Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di
Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu
dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada
upaya- upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan
angka kematian ibu. (T.Mass, 2004)
Penyebab AKI di Indonesia menurut Direktorat Kesehatan Ibu pada tahun
2013 adalah perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%,dan partus lama
1, 8%. Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah pada tahun 2016 pada triwulan
kedua di menurut hasil survey Dinas Kesehatan Jawa Tengah, sebesar 365 kasus.
Dari data yang ada AKI Kabupaten Kendal tahun 2016 sebanyak 21 kasus, 19
kasus pada tahun 2017, 25 kasus pada tahun 2018 dan sampai Maret 2019
sebanyak 3 kasus. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di
Kabupaten Kendal pada tahun 2016 sebesar 15.594 ibu bersalin (96,8%). (“Profil
Kesehatan Kabupaten Kendal,” 2016)
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu
hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung
pada tempat atau usia kehamilan. Indikator yang umum digunakan dalam
kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu ( Maternal Mortality Ratio ) yaitu
jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup.(Prawirohardjo, 2009).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 273
kasus(6,94 per 1.000 kelahiran hidup). Dari data yang ada AKB Kabupaten
Kendal tahun 2015sebanyak 35 kejadian, 21 kasus tahun 2016, 25 kasus tahun
2017, 16 kasus tahun 2018 dan sampai Maret 2019 sebanyak 15 kasus AKB di
Kabupaten Kendal.(“Profil Kesehatan Kabupaten Kendal,” 2016)
Penyebab kematian Ibu pada tahun 2016 di Provinsi Jawa Tengah
disampaikan oleh Pengurus Daerah IBI Jawa Tengah, terdapat beberapa kasus,
antara lain, hipertensi sebanyak 26%, perdarahan 21 %, dan sisanya lain-lain
seperti karena penyakit jantung, DM, dll.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat penurunan AKI yaitu
dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu
yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi

1
komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan
keluarga berencana. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015; h.135).
Berdasarkan kerangka konsep ini, intervensi dapat dilakukan dengan
mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya
Keluarga Berencana; mengurangi kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi dalam kehamilan, persalinan, atau masa nifas dengan
melakukan asuhan antenatal dan persalinan bersih dan aman; mengurangi
kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau
kesakitan melalui Pelayanan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar dan
Komprehensif. Upaya ini yang dilandasi intervensi determinan antara dan
determinan jauh dikenal sebagai 4 pilar Upaya Safe Motherhood. Intervensi
melalui bidang kesehatan mempunyai dampak langsung, sedangkan intervensi
terhadap determinan lainnya mempunyai dampak menengah atau dampak jangka
panjang. (Prawirohardjo, 2009)
Hubungan yang terbentuk antara tenaga kesehatan profesional dengan klien
dalam pendampingan yang berkelanjutan, dapat memberikan pelayanan yang
holistik terhadap klien sehingga dapat menemukan masalah-masalah seperti
psikologis yang dialami ibu dan dapat memberikan penanganan yang tepat untuk
mencegah masalah potensial yang akan terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa
pelayanan yang berkelanjutan atau biasa disebut dengan Continuity of Care perlu
diberikan pada ibu untuk memberikan pelayanan yang baik pada masa kehamilan,
persalinan, nifas dan KB serta bayi baru lahir.
Pelayanan yang berkelanjutan atau yang disebut dengan Continuity of
midwifery care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang
terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Seorang bidan memberikan
asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu
kewaktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga
profesional kesehatan. Layanan kebidanan disediakan untuk semua wanita mulai
dari prakonsepsi, hamil, bersalin dan nifas, baik dengan resiko rendah maupun
dengan resiko tinggi yang berhubungan dengan obstetri (Sandall, 2014; h. 5).
Continuity of care atau pelayanan yang komprehensif memiliki tiga manfaat
utama yaitu berfungsi untuk merencanakan asuhan yang akan diberikan,
memberikan informasi yang dibutuhkan pasien dan menciptakan hubungan yang
baik antara bidan dengan pasien (Sandall et al., 2013)
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus tentang “Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada Ny. A Umur 22
Tahun G1P0A0 usia kehamilan 37 minggu di Puskesmas Cepiring Kabupaten
Kendal”. Asuhan kebidanan dilakukan mulai dari ibu hamil TM III, ibu bersalin,
ibu nifas, hingga pelayanan KB dan juga bayi baru lahir (BBL). Dengan asuhan
kebidanan yang komprehensif diharapkan ibu dapat selalu terpantau keadaannya
sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan bila ada keluhan. Sehingga
dengan asuhan yang komprehensif ini diharapkan dapat mengurangi kejadian
angka kematian ibu dan bayi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ny.
A mulai dari hamil, bersalin, nifas, pelayanan keluarga berencana dan
pelayanan bayi baru lahir sesuai dengan standar asuhan pelayanan kebidanan
dan kewenangan bidan dengan menggunakan pendokumentasian SOAP serta
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian,
interpretasi data, diagnosa masalah, rencana asuhan dan evaluasi dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan sebagai berikut :
a. Memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.A secara komprehensif.
b. Memberikan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.A secara komprehensif.
c. Memberikan asuhan kebidanan masa nifas dan KB pada Ny.A secara
komprehensif.
d. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi Ny. A secara komprehensif.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang tercakup dalam proposal ini adalah sebagai berikut :
1. Sasaran
Asuhan kebidanan secara komprehensif akan diberikan pada Ny. A (ibu hamil
fisiologis trimester III dengan usia kehamilan minimal 35 minggu dan tidak
memiliki komplikasi atau tanpa penyulit ) dan bayi Ny. A
2. Tempat
Tempat pelaksanaan pengambilan kasus dan dilakukannya asuhan kebidanan
komprehensif ini adalah di Puskesmas Cepiring Kabupaten Kendal..
3. Waktu
Waktu pembuatan laporan Continuity of Care adalah Agustus 2019-September
2019
D. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat bagi ibu hamil
Manfaat dari asuhan kebidanan yang dilakukan secara komprehensif terhadap
ibu hamil normal trimester III diharapkan dapat memantau dan mendeteksi dini
secara berkala mengenai kesehatan ibu dan janin.
2. Manfaat bagi bidan
Manfaat bagi bidan adalah terjalinnya kerjasama dalam melakukan pemantauan
kesehatan terhadap ibu hamil normal trimester III.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Penyusunan laporan tugas akhir dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam
memberikan pembelajaran mengenai penyusunan laporan tugas akhir.
4. Manfaat bagi penulis
Kemampuan untuk mengaplikasikan teori dan praktek pada kasus nyata dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, kebidanan pada ibu bersalin,
asuhan kebidanan pada ibu nifas dan KB, dan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir secara komprehensif dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
E. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dilakukan pada responden secara langsung untuk mengetahui
identitas, keluhan, riwayat kesehatan dan riwayat obstetri dan ginekologi
responden.
2. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung kepada responden
dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
3. Dokumentasi
Hasil dari wawanca dan observasi didokumentasikan.
F. Sistematika Penulisan
1. Bagian Awal
Pada bagian awal LTA berisi halaman cover, halaman judul, halaman
persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, dan
daftar tabel.
2. Bagian Isi
Pada bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu :
a. Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang kasus, tujuan, ruang
lingkup, manfaat penelitian, metode pengambilan data, dan sistematika
penulisan.
b. Bab II yaitu tinjauan pustaka yang berisi tinjauan teori medis dan tinjauan
teori asuhan kebidanan. Tinjauan teori medis mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, KB, dan BBL.
c. Bab III yaitu Tinjauan Kasus
d. Bab IV yaitu Pembahasan
e. Bab V yaitu Penutup
3. Bagian Akhir
Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis


1. Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester pertama
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua berlangsung 15 minggu
( minggu ke-13 sampai ke- 27 ), trimester ketiga 13 minggu ( minggu ke-28
sampai ke-40. (Prawirohardjo, 2009)
Kehamilan trismester 3 merupakan kehamilan yang dimulai pada umur
kehamilan 28 minggu sampai 40 minggu. (Prawirohardjo, 2009)
a. Perubahan Fisiologi Kehamilan Trimester 3
1) Uterus
Ukuran uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol  atau
beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga
menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim
mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan
dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
(Manuaba, 2010)
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi karena penambahan vaskularisasi dan
terjadinya endema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertrofi dan hiperflasia pada kelenjar-kelenjar serviks. Pada trimester
3 terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi kolagen.
(Prawirohardjo, 2009)
3) Ovarium dan plasenta
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7
minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai
penghasil progesteron dalam jumlah yang relative minimal.
(Prawirohardjo, 2009)
4) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Putting
payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama
suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat
keluar. (Prawirohardjo, 2009)
5) Sistem Pernafasan
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi sistem pernafasan
yang disebabkan oleh perubahan hormonal dan faktor
mekanik.Perubahan- perubahan ini diperlukan untuk mencukupi
peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk pertumbuhan
janin, plasenta dan uterus. Dari faktor mekanis, terjadinya peningkatan
diafragma terutama setelah pertengahan kedua kehamilan akibat
membesarnya janin, menyebabkan turunnya kapasitas residu
fungsional yang merupakan volume udara yang tidak digunakan dalam
paru sebesar 20%. Selama kehamilan normal terjadi penurunan
resistensi saluran napas sebesar 50%.(Mediarti, 2014)
b. Perubahan Psikologis Trimester 3
Perubahan psikologis merupakan respon emosional yang terjadi akibat
perubahan tubuh dan peningkatan tanggung jawab menghadapi hal baru
dengan kehamilan. (Mediarti, 2014)
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat bayi melahirkan, khawatir
bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, merasa sedih karena
akan terpisah dari bayinya.(Manuaba, 2010)
c. Ketidaknyamanan pada Trimester 3
1. Nyeri punggung
Salah satu ketidaknyamanan ibu hamil yang biasanya akan
meningkat intensitasnya seiring bertambahnya usia kehamilan karena
nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita dan
postur tubuhnya.(Dewi, 2015)
Nyeri punggung bawah (Nyeri pinggang) terjadi pada area
lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat
intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini
merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan
postur tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat
uterus yang membesar. Jika wanita tersebut tidak memberi perhatian
penuh terhadap postur tubuhnya maka ia akan berjalan dengan ayunan
tubuh kebelakang akibat peningkatan lordosis. Lengkung ini
kemudian akan meregangkan otot punggung dan menimbulkan rasa
sakit atau nyeri. Masalah memburuk apabila wanita hamil memiliki
struktur otot abdomen yang lemah sehingga gagal menopang berat
rahim yang membesar. Tanpa sokongan, uterus akan mengendur.
Kondisi yang membuat lengkung punggung semakin memanjang.
Kelemahan otot abdomen lebih sering terjadi pada wanta grande
multipara yang tidak pernah melakukan latihan untuk memperoleh
kembali struktur otot abdomen normal. Nyeri punggung juga bisa
disebabkan karena membungkuk yang berlebihan, berjalan tanpa
istirahat, angkat beban, hal ini diperparah apabila dilakukan dalam
kondisi wanita hamil sedang lelah. Mekanika tubuh yang tepat saat
mengangkat beban sangat penting diterapkan untuk menghindari
peregangan otot tipe ini.
Berikut ini adalah dua prinsip penting yang sebaiknya dilakukan oleh
ibu hamil:
1) Tekuk kaki daripada membungkuk ketika mengambil atau
mengangkat apapun dari bawah
2) Lebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit didepan kaki
yang lain saat menekukan kaki sehingga terdapat jarak yang cukup
saat bangkit dari proses setengah jongkok.
Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain:
1) Postur tubuh yang baik
2) Mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat beban

3) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan


tanpa istirahat

4) Gunakan sepatu bertumit rendah; sepatu tumit tinggi tidak stabil


dan memperberat masalah pada pusat gravitasi dan lordosis
5) Jika masalah bertambah parah, pergunakan penyokong penyokong
abdomen eksternal dianjurkan (contoh korset maternal atau belly
band yang elastic)

6) Kompres hangat (jangan terlalu panas) pada punggung (contoh


bantalan pemanas, mandi air hangat, duduk di bawah siraman air
hangat). (Dewi Rahmawati Abyu, 2015)

