Anda di halaman 1dari 51

FAKTOR YANG BERPENGARUH DENGAN RENDAHNYA

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE


DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MAMBORO

PROPOSAL

OLEH
IMA
PO7124321020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEBIDANAN PRODI S. Tr. Keb
2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. RumusanMasalah
C. TujuanPenelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keluarga Berencana
B. Konsep Alat Kontrasepsi IUD
C. Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Terhadap Kontrasepsi IUD
D. Kerangka Konsep
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Variabel Penelitian dan DefinisiOperasional
E. Pengumpulan Data
F. Analisis Data
G. Penyajian Data
H. Etika Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat pengambilan Data awal dari institusi Dinkes Kota Palu
Lampiran 2 Surat Pengambilan Data awal dari institusi di Dinkes ProvinsiSulawesi
Tengah
Lampiran 3 Surat Pengambilan Data awal PuskesmasMamboro
Lampiran 4 Surat BalasanPengambilan Data awal Puskesmas Mamboro
Lampiran 5 Surat BalasanPengambilan Data awal di DinkesKota Palu
Lampiran 6 Surat BalasanPengambilan Data awal di Dinkes Provinsi Sulawesi
Tengah
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat

kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak

dalam keluarga (Marmi, 2018).

World Health Organization (WHO) penggunaan kontrasepsi telah

meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan

terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, penggunaan kontrasepsi modern

telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada

tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun

melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6

tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6% di Asia telah meningkat dari

60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari

66,7% menjadi 67,0%. Diperkirakan 225 juta perempuan di negara-negara

berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak

menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut : terbatas

pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan yang belum
terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan didorong oleh

pertumbuhan populasi (Afsari, 2017).

Berdasarkan hasil estimasi jumlah penduduk Indonsesia pada tahun 2020

adalah sebesar 271.066.366 jiwa yang terdiri atas 136.142.501 jiwa penduduk laki-

laki dan 134.923.865 jiwa penduduk perempuan. Pertumbuhan penduduk dan

jumlah penduduk di indonesia dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019-2020

dari 3,06 juta per tahun menjadi 2,99 juta per tahun. Jumlah kematian ibu yang

dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kementerian Kesehatan

pada tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian di Indonesia. Jumlah ini

menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar 4.221 kematian

(Kemenkes RI, 2020).

Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, presentase peserta KB

aktif menurut jenis kontrasepsi yang masih rendah adalah kontrasepsi AKDR

(7,9%) hasil cakupan pemakaian alat kontrasepsi masih berpusat pada alat

kontrasepsi hormonal dan faktor yang berhubungan dengan rendahnya penggunaan

alat kontrasepsi tersebut adalah faktor pasangan usia subur, pendidikan dan faktor

sosial ekonomi (Dinkes Sulteng, 2020).

Alat Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) merupakan pilihan

kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi sebagian wanita. Pemakaian IUD

menurunkan fertilitas mempunyai efektifitas dan tingkat kembalinya yang cukup

tinggi. Risiko kegagalan IUD khususnya Tcu-380A sebanyak 0,8% tiap 100 wanita

bahkan bisa 1:170 wanita pada pemakaian tahun pertama. Metode kontrasepsi IUD
dapat menjamin sekurangnya tiga tahun jarak kehamilan. Pengaturan jarak

kehamilan lebih dari dua tahun dapat membantu wanita memiliki anak yang sehat

dan meningkatkan peluang mereka untuk terus hidup sebesar 50% (Dewi, 2015).

Berbagai faktor mempengaruhi rendahnya penggunaan alat kontrasepsi

IUD diantaranya faktor usia, dukungan suami, dan faktor intensitas rasa nyeri,

paritas terhadap pemasangan alat kontrasepsi AKDR. Penelitian Arini (2016) ada

hubungan antara paritas ibu dengan pemilihan kontrasepsi IUD dengan nilai

p=0,002, ada hubungan usia ibu dengan pemilihan kontrasepsi IUD dengan nilai

p=0,001. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan kontrasepsi

IUD di Puskesmas Pulokarto Kabupaten Sukoharjo dengan nilai p=0,002.

Penelitian lainnya Lontaan & Rompas (2016) ada hubungan usia, dukungan

suami dengan pemilihan kontrasepsi pasangan usia subur di Puskesmas Damau

Kabupaten Talaud dengan nilai p value 0,003.

Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Kota Palu (2020), didapatkan data

bahwa puskesmas yang masih rendah penggunaan alat kontrasepsi IUD salah

satunya yaitu Puskesmas Mamboro (219 orang) 7,36%.

Laporan Puskesmas Mamboro jumlah akseptor KB IUD di wilayah

Puskesmas Mamboro tahun 2020 tercatat 139 peserta. Tahun 2021 tercatat jumlah

akseptor KB IUD tercatat 131 dan sampai bulan Maret tahun 2022 jumlah peserta

IUD tercatat 52 orang.


Berdasarkan uraian di atas penelitian tertarik untuk mengetahui faktor yang

berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat kontrasepsi IUD di puskesmas

Mamboro.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah

“Faktor apa saja yang berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat kontrasepsi

Intra Uterine Device di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dengan rendahnya

penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Device di wilayah kerja Puskesmas

Mamboro Kota Palu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui faktor usia berpengaruh dengan rendahnya penggunaan

alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu.

b. Untuk mengetahui faktor dukungan suami berpengaruh dengan rendahnya

penggunaan alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro

Kota Palu

c. Untuk mengetahui faktor intensitas rasa nyeri berpengaruh dengan

rendahnya penggunaan alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas

Mamboro Kota Palu.


d. Untuk mengetahui faktor paritas ibu berpengaruh dengan rendahnya

penggunaan alat kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro

Kota Palu

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara

langsung sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama

di akademik, serta menambah wawasan dalam menangani kontrasepsi IUD.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Puskesmas Mamboro

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan

bagi Puskesmas Mamboro untuk meningkatkan pelayanan KB.

b. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu masukan bagi

institusi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran demi

terwujudnya Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

c. Bagi peneliti Lainnya

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dalam

menyelesaikan jenjang pendidikan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti

selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program nasional yang

dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena

diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan

ketersediaan barang dan jasa (pembatasan kelahiran) (Maryunanik, 2016).

2. Tujuan umum KB

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan

social ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar

diperoleh keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan

NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar

terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran

sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk Indonesia

(Maryunanik, 2016).

3. Ciri-ciri kontrasepsi

Metode kontrasepsi yang ideal memiliki ciri-ciri di antaranya berdaya

guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak memerlukan motivasi terus

menerus dan efek samping yang minimal (KIA, 2014).


a. Aman pemakaianya dan dapat dipercaya.

b. Tidak ada efek samping yang merugikan.

c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

d. Tidak menggangu hubungan seksul.

e. Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selain

pemakaianya.

f. Cara penggunaanya sederhana.

g. Dapat dijangkau oleh pengguna.

h. Dapat diterima oleh pasangan.

4. Macam- macam Kontrasepsi

Macam-macam kontrasepsi menurut Lestari (2016), antara lain:

a. Kontrasepsi Metode Sederhana

1) Tanpa Alat

KB Alamiah terdiri dari sebagai berikut :

a) Metode Kalender

Mengitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan pantang

berkala atau sistem kalender merupakan salah satu cara metode

kontrasepsi alami dan sederhana yang dapat dikerjakan sedini oleh

pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan seggama pada

masa subur.

(1) Keuntungan

(a) Dalam kendali wanita.


(b) Meningkatakan pengetahuan mengenai kesuburan.

(c) Dapat dipadukan dengan metode yang lain

(2) Kerugian

(a) Tidak dapat di andalkan karena tidak memperhitungkan siklus

yang tidak teratur.

(b) Stress, penyakit, dan perjalanan dapat mempengaruhi siklus

menstruasi.

(c) Membutuhkan catatan siklus menstruasi selama 6-12 bulan

sebelum digunakan.

(3) Teknik metode kalender

Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:

(a) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek untuk

menentukan awal dari masa suburnya.

(b) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk

menentukan akhir masa suburnya.

b) Metode Suhu Basal

Suatu metode yang dilakukan oleh mengukur suhu agar

mengetahui suhu tubuh basal, menentukan masa ovulasi. Karena

progesteronyang dihasilkan corpusluteum,menyebabkan

peningkatan suhu basal tubuh. Sebelum perubahan suhu basal

tubuh dipertimbangkan sebagai masa ovulasi, suhu tubuh terjadi

peningkatan sedikitnya 0,2-0.5 derajat celcius di atas 6 kali


perubahan suhu sebelumnya yang di ukur. Dapat membantu wanita

yang mengalami siklus tidak teratur, dengan waktu pengukuran

pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyeyak sekitar 3-

5 jam.

(1) Keuntungan

(a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan

terhadap masa subur.

(b) Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur

dengan cara mendeteksi ovulasi.

(c) Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti

lender serviks.

(d) Berada dalam kendali wanita.

(e) Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan.

(2) Kerugian

(a) Membutuhkan motivasi

(b) Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami.

(c) Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, gangguan

tidur, stress, alkohol dan obat-obatan, misalnya aspirin.

(d) Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang

sama setiap hari akan menyebabkan ketidakakuratan suhu

tubuh basal.
(e) Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehingga

mempersulit untuk mencapai kehamilan.

(3) Efek Samping

Pantang yang terlampau lama dapat menimbulkan stress atau

frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau

tablet wanita sewaktu seggama.

(4) Efektifitas

Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita

pertahun.Daya guna pemakaian adalah 20-30 kehamilan per

100 wanita kehamilan. Daya guna dapat ditingkatkan dengan

mengunakan pula cara rintangan, mislanya kondom atau obat

spermisida di samping pantang berkala.

(5) Faktor yang Mempengaruhi Kendala Metode Suhu Basal

Tubuh

Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu

basal tubuh antara lain:

(a) Penyakit.

(b) Gangguan tidur.

(c) Merokok dan minuman alkohol.

(d) Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.

(e) Stress.

(f) Penggunaan selimut elektrik.


(6) Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh

Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:

(a) Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi

(sebelum bangun dari tempat tidur).

(b) Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.

(c) Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari

pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi

dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu

tanpa kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.

(d) Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabka oleh demam

atau gangguan lain.

c) Metode lendir serviks

Pengamatan dilakukan pada lendir yang melindungi serviks (mulut

rahim) dari bakteri-bakteri penyebab penyakit dan dari sperma

sebelum masa subur. Tepat sebelum ovulasi, lendir itu transparan,

agak encer dan lebih banyak, lebih mirip jeli, setelah ovulasi lebih

sedikit lendir yang keluar dari warnanya menjadi keruh seperti

susu maka tidak dianjurkan melakukan hubungan seksual dalam

24-72 jam atau dapat dengan mengunakan alat kontrasepsi. Setelah

ovulasi lendir akan menjadi padat. Perubahan bentuk lendir ini

bervariasi bagi setiap wanita dan pada setiap siklus. Tiga hari
setelah puncak masa subur dapat dilakukan seggama tanpa alat

kontrasepsi.

(1) Keuntungan

(a) Dalam kendali wanita.

(b) Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan dalam tubuh.

(c) Memperkirakan lender yang subur sehingga memungkinkan

kehamilan.

