Anda di halaman 1dari 57

TUGAS PENELITIAN

DIVISI OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL

ANALISIS PENGETAHUAN UNMEET NEED KB


PADA BIDAN RSUD ULIN

Oleh :
dr. Wendy Thamrin
NIM. 1750912310003
dr. Zayed norwanto
NIM. 1850912310002

Pembimbing :
dr. Renny Aditya, M.Kes, Sp.OG, Subsp.OBGINSOS

DEPARTEMEN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


DIVISI OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL
FK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
RSUD ULIN BANJARMASIN
2022

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan dari 17 tujuan SDGs adalah menjamin kesehatan dan mendorong
kesejahteraan bagi semua lapisan usia. Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan
meningkatkan derajat kesehatan wanita, banyak negara mengimplementasikan program untuk
menurunkan angka unmet need, menyediakan pelayanan kehamilan dan memastikan persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Hal ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk mencapai tujuan SDGs tersebut.1 Prevalensi penggunaan kontrasepsi yang digunakan
oleh wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun meningkat secara global dari 55% menjadi
64% pada tahun 2012. Sedangkan angka unmet need turun relatif tidak signifikan sejak tahun
1990 hingga tahun 2012 yakni sebesar 3% dari 15% menjadi 12%. Angka ini lebih tinggi yakni
22% di negara berkembang. Setidaknya satu dari 10 Pasangan Usia Subur (PUS) di sebagian
besar negara di dunia adalah unmet need. Di Afrika, 23,2% wanita mengalami unmet need KB
untuk kontrasepsi modern. Sedangkan prevalensi kontrasepsi di Asia, Amerika Latin, dan
Karibia masih relatif tinggi dengan jumlah unmet need masing-masing yaitu 10,9% dan
10,4%.2
Pemberian pelayanan alat kontrasepsi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas keluarga. Selama dua dasawarsa, pelayanan kontrasepsi dalam
pembangunan KB di Indonesia telah memperoleh hasil yang cukup menggembirakan.
Berdasarkan data dari SDKI 2007 program KB dinyatakan berhasil. Hal tersebut ditandai
dengan meningkatnya prevalensi penggunaan metode kontrasepsi oleh Wanita Usia Subur
(WUS), yaitu sebesar 57,4% pada tahun 2003 menjadi 61,4% pada tahun 2007.
Unmet need merupakan kelompok wanita yang sebenarnya sudah tidak ingin mempunyai
anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun tidak
menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Secara sederhana unmet need
didefinisikan sebagai adanya kebutuhan dari masyarakat yang ingin melaksanakan program KB
tetapi keinginan mereka dalam menjalankan program tersebut tidak terpenuhi. Tingginya angka
unmet need merupakan fenomena kependudukan yang menjadi satu aspek yang penting dan
perlu diperhatikan dalam pembangunan gerakan keluarga berencana pada masa mendatang.3

1
Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), unmet need menyumbang 75% penyebab kematian ibu di Indonesia dan
mempengaruhi angka pertumbuhan penduduk. Kecenderungan tingginya angka unmet need
menjadi fokus pemerintah karena memberi pengaruh pula terhadap program KB. Angka unmet
need yang tinggi menjadi penyebab tingginya Total Fertility Rate (TFR) dan kehamilan tidak
diinginkan (unwanted pregnancy). Unmet need akan berdampak pada aborsi karena adanya
unwanted pregnancy, jarak hamil terlalu dekat, melahirkan terlalu banyak maupun komplikasi
penyakit selama kehamilan, kesulitan saat persalinan, dan komplikasi masa nifas. Angka
penggunaan kontrasepsi dan unmet need diproyeksikan bisa relatif stabil di seluruh dunia
antara tahun 2015 hingga 2030. Angka unmet need diproyeksikan akan meningkat dari 142 juta
di tahun 2015 menjadi 143 juta di tahun 2030.
Program KB di Indonesia telah diakui secara nasional dan internasional sebagai salah
satu program yang telah berhasil menurunkan angka fertilitas secara nyata. Berdasarkan data
SDKI 2007, diketahui bahwa jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu selama masa reproduksinya
(Total Fertility Rate) sebesar 2,6 kemudian pada tahun 2012 tetap pada angka tersebut.
Meskipun hal tersebut belum mencapai target yang telah dicanangkan pada Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 menurun menjadi 2,1. Selama dua dasawarsa,
pelayanan kontrasepsi dalam pembangunan KB di Indonesia telah memperoleh hasil yang
cukup menggembirakan. Berdasarkan data dari SDKI 2007 program KB dinyatakan berhasil.
Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya prevalensi penggunaan metode kontrasepsi oleh
Wanita Usia Subur (WUS), yaitu sebesar 57,4% pada tahun 2003 menjadi 61,4% pada tahun
2007.
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang ingin menunda kehamilan atau tidak
menginginkan tambahan anak tetapi tidak ber-KB meningkat dari 8,6% SDKI 2003 menjadi
9,1 % SDKI 2007, dan kembali meningkat menjadi 11% di tahun 2012, dimana diharapkan
pada akhir tahun 2014 dapat diturunkan menjadi sebesar 5%. Akan tetapi pada 2015 masih
tetap 11%. Persentase PUS yang merupakan kelompok unmet need di Indonesia sebesar 12,7%.
Dari seluruh PUS yang memutuskan tidak memanfaatkan program KB, sebanyak 6,15%
beralasan ingin menunda memiliki anak, dan sebanyak 6,55% beralasan tidak ingin memiliki
anak lagi. Total angka unmet need tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014
yang sebesar 14,87%.

2
Penurunan angka unmet need pada tingkat nasional tidak diikuti oleh penurunan angka
unmet need tingkat provinsi. DI Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan angka
unmet need tinggi. Presentase terbesar di Kota Yogyakarta dengan 10,47% pada tahun 2015
dan meningkat pula pada tahun 2016 yaitu sebesar 11,4% atau sebanyak 5.067 PUS dengan
rincian Ingin Anak Tunda (IAT) sejumlah 2.023 PUS dan Tidak Ingin Anak Lagi (TIAL)
sejumlah 3.044 PUS. Selain itu, Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Kota Yogyakarta
adalah 73,6% di bawah rata-rata provinsi yaitu 78,6% sedangkan capaian KB baru di wilayah
Kota Yogyakarta cenderung paling rendah di antara kabupaten lain di DIY yakni 52,04%.
Capaian ini tidak sejalan dengan pelayanan kontrasepsi yang ditanggung oleh Jaminan
Kesehatan Nasional dan banyaknya bakti sosial pemasangan IUD maupun implant gratis yang
dilakukan oleh Ikatan Bidan Indonesia tingkat ranting maupun tingkat cabang.
Penelitian yang dilakukan di Gorontalo, faktor yang berpengaruh secara signifikan
terhadap unmet need adalah umur, pendidikan, pendapatan, kegagalan ber-KB, dan jumlah
anak.9 Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan di Pontianak (2014) faktor pengetahuan
istri dan dukungan suami memilliki hubungan bermakna tehadap kejadan unmet need KB.10
Sedangkan dari literatur studi yang dilakukan terhadap SDKI 2012 diketahui bahwa faktor
karakteristik demografi, sosial ekonomi, pendidikan, budaya, dan akses menjadi faktor
determinan unmet need di Indonesia. Selain itu, faktor yang paling mempengaruhi tidak
terpenuhinya kebutuhan ber-KB (unmet need KB) yaitu persepsi efek samping dalam
menggunakan KB, dukungan suami yang relative kurang, agama yang dianut, serta adanya
pengalaman negatif dengan pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya.
Tingkat pengetahuan dan Pendidikan ibu, merupakan salah satu faktor paling
berpengaruh dalam kejadian unmet need KB. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal,
termasuk keikutsertaan dalam program KB. Hal ini disebabkan oleh seseorang yang
berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata
cara kehidupan baru (BKKBN, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan Wahab (2014) di
Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara ditemukan bahwa pengetahuan
berperan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Semakin tinggi
pengetahuan ibu, semakin tinggi pula perannya dalam penggunaan kontrasepsi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Husnah (2011) di Kota Makassar menyimpulkan
bahwa ada hubungan antara penerimaan informasi KB dengan unmet need KB. Semakin

