Pelaksaanaan Kegiatan Tema Penyuluhan Keluarga Berencana Judul Laporan Mengapa KB Penting bagi Keluarga? Kegiatan Latar Belakang Keluarga berencana merupakan suatu upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Keluarga berencana memiliki peran dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegah kehamilan, menunda kehamilan atau membatasi kehamilan. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 238,518 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49% pertahun. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya manusia sulit terlaksana jika jumlah penduduk tidak terkendali, oleh karena itu pemerintah berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dengan salah satu program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Program KB mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Program ini memerlukan tenaga kesehatan yang kompeten dan mampu bekerja secara maksimal dalam proses mensukseskan keluarga kecil bahagia sejahtera. Sasarannya adalah keluarga produktif dengan fokus utama adalah wanita pasangan usia subur. Wanita usia subur adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik, berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun yang sudah menstruasi dan belum menopause. Peran program KB sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan reproduksi seseorang, baik itu untuk kesehatan reproduksi wanita maupun kesehatan reproduksi pria. Peran KB bagi kesehatan reproduksi wanita diantaranya yaitu menghindari dari bahaya infeksi, eklamsia, abortus, emboli obstetri, komplikasi masa puerpureum (nifas), serta terjadinya pendarahan yang disebabkan karena sering melakukan proses persalinan (Depkes, 2007). Selain itu program KB juga bertujuan untuk mengatur umur ibu yang tepat untuk melakukan proses persalinan, sebab jika umur ibu terlalu muda atau terlalu tua ketika melakukan persalinan, hal ini akan sangat beresiko mengakibatkan perdarahan serius yang bisa mengakibatkan kematian bagi ibu maupun bayinya. Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup, DI Aceh Angka Kematian Ibu pada tahun 2019 mencapai 127 per 100.000 kelahiran hidup. dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia masih berada pada posisi tertinggi di Asia untuk angka kematian ibu. Angka tersebut juga masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per 1000 kelahiran hidup Program KB juga berperan bagi kesehatan reproduksi suami antara lain untuk mencegah terkena Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti: sifilis, gonorhea, dan penyakit kelamin lain yang diakibatkan oleh tidak menggunakan alat kontrasepsi (kondom) ketika melakukan hubungan seksual dengan istrinya yang terkena PMS . Profil kesehatan Indonesia tahun 2013 jumlah PUS sebanyak 45.972.185, peserta KB di Indonesia adalah sebanyak 8.500.247 (18,49%) dengan jumlah KB IUD sebanyak 658.632 (7,75%),Metode Operasi Wanita(MOW) sebanyak 128.793 (1,52%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 21.374 (1,52%), Implan sebanyak 784.215 (9,23%), kondom sebanyak 517.638 (6,09%), KB suntik sebanyak 4.127.720 (46,56%), dan KB pil sebanyak 2.261.066 (26,60%) (Kemenkes, R.I, 2013).Profil kesehatan Indonesia tahun 2014 jumlah PUS sebanyak 47.019.002, peserta KB di Indonesia adalah sebanyak 7.761.961 (16,51%) dengan jumlah KB IUD sebanyak 555,241 (7,15%),Metode Operasi Wanita(MOW) sebanyak 116.384 (1,50%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 16.062 (0,21%), Implan sebanyak 826.627 (10,65%), kondom sebanyak 441.141 (5,68%), KB suntik sebanyak 3.855.254 (49,67%), dan KB pil sebanyak 1.951.252 (25,14%) (Kemenkes, R.I, 2014). Salah satu kunci kesuksesan program keluarga berencana nasional adalah adanya keterlibatan semua pihak, baik dari institusi pemerintah, swasta, masyarakat dan dalam lingkup yang lebih kecil adalah keterlibatan seluruh anggota keluarga itu sendiri. Pelayanan keluarga berencana ditujukan kepada pasangan usia subur, yang berarti harus melibatkan kedua belah pihak yakni istri maupun suami. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk memberikan penyuluhan terkait pentingnya KB dalam keluarga. Gambaran Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Desa Takengon Barat dengan jumlah Pelaksanaan Peserta 15 orang Penyuluhan dilakukan di balai desa pada hari Sabtu, 10 Agustus 2022 dengan topik Mengapa KB Penting bagi Keluarga? Diskusi: 1. Pertanyaan: Apakah pil KB dapat membuat BB naik dan wajah jerawatan? Jawaban:Kandungan pil KB adalah hormone, sehingga efek hormonalnya bisa berbeda-beda pada setiap wanita tergantung dari respon tubuh masing-masing. Selain itu, inovasi pil KB sudah sangat maju sehingga kandungan hormone pada pil kb sudah sangat rendah sehingga keluhan berat badan naik atau jerawatan sudah minimal. 2. Pertanyaan: Kapan waktu yangf tepat mengonsumsi pil KB? Jawaban: Tergantung pil KB apa, jika pil KB kombinasi tidak boleh digunakan untuk ibu yang menyusui. Jika tidak menyusui boleh minum pil KB setelah masa nifas. Untuk ibu menyusui disarankan menggunakan pil laktasi Kesimpulan: Promosi kesehatan tentang pentingnya KB bagi keluarga telah dilakukan, peserta aktif selama dilakukan sosialisasi dan banyak bertanya, saat ini peserta mengatakan sudah mengerti dan menyadari pentingnya kb. Catatan/Usulan ke/dari Pendamping
Tanggal 23 September 2022
Pelaksaanaan Kegiatan Tema Penyuluhan Kesehatan Lingkungan Judul Laporan Cegah Cacingan Pada Anak dengan menerapkan PHBS Kegiatan Latar Belakang Cacing adalah salah satu hewan yang menyebabkan suatu penyakit, di Indonesia cukup banyak jumlah penyakit cacingan yang terjadi pada anak- anak sekolah dasar. Cacing biasanya masuk ketubuh manusia melalui pori- pori kulit.Berbagai jenis cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sering dijumpai baik di kota maupun di desa di Indonesia, seperti cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing cambuk ( Trichuris Trichiura) dan cacing tambang (Hookworm) yang dapat mengakibatkan anemia, gangguan gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan (Hairani et al., 2014). Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah/ Soil Transmitted Helminth (STH) adalah salah satu infeksi yang paling umum di seluruh dunia dan mempengaruhi komunitas tertinggal dengan kondisi sanitasi yang buruk (Prastiono & Hardono, 2016). Infeksi cacing usus ditularkan melalui tanah yang tercemar telur cacing, tempat tinggal yang tidak saniter dan cara hidup yang tidak bersih merupakan masalah kesehatan masyarakat di pedesaan dan di daerah kumuh perkotaan di Indonesia. Tinggi rendahnya frekuensi kecacingan berhubungan dengan kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan. Kerugian yang disebabkan karena keberadaan cacing usus cukup relevan untuk diperhatikan berkaitan dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia. Satu ekor cacing Ascaris dapat menyebabkan kehilangan karbohidrat sebanyak 0,14 gr/hari dan protein 0,035 gr/hari (Fadhila, 2016). Berdasarkan data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 1,5 miliar orang atau sekitar 24% dari total populasi dunia menderita infeksi cacingan, dan pada umumnya menyerang anak-anak usia sekolah di tahun 2015. Data WHO juga menunjukkan, lebih dari 270 juta anak usia prasekolah dan lebih dari 600 anak usia sekolah tinggal di area dengan sanitasi yang tidak bersih, di mana cacing dapat berkembang biak dengan cepat. Data dari Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan menunjukkan rata-rata prevalensi cacingan di Indonesia mencapai 28,12%. Golongan anak sekolah dasar merupakan kelompok usia yang rentan terhadap infeksi cacing. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan bermain dengan tidak memakai sandal atau sepatu atau(alas kaki) pada anak yang tidak diperhatikan. Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus, sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak-anak yang terinfeksi cacing biasanya mengalami lesu, pucat/anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk-batuk dan diare. Meskipun penyakit cacing usus tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya kondisi gizi dan kesehatan masyarakat. Solusi pemberantasan cacingan adalah memperbaiki higiene dan sanitasi lingkungan. Misalnya tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka. Biasakan pula mencuci tangan sebelum makan, bukan hanya sesudah makan. Dengan demikian, rantai penularan cacingan bisa diputus (Silitonga, 2008). Cara pencegahan cacingan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapka PHBS tetap memakai sepatu atau sendal atau(alas kaki) ketika masuk kelas, siswa dianjurkan untuk tidak bermain tanah, melakukan pemeriksaan personal hygiene teratur seminggu sekali terutama kebersihan kuku. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan atas kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu secara mandiri menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan serta mampu berperan aktif untuk mewujudkan kesehatan di masyarakat (Kemenkes RI, 2011). Gambaran Pelaksanaan kegiatan dilakukan di SDN 1 Lut Tawar dan SDN 8 Lut Pelaksanaan Tawar dengan jumlah Peserta 200 orang Penyuluhan dilakukan di lapangan sekolah pada hari Jum’at, 23 September 2022 dengan topik Cegah Cacingan Pada Anak dengan menerapkan PHBS Diskusi: 1. Pertanyaan: Apa penyakit cacingan bisa menular melalui tanah jika tidak memakai sandal? Jawaban: Ya penyakit cacingan dapat menular memalui tanah, maka kita harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Buang air besar di jamban, memakai alas kaki bila keluar rumah, cuci tangan dengan menggunakan sabun, dan menjaga kebersihan makanan Kesimpulan: Promosi kesehatan tentang Cegah Cacingan Pada Anak dengan menerapkan PHBS telah dilakukan, peserta penuh perhatian selama sosialisasi aktif berdiskusi dan setelah sosialisi peserta memahami pentingnya penerapan PHBS untuk mencegah cacingan. Catatan/Usulan ke/dari Pendamping Pemberdayaan Masyarakat
Tanggal Pelaksanaan 14 Juni 2022
Kegiatan Jenis UKBM UKMB Lama Judul Laporan Posyandu Balita Kegiatan Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2006) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program keluarga berencana kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesahatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKBS (Norma Kecil Bahagia Sejahtera). Pemantauan pertumbuhan saat ini merupakan kegiatan utama posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260.000 yang tersebar di seluruh Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74,5% (sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir; 60,9% diantaranya lebih dari 4 kali. Sebanyak 65 % (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS Tujuan utama Posyandu adalah menunjang penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) , Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sasaran utama pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui serta Pasangan Usia subur (PUS). Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, serta dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan PUS. Penimbangan balita dan anak. Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu. Kegiatan ini berguna untuk mengetahuipertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan balita, apabila penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula. Selain itu juga untuk mencegah bayi yang mengalami stunting Gambaran Posyandu balita di laksanakan di Desa Waq Toweren pada tanggal 14 Pelaksanaan Juni 2022 dengan peserta sebanyak 37 orang Pelayanan Posyandu dibagi menjadi 5 langkah, yaitu: Langkah 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui; Langkah 2 Penimbangan dan pengukuran balita; Langkah 3 Pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran; Langkah 4 Penyuluhan dan Pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui Langkah 5 Pelayanan kesehatan, KB dan Imunisasi. Kesimpulan: Posyandu berjalan dengan kondusif, pada saat posyandu juga dilakukan sosialisasi tentang pentingnya imunisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi Catatan/Usulan dari/ ke Pendamping
Tanggal Pelaksanaan 6 Oktober 2022
Kegiatan Jenis UKBM UKMB Lama Judul Laporan Posbindu PTM Kegiatan Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan jenis penyakit yang bukan disebabkan oleh kuman atau virus penyakit dan tidak ditularkan kepada orang lain. Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi penyebab utama kematian di dunia sejak milenium ketiga. Proposi kematian karena PTM di dunia terus meningkat dari 47% tahun 1990, menjadi 56% tahun 2000 WHO (dalam Boutayeb & Boutayeb, 2005). Pada tahun 2008 terjadi peningkatan, dari 57 juta kematian, 36 juta atau 63% disebabkan oleh PTM, terutama jantung, diabetes, kanker dan penyakit pernapasan kronis. Kematian karena penyakit tidak menular sebanyak 29 juta (80%) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2011). Proyeksi WHO, kematian penyakit tidak menular akan meningkat sebesar 15% secara global antara tahun 2010 sampai dengan 2020 (untuk 44 juta kematian). Peningkatan terbesar akan terjadi wilayah Afrika, Asia Tenggara dan Mediterania Timur, akan meningkat lebih dari 20%. Sebaliknya di wilayah Eropa, WHO memperkirakan tidak akan ada kenaikan. Proporsi PTM menjadi penyebab kematian di Indonesia mengalami peningkatan cukup tinggi, dari 41,7% tahun 1995, menjadi 49,9% tahun 2001, dan 59,5% tahun 2007 (WHO, 2011), Kemenkes, 2012). Pada tahun 2011 terjadi peningkatan 64% (WHO, 2011), dan tahun 2012 kematian sebanyak 1.551.000 jiwa, diperkirakan mencapai 71% disebabkan oleh PTM, terdiri atas penyakit kardiovaskuler/jantung 37%, kanker 13%, penyakit paru kronis 5%, diabetes 6%, dan penyakit tidak menular lainnya 10% (WHO, 2014). Di Indonesia kematian disebabkan PTM, probabilitas kematian dini 23% (WHO, 2015). Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko dan mencegah komplikasi, kecacatan, dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup. Pengendalian yang efisien dan efektif adalah dengan pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat melalui kegiatan yang disebut Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) PTM (Juknis PTM, 2016). Posbindu merupakan kegiatan deteksi dini pemantauan terhadap faktor resiko PTM yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yaitu melakukan deteksi dini,monitoring faktor resiko PTM termasuk tindak lanjutnya secara dini dalam bentuk konseling dan rujukan ke Faskes dasar (Kemenkes,2014). Pelaksanaan Posbindu PTM ini telah gencar dilaksanakan mulai awal 2015 namun dalam pelaksanaannya masih banyak masyarakat yang belum berperan aktif dalam pemanfaatan program Posbindu tersebut. Sasaran dari Posbindu adalah masyarakat usia 15 tahun keatas baik dalam kondisi sehat, masyarakat beresiko maupun masyarakat dengan kasus PTM (Pedoman Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM, 2015). Tujuan dan sasaran kegiatan pengendalian PTM yaitu menurunnya angka kesakitan, kematian dan resiko kecacatan akibat PTM dengan meningkatnya pencegahan dan penanggulangan PTM. PTM dikenal sebagai penyakit kronik atau penyakit berkaitan dengan gaya hidup, tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM adalah penyakit dengan durasi panjang dan perkembangannya lambat. Empat jenis utama dari penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskuler (seperti serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis (seperti penyakit paru kronis dan asma) dan diabetes (ESLM., 2014). Aikins (2016) mendefinisikan penyakit tidak menular dengan sebutan chronic non-communicable disease (NCDs), yaitu penyakit non infeksi yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan pengobatan dan perawatan jangka panjang. Penyakit tidak menular dapat dicegah melalui intervensi yang efektif terhadap faktor risiko, yaitu: penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, dan penggunaan alkohol (WHO, 2013a). Perlu bukti yang kuat untuk mendukung penjelasan peran perilaku gaya hidup negatif pada kejadian penyakit kronis, peran perilaku gaya hidup positif pada insiden dan manajemen yang efektif (Dean and Söderlund, 2015). Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui kegiatan Posbindu PTM. Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan kesehatan berdasarkan persoalan PTM yang ada di masyarakat yang mencakup upaya promotif dan preventif serta pola rujukan. Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan terhadap faktor risiko PTM yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Gambaran Posyandu balita di laksanakan di Desa Asir-Asir Atas pada tanggal 10 Pelaksanaan Oktober 2022 dengan peserta sebanyak 31 orang Pelayanan Posyandu dibagi menjadi 5 meja, yaitu: Langkah 1 : Pelayanan registrasi dan administrasi, yaitu kegiatan mencatat data individu pasien sesuai buku monitoring faktor risiko PTM yang ada. Langkah 2 : Wawancara faktor risiko PTM Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor risiko PTM antara lain riwayat merokok, kebiasaan minum minuman manis, kopi dan beralkohol, kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan sayur dan buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat penyakit dahulu dan keluarga yang berkaitan dengan penyakit tidak menular. Langkah 3 : Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, lingkar perut Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut. Langkah 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan memeriksa tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar kolesterol, kadar trigliserida darah, pemeriksaan klinis payudara dan fungsi paru sederhana. Langkah 5 : Konseling dan Edukasi. Kegiatan konseling dan penyuluhan Kesimpulan: Posbindu PTM berjalan dengan kondusif, partisipasi masyarakat baik. Penyakit yang paling banyak di derita masyarakat adalah hipertensi. Banyak pasien yang kurang aktivitas fisik, senag konsumsi makanan manis, asin dan makanan berlemak. Pengetahuan pasien tentang pentingnya konsumsi obat Hipertensi secara teratur juga kurang baik. Catatan/Usulan dari/ ke Pendamping KB Pil
Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022
Judul Laporan Kegiatan Pil KB Identitas Pasien R, 50 tahun Latar Belakang Pasien sudah memiliki 5 anak, ingin menggunakan KB pil agar tidak hamil karena pasien tidak mengetahui sudah menopause atau belum, sebelumnya juga menggunakan KB pil Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama. Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil. Catatan/Usulan dari/ke pendamping
Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022
Judul Laporan Kegiatan Pil KB Identitas Pasien A, 48 tahun Latar Belakang Pasien sudah memiliki 5 anak, ingin menggunakan KB pil agar tidak hamil karena pasien tidak mengetahui sudah menopause atau belum, sebelumnya juga menggunakan KB pil Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama. Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil. Catatan/Usulan dari/ke pendamping
Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022
Judul Laporan Kegiatan Pil KB Identitas Pasien H, 50 tahun Latar Belakang Pasien sudah memiliki 5 anak, ingin menggunakan KB pil agar tidak hamil karena pasien tidak mengetahui sudah menopause atau belum, sebelumnya juga menggunakan KB pil Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama. Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil. Catatan/Usulan dari/ke pendamping Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022 Judul Laporan Kegiatan Pil KB Identitas Pasien R, 33 tahun Latar Belakang Pasien sudah memiliki 3 anak, ingin menggunakan KB pil untuk mengatur jarak kehamilan, sebelumnya pasien juga menggunakan KB pil Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama. Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil. Catatan/Usulan dari/ke pendamping
Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022
Judul Laporan Kegiatan Pil KB Identitas Pasien N, 22 tahun Latar Belakang Pasien sudah memiliki 1 anak, ingin menggunakan KB pil untuk mengatur jarak kehamilan, sebelumnya pasien juga menggunakan KB pil Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama. Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil. Catatan/Usulan dari/ke pendamping