Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukan kondisi
kesehatan fisik fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan
sistem,fungsi dan proses reproduksinya, termasuk tidak adanya penyakit dan
kelainan yang mempengaruhi kesehatan reproduksi tersebut. Dalam lingkup
kesehatan reproduksi, kesehatan ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas
menjadi masalah utama kesehatan reproduksi perempuan. Data SUPAS 2015
menunjukan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) 305 per 100.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 22,23 per 1.000 kelahiran
hidup. Sementara itu data SDKI 2012 menunjukan angka kelahiran pada
perempuan usia 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rateal/ ASFR) sebesar 48
per 1000. Hasil kajian lanjut Sensus penduduk 2010 menunjukkan bahwa
6,9% kematian ibu terjadi pada perempuan usia kurang dari 20 tahun dan
92% meninggal saat hamil atau melahirkan anak pertama. Dari data rutin
Direktorat Kesehatan Keluarga tahun 2016, diketahui bahwa penyebab utama
kematian ibu adalah pendarahan (28,7%), Hipertensi pada kehamilan
(25,4%), Infeksi (5%), gangguan sitem peredaran darah (8,8%), gangguan
metabolic (1,1%) dan penyebab lainnya (31%) (Kemenkes RI, 2017).
Status gizi yang buruk sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi,
diantaranya anemia, dan kurang energi kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur
(WUS). Perbandingan antara data Riskesdas 2007 dan 2013, menunjukkan
terjadinya peningkatan prevalensi anemia pada kelompok WUS dari 19,7%
pada tahun 2007 menjadi 22,7% pada tahun 2013.
Selain anemi dan KEK, Indonesia juga menghadapi permasalahan gizi
lainnya yaitu kegemukkan (obesitas) dan pendek (stunting). Menurut
Riskesdes 2013, prevalensi obesitas pada remaja 13-15 tahun meningkat
sebesar 2,5%, remaja 16-18 tahun sebesar 1,6% dan pada usia diatas 18 tahun
sebesar 15,4%. Sedangkan prevalensi stunting pada remaja usia 13-15 tahun
sebesar 35,1%, dengan sebaran 13,8% sangat pendek dan pada usia 16-18
tahun sebesar 31,4% dengan sebaran 7,5% sangat pendek dan 23,9% pendek.
HIV AIDS dan infeksi menular seksual juga merupakan penyakit terkait
kesehatan reproduksi yang dapat berdampak pada kesehatan ibu dan bayi.
Data Rutin Kemenkes (2016) menunjukkan dari 1.515.725 orang yang dites
HIV sebanyak 41.250 orang ditemukan positif atau positif rate sebesar 2.7%.
Data lain menunjukkan penderita kasus HIV terbanyak adalah dikelompok
usia produktif (25-49 tahun) sebesar 28.602 orang (69,3%), kelompok usia
20-24 tahun sebesar 7.154 orang (17,35) dan pada remaja (15-19) tahun
sebesar 1.510 orang (3,7%). Terjadi peningkatan jumlah kasus baru HIV dari
30.935 kasus ditahun 2015 menjadi 41.250 kasus ditahun 2016 (laporan
perkembangan HIV-AIDS Triwulan IV, 2015-2016)
Jumlah kematian ibu di kota Purbalingga sekitar 103,39 kelahiran hidup.
Kematian ibu pada tahun 2016 dengan Preeklamsia berat sebanyak 21%,
Perdarahan sebanyak 12% , dan syok neuroginik sebanyak 10% (Dinkes Kota
Purbalingga, 2017).
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Karangtengah terdiri dari 7 (tujuh)
kelurahan dengan luas wilayah 6,18 km² dan jumlah penduduknya pada tahun
2017 sebesar 72.839 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 36.326 jiwa (49,87%)
dan perempuan 36.513 jiwa (50,13%) (Profil UPTD Puskesmas
Karangtengah, 2018).
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, aborsi yang tidak
aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi. Status/posisi
perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama masalah kesehatan
reproduksi yang dihadapi perempuan, karena menyebabkan perempuan
kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh, dan fertilitasnya. Dalam
melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami dan istri haruslah
memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Kesehatan reproduksi adalah
keadaan yang menunjukan kondisi kesehatan fisik, mental dan sosial
seseorang dihubungkan dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk
didalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan yang mempengaruhi
kegiatan reproduksi tersebut (Kemenkes RI, 2014).
Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki
dan perempuan. Namun keterlibatan motivasi, serta partisipasi dari laki-laki
dalam kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Laki-laki juga mempunyai
masalah kesehatan reproduksi, khususnya berkaitan dengan IMS termasuk
HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi uuntuk memperbaiki
kesehatan reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan
tanggung jawab laki-laki. Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan
hak yang sama dan secara bertanggung jawab dalam memutuskan untuk
berapa jumlah anak mereka, jarak kelahiran antara satu anak dengan anak
yang kedua dan seterusnya serta menentukan waktu kelahiran dan dimana
anak tersebut dilahirkan. Hak reproduksi dan seksual menjamin keselamatan
dan keamanan calon pengantin, termasuk didalamnya mereka harus
mendapatkan informasi yang lengkap tentang kesehatan reproduksi dan
seksual (Kemenkes RI, 2014).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Pra Nikah dengan Perencanaan Pra
Nikah sesuai dengan Pendekatan Asuhan Kebidanan?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Pra Nikah sesuai dengan
pendekatan asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan pada Pra
Nikah.
b. Mampu menggambarkan dan melakukan pengkajian berupa data
subyektif yang didapat dari Klien Nn. U umur 22 tahun.
c. Mampu menggambarkan dan melakukan pengkajian berupa data
obyektif yang didapat dari Klien Nn. U umur 22 tahun.
d. Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan data subjektif dan data
objektif dalam assesment pada Klien Nn. U umur 22 tahun.
e. Menyusun perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi respon
Klien Nn. U umur 22 tahun.
f. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan
SOAP.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan
evidence based practice pemberian asuhan kebidanan Pra Nikah.
2. Bagi lahan praktik
Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk
memberikan gambaran dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di
lahan praktik dalam memberikan asuhan kebidanan
3. Bagi Masyarakat / Klien Nn. U umur 22 tahun.
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan dan evidence based practice.
Dinas Kesehatan Kota Purbalingga. 2017. Profil Kesehatan kota Semarang Tahun
2017.Semarang :Dinas Kesehatan Kota Purbalingga.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buku Ajar Imunisasi. Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan. Kemenkes RI: Jakarta.
______________________. 2017. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil.Kemenkes RI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai