Anda di halaman 1dari 51

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA DAN PENGETAHUAN

SUAMI TENTANG PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI


KONDOM DI DESA PEUSING KECAMATAN JALAKSANA
KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
Kebidanan Pada Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Disusun oleh :
SITI ROMLAH
EBR0170028

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk per tahun terus meningkat, dari tahun 2012

hingga 2014 mencapai 3,59 juta per tahun menjadi 3,70 juta pertahun (Profil

Kesehatan Indonesia 2016, dalam Kemenkes RI 2017). Berdasarkan hasil

estimasi, jumlah penduduk di Indonesia Tahun 2018 sebesar 265.014.313

jiwa, terdiri atas 133.136.131 jiwa penduduk laki-laki dan 131.879.182 jiwa

penduduk perempuan. Jumlah penduduk paling banyak di Indonesia

terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar

44.683.861 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di

Kalimantan Utara dengan jumlah penduduk sebesar 716.407 jiwa (Profil

Kesehatan Indonesia 2018, dalam Kemenkes RI 2019).

Masalah kependudukan saat ini menjadi masalah utama bagi

negara–negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah pokok dalam

bidang kependudukan yang dialami diantaranya meningkatnya jumlah

penduduk, persebaran penduduk yang tidak merata dan laju pertumbuhan

penduduk yang relatif masih tinggi sehingga perlu bantuan pemerintah

berupa program pengendalian penduduk melalui penyelenggaraan Keluarga

Berencana (KB) yang di dukung oleh partisipasi masyarakat. Program

Keluarga Berencana sangat dibutuhkan di Indonesia karena merupakan

1
2

salah satu alternatif dalam rangka mengatasi permasalahan kependudukan

(Handayani, 2010).

KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan

jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Anggraini dan

Martini, 2011). KB dilihat dari 2 jenis yaitu KB hormonal dan KB non-

hormonal, untuk hormonal diantaranya, suntik, implan, pil, dan yang

termasuk kedalam jenis non-hormonal yaitu IUD, Kondom, MOP, MOW.

Salah satu KB non-hormonal ada jenis KB yang dapat digunakan oleh kaum

pria yaitu kondom. Kondom merupakan selubung atau sarung yang terbuat

dari bahan karet yang digunakan oleh pria pada saat hubungan seksual.

Namun pada kenyataannya penggunaan kondom masih rendah, hal ini dapat

dikarenakan berbagai faktor diantaranya keterbatasan pengetahuan,

dukungan keluarga, umur ibu, jumlah anak, pendidikan dan pekerjaan.

Keterbatasan pengetahuan menjadi faktor pendukung penggunaan

kondom masih rendah karena pengetahuan mempengaruhi wawasan

seseorang terhadap cara mencari, memahami dan mengaplikasikan sesuatu

termasuk mengenai alat kontrasepsi pria. Dukungan dari keluarga sangat

berpengaruh terhadap penggunaan kondom, dengan tidak adanya dukungan

keluarga maka tidak ada yang mendorong serta menguatkan maka akan

sangat mempengaruhi rendahnya penggunaan kondom. Umur ibu dan

jumlah anak yang dimiliki juga menjadi bahan pertimbangan seorang suami

dalam memilih kondom sebagai alat kontrasepsinya karena untuk suami

yang memiliki istri dengan usia lebih dari 35 tahun atau dengan jumlah anak

2
3

lebih dari 3 orang akan lebih cenderung memilih alat kontrasepsi yang

memiliki efektifitas tinggi. Pendidikan faktor ini sangat erat kaitannya

dengan pengetahuan ketika pendidikan yang dicapai dalam kategori tinggi

lebih mudah seseorang untuk mendapatkan informasi mengenai alat

kontrasepsi serta rutinitas pekerjaan yang dilakukan oleh pria memiliki

pengaruh terhadap kecenderungan pria dalam menggunakan alat kontrasepsi

(Fujirahayu, 2016).

Menurut data yang didapat dari Dinas Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana Kabupaten Kuningan (2019), bahwa jumlah pengguna

alat kontrasepsi kondom sangat rendah yaitu di tingkat Nasional hanya

(1,24%), provinsi Jawa Barat (0,85%), Kabupaten Kuningan (0,86%), serta

Kecamatan Jalaksana (0,66%). Selain itu menurut DPPKB (2015) di Desa

Peusing tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi kondom (0%).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan pada

tanggal 27 Februari 2020 di Desa Peusing melalui wawancara 10 PUS

akseptor KB didapatkan seluruhnya tidak ada yang menggunakan alat

kontrasepsi kondom dan lebih memilih untuk menggunakan suntik dan pil.

Rendahnya pengunaan alat kontrasepsi kondom Di Desa Peusing

disebabkan karena ketidaktahuan suami terhadap alat kontrasepsi kondom,

sebagian suami menerangkan bahwa kondom bukanlah alat kontrasepsi,

rentan bocor serta tidak efektif untuk mencegah kehamilan. Sedangkan

keluarga (istri) menerangkan bahwa sebenarnya mereka mengetahui alat

kontrasepsi kondom tetapi tidak pernah mencoba untuk memakai kondom,

3
4

tidak pernah mendukung suaminya untuk menggunakan kondom dan tidak

pernah membicarakan mengenai alat kontrasepsi karena mereka

beranggapan bahwa untuk pemakaian alat kontrasepsi sudah menjadi

tanggung jawab perempuan.

Dukungan Keluarga dan Pengetahuan suami Di Desa Peusing

mengenai alat kontrasepsi kondom sangat rendah sehingga perlu suatu

cara atau pemahaman kepada masyarakat khususnya PUS, karena dengan

diberikannya pemahaman maka dapat mempengaruhi wawasan PUS

terhadap cara mencari, memahami, dan mengaplikasikan sesuatu termasuk

alat kontrasepsi kondom.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Gambaran Dukungan Keluarga Dan

Pengetahuan Suami tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di

Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Gambaran

Dukungan Keluarga dan Pengetahuan Suami Tentang Penggunaan Alat

Kontrasepsi Kondom Di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten

Kuningan Tahun 2020 ?”.

