Anda di halaman 1dari 10

Dina Suharti

Tanggal 8 Agustus 2022


Pelaksaanaan
Kegiatan
Tema Penyuluhan Keluarga Berencana
Judul Laporan Mengapa KB Penting bagi Keluarga?
Kegiatan
Latar Belakang Keluarga berencana merupakan suatu upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Keluarga berencana memiliki peran dalam menurunkan resiko
kematian ibu melalui pencegah kehamilan, menunda kehamilan atau
membatasi kehamilan. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik
proyeksi jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 238,518 jiwa
dengan laju pertumbuhan 1,49% pertahun. Pada
dasarnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya
manusia sulit terlaksana jika jumlah penduduk tidak terkendali, oleh karena
itu pemerintah berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
dengan salah satu program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB).
Program KB mempunyai kontribusi penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk. Program ini memerlukan tenaga
kesehatan yang kompeten dan mampu bekerja secara maksimal dalam
proses mensukseskan keluarga kecil bahagia sejahtera. Sasarannya adalah
keluarga produktif dengan fokus utama adalah wanita
pasangan usia subur. Wanita usia subur adalah wanita yang keadaan organ
reproduksinya berfungsi dengan baik, berumur antara 15 sampai dengan 49
tahun yang sudah menstruasi dan belum menopause.
Peran program KB sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan
reproduksi seseorang, baik itu untuk kesehatan reproduksi wanita maupun
kesehatan reproduksi pria. Peran KB bagi kesehatan reproduksi wanita
diantaranya yaitu menghindari dari bahaya infeksi, eklamsia, abortus,
emboli obstetri, komplikasi masa puerpureum (nifas), serta terjadinya
pendarahan yang disebabkan karena sering melakukan proses persalinan
(Depkes, 2007).
Selain itu program KB juga bertujuan untuk mengatur umur ibu yang
tepat untuk melakukan proses persalinan, sebab jika umur ibu terlalu muda
atau terlalu tua ketika melakukan persalinan, hal ini akan sangat beresiko
mengakibatkan perdarahan serius yang bisa mengakibatkan kematian bagi
ibu maupun bayinya. Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai
228 per 100.000 kelahiran hidup, DI Aceh Angka Kematian Ibu pada tahun
2019 mencapai 127 per 100.000 kelahiran hidup. dan Angka Kematian
Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini membuktikan bahwa
Indonesia masih berada pada posisi tertinggi di Asia untuk angka kematian
ibu. Angka tersebut juga masih jauh dari target Millenium Development
Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB
24 per 1000 kelahiran hidup
Program KB juga berperan bagi kesehatan reproduksi suami antara
lain untuk mencegah terkena Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti:
sifilis, gonorhea, dan penyakit kelamin lain yang diakibatkan oleh tidak
menggunakan alat kontrasepsi (kondom) ketika melakukan hubungan
seksual dengan istrinya yang terkena PMS .
Profil kesehatan Indonesia tahun 2013 jumlah PUS sebanyak
45.972.185, peserta KB di Indonesia adalah sebanyak 8.500.247 (18,49%)
dengan jumlah KB IUD sebanyak 658.632 (7,75%),Metode Operasi
Wanita(MOW) sebanyak 128.793 (1,52%), Metode Operasi Pria (MOP)
sebanyak 21.374 (1,52%), Implan sebanyak 784.215 (9,23%), kondom
sebanyak 517.638 (6,09%), KB suntik sebanyak 4.127.720 (46,56%), dan
KB pil sebanyak 2.261.066 (26,60%) (Kemenkes, R.I, 2013).Profil
kesehatan Indonesia tahun 2014 jumlah PUS sebanyak 47.019.002, peserta
KB di Indonesia adalah sebanyak 7.761.961 (16,51%) dengan jumlah KB
IUD sebanyak 555,241 (7,15%),Metode Operasi Wanita(MOW) sebanyak
116.384 (1,50%), Metode Operasi Pria (MOP) sebanyak 16.062 (0,21%),
Implan sebanyak 826.627 (10,65%), kondom sebanyak 441.141 (5,68%),
KB suntik sebanyak 3.855.254 (49,67%), dan KB pil sebanyak 1.951.252
(25,14%) (Kemenkes, R.I, 2014).
Salah satu kunci kesuksesan program keluarga berencana nasional
adalah adanya keterlibatan semua pihak, baik dari institusi pemerintah,
swasta, masyarakat dan dalam lingkup yang lebih kecil adalah keterlibatan
seluruh anggota keluarga itu sendiri. Pelayanan keluarga berencana
ditujukan kepada pasangan usia subur, yang berarti harus melibatkan kedua
belah pihak yakni istri maupun suami. Berdasarkan uraian tersebut maka
penulis tertarik untuk memberikan penyuluhan terkait pentingnya KB
dalam keluarga.
Gambaran Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Desa Takengon Barat dengan jumlah
Pelaksanaan Peserta 15 orang
Penyuluhan dilakukan di balai desa pada hari Sabtu, 10 Agustus 2022
dengan topik Mengapa KB Penting bagi Keluarga?
Diskusi:
1. Pertanyaan: Apakah pil KB dapat membuat BB naik dan wajah
jerawatan?
Jawaban:Kandungan pil KB adalah hormone, sehingga efek
hormonalnya bisa berbeda-beda pada setiap wanita tergantung dari
respon tubuh masing-masing. Selain itu, inovasi pil KB sudah
sangat maju sehingga kandungan hormone pada pil kb sudah sangat
rendah sehingga keluhan berat badan naik atau jerawatan sudah
minimal.
2. Pertanyaan: Kapan waktu yangf tepat mengonsumsi pil KB?
Jawaban: Tergantung pil KB apa, jika pil KB kombinasi tidak
boleh digunakan untuk ibu yang menyusui. Jika tidak menyusui
boleh minum pil KB setelah masa nifas. Untuk ibu menyusui
disarankan menggunakan pil laktasi
Kesimpulan:
Promosi kesehatan tentang pentingnya KB bagi keluarga telah dilakukan,
peserta aktif selama dilakukan sosialisasi dan banyak bertanya, saat ini
peserta mengatakan sudah mengerti dan menyadari pentingnya kb.
Catatan/Usulan
ke/dari
Pendamping