(2) Kerugian

(a) Membutuhkan komitmen.

(b) Perlu diajari seorang yang ahli dibidang kelurga berencana

alamiah.

(c) Infeksi vagina menyulitkan identifikasi lender yang subur.

(d) Beberapa obat flu menghambat pengeluaran lender.

(e) Melibatkan sentuhan tubuh yang tidak disukai wanita.

(f) Membutuhkan pantang.

(3) Teknik Metode Lendir Serviks

Abstiens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah

haid dan berkelanjutan sampai dengan hari ke-empat setelah gejala

puncak (peak symptom).

(4) Pentulit- Penyulit Metode Lendir Serviks

(a) Keadaan fisiologis : sekresi vagina karena rangsangan seksual.


(b) Keadaan patologis : infeksi vagina, serviks, penyakit-penyakit,

pemakaian obat-obat.

(c) Keadaan psikologis : stress (fisik dan emosional).

2) Dengan Alat

a) Barier intra vagina

Metode ini merupakan metode untuk menghalangi masuknya

spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan

mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.

(1) Keuntungan

(a) Mencegah kehamilan.

(b) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks.

(2) Kerugian

(a) Angka kegagalan relatif tinggi.

(b) Aktifitas hubungan seks harus dihentikan semntara untuk

memasang alatnya.

(c) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus

pada saat seggama.

(3) Macam-macm Barier Intra Vagina

(a) Diafragma (Diaphragma).

(b) Kap Servikas (Cervical cap).

(c) Spons (Sponge).

(d) Kondom wanita.


(4) Faktor yang mempengaruhi efektifitas metode ini antara lain:

(a) Paritas.

(b) Frekuensi seggama.

(c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar.

(d) Kebiasan-kebiasaan akseptor.

(e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan.

b) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang dimasukan ke dalam vagina sebelum koitus dan

menutupi serviks.

(1) Cara kerja

Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini

mempunyai cara kerja sebagai berikut :

(a) Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke

uterus dan saluran telur.

(b) Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.

(2) Manfaat kontrasepsi

(a) Efektif bila digunakan dengan benar.

(b) Tidak menggangu produksi ASI.

(c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah

dipersiapkan sebelumnya.

(d) Tidak menganggu kesehatan klien.


(e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.

(3) Manfaat non kontrasepsi

(a) Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular

seksual.

(b) Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat

haid.

c) Kap Serviks

Yaitu suatu alat yang hanya menutupi serviks saja.Dibandingkan

diafragma, kap serviks lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya

tetapi diameternya lebih kecil, dan umumnya lebih kaku.

(1) Keuntungan

(a) Efektif, meskipun tanpa spermisid, tetapi bila dibiarkan di

servikas untuk waktu >24 jam, pemberian spermisid

sebelum berseggama akan menambah efektifitasnya.

(b) Tidak terasa oleh suami pada saat berseggama.

(c) Kap serviks hanya menutupi serviks saja, sehingga tidak

memerlukan pengukuran ulang bilamana terjadi perubahan

tonus otot vagina.

(d) Jarang terlepas selama seggama.

(2) Kerugian

Pemasangan dan pengeluarannya lebih sulit karena letak serviks

yang jauh di dalam vagina.


(3) Efek samping

(a) Hanya ada satu efek samping minor yaitu timbulnya secret

yang sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama di

dalam vagina.

(b) Spons

Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge berebentuk

cekung yang dimaksudkan untuk menutupi serviks dan

mengurangi kemungkinan perubahan letak spons selama

seggama.Sisi lainnya mempunyai tali untuk mempermudah

pengeluaranya.

(4) Efek samping dan komplikasi

(a) Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh

sprmisisdnya.

(b) Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar.

(c) Kemungkinan timbulnya Syindrom Syok Toksis.

(5) Catatan penting untuk Akseptor

(a) Jaga kebersihan tangan sebelum memasang sponge dan saat

mengeluarkanya.

(b) Jangan melampaui batas waktu 24 jam untuk membiarkan

sponge in situ.

(c) angan mengunakan sponge bila sedang haid, bila ada

perdarahan pervaginal atau apabila ada flour albus.


(d) Jangan mengunakan sponge selama 6-12 minggu post

partum (pakailah kondom).

(e) Perhatikan tanda-tanda bahaya Syindrom Syok Toksis.

d) Kondom wanita

Ini merupakan kombinasi antara diafragma dan kondom, alat ini

terdiri dari dua cincin polyurethane yang lentur berbentuk

diafragma yang terdapat masing-masing ujung dari suatu selubung

lunak polyurethane yang longgar.Sebelum dipasang biasanya

ditambahkan spermisid pada alatnya. Cincin dalam dipasang tinggi

di dalam vagina, dan tidak perlu dipasang tepat menutup serviks

karena akan terdorong ke atas selama seggama. Cincin luar

menutupi labia landasan dari penis.Selama berseggama cincin luar

menutupi labia dan dasar dari penis.

Alasan utama dari dikembangkanya kondom wanita adalah karena

pada kondom pria dan diafragma biasa, kedua alat tersebut

menutupi daerah perinium sehingga masih ada kemungkinan

penyebaran mikroorganisme penyebaran PMS.

e) Spermised

Spermised adalah bahan kimia yang digunakan untuk

menonaktifkan atau membunuh sperma, yang menyebabkan sel

membran sperma terpecah, menghambat pergerakan sperma dan


menurunkan kemampuan perubahan sel telur. Yang dikemas dalam

bentuk aerosol (busa), tabletvaginal atau krim.

(1) Cara kerja

Menyebabkan sel membran sperma pecah, memperlambat

pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan

sel telur.

(2) Manfaat

(a) Efektif seketika (busa dan krim).