4
5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Dukungan Keluarga dan Pengetahuan

Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom Di Desa Peusing

Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran dukungan keluarga tentang penggunaan alat

kontrasepsi kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten

Kuningan tahun 2020.

2. Mengetahui gambaran pengetahuan suami tentang penggunaan alat

kontrasepsi kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten

Kuningan tahun 2020.

3. Mengetahui gambaran penggunaan alat kontrasespi kondom di Desa

Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan tahun 2020.

4. Mengetahui gambaran dukungan keluarga dan pengetahuan suami

berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi kondom di Desa Peusing

Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan tahun 2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperluas dan memperkaya wawasan

ilmu pengetahuan khususnya tentang keluarga berencana dan kesehatan

5
6

reproduksi serta dapat dijadikan bahan literatur untuk kemajuan

pengetahuan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan dukungan keluarga dan

pengetahuan suami sehingga PUS bersedia untuk berpartisipasi

menggunakan kontrasepsi kondom.

2. Bagi Desa

Menambah wawasan dan memberikan motivasi kepada masyarakat

khususnya PUS sehingga jumlah pengguna kontrasepsi kondom

meningkat.

3. Bagi Program Studi DIII Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan tambahan

informasi dalam dan kepustakaan sebagai tambahan referensi atau buku

bacaan di perpustakaan Program Studi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Kuningan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom

2.1.1 Dukungan Keluarga

1. Pengertian

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung dan

selalu siap memberikan pertolongan serta bantuan jika diperlukan.

Dukungan keluarga akan membantu suami dalam menentukan untuk

menggunakan alat kontrasepsi kondom sebagai bentuk berpartisipasi

dalam program KB karena ada sebuah dorongan dan tindakan. Dalam hal

ini penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang

memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Friedman, 2010).

Menurut BKKBN (2004) dalam Sukarno dan Nugraheni (2015),

salah satu faktor yang mempengaruhi keikutsertaan pria dalam program

KB adalah dukungan keluarga. Dengan adanya dukungan keluarga, akan

menciptakan kesadaran dan minat pria atau suami untuk mencari informasi

lebih mengenai metode KB pria. Setelah memperoleh informasi yang

cukup, akan timbul respon serta sikap yang positif untuk ikut

berpartisipasi aktif dalam program KB dan pada akhirnya bersedia untuk

menjadi akseptor KB.

7
8

2. Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Septiani (2018), menjelaskan bahwa keluarga memiliki

beberapa fungsi dukungan yaitu:

a. Dukungan Emosional keluarga merupakan bentuk atau jenis dukungan

yang diberikan keluarga berupa perhatian, kasih sayang dan empati.

Dukungan emosional merupakan fungsi efektif keluarga yang

mengalami halusinasi. Fungsi efektif keluarga merupakan fungsi

internal keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikologis anggota

keluarga dengan saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan dan saling

mendukung dan menghargai antar anggota keluarga.

b. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau

bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan

tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu melayani

dan mendengarkan setiap halusinasi dalam menyampaikan pesannya.

Serta dukungan instrumental keluarga terhadap anggota keluarga yang

sakit.

c. Dukungan penghargaan diberikan oleh keluarga dalam bentuk

pemberian nasihat, bimbingan dan melihat bagaimana dampak yang

diterima oleh anggota keluarga yang sedang sakit.

d. Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau bantuan yang

diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran atau

masukan, nasehat atau arahan dan memberikan informasi-informasi

8
9

penting yang sangat dibutuhkan klien halusinasi dalam upaya

meningkatkan status kesehatan.

2.1.2 Pengetahuan Suami

1. Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010),

pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan rab dengan sendiri. Pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas pengetahuan persepsi terhadap obyek.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Handayani (2014), Pengetahuan tentang kondom

merupakan salah satu pemahaman terhadap pentingnya peran serta suami

dalam program KB dan dapat berpengaruh terhadap perilaku suami untuk

berperan serta dalam ber KB. Menurut BKKBN (2002) dalam Apriyanti

(2009), Partisipasi aktif suami sebagai kepedulian dan keikutsertaan nya

dalam keluarga berencana, yang didukung oleh pengetahuan dan

kesadaran suami yang tinggi terhadap pentingnya KB. Suami harus aktif

mencari informasi kepada petugas, tempat pelayanan. Informasi yang

didapat mampu memotivasi sekaligus meyakinkan suami untuk menjadi

peserta KB.

9
10

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003)

dalam Wawan dan Dewi (2010) adalah sebagai berikut:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

a) Cara coba salah (Trian and Error)

Cara ini telah dopakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil

makan dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut

dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan dan otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang

pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang meneima

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

10
11

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular

atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan

oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh

Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

3. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010),

pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif yang memiliki 6

tingkatan yang diantaranya :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

11
12

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana

dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian

didalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada.

12
13

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), dalam pengetahuan ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya :

1) Faktor Pendidikan

Pendidikan sangat erat kaitanya dengan pengetahuan,

karena pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Pengetahuan

umumnya dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh

orangtua, guru dan media masa.

2) Faktor Pekerjaan

Pekerjaan seseorang berpengaruh terhadap proses

mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.

Pekerjaan adalah salah satu tempat seseorang untuk bersosialisasi

dengan orang lain dan mendapatkan pengetahuan baru.

3) Faktor Pengalaman

Pengalaman seseorangan mempengaruhi pengetahuan,

karena semakin banyak pengalaman seseorang tentang sesuatu hal,

13
14

maka akan semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal

tersebut.

4) Faktor Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa

didapat secara turun temurun dan dapat dibuktikan terlebih dahulu

karena suatu keyakinan positif maupun keyakinan negatif akan

mempengaruhi suatu pengetahuan seseorang.

5) Faktor Sosial Budaya

Kebudayaan beserta kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap

suatu obyek yang ada pada kehidupan di masyarakat.

5. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2010),

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : Hasil presentase 76%-100%

2) Cukup : Hasil presentase 56%-75%

3) Kurang : Hasil presentase <56%

2.2 Penggunaan Alat kontrasepsi Kondom

2.2.1 Pengertian Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari

berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami

14
15

(produk hewani) berwarna atau tidak berwarna yang dipasang pada penis

saat berhubungan seksual. Kondom dapat menghalangi terjadinya

pertemuan sperma dan telur dengan cara mengemas sperma diujung

selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak

tercurah ke dalam reproduksi perempuan (Arum dan Sujiyatini, 2011).