7) Kompres es pada punggung

8) Pijatan/ usapan pada punggung

9) Untuk istirahat atau tidur; pastikan posisi tidur sudah baik,gunakan


kasur yang menyokong atau gunakan bantal dibawah punggung
untuk meluruskan punggung dan meringankan tarikan dan
regangan. (Apriliyanti Mafikasari, 2014)
10) Senam hamil untuk mengurangi nyeri punggung. (Aulia &
Hindun, 2010)(Nur Aini Rahmawati, Titin Rosyidah, 2016)
2. Ketidaknyamanan pada saluran pencernaan
Wanita hamil memungkinkan pengangkutan nutrient untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Keluhan atau ketidaknyamanan
yang terbanyak dialami oleh ibu hamil trimester tiga adalah flatulen
atau kembung. Hal ini berawal dari motilitas gastrointestinal yang
menurun menyebabkab terjadinya perlambatan waktu pengosongan
lambung, menimbulkan efek peningkatan progesterone pada relaksasi
otot polos dan penekanan uterus pada usus besar .(Ummah Faizatul,
2014)
3. Konstipasi
Ketidaknyamanan saat kehamilan trimester 3 yaitu konstipasi . Hal
ini disebabkan karena kerja progesteron yang mengurangi motilitas
system pencernaan ( juga dikaitkan dengan mual saat awal
kehamilan ). Konstipasi juga disebabkan karena oleh pergeseran usus
akibat pertumbuhan uterus atau akibat efek samping dari terapi zat besi
per oral. (Janet Medforth, 2014)
Konstipasi atau Sembelit selama kehamilan terjadi karena:
Peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot
sehingga usus kurang efisien, konstipasi juga dipengaruhi karena
perubahan uterus yang semakin membesar, sehingga uterus menekan
daerah perut, dan penyebab lain konstipasi atau sembelit adalah karena
tablet besi (iron). Cara mengatasi konstipasi atau sembelit adalah:
1. Minum air putih yang cukup minimal 6-8 gelas/ hari.
2. Makanlah makanan yang berserat tinggi seperti sayuran dan buah-
buahan.(Kusumaningrum, 2015)
3. Mengonsumsi pisang raja, air mineral dan jalan-jalan pagi. (Sri
Indah, 2017)
4. Lakukanlah olahraga ringan secara teratur seperti berjalan
(Jogging).
4. Sering berkemih
Hal ini dapat terjadi pada trimester 3 saat bagian presentasi janin
memasuki pelvis dan menciptakan tekanan pada kandung kemih
sehingga mengurangi kapasitas keseluruhannya. (Janet Medforth,
2014)
5. Indegesti dan Nyeri ulu hati
Selama kehamilan, 30-50% wanita mengalami indegesti atau nyeri
ulu hati. Ketidaknyamanan disebabkan oleh refluks asam dari lambung
melalui sfinger esophagus akibat efek relaksasi progesteron. Pada
kehamilan lanjut, uterus yang membesar menggeser lambung,
meningkatkan tekanan intragastik yang membuat refluks asam lebih
cenderung terjadi saat ibu berbaring datar. (Janet Medforth, 2014)
d. Deteksi Faktor Resiko pada Kehamilan
Kehamilan merupakan proses fisiologis, namun bila ibu hamil perlu
mengetahui tanda bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan. Tanda
bahaya kehamilan lanjut diantaranya perdarahan pervaginam bisa karena
plasenta previa dan solusio plasenta, sakit kepala hebat, penglihatan kabur,
bengkak di wajah dan jari-jari tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan
janin tidak terasa, nyeri perut bagian bawah. (Ika Pantiawati dan Saryono,
2010)
Resiko merupakan suatu ukuran dari peluang terjadinya kegawat-daruratan
dan komplikasi obstetrik. Pengkajian pada ibu hamil perlu dilakukan
dengan seksama untuk mengetahui adanya faktor resiko dan memberikan
perencanaan persalinan aman, untuk melakukan deteksi dini salah satunya
dapat menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati.(Poedji Rochjati, 2003)
Faktor resiko dalam Kartu Skor Poedji Rochjati dibagi menjadi 3
kelompok yaitu kelompok I, II dan III (lihat lampiran 1). Kelompok I
adalah kelompok faktor resiko yang tergolong Ada Potensi Gawat
Obstetrik (APGO) dengan 10 faktor resiko yaitu 7 terlalu dan 3 pernah.
Kelompok II adalah kelompok faktor resiko yang tergolong kelompok Ada
Gawat Obstetrik (AGO) dengan 8 faktor resiko. Kelompok III adalah
kelompok faktor resiko yang tergolong Ada Gawat Darurat Obstetrik
(AGDO) dengan 2 faktor resiko. (Poedji Rochjati, 2003)
Faktor resiko dalam Kartu Skor Poedji Rochjati masing-masing memiliki
skor, jumlah skor memberikan pengertian tingkat resiko yang dihadapi ibu
hamil. Berdasarkan jumlah skor kehamilan yang didapat dibagi menjadi 3
kelompok. Kelompok pertama yaitu Kehamilan Resiko Rendah (KRR)
dengan jumlah skor 2 yaitu kehamilan tanpa masalah dan setiap ibu hamil
mendapatkan skor awal 2, ditandai dengan warna hijau. Kehamilan Resiko
Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 yaitu kehamilan dengan satu atau
lebih faktor resiko sehingga memiliki resiko kegawatan tetapi tidak
darurat, ditandai dengan warna kuning. Kehamilan Resiko Sangat Tinggi
(KRST) dengan jumlah skor ≥12 yaitu ibu yang memiliki
kegawatdaruratan, ditandai dengan warna merah. (Poedji Rochjati, 2003)
Ibu hamil perlu mengetahui tanda bahaya kehamilan karena munculnya
tanda bahaya dapat menjadi indikasi adanya kemungkinan bahaya pada
kehamilan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu hamil dan
janin . Perdarahan vagina perlu diketahui oleh banyak ibu hamil karena
kematian maternal sebanyak 25% disebabkan oleh perdarahan vagina
(WHO, 2005). Selain itu edema pada wajah, jari, tangan, dan kaki yang
terus-menerus dapat menjadi indikasi preeklamsia yang dapat berlanjut
menjadi eklamsia apabila disertai kejang-kejang.(Isdiaty & Ungsianik,
2013)
Pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu
hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas, maka
perlu dilakukannya pelayanan antenatal yang terintegrasi yaitu pelayanan
kesehatan komprehensif dan berkualitas. Pelayanan antenatal terintegrasi
yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa
kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan
penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat
sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal. (Emi
Nurjasmi, 2016)
Pemeriksaan kehamilan berkualitas adalah pelayanan yang sesuai
dengan standar 14 T adalah sebagai berikut :
1) Timbang berat badan (T1)Ukur berat badan dalam kilo gram tiap
kali kunjungan. Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil
0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.
2) Ukur tekanan darah (T2)Tekanan darah yang normal 110/80 –
140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai
adanya preeklamsi.
3) Ukur tinggi fundus uteri (T3)
4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
5) Pemberian imunisasi TT (T5)
6) Pemeriksaan Hb (T6)
7) Pemeriksaan VDRL (T7)
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara
(T8)
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9)
10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)
11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)
12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
(T13)
14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)
2. Persalinan
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yaitu janin
dan plasenta yang sudah cukup bulan (aterm) atau sudah dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
dengan kekuatan sendiri (tanpa bantuan). Proses persalinan dimulai dengan
adanya kontraksi persalinan yang ditandai dengan adanya perubahan serviks
secara progresif dan diakhiri dengan lahirnya plasenta. (Sulistyawati, 2010)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu
maupun janin. (Sulistyawati, 2010)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Yanti, 2010)
Berdasarkan definisi diatas maka persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks sampai terjadi pengeluaran hasil konsepsi sedangkan
persalinan normal adalah pengeluaran janin pada kehamilan 37 – 42 minggu,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi yang
terjadi pada ibu maupun pada janin.
a. Tanda-Tanda Inpartu
Tanda-tanda inpartu yaitu adanya rasa nyeri oleh adanya his yang datang
lebih kuat, sering, dan teratur. Lalu keluarnya lendir bercampur darah
(Bloody Show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada
serviks. Kadang-kadang, ketuban sudah pecah dengan sendirinya. Pada
pemeriksaan dalam (VT), serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
(Yanti, 2010)
Persalinan dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu passage (jalan lahir),
passenger (janin), power (tenaga ibu/ hiss/ kontraksi), psikis ibu dan
penolong. Kelima factor tersebut saling berkaitan (Mochtar dan Rustam,
2011) :
1) His Persalinan
Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat nyeri
melingkar dari punggung memancar ke perut depan, makin lama makin
pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya, kalau dibawa berjalan
bertambah kuat, mempunyai pengaruh pada pendataran dan pembukaan
serviks. (Yanti, 2010)
2) Bloody Show ( lendir disertai darah dari jalan lahir )
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervikalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan
karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim
hingga beberapa capillair darah terputus. (Yanti, 2010)
3) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyongnya dari
jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban bisanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan
dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi
kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-
kadang selaput janin sobek sebelum persalinan. Walaupun demikian
persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban pecah.
(Yanti, 2010)
b. Tahapan Persalinan
Menurut Rohani tahun 2013 proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu
kala I, kala II, kala III, dan kala IV (Rohani, Saswita, & Marisah, 2013).
1) Kala I ( Kala Pembukaan )
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena
serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-
pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.Kala I dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu
fase laten dan fase aktif.
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, dimulai sejak
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm, berlangsung 7-8 jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung 6 jam dan dibagi
dalam 3 subfase, yaitu :
(1)Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
(2)Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3)Periode deselerasi, berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10
cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi
penurunan bagian terbawah janin. Mekanisme membukanya serviks berbeda
antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri
internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis, kemudian ostium uteri eksternum sudah sedikit terbuka. Pada
multipara, ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum serta penipisan
dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.
Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis sebagai akibat dari kontraksi
myometrium, nyeri pada inpartu atau nyeri persalinan merupakan manifestasi
dari adanya kontraksi (pemendekan) otot Rahim. Nyeri yang dirasakan pada
kala I persalinan bersifat sakit dan tidak nyaman pada fase akselerasi, nyeri
dirasakan agak menusuk pada fase dilatasi maksimal, dan nyeri menjadi lebih
hebat, menusuk, dan kaku pada fase deselerasi. Untuk itu sangat penting bagi
seorang penolong persalinan untuk memenuhi kebutuhan ibu akan rasa
nyaman saat persalinan pada kala I fase aktif. Sesuai dengan jurnal yang
berjudul Pengaruh Endorphine Massage Terhadap Skala Intensitas Nyeri
Kala I Fase Aktif Persalinan dapat disimpulkan bahwa endorphine massage
merupakan cara yang efektif untuk mengurangi nyeri persalinan kala 1 fase
aktif. (Azizah, Widyawati, & Anggraini, 2011)
Perubahan psikologis terutama kecemasan ibu yang menghadapi
persalinan sangat bervariasi. Dukungan yang diterima di lingkungan
tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat
mempengaruhi aspek psikologisnya, maka dalam hal ini, ibu yang bersalin
harus ditemani oleh orang yang ia percaya dan membuatnya merasa nyaman.
Pendampingan suami dipercaya dapat mengurangi kecemasan ibu dalam
menghadapi persalinan pada kala 1.Hal ini sesuai dengan jurnal yang berjudul
Hubungan Pendampingan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu
Primigravida Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I Di Rumah
Bersalin Kota Ungaran.(Primasnia, Wagiyo, & Elisa, 2013)
2) Kala II(Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida (Prawirohardjo, 2010). Selama
tahap kedua persalinan, ibu mengalami nyeri somatik atau nyeri perineum
yang timbul akibat peregangan jaringan perineum karena penekanan oleh
bagian terendah janin.Impuls nyeri selama tahap kedua disalurkan melalui S1-
4 (tulang sakrum 1-4).Pada tahap kedua ini koping individu sudah tidak
efektif.Fokus ibu pada keinginan fisiologis untuk mengedan. Pada awalan
tahap kedua (pembukaan lengkap) biasanya ibu bersalin menjadi mudah
marah dan tersinggung, komunikasi tidak jelas akibat nyeri yang semakin
berat (Bobak, Lowdermilk, 2012).
Menurut Jenny (2013), gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50-100
detik.
b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai pengeluaran secara
mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan.
d) Ibu merasakan keinginan untuk mengedan bersamaan dengan adanya
kontraksi.
e) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya.
f) Perineum menonjol.
g) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
h) Meningkatnya pengeluaran lendir campur darah.
Penyebab perdarahan jalan lahir paling banyak karena ruptur pada jalan
lahir, baik karena ruptur spontan maupun ruptur yang disengaja
(episiotomi).Posisi kala II yang efektif bisa mempercepat persalinan dan
mengurangi ketidaknyamanan ibu dengan mengurangi tekanan-tekanan pada
jalan lahir. Menurut penelitian yang berjudul Keadaan Perineum Lama Kala
II dengan Posisi Dorsal Recumbent dan Litotomi Pada Ibu Bersalin, dapat
disimpulkan bahwa pada persalinan kala II posisi dorsal Recumbent dapat
memiliki kecenderungan menyebabkan derajad ruptur perienum yang lebih
ringan dibandingkan dengan posisi litotomi. Secara teori bahwa posisi dorsal
recumbent pada persalinan kala II mempunyai keuntungan antara lain
menurunkan trauma perineum / vagina. Laserasi spontan pada perineum dapat
terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan dan kejadian laserasi akan meningkat
jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Posisi dorsal recumbent
bisa membantu janin keluar dengan gaya gravitasi, memperluas rongga pelvis
sehingga jalan lahir bisa lebih luas dan ibu bersalin lebih bisa mengontrol
proses persalinan. (Lestari, Wahyuni, & Kurniawan, 2012)
3) Kala III(Pelepasan Plasenta )
Kala III disebut dengan kala uri dimana pada tahap ini dimulai setelah
bayi lahir sampai dengan lahirnya plasenta yang biasanya berlangsung selama
5-15 menit dengan ditandai terdapat perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali
pusat memanjang, dan semburan darah yang mendadak dan singkat (Runjati;
& Umar, 2018).
Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-
tanda pelepasan plasenta di bawah ini (Jenny, 2013) :
a) Uterus menjadi bundar.
b) Tali pusat memanjang.
c) Terjadi semburan darah tiba-tiba.
Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah
dilahirkan.Normalnya memiliki 16-20 kotiledon, dan permukaannya
(selaput).Jika plasenta tidak lengkap, maka disebut sisa plasenta. Dalam kala
III tenaga kesehatan harus memperhatikan manajemen aktif kala III, kala III
ini harus berjalan dengan baik, segera dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir suntikan oksitosin 10 IU IM 1/3 bagian atas paha bagian luar karena
oksitosin akan merangsang kontraksi fundus uteri semakin kuat dan efektif
sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mencegah terjadinya
perdarahan.
Perdarahan postpartum adalah suatu kejadian mendadak dan tidak dapat
diramalkan, hal ini dapat dicegah mulai dari penangan pada kala III.Menurut
penelitian yang berjudul Kajian Pengaruh Manajemen Aktif Kala III
Terhadap Pencegahan Perdarahan Postpartum dapat disimpulkan bahwa jika
petugas kesehatan yang terlatih ada, peralatan tersedia dan keamanan
menyuntik terjamin dan melakukan pengelolaan aktif kala III akan
mengurangi perdarahan postpartum secara bermakna.(Purwanti, 2010)
Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara pada saat ada
kontraksi yang kuat tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan lain
pada dinding abdomen menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso
kranial).
Anemia defisiensi besi pada bayi merupakan masalah kesehatan serius
karena akan mengganggu perkembangan mental dan kognitif untuk
perkembangan selanjutnya setelah dewasa. Sehingga harus dicegah dengan
melakukan tehnik penundaan penjepitan tali pusat saat bayi baru lahir.
Penundaan penjepitan tali pusat atau penjepitan tali pusat lambat
dimaksudkan bahwa waktu setelah bayi lahir sampai dengan terpotongnya tali
pusat diperkirakan 2 – 3 menit atau sampai tidak ada denyut ditali pusat.
Dalam jurnal yang berjudul Penundaan Penjepitan Tali Pusat sebagai
Strategi yang Efektif untuk Menurunkan Insiden Anemia Defisiensi Besi pada
Bayi Baru Lahir, penjepitan tali pusat menyediakan darah sebanyak 80 ml
selama 1 menit dan 100 ml selama 3 menit saat kelahiran. Hal ini dapat
memberikan tambaan 40-50 mg/kg zat besi ekstra pada bayi, sehingga dapat
mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada tahun pertama kehidupan
bayi.(Ida Bagus Rendra Kurniawan Artha, Ketut Putera Kemara, 2011)
4) Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah plasenta lahir dan berlanjut sampai 2 jam
berikutnya. Beberapa hal yang perlu dipantau pada kala ini adalah kondisi ibu
dan bayi serta proses IMD (Runjati; & Umar, 2018)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bertujuan untuk menciptakan kontak kulit
antara ibu dan bayinya, selain itu juga bertujuan untuk mengurangi
perdarahan dan meningkatkan kontraksi. Dalam jurnal yang berjudul
Perbedaan Lama Pelepasan Plasenta dan Jumlah Perdarahan pada Ibu yang
Melaksanakan dan Tidak Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di
Puskesmas Halmahera dan di BPM U Kota Semarang Tahun 2013, bahwa
ibu yang melaksanakan IMD, lama pelepasan plasentanya lebih cepat
dibandingkan dengan yang tidak melaksanakan IMD dengan lama pelepasan
5 – 14 menit dan ibu yang melaksanakan IMD, jumlah perdarahannya lebih
sedikit dibanding dengan yang tidak melaksanakan IMD dengan jumlah
perdarahan 200cc – 450 cc.(Agung, 2015)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum.Rata-rata jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250
cc, biasanya 100-300 cc. Ada perdarahan disebabkan karena adanya kontraksi
otot rahim, dan robekan pada serviks dan perineum. Perdarahan yang
disebabkan karena adanya kontraksi otot rahim untuk mengeluarkan sisa
darah dari dalam rahim dan merupakan bagian dari proses involusi untuk
pemulihan uterus dari luka bekas implantasi plasenta(Manuaba, 2012).
c. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal pada kala satu dimulai apabila sudah ada tanda-
tanda persalinan yang muncul. Asuhan yang diberikan pada kala satu yang
pertama adalah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk melakukan
deteksi adanya penyulit pada persalinan selanjutnya dilakukan persiapan alat,
bahan dan ruangan untuk melakukan persalinan serta melakukan pemantauan
kemajuan persalinan dan kondisi janin. Selain itu asuhan sayang ibu juga
harus diberikan kepada ibu persalinan kala satu. (Jaringan nasional pelatihan
klinik-kesehatan reproduksi, 2015)
Asuhan kala dua dimulai apabila telah terjadi tanda-tanda gejala kala yaitu
adanya dorongan meneran, tekanan pada anus meningkat, perineum menonjol
dan vulva membuka. Asuhan pada kala dua, tiga dan empat harus sesuai
dengan standar asuhan persalinan normal 60 langkah. (Jaringan nasional
pelatihan klinik-kesehatan reproduksi, 2015)
3. Masa Nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan
fisiologi, yaitu perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lokhia, laktasi
atau pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya dan perubahan
psikis.(Prawirohardjo, 2009)
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas
yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam 3 periode yaitu puerpurium dini yaitu
keputihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan. Puerpurium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital. Remote puerpurium
yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutam bila ibu
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan atau tahun. (Bahiyatun,
2008)
Kesimpulan dari definisi diatas, masa nifas adalah periode yang dimulai
segera setelah kelahiran sampai saluran reproduksi wanita kembali seperti
kondisi tidak hamil dan biasanya berlangsung selama 6 minggu.
a. Perubahan Fisiologis dan Anatomis Masa Nifas
Alat-alat genitalia baik eksterna dan interna kembali seperti semula pada
keadaan sebelum hamil disebut dengan involusi. Involusi uterus adalah
kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk
maupun posisi. Involusi uterus diakibatkan oleh terjadinya proses iskemia
miometrium, atrofi jaringan, autolysis dan efek oksitosin. (Bahiyatun,
2008)
Tabel 2.1 Involusi uterus

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Diameter


Uterus Uterus

Plasenta Lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm


7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm
dan simpisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

Sumber : (Bahiyatun, 2008)