(b) Tidak menggangu produksi ASI.

(c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode yang lain.

(d) Tidak menggangu kesehatan klien.

(e) Mudah digunakan.

B. Konsep Alat Kontrasepsi IUD

1. Pengertian AKDR/ Intra Uteri Device (IUD)

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) adalah suatu alat untuk

mencegah kehamilan yang efektif, aman dan refersible yang terbuat dari

plastik atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melalui kanalis

servikalis (Marry, 2018). Intra Uteri Device (IUD) adalah salah satu alat

kontrasepsi moderen yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk,

ukuran, bahan dan masa aktif fungsi kontrasepsinya). Yang diletakkan dalam

cavumuteri sebagai usaha kontrasepsi (Lestari, 2016).


Intra Uteri Device (IUD) adalah satu alat kontrasepsi modern yang

telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif

fungsi kontrasepsinya) yang dimasukan kedalam rahim yang sangat efektif,

reversible dan ber-jangka panjang, dan dapat dipakai oleh semua perempuan

usia re-produktif sebagai suatu usaha pencegahan kehamilan (Marmi, 2018).

Intra Uteri Device (IUD) adalah suatu alat kontrasepsi yang

ditempatkan didalam uterus dibuat dari plastik khusus yang diberi benang

pada ujungnya sebagai kontrol (Yahedi, 2015).

2. Jenis-jenis IUD

Adapun jenis-jenis IUD Lestari (2016), diantaranya

a. Copper-T

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelendimana pada bagian

vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini

mempunyai efek inti fertilitas (anti pembuhan) yang cukup baik.

b. Coper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32

mmdandirambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm,

fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T>

c. Multi load

IUD ini terbuat dari plastik (polyetthelene) dengan dua tangaan kiri dan

kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas keujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawaat tembaga dengaan luas

permukaaan 250 mm, atau 375 mm, untuk menambah efektifitas. Ada tiga

jenis ukuran multiload yaitu standar, small dan mini.

d. Lippesloop

IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf s

bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.

Lippesloop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang

bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm,

(benang hitam), tipe C 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30

mm dan tabel (benang putih). Mempunyaai angka kegaagalan yang

rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi

perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat

dari bahan plastik.

3. Cara Kerja IUD

Cara kerja dari IUD menurut Lestari (2016), yaitu:

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi.

b. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai cavumuteri.

c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan

dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.

4. Keuntungan IUD

Menurut Lestari (2016), keuntungan IUD yaitu:


a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

b. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu

diganti).

c. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

d. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

e. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

f. Tidak ada interaksi dengan obat – obat

g. Membantu mencegah kehamilan ektopik

h. Dapat dipasang segerah setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak

terjadi infeksi)

5. Kelemahan IUD

a. Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar

menstruasi, saat haid lebih sakit.

b. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

c. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering

berganti pasangan.

d. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai

AKDR, PRP dapat memicu infertilitas

e. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam

pemasangan AKDR

f. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan

AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari


g. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih

yang dapat melepas

h. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila

AKDR dipasang segera setelah melahirkan)

i. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.

6. Indikasi pemakaian IUD

Menurut Lestari (2016) indikasi pemakaian IUD antara lain:

a. Usia reproduksi

b. Keadaan nulipara

c. Menginginkan mengunakankontasepsi jangka panjang

d. Perempuan menyusui yang mengunginkan menggunakan kontrasepsi

e. Setelah melahirkan dan tidak menyusu

f. Setelah mengalami abortus dan tidak melihat adanya infeksi

g. Risiko rendah dari IMS

h. Tidak menyukai mengingat-ingat minum Pil setiap hari

i. Perokok

j. Gemuk ataupun kurus

7. Kontraindikasi IUD

Menurut Lestari (2016) kontra indikasi pemakaian IUD yaitu:

a. Sedang hamil.

b. perdarahan per vagina yang tidak diketahui.


c. kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak uterus yang dapat

mempengaruhi kavumuteri.

d. Diketahui menderita TBC pelvic

e. Kanker alat genetal

8. Faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi

Menurut Proverawati (2010), faktor yang berperan dalam pemilihan

kontrasepsi adalah:

1) Faktor pasangan dan motivasi

a) Umur

b) Gaya hidup

c) Frekuensi senggama

d) Jumlah keluarga yang diinginkan

e) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu

2) Faktor kesehatan

a) Status kesehatan

b) Riwayat haid

c) Riwayat keluarga

d) Pemeriksaan fisik dan panggul

3) Faktor metode kontrasepsi

a) Efektifitas

b) Efek samping

c) Biaya
9. Teknik pemasangan IUD

Teknik pemasangan IUD menurut Maryunani, A (2015) adalah:

a. Menyiapkan klien yang akan dilakukan pemasangan alat kontrasepsi

dalam Rahim (AKDR)

a) Pengertian :

1) Insersi AKDR adalah suatu tindakan yang memasukkan alat

kontrasepsi dalam Rahim/dalam kavum uteri melalui kanalis

servikalis.

