Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah

penduduk Indonesia hasil sensus tahun 2020 yaitu sebesar 270.203.917 jiwa

dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2021 sebesar 272.229.372 jiwa.

Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan

pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk

semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan

rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju

pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana (BKKBN, 2018).

Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah kependudukan tersebut

adalah dengan mengikuti program Keluarga Berencana (KB). Program ini

dimaksudkan untuk membantu pasangan dan perorangan dalam tujuan

kesehatan reproduksi yang berkualitas. Selain itu melalui program ini dapat

menanggulangi masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun

keluarga kecil berkualitas, dan untuk mempersiapkan kehidupan dalam

mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang (Bappenas, 2017)

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong

peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang

semakin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan harus

1
2

ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Begitu pula halnya

dengan pemerataan dalam pemakaian alat kontrasepsi, dimana masih

kurangnya dalam penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).

Bila dilihat dari cara pemakaian alat kontrasepsi dapat dikatakan bahwa

pemakaian Alat Kontrasepsi Jangka Panjang AKDR sebanyak 7,4%

(Kemenkes, 2020).

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2020), jumlah cakupan peserta

KB aktif di Indonesia mencapai 24.196.151 peserta (62,5%) dari 38.690.214

pasangan usia subur. Dari 24.196.151 peserta aktif di Indonesia yang

menggunakan kondom sebanyak 301.436 peserta (1.2%), suntik sebanyak

15.419.826 peserta (63,7%), Pil sebanyak 4.123.424 peserta (17.0%), AKDR

sebanyak 1.790.336 peserta (7,4%), MOP sebanyak 118.060 peserta (0,5%),

MOW sebanyak 661.431 peserta (2,7%) dan Implant sebanyak 1.781.638

peserta (7,4%) (Kemenkes RI, 2020)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun 2020

menunjukkan bahwa jumlah peserta KB aktif mencapai 902.447, yang

menggunakan alat kontrasepsi kondom sebanyak 24.069 peserta (2,7%),

suntik sebanyak 540.687 peserta (59,9%), pil sebanyak 120.622 peserta

(13.4%), AKDR sebanyak 69.914 peserta (7,7%), MOP sebanyak 1.361

peserta (0,2%), MOW sebanyak 10.722 peserta (1,2%) dan implant sebanyak

135.072 peserta (15,0%) (Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2020).

Menurut data dari Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Timur tahun

2020, menunjukkan bahwa cakupan peserta KB aktif sejumlah 180.332 orang


3

(87,8 %) dari jumlah 205.461 PUS. Dari jumlah tersebut yang menjadi peserta

KB Kondom 1,9% (3.362 orang), KB Suntik 52,5% (94.750 orang), KB PIL

15,1% (27.285 orang), KB AKDR 9,1 % (16.337 orang), peserta KB MOP

0,5% (836 orang), KB MOW 1,8% (3.309 orang), dan KB Implan 19,1%

(34.453 orang). Sedangkan target indikator peserta KB Aktif tahun 2020

adalah sebesar 78%. Jadi cakupan peserta KB Aktif telah mencapai target.

Dibandingkan dengan capaian tahun 2019, pencapaian pada tahun ini

meningkat sebesar 2,5% dari capaian 85,3%. Jenis peserta KB yang

menyumbangkan peningkatan capaian KB tertinggi adalah peserta KB Implan

sebesar 1,3% dari cakupan 17,8%, peserta KB Kondom dan KB AKDR

meningkat 0,1%, sedangkan peserta KB Suntik yang biasanya jadi primadona

pada tahun sebelumnya menurun 1,4% (Dinas Kesehatan Lombok Timur,

2020).

Berdasarkan data yang diperoleh di Wilayah Kerja Puskesmas

Batuyang tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah cakupan peserta KB aktif

mencapai 7.329 peserta, yang menggunakan alat kontrasepsi AKDR sebanyak

890 peserta (12,14%), MOW sebanyak 60 peserta (0,82%), kondom sebanyak

200 peserta (2,73%), implant sebanyak 1.510 peserta (20,60%), suntik

sebanyak 4.059 peserta (55,38%) dan pil sebanyak 610 peserta (8,32%)

sedangkan tahun 2021 dari bulan Januari s/d Oktober jumlah cakupan peserta

KB aktif mencapai 7.104 peserta yang menggunakan yang menggunakan alat

kontrasepsi AKDR sebanyak 788 peserta (11,09%), MOW sebanyak 30

peserta (0,42%), kondom sebanyak 100 peserta (1,41%), implant sebanyak


4

1.124 peserta (15,82%), suntik sebanyak 4.342 peserta (61,12%) dan pil

sebanyak 720 peserta (10,14%) (Puskesmas Batuyang, 2021).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 Desember

2021 terhadap 10 peserta KB aktif menunjukkan bahwa 7 peserta KB aktif

diantaranya mengatakan bahwa tidak mengerti tentang bagaimana cara

penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sehingga cenderung

menggunakan alat kontrasepsi non AKDR kemudian 3 peserta KB aktif

lainnya mengatakan bahwa mengerti tentang cara penggunaan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) (Puskesmas Batuyang, 2021).

AKDR memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan AKDR yaitu :

bisa dilepas kapan saja tanpa memengaruhi kesuburan, setelah dilepas

kesuburan anda bisa kembali normal, aman digunakan untuk ibu menyusui,

mengurangi risiko terkena kanker serviks dan kanker endometrium, tidak

membuat gemuk seperti pil KB. Selain itu memiliki kelebihan, AKDR juga

memiliki kekurangan yaitu : menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut

ketika baru pasang, untuk beberapa bulan pertama mengakibatkan terjadinya

bercak perdarahan secara tidak teratur, tidak boleh digunakan pada wanita

yang punya penyakit radang panggul atau penyakit menular seksual yang

aktif; sedang hamil atau kemungkinan hamil; atau memiliki masalah atau

penyakit yang terkait dengan rahim (Handayani, 2018).

Penggunaan alat kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama

suami dan istri sebagai pasangan sehingga metode kontrasepsi yang dipilih

mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami dan istri. Suami mempunyai


5

tanggung jawab yang utama, sementara istri sebagai pengguna kontrasepsi.

Suami dapat memainkan peran penting dalam mendukung istri, harus saling

mendukung dalam menggunakan metode kontrasepsi karena KB bukan hanya

urusan suami atau istri saja. Peran aktif suami sebagai bentuk nyata

kepedulian dan keikutsertaannya di dalam KB dan kesehatan reproduksi, yang

didukung oleh penggunaan dan kesadaran suami yang tinggi. Selain itu

perlunya kesadaran istri akan hak-hak reproduksinya dan posisi yang sama

dengan suami dalam pengambilan keputusan mengenai KB (Haryani, 2012).

Untuk mendukung penggunaan alat kontrasepsi, khususnya AKDR,

pengetahuan akseptor sangat penting. Pengetahuan tersebut misalnya

keuntungan/kelebihan AKDR, jenis-jenis AKDR, efek samping, dan

sebagainya. Pengetahuan tersebut juga harus dimiliki oleh pihak suami,

dengan tujuan agar suami dapat memberikan pertimbangan dan dukungan

kepada isteri dalam penggunaan AKDR. Tingkat pengetahuan suami antara

lain dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat

pendidikan semakin kritis mereka merencanakan bentuk keluarga yang

diinginkan. Banyak unsur didalamnya, salah satunya adalah perencanaan

untuk memiliki anak (Haryani, 2012).

Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa penggunaan alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Puskesmas Batuyang masih rendah,

sehingga peneliti ingin meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan dan

dukungan suami dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu

“Apakah Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Suami dengan

Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Batuyang Tahun 2021”?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan

suami dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di

Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas

Batuyang Tahun 2021.

b. Mengidentifikasi gambaran dukungan suami terhadap penggunaan

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas

Batuyang Tahun 2021.

c. Mengidentifikasi gambaran penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021.

d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan suami

dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah

Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah

pengetahuan bagi para pembaca yang berhubungan dengan tingkat

pengetahuan dan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Stikes Hamzar

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah

bahan bacaan khususnya bagi mahasiswa program studi Pendidikan

Bidan tentang hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan suami

dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

b. Bagi Akseptor

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan

tambahan informasi tentang hubungan tingkat pengetahuan dan

dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR).

c. Bagi Puskesmas Batuyang

Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan acuan untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat terutama kepada peserta KB aktif.


8

E. Keaslian Penelitaan

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Nama Judul Metode
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian
Ela Faktor-faktor Desain Hasil penelitian Analisis data Perbedaannya yaitu
Rohaeni penyebab penelitian menunjukkan yang pada penelitian yang
dan Iis rendahnya yang bahwa ada digunakan dilakukan oleh Ela
(2020) penggunaan digunakan hubungan yang dalam Rohaeni dan Iis,
alat kontrasepsi dalam signifikan antara penelitian ini variabel
dalam Rahim penelitian ini umur, pendidikan, adalah uji chi independentnya
(AKDR) di adalah pekerjaan, paritas, square adalah umur,
Desa Grogol korelatif pengetahuan, peran pendidikan, pekerjaan,
Kecamatan kuantitatif suami dan sikap paritas, pengetahuan,
Gunung Jati dengan dengan rendahnya peran suami dan sikap
Kabupaten pendekatan penggunaan Alat sedangkan pada
Cirebon cross kontrasepsi dalam penelitian yang akan
sectional. rahim (AKDR) di peneliti lakukan
Besar Desa Grogol variabel
sampel yang Kecamatan independentnya
digunakan Gunungjati adalah umur,
dalam Kabupaten pendidikan, pekerjaan,
penelitian ini Cirebon. paritas dan dukungan
adalah 30 suami
orang.

Sarce Faktor-Faktor Desain Hasil penelitian Persamaannya Perbedaannya yaitu


Pinontoan Yang penelitian menunjukkan yaitu sama- pada penelitian yang
(2014) Berhubungan yang bahwa sebagian sama meneliti dilakukan oleh Sarce
Dengan digunakan besar responden tentang Pinontoan, variabel
Penggunaan dalam tidak menggunakan penggunaan independentnya
Alat penelitian ini AKDR yaitu 67 alat adalah paritas,
Kontrasepsi adalah orang (69,8%), kontrasepsi pendidikan dan
Dalam Rahim deskkriptif terdapat hubungan dalam rahim pengetahuan
Di Puskesmas analitik antara variabel (AKDR) sedangkan pada
Tatelu dengan paritas dengan penelitian yang akan
Kabupaten pendekatan penggunaan peneliti lakukan
Minahasa Utara cross AKDR dengan variabel
sectional nilai (p) = 0,003, independentnya
study tidak terdapat adalah umur,
Besar hubungan antara pendidikan, pekerjaan,
sampel yang variabel paritas dan dukungan
digunakan pendidikan dengan suami
dalam penggunaan
9

penelitian ini AKDR dengan


adalah 96 nilai (p) = 0,745
orang dan terdapat
hubungan antara
variabel
pengetahuan
dengan
penggunaan
AKDR dengan
nilai (p) = 0,000.

Novita Faktor- faktor Desain Hasil penelitiannya Persamaannya Perbedaannya yaitu


Dewi yang penelitian menunjukkan yaitu sama- pada penelitian yang
Iswandari mempengaruhi yang bahwa Ada sama meneliti dilakukan oleh Novita
(2017) rendahnya digunakan hubungan antara tentang Dewi Iswandari,
penggunaan dalam variabel usia penggunaan alat variabel
Alat penelitian ini dengan rendahnya kontrasepsi independentnya
Kontrasepsi adalah penggunaan dalam rahim adalah usia, partitas
Dalam Rahim korelatif AKDR dengan (AKDR). dan dukungan suami
(AKDR) di kuantitatif nilai (p) = 0,009, sedangkan pada
Puskesmas dengan ada hubungan penelitian yang akan
Pekauman pendekatan  antara variabel peneliti lakukan
Banjarmasin cross paritas dengan variabel
sectional. rendahnya independentnya
Besar penggunaan adalah usia,
sampel yang AKDR dengan pendidikan, pekerjaan,
digunakan nilai (p)= 0,002, paritas dan dukungan
dalam ada hubungan suami
penelitian ini antara variabel
adalah 99 dukungan suami
orang. dengan rendahnya
penggunaan
AKDR dengan
nilai (p)= 0,008..
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra, berarti “mencegah” atau

“melawan” dan konsepsi yang berarti pertemuan sel telur yang matang

dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah

menghindari terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur matang

dengan sel sperma (BKKBN, 2013).

Program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur

kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,

melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Kontrasepsi

merupakan komponen penting dalam pelayanan Kesehatan reproduksi

sehungga dapat mengurangi risiko kematian dan kesakitan dalam

kehamilan (BKKBN, 2013).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya yang dilakukan dalam pelayanan kontrasepsi dapat

bersifat sementara maupun bersifat permanen (Kementerian Kesehatan

RI, 20 15).

Pelayanan kontrasepsi adalah pemberian atau pemasangan

kontrasepsi maupun tindakan–tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi

10
11

kepada calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan dalam

fasilitas pelayanan KB. Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi

dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan dari segi

agama, norma budaya, etika, serta segi kesehatan (Kementerian

Kesehatan RI, 2017).

b. Syarat Kontrasepsi Yang Baik

Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang

baik menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2015) adalah :

1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya

2) Tidak ada efek samping yang merugikan

3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

4) Tidak mengganggu hubungan seksual

5) Cara penggunaanya sederhana

6) Dapat diterima oleh pengguna

7) Dapat diterima oleh pasangan

2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Pengertian

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi

yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang

menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri

dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada

yang tidak (Kementerian Kesehatan RI, 2020)


12

b. Jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Jenis alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) menurut bentuknya

dibagi menjadi :

1) Bentuk terbuka (open device) misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7,

Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

2) Bentuk tertutup (closed device) misalnya Ota ring, Antigon, Grafen

Berg Ring.

Menurut tambahan obat atau metal dibagi menjadi :

1) Medicated intrauterine device (AKDR), misalnya Cu-T-200, 220,

300, 380A; Cu-7, Nova-T, ML-Cu 250, 375, selain itu ada Copper-

T, Copper-7

2) Multi Load

3) Lippes Load

AKDR hormonal ada dua jenis yaitu Progestasert-T dan LNG-

20. Jenis AKDR Cu T-380A adalah jenis AKDR yang beredar di

Indonesia. AKDR jenis ini memiliki bentuk yang kecil, kerangka dari

plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus

yang terbuat dari tembaga (Cu) (Setyaningrum, 2016).

c. Mekanisme Kerja

Cara kerja AKDR yaitu mencegah sperma dan ovum bertemu

dengan mempengaruhi kemampuan sperma agar tidak mampu

fertilisasi, mempengaruhi implantasi sebelum ovum mencapai kavum


13

uteri, dan menghalangi implantasi embrio pada endometrium (Rusmini

dkk, 2017).