Menurut Anggraini dan Martini (2011), kondom adalah suatu

kantong karet yang tipis, berwarna atau tak berwarna, dipakai untuk

menutupi penis yang ereksi sebelum dimasukan ke dalam vagina sehingga

mani tertampung didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian

mencegah terjadinya pembuahan.

2.2.2 Macam-Macam Kondom

1. Kulit

a. Dibuat dari membran usus biri-biri (caecum)

b. Tidak meregang atau mengkerut

c. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi

sensitivitas selama senggama

d. Lebih mahal

e. Jumlahnya <1% dari semua jenis kondom

2. Lateks

a. Paling banyak dipakai

b. Murah

c. Elastis

3. Plastik

15
16

a. Sangat tipis (0,025 – 0,035 mm)

b. Juga menghantarkan panas tubuh

c. Lebih mahal dari kondom lateks

4. Vibrator wolftooth condom adalah kondom silikon getar yang bisa

digunakan untuk memberikan sensasi seksual pada saat berhubungan intim

maupun sebagai alat kontrasepsi, kondom sangat elastis atau bisa ditarik

sesuai ukuran penis. Vibrator wolftooth sleve berukuran 5 inci (panjang 13

cm dan ketebalan kondom 1 cm).

5. Silicone condom adalah kondom silikon yang bisa digunakan untuk

keperluan seksual, bisa dipasang pada penis maupun pada vibrator.

Silicone condom berfungsi untuk menahan ejakulasi pada pria, sebagai alat

kontrasepsi dan juga bisa digunakan untuk sensasi pada saat berhubungan

intim. Elastis, mudah dipakai, dicuci dan dibersihkan.

6. Vibrating condom adalah kondom silikon getar yang bisa digunakan untuk

menstimulasi vagina atau klitoris wanita, juga berfungsi sebagai alat

kontrasepsi. Vibrating condom memiliki panjang 12 cm dengan ketebalan

0,3 cm. Elastis, mudah dipakai, dicuci dan dibersihkan.

7. Condom duri mutiara adalah kondom silikon berduri dan bermutiara yang

bisa dipasang pada penis pria ataupun pada vibrator. Kondom duri mutiara

dapat berfungsi untuk menahan ejakulasi pada pria, sebagai alat

kontrasepsi dan juga bisa digunakan untuk sensasi pada saat berhubungan

intim. Elastis, mudah digunakan berukuran 14 cm dengan tebal 0,4 cm.

16
17

8. Crystal condom adalah kondom silikon duri yang bida digunakan untuk

memberikan sensasi pada saat melakukan hubungan seksual. Crystal

condom ini elastis, mudah dicuci atau dibersihkan, memiliki panjang 13

cm dengan ketebalan 0,5 cm.

9. Kondom lele adalah kondom lateks bergerigi yang bisa digunakan untuk

pria sebagai alat kontrasepsi, bisa juga untuk memberikan sensasi pada

saat melakukan hubungan intim (Anggraini dan Martini, 2011).

2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Kondom

Menurut Anggraini dan Martini (2011), kondom memiliki

keuntungan dan kerugian diantaranya sebagai berikut :

1. Keuntungan

a. Mencegah kehamilan

b. Memberi perlindungan terhadap penyakit–penyakit akibat hubungan

seks (PHS)

c. Dapat diandalkan

d. Relatif murah

e. Sederhana, ringan, disposable

f. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow up

g. Reversibel

h. Pria ikut secara aktif dalam program KB

2. Kerugian

a. Angka kegagalan relatif tinggi

17
18

b. Perlu menentukan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks

guna memasang kondom

c. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap

senggama

2.2.4 Indikasi Kondom

a. Pria

a) Penyakit genitalia

b) Sensitivitas penis terhadap sekret vagina

c) Ejakulasi prematur

b. Wanita

a) Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan

b) Kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan

pemasangan diafragma atau kap serviks secara anatomis atau

psikologis tidak memungkinkan

c) Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di

dalam vagina

d) Metode temporer, yaitu (1) belum mengadakan senggama secara

teratur (2) selama haid (3) selama mid-siklus pada pemakaian IUD

(4) selama siklus pertama dari kontrasepsi oral dosis rendah (5)

gagal memakai kontrasepsi oral secara benar atau tepat (6) selama

periode awal post partum (7) keengganan psikologis atau religius

untuk menggunakan suatu kontraseptivum

c. Pasangan pria dan wanita

18
19

a) Pengendalian dari pihak pria lebih diutamakan

b) Senggama yang jarang

c) Penyakit kelamin (aktif atau tersangka)

d) Herpes genitalis atau kondiloma akuminata

e) Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam terapi

f) Sistitis, disuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakan

g) Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau

IUD

2.2.5 Kontra Indikasi Kondom

a. Absolut

a) Pria dengan ereksi yang tidak baik

b) Riwayat syok septik

c) Tidak bertanggung jawab secara seksual

d) Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual

e) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner seksual

b. Relatif

Interupsi seksual foreplay yang menggangu ekspresi seksual

2.2.6 Petunjuk Penggunaan Kondom

Menurut Anggraini dan Martini (2011), petunjuk penggunaan

kondom adalah sebagai berikut :

1. Gunakan kondom pada penis sebelum penis mendekati genitalia

eksterna wanita atau pada saat penis memasuki vagina.

19
20

2. Sebelum digunakan, terlebih dahulu periksa kondom. Persiapan

kondom terlebih dahulu dengan membuka bungkusan sedikit, yang

harus diingat bahwa kondom jangan sampai terjatuh karena bisa

membawa kuman masuk ke dalam tubuh.

3. Apabila pria tidak disirkumsisi, ujung kulit penisnya harus ditarik ke

belakang sebelum memasukan kondom.

4. Gunakan kondom pada penis yang sedang ereksi sepanjang penis

sampai mencapai rambut pubis di pangkal penis.