3
banyak informasi yang diperoleh mengenai alat kontrasepsi, maka semakin besar pula
kecenderungan wanita untuk memakai alat kontrasepsi. Hasil penelitian yang dilakukan
Katulistiwa dkk. (2013) di Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso menemukan bahwa
wanita yang menikah pada umur 20-29 tahun berisiko 1,2 kali lebih besar untuk mengalami
unmet need KB dibandingkan dengan yang menikah umur <20 tahun. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Iswarti (2009) di Indonesia, diketahui bahwa kunjungan Petugas Lapangan KB
(PLKB) dalam 6 bulan terakhir berpengaruh secara signifikan terhadap kesertaan penggunaan
alat kontrasepsi.
Berdasarkan beberapa hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul,
“Analisis Pengetahuan Unmet Need KB pada Bidan RSUD Ulin”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian yaitu
bagaimana tingkat pengetahuan Unmet Need KB pada bidan RSUD Ulin?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganalisis tingkat pengetahuan Unmet need KB pada bidan RSUD Ulin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui profil bidan RSUD Ulin
b. Mengetahui karakteristik pengetahuan Unmeet need KB pada bidan RSUD Ulin
c. Melakukan analisis usia terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada bidan RSUD
Ulin.
d. Melakukan analisis pendidikan terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada bidan
RSUD Ulin
e. Melakukan analisis posisi bidan terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada bidan
RSUD Ulin
f. Melakukan analisis lama bekerja terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada bidan
RSUD Ulin
g. Melakukan analisis golongan terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada bidan
RSUD Ulin

4
h. Melakukan analisis pangkat terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada bidan
RSUD Ulin
i. Melakukan analisis pendapatan terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada bidan
RSUD Ulin
j. Melakukan analisis Riwayat KB terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada bidan
RSUD Ulin
k. Melakukan analisis sumber informasi terhadap pengetahuan Unmet Need KB pada
bidan RSUD Ulin

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Mengetahui tingkat pengetahuan Unmeet need KB pada bidan RSUD Ulin dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Sehingga bisa dilakukan intervensi peningkatan
pengetahuan berdasarkan faktor dominan yang mempengaruhi. Agar pelayanan KB bisa
dioptimalkan.
2. Manfaat Keilmuan
Meningkatkan khazanah tentang karakteristik pengetahuan Unmeet need KB dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi khusus nya pada bidan RSUD Ulin.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Menjadi penelitian dasar untuk mencari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan Unmeet need KB pada bidan RSUD Ulin.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)


Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(BKKBN, 2007).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh
pemerintah Indonesia untuk mengontrol jumlah populasi rakyat Indonesia yang semakin
meledak. KB adalah usaha untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk
dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah
ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan
kehamilan dan perencanaan keluarga. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health
Organization) Expert Committe 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami atau istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga Berencana memiliki tujuan umum dan khusus, yakni:
a. Tujuan Umum
1. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia
dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
2. Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi
terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pertumbuhan penduduk Indonesia.

b. Tujuan Khusus
1. Pengaturan kelahiran

6
Upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia ideal,
memiliki jumlah anak, dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan
cara, alat, atau obat kontrasepsi.
2. Pendewasaan usia perkawinan
Upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia
minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.
Pendewasaan usia perkawinan bukan sekadar menunda sampai usia tertentu saja tetapi
mengusahakan agar kehamilan pertama pun terjadi pada usia yang cukup dewasa.
3. Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
Membentuk keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat,
tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan, dan produktif dari segi ekonomi.
4. Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
Upaya untuk membantu seseorang apabila kehamilannya dapat membahayakan ibu
seperti terjadi komplikasi yang dialami ibu.
5. Menjarangkan kehamilan
Upaya untuk membantu pasangan suami istri dalam mengatur jarak setelah kelahiran
anak pertama dengan anak kedua.
6. Membatasi jumlah anak
Upaya untuk membantu pasangan suami istri untuk membatasi jumlah anak dengan
menghentikan kehamilan apabila anak dirasa sudah cukup.

Program Keluarga Berencana memiliki beberapa manfaat, yaitu:


1. Mencegah kehamilan terlalu dini
Perempuan yang usianya belum mencapai 20 tahun memiliki risiko yang berbahaya
apabila hamil karena fungsi organ dalam tubuh belum siap apabila terjadi kehamilan.
2. Mencegah kehamilan terlalu telat
Perempuan yang usianya sudah terlalu tua atau di atas usia 35 tahun memiliki risiko
tinggi apabila terjadi kehamilan, terutama pada perempuan yang sudah sering melahirkan.
3. Mencegah kehamilan-kehamilan yang terlalu berdesakan jaraknya

7
Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh perempuan.
Apabila seseorang belum pulih dari satu persalinan tetapi sudah hamil lagi, tubuhnya tidak
sempat memulihkan kekuatan dan berbagai masalah bahkan dapat menyebabkan kematian.

4. Mencegah terlalu sering hamil dan melahirkan


Perempuan memiliki banyak risiko apabila sudah memiliki anak lebih dari empat.
Bahaya yang akan ditimbulkan apabila tejadi kehamilan kembali maka akan menyebabkan
perdarahan dan lain-lain.

Adapun sasaran Program Keluarga Berencana dapat dibagi menjadi:


a. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya antara 15-49 tahun. Karena
kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan
seksual dapat mengakibatkan kehamilan, PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB
yang aktif lestari sehingga memberikan efek langsung penurunan fertilitas.
b. Sasaran Tidak Langsung
1. Kelompok remaja 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk
menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang berisiko
untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berupaya promotif dan preventif untuk
mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
2. Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan dapat memberikan
dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.
3. Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.

B. Pasangan Usia Subur (PUS)


Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15
sampai dengan 49 tahun atau pasangan suami istri yang istri berumur kurang dari 15 tahun dan
sudah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun, tetapi masih haid (datang bulan). PUS yang
menjadi peserta KB adalah pasangan usia subur yang suami/istrinya sedang memakai atau

8
menggunakan salah satu alat atau cara kontrasepsi modern pada tahun pelaksanaan pendataan
keluarga.

C. Unmeet Need Keluarga Berencana


Unmet need merupakan proporsi wanita kawin yang dilaporkan mempunyai seluruh anak
yang diinginkan maupun tidak diinginkan akan tetapi tidak menggunakan kontrasepsi,
walaupun mereka tidak terlindungi dari risiko kehamilan. Berdasarkan pada konsep Westoff,
menguraikan timbulnya unmet need ketika wanita tidak menggunakan kontrasepsi, sanggup
memahami secara fisiologi yaitu tidak terlindungi dari risiko kehamilan. Unmet need
didefinisikan sebagai kelompok yang sebenarnya sudah tidak ingin punya anak lagi atau ingin
menjarangkan kehamilannya sampai dengan 2 tahun namun tidak menggunakan alat
kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya.
Unmet need KB adalah wanita yang membutuhkan KB tetapi tidak terpenuhi. Pasangan
Usia Subur (PUS) bukan peserta KB yang ingin menunda untuk memiliki anak selama dua
tahun lebih dan tidak ingin memiliki anak lagi merupakan sasaran pelayanan KB yang belum
terlayani. Kebutuhan KB adalah jumlah prevalensi kontrasepsi (termasuk wanita yang sedang
hamil dan yang kelahiran terakhirnya disebabkan kegagalan kontrasepsi dan kebutuhan yang
tidak terpenuhi.
1. Kategori Unmet Need Keluarga Berencana
Manifestasi unmet need KB menurut Haryanti (1993) dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a. Wanita menikah usia subur dan tidak hamil, menyatakan tidak ingin mempunyai
anak lagi dan tidak memakai alat kontrasepsi seperti IUD, pil, suntikan, implant, obat vaginal
dan kontrasepsi mantap untuk suami atau dirinya sendiri.
b. Wanita menikah usia subur dan tidak hamil, menyatakan ingin menunda kehamilan
berikutnya dan tidak menggunakan alat kontrasepsi sebagaimana tersebut di atas.
c. Wanita yang sedang hamil dan kehamilan tersebut tidak dikehendaki lagi serta
pada waktu sebelum hamil tidak menggunakan alat kontrasepsi.
d. Wanita yang sedang hamil dan terjadi kehamilan tersebut tidak sesuai dengan
waktu yang dikehendaki dan sebelum hamil tidak menggunakan alat kontrasepsi.
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Unmet Need
a. Faktor predisposing (Predispossing factors)

