Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat KUA

Kecamatan adalah unit pelaksana teknis pada Kementrian Agama,

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan secara operasional dibina oleh

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.1 KUA

kecamatan berkedudukan di kecamatan yang di pimpin oleh kepala

KUA/Penghulu.

Penyuluhan agama Islam adalah kegiatan penerangan yang

dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada

orang lain yang seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada

orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam

lingkungan hidupnya agar orang tersebut mampu mengatasi

masalahnya sendiri karena adanya kesadaran atau penyerahan diri

terhadap Tuhan yang maha Esa sehingga timbul pada diri pribadi

suatu cahaya harapan, kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa

depan.2

Islam menganjurkan untuk membentuk sebuah keluarga dan

menyerukan kepada umatnya untuk hidup dibawah naungan Allah

SWT. keluarga sebagai tiang agama, maka pernikahan sebagai tiang


1
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 Tentang
organisasi Dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan.
2
M Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Cet.III;Jakarta:Bina Aksara,2000),H.12

1
2

sebuah keluarga. Dengan pernikahan akan ada dan terbentuknnya

rumah tangga dan keluarga sehingga memperkuat hubungan

silaturahmi kedua pihak. Suatu pernikahan (keluarga) tiadak akan

tercapai tujuannya untuk membina keluarga yang sakinah mawaddah

warahmah tanpa adanya kemampuan memahami pasangan hidup dan

tanpa mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban antara sesama

pasangan.3

Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah

6
tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Keluarga sakinah

adalah keluarga yang penuh dengan kecintaan dan rahmat Allah.

Tidak ada satupun pasangan suami istri yang tidak mendambakan

keluarganya bahagia. Namun, tidak sedikit pasangan yang menemui

kegagalan dalam perkawinan atau rumah tangganya, karena diterpa

oleh ujian dan cobaan yang silih berganti. Padahal adanya keluarga

bahagia atau keluarga berantakan sangat tergantung pada pasangan itu

sendiri. Mereka mampu untuk membangun rumah tangga yang penuh

cinta kasih dan kemesraan atau tidak. Untuk itu, keduanya harus

mempunyai landasan yang kuat dalam hal ini pemahaman tentang

ajaran Islam.

berlanjut untuk menyebarkan rasa kasih dan sayang keibuan

dan keayahan terhadap seluruh anggota keluarga. Seluruhnya jelas-

jelas bermuara pada keinginan manusia untuk hidup lebih bahagia dan

3
Fachuruddin Hasballah, Psikologi Keluarga dalam Islam, (Banda Aceh:Yayasan
PENA,2007),h.1

2
3

sejahtera. Apa yang diidam-idamkan dan diidealkan, apa yang

seharusnya dalam kenyataan tidak senantiasa berjalan sebagaimana

mestinya. Kebahagiaan yang diharapkan dapat diraup dari kehidupan

berumah tangga kerapkali hilang dan kandas tak berbekas, yang

menonjol justru derita dan nestapa.

Itu membuktikan bahwa membangun rumah tangga dalam

perkawinan tidak semudah membalikkan telapak tangan, terkadang

suami dan istri gagal dalam membentuk keluarga yang damai lantaran

adanya perbedaan diantara keduanya sehingga menimbulkan

pertengkaran dan perselisihan yang bahkan sampai berlarut-larut

sehingga tidak ada jalan lain selain perceraian, agar tidak ada lagi

pertengkaran dan permusuhan yang berkepanjangan.

Berdasarkan observasi awal di kecamatan Mepanga, peneliti

melihat terdapat beberapa penghulu yang bisa menjadikan pasangan

suami istri menerapakan konsep KUA dalam mewujudkan keluarga

sakinah mawaddah warahmah. Ada beberapa kepala keluarga yang

selalu memberikan tanggung jawab kepada anak-anak dan istrinya

dengan cara mengajak shalat berjamaah, mendidik anak-anaknya dan

mengantarkannya untuk menuntut ilmu di pesantren, memberikan

kedamaian, ketentraman, ketenangan, kehangatan, berkomunikasi dan

dangkalnya pemahaman agama sehingga menimbulkan perceraian.

Menjadi sangat penting bagi penulis untuk meneruskan penelitian ini

sejauh mana Peran Penyuluh di Kantor Urusan Agama Mepanga

3
4

dalam pembinaan keluarga sakinah mawadah warahmah. Sehingga

penulis mengangkat judul “PERAN PENYULUH AGAMA ISLAM

DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH

MAWADAH WA RAHMAH DI KUA KECAMATAN

MEPANGA”

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi pokok permasalahan penulis adah:

1. Bagaimana Peran Penyuluh dalam mewujudkan Keluarga

sakinah mawaddah wa rahmah di KUA Kecamatan Mepanga?

2. Bagaimana metode dan teknik yang digunakan seorang penyuluh

agama Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa

rahmah?

3. Apa saja Tugas Penyuluh dalam mewujudkan keluarga sakinah

mawadah wa rahmah?

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitan
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh
penulis adalah :
a. Untuk mengetahui Bagaimana Peran Penyuluh dala
mewujudkan Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah di
KUA Kecmatan Mepanga.
b. Untuk mengetahui Bagaimana metode dan teknik yang
digunakan seorang penyuluh agama Islam dalam
mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah
c. Untuk mengetahui Apa saja Tugas Penyuluh dalam
mewujudkan keluarga sakinah mawadah wa rahmah

4
5

2. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang berjudul “Peran Penyuluh Agama
Islam di KUA Kecamatan Mepanga dalam Mewujudkan Sakinah
Mawadah Warahmah” Di harapkan bermanfaat sebagai, teknik
analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
a. Secara Teoritis
1) Diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan serta
memperluas
pengetahuan dan sebagai pengembangan ilmu khususnya
dalam pembinaan keluarga sakinah.
2) Penambah wawasan keilmuan bagi fakultas syariah
khususnya bagi para akademisi. Dan diharapkan dapat
menjadi kajian yang dapat dikembangkan bagi para
peneliti yang lebih lanjut.
b. Secara Praktis
1) Sebagai wawasan bagi para pejabat atau pegawai KUA
dalam menjalankan tugas-tugasnya terutama dalam
pembinaan keluarga sakinah. Serta sebagai harapan
penanggulangan masalah-masalah dalam keluarga yang
tidak diingkinkan dapat diselesaikan dengan mudah.
2) Sebagai kajian praktis pemerintah dalam evaluasi
pembinaan keluarga sakina mawadah warahmah di KUA
D. Penegasan Istilah

Sebelum melangkah lebih jauh, penulis ingin mengemukakan

penegasan beberapa istilah yang terdapat dalam proposal ini agar

tidak menimbulkan asumsi yang berbeda dikalangan pembaca.

1. Penyuluh Agama Islam

5
6

Penyuluhan agama Islam adalah kegiatan penerangan yang

dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan

kepada orang lain yang seseorang dalam rangka memberikan

bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan

rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar orang tersebut

mampu mengatasi masalahnya sendiri karena adanya kesadaran

atau penyerahan diri terhadap Tuhan yang maha Esa sehingga

timbul pada diri pribadi suatu cahaya harapan, kebahagiaan hidup

saat sekarang dan masa depan.4

2. Keluarga
David dan Logan dalam buku Syafrudin, keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, terlahir ikatan
darah dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional serta sosial tiap anggota keluarga.5
3. Sakinah Mawaddah Wa Rahmah
sakinah, mawaddah, wa rahma adalah keluarga yang dipenuhi
dengan kedamaian, ketenangan dan keserasian atas dasar niatan
beribadah kepada Allah SWT.
4. KUA

Kantor Urusan Agama (KUA) Dan Pem binaan Keluarga

Sakinah Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan ujung tombak

pelaksanaan tugas-tugas Kementerian Agama di daerah. Ia

menempati posisi sangat strategis dalam upaya pengembangan

4
M Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Cet.III;Jakarta:Bina Aksara,2000),H.12
5
Syafrudin, Sosial, Budayaa Dasar untuk Mahasiswa Kebidanan, (Jakarta:Trans Info
Media,2010),h. 87.

6
7

dan pembinaan kehidupan keagamaan di masyarakat. Selain,

karena memang letaknya ditingkat kecamatan yang nota bene

langsung berhadapan dengan masyarakat, juga karena peran dan

fungsi yang melekat kepada diri KUA itu sendiri.

E. Penegasan Istilah

Gambaran awal isi proposal ini, penulis perlu mengemukakan

garis-garis besar isi proposal yang bertujuan agar menjadi informasi

awal terhadap masalah yang diteliti. Proposal ini terdiri dari tiga bab.

Untuk mendapatkan gambaran isi dari masing-masing bab, berikut

akan di urai garis besar isinya.

Bab pertama sebagai pendahuluan diuraikan beberapa hal

yang terkait dengan eksistensi penelitian ini. Yaitu latar belakang

masalah yang menguraikan tentang penelitian yang penulis lakukan

adalah penelitian lapangan yang menganalisis tentang “Peran

Penyuluh Agama Islam dalam Mewujudkan Sakinah Mawadah

Warahmah di KUA Kecamatan Mepanga ”, penegasan istilah yang

menguraikan istilah-istilah yang penulis gunakan dalam judul

proposal ini, serta garis-garis besar isi proposal yang menguraikan

gambaran tentang isi dari proposal penulis.

Bab kedua, kajian pustaka, membahas kajian-kajian teoritis

yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari

uraian tentang, “Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mewujudkan

Sakinah Mawadah Warahmah di KUA Kecamatan Mepanga”

7
8

Bab ketiga, metodologis penelitian, menjelaskan secara rinci

kerangka kerja metodologis yang digunakan dalam pelaksanaan

penelitian hingga penulisan proposal, meliputi sub bab: jenis

penelitian; kehadiran peneliti; sumber data; tehnik pengumpulan data;

analisis data, dan pengecekan keabsahan data.