5. Apabila kondom memiliki ujung datar, bukan ujung yang meruncing,

sisakan ruang kosong sepanjang ½ inci untuk menahan semen. Ruang

kosong ini seharusnya tidak berisi udara. Bentuk ruang kosong dengan

menekuk ujung kondom saat dalam keadaan lemas sambil mulai

memasang kondom ke penis.

6. Pastikan terdapat pelumas yang adekuat pada bagian luar kondom

karena jika pelumasan tidak adekuat, kondom rentan terhadap robek

akibat gesekan. Apabila menggunakan kondom lateks dan

memerlukan pelumas, gunakan air atau pelumas berbahan dasar air,

jangan gunakan pelumas berbahan dasar minyak karena pelumas ini

dapat merusak lateks.

7. Setalah ejakulasi, pria harus menarik kembali penisnya, sebelum

penisnya menjadi lemas.

20
21

8. Untuk mencegah kondom terlepas atau mengalami kebocoran cairan

ketika menarik penis, pria harus menahan pinggir pangkal kondom

dekat pangkal penisnya.

9. Lepaskan kondom dari penis, menjauh dari wanita, tanpa

menumpahkan semen dan buang jauh-jauh.

10. Untuk mencapai tingkat efektivitas yang maksimal dalam mencegah

kehamilan, gunakan kondom dibarengi dengan penggunaan sediaan

spermisida.

11. Buanglah ke dalam tong sampah dengan membungkus dengan tisu

atau kertas agar tidak di permainkan oleh anak-anak.

2.2.7 Efek samping dan Komplikasi Kondom

Menurut Anggraini dan Martini (2011), efek samping dan

komplikasi kondom diantaranya sebagai berikut :

1. Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glands

penis

2. Alergi terhadap karet

21
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan pada BAB II

bahwa pentingnya dukungan keluarga dan pengetahuan suami tentang

penggunaan alat kontrasepsi kondom. Jika keluarga mendukung suami

untuk menggunakan alat kontrasepsi kondom kemungkinan suami untuk

menggunakan alat kontrasepsi kondom meningkat. Selain itu, tingkat

pengetahuan yang cukup tentang alat kontrasepsi kondom merupakan dasar

bagi suami sehingga diharapkan semakin banyaknya pengguna alat

kontrasepsi kondom.

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Dukungan Keluarga Penggunaan Alat


kontrasepsi Kondom
2. Pengetahuan Suami

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

22
23

3.2 Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian


No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Bebas
1. Dukungan Suatu bentuk Kuesioner Observasi 1. Mendukung Ordinal
Keluarga dorongan atau ajakan (Jika nilai
keluarga responden median)
tentang penggunaan
2. Tidak
alat kontrasepsi
kondom Mendukung
(Jika nilai
median)

2. Pengetahuan Suatu pemahaman Kuesioner Observasi 1. Baik (76%- Ordinal


Suami suami (responden) 100%)
tentang penggunaan 2. Cukup
alat kontrasepsi
(56%-75%)
kondom
3. Kurang
(<56%)

(Arikunto
2006, dalam
Wawan dan
Dewi 2010).

Variabel Terikat
1. Penggunaan Keikutsertaan Kuesioner Observasi 1. Ya Nominal
metode responden sebagai 2. Tidak
kontrasepsi akseptor KB kondom
kondom

23
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

4.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

Dalam hal ini berarti penelitian deskriptif merupakan akumulasi data dasar

untuk menggambarkan sesuatu secara rinci dan akurat, tetapi tidak

ditujukan untuk mencari atau menerangkan sifat hubungan, menguji

hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dari implikasi dan

fakta-fakta yang diperoleh.

4.1.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional.

Menurut Badriah (2012), rancangan observasi artinya penelitian dengan

menggunakan alat evaluasi yang berbentuk pengamatan langsung dapat

dilakukan dengan tes, angket, rekaman gambar, dan rekaman suara.

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Menurut Badriah (2012), populasi didefinisikan sebagai kelompok

subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu

populasi, kelompok subyek tersebut harus memiliki ciri-ciri atau

24
25

karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subyek yang

lain. Ciri tersebut dapat meliputi, ciri lokasi, ciri individu, atau juga ciri

karakter tertentu. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah

semua pasangan usia subur (PUS) Desa Peusing Kecamatan Jalaksana

Kabupaten Kuningan yang berjumlah 515 orang.

4.2.2 Sampel dan Teknik Sampling

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah pasangan usia

subur (PUS) yang berasal dan berdomisili di Desa Peusing Kecamatan

Jalaksana Kabupaten Kuningan yang merupakan pengguna alat

kontrasepsi.

Menurut Notoatmodjo (2012), pengambilan sampel menggunakan

rumus sebagai berikut :

𝑁
1 + 𝑁 𝑑2

Keterangan :

N : Jumlah populasi

n : Jumlah Sampel

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

25
26

= 83,73 = 84 (dibulatkan).

Dalam penelitian ini menggunakan pengambilan sample secara

acak sederhana atau simple random sampling dengan menggunakan

kriteria inklusi dan eksklusi.

Menurut Notoatmodjo (2012), kriteria inklusi yaitu ciri-ciri yang

harus dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang akan dijadikan sebagai

sample. Sedangkan kriteria eksklusi yaitu ciri-ciri anggota populasi yang

tidak dapat dijadikan sample. Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. PUS yang bersedia menjadi responden.

b. PUS yang berasal dan berdomisili di Desa Peusing Kecamatan

Jalaksana Kabupaten Kuningan.

c. PUS yang menggunakan alat kontrasepsi.

2. Kriteria Eksklusi

a. Responden yang bukan termasuk PUS.

b. PUS yang tidak bisa membaca dan menulis.

c. PUS yang tidak sehat jasmani dan rohani.

26
27

4.3 Variabel Penelitian

Menurut Badriah (2012), variabel dapat diartikan sebagai ukuran

atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.

4.3.1 Variabel Bebas

Menurut Hidayat (2014), variabel bebas merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel ini punya nama lain seperti variabel prediktor, risiko, atau kausa.

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan variabel bebas adalah dukungan

keluarga dan pengetahuan suami.

4.3.2 Variabel Terikat

Menurut Hidayat (2014), variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini

bergantung pada variabel bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga

disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome, atau event. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah penggunaan alat kontrasepsi kondom.