9
Faktor predisposisi ini meliputi umur, pendapatan, pendidikan, jumlah anak,
pengetahuan, sikap yaitu meliputi:
1) Umur
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) (Hoetomo,
2005). Umur adalah usia yang menjadi indikator dalam kedewasaan di setiap pengambilan
keputusan untuk melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya. Umur
seseorang akan memengaruhi perilaku sedemikian besar, karena semakin lanjut umurnya,
maka semakin lebih bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti dari usia
muda. Hubungan antara umur dengan kejadian unmet need dilaporkan oleh Weinstein bahwa
pada Kyrgistan Demmografi and Health Survey ditemukan, umur berhubungan dengan
kejadian unmet need KB untuk pembatasan kelahiran (limiting need), sedangkan penjarangan
(spacing) tidak terdapat hubungan (Weistein,1998). Mawajdeh (1997) pada Jordan Population
and Family Planning Health Survey (JPFPHS) menemukan kejadian unmet need KB pada
umur dengan kategori muda (<20) dan tua (>35) lebih tinggi dibandingkan dengan umur
dengan kategori 25-30 tahun.

2) Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga. Pendapatan
berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur
membawa dampak positif bagi keluarga karena seluruh kebutuhan sandang, pangan, papan dan
transportasi serta kesehatan dapat terpenuhi. Akan tetapi tidak demikian dengan keluarga yang
pendapatannya rendah, mereka akan cenderung mengakibatkan keluarga mengalami
kekurangan dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya yang salah satunya adalah
pemeliharaan kesehatan.

3) Pendidikan
Pendidikan juga memengaruhi pola berpikir seseorang terhadap adat kebiasaan, dengan
pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru
seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginan terhadapat jenis kelamin tertentu.
Pendidikan juga dapat meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati
bila dia mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung

10
membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah.
Survey Demografi dan Kesehatan (DHS) yang dilakukan di Benin Afrika Barat
ditemukan bahwa kejadian Unmet Need ditemukan tinggi pada wanita dengan latar pendidikan
rendah.

4) Jumlah anak
Jumlah anak adalah banyaknya hitungan anak yang dimiliki. Jumlah anak menuju pada
kecenderungan dalam membentuk besar keluarga yang diinginkan. Dengan demikian, besar
keluarga akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah anak, karena setiap keluarga
berupaya untuk mencapai jumlah anak dengan menggunakan caranya sendiri.
Menurut Hasil studi Usman pada tahun 2013, diketahui bahwa unmet need KB dengan
variabel umur, pendapatan, kegagalan alat kontrasepsi sebelumnya dan jumlah anak secara
bersama-sama berpengaruh terhadap unmet need KB yang dapat menyebabkan kejadian
kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kejadian unmet need KB
sebagai faktor independen tidak dapat berdiri sendiri dalam memengaruhi kejadian kehamilan
yang tidak diinginkan. Ibu yang mengalami kejadian unmet need KB dapat memengaruhi
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga ibu yang unmet need KB bisa saja
mendapatkan anak yang tidak diinginkan sehingga besar kemungkinan dia akan melakukan
aborsi.

5) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas seorang untuk memperoleh penghasilan, guna
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dimana pekerjaan tersebut sangat erat dengan
kehidupan sehari-hari dalam memenuhi hidup. Haryanto menyatakan dalam hal status
pekerjaan ibu, ternyata ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang menjadi unmet need lebih
besar dibandingkan ibu yang bekerja.
b. Faktor pendorong (reinforcing factors)

Faktor pendorong yaitu dukungan suami. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
pemerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

11
Persetujuan suami merupakan salah satu variabel sosial budaya yang sangat berpengaruh
terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wanita sebagai istri secara khusus, dan di
dalam keluarga secara umumnya. Budaya patrilinieal yang menjadikan pria sebagai kepala
keluarga banyak dianut sebagain besar pola keluarga di dunia menjadikan referensi suami
terhadap fertilitas dan pandangan serta pengetahuannya terhadap program KB akan sangat
berpengaruh terhadap keputusan di dalam keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB
tertentu. Sehingga di dalam beberapa penelitian, variabel penolakan atau persetujuan dari
suami terbukti berpengaruh terhadap kejadian unmet need dalam rumah tangga.

BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

12
Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian.14, 37

13
Penjelasan Kerangka Teori

Berbagai faktor seperti usia, tingkat pendidikan, status ekonomi keluarga,

pengetahuan dan jabatan pekerjaan secara teori berpengaruh terhadap

pengetahuan unmeet need KB.9

Keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi akan cenderung memiliki

informasi yang sedikit mengenai kontrasepsi. Secara teori mengatakan semakin

baik status ekonomi makan akan semakin banyak informasi yang diperoleh

mengenai unmeet need KB.

Pasangan yang mempunyai pekerjaan dan mampu menghasilkan uang untuk

memenuhi kebutuhannya akan mendorong mereka untuk mencari informasi yang

banyak sehingga meningkatkan kepatuhan mereka untuk menggunakan KB.

Pengetahuan mempengaruhi kemampuan bidan dalam memberi tahu dan

dapat meyakinkan memilih kontrasepsi yang akan digunakan, banyak akses

pengetahuan yang bisa didapatkan tentang cara dan pemilihan kontrasepsi.

14
3.2 Kerangka Konsep

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

15
Penjelasan Kerangka Konsep

Setiap faktor risiko memiliki pengaruh yang berbeda-beda bahkan tidak

hanya berdiri sendiri dalam mempengaruhi peningkatan pengetahuan unmeet need

KB untuk bidan RSUD Ulin, hal ini dikarenakan kondisi setiap bidan berbeda

pada daerah dengan sosial, ekonomi dan budaya yang tertentu.9

Tingkat pendidikan yang rendah dan kesulitan ekonomi keluarga menjadi

faktor yang mempengaruhi, keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi

cenderung tidak sempat untuk memikirkan dan meningkatkan pengetahuan

tentang unmeet need KB.11,15

Pengetahuan yang rendah tentang syarat dan keuntungan menggunakan

kontrasepsi mengakibatkan pasangan tidak mengetahui manfaat dalam

penggunaan kontraspsi.26

Pasangan yang memiliki pekerjaan lebih merasa mapan dan mendorong

mereka untuk memikirkan menggunakan kontrasepsi untuk menjaga jarak

kehamilan. Usia ibu, jarak kehamilan, dan usia anak terakhir merupakan faktor

risiko yang membuat pasangan memikirkan kontrasepsi yang akan digunakan.14

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan bermakna usia terhadap pengetahuan unmeet need KB

16
bidan RSUD Ulin Banjarmasin

2. Terdapat perbedaan bermakna pendidikan ekonomi terhadap

pengetahuan unmeet need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

3. Terdapat perbedaan bermakna posisi bidan terhadap pengetahuan unmeet

need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

4. Terdapat perbedaan bermakna lama bekerja terhadap pengetahuan unmeet

need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

5. Terdapat perbedaan bermakna golongan terhadap pengetahuan unmeet need

KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

6. Terdapat perbedaan bermakna pangkat terhadap pengetahuan unmeet need

KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

7. Terdapat perbedaan bermakna pendapatan terhadap pengetahuan unmeet need

KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

8. Terdapat perbedaan bermakna sumber informasi KB terhadap pengetahuan

unmeet need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

9. Terdapat perbedaan bermakna Riwayat KB terhadap pengetahuan unmeet

need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

17
4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah bidan RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel

pada penelitian ini diambil menggunakan teknik total sampling. Sampel pada

bidan RSUD Ulin Banjarmasin yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

dimasukkan hingga memenuhi jumlah sampel yang diperlukan.