Tanggal 23 September 2022


Pelaksaanaan
Kegiatan
Tema Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
Judul Laporan Cegah Cacingan Pada Anak dengan menerapkan PHBS
Kegiatan
Latar Belakang Cacing adalah salah satu hewan yang menyebabkan suatu penyakit, di
Indonesia cukup banyak jumlah penyakit cacingan yang terjadi pada anak-
anak sekolah dasar. Cacing biasanya masuk ketubuh manusia melalui pori-
pori kulit.Berbagai jenis cacing usus masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dan sering dijumpai baik di kota maupun di desa di Indonesia,
seperti cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing cambuk ( Trichuris
Trichiura) dan cacing tambang (Hookworm) yang dapat mengakibatkan
anemia, gangguan gizi, gangguan pertumbuhan dan gangguan kecerdasan
(Hairani et al., 2014). Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah/ Soil
Transmitted Helminth (STH) adalah salah satu infeksi yang paling umum
di seluruh dunia dan mempengaruhi komunitas tertinggal dengan kondisi
sanitasi yang buruk (Prastiono & Hardono, 2016).
Infeksi cacing usus ditularkan melalui tanah yang tercemar telur
cacing, tempat tinggal yang tidak saniter dan cara hidup yang tidak bersih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di pedesaan dan di daerah
kumuh perkotaan di Indonesia. Tinggi rendahnya frekuensi kecacingan
berhubungan dengan kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan. Kerugian
yang disebabkan karena keberadaan cacing usus cukup relevan untuk
diperhatikan berkaitan dengan pengembangan kualitas
sumber daya manusia. Satu ekor cacing Ascaris dapat menyebabkan
kehilangan karbohidrat sebanyak 0,14 gr/hari dan protein 0,035 gr/hari
(Fadhila, 2016).
Berdasarkan data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
sekitar 1,5 miliar orang atau sekitar 24% dari total populasi dunia
menderita infeksi cacingan, dan pada umumnya menyerang anak-anak usia
sekolah di tahun 2015. Data WHO juga menunjukkan, lebih dari 270 juta
anak usia prasekolah dan lebih dari 600 anak usia sekolah tinggal di area
dengan sanitasi yang tidak bersih, di mana cacing dapat berkembang biak
dengan cepat. Data dari Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kementrian Kesehatan menunjukkan rata-rata prevalensi
cacingan di Indonesia mencapai 28,12%.
Golongan anak sekolah dasar merupakan kelompok usia yang rentan
terhadap infeksi cacing. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan bermain dengan
tidak memakai sandal atau sepatu atau(alas kaki) pada anak yang tidak
diperhatikan. Cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat
gizi dalam usus anak, tetapi juga merusak dinding usus, sehingga
mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak-anak yang terinfeksi
cacing biasanya mengalami lesu, pucat/anemia, berat badan menurun, tidak
bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk-batuk dan
diare. Meskipun penyakit cacing usus tidak mematikan, tetapi
menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya
kondisi gizi dan kesehatan masyarakat.
Solusi pemberantasan cacingan adalah memperbaiki higiene dan
sanitasi lingkungan. Misalnya tidak jajan di sembarang tempat, apalagi
jajanan yang terbuka. Biasakan pula mencuci tangan sebelum makan,
bukan hanya sesudah makan. Dengan demikian, rantai penularan cacingan
bisa diputus (Silitonga, 2008). Cara pencegahan cacingan yang dapat
dilakukan adalah dengan menerapka PHBS tetap memakai sepatu atau
sendal atau(alas kaki) ketika masuk kelas, siswa dianjurkan untuk tidak
bermain tanah, melakukan pemeriksaan personal hygiene teratur seminggu
sekali terutama kebersihan kuku.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu secara mandiri
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan serta mampu berperan
aktif untuk mewujudkan kesehatan di masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
Gambaran Pelaksanaan kegiatan dilakukan di SDN 1 Lut Tawar dan SDN 8 Lut
Pelaksanaan Tawar dengan jumlah Peserta 200 orang
Penyuluhan dilakukan di lapangan sekolah pada hari Jum’at, 23 September
2022 dengan topik Cegah Cacingan Pada Anak dengan menerapkan PHBS
Diskusi:
1. Pertanyaan: Apa penyakit cacingan bisa menular melalui tanah
jika tidak memakai sandal?
Jawaban: Ya penyakit cacingan dapat menular memalui tanah,
maka kita harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Buang air besar di jamban, memakai alas kaki bila keluar
rumah, cuci tangan dengan menggunakan sabun, dan menjaga
kebersihan makanan
Kesimpulan:
Promosi kesehatan tentang Cegah Cacingan Pada Anak dengan
menerapkan PHBS telah dilakukan, peserta penuh perhatian selama
sosialisasi aktif berdiskusi dan setelah sosialisi peserta memahami
pentingnya penerapan PHBS untuk mencegah cacingan.
Catatan/Usulan
ke/dari
Pendamping
Pemberdayaan Masyarakat

Tanggal Pelaksanaan 14 Juni 2022


Kegiatan
Jenis UKBM UKMB Lama
Judul Laporan Posyandu Balita
Kegiatan
Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas
sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang
anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua sasaran yang
membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh
kembang anak (Depkes RI, 2006)
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga
merupakan tempat kegiatan terpadu antara program keluarga berencana
kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat
dalam upaya pelayanan kesahatan dan keluarga berencana. Posyandu
adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola
dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan
teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKBS (Norma
Kecil Bahagia Sejahtera).
Pemantauan pertumbuhan saat ini merupakan kegiatan utama
posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260.000 yang tersebar di
seluruh Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
menunjukkan bahwa sebanyak 74,5% (sekitar 15 juta) balita pernah
ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir; 60,9% diantaranya
lebih dari 4 kali. Sebanyak 65 % (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS
Tujuan utama Posyandu adalah menunjang penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) , Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Sasaran utama pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui serta
Pasangan Usia subur (PUS).
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak. Kegiatan ini dapat
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan
efisien, serta dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan
PUS.
Penimbangan balita dan anak. Penimbangan balita dilakukan tiap
bulan di posyandu. Kegiatan ini berguna untuk mengetahuipertumbuhan
dan mendeteksi sedini mungkin penyimpangan pertumbuhan balita. Dari
penimbangan yang kemudian dicatat di KMS, dari data tersebut dapat
diketahui status pertumbuhan balita, apabila penyelenggaraan posyandu
baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik
pula. Selain itu juga untuk mencegah bayi yang mengalami stunting
Gambaran Posyandu balita di laksanakan di Desa Waq Toweren pada tanggal 14
Pelaksanaan Juni 2022 dengan peserta sebanyak 37 orang
Pelayanan Posyandu dibagi menjadi 5 langkah, yaitu:
Langkah 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui;
Langkah 2 Penimbangan dan pengukuran balita;
Langkah 3 Pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran;
Langkah 4 Penyuluhan dan Pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan
ibu menyusui
Langkah 5 Pelayanan kesehatan, KB dan Imunisasi.
Kesimpulan:
Posyandu berjalan dengan kondusif, pada saat posyandu juga dilakukan
sosialisasi tentang pentingnya imunisasi untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya imunisasi
Catatan/Usulan dari/
ke Pendamping