4.4 Instrumen Penelitian

Menurut Badriah (2012), Instrumen dapat didefinisikan sebagai

alat pengumpulan data yang telah baku atau alat pengumpul data yang

memiliki standar validitas dan reliabilitas. Instrumen yang akan digunakan

untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner.

Kuesioner merupakan suatu bentuk instrumen pengumpul data yang sangat

27
28

fleksibel, terperinci, lengkap dan relatif mudah digunakan, sering juga

disebut daftar pertanyaan atau angket (Badriah, 2012). Jenis kuesioner

yang akan digunakan oleh peneliti adalah kuesioner tertutup dengan alasan

karena dapat mempermudah responden menjawab pertanyaan yang

diajukan. Kuesioner terdiri dari kuesioner dukungan keluarga yaitu

sebanyak 21 pertanyaan, untuk pertanyaan yang valid berjumlah 10

dengan nilai r tabel 0,320 serta cronbach alfha 0,849 dan pertanyaan tidak

valid berjumlah 11 yang akan dihilangkan dari daftar pertanyaan

kuesioner. Sedangkan untuk kuesioner pengetahuan suami berjumlah 33

pertanyaan, untuk pertanyaan yang valid berjumlah 10 dengan nilai r tabel

0,320 cronbach alfha 0,849 terdiri dari pertanyaan yang favorable (positif)

ada 6 yaitu 1, 2, 3, 5, 8, 10 nomor dan pertanyaan yang unfavorable

(negatif) ada 4 nomor yaitu 4, 6, 7, 9, untuk pertanyaan tidak valid

berjumlah 23 yang akan dihilangkan dari daftar pertanyaan kuesioner.

4.4.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2016), validitas menunjukan derajat ketepatan

antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang

dikumpulkan oleh peneliti untuk mencari validitas sebuah item, kita

mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Pengambilan

sampel untuk uji validitas diambil 40% dari jumlah keseluruhan responden

yaitu 36 orang dengan nilai r tabel = 0,320. Kemudian seluruh item dari

tiap jawaban kuesioner diuji validitasnya.

28
29

Menurut Husein (2011), berpendapat bahwa menghitung korelasi

antara masing-masing pertanyaan dengan skor total memakai rumus teknik

korelasi product moment yang memiliki rumus sebagai berikut :

∑ ∑ ∑
√ ∑ 2 ∑ 2 ∑ 2 ∑ 2

Keterangan :

r : Nilai korelasi

n : Jumlah responden

x : Skor nilai pertanyaan

y : Jumlah skor pernyataan tiap responden

Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak komputer. Kriteria pengambilan keputusan untuk

menyatakan valid yaitu jika hasil rhitung dari kuesioner lebih besar dari

rtabel atau rhitung > rtabel.

4.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2016), reliabilitas adalah sejauh mana hasil

pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan

data yang sama. Pengambilan keputusan menggunakan uji statistik

Cronbach Alpha suatu variabel ditentukan dengan membandingkan hasil

pengujian r alpha dengan nilai 0,6 apabila r alpha > 0,6 maka variabel

yang diteliti reliabel.

29
30

∑ 2
2
[1 ]
1 2

(Sumber : Husein, 2011)

Keterangan :

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyak butir pernyataan

s2 t : Variabel total

𝜮s2b : Jumlah varian butir

Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik perhitungan

melalui perangkat lunak komputer.

4.5 Teknik Pengumpulan data

4.5.1 Sifat Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut Badriah

(2012), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau pengambilan data

langsung pada subyek sebagai informasi yang dicari. Data primer

penelitian ini diperoleh dari kuesioner online berupa google formulir yang

diberikan melalui jejaring sosial whatsapp kepada pasangan usia subur

(PUS) Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan yang

merupakan pengguna alat kontrasepsi.

30
31

4.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui kuesioner online, adapun langkah-

langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data meliputi :

1. Langkah Persiapan

Menyiapkan surat pengantar izin penelitian ke pemerintah Desa

Peusing maupun dinas terkait, setelah mendapatkan izin dari pemerintah

desa peneliti mengumpulkan nomer handphone responden yang terhubung

dengan aplikasi whatsapp. Pengumpulan nomer handphone responden

dibantu oleh bidan desa dan kader kesehatan.

2. Langkah Pelaksanaan

Setelah nomer handphone responden terkumpul kemudian peneliti

membuat grup di aplikasi whatsapp, melakukan informed consent kepada

responden, menjelaskan kepada responden tentang maksud dan tujuan

penelitian, memberikan petunjuk pengisian kuesioner online berupa google

formulir.

3. Dokumentasi

Setelah kuesioner online diisi oleh responden kemudian

dikumpulkan kembali oleh peneliti yang selanjutnya akan dilakukan

pengolahan data.

31
32

4.6 Pengolahan dan Rancangan Analisis Data

4.6.1 Pengolahan Data

Menurut Badriah (2012), makna pengolahan data penelitian yang

telah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data

sedemikian rupa agar data tersebut dapat dibaca (redable) dan dapat

ditafsirkan (interpretable).

Menurut Notoatmodjo (2012), secara umum kegiatan pengolahan

data dapat dibagi dalam beberapa tahap pokok yaitu :

1. Editing (Mengedit Data)

Tahap ini merupakan kegiatan memeriksa kembali kuesioner yang

telah diisi saat pengumpulan data dan perlu dilakukan penyuntingan

terlebih dahulu.

2. Coding (Mengkode Data)

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi dua angka atau bilangan. Pemberian kode untuk dukungan

keluarga : 1 = mendukung, 2 = tidak mendukung. Untuk pengkodean

pengetahuan suami : 1 = baik, 2 = cukup, 3 = kurang. Dan pengkodean

untuk penggunaan kondom : 1 = ya, 2 = tidak.

3. Processing (Pengolahan)

Yaitu memasukan data dalam bentuk kode tersebut kedalam

program atau software komputer.