18
Kriteria inklusi :

1. Usia bidan pada semua usia

2. Terdata di RSUD Ulin Banjarmasin

3. Bersedia untuk menjadi responden penelitian

Kriteria eksklusi pada seluruh responden adalah :

1. Bidan yang menolak mengikuti penelitian

4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan

isian data penelitian. Panduan isian data penelitian terdiri dari identitas pasien

dan suami yaitu nama, umur, alamat, suku, agama, pekerjaan, pendidikan, status

ekonomi, kuesioner.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.4.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan, posisi bidan,

lama bekerja, golongan, pangkat, pendapatan, sumber informasi KB dan

riwayat KB.

4.4.2 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan unmeet need KB

4.4.3 Variabel pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah :

a. Kejujuran responden, dikendalikan dengan melakukan pemanduan dalam

19
mengisi kuesioner melalui wawancara terarah

4.5 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Jenis Skala


Data
Tingkat Jenjang pendidikan terakhir Kategorik  Sedang
Pendidikan yang dijalani oleh bidan  Tinggi

Pendapatan Pendapatan bulanan bidan Kategorik  Sedang : < UMR


diukur dari upah minimum  Tinggi : > UMR
regional (UMR)
Banjarmasin tahun
2021 yaitu Rp. 2.877.448,-
Posisi bidan Kegiatan pekerjaan sehari- Kategorik  Poli
hari  Perawatan

Golongan Jenjang karir dalam strata Kategorik  Sedang ( BLUD,


pegawai di Indonesia CPNS dan Gol II)
 Tinggi ( Gol III
dan IV)
Pangkat Jenjang karir dalam strata Kategorik  Sedang (Bidan
pegawai di Indonesia terampil)
 Tinggi (Bidan ahli)
Usia Usia dari bidan Kategorik  <30 tahun
 >30 tahun

Lama bekerja Pengalaman bidan bekerja Kategorik  < 5 tahun


 > 5 tahun

Sumber Sumber informasi bidan Kategorik  Buku


informasi tentang unmet need KB  Media Sosial

Riwayat KB Riwayat penggunaan KB Kategorik  Pernah


oleh bidan bersangkutan  Tidak pernah

Pengetahuan Kemampuan responden kategorik  Baik (persentase


tentang unmeet menjawab kuesioner nilai akhir > 70%)
need KB tentang unmeet need KB  Kurang
(persentase nilai
akhir <70%)

20
4.6 Prosedur Penelitian

4.6.1 Pra Survei

Pra Survei dilakukan pada bulan Juli 2022 untuk melihat jumlah kasus

kehamilan remaja, selanjutnya mengurus perizinan untuk melakukan penelitian

kepada bagian etik dan penelitian RSUD Ulin Banjarmasin.

4.6.2 Pelaksanaan penelitian

Data penelitian diambil dari wawancara terarah menggunakan kuesioner oleh

peneliti kepada bidan yang bertugas di RSUD Ulin Banjarmasin. Pelaksanaan

penelitian pada bulan Agustus 2022.

4.7 Alur Penelitian

BIdan yang bertugas di RSUD Ulin Banjarmasin

Menikah Tidak menikah

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi & eksklusi

Kuesioner : Tingkat Pendidikan, Status Ekonomi, usia ibu, Pekerjaan,


dan Riwayat KB

Pengaruh tiap faktor dan faktor yang paling


berpengaruh terhadap pengetahuan
unmeet need KB

Gambar 4.1 Alur Penelit


21
4.8 Teknik pengumpulan dan Pengolahan Data

Jenis Data Penelitian ini menggunakan data primer yang

diperoleh langsung dari responden. Teknik Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan metode triangulasi yaitu observasi,

wawancara mendalam dan melihat kebenaran data dari rekam medik.

Pengolahan data menggunakan program SPSS.

4.9 Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan diolah dalam program

pengolah data di komputer. Analisis univariat dilakukan antara

variabel bebas dan variabel terikat secara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya.

Pada tahap selanjutnya dilakukan Analisis bivariat untuk

menilai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan

analisis chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan p-value

kurang dari 0,05 untuk menunjukkan pengaruh yang bermakna.

Tahap selanjutnya dilakukan analisis multivariat menggunakan

uji statistik Regresi Logistik Ganda untuk mengetahui variabel bebas

yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel terikat.

4.10 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Ulin Banjarmasin

menggunakan kuesioner pada pasangan yang datang yang datang.

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2022.


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Analisis Univariat

Didapatkan jumlah responden sebanyak 52 orang yang telah menjawab kuesioner


yaitu usia 23 tahun adalah yang terbanyak sebesar 8 orang, 34 tahun sebanyak 3
orang, kelompok umur 26 thn, 30 thn, 31 thn, 44 thn, 46 thn sebanyak 2 orang dan
umur yang lain tersebar merata

22
Sebanyak 84,6% kelompok bidan yang telah menikah dan 15,4% yang belum
menikah

Sebanyak 71,2% kelompok bidan terbanyak yang memiliki Pendidikan DIII,


disusul 19,2% kelompok bidan Pendidikan S1, sebanyak 7,7% kelompok bidan
Pendidikan DIV dan sisanya 1,9% kelompok bidan yang tingkat pendidikannya
S2.

23
Sebanyak 5,8% kelompok bidan dengan jabatan kepala dan sisanya 94,2%
kelompok bidan dengan jabatan staf.

Kelompok bidan dari bangsal merupakan yang terbanyak sebesar 44,2%, diikuti
kelompok bidan dari poli sebanyak 28,8%, kelompok bidan dari VK sebesar
23,3% dan kelompok bidan dari OK sebesar 3,8%.

24
Kelompok bidan dengan pengalaman bekerja >5 tahun adalah yang terbanyak
dengan persentase 61,5% dan kelompok bidan dengan pengalaman bekerja <5
tahun yaitu 38,5%

Pegawai BLUD sebanyak 4 orang(7,69%), pegawai CPNS 1 orang(1,92%),


pegawai golongan II sebanyak 11 orang(21,15%), pegawai golongan III sebanyak
28 orang(52,84%) dan sisanya golongan IV sebanyak 8 orang(15,38%).
25
Jabatan Fungsional kategori keterampilan : bidan terampil, mahir, penyelia
Jabatan Fungsional kategori keahlian : bidan ahli pertama, muda, madya, dan
utama

Bidan mahir (IIIa-IIIb) : 5 orang


Bidan penyelia (IIIb-IIIc) : 17 orang
Bidan pelaksana pemula : 13 orang
Bidan pelaksana lanjutan: 6 orang
Bidan penyelia : 11 orang

26
Sebanyak 34,6% responden yaitu 18 orang dan penghasilan di atas UMR 65,4%

Pendapatan suami <UMR sebanyak 21 orang(40,4%) dan pendapatan >UMR


sebanyak 31 orang (59,6%)

27
Riwayat menggunakan KB :
Belum pernah KB sebanyak 14 orang
Kondom sebanyak 1 orang
PIL KB sebanyak 12 orang
KB suntik 1 bulan sebanyak 2 orang
KB suntik 3 Bulan sebanyak 13 orang
Implan sebanyak 2 orang
IUD sebanyak 8 orang
Steril sebanyak 5 orang