AKDR mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR

menyebabkan reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma sehingga tidak

mampu untuk fertilisasi (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Menurut Setyaningrum (2016), cara kerja dari AKDR yaitu

menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi karena

adanya ion tembaga yang dikeluarkan AKDR dengan cupper

menyebabkan gangguan gerak spermatozoa. AKDR memungkinkan

untuk mencegah implantasi telur dalam uterus karena terjadinya

pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit

menyebabkan blastoksis mungkin dirusak oleh makrofag dan

blastoksis.

d. Manfaat

Manfaat dari pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim menurut

Kemenkes RI (2014) yaitu:

1) Dapat efektif segera setelah pemasangan

2) Metode jangka panjang

3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil

6) Tidak ada efek samping hormonal


14

7) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

9) Dapat digunakan sampai menopause (satu tahun atau lebih setelah

haid terakhir)

10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat

11) Mencegah kehamilan ektopik

e. Efek Samping

Efek samping yang mungkin di alami oleh pengguna alat

kontrasepsi bawah rahim yaitu

1) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan)

Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid

yang berbeda dengan yang sebelumnya, yang diukur mulai dari

siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal,

yang dapat berkisar kurang dari batas normal sekitar 22-35 hari

(Handayani, 2018)

2) Haid lebih lama dan banyak

Perdarahan menstruasi yang lebih banyak atau lebih lama

dari normal (lebih dari 8 hari). Pada keadaan ini AKDR tidak perlu

dilepaskan kecuali bila pendarahan terus berlangsung sampai lebih

dari 8 –10 minggu (Handayani, 2018)


15

3) Perdarahan spotting atau perdarahan bercak antara menstruasi

Keputihan Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya

keputihan yang mungkin merupakan akibat dari terjadinya reaksi

awal terhadap adanya benda asing (Handayani, 2018).

4) Saat haid lebih sakit (disminorea)

Nyeri haid (disminorea) merupakan suatu rasa tidak enak di

perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali

disertai rasa mual (Prawirohardjo, 2018).

5) Perdarahan

Umumnya setelah pemasangan AKDR, terjadi perdarahan

sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan

sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan

diketahui oleh akseptor, keluhan yang sering terdapat pada

pemakaian AKDR ialah perdarahan banyak dapat disertai bekuan

darah dalam siklus normal (menorrhagia), spotting metroraghia

(perdarahan diluar siklus haid) (Prawirohardjo, 2018)

6) Rasa nyeri dan kejang di perut

Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah

pemasangan AKDR, biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur

hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau

dihilangkan dengan jalan memberi analgetik, jika keluhan

berlangsung terus, sebaiknya AKDR diganti dengan ukuran yang

lebih kecil (Prawirohardjo, 2018)


16

7) Gangguan pada suami

Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang

AKDR sewaktu bersenggama, ini disebabkan oleh benang AKDR

yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang.

Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang AKDR

yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 3 cm dari porsio,

sedang jika benang AKDR terlalu pendek, sebaiknya AKDR akan

diganti, biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang

(Prawirohardjo, 2018)

8) Ekspulsi (pengeluaran sendiri)

Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruh.

Ekspulsi biasanya terjadi pada waktu haid, yang dipengaruhi oleh

umur, paritas dan lama pemakaian (Prawirohardjo, 2018)

f. Indikasi

Indikasi pemasangan AKDR pasca plasenta menurut Rusmini

dkk (2017) yaitu:

1) Wanita pasca persalinan pervaginam atau pasca persalinan sectio

secarea dengan usia reproduksi dan paritas berapapun

2) Pasca keguguran (non infeksi)

3) Masa menyusui (laktasi)

4) Riwayat hamil ektopik

5) Tidak memiliki riwayat keputihan purulen yang mengarah kepada

IMS (gonore, klaimidia dan servisitis purulen)


17

g. Kontraindikasi

Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca plasenta menurut

Rusmini dkk (2017) yaitu:

1) Menderita anemia, penderita kanker atau infeksi traktus genetalis

2) Memiliki kavum uterus yang tidak normal

3) Menderita TBC pevic, kanker serviks dan menderita HIV/AIDS

4) Ketuban pecah sebelum waktunya

5) Infeksi intrapartum

6) Perdarahan post partum

h. Waktu Pemasangan

Alat kontrasepsi dalam rahim dapat dipasang setiap waktu

dalam siklus haid/menstruasi, yang dapat dipastikan klien tidak hamil

dalam hari pertama sampai ke-7 siklus haid. Segera setelah persalinan,

selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan. Setelah

menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada

gejala infeksi, dan selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak

terlindungi (Affandi, 2015).

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dipasang dalam

beberapa waktu diantaranya selama siklus menstruasi. Pada saat

tersebut pemasangan akan mudah karena canalis servisis sedikit

melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, rasa nyeri

kurang dan perdarahan tidak begitu banyak. AKDR juga dapat

dipasang pasca persalinan. AKDR pasca persalinan dibagi menjadi tiga


18

waktu yakni secara dini dimana pemasangan AKDR dilakukan

sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit, secara langsung yaitu

pemasangan dilakukan setelah lebih dari 3 bulan setelah ibu

dipulangkan, dan secara tidak langsung yaitu pemasangan dilakukan

lebih dari 3 bulan pasca persalinan atau pasca keguguran (Sofian,

2015).

Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat dipasang segera

setelah terminasi kehamilan atau evakuasi aborsi spontan, dan 6

minggu setelah persalinan per vaginam atau melalui seksio sesarea.

Pemasangan AKDR pasca plasenta (dalam 48 jam setelah melahirkan)

juga aman dan nyaman. Selain itu, AKDR dapat dipasang dalam masa

interval yakni antara dua haid. Jika dipasang setelah ovulasi, harus

dipastikan wanita tidak hamil atau mereka yang telah memakai cara-

cara kontrasepsi lainnya (Sofian, 2015).

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya penggunaan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

a. Umur

Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan. Usia yang

dimaksud disini adalah usia akseptor KB. Usia mempengaruhi

akseptor dalam penggunaan alat kontrasepsi. Usia reproduksi yang

normal pada umur 20 – 35 tahun, karena pada usia tersebut organ

reproduksi sudah berfungsi secara optimal. Jika seorang wanita hamil

pada umur < 20 tahun, dianggap sebagai kehamilan risiko tinggi


19

karena alat reproduksi belum siap untuk hamil sehingga

mempengaruhi pembentukan selaput ketuban menjadi abnormal.

Sedangkan pada usia > 35 tahun terjadi penurunan kemampuan organ-

organ reproduksi yang berpengaruh pada proses embryo genesis (Dewi

Handayani, 2019)

Usia seorang wanita juga dapat mempengaruhi kecocokan dan

ekseptabilitas metode-metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok

pemakai adalah “ remaja dan wanita premenopause”. Secara umum

remaja kecil kemungkinanya memiliki kontra indikasi medis terhadap

pemakaian metode (kecuali remaja nulipara yang seyogyanya tidak

menggunakan AKDR). Namun faktor-faktor prilaku dapat menjadi

penting dalam menentukan metode yang akan memberi perlindungan

kontrasepsi terbaik. Sebagai contoh remaja yang mungkin mengalami

kesulitan mematuhi syarat-syarat pemakaian metode, misalnya minum

pil setiap hari atau memasukkan diafragma sebelum berhubungan

kelamin (Dewi Handayani, 2019)

Berbeda dengan remaja, wanita perimenopause lebih besar

kemungkinannya memiliki kontraindikasi medis daripada kontra

indikasi prilaku untuk memnggunakan metode tertentu. AKDR juga

sesuai untuk wanita perimenopause monogamy ; AKDR yang

mengandung tembaga yang dipasang setelah 40 tahun dapat dibiarkan

di tempatnya sampai menopause (Wulansari, 2018).