32
33

4. Tabulating (Tabulasi)

Adalah proses pengolahan data untuk membuat tabel-tabel, sesuai

dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

4.6.2. Analisis Data Univariat

Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariat adalah analisis

yang dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil penelitian. Analisis data

univariat dilakukan dengan menganalisis secara deskriptif masing - masing

variabel penelitian, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis

deskriptif dilakukan dengan menghintung persentase dan distribusi

frekuensi masing–masing variabel. Perubahan menjadi persentase

dilakukan dengan menghitung frekuensi (f) dengan hasil jumlah responden

(n) dan dikalikan 100% dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑓
P= x 100%
𝑁

Keterangan:

P = Proporsi

F = Frekuensi

N = Jumlah Responden

100% = Bilangan Tetap

33
34

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Peusing Kecamatan

Jalaksana Kabupaten Kuningan secara daring atau berkomunikasi di mana

penyampaian dan penerimaan pesan dilakukan menggunakan atau melalui

jaringan internet dengan membagikan kuesioner online berupa google

formulir melalui sosial jejaring whatsapp.

4.7.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2020.

34
35

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai “Gambaran Dukungan Keluarga dan

Pengetahuan Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di

Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020”

dapat digambarkan sebagai berikut :

5.1.1 Gambaran Dukungan Keluarga Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi

Kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi dukungan keluarga

tentang penggunaan alat kontrasepsi kondom di Desa Peusing Kecamatan

Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Tentang Penggunaan


Alat Kontrasepsi Kondom di Desa Peusing Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020.
Dukungan Keluarga Frekuensi (f) Persentase (%)
Mendukung 45 53,6
Tidak Mendukung 39 46,4
Total 84 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 84

responden yang diteliti lebih dari setengahnya keluarga mendukung dalam

penggunaan alat kontrasepsi kondom, yakni sebanyak 45 orang (53,6%).

35
36

5.1.2 Gambaran Pengetahuan Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi

Kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi pengetahuan

suami tentang penggunaan alat kontrasepsi kondom di Desa Peusing

Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Suami Tentang Penggunaan


Alat Kontrasepsi Kondom di Desa Peusing Kecamatan
Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020.
Pengetahuan Suami Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 32 38,1
Cukup 43 51,2
Kurang 9 10,7
Total 84 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 84

responden yang diteliti lebih dari setengahnya memiliki pengetahuan

dalam kategori cukup, yakni sebanyak 43 orang (51,2%).

5.1.3 Gambaran Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di Desa Peusing

Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020

Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi penggunaan alat

kontrasepsi kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten

Kuningan Tahun 2020.

36
37

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di


Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan
Tahun 2020.
Penggunaan Alat Frekuensi (f) Persentase (%)
Kontrasepsi Kondom
Ya 1 1,2
Tidak 83 98,8
Total 84 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 84

responden yang diteliti hampir seluruhnya tidak menggunakan alat

kontrasepsi kondom, yakni sebanyak 83 orang (98,8%).

5.1.4 Gambaran Dukungan Keluarga berdasarkan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi gambaran

dukungan keluarga berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi kondom di

Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Dukungan Keluarga


Berdasarkan Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di Desa
Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun
2020.
Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dukungan Kondom Total
Keluarga Ya Tidak
f % f % f %
Mendukung 1 1,2 44 52,38 45 53,6
Tidak mendukung 0 0 39 46,4 39 46,4
Total 1 1,2 83 98,8 84 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 45

responden yang keluarganya mendukung sebanyak 44 orang (52,38%)

37
38

tidak menggunakan alat kontrasepsi kondom dan dari keluarga yang

mendukung hanya 1 orang (1,2%) yang menggunakan alat kontrasepsi

kondom. Selain itu, keluarga yang tidak mendukung sepenuhnya tidak

menggunakan alat kontrasepsi kondom.

5.1.5 Gambaran Pengetahuan Suami Berdasarkan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi gambaran

pengetahuan suami berdasarkan penggunaan alat kontrasepsi kondom di

Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Suami


Berdasarkan Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di Desa
Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun
2020..
Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pengetahuan Kondom Total
suami Ya Tidak
f % f % f %
Baik 1 1,2 31 36,9 32 38,1
Cukup 0 0 43 51,2 43 51,2
Kurang 0 0 9 10,7 9 10,7
Total 1 1,2 83 98,8 84 100
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2020

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 32

responden yang memiliki pengetahuan kategori baik hampir seluruhnya

tidak menggunakan alat kontrasepsi kondom, yakni 31 orang (38,1%) dan

yang memiliki pengetahuan kategori baik hanya 1 (1,2%) orang yang

menggunakan alat kontasepsi kondom. Selain itu, responden yang

memiliki pengetahuan kategori cukup dan kurang seluruhnya tidak

38
39

menggunakan alat kontrasepsi kondom, yakni untuk pengetahuan cukup

sebanyak 43 orang (51,2%) dan pengetahuan kurang sebanyak 9 orang

(10,7%).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Gambaran Dukungan Keluarga Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi

Kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 84 responden yang diteliti

lebih dari setengahnya keluarga mendukung dalam penggunaan alat

kontrasepsi kondom, yakni sebanyak 45 orang (53,6%) dan yang tidak

mendukung sebanyak 39 orang (46,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sumiyati dan Hadi (2012) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi kondom, bahwa suami

menggunakan kondom sebanyak 192 orang (92,6%) dari suami dengan

istri yang mendukung untuk menggunakan alat kontrasepsi kondom.

Selain itu, sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustini dan

Rizani (2016) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan

kondom di Kecamatan Pase Kabupaten Sumedang, diketahui bahwa dari

24 responden yang menggunakan kondom sebagian besar mendapat

dukungan istri sebanyak 23 orang (95,8%).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung dan

39
40

selalu siap memberikan pertolongan serta bantuan jika diperlukan.

Dukungan keluarga akan membantu suami dalam menentukan untuk

menggunakan alat kontrasepsi kondom sebagai bentuk berpartisipasi

dalam program KB karena ada sebuah dorongan dan tindakan. Dalam hal

ini penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang

memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Friedman, 2010).

Menurut teori dukungan dalam menggunakan alat kontrasepsi

kondom dibagi menjadi 4 bagian yaitu dukungan informasional, dukungan

instrumental, dukungan emosional dan dukungan penghargaan. Dukungan

informasional mencakup pemberian nasehat, saran, pengetahuan, dan

informasi serta petunjuk. Dukungan instrumental mencakup ketika istri

membantu suami untuk menentukan kontrasepsi yang sesuai dengan

keinginan dan sebelum memilih atau menggunakan alat kontrasepsi, istri

mendiskusikan pilihannya dengan suami. Dukungan emosional dapat

berupa istri memberikan persetujuan kepada suami untuk menggunakan

alat kontrasepsi kondom serta peduli, perhatian jika terjadi efek samping

karena menggunakan kontrasepsi. Sedangkan dukungan penghargaan yang

diberikan istri kepada suami dapat berupa meluangkan waktu untuk

mengantar suaminya konseling tentang kontrasepsi kondom atau pada saat

pembelian alat kontrasepsi kondom.

Dukungan keluarga terhadap 84 responden yang telah diteliti di

Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan dapat terlihat

pada aspek dukungan informasional yang dimana sebagian besar

40
41

responden mendapatkan saran, nasihat, masukan serta informasi dari

keluarga mengenai alat kontrasepsi kondom, kemudian dari dukungan

instrumental beberapa keluarga bersedia untuk menyediakan, mengantar

atau mendampingi suami pada saat membeli alat kontrasepsi kondom serta

mengingatkan kepada suami untuk menggunakan alat kontrasepsi kondom

pada saat akan melakukan hubungan seksual. Selain itu, dari dukungan

emosional lebih dari setengahnya responden mendapatkan motivasi dari

keluarga untuk menggunakan alat kontrasepsi kondom dan istri selalu

bersedia ketika suami ingin menggunakan alat kontrasepsi kondom, serta

untuk dukungan penghargaan beberapa responden selalu mendapatkan

pujian setelah menggunakan alat kontrasepsi kondom serta keluarga

mencarikan pertolongan ketika terjadi komplikasi dalam pemakaian alat

kontrasepsi kondom.

5.2.2 Gambaran Pengetahuan Suami Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi

Kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan dalam kategori cukup, yakni sebanyak 43 orang

(51,2%), pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 32 orang (38,1%),

dan pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 9 orang (10,7%). Hal ini

sejalan dengan penelitian Armina (2016) tentang pengetahuan dan sikap

suami tentang penggunaan alat kontrasepsi kondom di Desa Wonua

Monapa Kecamatan Pondidaha Kabupaten Konawe tahun 2016, dimana

41
42

pengetahuan suami tentang penggunaan alat kontrasepsi kondom

cenderung pada kategori cukup (51,1%).

Banyak faktor yang menyebabkan informasi tentang kontrasepsi

kondom sedikit diketahui oleh pria, diantaranya kurang adanya

komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang dilakukan kepada pria. KIE

lebih banyak dilakukan dengan sasaran wanita, masih minimnya

penggunaan media massa seperti televisi, handphone atau koran

merupakan media yang paling mudah diakses masyarakat. Selain itu,

kurangnya pengetahuan tentang kontrasepsi kondom juga disebabkan

karena pekerjaan mereka yang menyita waktu. Sebagian responden bekerja

sebagai petani dan pedagang dimana biasanya mereka dari pagi sampai

sore hari sehingga mereka tidak mempunyai waktu untuk mendapatkan

informasi tentang kontrasepsi kondom.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Purwoko (2010) dalam

Armina (2016), yang mengatakan bahwa pengetahuan menyumbangkan

peran dalam menentukan pengambilan keputusan untuk memilih alat

kontrasepsi tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat

kontrasepsi, maka semakin meningkat pula perannya sebagai pengambil

keputusan. Kurang berperannya suami dalam program KB dan Kesehatan

reproduksi disebabkan oleh pengetahun suami mengenai KB secara umum

relatif rendah.

Tingginya tingkat pengetahuan responden tersebut disebabkan

karena informasi yang diperoleh responden melalui puskesmas atau tenaga

42
43

kesehatan penerimaannya cukup baik, sehingga mempengaruhi tingkat

pengetahuan mereka. Selain itu, para suami juga memperoleh informasi

melalui media-media cetak dan media elektronik serta buku-buku yang

dibacanya untuk meningkatkan perngetahuan mereka terhadap penggunaan

alat kontrasepsi kondom.

Pengetahuan adalah keyakinan mengenai suatu objek yang telah

dibuktikan kebenarannya. Kiranya sudah jelas bahwa hanya yang

mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu dinggap benar, sehingga

keyakinan yang hanya secara kebetulan benar tidak dapat diterima sebagai

pengetahuan. Pengetahuan harus dibuktikan dengan kebenaran karena

pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta,

simbol, prosedur, teknik dan teori (Notoatmodjo, 2012).

5.2.3 Gambaran Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di Desa Peusing

Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan Tahun 2020

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 84 responden yang diteliti

hampir seluruhnya tidak menggunakan alat kontrasepsi kondom, yakni

sebanyak 83 orang (98,8%) dan yang menggunakan hanya 1 orang (1,2%)

artinya penggunaan alat kontrasepsi kondom di Desa Peusing Kecamatan

Jalaksana Kabupaten Kuningan masih sangat rendah. Hal ini sejalan

dengan data yang diperoleh dari DPPKB Kabupaten Kuningan (2015),

yakni penggunaan kondom sangat rendah (0%). Selain itu, sejalan juga

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurliana dan Subiyatun (2010)

tentang hubungan tingkat pendidikan suami dengan pemakaian alat

43
44

kontrasepsi kondom di Dusun Tekik Bangunharjo Bangunkerto Turi

Sleman, bahwa penggunaan alat kontrasepsi kondom rendah, yakni

sebagian responden tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 20 orang

(66,67%), dan responden yang memakai alat kontrasepsi kondom

sebanyak 10 orang (33,33%).

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 84 responden di

Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan didapatkan lebih

dari setengah responden keluarga mendukung untuk menggunakan alat

kontrasepsi serta pengetahuan responden sebagian besar memiliki kategori

cukup tetapi penggunaan alat kontrasepsi kondom sangat rendah, hal ini

kemungkinan dapat diakibatkan karena beberapa faktor selain dukungan

keluarga dan pengetahuan suami yakni, responden menilai bahwa alat

kontrasepsi kondom tidak efisien karena hanya dapat digunakan sekali

pakai dan disatu sisi sebagian responden menginginkan untuk

menggunakan alat kontrasepsi yang dapat digunakan dalam jangka waktu

panjang, ketersediaan kondom di Desa Peusing pun masih minim karena

responden harus membeli ke minimarket, toserba, atau apotik sedangkan

jarak tempuh untuk ke minimarket, toserba atau apotik cukup jauh

sehingga responden enggan untuk membelinya. Rendahnya penggunaan

alat kontrasepsi kondom di Desa Peusing diakibatkan juga oleh faktor

umur PUS dan jumlah anak, karena kebanyakan PUS yang ada di Desa

Peusing memiliki umur >35 tahun dan jumlah anak >3 sehingga mereka

sangat mempertimbangan untuk memilih alat kontrasepsi kondom sebagai

44
45

alat kontrasepsinya dan cenderung memilih alat kontrasepsi yang memiliki

efektifitas tinggi atau berjangka panjang. Selain itu, keengganan pria untuk

memakai kontrasepsi kondom dapat pula, dipengaruhi oleh pertimbangan-

pertimbangan tertentu seperti tentang kepuasan dalam berhubungan suami

istri, kenyamanan pasangan, alergi terhadap bahan yang digunakan

membuat kondom serta kondom dapat menyebabkan hubungan seksual

menjadi kurang nikmat (Saifuddin 2006 dalam Nurliana dan Subiyatun

2010).

5.2.4 Gambaran Dukungan Keluarga Berdasarkan Penggunaan Alat

Kontrasepsi Kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten

Kuningan Tahun 2020

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku seseorang termasuk saat menentukan pilihan

dalam menggunakan alat kontrasepsi termasuk kondom. Berdasarkan hasil

penelitian, didapatkan bahwa responden yang memiliki dukungan dari

keluarga sebanyak 45 orang (53,6%) dan yang tidak mendukung sebanyak

39 orang (46,4%). Sementara dari hasil tabulasi silang didapatkan bahwa

responden dengan keluarga mendukung yang menggunakan alat

kontrasepsi sebanyak 1 orang (1,2%) dan selebihnya tidak menggunakan

alat kontrasepsi kondom dan pada responden dengan kelurga tidak

mendukung tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi kondom.

Berdasarkan hasil penelitian penggunaan alat kontrasepsi kondom

sangat rendah meskipun lebih dari setengahnya keluarga mendukung, hal

45
46

ini kemungkinan dapat diakibatkan karena beberapa faktor seperti

pendidikan, umur PUS, jumlah anak, serta tingkat kenyamanan yang

dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual.

5.2.5 Gambaran Pengetahuan Suami Berdasarkan Penggunaan Alat Kontrasepsi

Kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

Tahun 2020

Pengetahuan suami juga merupakan salah satu faktor penting yang

mempengaruhi keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi kondom.

Dari hasil penelitian, sebagian besar responden memiliki pengetahuan

dalam kategori cukup, yakni sebanyak 43 orang (51,2%), pengetahuan

dalam kategori baik sebanyak 32 orang (38,1%), dan pengetahuan dalam

kategori kurang sebanyak 9 orang (10,7%). Sementara dari hasil tabulasi

silang didapatkan bahwa responden dengan pengetahuan suami yang

memiliki kategori baik hanya 1 orang (1,2%) yang menggunakan alat

kontrasepsi kondom dan selebihnya tidak menggunakan dan untuk

responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup maupun

kurang sepenuhnya tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi kondom,

hal ini kemungkinan dapat diakibatkan karena beberapa faktor seperti

pendidikan, umur PUS, jumlah anak, serta tingkat kenyamanan yang

dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual.

46
47

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 26

juni-02 juli mengenai gambaran dukungan keluarga dan pengetahuan

suami tentang penggunaan alat kontrasepsi kondom di Desa Peusing

Kecamatan Jalaksna Kabupaten Kuningan Tahun 2020, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Gambaran dukungan keluarga tentang penggunaan alat kontrasepsi

kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan lebih

dari setengahnya keluarga mendukung yaitu sebanyak 45 orang (53,6%).

2. Gambaran pengetahuan suami tentang penggunaan alat kontrasepsi

kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan

sebagian besar memiliki pengetahuan kategori cukup yaitu sebanyak

sebanyak 43 orang (51,2%).

3. Gambaran Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di Desa Peusing

Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan hampir seluruhnya tidak

menggunakan alat kontrasepsi kondom, yakni sebanyak 83 orang (98,8%)

dan yang menggunakan hanya 1 orang (1,2%).

4. Gambaran Dukungan Keluarga dan Pengetahuan Suami berdasarkan

Penggunaan Alat Kontrasepsi Kondom di Desa Peusing Kecamatan

Jalaksana Kabupaten Kuningan dari 45 responden keluarganya

47
5. mendukung hanya 1 orang (1,2%) yang menggunakan alat kontrasepsi

kondom dan selebihnya tidak menggunakan alat kontrasepsi kondom.

Selain itu, pengetahuan suami yang memiliki kategori baik hanya 1 orang

(1,2%) dan selebihnya tidak menggunakan alat kontrasepsi kondom, untuk

responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup maupun

kurang sepenuhnya tidak ada yang menggunakan alat kontrasepsi kondom.

6.2 Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan agar keluarga terutama istri tetap mempertahankan

dukungannya kepada suami untuk menggunakan alat kontrasepsi kondom

dan diharapkan kepada suami untuk tetap meningkatkan pengetahuan

tentang penggunaan alat kontrasepsi kondom agar penggunaan alat

kontrasepsi kondom meningkat.

2. Bagi Desa

Diharapkan agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi mengenai

dukungan keluarga dan pengetahuan suami dalam penggunaan alat

kontrasepsi kondom di Desa Peusing Kecamatan Jalaksana Kabupaten

Kuningan.

3. Bagi Program Studi DIII Kebidanan

Diharapkan agar dapat dijadikan bahan informasi dan bahan

referensi atau bacaan bagi peneliti lain dikemudian hari terutama untuk

48
49

meneliti hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini dan dijadikan

dasar pemikiran dalam penelitian lanjutan.

49
50

Anda mungkin juga menyukai