28
Sumber informasi bagi bidan pengetahuan tentang : 63,5% sebesar sosial media
sebesar 26,9% dan jurnal sebesar 9,6%

29
5.1.2 Analisis Bivariat

30
Pada penelitian didapatkan bahwa variable lama bekerja memiliki hubungan
terhadap pengetahuan unmet need dengan p-value 0.041. Hal tersebut menyatakan
adanya pengaruh lama bekerja terhadap pengetahuan mengenai unmeet need.
Pada bidan dengan masa kerja kurang dari 5 tahun mendapat nilai yang lebih
tinggi dibandingkan bidan dengan lama kerja lebih dari 5 tahun. Masa kerja
adalah jangka waktu seseorang dalam bekerja (pada satu kantor, badan dan
sebagainya). Semakin lama seseorang bekerja maka semakin terampil dan makin
berpengalaman pula dalam melaksanakan pekerjaan. Masa kerja merupakan faktor
individu yang berhubungan dengan perilaku dan persepsi individu yang
mempengaruhi kompetensi individu, misalnya seseorang yang lebih lama bekerja
akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal promosi, hal ini berkaitan erat
dengan apa yang disebut senioritas. Lama bekerja juga dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Seseorang yang lebih lama bekerja maka akan lebih
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang didapat dengan mengikuti pelatihan
dan seminar yang lebih banyak dibandingkan dengan bidan dengan lama kerja
yang lebih sedikit. Pelatihan dan seminar yang diikuti menjadi salah satu upaya
untuk mengembangkan kemampuan teoritis dan keterampialn dalam melakukan
pekerjaan. Perbedaan banyaknya pelatihan yang diikuti juga dapat berpengaruh
terhadap pengetahuan dari bidan dengan lama kerja > 5 tahun. Hal ini juga akan
berhubungan dengan daya tangkap dan ingatan terhadap suatu materi, media, atau
buku. Namun semakin lama seseorang bekerja dapat mempengaruhi dari daya
ingat dan cara kerja yang lebih berfokus pada satu hal sehingga dapat
menyebabkan bidan dengan lama kerja lebih dari 5 tahun kurang mengetahui
mengenai unmet need.26
Pada penelitian didapatkan bahwa variable umur tidak memiliki hubungan
terhadap pengetahuan dengan p-value 0,629. Pada penelitian didapatkan hasil
bahwa kelompok umur dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu umur <30 tahun
dan >30 tahun. Pada penelitian ini didapatkan pada umur <30 atau >30 tahun tidak
terdapat hubungan berkaitan dengan pengetahuan unmet need. Hal ini
dikarenakan bahwa tidak ada rumusan umur yang spesifik terhadap pengetahuan
unmet need KB. Pada kelompok umur yang lebih tua dapat memiliki pemikiran
31
bahwa adanya asumsi yang salah mengenai fertilitas, yaitu semakin tua umur
seseorang maka akan semakin kecil atau menurun risiko seseorang tersebut
sejalan dengan argumen yang menyebutkan bahwa terjadinya unmet need KB
dikarenakan adanya persepsi yang salah terhadap kemampuan untuk hamil.26
Pada penelitian didapatkan bahwa variable pendidikan tidak memiliki
hubungan terhadap pengetahuan unmet need dengan p-value 0,404. Mayoritas
Pendidikan dari bidan adalah DIII sebanyak 71,2%, disusul dengan Pendidikan S1
sebanyak 19,2%. Pada bidan dengan pendidikan sedang maupun tinggi tidak
menunjukkan hubungan yang berarti terhadap pengetahuan. Hal ini berbeda
dengan teori dimana dikatakan bahwa kinerja dari seorang tenaga Kesehatan juga
berdampak pada hasil dari program kerja yang dilaksanankan. Pendidikan akan
berpengaruh terhadap pemikiran dan cara pandang saat bertindak dan mengambil
keputusan yang terkait dengan permasalahan KB dimasyarakat, walau
berpendidikan sedang hal tersebut tidak dapat menjadikan acuan terhadap
pengetahuan seseorang. Hal tersebut dikarenakan bertambahnya pengetahuan
tidak hanya berasal dari pendidikan formal namun dapat ditambah dengan
Pendidikan noformal sehingga seseorang berpendidikan sedang atau rendah dapat
memiliki pengetahuan yang setara. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Fatimah (2017) yang menyatakan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan unmet need dikarenakan seseorang sudah mengetahui pengetahuan
bagaimana cara mencegah kehamilan secara alami. 27,28
Pada penelitian didapatkan bahwa variable posisi bidan, golongan
pekerjaan, pangkat tidak memiliki hubungan terhadap pengetahuan unmeet need.
Jabatan bidan terbanyak adalah sebagai staff dengan jumlah 94.2% dan sisanya
memiliki jabatan kepala sebanyak 5,8%. Berdasarkan posisi kelompok bidan
terbanyak adalah bangsal dengan persentasi 44,2%, diikuti bidan dari poli 28,8%,
bidan dari VK 23,3% dan bidan dari OK 3,8%. Berdasarkan golongan posisi
terbanyak adalah pegawai golongan III dengan jumlah 52,84%, golongan IV
15,38% dan yang paling sedinkit adalah pegawai CPNS 1,92%. Berdasarkan
jabatan terbanyak adalah dengan pangkat bidan penyelia (IIIb-IIIc) berjumlah 17
orang dan yang paling sedikit adalah bidan mahir (IIIa-IIIb) berjumlah 5 orang.
32
Pada bidan yang bekerja dipoli maupun diruang perawatan dengan pangkat,
jabatan dan golongan yang tinggi maupun sedang menunjukkan tidak adanya
hubungan terhadap pengetahuan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
perbedaan pasien yang diatasi dan juga kelebihan pelatihan yang diberikan kepada
setiap bidan. Pada bidan memiliki kesetaraan terhadap, kesejahteraan sehingga
tidak memiliki kelebihan tertentu terhadap pengetahuan mengenai unmet need.29
Pendapatan merupakan hasil/upah/gaji yang diterima seseorang atas
kegiatan yang dilakukan. Jumlah pendapatan yang diterima oleh keluarga
merupakan tolak ukur kesejahteraan keluarga. Semakin tinggi pendapatan
keluarga maka semakin sejahtera keluarga tersebut sehingga dapat memenuhi
pengetahuan mengenai penggunaan kb dibandingkan dengan keluarga yang
memiliki pendapatan rendah. Berdasarkan dari penelitian didapatkan bahwa
sebanyak 34,6% responden memiliki penghasilan dibawah UMR dan berdasarkan
pendapatan suami terdapat 40,4% yang memiliki penghasilan kurang dari UMR.
Berdasarkan dari akumulasi tersebut didapatkan bahwa variable pendapatan tidak
memiliki hubungan terhadap pengetahuan unmet need dengan p-value 0,414. Hal
ini sejalan dengan penelitian Stesia (2017) yang memperoleh nilai p=0,797, yang
menyatakan bahwa pendapatan keluarga tidak berhubungan dengan pengetahuan
unmet need. Hal ini dikarenakan pendapatan tidak berpengaruh secara langsung
terhadap tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
Kesehatan seseorang, karena terdapat berbagai hal lain yang dapat menunjang
pengetahuan dari seseorang, sehingga tidak semua orang dengan pendapatan baik
akan berpengetahuan yang baik. Hal ini berbeda dengan penelitian Usman (2013)
yang menemukan adanya hubungan pendapatan dengan pengetahuan unmet need.
Seseorang dengan pendapatan yang cukup akan mempengaruhi seseorang untuk
memanfaatkan layanan kesehatan.30
Sumber informasi merupakan sesuatu yang diperoleh dari melihat, membaca
dan mendengar yang menjadi pertimbangan dalam pemanfaatan metode
kontrasepsi jangka panjang. Dengan sumber informasi yang didapatkan bisa
menjadi acuan dalam memilih metode kontrasepsi yang akan digunakan,
semakin banyak sumber informasi yang didapatkan maka akan semakin
33
menambah kepercayaan diri seseorang dalam bertindak. Berdasarkan penelitian
didapatkan bahwa sumber informasi bagi bidan paling banyak adalah melalui
nuku sebesar 63,5%, social media sebesar 26,9% dan melalui jurnal sebesar 9,6%.
Pada penelitian didapatkan bahwa variable sumber informasi KB tidak memiliki
hubungan terhadap pengetahuan unmet need dengan p-value 0,982. Bidan dengan
sumber informasi KB melalui buku maupun medsos tidak memiliki perbedaan
terhadap pengetahuan unmet need. Hal ini disebabkan pengetahuan awal yang
dimiliki seorang bidan sehingga bidan telah mengetahui informasi yang telah
didapatkan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suseno (2011)
yang menyatakan bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan adalah
kemampuan petugas kesehatan dalam memberi pelayanan. informasi yang
didapatkan mengenai KB akan meningkatkan pengetahuan mengenai cara atau
alat kontrasepsi yang efektif dan risiko rendah sehingga petugas berusaha untuk
mencari sumber informasi terbaru dan terpercaya untuk mengetahui
perkembangan dari suatu pengetahuan.30,31
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa lebih banyak bidan yang belum
pernah menggunakan KB yaitu sebanyak 14 orang dan yang paling sedikit adalah
riwayat penggunaan KB dengan kondom. Pada penelitian didapatkan bahwa
variable riwayat KB tidak memiliki hubungan terhadap pengetahuan unmet need
dengan p-value 0,064. Riwayat penggunaan kontrasepsi tidak ada hubungan
dengan unmet need KB karena riwayat tersebut dimulai dari penggunaan alat
kontrasepsi yang kemudian mengakibatkan gangguan kesehatan seseorang.
Penggunaan kontrasepsi membuat perempuan lebih memahami dan bisa
mengambil tindakan yang tepat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan
yang timbul pada dirinya. Akan tetapi, saat ini telah banyak perempuan
yang lebih memilih untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan
kekhawatiran mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
alat kontrasepsi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sheree (2015)
yang menyatakan bahwa riwayat penggunaan kontrasepsi tidak memiliki
hubungan dengan unmeet need KB dengan nilai p value-0,716.32