Involusi tempat implantasi plasenta yang awalnya merupakan luka yang


kasar dan menonjol, luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan
luka parut dan selama 6 minggu terjadi regenerasi endometrium yang
mengikis pembuluh darah yang membeku hingga terkelupas serta tidak
dipakai lagi pada pembuangan lokia. (Bahiyatun, 2008)
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4
minggu postpartum. Perubahan lokhia terjadi dalam 3 tahap yaitu lokia
rubra, lokhia serosa dan alba. Lokia rubra merupakan darah pertama yang
keluar dan berasal dari tempat lepasnya plasenta.Setelah beberapa hari,
lokia berubah warna menjadi kecoklatan yang terdiri dari darah dan serum
yang bersisi leukosit dan jaringan yang disebut lokia serosa. Pada minggu
ke-2, lokia berwarna putih kekuningan yang terdiri mucus serviks, leukosit
dan jaringan. (Bahiyatun, 2008)
Ovarium dan tuba falopi, setelah kelahiraan plasenta produksi estrogen dan
progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal –balik
dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali proses ovulasi,
sehingga wanita dapat hamil kembali. (Bahiyatun, 2008)
Perubahan system pencernaa, setelah kelahiran plasenta terjadi pula
penurunan produksi progesteron sehingga yang menyebabkan nyeri ulu
hati ( heartburn ) dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama.
Hal ini terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kuraangnya
keseimbangan cairan selama pesalinan dan adanya reflex hambatan
defekasi karena adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomy.
(Bahiyatun, 2008)
b. Evidance Based Practice Nifas
Dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap
Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Nifas di Paviliun Melati RSUD
Jombang, disimpulkan sebelum dilakukan mobilisasi dini ibu nifas belum
mengalami penurunan TFU. Setelah dilakukan mobilisasi dini ibu nifas
mengalami penurunan TFU secara bertahap dan mengembalikan organ-
organ dalam ke bentuk semula seperti sebelum hamil. Mobilisasi dini akan
melancarkan pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga dapat
mempercepat penurunan TFU. Oleh karena itu mobilisasi dini berpengaruh
pada penurunan TFU.(Prihartini, 2014)
Dalam jurnal yang berjudul Hubungan Karakteristik dengan Perilaku
Ibu Nifas dalam Pencegahan Infeksi Luka Perineum di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang, disimpulkan bahwa luka perineum ibu post
partum yang tidak terjaga dengan baik sangat rentan terkena penyakit, dan
hal tersebut sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka
perineum. Hal ini diakibatkan oleh daya tahan tubuh ibu yang rendah
setelah melahirkan, perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang
kurang terjaga. Faktor eksternal yang menunjukkan perilaku negative
padasebagianbesar berperilaku pantangmakanan dan mengonsumsi jamu,
sedangkan faktor internal yang menunjukkan perilaku negatif adalah tidak
mencuci tangan sebelum membersihkan vagina. (Nurjanah,
Puspitaningrum, & Ismawati, 2017)
Senam nifas baik dilakukan oleh ibu nifas karena memiliki manfaat
untuk mempercepat proses involusi. Dalam jurnal yang berjudul Proses
Involusi Uterus pada Ibu yang Melaksanakan dan Tidak Melaksanakan
Senam Nifas di Bidan Praktek Mandiri Wilayah Puskesmas Borobudur
Kabupaten Magelang Tahun 2013 didapatkan hasil bahwa ibu yang
melakukan senam nifas pada 6 jam – 7 hari post partum mengalami
penurunan tinggi fundus yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang
tidak melakukan senam nifas, sehingga proses involusi lebih cepat.
(Saputri,dkk, 2015)
Produksi ASI sudah dimulai sejak kehamilan, dan pengeluaran ASI
masih dihambat selama masa kehamilan. Tidak keluarnya ASI pada hari-
hari pertama setelah melahirkan menjadi salah satu penyebab tidak
terwujudnya pemberian ASI Ekslusif. Hal ini dapat disebabkan oleh
terhambatnya sekresi oksitosin. Pijat oksitosin menjadi salah satu cara
yang efektig untuk merangsang sekresi oksitosin. Sesuai dengan penelitian
yang berjudul Pijat Oksitosin untuk mempercepat Pengeluaran ASI pada
Ibu Pasca Salin Normal di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan
Panceng Gresik, disimpulkan bahwa Ibu yang dilakukan pijat oksitosin
pengeluaran ASI lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak dilakukan pijat
oksitosin. (Ummah, 2014)
c. Ketidaknyamanan fisik dalam masa nifas
Terdapat beberapa ketidaknyamanan pada masa nifas. Meskipun
dianggap normal, ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan distres
fisik yang bermakna.
1) Nyeri
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi
uterus yang berurutan yang terjadi secara terus menerus. Nyeri ini lebih
umum terjadi pada paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan
nyeri yang lebih berat pada wanita dengan paritas tinggi adalah
penurunan tonus otot uterus secara bersamaan, menyebabkan relaksasi
intermiten. Berbeda pada wanita primipara yang tonus ototnya masih
kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermiten. Pada
wanita menyusui, isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh
hipofise posterior. Pelepasan oksitosin tidak hanya memicu refleks let
down (pengeluaran ASI) pada payudara, tetapi juga menyebabkan
kontraksi uterus. Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap
berkontraksi dengan baik saat kandung kemih kosong. Kandung kemih
yang penuh mengubah posisi uterus ke atas, menyebabkan relaksasi
dan kontraksi uterus lebih nyeri. (Islami & Aisyaroh, 2012)
2) Keringat berlebih
Wanita postpartum mengeluarkan keringat berlebihan karena tubuh
menggunakan rute ini dan diuresis untuk mengeluarkan kelebihan
cairan interstisial yang disebabkan oleh peningkatan normal cairan
intraselular selama kehamilan. Cara menguranginya sangat sederhana
yaitu dengan membuat kulit tetap bersih dan kering. (Islami &
Aisyaroh, 2012)
3) Pembesaran payudara
Diperkirakan bahwa pembesaran payudara disebabkan oleh
kombinasi akumulasi dan stasis air susu serta peningkatan vaskularitas
dan kongesti. Kombinasi ini mengakibatkan kongesti lebih lanjut
karena stasis limfatik dan vena. Hal ini terjadi saat pasokan air susu
meningkat, pada sekitar hari ketiga postpartum baik pada ibu menyusui
maupun tidak menyusui dan berakhir sekitar 24 hingga 48 jam. (Islami
& Aisyaroh, 2012)
4) Nyeri perineum
Beberapa tindakan dapat mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri
akibat laserasi atau luka episiotomi dan jahitan laserasi atau episiotomi
tersebut. Sebelum tindakan dilakukan, penting untuk memeriksa
perineum untuk menyingkirkan komplikasi seperti hematoma.
Pemeriksaan ini juga mengindikasikan tindakan lanjutan apa yang
mungkin paling efektif. (Islami & Aisyaroh, 2012)
5) Konstipasi
Rasa takut dapat menghambat fungsi bowel jika wanita takut bahwa
hal tersebut dapat merobek jahitan atau akibat nyeri yang disebabkan
oleh ingatannya tentang tekanan bowel pada saat persalinan.
Konstipasi lebih lanjut mungkin diperberat dengan longgarnya
abdomen dan oleh ketidaknyamanan jahitan robekan perineum derajat
tiga atau empat. (Islami & Aisyaroh, 2012)
6) Hemoroid
Jika wanita mengalami hemoroid, mungkin mereka sangat
merasakan nyeri selama beberapa hari. Hemoroid yang terjadi selama
masa kehamilan dapat menimbulkan traumatis dan menjadi lebih
edema selama kala dua persalinan. (Islami & Aisyaroh, 2012)
4. KB
KB adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia sejahtera.(Sulistyawati, 2012)
KB adalahtindakan yang membantu individu/pasutri untuk mendapatkan
objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Sulistyawati,
2012)
Berdasarkan uraian definisi KB diatas maka dapat disimpulkan KB adalah
usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
serta menghindari kelahiran yang tidak diinginkan menggunakan kontrasepsi.
a. Macam-Macam Kontrasepsi Pasca Persalinan
Macam-macam alat kontrasepsi yang digunakan pasca persalinan
bertujuan untuk menjarangkan kehamilan. Macam-macam alat kontrasepsi
pasca salin adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dapat dipasang
pada 48 jam pasca persalinan atau ditunda sampai 4-6 minggu pasca
persalinan, kontrasepsi ini tidak berpengaruh terhadap ASI. Kontrasepsi
progestin yang terdiri dari suntik, pil dan implant juga disarankan
digunakan sebelum 6 minggu pascapersalinan dan apabila menggunakan
MAL sebaiknya ditunda sampai 6 bulan. Kondom/spermisida, diafragma
dan KB alamiah dapat digunakan setiap pascapersalinan karena tidak
memberikan efek pada laktasi, namun pada KB alamiah perlu diperhatikan
bahwa lendir serviks tidak keluar seperti haid reguler dan suhu basal tubuh
kurang akurat apabila ibu sering terbangun di malam hari untuk menyusui.
Kontrasepsi mantap tubektomi dapat dilakukan setiap saat dan tidak ada
pengaruhnya pada laktasi sedangkan, vasektomi tidak segera efektif karena
perlu paling sedikit 20 ejakulasi. Metode Amenore Laktasi (MAL) yang
dapat digunakan apabila ibu menyusui secara penuh sedangkan,
kontrasepsi kombinasi pada ibu nifas yang menyusui tidak disarankan
karena dapat mempengaruhi jumlah produksi ASI.(Abdul Bahri Saifuddin,
2010)
b. Evidance Based KB
Pemilihan alat kontrasepsi pascasalin yang dilakukan calon akseptor perlu
dibantu dengan konseling oleh tenaga kesehatan menggunakan alat bantu
untuk menentukan alat kontrasepsi yang sesuai dengan keadaan calon
akseptor. Penelitian yang berjudul Penggunaan WHO Wheel Criteria dan
Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK), dalam Pemilihan Kontrasepsi
Pasca Persalinan menunjukkan hasil bahwa WHO Wheel Criteria dan
ABPK sama-sama efektif digunakan sebagai alat bantu dalam
pengambilan keputusan ber-KB.(Mulyati & Dairi, 2014)
Pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan pada urutan prioritas yang
rasional. Prioritas utama dalam pemilihan alat kontrasepsi yang bertujuan
untuk menjarangkan kehamilan adalah AKDR dan AKBK. Hal ini
dibuktikan dengan penelitian yang berjudul Effect of Contraception
Provide at Termination of Pregnancy and Incidence ob Subsequent
Termination of Pregnancy yang menunjukkan hasil bahwa ibu yang
memilih alat kontasepsi dengan tujuan menjarangkan kehamilan lebih
banyak memilih implant dan IUD karena efektif dalam jangka panjang.
(Cameron et al., 2012)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fevironica Y.O, Hj.
Mumpuni D.N, dr.A. Iskandar (2014) dalam jurnal yang berjudul Faktor-
faktor yang Menyebabkan Akseptor memilih KB Suntik 3 bulan di BPM
Ny.Kuntum Kholidah, SST di Ds. Diwek Kec. Diwek Kab. Jombang,
disimpulkanKB suntik 3 bulan adalah efektif, hampir seluruh pasangan
usia subur yang memakai alat kontrasepsi ini menyatakan praktis, sebagian
besar responden menyatakan kontrasepsi KB suntik 3 bulan tidak
berpengaruh pada ibu menyusui. Sebagian besar menyatakan dapat haid
secara teratur, dan hampir setengah responden menyatakan biaya
terjangkau serta sebagian kecil dapat mengakibatkan gemuk.(Fevironica
Y.O1, Hj. Mumpuni D.N2, 2014)
c. Metode Kontrasepsi
Ada beberapa metode kontrasepsi yang cocok untuk ibu pasca bersalin,
yaitu:
1) Suntikan progestin
Cara kerja suntik progestin yaitu mencegah ovulasi,
mengentalkan lendir serviks, menjadikan selaput lendir Rahim tipis
dan atrofi dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. (Affandi
Biran, Adriaansz George, Gunardi Rusdianto Eka, 2014)
2) Pil progestin (Minipil)
Kontrasepsi minipil dapat digunakan untuk ibu menyusui, dosis
rendah, dan dapat dipakai alat kontrasepsi darurat. Cara kerja
minipil yaitu menekan sekresi gonadotropin, dan sintesis steroid
seks di ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal,
mengentalkan lendir serviks dan mengubah motilita tuba sehingga
transportasi sperma terganggu. (Affandi Biran, Adriaansz George,
Gunardi Rusdianto Eka, 2014)
3) Implan
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3
hingga 5 tahun (BKKBN, 2015). Konsep mekanisme kerjanya
sebagai progesterone yang dapat menghalangi pengeluaran LH
sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan
menghalangi migrasi spermatozoa dan menyebabkan situasi
endometrium tidak siap menjadi tempat nidasi. (Manuaba, 2010)
4) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a) AKDR
AKDR merupakan sangat efektif, reversibel dan berjangka
panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT 380 A), haid menjadi
lebih lama dan lebih banyak, pencabutan dan pemasangan
memerlukan pelatihan, dapat dipakai oleh semua semua
perempuan usia reproduksi dan tidak boleh dipakai oleh
perempuan yang terpapar IMS. Cara kerja AKDR adalah
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi,
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum
uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu dan
memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
(Affandi Biran, Adriaansz George, Gunardi Rusdianto Eka,
2014)
b) AKDR post-plasenta
AKDR post-plasenta yaitu dimana pasien mendapat insersi
AKDR pasca persalinan. AKDR ini umumnya jenis CuT
dimasukkan ke dalam fundus uteri selama 10 menit setelah
plasenta lahir. AKDR ini bekerja langsung efektif segera
setelah pemasangan, AKDR dapat keluar dari uterus secara
spontan, kemungkinan terjadi spotting, perdarahan menstruasi
biasanya akan lebih lama dan banyak, dan AKDR tidak
melindungi dari IMS (Affandi Biran, Adriaansz George,
Gunardi Rusdianto Eka, 2014)
5. Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir disebutjuga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. (Vivian Nanny, 2010)
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan 2500-4000 gram. (Rohcmah, Elita Vasra, Dahliana, 2012)
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi baru
lahir adalah individu yang sedang bertumbuh dan harus dapat menyesuaikan
diri dengan kehidupan intrauterin, melalui persalinan normal dengan berat
badan 2500-4000 gram.
a. Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir
Pernafasan pertama pada BBL normal pada waktu 30 detik setelah
lahir. Pada menit-menit pertama kira-kira 80x / menit disertai pernafasan
cuping hidung, rintihan berlangsung 10-15 menit selama dalam uterus,
janin mendapat O2 dari pertukarangas melalui plasenta setelah bayi baru
lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. (Yanti, 2010)
b. Tahapan Bayi Baru Lahir
Menurut Varney, H (2008; h. 892-893), periode transisi adalah waktu
ketika bayi menjadi stabil dan menyesuaikan diri dengan kemandirian
ekstrauterin. Periode transisi dibagi menjadi tiga tahapan. Periode pertama
yaitu reaktifitas pertama yang di mulai pada saat bayi baru lahir dan
berlangsung selama 30 menit.
Periode kedua yaitu periode tidur yang tidak berespon. Tahap kedua
transisi berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi sampai 2 jam.
Frekuensi jantung bayi baru lahir menurun selama periode ini hingga
kurang dari 140 kali permenit. Frekuensi pernapasan bayi menjadi lebih
lambat dan tenang. Bayi berada dalam tahap tidur nyenyak. Bising usus
ada, tetapi kemudian berkurang.
Periode ketiga yaitu reaktifitas kedua. Selama periode reaktifitas kedua
dimulai dari usia 2 sampai 6 jam, frekuensi jantung bayi labil dan
perubahan warna terjadi dengan cepat, hal ini dikaitkan dengan stimulus
lingkungan. Frekuensi pernapasan bervariasi dan tergantung aktifitas.
Frekuensi napas harus tetap di bawah 60 kali permenit dan seharusnya
tidak lagi ada ronkhi .Pemberian ASI segera sangat penting untuk
mencegah hipoglikemia sehingga dapat menstimulasi pengeluaran feses
untuk mencegah ikterus.
c. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
Menurut Saifuddin AB(2011; h.367-372) manajemen bayi baru lahir yaitu:
1) Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui cara konduksi, konveksi, evaporasi dan
radiasi. Segera setelah bayi lahir, bayi langsung dikeringkan dan
diselimuti dengan handuk hangat untuk mencegah hipotermi/kehilangan
panas.
2) Resusitasi Neonatus
Resusitasi dilakukan bila ada indikasi pada bayi untuk dilakukan
tindakan tersebut. Pada bayi sehat dengan nafas spontan, tonus baik dan
ketuban jernih resusitasi tidak dilakukan.
3) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini dilakukan selama 1 jam untuk memberikan
kesempatan bayi mencari dan menemukan puting ibu. Menurut
penelitian yang berjudul “Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap
Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir di BPM Padang Panjang”, disimpulkan
bahwa rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sebelum pelaksanaan IMD
sebesar 36,520C dengan suhu tubuh bayi baru lahir setelah pelaksanaan
IMD sebesar 37,310C. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan suhu
sebesar 0,790C yang menandakan adanya pengaruh IMD terhadap suhu
tubuh bayi baru lahir.(Chaidir, 2016)
Menurut Penelitian yang berjudul “Pengaruh Inisiasi Menyusui
Dini terhadap waktu Pengeluaran dan Perubahan Warna Mekonium
serta Kejadian Ikterik Fisiologis”, disimpulkan bahwa Inisiasi menyusu
dini tidak mempengaruhi waktu pengeluaran mekonium pertama kali
akan tetapi mempercepat perubahan warna mekonium dari hijau gelap
menjadi kekuningan. Inisiasi menyusu dini juga menurunkan kejadian
ikterik neonatus fisiologis. Perlu ditingkatkan lagi IMD sebagai salah
satu upaya menurunkan kematian bayi pada umumnya dan menurunkan
kejadian ikterik neonatrum pada khususnya.(Pisceski, Saputra, &
Lasmini, 2015)
4) Pengikatan dan pemotongan tali pusat
Penanganan tali pusat dilakukan secara asepsis untuk mencegah
infeksi.Tali pusat dijepit dengan klem pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi
dan potong pada ± 1 cm di distal tempat tali pusat di jepit.Penundaan
penjepitan tali pusat 2-3 menit memungkinkan waktu untuk mentransfer
darah janin di plasenta ke bayi pada saat kelahiran. Transfusi plasenta
ini dapat memberi bayi tambahan volume darah 40% lebih banyak.
Waktu penundaan pemotongan tali pusat efektif terhadap kadar
hemoglobin bayi baru lahir.(Suryani, Kebidanan, & Kemenkes, 2019)
Menurut penelitian yang berjudul “Penundaan Pemotongan Tali
Pusat terhadap Tingkat Kebugaran Bayi Asfiksia di BPM Ernawati
Kabupaten Garut tahun 2017”, hal ini menunjukkan bahwa ada
perubahan positif dari sebelum dilakukan penundaan pemotongan tali
pusat dan sesudah dilakukan penundaan pemotongan tali pusat. Hasil
uji statistik diketahui bahwa nilai P value=0,000 maka P value<0,05,
maka dapat disimpulkan penundaan pemotongan tali pusat berpengaruh
terhadapat tingkat kebugaran bayi asfiksia di BPM Ernawati. (Ernawati,
2017)
5) Perawatan Tali Pusat
Tali pusat dijaga agar tetap kering dan bersih.Dalam merawat talipusat
bayi baru lahir harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya
infeksi.Perawatan tali pusat cukup dengan menggunakan kassa kering
tanpa diberi betadin/ alkohol. Menurut penelitian yang berjudul
“Perbedaan Lama Pupus Tali Pusat dalam hal Perawatan Tali Pusat
antara Penggunaan Kassa Steril dengan Alkohol 70% di BPS HJ.
Maria Olfah tahun 2012”, disimpulkan bahwa perawatan kasa steril
rata-rata lama pupusnya 5,53 hari sedangkan rata-rata untuk perawatan
kasa alkohol 70% adalah 6,93 hari.Penelitian menunjukkan bahwa tali
pusat yang menggunakan kasa steril cenderung lebih cepat pupus
(lepas) daripada perawatan tali pusat menggunakan kasa alkohol 70%
atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari .
(Dwi Sogi Sri Redjeki, 2012)
6) Pelabelan
Label nama bayi atau nama ibu dilekatkan di tangan atau kaki bayi
sejak di ruang bersalin.
7) Profilaksis mata
Beri antibiotik profilaksis salep mata eritromisin atau salep mata
tetrasiklin untuk mencegah konjungtivitis.
8) Pemberian vitamin K
Bayi perlu diberi vitamin K untuk mencegah perdarahan. Pemberian
vitamin K dengan cara intramuskuler di paha kiri anterolateral dengan
dosis 1 mg.
9) Pengukuran berat dan panjang lahir
Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat lahirnya.Untuk pengukuran
panjang lahir sebaiknya dilakukan dengan menggunakan stadiometer
bayi dengan menjaga bayi dalam posisi lurus dan ekstremitas dalam
keadaan ekstensi.
10) Memandikan bayi
Bayi sebaiknya dimandikan lebih dari sama dengan 6 jam setelah lahir.
Memandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat, segera
keringkan tubuhnya dengan handuk bersih, kering, hangat dan segera
kenakan pakaiannya.Tempatkan di dekat ibunya dan beri ASI sedini
mungkin.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


1. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Pada kontak pertama pada ibu hamil, perlu dilakukan anamnesa untuk
mendeteksi adanya masalah pada ibu hamil. Anamnesa yang perlu dilakukan
adalah menanyakan identitas ibu hamil, keluhan, riwayat penyakit yang
pernah diderita dan keluarga, riwayat obstetri, riwayat KBdan pola kebiasaan
sehari-hari. (Farid Husin, 2013)
Asuhan yang diberikan pada ibu hamil trimester tiga adalah pemantauan berat
badan dan tekanan darah, pemeriksaan TFU, TBJ dan penentuan letak janin,
pemeriksaan DJJ, deteksi terhadap masalah psikologis, kebutuhan senam
hamil dan mengurangu keluhan akibat ketidaknyamanan. Fokus pemeriksaan
pada ibu hamil trimester 3 adalah mempersiapkan ibu untuk menghadapi
persalinan terutama dukungan psikologis pada ibu. (Farid Husin, 2013)
2. Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Pada saat ibu datang untuk bersalin, anamnesa yang paling penting ditanyakan
kepada ibu antara lain tentang tanda-tanda persalinan yaitu kapan dimulainya
ibu merasa mules dan berapa frekuensinya, apakah nyeri yang diakibatkan
kontraksi menjalar sampai ke punggung dan kontraksi tidak hilang jika
beristirahat, apakah sudah keluar lendir darah serta apakah sudah keluar air
ketuban dan kapan air ketuban keluar. Berdasarkan anamnesa yang ditanyakan
kepada ibu, jika ibu sudah mengalami tanda-tanda persalinan maka ibu
dinyatakan sudah memasuki inpartu. (Jaringan nasional pelatihan klinik-
kesehatan reproduksi, 2015)
Asuhan yang diberikan pada ibu bersalin dibagi menjadi asuhan pada kala
satu, kala dua, kala tiga dan kala empat. Asuhan pada ibu bersalin kala satu
yaitu dimulai dari pemeriksaan fisik yang terdiri dari penilaian kesehatan dan
keadaan umum ibu, suasana hati ibu, tingkat nyeri yang dirasakan ibu dan
tanda-tanda vital ibu. Pemeriksaan fisik lain yang dilakukan adalah periksa
dalam dan pemeriksaan abdomen yang terdiri dari menentukan tinggi fundus
uteri, memantau kontraksi uterus, memantau denyut jantung janin,
menentukan presentasi dan menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Pada saat pemeriksaan dalam yang dinilai adalah luka atau massa pada
genetalia eksterna atau luka parut perineum, pengeluaran pervaginam, menilai
vagina, pembukaan dan penipisan serviks, bagian terbawah janin serta
penurunan bagian terbawah janin.Asuhan selanjutnya yang diberikan pada ibu
bersalin kala satu yaitu pengenalan dini terhadap masalah dan penyulit
berdasarkan dari data subyektif dan obyektif yang didapatkan, persiapan
asuhan persalinan yang terdiri dari persiapan ruangan untuk persalinan dan
kelahiran bayi, persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang
diperlukan, persiapan rujukan dan memberikan asuhan sayang ibu serta
melakukan dikumentasi. Asuhan sayang ibu pada kala satu sebagai dukungan
emosional pada ibu diantara adalah dengan melakukan massase punggung dan
memberikan pendampingan suami untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
ibu. (Jaringan nasional pelatihan klinik-kesehatan reproduksi, 2015)
Asuhan kala dua persalinan mulai dilakukan apabila telah terjadi tanda gejala
kala dua yang dilihat dari data subyektif dan obyektif. Data subyektif yang
didapat apabila ibu telah memasuki kala dua adalah ibu merasakan adanya
dorongan meneran bersamaan dengan kontraksi dan ibu merasakan
peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya, sedangkan data obyektif
yang didapat adalah perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani
membuka dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah serta tanda
pasti kala dua adalah pembukaan serviks telah lengkap dan terlihatnya bagian
kepala bayi melalui introitus vagina.Jika telah dipastikan ibu memasuki kala
dua, maka dilakukan asuhan kebidanan kala dua yaitu dimulai dari persiapkan
alat dan diri, melakukan pemeriksaan dalam, membimbing ibu untuk meneran
dan diantara kontraksi melakukan pemantauan DJJ dan memberikan ibu
minum dan istirahat, mempersiapkan untuk pertolongan kelahiran bayi serta
melakukan pertolongan untuk mengeluarkan seluruh badan bayi. Pada kala
dua persalinan juga diterapkan asuhan sayang ibu diantaranya adalah dengan
memberikan kesempatan kepada ibu untuk memilih posisi yang nyaman pada
saat persalinan selama tidak membahayakan ibu dan janin. (Jaringan nasional
pelatihan klinik-kesehatan reproduksi, 2015)
Setelah bayi keluar, maka selanjutnya adalah memasuki kala tiga persalinan.
Asuhan terpenting yang diberikan pada kala tiga adalah melakukan
manajemen aktif kala tiga yaitu pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali dan masase
fundus uteri untuk mempercepat persalinan kala tiga, mengurangi perdarahan
dan mengurangi kejadian retensio plasenta. Hal lain yang perlu diperhatikan
dalam mengeluarkan plasenta adalah tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu
perubahan bentuk dan tinggi uterus, tali pusat memanjang dan semburan darah
mendadak dan singkat. Pada saat melakukan asuhan kala tiga persalinan, maka
dilakukan IMD untuk mengurangi perdarahan dan menimbulkan kontraksi.
Indikator IMD dikatakan berhasil jika Melakukan eksplorasi untuk mengecek
adanya sisa plasenta di dalam uterus.(Jaringan nasional pelatihan klinik-
kesehatan reproduksi, 2015)
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta, pada kala empat
dilakukan pemantauan selama 2 jam pascapersalinan. Asuhan kala yaitu
dengan melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung
kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit pada satu jam yang pertama dan
setiap 30 menit pada satu jam yang kedua, temperatur tubuh setiap jam dalam
dua jam pertama pascapersalinan. Setelah semua tindakan pada persalinan
dilakukan adalah melakukan dekontaminasi alat dan membersihkan ibu untuk
memberikan kenyamanan pada ibu. (Jaringan nasional pelatihan klinik-
kesehatan reproduksi, 2015)
3. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
Asuhan kebidanan pada masa nifas dilaksanakan sebanyak 3 kali kunjungan,
yaitu kunjungan I pada 6-8 jam pasca persalinan, kunjungan II pada 6 hari
pasca persalinan dan kunjungan III pada 2 minggu pascapersalinan. Kunjungan
nifas bertujuan menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.(Bahiyatun, 2008)
Pada kunjungan I dilakukan anamnesa berupa keluhan ibu dan yang dirasakan
ibu yaitu memastikan bahwa ibu tidak merasa pusing dan ibu merasa mules.
Pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari menilai tanda-tanda vital ibu dan
mengecek jumlah perdarahan yang keluar. Pada kunjungan I berfokus pada
pengkajian adanya perdarahan postpartum dan penyebab dari perdarahan serta
mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan pencegahan perdarahan,
pemberian ASI awal untuk membentuk hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
dan menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. Senam kegel
dapat dilakukan pada saat 6-8 jam pascapersalinan untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum.(Bahiyatun, 2008)
Pada kunjungan II dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Pada kunjungan ini
dilakukan anamnesa yang berfokus pada keluhan yang ibu rasakan dan masalah
yang ibu hadapi dalam masa nifas dan merawat bayinya serta memastikan ibu
masih merasa mules. Pemeriksaan yang dilakukan adalah dimulai dengan
mengamati keadaan umum ibu, lalu memeriksa tanda-tanda vital, memeriksa
konjungtiva ibu, memeriksa penurunan fundus uteri dan lochea serta
perdarahan yang keluar. Pada kunjungan nifas II juga berfokus pada adanya
tanda-tanda demam dan infeksi, memastikan bahwa ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat. Saat melakukan kunjungan untuk memastikan
ibu menyusui dengan baik, maka ibu diminta untuk mempraktekkannya secara
langsung, sehingga apabila ada yang kurang tepat dapat dibenarkan secara
langsung, selanjutnya adalah memberikan konseling tentang cara perawatan
bayi dan mencegah bayi tetap hangat. Pada saat kunjungan II, ibu juga dapat
diajarkan untuk melakukan senam nifas untuk mempercepat involusi uteri.
(Bahiyatun, 2008)
Pada kunjungan III berlangsung 2 minggu setelah persalinan.Asuhan yang
diberikan hampir sama dengan kunjungan II, hanya pada kunjungan nifas III ini
berfokus pada konseling KB secara dini. KB yang dipilih adalah kontrasesi
yang diprioritaskan dapat menjarangkan kehamilan, dalam pemilihan alat
kontrasepsi yang tepat perlu dilakukan konseling yang dapat menambah
pengetahuan ibu tentang kontrasepsi yang dipilihnya.(Bahiyatun, 2008)
4. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir harus memperhatikan prinsip
pencegahan infeksi, kemudian ketika bayi lahir dilakukan penilaian apakah
bayi menangis dan tonus otot bayi baik. Asuhan yang diberikan pada bayi baru
lahir normal adalah segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan
kering yang disiapkan pada perut bawah ibu, lalu dilakukan penilaian pada
bayi. Setelah dilakukan penilaian asuhan yang diberikan selanjutnya adalah
jaga kehangatan bayi, bersihkan jalan nafas hanya bila ada indikasi, keringkan
dan tetap jaga kehangatan, potong dan ikat tali pusat, kira – kira 2 menit setelah
lahir, lakukan Inisiasi Menyusu Dini dan kontak kulit bayi dengan kulit ibu,
beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1 % pada kedua mata, beri suntikan
vitamin K1 setelah Inisiasi Menyusu Dini dan beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml
intramuskular, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1.Asuhan
selanjutnya pada bayi baru lahir adalah mencegah kehilangan panas tubuh bayi
dengan memperhatikan prinsip kehilangan panas pada BBL dalam memberikan
perawatan pada bayi baru lahir untuk mencegah kehilangan panas tubuh pada
bayi baru lahir. (Jaringan nasional pelatihan klinik-kesehatan reproduksi, 2015)
5. Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu
dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. (Ai Yeyeh Rukiyah dan
Lia yulianti, 2011)
Proses menajemen terdiri dari 7 langkah. Tujuh langkah menajemen
menurut varney terdiri dari langkah I yaitu pengumpulan data, langkah II yaitu
interpretasi data dasar, langkah III yaitu mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial, langkah IV yaitu mengidentifikasi dan menetapkan yang
memerlukan penanganan segera, langkah V yaitu merencanakan asuhan yang
menyeluruh, langkah VI yaitu melaksanakan perencanaan dan langkah VII
yaitu evaluasikeefektifan dari asuhan yang sudah diberikan. (Ai Yeyeh
Rukiyah dan Lia yulianti, 2011)
6. Pendokumentasian dalam Bentuk SOAP
Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan,
pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil pemeriksaan , serta
terhadap semua asuhan yang telah diberikan. Langkah-langkah
pendokumentasian dalam bentuk SOAP(Wafi Nur Muslihatun, Mufdlilah,
2010) yaitu:
S (Subyektif): Data subyektif adalah data yang diambil dari hasil anamnesa
pasien. Pada data subyektif dapat menguatkan diagnosis yang akan disusun.
O (Data Obyektif): Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui hasil dari
pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
diagnostik lainnya.
A (Assessment): Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi dari data subyektif dan data obyektif. Dalam assessment langkah
selanjutnya yaitu dilakukan tindakan yang sesuai dengan kebutuhan.
P (Penatalaksanaan): Penatalaksanaan merupakan tindakan yang dilakukan
setelah adanya diagnosa yang mendukung dari data subyektif dan data
obyektif.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal : 05 Agustus 2019 Jam : 09.00 WIB
2. IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. A 1. Nama : Tn. M
2. Umur : 22 tahun 2. Umur : 27 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Swasta 5. Pekerjaan : Swasta
6. Suku Bangsa : Jawa 6. Suku Bangsa : Jawa
7. Alamat : Juwiring 7/3 7. Alamat : Juwiring 7/3