2) Insersi AKDR adalah proses pemasukkan AKDR (alat kontrasepsi

dalam rahim/IUD) kedalam rongga rahim, dengan menggunakan

alat bentuk tabung.

b) Tujuan :

1) Untuk merencanakan/menjarangkan kehamilan

2) Untuk mencegah kehamilan.

c) Prosedur :

1) Persiapan Alat :

Alat tidak steril

(a) Tempat tidur ginekologis

(b) Kursi periksa

(c) Lampu sorot

(d) Alas bokong/Tissue

(e) Ember bertutup berisi lrutan clorine


(f) Tempat sampah

Alat steril :

(a) Sarung tangan (1)

(b) Kain kasa (1-2)

(c) Speculum sim (1)

(d) Speculum cocor bebek (1)

(e) Tampong tang (1)

(f) Tenakulum tang (1)

(g) Uterus sonde (1)

(h) Gunting (1)

(i) Alat kontrasepsi dalam kemasan (copper T/nova T)

(j) Mangkok bertutup berisi kapas savlon

(k) Larutan betadine dalam botol

2) Persiapan Klien :

(a) Klien/keluarga diberi penjelasan indikasi, kontra indikasi, dan

efek samping penggunaan AKDR

(b) Klien dianjurkan dating ke poliklinik untuk dilakukan

pemasangan pada hari ke 40 nifas

(c) Hari ke 3 atau 5 seherah setelah haid

3) Pelaksanaan :

(a) Klien diberitahu

(b) Pintu dan gordyn ditutup


(c) Memakai sarung tangan steril, memasangkan duk steril di

bawah bokong ibu

(d) Melakukan nulvahigine

(e) Memasukanspekulum untuk memeriksa keadaan portio dan

sekitarnya, danay cairan vagina

(f) Mengusap portio dengan kapas betadinemengunakanpenster

klem

(g) Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi

miring, lalu rendam di larutan klorin

(h) Lakukan periksa dalam sambil tangan sebelah menekan di

atsasimpisis untuk mengetahui adanya nteri goyang atau nyeri

tekan

(i) Bersihkan sarung tangan, lalu lepaskan dan masukkan dalam

larutan klorin

(j) Mencuci tangan kembali

(k) Memakai sarung tangan steril, memasangkan duk steril di

bawah bokong ibu

(l) Melakukan inspeksi alat kelamin luar untuk memeriksa adanya

ulkus, pembengkakan kelenjar bartholini

(m)Melakukan vulvahigine

(n) Memasukanspekulum untuk memeriksa keadaan portio dan

sekitarnya, danay cairan vagina


(o) Mengusap portio dengan kapas betadinemengunakanpenster

klem

(p) Buka kunci spekulum, dan keluarkan spekulum dengan posisi

miring, lalu rendam di larutan klorin

(q) Lakukan periksa dalam sambil tangan sebelah menekan di

atsasimpisis untuk mengetahui adanya nteri goyang atau nyeri

tekan

(r) Bersihkan sarung tangan, lalu lepaskan dan masukkan dalam

larutan klorin

(s) Mencuci tangan kembali

(t) Membuka kemasan AKDR/IUD

(u) Memakai sarung tangan steril kedua

(v) Memasang spekulum yang ke dua, mengusap kembali portio

dengan kapas betadinemengunakanpenster klem

(w) Menjepit portio dengan posisi jam 11 atau jam 1

(x) Memasukan sonde uterus secara perlahan-lahan untuk

mengukur kedalaman uterus. Ada 3 cara, yang pertama dengan

melihat lendir serviks yang ada pada sonde uterus, yang kedua

dengan mengunakanpenster klem, dan yang ke tiga dengan

menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan perlahan sampai

ujung portio
(y) Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai kedalaman

uterus yang telah diukur dengan sonde uterus

(z) Memasukkan tabung inserter yang sudah berisi AKDR/IUD ke

dalam kanalisservikalis sampai ada tahanan.

Memegang dan menahan tenakulum dengan satu tangan dan

tangan lain menarik tabung inserter setelah pendorong keluar,

Mengeluarkan sebagian tabung inserter dari kanalisservikalis,

potong benang saat tampak keluar dari lubang tabung 3-4 cm,

Melepaskan tenakulum dan menekan bekas jepitan denga kasa

betadine sampai perdarahan berhenti, Buka kunci spekulum,

dan keluarkan spekulum dengan posisi miring, lalu rendam di

larutan klorin, Masukkan peralatan lain ke dalam larutan

klorin, Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan

keringkan dengan handuk bersih, Catat semua hasil tindakan

Dokumentasi.

4) Hal-hal yang perlu diperhatikan :

(a) Melakukan tindakan dengan memperhatikan privasi.

(b) Perhatikan teknik aseptic dan antiseptic

b. Menyiapkan klien yang akan dilakukan pengangkatan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR).

1) Pengertian : Suatu tindakan yang dilakukan dengan mengangkat alat

kontasepsi dari cavum uteri melalui kanalis servikalis.


2) Tujuan :

a) Untuk merencanakan kehamilan

b) Untuk menganti dengan kontasepsi yang lain

c) Untuk menganti AKDR yang sudah selesai jangka waktu

pemakaianya.

3) Prosedur :

1) Persiapan alat

a) Tempat tidur ginekologis

b) Kursi periksa

c) Lampu sorot

d) Alas bokong/Tissue

e) Ember bertutup berisi lrutan clorine

f) Tempat sampah

Bak instrument berisi :

a) Sarung tangan (1)

b) Kain kasa (1-2)

c) Speculum cocor bebek (1)

d) Tampong tang (1)

e) Pengait AKDR (1)

f) Crocodile (1)

g) Uterus sonde (1)

h) Gunting (1)
i) Mangkok bertutup berisi kapas savlon

2) Persiapan klien :

a) Klien/keluarga diberi penjelasan indikasi, kontra indikasi, dan

efek samping penggunaan AKDR

b) Klien dianjurkan dating ke poliklinik untuk dilakukan

pemasangan pada hari ke 40 nifas

c) Hari ke 3 atau 5 seherah setelah haid

3) Pelaksanaan :

a) Klien diberitahu

b) Pintu gordyn ditutup

c) Tempat tidur ginekologi dialasi tissue/pengalas bokong

d) Klien dianjurkan melepaskan pakaian dalam bagian bawah

e) Klien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan posisi

litotomi

f) Nyalakan lampu sorot dengan cahaya tepat didaera vulva

g) Dokkter melakukan pelepasan perawat/bidan sebagai sisten

(poin 1-17) perawat/bidan

h) Pasang sarung tangan kiri dan kanan

i) Vagina dibersihkan dengan kapas savlon (dari atas kebawah)

j) Pasang speculum secara perlahan-lahan, lalu daerah sekitar

portio di desinfeksi dengan kasa betadine mengunakan tampon

tang.
k) Filament AKDR ditarik dengan tampon tang secara perlahan-

lahan sampai AKDR keluar melalui kanalis servikalis.

l) AKDR yang telah diangkat diperlihatkan kepada klien, sebagai

bukti pengangkatan

m) Bila filament tidak terlihat atau putus saat ditarik, maka

gunakan pengait AKDR/crocodile untuk mengeluarkan AKDR

dari kavum uteri

n) Spekulum dilepas dari insrtumen lain dimasukan ke dalam

ember rendaman

o) Klien diberitahu bahwa tindakan sudah selesai dan pakaian

dirapiakan kembali

p) Bidan cuci tangan

4) Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a) Jaga privacy klien

b) Perhatikan adanya tanda-tanda erosi/infeksi dalam rahim.

c. Manfaat IUD

Manfaat IUD menurut Lestari (2015), yaitu:

a. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

b. Meningkatnya kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

c. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

d. Metode jangka panjang

e. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan


d. Efek samping IUD

Efek samping IUD menurut Lestari (2015), yaitu:

a. Perubahan siklus haid

b. Haid lebih lama dan banyak

c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi

d. Saat haid lebih sakit.

e. Persyaratan ibu mengunakan IUD

a. Pasca salin

b. Umur kurang lebih dari 35 tahun

c. Jumlah anak yang hidup kurng lebih dari 3 orang

d. Jarak anak satu dengan yang lain

C. Faktor yang berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat kontrasepsi

Intera Uterine Device (IUD)

1. Usia

Usia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menyatakan bahwa

umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan. Usia

Wawan A dan Dewi M (2011) adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulqng tahun. Umur atau usia adalah satuan waktu yang

mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup

maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur

sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu

diukur dari tarikh ianya lahir sehinggatarikh semasa(masa kini). Manakala usia
pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula sehinggalah tarikh semasa (masa

kini) (Kemenkes. RI, 2012).

Umur hubungannya dengan pemakaian kontrasepsi berperan sebagai

faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah,

komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan

fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode

umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan (Lontaan &

Rompas, 2016).

2. Dukungan Suami

Menurut BKKBN (2011) bentuk dukungan suami terhadap istri dalam

penggunaan kontrasepsi antara lain: memberikan pertimbangan dalam memilih

kontrasepsi yang akan dipakai, mengantar istri untuk mendapatkan pelayanan

kontrasepsi, ikut menandatangani formulir persetujuan pelayanan kontrasepsi,

mendukung istri untuk meningkatkan kelestarian pemakaian alat kontrasepsi dan

membawa istri ke petugas kesehatan terdekat apabila istri mengalami efek

samping atau komplikasi dalam pemakaian alat kontrasepsi. Sebesar 3,8%suami

tidak meneyetujui istrinya menjadi peserta KB. Terbatasnya pengetahuan suami

tentang KB baik makna, manfaat, cara atau metode pelaksanaan kontrasepsi

serta lingkungan sosial budaya yang menganggap semua perkataan suami harus

dituruti istri dan anak-anaknya, termasuk larangan untuk mengikuti prgram KB.

Kurangnya dukungan suami serta keingian Pasangan Usia Subur (PUS) untuk

mengunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR juga merupakan


salah satu masalah yang signifikan di tengah masyarakat dengan laju

pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Hal ini tidak dapat teratasi tanpa

adanya kesadaran serta keikutsertaan PUS dalam meningkatkan kualitas

keluarga sehat dengan adanya dukungan dari suami yang bisa menggerakkan

PUS tersebut untuk menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif (Saifuddin

dkk, 2008).

3. Intensitas Rasa Nyeri Terhadap Pemasangan AKDR

Intensitas Rasa Nyeri terhadap pemasangan alat kontrasepsi AKDR,

diketahui mayoritas responden mengalami nyeri pada saat pemasangan AKDR

dengan skala sedang (4-6) sebanyak 28 orang (68,3%), dan minoritas responden

mengalami Nyeri pada saat pemasangan AKDR dengan skala ringan (1-3)

sebanyak 13 orang (31,7%). Sesuai dengan pendapat (Gebbie & Glasier, 2017)

yang menyatakan bahwa pada saat pemasangan AKDR bisa menyebabkan rasa

nyeri yang hebat. Hal ini disebabkan oleh Syncope vasovagal atau syok serviks

yang terjadi akibat dilatasi os servikalis internus oleh sonde atau alat pemasang.

Serangan ini biasanya sementara dan dapat hilang dengan sendirinya dan

prosedurnya dapat dilanjutkan dengan aman. Apabila parah, pemasangan

mungkin perlu dihentikan dan pasien diresusitasi. Dan apabila pasien tersebut

gagal untuk dipulihkan dengan manuver resusitasi dasar, maka AKDR mungkin

perlu dikeluarkan untuk mempercepat pemulihan.


4. Paritas

Seseorang dalam memutuskan untuk mengikuti program KB adalah

apabila merasa bahwa banyaknya anak yang masih hidup sudah mencukupi

jumlah yang diinginkan. Berarti banyaknya anak yang masih hidup

mempengaruhi kesertaan seseorang dalam mengikuti program KB. Semakin

besar jumlah anak hidup yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan

untuk membatasi kelahiran. Dengan melihat jumlah anak yang dilahirkan hidup

di temukan pula hubungan yang bersifat positif, artinya makin tua umur

mencerminkan proses perubahan keluarga dan dapat juga memperlihatkan

proses perubahan fertilitas antar waktu

Jumlah anak ini selalu diasumsikan dengan penggunaan alat kontrasepsi.