34
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 Kesimpulan
1. Tidak ada perbedaan bermakna usia terhadap pengetahuan unmeet need
KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin
2. Tidak ada perbedaan bermakna pendidikan terhadap pengetahuan unmeet
need KB Bidan RSUD Ulin banjarmasin
3. Tidak ada perbedaan bermakna posisi bidan pekerjaan terhadap
pengetahuan unmeet need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin
4. Terdapat perbedaan bermakna lama bekerja terhadap pengetahuan unmeet
need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin
5. Tidak ada perbedaan bermakna golongan terhadap pengetahuan unmeet
need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin
6. Tidak ada perbedaan bermakna pangkat terhadap pengetahuan unmeet
need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin
7. Tidak ada perbedaan bermakna pendapatan terhadap pengetahuan unmeet
need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin
8. Tidak ada perbedaan bermakna sumber informasi KB terhadap
pengetahuan unmeet need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin
9. Tidak ada perbedaan bermakna Riwayat KB terhadap pengetahuan unmeet
need KB bidan RSUD Ulin Banjarmasin

35
6.2 Saran
1. Jumlah sampel diperbanyak
2. Pengambilan sampel diseragamkan dijadikan offline semua
3. Bagi bidan agar dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Pemberi layanan keluarga berencana perlu meningkatkan keterampilan
komunikasi saat memberikan layanan melalui kegiatan peningkatan
kapasitas bagi petugas penyedia dan pemberi layanan keluarga
berencana secara berkelanjutan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Assalis, H., (2015). Hubungan sosial budaya dengan pemilihan metode


kontrasepsi.Vol.6 no 2 Oktober 2015. Jurnal Kesehatan

Astuti, K. T., Sulastri, S. K., & Kes, M. (2016). Hubungan Antara Dukungan
Suami Dengan Pengetahuan Penggunaan Metode Operasi Wanita (Mow) Di Desa
Pentur Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta). di akses dari
http://eprints.ums.ac.id/44948/2/02.%20naskah%20publikasi.pdf

Azzahra, Muthi’ah., dkk. 2018. Determinan Unmet need KB pada Wanita


Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Gang Sehat Kota Pontianak.
Jurnal Cerebellum. Volume 4. Nomor 1. Februari 2018

Bawah, A.A., Asuming, P., Achana, S.F., Kanmiki, E.W., Awoonor-Williams,


J.K. and Phillips, J.F., 2019. Contraceptive use intentions and unmet need for
family planning among reproductive-aged women in the Upper East Region of
Ghana. Reproductive health, 16(1), p.26. Becker S., Becker F.F., and Yglesias
C.S. 2006. Husbands' and wives' reports of women's decision-making power in
Western Guatemala and their effects on preventive health behaviors. Soc Sci Med,
62(9): 2313–2326.

Bulto, G.A. 2018. Intention to Use and Factors Associated with Utilization of
Long Acting and Permanent Contraceptive Methods among Married Women of
Reproductive Age Group in Debre Markos Town, North West Ethiopia. Journal of
Health, Medicine and Nursing, Vol.46.

Chekole, M.K., Kahsay, Z.H., Medhanyie, A.A., Gebreslassie, M.A. and Bezabh,
A.M., 2019. Husbands’ involvement in family planning use and its associated
factors in pastoralist communities of Afar, Ethiopia. Reproductive health, 16(1),
p.33.

Desmiwarti, D., & Bachtiar, H. (2019). Evaluasi Kompetensi Bidan Dalam


Pemasangan Alat Kontrasepsi dalam Rahim Berdasarkan Umur, Pendidikan,
Pengalaman, Pemasangan dan Lama Praktik di Kota Padang. Padang. 3(1), 80-8

Dutta, G., Konjengbam, S., Sangma, C.M. and Singh, B. (2018) Unmet needs of
Contraception in an Urban Area of Manipur: A Cross- Sectional Study. Journal of
Dental and Medical Sciences, 17(6):59- 64.

El-Masry R et al. Unmet need for family planning among women in rural Egypt.
Int J Community Med Public Health. 2018 Apr;5(4):1252- 1261
37
Fatimah, S. (2017). Hubungan Kinerja Petugas Lapangan Keluarga Berencana dan
Jumlah Sarana Pelayanan KB dengan Cakupan Unmet Need KB di Kabupaten
Pekalongan (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Handayani, Fitri. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Unmet need Kb Di Desa Tr.Bangun Kabupaten Kampar. Jurnal Doppler
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Vol 1 No 2 (70-74).

Jidar, Maghfirah. 2018. Determinan Kejadian Unmet need Kb Pada Pasangan


Usia Subur (Pus) Di Sulawesi Selatan (Perbandingan Antara Wilayah Urban &
Rural). SKRIPSI. Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Marliana, Y., Garna, H., & Nugraha, G. (2013). Hubungan Pendidikan, Sumber
Informasi Metode Kontrasepsi, dan Dukungan Keluarga Dengan Penggunaan
Metode Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Berusia< 20 Tahun. Program Studi
Magister Kebidanan. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Maleche, D., Ochanda, D. and Arudo, M.J., 2019. A Comparative Analysis Of


Determinants Of Unmet need For Current Contraceptive Practice Among Women
Of Reproductive Age Living In Formal And Informal Settlements Of Eldoret
Town, Kenya. Journal of

Malqvist M., Jenny H., Margareta L., Ashish K.C. 2018. High levels of unmet
need for family planning in Nepal. Sexual & Reproductive Healthcare, 17(1-6).

Nanlohy, Stesia. Determinan Kejadian Unmet need Keluarga Berencana di


Kecamatan Panakkung Kota Makassar [skripsi]. Makassar: Universitas
Hasanuddin; 2017.

Nazir, saima., et.al. 2015. Determinants of Unmet need for Family Planning In a
Developing Country: An Observational Cross Sectional Study. National Journal
of Community Medicine│Volume 6│Issue 1│Jan – Mar 2015

Nurhalimah, S. (2020). Kejadian Unmet Need Alat Kontrasepsi. HIGEIA (Journal


of Public Health Research and Development), 4(Special 4), 733-746.

Parvin, abedi., et. Al. The Prevalence Of Unmet need And Its Related Factors For
Family Planning In Khuzestan Province, Iran: An Epidemiologic Study.
JOURNAL OF CLIENT-CENTERED NURSING CARE MAY 2015 , Volume
1 , Number 2; Page(s) 103 To 109.

Putro ,DA., Umi Listyaningsih. 2017. Unmet need Keluarga Berencana Di Daerah
Perkotaan Dan Perdesaan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Bumi
Indonesia. Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017.

38
Rezeki, S. P., & Ayuningtyas, D. (2014). Kualitas Lingkungan Kerja dan Kinerja
Bidan Puskesmas dalam Pelayanan Kesehatan Ibu. Kesmas: Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 265-271.

Rizkasanah. (2020) Hubungan Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Sumber


Informasi Dan Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Pada Pasangan Usia Subur Di Bidan
PraktekMandiri Rizkasanah Kamillia, Am.KebTahun 2020

Sarlis, nelfi. 2018. Faktor yang Berhubungan dengan Unmet need Pada Ibu Non
Akseptor Tahun 2018. Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan. Vol
4(1) Februari 2019 (184-193).

Saskara, A.G.D. Ida & Marhaeni A.I.N. (2015). Pengaruh faktor sosial, ekonomi,
dan demografi terhadap penggunaan alat kontrasepsi di Denpasar.Vol. 8 no 2
Agustus 2015. Jurnal Ekonomi Kuantitatif

Sari, Y.S., Indrayani I. I. & Vidyarini T. N (2016). Ideologi dalam iklan keluarga
berencana periode 2004-2014. Vol. 6 no 1 Juli 2016. Jurnal Scriptura

Satriyandari, yekti., dkk. 2018. Gambaran Dukungan Suami Pada Pasangan Usia
Subur Dengan Kejadian Unmetneed Di Kelurahan Panembahan Yogyakarta
Tahun 2016. JURNAL ILMIAH BIDAN, VOL.III, NO.1, 2018

Uddin, A.N.M.M. and Jewel, M.H., 2019. Unmet need of Family Planning
Among Married Women of Reproductive Age in Rural Areas of Manikganj
District. Anwer Khan Modern Medical College Journal, 10(1), pp.23-27.

Wahyuni K.S. & Bernadeta V. 2019. Determinan Kejadian Unmet need Di


Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Yogyakarta Determinant Of Unmet
need Condition In Ngemplak,Sleman, Yogyakarta. GASTER Vol. 17 No. 1

Wahyuningsih, W., & Septiani, A. K. (2019). Peran Tenaga Kesehatan


Berhubungan dengan Kejadian Unmet Need KB di Dusun Metes Kelurahan
Argorejo Sedayu Bantul Yogyakrta. Indonesian Journal of Hospital
Administration, 1(2), 70-78.

Yolanda, Debby., Nentien Destri. 2019. Faktor Determinan Yang Mempengaruhi


Kejadian Unmet need Kb Pada Pasangan Usia Subur Di Kelurahan Campago
Ipuah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi Tahun 2018.
MENARA Ilmu Vol. XIII No.3 Januari 2019

39
KUOSIONER PENILITIAN

A. IDENTITAS
No. Responden :
Usia : Tahun
Menikah :
Pendidikan terakhir : □ SD □ SMP □ SMA □ PT
Jabatan Bidan : □ Kepala □ Staf
Pendapatan Bidan : □ ≤ UMR (Rp. 2.877.448) □ >UMR
Pendapatan suami : □ ≤ UMR (Rp. 2.877.448) □ >UMR
Riwayat KB :

B. KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG UNMET NEED KB

Berikut adalah kuesioner penelitan Pre-/Post-test mengenai Analisis


Pengetahuan Unmeet Need KB Bagi Bidan RSUD Ulin
No Pertanyaan B S
.
1. Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengatur
jumlah anak yang diinginkan
2. Program KB dapat mengontrol waktu kelahiran dalam
hubungan suami-istri
3. KB memiliki tujuan untuk menurunkan kesejahteraan
keluarga
4. KB dapat mencegah kehamilan pada usia terlalu tua (>35
tahun) karena memiliki risiko tinggi apabila terjadi kehamilan
5. Metode kalender merupakan metode kontrasepsi sederhana
yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan melakukan
senggama saat masa subur
6. Kondom adalah metode KB yang digunakan oleh wanita
7. Pil KB merupakan alat kontrasepsi hormonal untuk mencegah
kehamilan dengan cara diminum

40
8. KB suntik disuntikkan setiap bulan atau 3 bulan sekali
9. Pil KB kombinasi mengandung hormon estrogen sehingga
tidak berdampak seritus terhadap penyakit jantung
10. Implant/susuk adalah jenis KB yang pemakaiannya
disuntikkan tiap bulan
11. IUD/Spiral merupakan jenis KB jangka Panjang yaitu 5-10
tahun
12. Alat kontrasepsi yang dipasang dengan benar dapat
menimbulkan infeksi
13. KB suntik membutuhkan biaya yang rutin dikeluarkan setiap
bulan
14. KB IUD/spiral berpengaruh dalam menurunkan jumlah ASI
15. Efek samping KB IUD/Spiral adalah peningkatan berat badan
16. KB suntik memiliki kerugian susah subur kembali jika
digunakan jangka Panjang
17. Kontrasepsi mantap atau steril hanya bisa dilakukan oleh istri
18. IUD/Spiral bisa dipasang segera setelah melahirkan bila tidak
ada komplikasi persalinan

19 Keluarga Berencana (KB) adalah…


a. Usaha menjarangkan, merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
tanpa menggunakan kontrasepsi
b. Usaha menjarangkan, merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi
c. Membentuk keluarga kecil bahagia dan sejahtera
d. Tidak tahu
20 Tujuan KB ada…(Jawaban boleh lebih dari satu)
1. Keluarga dengan anak ideal
2. Keluarga sehat
3. Keluarga berpendidikan

41
4. Keluarga sejahtera
5. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
6. Tidak tahu
21 Alat KB adalah…?
a. Alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan
b. Alat yang dipakai untuk mempercepat kehamilan
c. Alat untuk melakukan hubungan seksual
d. Tidak tahu
22 Kapan sebaiknya waktu yang tepat menggunakan alat kontrasepsi setelah
pasca melahirkan…?
a. 1 – 2 tahun setelah melahirkan
b. 4 – 6 minggu setelah melahirkan
c. 1 – 2 hari setelah melahirkan
d. Tidak tahu
23 Sebutkan jenis-jenis alat KB yang ibu ketahui (jawaban boleh lebih dari
satu)
1. Pil
2. Kondom
3. Suntik
4. Susuk/Implan
5. Spiral/AKDR
6. Sterilisasi wanita/kontap wanita
7. Sterilisasi pria/kontap pria
8. Tidak tahu
24 Apa yang ibu ketahui tentang kondom…?
a. Kondom terbuat dari karet tipis dan digunakan oleh pria.
b. Kondom terbuat dari karet tebal dan digunakan oleh wanita
c. Tidak tahu
25 Apakah keuntungan menggunakan kondom…? (jawaban boleh lebih dari
satu)

42
1. Murah
2. Mudah didapat
3. Mencegah penularan penyakit menular seksual
4. Tidak tahu
26 Apa yang ibu ketahui tentang suntik KB…? (jawaban boleh lebih dari
satu)
1. Suntikan yang mengadung hormonal
2. Suntikan yang dapat mencegah kehamilan
3. Suntikan yang dapat menunda kehamilan
4. Tidak tahu
27 Ada berapa jenis suntikan KB…? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Suntikan 1 bulan sekali
2. Suntikan 2 bulan sekali
3. Suntikan 3 bulan sekali
4. Tidak tahu
28 Apa saja keuntungan KB suntik…? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Mencegah kehamilan jangka panjang
2. Tidak mengganggu hubungan seksual
3. Tidak mengganggu produksi ASI
4. Dapat mencegah kanker rahim
5. Menurunkan kejadian kanker payudara
6. Tidak tahu
29 Apa yang ibu ketahui tentang Pil KB…? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Pil yang mengandung hormone estrogen dan progeteron
2. Harus diminum setiap hari
3. Tidak boleh digunakan oleh ibu menyusui
4. Tidak tahu
30 Apakah saja keuntungan menggunakan Pil KB…? (jawaban boleh lebih
dari satu)
1. Dapat mencegah kehamilan