Tanggal Pelaksanaan 6 Oktober 2022


Kegiatan
Jenis UKBM UKMB Lama
Judul Laporan Posbindu PTM
Kegiatan
Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan jenis penyakit yang
bukan disebabkan oleh kuman atau virus penyakit dan tidak ditularkan
kepada orang lain. Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi
penyebab utama kematian di dunia sejak milenium ketiga. Proposi
kematian karena PTM di dunia terus meningkat dari 47% tahun 1990,
menjadi 56% tahun 2000 WHO (dalam Boutayeb & Boutayeb, 2005).
Pada tahun 2008 terjadi peningkatan, dari 57 juta kematian, 36 juta atau
63% disebabkan oleh PTM, terutama jantung, diabetes, kanker dan
penyakit pernapasan kronis. Kematian karena penyakit tidak menular
sebanyak 29 juta (80%) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah (WHO, 2011). Proyeksi WHO, kematian penyakit tidak
menular akan meningkat sebesar 15% secara global antara tahun 2010
sampai dengan 2020 (untuk 44 juta kematian). Peningkatan terbesar
akan terjadi wilayah Afrika, Asia Tenggara dan Mediterania Timur,
akan meningkat lebih dari 20%. Sebaliknya di wilayah Eropa, WHO
memperkirakan tidak akan ada kenaikan.
Proporsi PTM menjadi penyebab kematian di Indonesia
mengalami peningkatan cukup tinggi, dari 41,7% tahun 1995, menjadi
49,9% tahun 2001, dan 59,5% tahun 2007 (WHO, 2011), Kemenkes,
2012). Pada tahun 2011 terjadi peningkatan 64% (WHO, 2011), dan
tahun 2012 kematian sebanyak 1.551.000 jiwa, diperkirakan mencapai
71% disebabkan oleh PTM, terdiri atas penyakit kardiovaskuler/jantung
37%, kanker 13%, penyakit paru kronis 5%, diabetes 6%, dan penyakit
tidak menular lainnya 10% (WHO, 2014). Di Indonesia kematian
disebabkan PTM, probabilitas kematian dini 23% (WHO, 2015).
Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk
mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko dan
mencegah komplikasi, kecacatan, dan kematian dini serta meningkatkan
kualitas hidup. Pengendalian yang efisien dan efektif adalah dengan
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat melalui kegiatan
yang disebut Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) PTM (Juknis PTM,
2016).
Posbindu merupakan kegiatan deteksi dini pemantauan terhadap
faktor resiko PTM yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan untuk
masyarakat yaitu melakukan deteksi dini,monitoring faktor resiko PTM
termasuk tindak lanjutnya secara dini dalam bentuk konseling dan
rujukan ke Faskes dasar (Kemenkes,2014). Pelaksanaan Posbindu PTM
ini telah gencar dilaksanakan mulai awal 2015 namun dalam
pelaksanaannya masih banyak masyarakat yang belum berperan aktif
dalam pemanfaatan program Posbindu tersebut. Sasaran dari Posbindu
adalah masyarakat usia 15 tahun keatas baik dalam kondisi sehat,
masyarakat beresiko maupun masyarakat dengan kasus PTM (Pedoman
Umum Penyelenggaraan Posbindu PTM, 2015). Tujuan dan sasaran
kegiatan pengendalian PTM yaitu menurunnya angka kesakitan,
kematian dan resiko kecacatan akibat PTM dengan meningkatnya
pencegahan dan penanggulangan PTM.
PTM dikenal sebagai penyakit kronik atau penyakit berkaitan
dengan gaya hidup, tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM adalah
penyakit dengan durasi panjang dan perkembangannya lambat. Empat
jenis utama dari penyakit tidak menular adalah penyakit kardiovaskuler
(seperti serangan jantung dan stroke), kanker, penyakit pernapasan
kronis (seperti penyakit paru kronis dan asma) dan diabetes (ESLM.,
2014). Aikins (2016) mendefinisikan penyakit tidak menular dengan
sebutan chronic non-communicable disease (NCDs), yaitu penyakit non
infeksi yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan pengobatan
dan perawatan jangka panjang. Penyakit tidak menular dapat dicegah
melalui intervensi yang efektif terhadap faktor risiko, yaitu: penggunaan
tembakau, diet yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, dan
penggunaan alkohol (WHO, 2013a). Perlu bukti yang kuat untuk
mendukung penjelasan peran perilaku gaya hidup negatif pada kejadian
penyakit kronis, peran perilaku gaya hidup positif pada insiden dan
manajemen yang efektif (Dean and Söderlund, 2015).
Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen
bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman
PTM melalui kegiatan Posbindu PTM. Pengembangan Posbindu PTM
merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan kesehatan
berdasarkan persoalan PTM yang ada di masyarakat yang mencakup
upaya promotif dan preventif serta pola rujukan. Posbindu PTM
merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi
dini dan pemantauan terhadap faktor risiko PTM yang dilaksanakan
secara terpadu, rutin, dan periodik.
Gambaran Posyandu balita di laksanakan di Desa Asir-Asir Atas pada tanggal 10
Pelaksanaan Oktober 2022 dengan peserta sebanyak 31 orang
Pelayanan Posyandu dibagi menjadi 5 meja, yaitu:
Langkah 1 : Pelayanan registrasi dan administrasi, yaitu kegiatan
mencatat data individu pasien sesuai buku monitoring faktor risiko PTM
yang ada.
Langkah 2 : Wawancara faktor risiko PTM
Hal-hal yang perlu diwawancara berkaitan dengan faktor risiko PTM
antara lain riwayat merokok, kebiasaan minum minuman manis, kopi
dan beralkohol, kegiatan aktifitas fisik/olahraga, kebiasaan makan sayur
dan buah, riwayat tekanan darah tinggi, riwayat penyakit dahulu dan
keluarga yang berkaitan dengan penyakit tidak menular.
Langkah 3 : Pengukuran Berat Badan, Tinggi Badan, IMT, lingkar
perut
Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar perut.
Langkah 4 : Pemeriksaan, yaitu kegiatan memeriksa tekanan darah,
kadar glukosa darah, kadar kolesterol, kadar trigliserida darah,
pemeriksaan klinis payudara dan fungsi paru sederhana.
Langkah 5 : Konseling dan Edukasi.
Kegiatan konseling dan penyuluhan
Kesimpulan:
Posbindu PTM berjalan dengan kondusif, partisipasi masyarakat baik.
Penyakit yang paling banyak di derita masyarakat adalah hipertensi.
Banyak pasien yang kurang aktivitas fisik, senag konsumsi makanan
manis, asin dan makanan berlemak. Pengetahuan pasien tentang
pentingnya konsumsi obat Hipertensi secara teratur juga kurang baik.
Catatan/Usulan dari/
ke Pendamping
KB Pil

Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022


Judul Laporan Kegiatan Pil KB
Identitas Pasien R, 50 tahun
Latar Belakang Pasien sudah memiliki 5 anak, ingin menggunakan KB pil agar tidak hamil
karena pasien tidak mengetahui sudah menopause atau belum, sebelumnya
juga menggunakan KB pil
Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu
Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan
edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap
hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama.
Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke
depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil.
Catatan/Usulan dari/ke
pendamping

Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022


Judul Laporan Kegiatan Pil KB
Identitas Pasien A, 48 tahun
Latar Belakang Pasien sudah memiliki 5 anak, ingin menggunakan KB pil agar tidak hamil
karena pasien tidak mengetahui sudah menopause atau belum, sebelumnya
juga menggunakan KB pil
Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu
Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan
edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap
hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama.
Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke
depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil.
Catatan/Usulan dari/ke
pendamping

Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022


Judul Laporan Kegiatan Pil KB
Identitas Pasien H, 50 tahun
Latar Belakang Pasien sudah memiliki 5 anak, ingin menggunakan KB pil agar tidak hamil
karena pasien tidak mengetahui sudah menopause atau belum, sebelumnya
juga menggunakan KB pil
Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu
Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan
edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap
hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama.
Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke
depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil.
Catatan/Usulan dari/ke
pendamping
Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022
Judul Laporan Kegiatan Pil KB
Identitas Pasien R, 33 tahun
Latar Belakang Pasien sudah memiliki 3 anak, ingin menggunakan KB pil untuk mengatur
jarak kehamilan, sebelumnya pasien juga menggunakan KB pil
Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu
Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan
edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap
hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama.
Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke
depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil.
Catatan/Usulan dari/ke
pendamping

Tanggal Pelaksanaan 10 Agustus 2022


Judul Laporan Kegiatan Pil KB
Identitas Pasien N, 22 tahun
Latar Belakang Pasien sudah memiliki 1 anak, ingin menggunakan KB pil untuk mengatur
jarak kehamilan, sebelumnya pasien juga menggunakan KB pil
Gambaran Pelaksanaan Pemberian pil KB di desa Toweren Toa saat Posyandu
Di berikan pil KB untuk satu bulan kepada pasien. Mmeberikan
edukasi cara minum pil KB pada pasien yaitu, Minum satu pil setiap
hari selama 21 hari (tiga minggu) berturut-turut di waktu yang sama.
Pada hari ke-22, jangan minum pil apa pun selama tujuh hari ke
depan. Pasien akan menstruasi saat tidak sedang minum pil.
Catatan/Usulan dari/ke
pendamping

Anda mungkin juga menyukai