3. DATA SUBYEKTIF
a. ALASAN DATANG
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.
b. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
Uraian Keluhan Utama:
c. RIWAYAT KESEHATAN:
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit
menular seperti TBC: batuk berdahak disertai darah; hepatitis: mual
muntah hingga diare; PMS/ HIV/ AIDS: keputihan berwarna kuning
atau hijau dan berbau dan penyakit menurun seperti asma: sesak napas;
jantung: nyeri dada; hipertensi: sering pusing berlebihan; DM: sering
berkeringat pada malam hari, sering kencing dan tidak ada alergi obat
atau makanan.
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, PMS/ HIV/ AIDS dan
penyakit menurun seperti asma, jantung, hipertensi, DM dan tidak ada
keturunan kembar.
d. RIWAYAT OBSTETRI
1) Riwayat Haid:
Menarche : 13 tahun Nyeri Haid : Ya
Siklus : 28 hari Lama : 7 hari
Warna Darah : Merah Leukhore : Tidak
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
2) Riwayat Kehamilan sekarang :
a) Hamil ke 2, usia 37+3 minggu
b) HPHT :14-12-2018
c) HPL : 21-08-2019
d) Gerak janin
 Pertama kali : ibu mengatakan merasakan gerakan janin
saat umur kehamilan 4 bulan.
 Frekuensi dalam 12 jam : ±10-12 kali.
e) Tanda bahaya : ibu tidak merasakan pusing atau sakit kepala
yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada wajah dan jari-
jari tangan, gerak janin tidak terasa dan nyeri perut yang hebat.
f) Kekhawatiran khusus : ibu mengatakan ada kekhawatiran
khusus pada kehamilannya.
g) Konsumsi tablet Fe : tablet Fe yang diberikan hingga saat ini
sebanyak 120 tablet.
h) Imunisasi TT : TT4
i) ANC : ibu sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC)
sebanyak 4x di Puskesmas Cepiring. Pada trimester I keluhan
ibu adalah pusing. Pada trimester II ibu tidak ada keluhan dan
pada trimester III keluhan ibu adalah nyeri punggung dan
sembelit.
Tabel 4.1. Riwayat ANC
ANC Tanggal Tempat Suplemen& Masalah Tindakan/ Pendidikan
ke Fe Kesehatan
(Jenis&Jum
lah)
1. 14/01/2019 PKM - Mual Pemeriksaan ANC
Istirahat yang cukup
Makan sedikit tapi sering
Kontrol ulang 1 bulan
2. 18/05/2019 PKM SF T.A.K Pemeriksaan ANC
Kalk Istirahat yang cukup
Anjurkan untuk ANC
Terpadu
Kontrol ulang 1 bulan
3. 02/05/2019 PKM SF Nyeri Kompres Hangat
Kalk Punggung Senam Hamil
Sembelit Makanan tinggi serat
Konsumsi pisang raja, air
mineral dan jalan jalan
pagi
Kontrol ulang 2 minggu
4. 06/08/2019 PKM SF T.A.K Pendkes Tanda tanda
Kalk persalinan
Persiapan Persalinan
Tanda Bahaya
Kehamilan Trimester III
Prenatal Yoga
Kontrol 1 minggu lagi
Sumber: Buku KIA Ibu
3) Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu:
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama.
e. RIWAYAT KB
Ibu mengatakan sebelum kehamilan ini ibu tidak KB. Setelah
melahirkan ibu merencanakan untuk KB suntik 3 bulan.
4. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:
Sebelum hamil :
1) Nutrisi
a) Makan
(1) Frekuensi makan pokok : 2x perhari
(2) Komposisi :
 Nasi :2 x @ 1 piring (sedang)
 Lauk :2 x @ 1 potong (sedang), jenisnya ikan,telur,
ayam, tahu, tempe.
 Sayuran: 2x @½ mangkuk sayur ; jenis
sayuranbrokoli, wortel, sawi, bayam.
 Buah : 3 x seminggu; jenis pisang, jeruk.
 Camilan: 1 x sehari; jenis jajanan pasar.
(3) Pantangan : ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan.
b) Minum
(1) Jumlah total 6 gelas perhari; jenis air putih.
(2) Susu 0 gelas perhari; jenis susu.
c) Perubahan selama hamil ini :
Selama hamil ini, ibu makan 3 x sehari dengan porsi 1
piring sedang, menu nasi dengan lauk nabati (tahu/tempe) dan
hewani (telur/ayam/ati ayam), dan sayur (brokoli/kol/sawi),
ditambah dengan konsumsi buah 3 x seminggu dengan jenis
pisang/jeruk/pepaya dan cemilan biskuit. Untuk konsumsi
minumnya, ibu sehari minum 8-10 gelas air putih dan
ditambah 1 gelas susu perhari. Selama hamil tidak ada
makanan yang dipantang oleh ibu.
d) Keluhan/ Masalah
Pada kehamilan yang kedua ini ibu tidak mengalami
keluhan atau masalah pada pola makan dan minumnya.
2) Eliminasi
a) Sebelum hamil
(1) Buang air kecil :
 Frekuensi perhari : ± 4-5 x warna kuning jernih.
 Keluhan/masalah : ibu mengatakan tidak ada keluhan
saat buang air kecil.
(2) Buang air besar :
 Frekuensi perhari : 1 x ; warna kuning konsistensi
lembek.
 Keluhan/masalah : ibu mengatakan tidak ada keluhan
saat buang air besar.
b) Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan frekuensi buang air kecil semakin sering
selama hamil ini, sehari ± 7-8 x warna kuning jernih.
3) Personal hygiene
a) Sebelum hamil :
(1) Mandi 2 x sehari
(2) Keramas 3x seminggu
(3) Gosok gigi 2 x sehari
(4) Ganti pakaian 2 x sehari; celana dalam 2 x sehari
(5) Kebiasaan memakai alas kaki : sandal.
b) Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan tidak ada perubahan selama hamil ini.
4) Hubungan seksual
a) Sebelum hamil :
(1) Frekuensi : 3x seminggu
(2) Contact bleeding : Tidak ada
(3) Keluhan lain : Tidak ada
b) Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan saat usia kehamilannya 4 sampai 6 bulan tidak
melakukan hubungan seksual tetapi saat usia kehamilannya
memasuki usia 7 bulan sampai saat ini, ibu melakukan
hubungan seksual seminggu sekali.
5) Istirahat/tidur
a) Sebelum hamil :
(1) Tidur malam 7 jam
(2) Tidur siang 0 jam
(3) Keluhan/masalah : Tidak ada
b) Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan selama hamil, ibu selalu tidur siang selama 30
menit sampai 1 jam.
6) Aktivitas fisik dan olah raga
a) Sebelum hamil :
(1) Aktivitas fisik (beban pekerjaan) : Ibu beraktivitas sebagai
ibu rumah tangga menjalankan kegiatan seperti memasak,
menyapu, mencuci piring, mengurus suamidan
keluarganya sendiri. Tidak ada keluhan pada aktivitas ibu.
(2) Olah raga : ibu mengatakan tidak olahraga.
b) Perubahan selama hamil ini :
Ibu mengatakan selama hamil melakukan senam hamil dan
melakukan olahraga ringan.
7) Kebiasaan yang merugikan kesehatan :
a) Merokok : Tidak merokok
b) Minuman beralkohol : Tidak mengonsumsi alkohol
c) Obat-obatan : Tidak mengonsumsi obat-obatan
d) Jamu : Tidak mengonsumsi jamu
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL
1) Riwayat perkawinan :
a) Status perkawinan : menikah, umur waktu menikah : 18 tahun.
b) Pernikahan ini yang ke 1 sah lamanya 4 tahun.
c) Hubungan dengan suami : baik.
2) Kehamilan ini diharapkan oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : sangat
mendukung.
3) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) yaitu dengan
bermusyawarah dengan suami dan keluarga
4) Ibu tinggal serumah dengan suami dan anak.
5) Pengambil keputusan utama dalam keluarga adalah suami.
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat mengambil keputusan sendiri.
6) Orang terdekat ibu adalah suami.
Yang menemani ibu untuk kunjungan ANC adalah suami.
7) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan tidak
ada.
8) Rencana tempat dan penolong persalinan yang diinginkan di
Puskesmas dengan bidan.
9) Penghasilan perbulan:Rp 2.500.000,- Cukup.
10) Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan : ibu tidak
berpuasa selama hamil ini.
11) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
 tidak boleh menerima transfusi darah;
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
 lainnya
12) Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu sudah mengetahui
pentingnya pemeriksaan ANC.
Hal-hal yang ingin diketahui ibu: Ibu ingin mengetahui kondisi
janinnya saat ini.
6. DATA OBYEKTIF:
a. PEMERIKSAAN FISIK:
1) Pemeriksaan Umum:
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) BB Sebelum/Sekarang : 40/ 60 kg.
d) TB :150 cm.
e) LILA : 26 cm.
f) Tensi :100/80 mmHg
g) Nadi : 84 x/ menit.
h) Suhu : 36, 30 C.
i) RR : 22 x/ menit.
j) IMT : 26,67
2) Status present
Kepala :meshocepal, kulit kepala bersih, tidak ada ketombe
Mata : simetris, konjungtiva tidak ananemis, sklera tidak
ikterik.
Hidung : simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip.
Mulut : bersih, bibir lembab, tidak stomatitis, tidak
ginggivitis, tidak ada karies gigi.
Telinga : simetris, bersih, tidak ada penumpukan serumen.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, vena
jugularis.
Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
wheezing.
Perut : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada pembesaran
limpa, tidak nyeri tekan.
Lipat paha : tidak ada varises
Vulva : tidak ada odem, tidak ada varises
Ekstremitas : tidak ada odem, tidak ada varises
Reflek patella: + / +
Punggung : tidak ada kelainan tulang belakang.
Anus : tidak hemorhoid.
3) Status Obstetrik
a) Inspeksi
(1) Muka :tidak ada cloasma gravidarum
(2) Mamae :payudara membesar, putting menonjol,
hiperpigmentasi areola, belum keluar kolostrum.
(3) Abdomen :ada linea nigra, ada striae gravidarum
(4) Vulva :tidak ada PPV (pengeluaran pervaginam).
b) Palpasi
(1) Leopold I : TFU 3 jari di bawah px xypedeus.
Bagian fundus teraba satu bagian bulat lunak tidak
melenting (bokong).
(2) Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba bagian
kecil-kecil (ekstremitas). Bagian kanan ibu teraba satu
bagian keras memanjang ada tahanan (punggung).
(3) Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba satu
bagian bulat keras melenting (kepala).
(4) Leopold IV : Bagian bawah janin sudah masuk PAP.
(5) TFU dengan Mc. Donald = 30 cm
(6) TBJ = (TFU-11) x 155 = (30-11) x 155 = 2945 gram.
c) Auskultasi
DJJ : 142 x/ menit Frekuensi: Hitungan 1 menit.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Sampel darah
HB : 11,3 gr %.
Gol. Darah :A
GDS : 100 mg/ dl
HbSAg : Negatif
VCT : NR
b. Protein Urine : Negatif
8. ANALISA
Ny. A Usia 22 tahun G 2P1A0 hamil 37 minggu janin tunggal hidup intrauteri
letak membujur puki sudah masuk PAP.
Masalah :-
Kebutuhan :-
9. PENATALAKSANAAN Tanggal: 05 Agustus 2019 Jam: 09.00 WIB.
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin sehat.
Hasil : Ibu mengerti dan terlihat senang setelah mengetahui hasil
pemeriksaan.
b. Menjelaskan pada ibu Tanda-tanda persalinan yaitu perut mules yang
teratur, timbulnya semakin sering dan semakin lama; keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban dari jalan
lahir. Jika muncul salah satu tanda diatas, segera bawa ibu hamil ke
pelayanan kesehatan.
Hasil : Setelah dilakukan evaluasi yaitu menanyakan kembali kepada
ibu tentang tanda-tanda persalinan, ibu dapat menjelaskan tanda-tanda
persalinan.
c. Menjelaskan Tanda Bahaya Kehamilan yaitu muntah terus-menerus dan
tak mau makan; demam tinggi; bengkak kaki, tangan dan wajah atau
sakit kepala disertai kejang; janin dirasakan kurang bergerak
dibandingkan sebelumnya; pendarahan pada hamil tua atau muda; air
ketuban keluar sebelum waktunya. Jika muncul salah satu tanda diatas,
segera bawa ibu ke Pelayanan Kesehatan
Hasil : Setelah dilakukan evaluasi yaitu menanyakan kembali kepada
ibu tentang tanda bahaya kehamilan, ibu dapat menjelaskan tanda
bahaya persalinan.
d. Mengajarkan ibu gerakan Prenatal Yoga sederhana yangdapat
dilakukan dirumah untuk relaksasi, olah nafas, cemas. Selain itu Yoga
Antenatal juga dapat digunakan untuk pengurangan nyeri punggung
yang terjadi pada trimester 3.
Hasil : Setelah dilakukan Antenatal Yoga, ibu merasa lebih nyaman.
e. Memberikan tablet SF 1x1, Kalk1x1 serta menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi obat secara teratur dan meminumnya dengan air putih
atau dengan air jeruk karena untuk membantu proses penyerapan obat.
Hasil : Ibu sudah menerima obat yang diberikan dan ibu mengatakan
sudah mengkonsumsi obat secara teratur sesuai dengan anjuran bidan
yaitu tablet SF diminum 1 x 1 tablet sehari saat malam hari untuk
mencegah anemia saat kehamilan dan mencegah perdarahan saat
persalinan serta Kalk diminum 1x1 tablet sehari saat pagi hari untuk
pertumbuhan tulang dan gigi.
f. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan 1 minggu lagi atau
jika ibu ada keluhan bisa periksa ke tenaga kesehatan.
Hasil : ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.

CATATAN PERKEMBANGAN IBU HAMIL


(SOAP)
Nama Pasien : Ny. H
Tanggal : 11 Agustus 2019
Jam : 07.00 WIB.
Tempat : Rumah Ny. A

S (Subyektif) 1. Keluhan utama : Ibu mengatakan kadang terasa kenceng-


kenceng, tetapi buat aktivitas atau tidur hilang dengan sendirinya,
ibu mengeluh sering kencing.
2. Evaluasi hasil kunjungan lalu : Ibu mengatakan selama ini sudah
melakukan Prenatal Yoga sebanyak 2 kali di rumah dan ibu
merasa lebih nyaman.
O (Obyektif) 1. Keadaan Umum: baik
2. Kesadaran: composmentis
3. TD : 110/ 80 mmHg.
4. Nadi :84 x/ menit.
5. RR : 24 x/ menit
6. Suhu : 36, 20 C.
7. BB : 54 kg.
8. Palpasi :
a. Leopold I : TFU 3 jari di bawah px. Bagian fundus teraba satu
bagian bulat lunak tidak melenting.
b. Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil.
Bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-kecil. Bagian
kanan perut ibu teraba satu bagian keras memanjang ada
tahanan.
c. Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba satu bagian bulat
keras.
d. Leopold IV : Bagian bawah janin sudah masuk PAP.
TFU : 30 cm.
TBJ: 2925 gram.
9. Auskultasi:
DJJ : 144 x/ menit.
A (Analisa) Ny. A usia 22 tahun G2P1A0 hamil 37 minggu janin tunggal hidup
intrauteri letak membujur puki U PAP.
Masalah: gangguan rasa nyaman berhubungan dengan his palsu.
Kebutuhan: pendkes tanda-tanda dan persiapan persalinan.
P (Penatalaksanaan) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin sehat.
Hasil : ibu mengerti dan terlihat senang dengan hasil
pemeriksaan.
2. Menjelaskan pada ibu tentang perbedaan his palsu dan his tanda
persalinan yaitu jika his palsu jaraknya lama dan buat aktivitas/
tidur hilang sedangkan his persalinan yaitu frekuensinya sering
dan teratur.
Hasil: ibu memahami dengan penjelasan yang diberikan.
3. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan sudah
dekat yaitu kencang-kencang teratur yang tidak hilang ketika
ibu beraktivitas atau istirahat dan frekuensinya teratur, keluar
lendir bercampur darah dan terkadang disertai dengan pecahnya
ketuban.
Hasil: ibu mengerti dan dapat menyebutkan kembali tanda-
tanda persalinan serta bersedia untuk segera ke bidan apabila
sudah merasakan tanda-tanda tersebut.
4. Menjelaskan pada ibu tentang persiapan persalinan yaitu barang
bawaan harus dimasukkan ke dalam tas yang berisi buku
pemeriksaan, stagen ibu, baju dengan kancing depan, kain jarik,
waslap, 1 pack pembalut panjang, 2 pcs bra, 2 pcs celana dalam,
alat mandi ibu dan bayi, handuk ibu dan bayi, popok dan baju
bayi, kain bedong, gurita, sarung tangan dan kaki bayi, topi
bayi, serta membawa surat-surat yang dibutuhkan untuk syarat
BPJS seperti fotokopi kartu BPJS, fotokopi KK, fotokopi KTP
suami dan isteri.
Hasil: ibu bersedia mempersiapkan keperluan-keperluan yang
dibutuhkan selama persalinan. Ibu mengatakan kebutuhan
barang bawaan sudah di masukkan ke dalam tas dan persyaratan
seperti buku KIA, fotokopi kartu BPJS, KK, KTP suami istri
sudah difotokopi dan sudah berada di dalam tas.
5. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berat-berat
dan banyak istirahat.
Hasil: ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.
6. Menganjurkan ibu untuk melanjutkan konsumsi tablet Fe.
Hasil: ibu bersedia untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe, tablet
Fe yang diberikan pada pemeriksaan sebelumnya sudah
diminum oleh ibu.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
lagi atau jika sudah ada tanda-tanda persalinan atau jika ada
keluhan.
Hasil: ibu bersedia untu mengikuti anjuran yang diberikan.

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN


I. PENGKAJIAN
Nama Pasien : Ny. A
Tanggal : 15 Agustus 2019
Jam : 20.30 WIB
Tempat : Puskesmas Cepiring
II. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG
Ibu mengatakan ingin melahirkan.
2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng sering dan teratur sejak
jam 17.00 WIB kenceng-kenceng yang dirasakan dari perut bagian bawah
dan menjalar ke punggung. Tidak disertai pengeluaran dari jalan lahir.
3. TANDA-TANDA PERSALINAN
a. Kontraksi : teratur
b. Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit lamanya 30 detik
c. Lokasi ketidaknyamanan : perut menjalar ke punggung
d. PPV :-
4. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan terakhir jam 18.00 WIB jenis nasi+sayur+lauk 1
porsi. Ibu mengatakan minum terakhir jam 20.00 WIB jenis teh hangat
habis 1 gelas.
b. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAB terakhir jam 08.00 WIB frekuensi 1 kali warna
kecoklatan konsistensi lembek dan tidak ada keluhan. Sedangkan BAK
terakhir jam 20.00 WIB frekuensi 1 kali warna kuning jernih tidak ada
keluhan.
c. Personal Hygiene
Ibu mengatakan sudah mandi, gosok gigi, ganti pakaian, celana dalam
terakhir jam 16.00 WIB.
d. Istirahat/ tidur
Ibu mengatakan tidur terakhir kemarin malam selama 6 jam tidak ada
keluhan. Ibu tidak bisa tidur siang karena pinggangnya terasa pegel-pegel
apabila dibuat tidur dan sudah merasakan kenceng-kenceng tetapi hilang
apabila dibuat jalan atau aktifitas lainnya.
e. Psikologis
Ibu mengatakan merasa lebih tenang karena proses persalinan
didampingi suami dan keluarga.
f. Aktivitas
Ibu mengatakan masih bisa berjalan-jalan jika ada kontraksi ibu duduk.
g. Tingkat Pengetahuan
Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda persalinan dan sudah
membawa perlengkapan ibu dan bayi yang dibutuhkan selama proses
persalinan.
III. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Berat Badan : 62 kg
4. TD : 120/ 80 mmHg
5. Nadi : 80 x/ menit
6. RR : 22 x/ menit
7. Suhu : 36, 70 C.
8. Palpasi
a. Leopold I : TFU teraba 3 jari di bawah px. Bagian fundus teraba
satu bagian bulat lunak tidak melenting (bokong).
b. Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil
(ekstremitas). Bagian kanan perut ibu teraba satu bagian keras
memanjang ada tahanan (punggung)
c. Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba satu bagian bulat
keras, melenting (kepala).
d. Leopold IV : Bagian bawah janin sudah masuk PAP.
e. Penurunan kepala: 2/ 5.
f. TFU: 30 cm
g. TBJ: (TFU-11) x 155 = (30-11) x 155 = 2925 gram
9. Kontraksi : 2x10’x30”
10. Auskultasi
DJJ : 140x/ menit.
11. Pemeriksaan dalam:
a. vulva/ vagina :elastik
b. serviks :elastik, lunak
c. Pembukaan : 6 cm
d. Efficement : 60 %
e. KK : (+)
f. Presentasi : belakang kepala
g. POD : UUK
h. Penyusupan :0
i. Bagian terbawah turun hodge II.
IV. ANALISA
Ny. A usia 22 tahun G 2P1A0 hamil 38+3 minggu janin tunggal hidup intrauteri
letak membujur puki U PAP inpartu kala I fase aktif.
Masalah : Nyeri persalinan
Kebutuhan : Managemen Nyeri
V. PENATALAKSANAAN Tanggal/ Jam: 15 Agustus 2019/ 20.30 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik
serta ibu saat ini dalam proses persalinan yaitu pembukaan 6 cm.
Hasil : ibu mengerti hasil pemeriksaanya.
2. Memberitahu ibu dan suami bahwa perlu dilakukan tindakan dalam masa
persalinan dan memberikan informed consent pada ibu sebagai pasien dan
suami sebagai penanggung jawab untuk dilakukan asuhan persalinan.
Hasil : ibu dan suami bersedia dan sudah menandatangani lembar informed
consent.
3. Mengajarkan ibu manajemen nyeri untuk mengurangi nyeri akibat kontraksi
dengan cara teknik relaksasi nafas dalam yaitu dengan menghirup oksigen
dari hidung sedalam-dalamnya, kemudian dihembuskan melalui mulut secara
perlahan..
Hasil : ibu mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan ibu
mengatakan nyeri akibat kontraksinya sedikit berkurang.
4. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan di sekitar tempat tidur jika masih mampu
atau tidur miring kekiri untuk mempercepat pembukaan.
Hasil : ibu bersedia jalan-jalan dan tidur miring ke kiri.
5. Mengajarkan kepada keluarga masase punggung ibu untuk mengurangi nyeri
yaitu masase punggung dilakukan searah jarum jam.
Hasil : Keluarga dapat membantu melakukan masasepunggung kepada ibu.
6. Menganjurkan ibu untuk makan minum jika tidak kontraksi.
Hasil : ibu sudah minum 1 gelas teh manis.
7. Menyiapkan partus set, heating set, resusitasi set serta perlengkapan
perawatan bayi baru lahir seperti topi, bedong, baju bayi, popok, gurita, kassa
steril, kaos tangan, kaos kaki, salep mata dna injeksi Vit K 0,1 mg.
Hasi :semua peralatan sudah disipakan dalam troly dan perawatan bayi
disipakan di atas meja yang datar dan keras.
8. Mengobservasi kemajuan persalinan dan mendokumentasikannya.
Hasil : kemajuan persalinan sudah didokumentasi.