43
2. Tidak menggangu hubungan seksual
3. Kesuburan pengguna cepat kembali
4. Dapat digunakan oleh semua perempuan baik tua maupun
muda
5. Tidak tahu
31 Susuk / implant adalah…? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Alat KB yang dipasang ditubuh wanita
2. Pemasangan dan pencabutan harus dilakukan oleh tenaga
terlatih
3. Alat KB jangka panjang
4. Tidak tahu
32 Ada berapa jenis susuk yang ibu ketahui…? (jawaban boleh lebih dari
satu)
1. KB susuk untuk 3 tahun
2. KB susuk untuk 5 tahun
3. KB susuk 7 tahun
4. Tidak tahu
33 Apa saja keuntungan dari KB susuk…? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Keberhasilannya tinggi
2. Tidak mengganggu hubungan seksual
3. Mengganggu produksi ASI
4. Dapat dicabut setiap kali ingin mencabut
5. Tidak tahu
34 Apa yang ibu ketahui tentang spiral / alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)…?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Alat kontrasepsi jangka panjang
b. Menghambat bertemunya sel sperma pria dan sel telur wanita
c. Tidak tahu
35 Berapa lamakah pemakaian spiral dapat digunakan…?

44
a. 10 - 15 tahun
b. 5 – 10 tahun
c. Tidak tahu
36 Apa yang ibu ketahui tentang sterilisasi wanita…? (jawaban boleh lebih
dari satu)
1. Memotong atau mengikat saluran sel telur wanita
2. Hanya dilakukan pada ibu yang tidak ingin anak lagi
3. Operasi kecil pada wanita
4. Tidak tahu
37 Apa yang ibu ketahui tentang sterilisasi pria…? (jawaban lebih dari satu)
1. Pemotongan atau pengikatan saluran sperma pada pria
2. Merupakan jenis KB permanen
3. Operasi kecil pada pria
4. Tidak tahu
38 Sterilisasi wanita dan pria dapat dilakukan bila…?
a. Ibu sudah tidak meniginkan anak lagi
b. Ibu ingin menjarangkan kehamilan
c. Tidak tahu

Keterangan : B : benar S : salah


NO PERNYATAA B S
N
39 Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengatur jumlah B
dan jarak anak yang diinginkan
40 Program KB dapat mengontrol waktu kelahiran dalam B
hubungan
suami istri
41 KB memiliki tujuan yaitu menurunkan ketahanan dan S
kesejahteraan keluarga
42 KB bertujuan untuk pendewasaan usia perkawinan B

45
43 KB bermanfaat untuk tidak mencegah kehamilan pada usia S
terlalu tua atau usia di atas usia 35 tahun karena memiliki
risiko tinggi apabila terjadi kehamilan
44 Metode kalender merupakan metode kontrasepsi sederhana B
yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan
senggama pada masa subur
45 Senggama terputus adalah KB tradisional dimana pria B
mengeluarkan alat kelaminnya sebelum pria mencapai
ejakulasi.
46 Kondom adalah metode KB yang digunakan untuk wanita S
47 Metode KB alamiah yang digunakan oleh wanita adalah B
difragma
48 Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang hormonal yang B
digunakan untuk mencegah kehamilan dengan cara di minum
49 KB suntik terdiri dari hormon progesteron yang disuntikkan 2- B
3 bulan
50 KB suntik memiliki keuntungan yaitu mengandung hormon S
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah
51 Implan/susuk adalah jenis KB yang pemakaiannya dengan cara S
disuntik
52 Kelebihan IUD yaitu dapat dipakai oleh semua perempuan B
dalam usia reproduksi
53 KB pil, suntik, kondom membutuhkan biaya yang rutin B
dikeluarkan setiap bulan
54 Alat kontrasepsi yang dengan pemasangan yang benar dapat S
menimbulkan infeksi
Nilai

46
47
UJI STATISTIK

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%


Pendidikan * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Posisi Bidan * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Lama bekerja * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Golongan * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Pangkat * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Pendapatan * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Sumber informasi KB * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%
Riwayat KB * PengetahuanPre 52 100.0% 0 0.0% 52 100.0%

Usia * Pengetahuan

Crosstab
Count
PengetahuanPre Total

BAIK BURUK

<30 14 21 35
Usia
>30 8 9 17
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .234a 1 .629


Continuity Correction b
.034 1 .854
Likelihood Ratio .233 1 .630

48
Fisher's Exact Test .007 .005
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.19.
b. Computed only for a 2x2 table

Pendidikan * Pengetahuan

Crosstab
Count

PengetahuanPre Total

BAIK BURUK

Sedang 17 20 37
Pendidikan
Tinggi 5 10 15
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .696a 1 .404


Continuity Correction b
.275 1 .600
Likelihood Ratio .707 1 .400
Fisher's Exact Test .009 .002
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.35.
b. Computed only for a 2x2 table

49
Posisi Bidan * Pengetahuan

Crosstab
Count

PengetahuanPre Total

BAIK BURUK

Perawatan 13 24 37
Posisi Bidan
Poli 9 6 15
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.703a 1 .100


Continuity Correction b
1.781 1 .182
Likelihood Ratio 2.689 1 .101
Fisher's Exact Test .128 .091
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.35.
b. Computed only for a 2x2 table

Lama bekerja * Pengetahuan

Crosstab
Count

PengetahuanPre Total

BAIK BURUK

Lama bekerja <5 12 8 20


50
>5 10 22 32
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.168a 1 .041


Continuity Correctionb 3.073 1 .080
Likelihood Ratio 4.182 1 .041
Fisher's Exact Test .040 .030
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.46.
b. Computed only for a 2x2 table

Golongan * Pengetahuan

Crosstab
Count

PengetahuanPre Total

BAIK BURUK

Sedang 4 12 16
Golongan
Tinggi 18 18 36
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.836a 1 .092


Continuity Correction b
1.905 1 .168
Likelihood Ratio 2.950 1 .086

51
Fisher's Exact Test .131 .082
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.77.
b. Computed only for a 2x2 table

Pangkat * Pengetahuan

Crosstab
Count

PengetahuanPre Total

BAIK BURUK

Sedang 4 12 16
Pangkat
Tinggi 18 18 36
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 2.836a 1 .092


Continuity Correction b
1.905 1 .168
Likelihood Ratio 2.950 1 .086
Fisher's Exact Test .131 .082
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.77.
b. Computed only for a 2x2 table

52
Pendapatan * Pengetahuan

Crosstab
Count

PengetahuanPre Total

BAIK BURUK

Sedang 9 9 18
Pendapatan
Tinggi 13 21 34
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .667 a


1 .414
Continuity Correction b
.272 1 .602
Likelihood Ratio .664 1 .415
Fisher's Exact Test .557 .300
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.62.
b. Computed only for a 2x2 table

Sumber informasi KB * Pengetahuan

Crosstab
Count

PengetahuanPre Total

53
BAIK BURUK

Buku 14 19 33
Sumber informasi KB
Medsos 8 11 19
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .001a 1 .982


Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .001 1 .982
Fisher's Exact Test 1.000 .607
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.04.
b. Computed only for a 2x2 table

Riwayat KB * Pengetahuan

Crosstab
Count

PengetahuanPre Total

BAIK BURUK

Pernah 19 19 38
Riwayat KB
Tidak 3 11 14
Total 22 30 52

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3.422a 1 .064


Continuity Correction b
2.351 1 .125

54
Likelihood Ratio 3.624 1 .057
Fisher's Exact Test .112 .060
N of Valid Cases 52

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.92.
b. Computed only for a 2x2 table

55

Anda mungkin juga menyukai