20

b. Paritas

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita.

Paritas 2 – 3 merupakan jumlah paling aman ditinjau dari sudut

kesehatan. Sedangkan paritas 1 dan lebih dari 3 merupakan paritas

dengan resiko tinggi. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas

mempengaruhi mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi

(Wulansari, 2018)

Paritas seorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya

suatu metode secara medis. Secara umum AKDR tidak dianjurkan bagi

wanita nulipara karena pemasanganya lebih sulit, angka ekspulsi yang

lebih tinggi dari pada wanita yang pernah melahirkan. Oleh karena itu

program harus secara cermat meneliti wanita nulipara yang meminta

AKDR dan member tahu mereka mengenai pilihan kontrasepsi lain

yang lebih sesuai (Wulansari, 2018)

Grande multipara cenderung mnegalami resiko tinggi

persalinan. Apabila terjadi kehamilan tersebut digolongkan dalam

kehamilan beresiko. Oleh karena itu grande multipara sebaiknya

menggunakan metode yang lebih efektif (Wulansari, 2018).

c. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dari tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Suprianto (2016),

pendidikan terdiri atas pendidikan formal yaitu pendidikan dasar (SD),


21

pendidkan menengah (SMP dan SMA), pendidikan tinggi (Akademi

dan Universitas). Sedangkan pendidikan non formal seperti kursus

mengetik, menjahit, computer, bahasa inggris dan lain sebagainya.

Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan

menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode.

Beberapa studi telah memperhatikan bahwa metode kalender lebih

banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan.

Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan

keluarga berencana yang efektif tetapi tidak rela untuk menganbil

resiko yang terkait dengan sebagian metode kontrasepsi modern

(Suprianto, 2016).

d. Faktor Fisik

Adanya penyakit-penyakit tertentu yang merupakan kontra

indikasi pemasangan AKDR seperti:penyakit kelamin/PMS (sipilis,

Aids) perdarahan dari kemaluan yang tidak di ketahui penyebabnya

(anemia), penyakit infeksi genital aktif, penyakit gula (diabetes

mellitus), ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

e. Faktor Psikologis

1) Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam

pemasangan AKDR sering kali menimbulkan perasaan takut

selama pemasangan.

2) Ketakutan juga dapat terjadi akibat pengalaman individual orang

lain yang mengalami nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera


22

setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

Umumnya setelah pemasangan AKDR terjadi perdarahan sedikit-

sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dipasang sewaktu

haid, perdarahan yang sedikit-dikit ini tidak akan diketahui oleh

akseptor. Jika perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi,

sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang

mempunyai ukuran kecil. Pada perdarahan yang tidak berhenti

dengan tindakan tersebut sebaiknya AKDR diangkat.

3) Ketakutan akan keluarnya AKDR dari rahim atau jalan lahir.

Keluarnya AKDR biasa terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh

lamanya pemakaian yaitu pengeluaran terjadi pada tiga bulan

pertama setelah pemasangan,pengeluaran sebelumnya dimana

terjadi pada wanita yang pernah mengalami pengeluaran, dan

dipengaruhi oleh jenis dan ukuran yang dipasang sangat

mempengaruhi frekuensi pengeluaran AKDR. Pada lippes loop

makin besar ukuran AKDR makin kecil kemungkinan terjadinya

pengeluaran.

4) Perasaan malas atau risih karena harus memeriksa posisi benang

AKDR dari sewaktu-waktu.Untuk melakukan ini perempuan harus

memasukkan jarinya kedalam vagina,sebagian perempuan tidak

mau melakukan ini.

5) Perasaan risih dan malu karena harus membuka pakaian dalam dan

memperlihatkan alat kemaluan kepada orang lain.


23

f. Faktor sosial budaya

Adapun faktor sosial budayanya yaitu:

1) Pandangan bahwa AKDR dapat mempengaruhi kenyamanan dalam

hubungan sexual.

2) Kesalahan persepsi mengenai suatu metode

Banyak klien membuat keputusan mengenai kontrasepsi

berdasarkan informasi yang salah yang diperoleh dari teman dan

keluarga atau dari kompanye pendidikan yang membingungkan,

dengan sifat-sifat positif metode kurang diajukan, sedangkan sifat-

sifat negatifnya. Contoh AKDR yang mengembara didalam tubuh

dan akhirnya dapat mematikan pemakai, rumor lain dapat

menyebutkan bahwa kesalahan pemakaian metode sehingga terjadi

kegagalan metode.

3) Status wanita

Di daerah-daerah yang status wanitanya meningkat,

sebagian wanita akan memiliki pemasukan yang lebih besar untuk

membayar metode-metode yang lebih mahal serta memiliki lebih

banyak suara dalam mengambil keputusan .Juga di daerah-daerah

yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya terdapat sedikit

pembatasan dalam memperoleh berbagai metode, misalnya

peraturan yang mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan

keluarga berencana dapat diperoleh (Wulansari, 2018)


24

g. Faktor Agama

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem

atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan ,atau juga disebut dengan

nama Dewan atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Di beberapa daerah, kepercayaan religious dapat

mempengaruhi klien dalam memilih metode. Sebagai contoh, penganut

Katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi mereka pada

keluarga berencana alami. Sebagian pemimpin Islam mengklaim

bahwa sterilisasi dilarang, sedangkan sebagian lainnya mengizinkan.

Walaupun agama Islam tidak melarang pemakaian metode kontrasepsi

secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa pola

perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan oleh sebagian metode

hormonal akan sangat menyulitkan karena selama haid mereka

dilarang bersembahyang. Disebagian masyarakat, wanita Hindu

dilarang mempersiapkan makanan selama haid sehingga pola haid

yang tidak teratur dapat menjadi masalah (Wulansari, 2018).

4. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar


25

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2014).

b. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling

rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap obyek atas materi dapat mnejelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.


26

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.
27

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

menggunakan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu:

1) Faktor Internal meliputi:

a) Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari

segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih

percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa

(Nursalam, 2016).

b) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience

is the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa

pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman

itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat

dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal


28

ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan

yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai

pada masa lalu (Notoadmodjo, 2018).

c) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin

pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

(Nursalam, 2016).

d) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan (Nursalam,

2016).

e) Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang

melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang

dikontruksikan secara sosial maupun kultural.


29

2) Faktor eksternal

a) Informasi

Menurut Nursalam dan Pariani (2015) informasi

merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi

tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.

b) Lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2018), hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan

(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman

seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan

non fisik)

c) Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial

seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi

pula.

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018), terdapat beberapa cara

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara kuno atau non modern

Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah,


30

atau metode penemuan statistik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi:

a) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut

tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.

b) Pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

c) Melalui jalan fikiran

Untuk memeperoleh pengetahuan serta kebenarannya

manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta

penalarannya. Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-

tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan

seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima dari

sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.

2) Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian,

yaitu:
31

a) Metode induktif

Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya

dikumpulkan atau diklasifikasikan, akhirnya diambil

kesimpulan umum.

b) Metode deduktif

Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih

dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-

bagiannya yang khusus.

e. Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2016), pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu:

1) Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.

2) Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.

3) Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan

5. Dukungan Suami

a. Pengertian Dukungan Suami

Dukungan suami secara umum didefinisikan sebagai informasi

yang membangun kepercayaan dan kesadaran seseorang bahwa dia itu

dipedulikan, dikasihi, dihargai dan dia merupakan bagian dari

masyarakat yang saling mendukung dan saling membutuhkan (Taufik,

2015).
32

b. Fungsi Dukungan Suami

Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh feldman

(2012), yaitu :

1) Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basiskekuatan keluarga. Fungsi ini berguna untuk

pemenuhan kebutuhanpsikososial. Fungsi afektif meliputi: saling

mengasuh, saling menghargai, danikatan keluarga.

2) Sosialisasi

Adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu yangmenghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan

dalam lingkungan sosial.

3) Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber dayamanusia.

4) Ekonomi

Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota

keluarga.

5) Perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan berfungsi untuk mencegah terjadinya

gangguan kesehatanatau merawat anggota keluarga yang sakit.


33

c. Jenis Dukungan Suami

Menurut Fitriani (2016), mendefinisikan dukungan sosial adalah

bentuk hubungan sosial meliputi emotional, informational,

instrumental dan appraisal. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

1) Dukungan Emosi (Emotional)

Adalah dukungan yang berupa tempat berteduh dan

beristirahat, yangberpengaruh terhadap ketenangan emosional,

mencakup pemberian empati,dengan mendengarkan keluhan,

menunjukkan kasih sayang, kepercayaan, danperhatian. Dukungan

emosional akan membuat seseorang merasa lebihdihargai, nyaman,

aman dan disayangi.

2) Dukungan Informasi (Informational)

Adalah dukungan yang berupa informasi, penjelasan tentang

situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang

sedang dihadapi olehseseorang. Mengatasi permasalahan dapat

digunakan seseorang dengan memberikan nasehat, anjuran,

petunjuk dan masukan.

3) Dukungan penilaian (appraisal)

Adalah dukungan keluarga berfungsi sebagai pemberi umpan

balik yang positif, menengahi penyelesaian masalah yang

merupakan suatu sumber dan pengakuan identitas anggota

keluarga. Keberadaan informasi yang bermanfaat dengan tujuan

penilaian diri serta penguatan (pembenaran)


34

4) Dukungan instrumental (instrumental)

Adalah dukungan yang berupa sumber bantuan yang praktis

dan konkrit. Bantuan mencakup memberikan bantuan yang nyata

dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu

seseorang yang membutuhkan. Dukungan ekonomi akan

membantu sumber daya untuk kebutuhan dasar dankesehatan anak

serta pengeluaran akibat bencana.

d. Pengukuran Dokungan Suami

Menurut Azwar (2017), pengukuran dukungan sumai dapat

dilakukan dikategorikan sebagai berikut :

1) Mendukung : jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner  T Median

2) Tidak mendukung : jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner ≤ T Median.
35

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sedangkan kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di

amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo,

2012).

Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR)
Kurang

Dukungan Suami
Dukungan
informasional
Faktor fisik
Dukungan
instrumental Faktor psikologis
Dukungan emosional Faktor sosial budaya
Dukungan penilaian
Faktor agama

Keterangan :

= Diteliti

= = Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Sumber : (Modifikasi Notoatmodjo, 2018 dan Rusmini, 2017)


36

C. Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis berasal dari dua kata hypo yang berarti

“kurang dari” dan thesis yang brarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu

pendapat atau kesimpulan yang belum final, yang harus diuji kebenarannya

(Notoadmojo, 2018).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1. Ha1 : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas

Batuyang Tahun 2021.

2. Ha2 : Ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas

Batuyang Tahun 2021.


37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan prosedur penelitian. Desain dalam penelitian ini adalah penelitian

observasional analitik yaitu peneliti hanya mengamati fenomena atau objek

penelitian tanpa memberikan perlakuan tertentu dan peneliti mencoba menarik

suatu kesimpulan atau melihat pengaruh dari fenomena atau objek yang

diteliti. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan cross sectional yaitu setiap subjek penelitian hanya di observasi

satu kali saja dan pengukuran terhadap variabel dilakukan pada saat yang

sama (Nursalam, 2017).

B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah wilayah generalisasi

objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB aktif dari

bulan Januari sampai dengan Oktober tahun 2021 sebanyak 7.104 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut

harus betul-betul representative (mewakili). Ukuran sampel merupakan

37
38

banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu populasi (Sugiyono,

2018).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari

peserta KB aktif yang datang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas

Batuyang tahun 2021. Untuk mencari besarnya sampel dihitung dengan

menggunakan rumus Slovin (2013) :

N
n=
1+ N (d 2)

7.104
n=
1+ 7.104 ¿ ¿

7.104 7.104
n= = =99
1+ 71,04 72.04

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Nilai kritis (batas ketelitian)

Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 99 orang

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan yaitu siapa saja pasien yang secara kebetulan bertemu dengan

peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang

kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.


39

Kriteria sampel dalam penelitian ini terdiri dari : kriteria Inklusi dan

Kriteria Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

a. Peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim

rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang.

b. Bisa berkomunikasi dengan baik

c. Bersedia dijadikan sebagai responden

b. Kriteria Eksklusi

1) Peserta KB aktif yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang.

2) Tidak bisa berkomunikasi dengan baik

3) Tidak bersedia dijadikan sebagai responden

C. Variabel dan Definisi Operasinal Penelitian

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (Variabel Independent)

Variabel bebas (independen) adalah variabel yang berpengaruh

yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan

merupakan variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan dan dukungan suami.

b. Variabel terikat (Variabel Dependent)

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang diduga nilainya

akan berubah karena pengaruh dari variabel bebas. Variabel terikatnya

adalah penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)


40

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek/fenomena (Hidayat, 2017).

Tabel 3.1. Definisi Operasional


Definisi Parameter Alat
No Variabel Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Pengetahuan Segala sesuatu 1. Tahu Kuesioner 1.Baik : 76 – Ordinal
yang diketahui 2. Memahami 100%
oleh responden 3. Aplikasi 2.Cukup : 56 –
tentang 4. Analisis 75%
penggunaan alat 5. Sintesis 3.Kurang : <
kontrasepsi dalam 6. Evaluasi 56%
rahim (AKDR) (Arikunto, 2016)

2 Dukungan Sikap suami 1. Dukungan Kuesioner 1.Mendukung : Nominal


suami terhadap emosional jika > T mean
responden yang 2. Dukungan 2.Tidak
diwujudkan instrumental mendukung :
berupa dukungan 3. Dukungan jika ≤ T mean
emosional, penghargaan (Azwar, 2017)
dukungan 4. Dukungan
instrumental, serta informasi
dukungan
informative.
3 Penggunaan Alat kontrasepsi 3. Umur Kuesioner a. AKDR Nominal
alat yang digunakan 4. Paritas b. Non AKDR
kontrasepsi oleh responden 5. Faktor fisik
dalam rahim untuk mencegah 6. Faktor
(AKDR) terjadinya biologis
kehamilan

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya melakukan penelitian adalah melakukan pengukuran,

maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasa

dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang


41

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,

2019).

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner berupa pertanyaan tertutup dan terbuka. Kuesioner digunakan

untuk mengumpulkan data tentang pengetahuan ibu dan dukungan suami.