Banyaknya anak merupakan salah satu faktor pasangan suami istri tersebut

memilih menggunakan alat kontrasepsi. Secara teoritis, akseptor yang

mempunyai jumlah anak >2 orang (multipara) dianjurkan menggunakan alat

kontrasepsi dalam rahim. Pasangan suami istri yang telah mempunyai anak

kurang dari tiga orang dalam kebijakan pembangunan keluarga sejahtera,

dianjurkan untuk mengikuti cara-cara pencegahan kehamilan dengan mengikuti

program KB dengan maksud menjarangkan kehamilannya sedangkan yang

telah mempunyai anak lebih dari tiga orang dengan umur di atas 30 tahun,

dianjurkan untuk mengakhiri kehamilannya dengan metode yang efektif dengan

efek samping yang ringan (Kaporina, 2016).


D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian faktor yang berpengaruh dengan rendahnya

penggunaan alat kontrasepsi Intra Uterine Device di wilayah kerja Puskesmas

Mamboro Kota Palu dapat disusun sebagai berikut:

Variabel independen

Usia

Variabel dependen
Dukungan Suami

Pemilihan Kontrasepsi IUD


Intensitas Nyeri

Paritas

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

E. Hipotesis

1. Ha

a. Faktor usia berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat kontrasepsi

IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu.

b. Faktor dukungan suami berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat

kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu

c. Faktor intensitas rasa nyeri berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat

kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu.


d. Faktor paritas ibu berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat

kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu

2. H0

a. Usia tidak berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat kontrasepsi IUD

di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu.

b. Dukungan suami tidak berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat

kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu

c. Intensitas rasa nyeri tidak berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat

kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu.

d. Paritas ibu tidak berpengaruh dengan rendahnya penggunaan alat

kontrasepsi IUD di wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kota Palu


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian dengan metode survey analitik dengan pendekatan case

control, yaitu penelitian yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dan

membandingkan antara dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok

control (Notoatmodjo, 2016). Kasus-kontrol sering disebut studi retrospektif

karena faktor risiko diukur dengan melihat kejadian masa lampau untuk

mengetahui ada tidaknya faktor risiko yang dialami. Fakta yang ingin dilihat

adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi Intra

Uterine Device (IUD) di Puskesmas Mamboro Kota Palu.

IUD
IUD
Bukan IUD
Populasi
IUD
Bukan IUD
Bukan IUD

Gambar 3.1
Skema Rancangan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan bulan april sampai bulan Mei 2022

diwilayah Puskesmas Mamboro Kota Palu.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruan obyak/subyek yang mempunyai

karakterristik tertentu yang ditetapka oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh ibu akseptor KB IUD diPuskesmas Mamboro berjumlah 52

orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

mengunakan kontrasepsi IUD di Puskesmas Mamboro dari bulan Januari

sampai Maret 2022 sebanyak 52 orang. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian

ini adalah 104 terdiri dari 52 akseptor KB IUD (kasus) dan 52 akseptor KB non

IUD (control) dan matcing berdasarkan usia responden.

D. Variabel penelitian dan Definisi Opresional

1. Variabel bebas (Independent variabel)

Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat). Vriabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau


yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017). Adapun

variabel independen dalam penelitian ini adalah ibu menggunakan KB IUD,

serta variabel dependen adalah usia, dukungan suami, intensitas rasa nyeri

terhadap pemasangan alat kontrasepsi AKDR.

2. Definisi Operasional

a. KB IUD

IUD (Intra Uteri Device) merupakan salah satu alat kontrasepsi

moderen yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan

dan masa aktif fungsi kontrasepsinya). Yang diletakkan dalam cavumuteri

sebagai usaha kontrasepsi

b. Usia

Definisi : Pasangan usia subur yang umur perempuannya 15-49 tahun

Cara ukur : Pengisisan Kuesioner

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : Usia ≥20 - ≤ 35 tahun (tidak berisiko)

Usia ≤19 - > 35 tahun (berisiko)

c. Dukungan Suami

Definisi : Dukungan suami dalam penelitian ini adalah penerimaan

suami terhadap kontrasepsi IUD dengan memberikan

informasi, perhatian, semangat, dan menyediakan kebutuhan

finansial
Cara ukur : Pengisian Kuesioner

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : Mendukung, jika jawaban responden ≥ median

Kurang mendukung, jika jawaban responden < median

d. Frekuensi Nyeri pada pemasangan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Definisi : Intensitas nyeri yang dirasakan oleh akseptor KB IUD

Cara ukur : Pengisian Kuesioner

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : Nyeri ringan

Nyeri sedang

e. Paritas

Definisi : Paritas dalam penelitian ini adalah jumlah persalinan

yang pernah dialami seorang ibu.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : Primipara

Multipara

Grandemultipara
E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengumpulan data, langsung

pada subyek sebagai sumber informasi (Saryono, 2013). Adapun data yang

dukumpulkan adalah identitas pengguna alat kontrasepsi responden terdiri atas

data nomor responden, umur, jumlah paritas. Kuesioner dukungan suami

menggunakan rating skala dengan jumlah 10 item pernyataan. Sering (S)

diberi nilai 3, Kadang-Kadang (KK) diberi nilai 2, Tidak Pernah (TP) diberi

nilai 1. Nilai tertinggi kuesioner ini adalah 30 dan nilai terendah adalah 10.