Tabel 4.4. Observasi Pengawasan 10

Tanda
Jam KU TD N RR T HIS DJJ PPV BR
Kala II

120/ VT Ø 6
20.30 Baik 80 22 36,7 2x10’20” 140 - -
80 cm

Lendir
21.00 Baik - 86 20 - 3x10’35” 140 - -
darah

Lendir
21.30 Baik - 90 20 - 4x10’45” 144 - -
darah

Lendir VT Ø
22.00 Baik - 88 20 - 5x10’50” 146 -
darah 10cm
CATATAN PERKEMBANGAN IBU BERSALIN
(SOAP)
Nama Pasien : Ny. A
Tanggal : 15 Agustus 2019
Jam : 22.00 WIB
Tempat : Puskesmas Cepiring

S (Subyektif) Ibu mengatakan perutnya semakin kenceng tambah sakit dan rasanya
sudah ingin BAB dan ingin meneran.
O (Obyektif) Terlihat ada tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka
Keadaan Umum: baik
Kesadaran: composmentis
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 80 x/ menit
RR: 22 x/ menit
Suhu: 36, 30 C.
Hiss: 5x10’50”
DJJ: 144 x/ menit.
Pemeriksaan dalam: vulva/ vagina elatik, serviks elastik, lunak,
pembukaan 10 cm, efficement 100 %, KK (-) pecah spontan warna
jernih, presentasi belakang kepala, POD UUK, penyusupan 0, bagian
terbawah turun Hodge III.
A (Analisa) Ny. A usia 22 tahun G2P1A0 hamil 38+3 minggu janin tunggal hidup
intrauteri letak membujur puki U PAP inpartu kala II.
Masalah: ingin meneran
Kebutuhan: pimpinan meneran
P (Penatalaksanaan) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Hasil: ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Mendekatkan alat dan mengecek kembali partus set, heatching set,
resusitasi set ke dekat ibu.
Hasil: semua alat sudah lengkap dan sudah di dekat ibu.
3. Memakai APD dan cuci tangan
Hasil: APD sudah dipakai dan sudah cuci tangan.
4. Memantau DJJ setiap selesai kontraksi 5-10 menit.
Hasil: DJJ 144 x/ menit.
5. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan
memberitahu suami untuk membantu ibu untuk memposisikan ibu.
Hasil: suami sudah berada di dekat ibu dan membantu memposisikan
ibu.
6. Memimpin ibu untuk meneransaat ada kontraksi yang kuat.
Memberitahu ibu untuk mengejan seperti saat ingin BAB.
Hasil: ibu mampu meneran dengan benar
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat minum jika sudah tidak kontraksi
dan mengecek DJJ
Hasil: suami memberi minum ibu, DJJ 144 x/ menit.
8. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman
Hasil: ibu memilih posisi dorsal recumbent.
9. Jika kepala sudah membuka vulva 5-6 cm, meletakkan handuk bersih
di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi, kain segitiga di bawah
bokong ibu, membuka partus set dan memakai sarung tangan steril.
Hasil: handuk, kain segitiga sudah terpasang, partus set sudah
dibuka, sarung tangan sudah dipakai di kedua tangan.
10. Setelah tampak kepala bayi 5-6 cm, melindungi perineum dengan
satu tangan kanan di ataskain segitiga dan tangan kiri menahan
kepala bayi.
Hasil: perineum dan kepala sudah dilindungi dengan tangan.
11. Jika kepala sudah lahir, cek lilitan tali pusat, tunggu putaran paksi
luar dan memegang kepala bayi dengan biperietal, melahirkan bahu
depan dengan menarik curam ke bawah dan curam ke ataas untuk
melahirkan bahu belakang dan menyangga badan bayi dengan tangan
kanan, tangan kiri menyusuri badan bayi sampai kaki.
Hasil: bayi lahir spontan tanggal 15 Agustus 2019 jam 22.25 WIB,
menangis keras, gerakan aktif, warna kemerahan, jenis kelamin laki-
laki.
12. Meletakkan bayi di atas perut ibu dan mengeringkan dengan kain,
mengklem tali pusat 3 cm dari pusat dengan umbillical cord dan 2
cm dari klem yang pertama dan memotong tali pusat diantara 2 klem.
Hasil: tali pusat sudah dijepit dan dipotong.
13. Melakukan IMD bayi dengan ibu
Hasil: bayi sudah di IMD.

CATATAN PERKEMBANGAN IBU BERSALIN


(SOAP)
Nama Pasien : Ny. A
Tanggal : 15 Agustus 2019
Jam : 22.30 WIB.
Tempat : Puskesmas Cepiring

S (Subyektif) Ibu mengatakan merasa lega karena bayinya sudah lahir dan perutnya
terasa mules
O (Obyektif) Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis
TFU setinggi pusat, kontraksi keras
Terlihat tanda pelepasan plasenta: tali pusat memanjang, ada semburan
darah tiba-tiba, uterus globuler.
A (Analisa) Ny. A usia 22 tahun P2A0 inpartu kala III
Masalah: mules
Kebutuhan: managemen aktif kala III
P (Penatalaksanaan) 1. Memastikan bahwa tidak ada janin ke dua
Hasil: tidak teraba janin kedua.
2. Memberitahu ibu untuk disuntik oksitosin untuk membantu lahirnya
plasenta dan menyuntikkan oksitosin 10 IU IM di paha anterolateral
ibu.
Hasil: oksitosin sudah disuntikkan.
3. Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva, meletakkan tangan kiri
di atas fundus dan melakukan dorso kranial dan tangan kanan
menegangkan tali pusat.
Hasil: terlihat tanda pelepasan plasenta
4. Melahirkan plasenta jika plasenta sudah tampak di depan vulva
dengan gerakan ke bawah dan ke atas dan memilinnya hingga
terlepas.
Hasil: plasenta lahir jam 22.40 WIB.
5. Melakukan masase uterus selama 15 detik dan mengajarkan ibu/
keluarga untuk masase.
Hasil: uterus keras, kontraksi baik
6. Mengecek plasenta
Hasil: plasenta lengkap, kotiledon lengkap, diameter 20 cm, insersio
sentralis, tebal 3 cm, panjang tali pusat 45 cm, selaput ketuban
lengkap, berat ± 500 gram.
7. Mengecek robekan perineum dan jumlah perdarahan
Hasil: tidak ada laserasi, jumlah perdarahan ±300 cc.
8. Membersihkan ibu dengan air bersih dan mengganti pakaian ibu.
Hasil: ibu sudah merasa nyaman.
9. Mendekontaminasi semua alat dalam larutan clorin 0,5 %
Hasil: semua alat sudah didekontaminasi.
10. Melepas APD dan cuci tangan
Hasil: APD sudah dilepas dan sudah cuci tangan.

CATATAN PERKEMBANGAN IBU BERSALIN


(SOAP)
Nama Pasien : Ny. A
Tanggal : 15 Agustus 2019
Jam : 22.40 WIB
Tempat : Puskesmas Cepiring

S (Subyektif) Ibu mengatakan merasa senang, lega dan perutnya masih terasa mules.
O (Obyektif) Keadaan Umum: baik
Kesadaran: composmentis
TD : 110/ 80 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
RR: 20 x/ menit.
Suhu/ T : 36, 30 C.
TFU : 2 jari di bawah pusat, Kontraksi uterus: keras
A (Analisa) Ny. A usia 22 tahun P2A0 inpartu kala IV
Masalah: mules
Kebutuhan: pemantauan 2 jam postpartum
P (Penatalaksanaan) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa rahimnya keras adalah
hal yang normal
Hasil: ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. Menganjurkan ibu untuk masase uterus jika terasa lembek
Hasil: ibu bersedia untuk masase uterusnya
3. Mengecek tekanan darah, nadi, Tinggi Fundus Uteri, kontraksi
uterus, kandung kemih, darah yang keluar setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam ke dua dan mengecek suhu
setiap 1 jam.
Hasil: hasil pemantauan didokumentasikan.
4. Melakukan penatalaksanaan asuhan pada BBL yaitu pengukuran
antropometri setelah 1 jam dilakukannya IMD.
Hasil: bayi telah dikeringkan dan dihangatkan, IMD telah dilakukan,
telah dilakukan pengukuran antropometri, dipakaikan baju dan
dibedong.
BB : 2800 gram
PB : 50 cm
LK : 33 cm
LD : 34 cm
Bayi telah disuntikkan injeksi vitamin K1 dan telah dioleskan salep
mata pada mata kanan dan kiri bayi.
5. Menyuntikkan vaksin imunisasi HB0 pada paha kanan atas
anterolateralbayi.
Hasil:bayi telah disuntik vaksin imunisasi HB0.
6. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat.
Hasil:Ibu bersedia untuk banyak istirahat untuk memulihkan tubuh
pascapersalinan.
7. Menganjurkanibu untuk segera makandanminum.
Hasil:Ibu bersedia untuk segera makan dan minum untuk mengganti
energi selama persalinan. Ibu mau makan 1 porsi nasi, ikan, dan
sayur serta minum1 gelas air putih.
8. Membereskan alat-alat dan merendam dalam larutan klorin 0,5%
selama10 menit.
Hasil:Semua alat telah direndam didalam larutan klorin selama10
menit.
9. Memantau keadaan ibu (TTV, Kontraksi, TFU, Kandung Kemih,
Perdarahan) setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan 30 menit
sekali pada1 jam kedua.
Hasil:Terlampir pada partograf.
10. MemberikanVitamin A dosis 100.000 IU sebanyak 4tablet dan
menganjurkan meminum 2 tablet segera setelah makan,dan 2 tablet
kedua 24 jam setelahnya.
Hasil: Ibu bersedia mengonsumsitablet Vitamin A sesuai dengan
anjuran dan telah meminum 2 tablet setelah makan

Tabel 4.5. Observasi Kala IV

Jam TD N T TFU Kontraksi Kandung Perdarahan


Kemih

22.55 100/80 88 36,3 2 jari di bawah Keras Kosong 20 cc


pusat

23.10 100/70 80 2 jari di bawah Keras Kosong 20 cc


pusat

23.25 100/80 80 2 jari di Keras Kosong 15 cc


bawahpusat

23.40 100/80 84 2 jari di bawah Keras Kosong 15 cc


pusat

00.10 100/80 84 36,7 2 jari di bawah Keras Kosong 10 cc


pusat

00.40 100/80 84 2 jari di bawah Keras Kosong 10 cc


pusat

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS

I. PENGKAJIAN
Nama Pasien : Ny. A
Tanggal : 16 Agustus 2019
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Puskesmas Cepiring
II. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG
Ibu mengatakan melahirkan 8 jam yang lalu.
2. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan ASI yang keluar masih
sedikit.
3. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
a. Paritas 2 Abortus 0
b. Tempat persalinan di Puskesmaas
c. Jenis persalinan spontan
d. Tidak ada masalah selama persalinan
e. Keadaan plasenta dan tali pusat lengkap, kotiledon lengkap, diameter 20
cm, insersio sentralis, tebal 3 cm, panjang tali pusat 45 cm, selaput
ketuban lengkap, berat ± 500 gram.
f. Keadaan bayi:
Ditolong oleh : bidan
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal/ jam lahir : 15 Agustus 2019 / 22.25 WIB
BB = 2800 gram PB = 50 cm LK = 33 cm LD = 34 cm
Tidak ada kelainan bawaan
4. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
a. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan sudah makan minum pada jam 07.00 WIB habis 1 porsi
jenis nasi, sayur oseng sawi dan ayam 1 potong, serta minum teh manis 1
gelas setelah persalinan ini. Lalu pada jam 08.00 WIB ibu minum 1 gelas
air putih.
b. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan belum BAB dan BAK karena takut jahitan nya lepas.
c. Personal Hygiene
Ibu mengatakan belum mandi dan badannya hanya disibin dengan air
hangat dan ganti pakaian saja setelah persalinan ini.
d. Istirahat/ tidur
Ibu mengatakan tidur tidak nyenyak.
e. Pola Aktivitas
Ibu mengatakan sudah bisa duduk, miring ke kanan dan kiri, serta berdiri
dibantu keluarga.
f. Pola Sexual
Ibu mengatakan belum melakukan hubungan seksual setelah persalinan
ini.
g. Pola Kebiasaan Hidup Sehat
Ibu mengatakan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
h. Pola Psikososial, Spiritual
Ibu mengatakan merasa senang dengan kelahiran anak pertamanya dan
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena persalinannya diberikan
kelancaran.
i. Pola Menyusui
Ibu mengatakan sudah menyusui bayinya dan ASI nya sudah keluar.
j. Tingkat Pengetahuan
Ibu mengatakan sudah mengetahui bahwa dirinya dalam masa nifas.
III. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TD : 120/ 80 mmHg
4. Nadi : 80 x/ menit
5. RR : 20 x/ menit
6. Suhu/ T : 36, 50 C
7. Pemeriksaan Obstetri
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum
Mamae : Payudara membesar, putting menonjol,
hiperpigmentasi areola, keluar kolostrum
Abdomen : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi keras.
Genetalia : Lokea rubra, tidak ada laserasi
8. Jumlah perdarahan : ± 30 cc.
IV. ANALISA
Ny. A usia 22 tahun P2A0 1 hari postpartum
Masalah : mules
Kebutuhan :-
V. PENATALAKSANAAN Tanggal/ Jam: 17 Agutus 2019/ 09.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa proses kembalinya rahim normal
Hasil: ibu mengerti dan merasa lega dengan hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pijat oksitosin pada ibu untuk membantu melancarkan keluarnya
ASI serta mengajarkan keluarga untuk pijat oksitosin
Hasil: ibu merasa senang, nyaman dan setelah dilakukan pemijatan
oksitosin, ASI yang keluar menjadi lancar.
3. Membantu ibu untuk mobilisasi dari duduk, berdiri, berjalan pelan-pelan.
Hasil: ibu mampu melakukannya tanpa merasa pusing.
4. Memberikan pendidikan kesehatan kebutuhan nutrisi ibu nifas yaitu tetap
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang yaitu yang mengandung
karbohidrat seperti nasi/kentang/roti, yang mengandung protein nabati
seperti tahu/tempe atau protein hewani seperti telur atau ayam, yang
mengandung vitamin seperti sayur dan buah, yang mengandung mineral
serta jangan ada pantangan makanan apapun.
Hasil: ibu mengeri dan bersedia mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
dan tidak memantang makanan.
5. Memberikan konseling tentang ASI Eksklusif dan cara menyusui yang baik
dan benar kepada ibu dengan didampingi suami.
Hasil: ibu mengerti dan ASI diberikan setiap 2 jam sekali,dan suami selalu
mengingatkan. ASI keluar lancar, bayi menyusu kuat, dan tidak ada
penyulit selama ibu menyusui. Ibu bersedia memberikan ASI saja pada
bayi selama 6 bulan
6. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan dan kebersihan bayinya,
dengan cara apabila bayi BAK maka harus langsung segera di ganti popok
dan bedongnya.
Hasil: ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan. Bayi
sudah dipakaikan baju dan dibedong.
7. Memberikan tablet amoxilin 500 mg 3x1 untuk mencegah terjadinya infeksi,
memberikan tablet asam mefenamat 500 mg 3x1 untuk membantu
mengurangi nyeri luka perineum, Vitamin A 100.000 IU 2x1 dan
menjelaskan cara minumnya kepada ibu yaitu dengan menggunakan air
putih atau air jeruk untuk mempercepat proses penyerapan obat.
Hasil: ibu sudah menerima obatnya dan ibu sudah meminum obatnya tadi
malam setelah makan serta ibu bersedia mengkonsumsi obat secara teratur.
8. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan pada hari ke tigaatau
sebelumnya jika ada keluhan ibu bisa menghubungi tenaga kesehatan
Hasil: ibu menyatakan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.

CATATAN PERKEMBANGAN IBU NIFAS


(SOAP)

Nama Pasien : Ny. A


Tanggal : 20 Agustus 2019
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. A

S (Subyektif) 1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


2. Evaluasi kunjungan sebelumnya : ibu mengatakan memberikan ASI
eksklusif pada bayinya dan ibu memberikan ASI pada bayinya tiap 2
jam sekali, setelah dilakukan evaluasi pada saat ibu menyusui
bayinya, ibu sudah menyusui bayinya dengan cara yang benar.
O (Obyektif) Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis
TD: 120/ 80 mmHg
Nadi: 82 x/ menit
RR: 22 x/menit
Suhu: 36, 50 C.
Mamae: payudara membesar, putting menonjol, hiperpigmentasi areola,
ASI keluar
Abdomen: TFU setinggi pertengahan simfisis dan pusat, kontraksi baik
Lokea: serosa
A (Analisa) Ny. A usia 22 tahun P2A0 5 hari postpartum.
Masalah: -
Kebutuhan: -
P (Penatalaksanaan) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa proses kembalinya rahim
normal
Hasil: ibu mengerti dan merasa senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Memastikan bahwa ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang.
Hasil: ibu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, pada pukul
07.00 WIB ibu sudah makan dengan komposisi nasi, sayur bayam,
telur dan kerupuk serta ibu juga makan pepaya dan minum 1 gelas air
putih.
3. Memastikan bahwa ibu cukup istirahat
Hasil: ibu mengatakan sulit tidur di malam karena bayi sering
menangis malam hari.
4. Menganjurkan ibu untuk tidur jika bayinya sedang tidur.
Hasil: ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan rumah atau
aktivitas berat lainnya.
Hasil: ibu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu,
membereskan kamar dan memasak tetapi pekerjaan rumah yang
lainnya dikerjakan oleh suaminya.
6. Memastikan bahwa ibu sudah bisa merawat bayinya seperti
perawatan tali pusat, memandikan bayi, menyusui dengan benar.
Hasil: ibu belum berani memandikan bayinya karena takut jahitan
perineum lepas, sudah bisa melakukan perawatan tali pusat dan
menyusui dengan benar.
7. Mengajarkan ibu cara memandikan bayi
Hasil: ibu berani memandikan bayinya tetapi belum berani
membaliknya.
8. Mengajarkan ibu senam nifas untuk membantu pulihnya organ-organ
persalinan supaya bisa kembali secara normal dan ibu merasa rileks
Hasil: ibu mampu mengikuti gerakan dengan benar.
9. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan nifas pada
minggu ke 2 masa nifas atau ibu bisa menghubungi tenaga kesehatan
jika ada keluhan.
Hasil: ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.

CATATAN PERKEMBANGAN IBU NIFAS


(SOAP)

Nama Pasien : Ny. A


Tanggal : 15 September 2019
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. A

S (Subyektif) 1. Keluhan utama : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.


2. Evaluasi kunjungan sebelumnya : ibu mengatakan sudah
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, ibu sudah berani
membalik bayinya saat memandikan bayi, sejak kunjungan terakhir
ibu sudah melakukan senam nifas sendiri di rumah sebanyak 2 kali,
ibu sudah mengikuti anjuran yang diberikan yaitu ikut tidur apabila
bayi sedang tidur.
O (Obyektif) Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis
TD: 110/ 80 mmHg
Nadi: 80 x/ menit
RR: 20 x/ menit
Suhu/ T: 360 C.
Mamae: payudara besar, putting menonjol, hiperpigmentasi areola,
keluar ASI
Abdomen: TFU sudah tidak teraba
Lokea: serosa
A (Analisa) Ny. A usia 22 tahun P2A0 30 hari postpartum.
Masalah: -
Kebutuhan: -
P (Penatalaksanaan) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Hasil: ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan
2. Memastikan bahwa ibu sudah mengkonsumsi makanan bergizi
seimbang
Hasil: ibu sudah mengkonsumsi makanan bergizi seimbang pada
jam 07.00 WIB dengan komposisi nasi, sayur daun katuk, ayam,
kerupuk dan pisang serta ibu sudah mengkonsumsi air putih 2 gelas
dan teh manis 1 gelas.
3. Memastikan bahwa ibu sudah cukup istirahat
Hasil: ibu sudah membiasakan saat bayi tidur ibu juga ikut tidur.
4. Memastikan bahwa ibu sudah bisa melakukan perawatan pada
bayinya seperti memandikan bayi dan menyusui bayinya dengan
benar
Hasil: ibu memandikan bayinya sendiri dan sudah menyusui
bayinya dengan benar dan tetap memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.
5. Memberikan konseling dini tentang KB MAL, metode sederhana
(barier seperti kondom, spermisida; dan alamiah seperti kalender,
lendir serviks, suhu basal, simptotermal), hormonal (minipil, suntik
3 bulan) dan nonhormonal (IUD), dan steril (vasektomi dan
tubektomi) meliputi kelebihan, kekurangan dan efektifitasnya.
Hasil: ibu memahami penjelasan yang diberikan dan setelah
dievaluasi ibu mampu menyebutkan tentang macam-macam KB.
6. Memberitahu ibu bahwa yang cocok untuk ibu menyusui adalah
MAL, metode sederhana, kb suntik 3 bulan, minipil, IUD, implan,
IUD dan steril.
Hasil: ibu mengatakan ingin memilih menggunakan KB Suntik 3
bulan.
7. Memberitahu ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan/
mengunjungi fasilitas kesehatan jika ada keluhan.
Hasil: ibu menyatakan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 16 Agustus 2019
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Puskesmas Cepiring
II. IDENTITAS BAYI
Nama : By. Ny. A
Tanggal/ Jam Lahir : 15 Agustus 2019 / 22.25 WIB.
Jenis Kelamin : perempuan
III. DATA SUBYEKTIF
1. RIWAYAT NATAL
Tanggal lahir : 15 Agustus 2019
Jenis Kelamin : perempuan
Tunggal/ Gemelli : Tunggal
Lama Kala I : 1,5 jam
Lama Kala II : 30 menit
Komplikasi Persalinan : Tidak ada
2. RIWAYAT PERINATAL
Penialaian Apgar Score
Tabel 4.6. Penilaian Apgar Score

Appearance Pulse Grimace Activity Respiratory Score


1 Menit
5 Menit
ke-1
5 Menit
ke-2

3. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


a. Pola Nutrisi : ibu mengatakan bayinya sudah menyusu
b. Pola Eliminasi : ibu mengatakan bayinya sudah BAK 2x dan BAB 1x
c. Pola Istirahat : ibu mengatakan bayinya sudah tidur
d. Pola Aktivitas : ibu mengatakan bayinya bergerak aktif.
IV. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Suhu/ T : 370C.
4. Nadi : 100 x/ menit
5. RR : 44 x/menit
6. BB : 2800 gram
7. PB : 50 cm
8. Status Present
Kepala : Mesochepal, tidak ada caput succedaneum, tidak ada
cephal hematoma
Mata : Simetris, sklera tidak ikterik
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada nafas
cuping hidung
Mulut : Bersih, tidak ada labioschiziz, tidak ada
labiopalatoschiziz
Telinga : Simetris, bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Pulmo/ Jantung : Vesikuler, sonor
Abdomen : Tali pusat bersih, tidak ada omfalokel
Genetalia : Ada, labia mayora sudah menutupi labia minora
Punggung : Tidak ada spina bifida
Anus : Tidak ada atresia ani
Ekstremitas : Jumlah jari tangan kaki lengkap, gerakan aktif
Kulit : Kemerahan, tidak sianosis
Reflek :
Rooting reflek : (+) saat pipi kiri disentuh bayi menoleh ke kiri
Sucking reflek : (+) bayi mampu menghisap putting saat disusui
Grasp reflek : (+)bayi menggenggam saat jari pemeriksa menyentuh
telapak tangan bayi
Moro reflek : (+) bayi bergerak seakan memeluk saat terkejut
Tonickneck reflek :(+)bayi berusaha mengangkat saat kepalanya diangkat
Babinski reflek : (+) telapak kaki bayi melebar saat disentuh
V. ANALISA
By. Ny. A jenis kelamin perempuan umur 1 hari bayi baru lahir normal.
Masalah :-
Kebutuhan : pencegahan infeksi
VI. PENATALAKSANAAN Tanggal/ Jam: 16 Agustus 2019 / 08.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Hasil: ibu senang bayinya sehat
2. Mempersiapakan alat dan bahan untuk memandikan bayi meliputi air hangat,
sabun, handuk, kassa steril serta baju bersih bayi serta lingkungan yang
hangat
Hasil: semua alat untuk memandikan bayi sudah siap
3. Memandikan bayi serta mengajarkan ibu cara memandikan bayinya.
Hasil: ibu mengerti dan akan mencobanya di rumah.
4. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan di oleskan ASI pada
tali pusatnya lalu ditutup dengan kassa steril, karena menurut penelitian
dengan pengolesan ASI akan mempercepat proses lepasnya tali pusat pada
bayi.
Hasil: ibu mengerti dan akan menerapkannya di rumah
5. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan diimunisasi Hb0 0,5 mg untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis dan menginjeksikan di
paha anterolateral kanan
Hasil: ibu setuju dan bayi menangis setelah diimunisasi.
6. Menganjukan ibu untuk menyusui bayinya serta membantu ibu untuk
menyusui bayinya
Hasil: bayi sudah bisa menyusu
7. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand atau sesuai
keinginan bayi setiap 2-3 jam sekali selama 6 bulan tanpa dikasih makanan
tambahan apapun
Hasil: ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan
8. Memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif yang mana ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi
Hasil: ibu memahami penjelasan dan mau memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.
9. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya serta ditempatkan di
lingkungan yang hangat
Hasil: ibu mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan, bayi telah
dipakaikan baju, popok dan dibedong serta di selimuti.
10. Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi
malas menyusu, lemes, lunglai, demam
Hasil: ibu memahami penjelasan yang diberikan dan mampu menyebutkan
kembali apa saja tanda bahaya pada bayi baru lahir.
11. Menganjurkan ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan jika ada keluhan
Hasil: ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.
12. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
Hasil: hasil pemeriksaan sudah didokumentasikan.

CATATAN PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR


(SOAP)
Nama Pasien : By. Ny. A
Tanggal : 20 Agustus 2019
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Rumah Ny.A

S (Subyektif) Ibu mengatakan bayinya sehat tidak mengalami keluhan apapun.


Bayinya sudah disusui setiap 2-3 jam sekali. Bayi sudah BAK ± 6 x
perhari. BAB 2x perhari. Bayi sering tidur setelah disusui kurang lebih
selama 16 jam sehari. Bayi bergerak aktif dan menangis keras.
O (Obyektif) Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis
Suhu/ T: 36, 70C
Nadi: 102 x/ menit
RR: 40 x/ menit
BB: 2325 gram
PB: 48 cm
Tali Pusat: tidak ada tanda-tanda infeksi, tali pusat sudah kering dan
lepas pada hari ke 3
Kulit: ada lanugo, kemerahan, tidak sianosis
A (Analisa) By. Ny. A jenis kelamin perempuan umur 5 hari bayi baru lahir normal
Masalah: -
Kebutuhan: pendidikan kesehatan tentang perawatan pada bayinya
P (Penatalaksanaan) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya sehat
Hasil: ibu mengerti dan senang
2. Mengajarkan ibu cara 6 langkah cuci tangan dan memberitahu ibu
kapan saja ibu harus mencuci tangan terutama saat ingin kontak
dengan bayinya
Hasil: ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan
serta ibu sudah mempraktekkan kembali 6 langkah cuci tangan.
3. Mengajarkan ibu cara pijat bayi dan sebaiknya dilakukan pagi
sebelum mandi serta saat menjelang tidur di malam hari
Hasil: ibu bersedia menerapkannya dan ibu mampu melakukan
pemijatan pada bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayinya,
kehangatan bayi dan ditempatkan di lingkungan yang bersih dan
hangat
Hasil: ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan, bayi sudah
dipakaikan baju, popok dan dibedong serta diselimuti.
5. Menganjurkan ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan jika ada
keluhan
Hasil: ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan
6. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang 1 minggu
lagi ke rumah ibu
Hasil: ibu mengerti dan bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di KMS ibu
Hasil: hasil pemeriksaan sudah didokumentasi.

CATATAN PERKEMBANGAN BAYI BARU LAHIR


(SOAP)
Nama Pasien : By. Ny. A
Tanggal : 25Agustus 2019
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. A

S (Subyektif) Ibu mengatakan bayinya sering gumoh setelah menyusu.


Bayi masih sering menyusu 2-3 jam sekali dan semakin kuat. Bayi BAK
±6x sehari, BAB 1-2 x sehari. Bayi sering tidur setelah menyusu kurang
lebih 15-16 jam sehari. Bayi bergerak aktif, kulit tidak sianosis, tidak
kuning.
O (Obyektif) Keadaan umum: baik
Kesadaran: composmentis
Suhu/ T: 36, 80C
Nadi: 110 x/ menit
RR: 46 x/ menit
BB: 2500 gram
PB: 48 cm
Tali pusat: sudah lepas pada hari ke 3
Kulit: tidak sianosis, tidak ikterik
A (Analisa) By. Ny. H jenis kelamin perempuan umur 10 hari bayi baru lahir normal
Masalah: bayi gumoh setelah menyusu
Kebutuhan: cara menyendawakan bayi
P (Penatalaksanaan) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya sehat
Hasil: ibu mengerti dan senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu dan mengajarkan ibu cara menyendawakan bayi
setelah disusui yaitu dengan ditepuk-tepuk bagian punggungnya
Hasil: ibu mengerti dan sudah mempraktekkannya setelah
diberitahu cara menyendawakan bayinya.
3. Menganjurkan ibu untuk datang ke posyandu setiap bulan untuk
mendapatkan imunisasi dan memantau pertumbuhan dan
perkembangan bayinya
Hasil: ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan
4. Memberikan pendidikan kesehatan cara memantau tumbuh
kembang bayinya dilihat dari kenaikan berat badan dan panjang
badan untuk menilai status gizinya
Hasil: ibu memahami dengan penjelasan yang diberikan
5. Memberitahu ibu untuk tetap melanjutkan anjuran bidan pada
kunjungan kemarin yaitu menjaga kebersihan, kehangatan bayinya,
selalu mencuci tangan dengan 6 langkah.
Hasil: ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan
6. Menganjurkan ibu untuk menghubungi tenaga kesehatan jika ada
keluhan
Hasil: ibu mengerti dan bersedia
7. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam buku KMS
Hasil: hasil pemeriksaan sudah didokumentasi.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada studi kasus laporan tugas akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ny. A Usia 22 tahun di Puskesmas Cepiring Kabupaten
Kendal” penulis akan membandingan kesenjangan antara kesesuaian teori dan
praktik di lapangan yang dilakukan mulai dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir dan KB.
1. Kehamilan
Penulis melakukan pengkajian pada ibu hamil trimester III.
Berdasarkan pengkajian pertama yang dilakukan pada tanggal 05 Agustus
2019 di Puskesmas Cepiring penulis menemukan bahwa Ny. A berusia 22
tahun, hamil yang kedua usia 37 minggu dihitung dari HPHT.
Data obyektif diperoleh melalui pemeriksaan fisik meliputi keadaan
umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan head to toe, pemeriksaan status
obstetri meliputi inspeksi pada muka, mamae, abdomen dan vulva, palpasi
leopold, pengukuran TFU dan TBJ yang dihitung dari perolehan TFU, dan
pemeriksaan DJJ. Pada pemeriksaan pertambahan berat badan ibu yaitu
mengalami peningkatan 20 kg.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu melalui pengambilan
sampel darah untuk diperiksa Hb, Golongan Darah, GDS, HbSAg, VCT
dan pemeriksaan urin untuk pemeriksaan protein urine. Asuhan yang
dilakukan penulis sesuai dengan standar minimal 10T.
Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang diperoleh penulis
memberikan asuhan sesuai dengan evidance base dan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan. Asuhan yang diberikan
yaitu memberikan pendidikan kesehatan tanda-tanda persalinan,
memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya kehamilan, mengajarkan
ibu yoga antenatal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Mediarti, 2014) untuk mengurangi ketidaknyamanan pada ibu hamil.
Memberikan tablet Fe yang dikombinasi dengan Vitamin C untuk
membantu penyerapan tablet Fe. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh(Wuryanti, 2010) bahwa ibu yang terkena anemia saat hamil
memiliki resiko tinggi terjadi perdarahan postpartum. Konsumsi tablet Fe
dapat mencegah perdarahan post partum.
Pada kunjungan ke dua dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2019. Usia
kehamilan Ny. A 37+6 minggu dihitung dari HPHT. Ibu mengeluh sering
kenceng-kenceng dan lebih sering kenceng. Pemeriksaan yang dilakukan
sama dengan pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan pertama dan
tidak ada kesenjangan teori dan praktik. Asuhan yang diberikan
berdasarkan data tersebut adalah memberikan pendidikan kesehatan
perbedaan his palsu dan his persalinan, memberikan pendidikan kesehatan
perubahan fisiologis sering kencing, melatih senam yoga dan melanjutkan
konsumsi tablet Fe.
2. Persalinan
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 15 Agustus 2019 pukul 20.30
WIB pada Ny. A usia 22 tahun G2P1A0 hamil 38+3 minggu ibu mengeluh
kenceng-kenceng sering dan teratur dengan sejak jam 17.00 WIB ada
pengeluaran darah serta merasa ketidaknyamanan didaerah punggung.
Pemeriksaan dalam yang dilakukan memperoleh hasil bahwa vulva/vagina
elastik, serviks elastik lunak, pembukaan 6 cm, efficement 60 %, KK (+),
presentasi belakang kepala, POD UUK, penyusupan 0, bagian terbawah
turun Hodge II. Berdasarkan pemeriksaan bahwa ibu sudah mengalami
inpartu kala I fase aktif. Asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan ibu
untuk tehnik relaksasi napas dalam, menganjurkan ibu untuk jalan-jalan
dan istirahat serta makan minum jika capek, dan menganjurkan suami
untuk menemani ibu serta masase punggung ibu untuk mengurangi nyeri
pada persalinan mengingat penelitian yang dilakukan oleh (Kiswoyo,
2012).
Pada tanggal 15 Agustus 2019 jam 22.00 WIB ibu mengeluh kenceng
semakin sering dan sudah ingin BAB serta rasa mengedan tidak bisa
ditahan. Pemeriksaan yang dilakukan terlihat tanda gejala kala II yaitu
adanya tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva membuka, hasil
pemeriksaan dalam pembukaan 10 cm, efficement 100 %, KK (-) pecah
spontan warna jernih, presentasi belakang kepala, POD UUK, tidak ada
penyusupan bagain terbawah turun Hodge III.. Penulis melakukan asuhan
kebidanan dengan 60 langkah APN. Bayi lahir tanggal 18 Agustus 2019
jam 22.30 WIB. Tidak ada kesenjangan antara 60 langkah APN dengan
praktik di lapangan. Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu menentukan
posisi mengejan ibu yang nyaman yaitu ibu mengatakan lebih nyaman
mengejan dalam posisi telentang/ dorsal recumbent. Hal ini sesuai dengan
penelitia yang dilakukan oleh (Asiyah, 2013) untuk menghindari ruptur
perineum pada persalinan kala II.
Pada kala III tanggal 15 Agustus 2019 jam 22.30 WIB ibu merasa
perutnya mules. Pemeriksaan yang dilakukan pengkuran TFU setinggi
pusat dan melihat tanda-tanda pelepasan plasenta. Asuhan yang dilakukan
sesuai dengan managemen aktif kala III. Plasenta lahir lengkap jam 22.40
WIB. Waktu kala III Ny. H adalah 10 menit tanpa adanya penyulit apapun.
Sesaat setelah bayi lahir dilakukan IMD sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Agung 2015 yaitu dilakukan IMD mempercepat pelepasan
plasenta dan mengurangi perdarahan.
Pada kala IV dilakukan pengawasan selama 2 jam. Asuhan yang
diberikan yaitu memantau tekanan darah, nadi, TFU, kandung kemih,
kontraksi, jumlah perdarahan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
setiap 30 menit pada 1 jam ke dua. Pemantauan suhu setiap 1 jam. Asuhan
yang diberikan pada kala IV yaitu dengan memberikan pijat endorphine
dapat mengurangi jumlah pengeluran darah pada kala 4, hal ini dibuktikan
dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh (Koriah, Supardan, &
Soewondo, 2014)
3. Nifas dan KB
Penulis melakukan pengkajian pada Ny. A pada tanggal 16 Agustus
2019 jam 08.00 WIB. Pasien masih merasa mules sejak setelah persalinan.
Persalinan ini merupakan persalinan yang kedua. Keadaan bayi baik dan
plasenta lengkap, tidak ada masalah dalam persalinan. Pada pemeriksaan
mamae didapat bahwa payudara membesar, putting menonjol,
hiperpigmentasi areola dan kolostrum yang keluar baru sedikit. TFU
berada 2 jari di bawah pusat, lokea rubra dan ada laserasi jalan lahir derajat
2 yaitu di mukosa dan dinding vagina. Dari pengkajian dan pemeriksaan
tersebut bahwa ibu berada dalam 8 jam postpartum yang merupakan KF1.
Asuhan yang diberikan yaitu melakukan pijat oksitosin yang terbukti
membantu pengeluaran ASI, hal ini sesuai dengan pnelitian yang
dilakukan oleh (Ummah, 2014) Memberikan pendidikan kesehatan
kebutuhan nutrisi, memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa
nifas, memberikan tablet Amoxilin dan Vitamin A, mengajarkan
mobilisasidini mulai dari miring ke kanan/ ke kiri, duduk dan berjalan. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Prihartini, 2014)
Kunjungan ke dua dilakukan pada hari ke 5 hari postpartum (KF2),
yaitu pada tanggal 20 Agustus 2019 jam 08.00 WIB. Ibu sudah tidak ada
keluhan, hasil pemeriksaan bahwa ASI sudah keluar lancar, TFU setinggi
pertengahan pusat sympisis, dan lokea serosa. Asuhan yang diberikan
memastikan ibu cukup nutrisi, cukup istirahat, ibu sudah mampu merawat
bayinya, mengajarkan memandikan bayi dan mengajarkan ibu senam nifas
yang dapat membantu proses involusi mengingat penelitian yang dilakukan
oleh Saputri dkk (2015).
KF3 dilaksanakan pada tanggal 15 September 2019 jam 08.00 WIB
pada hari ke-30 postpartum, ibu sudah tidak ada keluahan. Hasil
pemeriksaan bahwa ASI keluar lancar, TFU sudah tidak teraba, lokea
serosa. Asuhan yang diberikan konseling dini mengenai KB khususnya
untuk ibu menyusui dan ibu memilih KB Suntik 3 bulan.
4. Bayi Baru Lahir
Bayi Ny. A lahir pada tanggal 15 Agustus 2019 jam 22.30 WIB jenis
kelamin perempuan bayi cukup bulan, lama kala I 1,5 jam dan lama kala II
30 menit dan tidak ada komplikasi persalinan. Riwayat Apgar Score 9-10-
10. Bayi dilakukan IMD selama 1 jam. Saat dilakukan IMD bayi sudah
bisa mencari putting susu ibunya. Pada pengukuran antropometri diperoleh
hasil berat badan 2800 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm,
lingkar dada 34 cm. Pada pemeriksaan status present (head to toe) bahwa
bayi tidak ada kelainan, reflek rooting, sucking reflex, grasping reflex,
moro reflex, tonicneck reflex dan babinski reflex normal. Bayi diberikan
injeksi Vitamin K dan salep mata.
Kunjungan pertama dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2019 jam
08.00 WIB saat bayi sudah berusia 1 hari. Data subyektif yang diperoleh
bawa bayi sudah bisa menyusu, sudah BAK dan BAB, sudah tidur dan
bergerak aktif. Pernafasan bayi normal dan denyut jantung normal. Asuhan
yang diberikan pada bayi baru lahir usia 8 jam yaitu memandikan bayi,
mengajarkan cara merawat tali pusat, memberikan imunisasi
Hb0,menganjurkan memberikan ASI ekslusif serta memberikan konseling
mengenai ASI ekslusif mengingat penelitian yang dilakukan oleh
Ambarwati, Muis and Susantini tahun 2013, dan menganjurkan ibu untuk
menjaga kehangatan bayi serta memberikan pendkes tanda bahaya bayi
baru lahir.
Kunjungan ke dua (KN2), dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2019
yaitu bayi berusia 5 hari. Data subyektif yang diperoleh bahwa bayi sehat,
bergerak aktif, menangis kuat. Ibu sudah memberikan ASI secara on
demand, pola eliminasi, pola istirahat dan pola aktifitas tidak ada keluhan.
Data obyektif berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa berat badan bayi 2800
gram dengan panjang badan 50 cm, tali pusat bayi sudah kering dan lepas
pada hari ke 3, tidak ada tanda-tanda infeksi, kulit normal tidak sianosis.
Asuhan yang diberikan yaitu menjelaskan tentang cara cuci tangan,
manfaat cuci tangan dan kapan waktu untuk cuci tangan, mengajarkan pijat
bayi yang sudah terbukti meningkatkan kualitas tidur bayi, menganjurkan
ibu untuk tetap menjaga kehangatan dan kebersihan pada bayi.
Kunjungan ke 3 dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2019 yaitu saat
bayi berusia 10 hari. Data subyektif yang diperoleh bahwa bayi sering
gumoh saat habis menyusu. Bayi masih menyusu secara on demand. Data
obyektif yang diperoleh yaitu berat badan bayi 2850 gram, panjang badan
50 cm, tidak sianosis, tidak ikterik. Asuhan yang diberikan mengajarkan
ibu cara menyendawakan bayi, memantau tumbuh kembang bayi dan
melanjutkan anjuran pada kunjungan kemarin.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kaus yang penulis lakukan pada Ny. A umur 22 tahun
dari masa kehamilan 37 minggu, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB di
Puskesmas Cepiring Kabupaten Kendal pada bulan Agustus-September 2019,
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik asuhan kebidanan yang ada di
lahan.
1. Asuhan kebidanan komprehensif yang
dilakukan pada Ny. A pada masa kehamilan sudah sesuai denganteori yang
ada yaitu Ibu melakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali, dan pada trimester ke
3 penulis sudah melakukan kunjungan sebanyak 2 kali kerumah Ny. A
dengan hasil ibu dan janin dalam kondisi sehat tanpa ada penyulit.
2. Asuhan kebidanan komprehensif ibu bersalin
yang dilakukan pada Ny. A mulai dari kala I, kala II, kala III, dan kala IV
dilakukan dengan menerapkan asuhan sayang ibu. Telah dilakukan asuhan
kebidanan persalinan dengan pemeriksaan pembukaan 6 cm, segera dilakukan
pengawasan 10 dan mengajarkan teknik relaksasi dengan hasil lama kala I
yaitu 1,5 jam. Setelah pembukaan lengkap ibu dipimpin mengejan selama 30
menit sehingga waktu kala II yaitu 30 menit
3. Asuhan kebidanan komprehensif bayi baru lahir
pada By Ny. A dilakukan sesuai teori yakni menjaga kehangatan bayi dan
mencegah terjadinya hipotermi pada bayi, pemberian vitamin K 0,1 cc;
pemberian tetes mata antibiotika gentamycin pada kedua mata, pemberian
imunisasi Hb 0, perawatan tali pusat. Berat bayi lahir Ny. H dalah 2800 gram
dan kunjungan bayi baru lahir 3 kali sesuai dengan teori yakni pada tanggal
16 Agustus 2019, 20 Agustus 2019 dan 25 Agustus 2019 sehingga kondisi
bayi Ny.A dalam keadaan sehat tidak ada penyulit.
4. Asuhan kebidanan nifas dan pelayanan KB.
Pada asuhan kebidanan nifas pada Ny. A sudah sesuai teori. Kemudian pada
asuhan kebidanan KB pada Ny. A diberikan dengan cara memberikan
pendidikan kesehatan konseling dini mengenai alat KB yang dipakai setelah
melahirkan yang tidak menggangu produksi ASI. Ibu menginginkan KB
suntik 3 bulan.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Sebaiknya pasien tetap menjaga atau meningkatkan kesehatan Ny. A sendiri
dan bayinya sebagai ibu menyusui seperti makan-makanan yang mengandung
gizi seimbang dan menganjurkan Ny.A untuk memberikan ASI ekslusif pada
bayinya.
2. Bagi Lahan Praktik
Hendaknya bidan meningkatkan kualitas di dalam memberikan asuhan
kebidanan yang dimulai dari ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir, ibu nifas
dan KB dengan melakukan pendampingan dan kunjungan rumah kerumah
pasien sehingga hubungan kesehatan dan kondisi pasien dapat dipantau
dengan lebih baik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya institusi pendidikan menjadikan tugas akhir ini sebagai referensi
asuhan kebidanan secara komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan,
nifas, BBL, dan KB

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bahri Saifuddin. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Affandi Biran, Adriaansz George, Gunardi Rusdianto Eka, K. H. (2014). Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Agung, J. T. (2015). The Differences of time Release of Placenta and the Amount of
Bleeding in the Mother with and without Implement the Early Initiation of
Breastfeeding ( EIB ) Perbedaan Lama Pelepasan Plasenta dan Jumlah
Perdarahan pada Ibu yang Melaksanakan dan Tidak Mela, 4(1), 681–686.
Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia yulianti. (2011). Konsep Kebidanan. Jakarta:Rineka
Cipta.
Apriliyanti Mafikasari, R. I. K. (2014). POSISI TIDUR DENGAN KEJADIAN
BACK PAIN (NYERI PUNGGUNG) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
Apriliyanti Mafikasari*, Ratih Indah Kartikasari**.
Asiyah, N. (2013). Perbedaan Kejadian Ruptur Perineum. Jikk, 4, 70–77.
Aulia, H., & Hindun, S. (2010). Pengaruh Senam Hamil terhadap Proses Persalinan
Normal di Klinik YK Madira Palembang. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan
Fakultas …. Retrieved from
http://eprints.unsri.ac.id/911/1/pengaruh_senam_hamil.pdf
Azizah, I. N., Widyawati, M. N., & Anggraini, N. N. (2011). Pengaruh Endorphin
Massage Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Persalinan Normal Ibu Primipara di
BPS S dan B Demak Tahun 2011. Kebidanan, 53(9), 90–96.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Bahiyatun. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC, 1–
43.
Bobak, Lowdermilk, J. (2012). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Cameron, S. T., Glasier, A., Chen, Z. E., Johnstone, A., Dunlop, C., & Heller, R.
(2012). Effect of contraception provided at termination of pregnancy and
incidence of subsequent termination of pregnancy. BJOG: An International
Journal of Obstetrics and Gynaecology, 119(9), 1074–1080.
https://doi.org/10.1111/j.1471-0528.2012.03407.x
Chaidir, R. (2016). Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru
Lahir di BPM Padang Panjang, 1, 20–26.
Dewi, H. K. (2015). Hubungan mekanika tubuh ( body mekanik ) dengan Nyeri
Punggung pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas
Kambangan Kecamatan lebaksiu Kabupaten Tegal.
Dewi Rahmawati Abyu, R. D. P. (2015). PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES
AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU
HAMIL TRIMESTER, (26), 11–18.
Dwi Sogi Sri Redjeki, H. (2012). Perbedaan Lama Pupus Tali Pusat dalam hal
Perawatan Tali Pusat antara Penggunaan Kassa Steril dengan kassa alkohol 70%
di BPS HJ. Maria Olfah tahun 2012, 34–43.
Emi Nurjasmi. (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta:Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia.
Ernawati, R. N. F. S. (2017). Penundaan Pemotongan Tali Pusat terhadap Tingkat
Kebugaran Bayi Asfiksia di BPM Ernawati Kabupaten Garut tahun 2017, 101–
115.
Farid Husin. (2013). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Bandung:Sagung Seto.
Fevironica Y.O1, Hj. Mumpuni D.N2, dr. A. I. (2014). ( The Factors of Causing
Acceptor Choosing KB Injection 3 Months in BPM Ny . Kholidah florets , SST
in Diwek Village Jombang ) Program Studi D3
KebidananStikesPemkabJombang Stikes Pemkab Jombang Program Studi D3
KeperawatanStikesPemkab Jombang.
Ida Bagus Rendra Kurniawan Artha, Ketut Putera Kemara, I. W. M. (2011).
Penundaan Penjepitan Tali Pusat sebagai strategi yang efektif untuk
menurunkan insiden Anemia Defisiensi Besi pada Bayi Baru Lahir.
Ika Pantiawati dan Saryono. (2010). Asuhan Kebidanan 1(Kehamilan).
Yogyakarta:Nuha Medika.
Isdiaty, F. N., & Ungsianik, T. (2013). PENGETAHUAN TANDA BAHAYA
KEHAMILAN DAN PERILAKU Pendahuluan Metode Hasil, 16(1), 18–24.
Islami, -, & Aisyaroh, N. (2012). Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan
Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas. Majalah
Ilmiah Sultan Agung, 50(127), 67–81. Retrieved from
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/view/66
%5Cnhttp://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanagung/article/do
wnload/66/60%5Cnhttp://jurnal.unissula.ac.id/index.php/majalahilmiahsultanag
ung/article/view/66/60
Janet Medforth, et al. (2014). Kebidanan Oxford. Jakarta:EGC.
Jaringan nasional pelatihan klinik-kesehatan reproduksi. (2015). Asuhan Persalinan
Normal: Asuhan esensial, pencegahan dan penanggulangan segera komplikasi
persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kiswoyo, P. G. dan E. H. (2012). Pengaruh Masase Punggung Terhadap
Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin Normal DI
BPM Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo Kabupaten Magelang Tahun 2012.
Jurnal Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, IV(2), 54–62.
Koriah, S., Supardan, S., & Soewondo, A. (2014). Pengaruh Pijat Endorphine
Terhadap Jumlah Pengeluaran Darah Pada Kala Empat Persalinan Normal Primi
Para Di Bidan Praktek Mandiri Kabupaten Indramayu Tahun 2013. Jurnal
Kebidanan, 3(6), 30–37.
Kusumaningrum, A. T. (2015). HUBUNGAN PEMENUHAN NUTRISI TINGGI
SERAT DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA IBU NIFAS 3-6 HARI,
7(3), 86–92.
Lestari, T., Wahyuni, S., & Kurniawan, A. (2012). Keadaan Perineum Lama Kala II
Dengan Posisi Dorsal Recumbent Dan Litotomi Pada Ibu Bersalin. Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan, 1, 101–105.
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:EGC.
Manuaba. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Mediarti, D. (2014). Pengaruh Yoga Antenatal Terhadap Pengurangan Keluhan Ibu
Hamil Trimester III, 1(1), 47–53.
Mochtar dan Rustam. (2011). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri
Patologi. Jakarta : Kedokteran EGC.
Mulyati, S., & Dairi, M. (2014). Penggunaan WHO WHEEL CRITERIA dan Alat
Bantu Pengambilan Keputusan ( ABPK ) Dalam Pemilihan Kontrasepsi. Jurnal
Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 2, 9–18.
Nur Aini Rahmawati, Titin Rosyidah, A. M. (2016). HUBUNGAN
PELAKSANAAN SENAM HAMIL DENGAN KETIDAKNYAMANAN IBU
HAMIL TRIMESTER III DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI SUPADMI,
KUNDEN BULU, SUKOHARJO, 4.
Nurjanah, S., Puspitaningrum, D., & Ismawati, R. (2017). Hubungan Karakteristik
Dengan Perilaku Ibu Nifas Dalam Pencegahan Infeksi Luka Perineum Di Rs
Roemani. Hubungan Karakteristik Dengan Perilaku Ibu Nifas Dalam
Pencegahan Infeksi Luka Perineum Di Rs Roemani, (September), 336–347.
Perintis, J., & Magelang, K. (2015). Uterine Involution Process in The Mothers Who
Take and Do Not Take Postpartum Exercise in Independent Practice Midwife
Proses Involusio Uterus pada Ibu yang Melaksanakan dan Tidak Melaksanakan
Senam Nifas di Bidan Praktek Mandiri Munayarokh Sri Winarsih E, 4(1), 722–
727.
Pisceski, N., Saputra, K., & Lasmini, P. S. (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini
terhadap Waktu Pengeluaran dan Perubahan Warna Mekonium Serta Kejadian
Ikterik Fisiologis, 87–94.
Poedji Rochjati. (2003). Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya:Airlangga
University Press.
Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. h:53.
Prihartini, S. D. (2014). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Penurunan Tinggi
Fundus Uteri Pada Ibu Nifas Di Paviliun Melati RSUD Jombang. Jurnal Edu
Health, 4(1), 63–68.
Primasnia, P., Wagiyo, -, & Elisa, -. (2013). Hubungan Pendampingan Suami
Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Proses
Persalinan Kala I Di Rumah Bersalin Wilayah Kota Ungaran. Journal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 1(4), 212–216. Retrieved from
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-
journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/184
Profil Kesehatan Kabupaten Kendal. (2016). Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal.
Purwanti, I. S. dan Y. (2010). Kajian Pengaruh Manajemen Aktif Kala III Terhadap
Pencegahan Perdarahan Postpartum.
Rohani, Saswita, R., & Marisah. (2013). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta: Salemba Medika.
Rohcmah, Elita Vasra, Dahliana, H. S. (2012). Panduan Belajar:Asuhan Neonatus,
bayi dan balita. Jakarta:EGC.
Runjati;, & Umar, S. (2018). Bidan dan Kebidanan Kebidanan Teori dan Asuhan.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Sandall, J., Soltani, H., Gates, S., Shennan, a, Devane, D., Sandall, J., … Devane, D.
(2013). Midwife-led continuity models versus other models of care for
childbearing women ( Review ) Midwife-led continuity models versus other
models of care for childbearing women, (8).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD004667.pub3.Copyright
Sri Indah, A. Z. R. (2017). PENGARUH KONSUMSI BUAH PISANG RAJA,
MINUM AIR MINERAL DAN JALANJALAN PAGI TERHADAP
KEJADIAN KONSTIPASI PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS
SUNARSIH YUDHAWATI, 5, 13–17.
Sulistyawati, A. (2010). Asuhan Kebidanan pada Masa PErsalinan. Jakarta:Salemba
Medika.
Sulistyawati, A. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta:Salemba Medika.
Suryani, L., Kebidanan, J., & Kemenkes, P. (2019). Efektifitas waktu penundaan
pemotongan tali pusat terhadap kadar hemoglobin pada bayi baru lahir di rs
anutapura kota palu, 1–6.
T.Mass, L. (2004). Kesehatan Ibu Dan Ank Persepsi Budaya Dan Dampak
Kesehatannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Uniersitas Sumatera Utara, 1–
7.
Ummah, F. (2014). Pijat Oksitosin Untuk Mempercepat Pengeluaran Asi Pada Ibu
Pasca Salin Normal Di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng Gresik.
Surya, 12102(XVIII), 121–125. Retrieved from http://stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads/jurnalsurya/noXVIII/121-125-Jurnal-Faiz.pdf
Ummah Faizatul. (2014). Ketidaknyamanan Pada Sistem Pencernaan Ibu Hamil
Berdasarkan Trimester Kehamilan di BPM Hj. Siti Istri Murtiningsih Desa
Babat Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. Surya, 3(XIX), 2–7.
Vivian Nanny, L. D. (2010). Asuhan Neonatus, bayi dan Anak Balita.
Jakarta:Salemba Medika.
Wafi Nur Muslihatun, Mufdlilah, N. setyawati. (2010). Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya.
Wuryanti, A. (2010). Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Perdarahan
Postpartum Karena Atonia Uteri Di RSUD Wonogiri. Karya Tulis Ilmiah.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Yanti. (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta:Pustaka Rihana.

Anda mungkin juga menyukai