Uji Kualitas Instrumen

1. Uji Validitas

Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan

data perlu dilakukan pengujian validitas. Hal ini digunakan untuk

mendapatkan data yang valid dari instrumen yang valid. Menurut

Sugiyono (2012), “Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan

antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada

objek yang diteliti”. Pengujian instrumen dalam penelitian ini dilakukan

dengan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan

total skor konstruk.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2012), “Instrumen yang reliabel adalah

instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek

yang sama, akan menghasilkan data yang sama.” Setelah instrumen di uji

validitasnya maka langkah selanjutnya yaitu menguji reliabilitas. Adapun

menurut Imam Ghozali pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu:


42

a. Repeated Measure atau pengukuran ulang: disini seseorang akan

disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan

kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.

b. One Shot atau pengukuran sekali saja: disini pengukurannya hanya

sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain

atau pengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan

fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach

Aplha (α). (Ghozali, 2011)

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pengukuran

reliabilitas cara kedua yaitu One Shot atau pengukuran sekali saja.

Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dibantu dengan SPSS untuk

uji statistik Cronbach Aplha (α). Hasil dari uji statistik Cronbach Aplha

(α) akan menentukan instrument yang digunakan dalam penelitian ini

reliabel digunakan atau tidak

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari 2022.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang.

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli. Data primer dapat berupa opini subyek secara individual atau
43

kelompok, dan observasi. Metode yang digunakan untuk mendapatkan

data primer yaitu metode wawancara dan observasi (Sugiyono, 2019).

a. Data tentang tingkat pengetahuan tentang penggunaan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang

diperoleh dari responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

b. Data tentang dukungan suami terhadap penggunaan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang

diperoleh dari responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner.

c. Data tentang penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di

Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang diperoleh dari responden dengan

menggunakan alat bantu kuesioner.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip

(Sugiyono, 2019).

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu

a. Data tentang gambaran umum Puskesmas Batuyang diperoleh dari

buku Profil.
44

G. Cara Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Editing

Editing yaitu kegiatan pengecekan hasil pengukuran untuk dilihat

kembali apakah ada kesalahan memasukkan data.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka/ bilangan.

a. Pengetahuan

1) Baik : diberi kode 3

2) Cukup : diberi kode 2

3) Kurang : diberi kode 1

b. Dukungan suami

1) Mendukung : diberi kode 2

2) Tidak mendukung : diberi kode 1

c. Penggunaan alat kontrasepsi AKDR

1) AKDR : diberi kode 2

2) Non AKDR : diberi kode 1

3. Scoring

Scoring merupakan penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini

menggunakan skala ordinal. Oleh karena itu hasil kuesioner yang telah di

isi bila benar diberi skor 1 dan bila salah diberi skor 0. Kemudian di

prosentasikan dengan cara jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal dan
45

dikalikan 100%. Apabila persentasenya ≤ 55%, maka masuk dalam

kategori pengetahuan kurang, kemudian apabila persentasenya 56 – 75%,

maka masuk dalam kategori cukup sedangkan apabila persentasenya 76 –

100%, maka masuk dalam kategori baik.

4. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Tabulasi juga  dapat digunakan untuk menciptakan

statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau yang variabel yang

akan di tabulasi silang.

5. Entri

Entri data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam computer untuk

selanjutnya dapat dilakukan analisis data.

H. Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap

variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung jenis datanya.

Untuk data numerik digunakan mean (rata-rata), median dan standar

deviasi (Notoatmodjo, 2018).

Analisis univariat pada penelitian ini meliputi: tingkat

pengetahuan dan dukungan suami dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dengan bantuan SPSS.


46

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Meliputi satu variabel independen (tingkat

pengetahuan dan dukungan suami) dan variabel dependen (penggunaan

alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR). Kemudian untuk analisis

pengaruhnya menggunakan uji chi square, uji ini dapat digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel x dan y. Hasil perhitungan

bila p value lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, bila p value lebih

besar maka Ho diterima.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian.

Prinsip etik diterapkan dalam kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan

proposal hingga penelitian ini di publikasikan (Notoatmodjo, 2018).

1. Persetujuan (Inform Consent)

Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau

wawancara kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan

(inform consent) kepada responden yang diteliti, dan responden

menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari lembar

persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Peneliti tidak

memaksa responden yang menolak untuk diteliti dan menghormati

keputusan responden (Notoatmodjo, 2018).


47

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip

anonimity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi

inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan

diberi nomer kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi

identitas responden (Notoatmodjo, 2018)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan

seluruh data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada

siapapun. Peneliti menyimpan data di tempat yang aman dan tidak terbaca

oleh orang lain. Setelah penelitian selesai dilakukan makan peneliti akan

memusnahkan seluruh informasi (Notoatmodjo, 2018).


48

J. Alur Penelitian

Surat Pengantar dari Direktur


Kampus Bappeda Puskesmas Batuyang

Penelitian Populasi Pengambilan Data


dan Sampel Awal

Penyusunan Proposal Ujian Proposal Revisi Proposal


Penelitian Penelitian Penelitian

Penyusunan Pengolahan Turun ke lahan untuk


Skripsi Data pengambilan data

Ujian
Skripsi

Gambar 3.1 Alur penelitian hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan suami
dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di
Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021.

K. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian dijelaskan secara umum

sebagai berikut :

1. Survey Literatur

Tahap ini adalah melakukan pengumpulan bahan literatur dan informasi

berkaitan dengan judul penelitian.


49

2. Identifikasi Masalah

Melakukan identifikasi tentang masalah apa yang akan dibahas berkaitan

dengan hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan suami dengan

penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berdasarkan literatur

dan informasi yang telah diperoleh.

3. Studi Pustaka

Mempelajari literatur yang akan digunakan sebagai kajian teori dalam

penelitian ini.

4. Hipotesis

Mengemukakan pertanyaan awal yaitu hubungan tingkat pengetahuan dan

dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR)

5. Menentukan variabel dan sumber data

Menentukan variabel-variabel dan data-data seperti apa yang dibutuhkan

berdasarkan populasi, sampel dan cara pengambilan sampel. Kemudian

menentukan subyek penelitian dan respondennya

6. Menentukan dan Menyusun Instrumen Penelitian

Tahap ini adalah penentuan instrumen penelitian yaitu dengan mengisi

kuesioner.

7. Observasi Lapangan dan Perizinan

Melakukan pencarian sumber data dan perizinan penelitian kepada pihak-

pihak yang berkompeten.


50

8. Mengumpulkan data

Melakukan observasi kepada responden dan perizinan untuk menghemat

waktu, biaya dan tenaga.

9. Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari pemberian kode variabel, tabulasi,

perhitungan dengan program SPSS untuk kemudian dilakukan tabulasi

kedua.

10. Analisa Data

Merupakan analisa hasil pengolahan data berdasarkan hasil penelitian dan

teori yang ada.

11. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah kesimpulan diambil berdasarkan analisa data

dan diperiksa apakah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian


51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Puskesmas Batuyang

a. Kondisi Geografis

Puskesmas Batuyang merupakan salah satu dari dua Puskesmas

di wilayah Kecamatan Pringgabaya. Secara geografis berada di jalur

jalan nasional/Negara lintas Lombok-Sumbawa, tepatnya di desa

Batuyang kecamatan Pringgabaya. Adapun batas – batas wilayahnya

adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Suela & Desa

Pringgabaya.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Haji

3) Sebelah Timur merupakan Selat Alas.

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wanasaba.

Berdasarkan data administratif Kecamatan Pringgabaya,

wilayah kerja Puskesmas Batuyang pada tahun 2012 terbagi menjadi

10 (sepuluh) desa yaitu 5 (lima) desa induk (Desa  Batuyang,

Pohgading, Kerumut, Apitaik, dan Bagek Papan) serta 5 (lima) desa

pemekaran (Desa Pohgading Timur, Teko, Anggaraksa, Tanak Gadang

dan Telaga Waru). Dengan demikian jumlah Desa definitif wilayah

kerja Puskesmas Batuyang sebanyak 10 desa yang terbagi menjadi 52

dusun.
52

Topografi wilayah kerja Puskesmas Batuyang rata-rata berupa

daerah dataran dan ada juga daerah perbukitan di beberapa wilayah

desa. Dan wilayah semua desa pada umumnya terdiri dari: lahan

pemukiman penduduk, lahan pertanian, perkebunan dan pantai.

Sedangkan menurut data proyeksi penduduk Kabupaten Lombok

Timur Tahun 2012 jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas

Batuyang yaitu 52.260 jiwa

Puskesmas Batuyang dengan luas wilayah 4.085 Km2 dan

jumlah penduduk 52.260 jiwa, 7.433 rumah tangga, sehingga

kepadatan penduduknya adalah 13.07 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk

di wilayah Puskesmas Batuyang tidak merata, desa terpadat

adalah Desa Apitaik dengan kepadatan 23 jiwa /Km2, sedangkan

terendah adalah Desa Anggaraksa dengan kepadatan penduduk 7 jiwa /

Km2. 

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemberi pelayanan

kesehatan kepada masyarakat, pada tahun 2012 Puskesmas Batuyang

mempunyai jaringan berupa: 3 (tiga) buah Puskesmas pembantu

(Pustu), yaitu Pustu Kerumut, Pustu Apitaik dan Pustu Bagikpapan,

serta 10 (Sepuluh) buah Polindes (Pondok Bersalin Desa) / Poskesdes

(Pos Kesehatan Desa) yaitu: Polindes/poskesdes Pohgading,

Pohgading Timur, Kerumut, Anggaraksa, Apitaik, Teko, Bagekpapan,

Tanak Gadang, Telaga waru dan Senang.. Kemudian untuk pelayanan


53

kesehatan di tingkat dusun sekarang dibantu dengan 62 buah Posyandu

dan 16 Posyandu kolaborasi dengan pelayanan Karang Lansia.

b. Ketenagaan

1) Jenis dan jumlah tenaga PNS / PTT Puskesmas Batuyang

Tabel 4.1 Jenis dan Jumlah Tenaga PNS / PTT Puskesmas Batuyang
tahun 2022

No Jenis Tenaga Jumlah


1 Dokter Umum 1
2 Dokter Gigi 0
3 Sarjana Kesmas 2
4 Petugas Gizi 2
5 Sanitarian 2
6 Perawat 12
7 Bidan 15
8 Tenaga Laboratorium 1
9 Apoteker/Asisten Farmasi 1
10 Kepala TU 1
11 Tenaga Administrasi / TU 1
12 Perawat Gigi 2
13 Kebersihan + Jaga Malam 0
14 Sopir 1

2) Jenis dan Jumlah Tenaga Job

Tabel 4.2 Jenis dan Jumlah Tenaga Job Puskesmas Batuyang tahun 2022

No Jenis Tenaga Jumlah


1 Dokter Umum 0
2 Dokter Gigi 0
3 Sarjana Kesmas 0
4 Petugas Gizi 2
5 Sanitarian 3
6 Perawat 22
7 Bidan 12
8 Tenaga Laboratorium 0
9 Apoteker/Asisten Farmasi 1
10 Tenaga Administrasi / TU 3
11 Perawat Gigi 1
12 Kebersihan + Jaga Malam 2
54

2. Analisa Univariat

a. Identifikasi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim (AKDR)

Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang alat

kontrasepsi dalam rahim (ADKR) di Wilayah Kerja Puskesmas

Batuyang Tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu


tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja
Puskesmas Batuyang Tahun 2021

No Pengetahuan n %
1 Baik 20 20,2
2 Cukup 36 36,4
3 Kurang 43 43,4
Jumlah 99 100

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 99 ibu

yang diteliti di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang sebagian besar

memiliki pengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi dalam rahim

(ADKR) sebanyak 43 orang (43,4%) dan sebagian kecil memiliki

pengetahuan baik sebanyak 20 orang (20,2%).

b. Identifikasi Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Hasil penelitian mengenai dukungan suami terhadap

penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (ADKR) di Wilayah Kerja

Puskesmas Batuyang Tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut :
55

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami


Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di
Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021

No Dukungan Suami n %
1 Mendukung 39 39,4
2 Tidak Mendukung 60 60,6
Jumlah 99 100

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 99 ibu

yang diteliti di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang lebih banyak ibu

yang tidak mendapatkan dukungan dari suami sebanyak 60 orang

(60,6%) dibandingkan ibu yang mendapatkan dukungan dari suami

sebanyak 39 orang (39,4%).

c. Identifikasi Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Hasil penelitian mengenai penggunaan alat kontrasepsi dalam

rahim (ADKR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021

dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Alat


Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas
Batuyang Tahun 2021

No Penggunaan AKDR n %
1 AKDR/IUD 36 36,4
2 Non AKDR/IUD 63 63,6
Jumlah 99 100

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 99 ibu

yang diteliti di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang lebih banyak ibu

yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (ADKR)

sebanyak 63 orang (63,6%) dibandingkan yang menggunakan alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR) sebanyak 36 orang (36,4%).


56

3. Analisa Bivariat

a. Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penggunaan

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Hasil penelitian tentang analisis hubungan tingkat pengetahuan

dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah

Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel 4.6

berikut :

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penggunaan Alat


Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas
Batuyang Tahun 2021

Penggunaan AKDR Total


N Tingkat P
AKDR Non AKDR
o Pengetahuan value
n % n % n %
1 Baik 17 17,2 3 3,0 20 20,2
2 Cukup 15 15,2 21 21,2 36 36,4 0,000
3 Kurang 4 4,0 39 39,4 43 43,4
Jumlah 36 36.4 63 63,6 99 100

Berdasarkan Tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 20 ibu

yang berpengetahuan baik tentang alat kontrasepsi dalam rahim

(ADKR) lebih banyak yang menggunakan AKDR sebanyak 17 orang

(17,2%) dibandingkan yang tidak menggunakan AKDR sebanyak 3

orang (3,0%), kemudian dari 36 ibu yang berpengetahuan cukup

tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) lebih banyak yang tidak

menggunakan AKDR sebanyak 21 orang (21,2%) dibandingkan yang

menggunakan AKDR sebanyak 15 orang (15,2%) sedangkan dari 43

ibu yang berpengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) lebih banyak yang tidak menggunakan AKDR sebanyak 39


57

orang (39,4%) dibandingkan yang menggunakan AKDR sebanyak 4

orang (4,0%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square

diperoleh nilai probabilitas value (p value = 0,000) dengan taraf

signifikansi 0,05. Karena 0,000 < 0,05, artinya bahwa ada hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021.

b. Analisis Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Hasil penelitian tentang analisis hubungan dukugnan suami

dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Wilayah

Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel 4.7

berikut :

Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi


Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang
Tahun 2021

Penggunaan AKDR Total


N P
Dukungan Suami AKDR Non AKDR
o value
n % n % n %
1 Mendukung 25 25,3 14 14,1 39 39,4
0,000
2 Tidak Mendukung 11 11,1 49 49,5 60 60,6
Jumlah 36 36.4 63 63,6 99 100

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 39 ibu

yang mendapatkan dukungan dari suami lebih banyak menggunakan

AKDR sebanyak 25 orang (25,3%) dibandingkan yang tidak

menggunakan AKDR sebanyak 14 orang (14,1%) dan dari 60 ibu yang

tidak mendapatkan dukungan suami lebih banyak yang tidak


58

menggunakan AKDR sebanyak 49 orang (49,5%) dibandingkan yang

menggunakan AKDR sebanyak 11 orang (11,1%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square

diperoleh nilai probabilitas value (p value = 0,000) dengan taraf

signifikansi 0,05. Karena 0,000 < 0,05, artinya bahwa ada hubungan

antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)

Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat

bantu kuesioner diketahui bahwa dari 99 ibu yang diteliti di Wilayah

Kerja Puskesmas Batuyang sebagian besar memiliki pengetahuan

kurang tentang alat kontrasepsi dalam rahim (ADKR) sebanyak 43

orang (43,4%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan baik sebanyak

20 orang (20,2%).

b. Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim (AKDR)

Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat

bantu kuesioner diketahui dari 99 ibu yang diteliti di Wilayah Kerja

Puskesmas Batuyang lebih banyak ibu yang tidak mendapatkan


59

dukungan dari suami sebanyak 60 orang (60,6%) dibandingkan ibu

yang mendapatkan dukungan dari suami sebanyak 39 orang (39,4%).

c. Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat

bantu kuesioner diketahui dari 99 ibu yang diteliti di Wilayah Kerja

Puskesmas Batuyang lebih banyak ibu yang tidak menggunakan alat

kontrasepsi dalam rahim (ADKR) sebanyak 63 orang (63,6%)

dibandingkan yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) sebanyak 36 orang (36,4%).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Penggunaan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan dengan alat

bantu program SPSS melalui uji chi square ditemukan ada hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021

dengan nilai probabilitas value (p value = 0,000).

Kemudian dari hasil analisis ddengan menggunakan pendekatan

cross sectional diketahui bahwa dari 20 ibu yang berpengetahuan baik

tentang alat kontrasepsi dalam rahim (ADKR) lebih banyak yang

menggunakan AKDR sebanyak 17 orang (17,2%) dibandingkan yang

tidak menggunakan AKDR sebanyak 3 orang (3,0%), kemudian dari

36 ibu yang berpengetahuan cukup tentang alat kontrasepsi dalam


60

rahim (AKDR) lebih banyak yang tidak menggunakan AKDR

sebanyak 21 orang (21,2%) dibandingkan yang menggunakan AKDR

sebanyak 15 orang (15,2%) sedangkan dari 43 ibu yang

berpengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

lebih banyak yang tidak menggunakan AKDR sebanyak 39 orang

(39,4%) dibandingkan yang menggunakan AKDR sebanyak 4 orang

(4,0%).

b. Hubungan Dukungan Suami dengan Penggunaan Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan dengan alat

bantu program SPPSS melalui uji chi square ditemukan ada hubungan

antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021

dengan nilai probabilitas value (p value = 0,000).

Kemudian dari hasil analisis dengan menggunakan pendekatan

cross sectional diketahui bahwa dari 39 ibu yang mendapatkan

dukungan dari suami lebih banyak menggunakan AKDR sebanyak 25

orang (25,3%) dibandingkan yang tidak menggunakan AKDR

sebanyak 14 orang (14,1%) dan dari 60 ibu yang tidak mendapatkan

dukungan suami lebih banyak yang tidak menggunakan AKDR

sebanyak 49 orang (49,5%) dibandingkan yang menggunakan AKDR

sebanyak 11 orang (11,1%).


61

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti merasa masih memiliki banyak keterbatasan

yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian sampai selesai.

1. Beberapa responden yang diteliti terlihat kurang fokus pada saat

melakukan pengisian kuesioner disebabkan karena ada kegiatan lain yang

akan dilakukan oleh masing-masing responden sehingga cenderung

tergesa-gesa dalam melakukan pengisian kuesioner.

2. Hasil yang peneliti dapatkan masih jauh dari yang diharapkan karena

metode yang digunakan dalam penelitian ini masih menggunakan

kuesioner sehingga jawaban yang didapatkan dari responden kemungkinan

tidak sesuai dengan yang sebenarnya.


62

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Batuyang dan uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi dalam rahim (ADKR)

sebagian besar berada pada kategori kurang sebanyak 43 orang dan tidak

mendapatkan dukungan dari suami sebanyak 60 orang (60,6%) serta

sebagian besar tidak menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (ADKR)

sebanyak 63 orang (63,6%).

2. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan penggunaan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021

(p value = 0,000)

3. Ada hubungan dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuyang Tahun 2021

(p value = 0,000)

B. Saran

3. Bagi Puskesmas Batuyang

Disarankan kepada petugas kesehatan agar meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya akseptor KB aktif

dengan cara memberikan bimbingan konseling dan penyuluhan tentang


63

penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) untuk mencegah

terjadinya kehamilan.

4. Bagi Akseptor

Disarankan kepada akseptor agar dapat meningkatkan pengetahua

tentang alat kontrasepsi sehingga dapat menyesuaikan alat kontrasepsi

yang digunakan dengan kondisinya dan mendapatkan dukungan dari suami

dalam menggunakan alat kontrasepsi khususnya alat kontrasepsi dalam

rahim (AKDR)

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian

lebih lanjut dengan menambahkan jumlah sampel yang akan diteliti

dengan menggunakan metode yang berbeda sehingga hasil yang

didapatkan tidak hanya diukur dari hasil kuesioner melainkan dari

wawancara juga yang dilakukan secara langsung dan lebih mendalam

sehingga hasil yang diperoleh lebih objektif dan meyakinkan.


64

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2015. Buku Panduan Pratis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina.
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Bappenas, 2017. Laporan Baseline SDG tentang Anak-Anak di Indonesia. Jakarta:


Bappenas.

BKKBN. 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei.


Indonesia. Jakarta: BKKBN.

BKKBN, 2018. Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi Per- Provinsi.


Jakarta: BKKBN.

Dewi Haryani, 2019. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Akseptor Dalam


Memilih/ Menggunakan Kontrasepsi AKDR (AKDR) di Kelurahan Prenggan
Kecamatan Kota Gede Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2020. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Mataram : NTB.

Dinas Kesehatan Lombok Timur, 2020. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Lombok Timur : NTB.

Ela, Rohaeni dkk, 2020. Faktor-faktor penyebab rendahnya penggunaan alat


kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) di Desa Grogol Kecamatan Gunung Jati
Kabupaten Cirebon.

Handayani, 2018. Kajian Etik Penelitian Dalam Bidang Kesehatan dengan


Melibatkan Manusia Sebagai Subyek.

Hidayat, 2017. Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes
RI.

Kemenkes RI, 2015. Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun


2015-2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri


kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
65

Kemenkes, 2020. Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta : Kemenkes.

Notoatmodjo, 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novita, Dewi Iswandari, 2017. Faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya


penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin.

Nursalam, 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, 2018. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Nuha Medika.

Rusmini, dkk. 2017. Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi Berbasis Evidence


Based. Jakarta: Trans Info Media.

Sarce, Pinontoan, 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa
Utara.

Setyaningrum, 2016. Hubungan Antara Usia, Jenis Kelamin, Lama Kerja,


Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan
Perilaku Penggunaan APD pada Tenaga Kesehatan. Jurnal Publikasi
Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol. 3, No. 3, hal. 27-29

Sofian Amru, 2015. Sinopsis Obstetri. Pekanbaru : EGC

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV


Alfabeta.

Supriyanto, 2016. Metodologi Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang:


UIN Malang Press.

Wulansari, 2018. Pengaruh Penerapan Talent Management Terhadap


Pengembangan Karier Pegawai – Studi Kasus Pada Seluruh Pegawai
Dibawah Anggota 1 Bidang Administrasi Dan Umum. E-Proceeding Of
Management. 5(1). 354–359

Anda mungkin juga menyukai