Kuesioner intensitas nyeri menggunakan skala Vas.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

catatan Puskesmas Mamboro Kota Palu, Dinas Kesehatan Kota Palu, Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.

F. Alur Penelitian

1. Langkah awal dalam penelitian ini adalah meminta surat izin penelitian untuk

mengambil surat permohonan pengambilan data awal di Poltekkes Kemenkes

Palu untuk melakukan survey dibeberapa lokasi yang akan diteliti.

2. Mengambil data jumlah akseptor KB di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tengah dengan mamakai masker dan menjaga jarak serta memakai hand

sanitaizer
3. Mengambil data jumlah akseptor KB di Dinas Kesehatan Kota Palu dengan

mamakai masker dan menjaga jarak serta memakai hand sanitaizer.

4. Mengambil data jumlah jumlah akseptor KB IUD di Puskesmas Mamboro

Kota Palu dengan mamakai masker dan menjaga jarak serta memakai hand

sanitaizer.

5. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan ini,

jika calon responden bersedia menjadi responden.

6. Kemudian peneliti memperkenalkan diri dengan tetap menjaga jarak terhadap

calon responden.

7. Menjelaskan secara ringkas manfaat dan tujuan penelitian.

8. Meminta persetujuan kepada responden/inform consent jika responden

berkenan untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian.

9. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden untuk diisi selama 25 menit

dan setelah selesai diisi peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah dibagi.

10. Kemudian peneliti merapikan alat dan bahan serta mencuci tangan.

11. Setelah selesai peneliti melakukan evaluasi kepada responden dengan

mengakhiri kegiatan penelitian kemudian peneliti mengucapkan terimakasih

kepada responden karena telah bersedia untuk menjadi partisipan.

G. Pengumpulan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dibagi dalam 4 tahap (Notoatmodjo,

2016b), yaitu:
1. Editing, hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

2. Coding, yaitu setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng “kodean” atau “coding”, mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan

3. Memasukkan data (data entri), atau prosessing data, yakni jawaban-jawaban

dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf”

dimasukkan dalam program atau “software” komputer.

4. Pembersihan data (Clearning data). Apabila semua data dari setiap sumber data

atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian

untuk mengetahui distribusi dan presentasi dari tiap variabel. Analisis tabel

sederhana, dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing

variabel yang diteliti balk variabel independen maupun variabel dependen.

2. Analisis Bivariat

Analisis tabel silang dua variabel yaitu independen dan dependen,

analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen. Uji yang digunakan untuk melihat hubungan variabel


independen dan variabel dependen adalah uji statistik dengan rumus Chi-square

(x2). Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 0,05 atau tingkat

kepercayaan / keyakinan = 95%. Kriteria penerimaan hipotesis, bila nilai p ≤

0,05 berarti Ho ditolak (ada hubungan), bila nilai p > 0,05 berarti Ha gagal

ditolak (tidak ada hubungan)

I. Penyajian Data

Dalam penelitian ini data akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

J. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada beberapa prinsip dengan

menekankan pada masa etik yang harus dipegang (Notoatmodjo, 2016) antara lain:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Penelitian mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian tersebut. Penelitian juga

memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak

berpartisipasi, dengan mempersiapkan formulir persetujuan subjek (inform

cocent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and

confidentiality)

Penelitian menghormati hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Dimana responden berhak

untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Penelitian
tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan subjek.

Penelitian menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)

Penelitian memegang prinsip keterbukaan dan adil dengan kejujuran,

keterbukaan, dan kehati-hatian. Lingkungan penelitian dikondisikan sehingga

memenuhi prinsip keterbukaan yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.

Penelitian menjamin bahwa semua objek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan

sebagainya.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balacing harms

and benefits)

Penelitian ini memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan

subyek penelitian pada khususnya. Penelitian berusaha meminimalis dampak

yang merugikan bagi subjek. Penelitian dalam pelaksanaan penelitian berusaha

mencegah atau mengurangi rasa sakit, cidera, stres, maupun kematian subjek

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Afsari. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB Dalam Memilih


Kontrasepsi di Puskesmas Jumpandang Makassar. Universitas Islam Negeri
Makassar.

Arini. (2016). Hubungan Pendidikan, Pengetahuan, Usia dan Dukungan Suami


Dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD di Puskesmas Pulokarta Kabupaten
Purwekerto. Universitas Muhammadiyah Purwekerto.

Dinkes Sulteng. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Palu.

Gebbie & Glasier. (2017). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (3rd ed.).
Jakarta, EGC.

Kaporina, M. (2016). Hubungan Paritas Terhadap Minat Penggunaan Alat


Kontrasepsi di Puskesmas Banguntapan II Bantul Yogyakarta. Universitas
Aisyiyah Yogyakarta.

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

KIA, kepala badan pengembangan dan pemberdayaan S. kesehatan direktur jendral


bina gizi dan. (2014). Bahan Ajar kesehatan ibu dan anak.

Lestari. (2016). Obstetry dan Gynecology Dasar. Yogyakarta, Nuha Medika.

Lontaan & Rompas. (2016). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan
Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud.
Jurnal Ilmiah Bidan, 2(1), 27–32.

Marmi. (2018). Buku Ajar Pelayanan KB. Jakarta, Pustaka Pelajar.

Marry, Marpaung Dumasi. (2018). asuhan kebidanan keluarga berencana pada


akseptor KB IUD pada NY.PJ di UPT.Puskesmas Belawan Kec.Medan
Belawan Tahun 2018.

Maryunanik. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta, Trans Info Medika.

Notoatmodjo, S. (2016a). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2016b). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Wawan A dan Dewi M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika.

Yahedi. (2015). Buku Ajar Kependudukan dan Keluarga Berencana. Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai