yaitu cross sectional, yaitu variabel

sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur

atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Pada penelitian cross sectional

ini, peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

dengan melakukan pengukuran sesaat. Tentunya tidak semua subjek penelitian

harus diperiksa pada hari itu atau saat yang sama, akan tetapi baik variabel bebas

atau variabel terikat dinilai hanya satu kali saja. Faktor resiko serta efek tersebut

diukur menurut keadaan atau statusnya pada waktu diobservasi

(Notoatmodjo,

2012).
25
26

Aplikasi dalam pennelitian ini adalah mengetahui kemunginan adanya

hubungan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi dengan pemilihan IUD

pascasalin.

Minat Pemilihan IUD Pascasalin

Ibu berminat menggunakan kontrasepsi IUD


Baik

Ibu tidak berminat menggunakan kontrasepsi


IUD

Pengetahuan
ibu nifas

Ibu berminat menggunakan kontrasepsi IUD


Ibu nifas Cukup
Ibu tidak berminat menggunakan kontrasepsi
IUD

Ibu berminat menggunakan kontrasepsi IUD

Kurang

Ibu tidak berminat menggunakan kontrasepsi


IUD

Gambar 3.1 Rancangan penelitian cross sectional


3.3 Kerangka Operasional
Populasi
Semua ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas
Plaosan (N = 43 orang)

Non Probability Sampling


(purposive sampling)

Sampel
Sebagian ibu nifas di wilayah kerja
Puskesmas Plaosan (n = 39)

Pengumpulan data

Variabel independen : Variabel dependen :


Pengetahuan ibu nifas Pemilihan IUD pascasalin

Pengolahan data

Analisis Data : Chi Square

Hasil penelitian

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.2 Kerangka operasional


3.4 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Plaosan Kabupaten

Magetan

3.5 Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian dalam

bentuk manusia atau bukan manusia (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam

penelitian ini adalah 43 ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Plaosan

3.6 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Penelitian

3.6.1 Sampel

Sampel adalah obyek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi

(Notoatmojo, 2012). Sampel yang akan diambil adalah 39 sebagian ibu nifas di

wilayah kerja Puskesmas Plaosan

3.6.2 Besar Sampel

Dalam penelitian ini mengambil besar sampelnya dihitung berdasarkan

rumus menurut (Notoatmodjo, 2012), yaitu untuk menghitung besarnya

sampel jika

populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan rumus sebagai

berikut :
N
n =
1 + N(d2)

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan dan ketepatan yang diinginkan


Berdasarkan rumus tersebut hasil perhitungan jumlah sampel adalah
sebagai berikut :
N
n=
1 + N(d2)
43
=
1 + 43 (0,052)
43
=
1 + 43 (0,0025)
43
=
1 + 0,1075

43
=
1,1075

= 38,82

= 39

Jadi besar sampel yang diambil adalah 39 orang.

3.6.3 Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu non probability

sampling. Teknik ini tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Notoatmodjo, 2012). Dalam

penelitian ini menggunakan teknik non random sampling dengan menggunakan

teknik purposive sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel

dengan cara menetapkan ciri – ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian

sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian (Hidayat, 2011)..

Pada penelitian ini dilakukan penelitian pada tingkat pengetahuan ibu

nifas,
sehingga sampel yang dipilih adalah ibu nifas yang akan menggunakan KB

pascasalin.

Dengan kriteria inklusi yaitu :

1. Ibu nifas yang bersedia menjadi responden

2. Ibu nifas yang berencana menggunakan KB

3. Ibu nifas yang pernah maupun yang belum pernah mendapatkan

konseling kontrasepsi

Kriteria eksklusi :

1. Ibu nifas yang memiliki resiko saat persalinan

3.7 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi

suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat konkret dan

secara lansung bisa diukur. Sesuatu yang konkret tersebut bisa diartikan sebagai

suatu variabel dalam penelitian (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini terdapat

variabel bebas dan terikat.

3.7.1 Variabel Independent (bebas)

Variabel Independent atau bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent

(terikat) (Saifuddin, 2010). Variabel independent dalam penelitian ini adalah

pengetahuan ibu nifas.


3.7.2 Variabel Dependent (terikat)

Variabel terikat merupakan faktor yang diamati dan diukur untuk

menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. Variabel

dependent dalam penelitian ini adalah minat ibu dalam pemilihan IUD pascasalin.

3.8 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2011).

Definisi operasional penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 Definisi Operasio nal Penelit ian


NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR SKALA HASIL UKUR
1 Variabel Jawaban ibu nifas Kuisioner Ordinal - Baik jika ilainya
bebas dari 10 pertanyaan tentang tingkat > 76-100%
Pengetahuan pada kuisioner pengetahuan - Cukup jika
ibu nifas pengetahuan ibu nilainya 60-75%
Tentang nifas tentang - Kurang jika
Kontrasepsi Kontrasepsi nilainya < 60%
pasca salin Pascasalin

2 Variabel Jawaban ibu nifas Dengan Nominal - Untuk ibu yang


Terikat dari 15 pertanyaan menggunakan memilih IUD
Minat ibu tentang minat Checklist apabila responden
Dalam dalam pemilihan Memberikan
Pemilihan IUD pascasalin jawaban YA ≥ 8
IUD
Pascasalin - Untuk ibu yang
tidak memilih
IUD apabila
responden
memberikan
jawaban YA < 7
3.9 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.9.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam

suatu penelitian. (Nursalam, 2011)

Dalam penelitian ini peneliti memohon izin kepada Kepala Puskesmas

Plaosan dan PMB di Plaosan untuk melakukan penelitian di wilayah kerja

Puskesmas Plaosan Magetan. Pengambilan data pada penelitian ini dengan

membagikan kuisioner kepada ibu pada masa nifas untuk mengidentifikasi

hubungan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi dengan minat ibu

dalam pemilihan IUD pascasalin. Setelah kuisioner diisi, kuisioner dikembalikan

ke peneliti untuk dilakukan pengolahan data.

3.9.2 Instrumen

1. Instrumen untuk variabel pengetahuan ibu nifas

Pada variabel pengetahuan, peneliti menggunakan instrument kuisioner.

Menurut (Arikunto, 2010). Dipandang dari cara menjawabnya, kuisioner dibagi

menjadi dua, yaitu kuisioner terbuka ( yang memberi kesempatan kepada

responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri) dan kuisioner

tertutup (yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal

memilih).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuisioner tertutup. Pertanyaan

yang digunakan adalah pertanyaan tertutup tentang pengetahuan ibu nifas tentang

kontrasepsi pascasalin. Pertanyaan dalam kuisioner dibuat sendiri oleh

peneliti dan belum dilakukan uji validitas dan reliabilitas.


Kisi – kisi dari pengetahuan ibu nifas :

Tabel 3.2 Kisi – kisi dari pengetahuan ibu nifas


Variabel Indikator Jumlah soal Nomor soal
Pengertian 1 1
Tujuan 3 2-4
Pengetahuan ibu nifas Manfaat 3 5-7
Macam – macam 3 8-10
Alat ukur pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi pascasalin berupa kuisioner

tertutup berjumlah 10 soal, skor 10 diberikan pada jawaban yang benar dan skor

0 untuk jawaban yang salah.

Rumus yang digunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang di dapat

dari kuisioner menurut (Arikunto, 2013), yaitu :

Jumlah nilai yang benar


x 100%
Persentase = Jumlah soal

Arikunto (2010) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang

menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentasesebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 76 – 100 %

b. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 60 – 75 %

c. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 60 %

pemilihan IUD pascasalin

2. Instrumen mengenai minat ibu dalam pemilihan IUD pascasalin

Yaitu berupa checklist berjumlah 15 soal, yang diisi dengan memberikan

tanda () pada jawaban yang di pilih responden. Pertanyaan dalam checklist

dibuat sendiri oleh peneliti dan sbelum dilakukan uji validitas dan

reliabilitas.
3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.10.1 Teknik Pengolahan Data

1. Editting

Editting merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir

dan kuisioner, apakah lengkap (sudah terisi semua), apakah jawaban cukup jelas,

apakah jawaban relevan dengan pertanyaan (Notoatmodjo, 2012).

Setelah kuisioner selesai diisi oleh ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Plaosan,

maka langsung dilakukan editing tentang pengisian kuisioner. Jika ada data yang

belum lengkap pengisiannya, maka kkuisioner langsung di kembalikan lagi

kepada responden untuk dilengkapi. Bila tidak memungkinkan, kuisioner

dikeluarkan dan diganti.

2. Coding

Proses coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode ini sangat

berguna dalam memasukkan data (data entry) (Notoatmodjo, 2012).

Proses pemberian kode pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai

berikut :
Tabel 3.3 Pemberian Kode
Variabel Kategori Persentase pemberian Kode
nilai atau skor
Pengetahuan Baik > 76-100% 3
Ibu Nifas Cukup 60-75% 2
Kurang < 1
Pemilihan IUD IUD 60%- 2
pascasalin Tidak IUD - 1
3. Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan penyusunan tabel mulai dari penyusunan tabel

utama yang berarti seluruh data/ informasi yang berhasil dikumpulkan dengan

daftar pertanyaan sampai tabel khusus yang benar – benar ditentukan bentuk dan

isinya sampai dengan tujuan penelitian (Notoatmodjo, 2012) . Dalam

penelitian ini setelah data terkumpul kemudian diberi kode sesuai ketentuan,

kode tersebut dimasukkan dalam tabel dan kemudian disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

3.10.2 Analisa Data

Analisis data merupakan bagian terpenting untuk mencapai tujuan dimana

tujuan pokok peneliti adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam

mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2017).

1. Analisis Univariate

Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Analisa ini

dilakukan secara deskriptif untuk melihat masing-masing karakteristik

setiap variabel yang diteliti, dimana hasil analisis ini adalah distribusi dan

presentase dari setiap variabel yang ada (pengetahuan ibu nifas dan

pemilihan IUD pascasalin).

Analisis univariat dilakukan menggunakan rumus menurut (Nursalam,

2011) berikut :
F
P=

x 100
%

Keterangan :
F : Frekuensi Kasus
N : Number of case (jumlah frekuensi/ banyaknya
individu) P : Angka presentase
2. Analisis Bivariate

Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariate

dilakukan untuk melihat hubungan pengetahuan ibu nifas tentang

kontrasepsi pascasalin dengan pemilihan IUD pascasalin.

Untuk menghitung distribusi frekuensi menggunakan rumus sebagai berikut


:

𝑥²
C = √ ��+�
�²
Keterangan
C = Koefisien Kontingensi
N = Nominal (Besarnya Sample)

𝑥²
= Chi- Square

Adapun hubungan variabel penelitian menurut besarnya koefisiensi korelasi

yang dapat ditunjukan tabel berikut.

Tabel 3.4 Tingkat hubungan variabel penelitian menurut besarnya


koefisiensi korelasi
Tingkat Korelasi Tingkat Hubungan Variabel
0.00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,8-1,000 Sangat Kuat
Sumber (Sugiyono, 2011).
Analisa dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square untuk mengetahui

hubungan antara 2 variabel dengan bentuk data ordinal dan nominal

menggunakan tabel kontigensi 2x2.

Analisa dalam penelitian ini menggunakan uji koefisien kontingensi dengan α

= 0,05, H0 diterima dan H1 ditolak bila p-value > α yang artinya tidak

ada hubungan pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi dengan pemilihan IUD

pascasalin. H1diterima dan H0 ditolak bila p-value ≤ α yang artinya hubungan

pengetahuan ibu nifas tentang kontrasepsi dengan pemilihan IUD pascasalin.

Analisa data dilakukan dengan Program Statistical Product And Service Solutions

(SPSS).

3.11 Etik penelitian

Masalah etik penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian. Mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia,

maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Menurut (Handayani, 2010) masalah etika yang harus diperhatikan antara

lain adalah sebagai berikut :

3.11.1 Informed Consent (Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar

subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa
informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi

ppasien, tujuan dilakukannya tindakan , jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan,

informasi yang mudah dihubungi, dan lain – lain.

3.11.2 Anonimity ( Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode atau inisial

nama pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3.11.3 Confidentiality ( Kerahasiaan)

Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
39

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. (2014). Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Andriyani, Santy. (2013). Minat Kerja mahasiswa. Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia

Paraga, A. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kontrasepsi IUD


Dengan Rencana Pemilihan Kontrasepsi IUD Di Puskesmas Waode Buri
Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Kebidanan.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian : suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2010) Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta


: Rineka Cipta

Desitavani, Sindhy. (2017). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan


Pemilihan Alat Kontrasepsi Intrauterine Device(IUD) pada Ibu di
Keamatan Banttul Yogyakarta. Yogyakarta: Program D-IV Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Grimes, DA. (2010). Intrauterine Device (IUD). New York : Ardent Media

Gusdianita Reni, Rahmah and Yuliana. (2016). Faktor - Faktor yang


Berhubungan dalam Pemilihan Jenis Kontrasepsi Efektif pada Wanita
Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari Kota
Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim

Handayani, Sri. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :


Pustaka Rihama

Hidayat. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Analisis Data. Jakarta


: Salemba Medika.

Hidayati. (2009). Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi Petunjuk


Praktis Pemasangan Alat Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika

Kemenkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia - Jakarta : Kementerian


Kesehatann Republik Indonesia

Kurnia, Nining. (2015). Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Kb Pasca
Persalinan di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta. Jurnal ners dan
Kebidanan Indonesia. Vol. III.

39
40

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka


Cipta

Nur, Yati . (2019). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ibu Dalam
Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD di Sulawesi Barat. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 15(1): 2541-4542

Nursalam. (2017). Metode Penelitian ilmu Keperawatan Ed.4. Jakarta: Salemba


Medika

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Jakarta:


Salemba Medika

Nugrahaeni. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis


Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur Di Kecamatan Semanu Kabupaten
Gunung kidul Yogyakarta. Media Farmasi. 15(2): 113-121

Saifuddin, A. B. (2010). Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Tridasa Printer

Mularsih, S. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Suami Dengan


Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr) Pada Pasangan Usia
Subur (Pus) Di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Kota
Semarang. Jurnal Kebidanan.7(2): 144-154

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba


Medika.

Anda mungkin juga menyukai