F. Garis-Garis Besar Isi

Untuk mempermudah bagi pembaca tentang pembahasan dalam

proposal skripsi ini, maka penulis menganalisa secara garis besar

menurut ketentuan yang ada dalam komposisi proposal skripsi ini. Oleh

karena itu, garis besar pembahasan ini berupaya menjelaskan seluruh

hal-hal yang di ungkap dalam materi pembahasan tersebut antar lain,

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan garis-garis besar

proposal.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang penelitian

terdahulu, kajian teori.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan dan menjelaskan tentang jenis dan

pendekatan penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data

dan sumber data, teknik pengumpulan data

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

8
9

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan hasil penelitian yang telah

dilakukan para peneliti sebelumnya dan telah diuji hasil sebelumnya

berdasarkan metode penelitian yang digunakan. Penelitian tersebut dapat

dijadikan referensi sebagai perbandingan antara penelitian yang sekarang

dengan sebelumnya. Dalam penelitian ini dengan judul “Pengaruh

Teknologi Internet di Era Milenial Terhadap Pendidikan Karakter”.

Penulis menggunakan dua judul penelitian yaitu: Ringkasan Hasil

Penelitian.

1. Peneliti : Hanifah

Peran KUA Dalam Mengimplementasikan Program Keluarga

Sakinah di Kantor Urusan Agama Bontomarannu Kab. Gowa :

Skripsi ini berfokus pada peran keberadaan kantor urusan agama

sebagai wadah pembentukan keluarga sakinah untuk menghindari

perceraian. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah “Peran

Penyuluh agama Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah

mawaddah wa rahmah” berfokus bagaimana tugas penyuluh dalam

mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Perbedaannya

di lokasi penelitian, sedangkan persamaannya hanya di awal variabel

yaitu peran KUA dan Sakinah

2. Peneliti Iin Handayani

9
10

Strategi Penyuluh Agama Islam Dalam Pembinaan

Keagamaan Masyarakat di Desa Salemba Kecamatan Ujung Loe

Kabupaten Bulukumba : Skripsi ini berfokus pada bagaimana

strategi penyuluh agama Islam dalam pembinaan Keagamaan

masyarakat di desa Salemba Kecamatan Ujung Loe Kabupaten

Bulukumba. Persamaanya di Variabel awal yaitu penyuluh,

sedangkan perbedaanya di variabe akhir dan tempat penelitian.

3. Peneliti : Mahmudiyanto

Peran Kantor Urusan Agama dalam Pembinaan Keluarga

Sakinah di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali : Skripsi ini

berfokus pada pembinaan dapat dilakukan oleh manusia (penyuluh)

bukan Kantor Urusan Agama, dan penelitiannya berbeda dengan

penelitian penulis namun ada persamaanya divariabel terakhir yaitu

Kantor Urusan Agama (KUA)

B. Kajian Penyuluh Agama Islam

1. Pengertian Penyuluh

a. Pengertian Penyuluh Agama Islam

Penyuluh agama adalah pembimbing umat beragama

dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketakwaan kepada

Tuhan yang Maha Esa. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama

No : 54/KEP/MK. WASPAN/9/1999 penyuluh agama adalah

Pegawai Negkeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh yang berwenang untuk

10
11

melaksanakan bimbingan dan penyuluhan agama dan

pembangunan kepada masyarakat melalui bahasa agama.6

Agama secara Etimologi yaitu segenap kepercayaan

(Kepada Tuhan, Dewa, dan sebagainya). Serta dengan ajaran

kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan

kepercayaan itu7 kata agama, berarti menjalankan segala sesuatu

menurut aturan agama atau ajaran sistem yang mengatur tata

keimanan (Kepercayaan) dan Pribadatan kepada Tuhan yang

Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Pergaulan manusia serta lingkungannya. 8 Secara terminologi

agama adalah ikatan. Oleh karena itu, agama mengandung arti

ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang

dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari

manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap

dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang besar

terhadap kehidupan manusia sehari-hari.9

Sejalan dengan penjelasan di atas, M Arifin

mengembangkan bahwa :

Penyuluhan agama Islam adalah kegiatan penerangan

yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan


6
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh
Agama (Kantor Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Selatan, Bidang Penerangan Agama Islam,
zakat dan wakaf, 2015), H 5.
7
M Arifin, Izep Zainal, Bimbingan dan Penyuluhan Islam (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2009), H. 49.
8
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia Pusat Bahasn ( jakarta PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2012), H. 15.
9
Jalaludin, Psikologi Agama (Cet. VIII; Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2004), h 12

11
12

bantuan kepada orang lain yang seseorang dalam rangka

memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami

kesulitan-kesulitan rohaniyah dalam lingkungan hidupnya agar

orang tersebut mampu mengatasi masalahnya sendiri karena

adanya kesadaran atau penyerahan diri terhadap Tuhan yang

Maha Esa sehingga timbul pada diri pribadi suatu cahaya

harapan, kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depan.10

b. Tugas Penyuluh Agama Islam

Penyuluh agama Islam Non PNS berkordinasi dengan

penyuluh agama fungsional untuk melakukan penyuluhan agama

Islam dalam bidang keislaman dan pembangunan sosial

keagamaan, baik di lingkungan kementrian agama maupun

lembaga mitra lintas sektoral, dengan tugas sebagai berikut:

Penyuluh pemberantas buta huruf Al-qur’an yang

bertugas untuk secara bertahap menjadikan kelompok binaan

dapat membaca dan menulis Al-qur’an.

Penyuluh keluarga sakinah, yang bertugas untuk

membentuk dan memberikan penyuluh kepada masyarakat tentang

mewujudkan keluarga yang sakinah.

1) Penyuluh zakat, yang bertugas untuk meningkatkan

pendayagunaan zakat dari dan untuk masyarakat.

2) Penyuluh wakaf, yang bertugas untuk meningkatkan potensi

pendayagunaan wakaf dari dan untuk masyarakat.


10
M Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam (Cet.III;Jakarta:Bina Aksara,2000),H.12

12
13

3) Penyuluh produk halal, yang bertugas menciptakan masyarakat

muslim indonesia yang sadar halal.

4) Penyuluh kerukunan umat beragama, yang bertugas

mendorong masyarakat untuk menciptakan kerukunan dalam

kehidupan beragama.

5) Penyuluh radikalisme dan aliran sempalan, yang bertugas

untuk membantu instansi berwenang dalam pencegahan

tumbuhnya perilaku radikal dan aliran sempalan di masyarakat

dengan pendekatan agama

6) Penyuluh Napza dan HIV/AIDS, yang bertugas untuk

membantu instansi berwenang dalam proses rehabilitasi

pengguna napza dan ODHA dengan pendekatan spritual.11

C. Tujuan Keberadaan Penyuluh Agama Islam

Suharto dalam bukunya membagi tujuan keberadaan penyuluh agama

islam menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Untuk membantu individu atau kelompok mencegah timbulnya

masalah-masalah dalam kehidupan keagamaan, antara lain dengan

cara:

a) Membantu individu menyadari fitrah manusia.

11
Pendekatan Penyuluh Agama Islam Non PNS Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam,2017. H 13.

13
14

b) Membantu individu mengembangkan fitrahnya

(mengaktualisasikan)

c) Membantu individu memahami dan menghayati ketentuan dan

petunjuk Allah swt.

d) Membantu individu menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah

swt mengenai kehidupan keagamaan.

e) Untuk membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan

dengan kehidupan keagamaannya, antara lain dengan cara:

1) Membantu individu memahami problem yang

dihadapinya.

2) Membantu individu memahami kondisi dan situasi dirinya

dan lingkungannya.

3) Membantu individu memahami dan menghayati berbagai

cara untuk mengatasi problem kehidupan keagamaannya

sesuai dengan syariat Islam.

4) Membantu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah

keagamaan yang dihadapinya.

5) Untuk membantu memelihara situasi dan kehidupan

keagamaan dirinya yang telah baik agar lebih baik.12

D. Metode dan Teknik Penyuluhan Pembinaan Keagaaman

12
Tohari Musnamar, Dasar-dasar kompetensi Bimbingan dan Konseling Islam
(Yogyakarta:UII Press,1992), H,144

14
15

Adapun metode penyuluhan dalam pembinaan keagamaan

masyarakat bila diklafikasikan berdasarkan segi komunikasi,

pengelompokannya sebagai berikut :

1. Metode komunikasi

Metode komunikasi langsung adalah metode dimana pembimbing

melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang

dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci menjadi :

2. Metode Individual

Penyuluh dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara

individual dengan pihak yang disulu. Hal ini dapat dilakukan dengan

teknik:

1) Percakapan pribadi, yakni penyuluh melakukan dialog/tatap muka

dengan pihak yang disulu.

2) Kunjungan dirumah (home fisik), yakni penyuluh mengadakan

dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan dirumah klien

sekaligus untuk mengamati keadaan rumah klien

dilingkungannya.

3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni penyuluh melakukan

percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan

lingkungannya.

3. Metode Kelompok

Penyuluh melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam

kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik berikut :

15
16

a. Diskusi Kelompok, yakni penyuluh melaksanakan penyuluhan

dengan cara mengadakan diskusi bersama kelompok klien yang

mempunyai masalah yang sama.

b. Karya wisata, yakni penyuluhan kelompok yang dilakukan secara

langsung dengan mempergunakan ajang karya wisata sebagai

forumnya.

c. Sosio Drama, yakni penyuluh melakukan penyulahan dengan cara

bermain peran untuk memecahkan dan mencegah timbulnya

masalah sosiologi.

d. Psikodrama, yakni penyuluhan melakukan dengan cara bermain

peran untuk memecahkan dan mencegah timbulnya masalah

psikologis.

e. Grup teaching, yakni pemberian penyuluhan dengan materi

tertentu (ceramah) kepada kelompok binaan yang telah

ditetapkan. Metode kelompok ini dilakukan secara klasikal

apabila digunakan pada sekolah umum yang mempunyai kelas.-

kelas belajar.

4. Metode komunikasi tidak langsung

Metode komunikasi tidak langsung adalah metode penyuluhan yang

dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal in ini dapat

dilakukan secara individual dan kelompok.

1) Metode individual : melalui surat menyurat, telepon, vidio dan

personal chat,

16
17

2) Metode kelompok : melalui papan bimbingan, surat

kabar/majalah brosur, radio, (media audio) dan televisi. 13

Sedangkan yang terdapat dalam buku pedoman Penyuluh Agama

Islam, metode dam teknik yang digunakan dalam membina

keagamaan masyarakat adalah :

a. metode partisipatif, penyuluh agama Islam tidak menggurui

dan mendoktrinisasi dalam melakukan pembinaan, akan

tetapi penyuluh memfasilitasi masyarakat sehingga

masyarakat dapan berperan aktuf di tengah-tengah

masyarakat untuk mengkaji dengan teknik pendampingan.

b. Metode dialog interaktif, penyuluhan agama Islam tidak

banyak menerangkan materi tetapi juga memberi

kesempamtan audince untuk bertanya dan menanggapi

dengan teknik Focus Group Discussion (FGD).

c. Metode pemberdayaan, penyuluh agama islam harus bisa

melihat dan mengenali potensi serta daya yang dimiliki

masyarakat, sehingga penyuluh dapat menjadi fasilitator bagi

masyarakat dalam mendayagunakan potensi sumber daya lain

untk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.14 Setelah

mengetahui metode yang digunakan penyuluh agama islam

diatas, berikut adalah teknik yang digunakan:

13
Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, h.49.
14
Pedoman Penyuluh Agama Islam Non PNS Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, h.14.

17
18

a) Komunikasi informatif, dilakukan dengan cara

menyampaikan pesan yang sifatnya memberitahu atau

memberikan penjelasan kepada orang lain. Komunikasi

ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, yang

sifatnya informatis dan satu arah (one way

communication) penggunaan teknik ini bertujuan untuk

menyampaiakn sesuatu dianggap penting oleh kelompok

binaan.

b) Komunikasi persoasif, teknik ini digunakan dengan cara

membujuk, mengajak dan meyakinkan masyarakat untuk

mengaruhi pemikiran serta mengubah sikap dan

perilakunya kearah lebih baik yang diinginkan penyulu.

Teknik komunikasi persoasif dilakukan melalui tatap

muka, karena penyuluh mengharapkan tanggapan dan

respon khusus dari masyarakat (klien)

c) Komunikas koersif, adalah teknik penyampaian pesan

dari penyuluh agama islam kepada masyarakat dengan

cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu

tindakan atau kegiatan tertentu. Teknik ini mengandung

sangsi yang apabila tidak dilaksanakan oleh sipenerima

pesan, maka ia akan menanggung akibatnya. Teknik

komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk putusan-

putusan dan instruksi yang sifatnya imperatif, yang

18
19

mengandung keharusan dan kewajiban untuk ditaati dan

dilaksanakan.

Metode dan teknik mana yang digunakan

dalam melaksankan pembinaan, tergantuk pada masalah

yang sedang dihadapi/digerap, tujuan penggarapan

masalah, keadaan yang dibimbing/klien, kemampuan

penyuluh dalam mempergunakan metode/teknik, sarana

dan prasarana yang tersedia, kondisi dan situasi

lingkungan sekitar, organisasi dan administrasi layangan

bimbingan serta biaya yang tersedia.15

E. Kajian Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekelompok primer yang paling penting di

dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk

dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit

banyak berlangsung lama untuk menciptkan dan membesarkan anak-

anak. Jadi keluaraga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan

sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa.

Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, di mana saja

dalam satuan masyarakat manusia16

15
Thohari Musnamar. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, h.51.
16
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (jakarta:Rineka cipta,2007),h. 221.

19
20

Menurut George Murdock dalam buku Sri Lestari. Keluarga

merupakan kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal

bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi.17

David dan Logan dalam buku Syafrudin, keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, terlahir ikatan darah dan

adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, memprtahankan budaaya,

dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial

tiap anggota keluarga.18

Menurut Torrbert dalam buku Norkasiani, Paula Krisanty dan

Mamah Samartini. Keluraga merupakan ikatan darah, perkawinan atau

adopsi dalam satu rumah yang merupakan budaya interaksi yang

teratur.19

Menurut psikologi, keluarga bisa diartikan sebagai dua orang

yang berjanji hidup bersama yang memiliki komitmen atas dasar cinta,

menjalankan tugas dan fungsi yang saling terkait karena sebuah ikatan

batin, atau hubungan perkawinan yang kemudian melahirkan ikatan

sedarah, terdapat pula nilai kesepahaman, watak, kepribadian yang satu

sama lain saling mempengaruhi walaupun terdapat keragaman,

menganut ketentuan norma, adat, nilai yang diyakini dalam membatasi

keluarga dan bukan keluarga.20

F. KAJIAN SAKINAH MAWADAH WARAHMAH

17
Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana,2012).h. 3.
18
Syafrudin, Sosial, Budayaa Dasar untuk Mahasiswa Kebidanan, (Jakarta:Trans Info
Media,2010),h. 87.
19
Norkasiani dkk, sosialogi Kebidanan, (Jakarta:Trans Info Media,2012),h.149.
20
Mufidah, Psikologi Keluarga, h. 37-38

20
21

1. Pengertian Sakinah Mawadah Warahmah

Kata Sakinah diambil dari kata sa-ka-na yang berarti

diam/tenaganya sesuatu setelah bergejolak. Sakinah dalam

pernikahan bersifat aktif dan dinamis. Untuk menuju kepada sakinah

terdapat tali pengikat yang dikarunikan oleh Allah kepada suami istri

setelah melalui perjanjian sakral, yaitu berupa mawadah,rahmah dan

amanah.

Sakinah atau litaskunu ilaiha artinya tenang. Maksudnya

supaya perkawinan dapat menyebabkan ketenagan jiwa bagi

pelakunya. Mawaddah atau wadada artinya membina rasa cinta.

Sedangkan rahmah berarti kasih sayang. Bagi pasangan muda

sayangnya demikian rendah sedangkan rasa cnta sangat tinggi.

Mawadah berarti kelapangan dan kekosongan Dari kehendak

buruk yang datang setelah terjadinya akad nikah. Rahmah adalah

kondisi psikologi yang muncul di dalam hati akibat menyaksikan

ketidakberdayaan, sedangkan amanah merupakan sesuatu yang

disertakan kepada pihak lain disertai dengan rasa aman dari

pemberiannya karena kepercayaannya bahwa apa yang diamanahkan

akan terpelihara dengan baik.21 dengan Mawaddah adalah adaptasi,

negosiasi, belajar m enahan diri, saling memahami, mengurangi

emosi untuk sampai kepada kematangan.22

21
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung, Mizan, 1996), h, 208-209.
22
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang:UIN-Malang Press,
2008), h.49.

21
22

Wa Rahmah adalah dan kasih sayang atau belas kasihan

kepada orang lain karena lebih adanya pertimbangan yang bersifat

moral psikologis, ia merupakan ungkapan dari belas kasihan

seseorang ada yang mengartikan anak (buah hasil dari rasa kasih

sayang). Pada umumnya rahmah lebih kekal dan lebih tahan lama

keberadaanya. Dimana dia akan tetap senantiasa ada selama

pertimbangan moral psik ologis itu masih ada.23

Berbagai defenisi diatas menjelaskan bahwa keluarga

sakinah, mawaddah, wa rahma adalah keluarga yang dipenuhi

dengan kedamaian, ketenangan dan keserasian atas dasar niatan

beribadah kepada Allah SWT.

2. Upaya Membentuk Keluarga Sakinah Mawadah Wa Rahmah

Mewujudkan keluarga sakinah merupakan dambaan setiap

pasangan suami istri. Namun untuk mencapai keluarga yang

sakinah tidaklah mudah, akan tetapi juga tidak mustahil. Upaya

untuk membangun keluarga sakinah bisa dimulai dari seseorang

mencari pasangan hidupnya, karena nantinya itu yang menjadi

pondasi dasar untuk mengarungi bahtera rumah tangga.

Adapun kriteria pasangan yang dianjurkan dalam islam

adalah sebagai berikut.

a. Kriteria istri

1) Taat beragama

23
Muslich Taman dan Anis Faidah, 30 Pilar Keluarga Samara Kado membentuk Keluarga
Sakinah Mawadah Waraahmah, (Jakarta:Pustaka Al Kautsar,2007) h.8.

22
23

2) Lembut dan penuh kasih sayang

3) Dianjurkan seorang gadis

4) Subur

5) Menyenangkan jika dipandang

b. Kriteria suami

1) Taat beragama

2) Memiliki ilmu agama yang cukup

3) Mampu memenuhi nafkah

4) Lemah lembut terhadap istri

5) Sekufu dengan istri

6) Tidak mandul

Keluarga sakinah mawadah wa rahmah dalam

perspektif islam adalah keluarga yang terdidik diatas nilai-

nilai islam, itu merupakan nikmat yang sangat agung bagi

seseorang. Zainal abidin dalam bukunya yang berjudul

101 cara mudah mendidik keluarga, memaparkan bahwa

kunci dari keluarga samawa adalah pendidikan seluruh

keluarga. Oleh karena itu beliau menulis dalam bukunya

langkah-langkah atau upaya membentuk keluarga sakinah

adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan ilmu agama

b) Menanamkan amaliyah ibadah sesuai tuntutan syariat

c) Menjadi sosok yang baik untuk diteladani

23
24

d) Memupuk cinta keluarga dan kerabat

Salah satu yang bisa dilakukan pasangan

suami istri untuk menggapai keluarga sakinah

mawadah warahmah menurut islam dengan

mewujudkan keharmonisan keluarga. Langkah-

langkah dalam memupuk keharmonisan keluaraga

dijabarkan sebagai berikut:

(1) Adanya saling pengertian

(2) Saling menerima kenyataan

(3) Saling melakukan penyesuaian diri

(4) Memupuk rasa cinta

(5) Melaksanakan asas musyawarah

(6) Suka memaafkan

(7) Berperan serta untuk kemajuan bersama24

G. Peran KUA

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan ujung tombak

pelaksanaan tugas-tugas Departemen Agama di daerah. Ia menempati

posisi sangat strategis dalam upaya pengembangan dan pembinaan

kehidupan keagamaan di masyarakat. Selain, karena memang letaknya

ditingkat kecamatan yang nota bene langsung berhadapan dengan

masyarakat, juga karena peran dan fungsi yang melekat kepada diri

KUA itu sendiri.

24
Nur Aafandii,Skrispsi Upaya Lembaga Akademi Istri dan Ibunda shalihah (Aisah) dalam
membangun keluarga sakinah mawadaddah wa rahmah bagi keluarga salafi di salatiga, h 28-32

24
25

Sebab posisi, peran dan fungsi yang sangat strategis itu maka,

tidaklah aneh bila sebagian besar masyarakat berharap KUA mampu

memberikan pelayanan prima terhadap peran dan fungsinya tersebut.

Bahkan pemerintah sendiri berharap besar KUA dapat mengembangkan

perannya, lebih dari sekedar peran-peran yang sudah ada selama ini,

seperti dalam pengembangan kerukunan umat beragama terutama

dalam masalah keluarga.25

Dalam keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No, 208

tahun 2017 tentang Pedoman Penyusaian/Inpassing, Uji Kopetensi dan

Penetapan Kebutuhan Jabatan Fungsional Penghulu menyebabkan

Kantor Urusan Agama yang disingkat KUA adalah unit pelaksanaan

teknis pada Kementrian Agama, Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

dan secara operasional dibina oleh Kepala kementrian Agama

Kabupaten/kota.26

Kantor urusan agama adalah unit kerja terdepan yang

melaksanakan sebagian tugas pemerintah di bidang pembinaan agama

islam. Lingkup kerja kantor urusan agama adalah berada di wilayah

tingkat Kecamatan, hal ini berdasar pada ketentuan pasal 1. Bab 1 PMA

Nomor 11 Tahun 2007 tentaang pencatatan Nikah yang menyebutkan

bahwa :

25
Nuhrison M. Nuh, Optimalisasi Peran KUA Melalui Jabatan Fungsional Penghulu
(Jakarta:Bayt Al’Quran,2007), h.3.
26
keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No, 208 tahun 2017 tentang Pedoman
Penyusaian/Inpassing, Uji Kopetensi dan Penetapan Kebutuhan Jabatan Fungsional Penghulu, h.3.

25
26

”Kantor Urusan Agama adalah instansi Departemen Agama

yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen

Agama, Kabupaten/Kota di Bidang Urusan Agama Islam dalam

wilayah Kecamatan.”27

H. Tugas Penyuluh Dalam mewujudkan keluarga Sakinah Mawadah

Wa Rahmah di KUA

1. Pelayanan dan konsultasi nikah/rujuk, meliputi:

a. Perencanaan kegiatan kepenghuluan.

b. Pengawasan pencatatan nikah/rujuk.

c. Pelaksanaan pelayanan nikah/rujuk.

d. Penasihatan dan konsultasi nikah/rujuk.

e. Pemantauan pelanggaran ketentuan nikah/rujuk

f. Pelayanan hukum munakahat dan bimbingan muamalah

g. Pembinaan keluarga sakinah mawadah warahma

h. Pemantauan dan evaluasi kegiatan kepenghuluan

Pengembangan kepenghuluan, meliputi:

1) Pengkajian masalah hukum munakhat (bahsul masail

munakahat dan ahwal as-syakhiyah).

2) Pengembangan metode penasihatan, konseling dan

pelaksanaan nikah/rujuk.

3) Penyusunan kompetensi fatwa hukum munakhat

27
Peraturan Mentri Agama Nomor 11 Tahun 2007, pasal 1, bab I. Tentang Pencatatan
Nikah

26
27

4) Koordinasi lintas sektoral di bidang kepenghuluan.28

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu

fenomena sosial dan masalah manusia. Dalam penulisan karya ilmiah ini,
28
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, No: PER/62/M.PAN/6/2005,
Tentang Jabatan Fungsional Penghulu Dan Angka Kreditnya, h. 4-5.

27
28

penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

yang terjadi saat sekarang29. Pendekatan yang dimaksud yaitu suatu

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada

sekarang berdasarkan data-data, sehingga pennulis dapat menemukan

kepastian dan keaslian data untuk diuraikan sebagai hasil penelitian yang

akurat.

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Creswell, penelitian kualitatif

sebagai suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci

dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian deskriptif sesuai

karakteristiknya berikut:

diawali dengan adanya masalah, menentukan jenis informasi yang

diperlukan, menentukan prosedur pengumpulan data melalui observasi

atau pengamatan, pengolahan informasi atau data, dan menarik

kesimpulan penelitian.30

Penelitian ini lebih mendekatkan kesesuaian dengan topik kajian

proposal skripsi ini, yakni pendekatan dalam bentuk “metode kualitatif”,

yang menitik beratkan kepada kegiatan penelitian di lokasi objek dalam

melakukan penelitian yang ada, dengan tujuan memperoleh data ilmiah

dan tidak menimbulkan hipotesis yang sifatnya menduga-duga berbagai

29
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2015), 34.
30
Ibid., 35.

28
29

hal yang menyangkut peran Penyuluh agama Islam dalam mewujudkan

keluarga sakinah mawadah warahmah.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KUA, Kecamatan Mepanga,

Kabupaten Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi Tengah. Alasan penulis

menjadikannya sebagai lokasi penelitian karena dari beberapa KUA yang

ada di kabupaten Parigi Mautong, penulis menganggap KUA tersebut

menjadi salah satu KUA yang dapat dijadikan representasi sebagai KUA

yang memiliki kondisi organisasional yang produktif, serta dinamika

organisasi yang stabil dan dinamis.

Kondisi inilah yang menjadi dasar pertimbangan sehingga penulis

memilih lokasi penelitian, selain itu lokasinya mudah dijangkau.Sehingga

memudahkan bagi penulis untuk mengumpulkan data sesuai kebutuhan

rencana penyusunan proposal. Penulis sangat berharap agar dapat

memperoleh nilai tambah dalam melakukan penelitian ini dan sebagai

langkah awal bentuk pengabdian dan aplikasi keilmuan selama melakukan

studi.

C. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, kehadiran penulis sebagai instrumen

penelitian sekaligus sebagai pengumpul data. Oleh karena itu, kehadiran

penulis di lokasi dalam usaha melakukan penelitian sangat diperlukan,

sebagai pengamat penuh yang mengawasi kegiatan-kegiatan yang terjadi

29
30

di sekolah yang lebih berfokus pada peran penyuluh agama Islam dalam

mewujudkan keluarga sakinah mawadah warahmah di KUA Kecamatan

Mepanga, Kabupaten Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi Tengah. Penulis

melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan

penelitian tersebut.

Dalam melakukan penelitian, penulis bertindak sebagai pengamat

penuh yang mengamati secara teliti dan intens segala sesuatu yang terjadi

dalam aktifitas kegiatan di KUA. Para informan yang diwawancarai

(interview) akan diupayakan dapat memberikan informasi yang akurat dan

valid.

D. Data dan Sumber Data

Pada hakikatnya, data bagi seorang penulis adalah sebagai alat atau

dasar utama dalam pembuatan keputusan atau pemecahan masalah. Oleh

karena itu, data yang diambil harus benar-benar memenuhi kriteria yang

dijadikan alat dalam mengambil keputusan.

Jenis data yang dikumpulkan oleh penulis terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Data Primer, yaitu jenis data yang diperoleh melalui pengamatan

langsung dan wawancara melalui narasumber dan atau informasi yang

dipilih. Adapun sumber atau informasi penelitian ini adalah kepala

KUA, staf KUA, pesuruh, serta sejuumlah Penyuluh.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah

jadi (tersedia) melalui dokumentasi dan catatan-catatan yang berkaitan

dengan objek penelitian. Data sekunder yang diperoleh adalah berupa

30
31

data, jumlah guru, jumlah peserta didik, sarana dan prasarana, serta

informasi lainnya yang dipandang sebagai bahan pertimbangan

analisis dan interpretasi data primer.

E. Teknik Pengumpulan Data

Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman menyatakan “metode

mendasar yang diandalkan oleh peneliti kualitatif untuk mengumpulkan

informasi adalah partisipasi dalam pengaturan pengamatan langsung,

wawancara mendalam, tinjauan dokumen”.31

Menurut J. Supratno, data sebagai alat pengambil keputusan atau

pemecah permasalahan itu harus secara tepat dan benar. 32 Data yang baik

adalah data dapat dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan

mencakupi ruang yang luas serta dapat memberikan gambaran yang jelas

tentang suatu masalah secara menyeluruh, sistematis, dan komprehensif.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data pada

KUA Kecamatan Mepanga, Kabupaten Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi

Tengah, dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Interview

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian

kualitatif adalah wawancara mendalam (in depth interview).

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan

data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif

31
Sugiyono, metode penelitian pendidikan: pendekatan kualitatif, kuantitatif,dan R&D,
(Cet. 20, Bandung; Alfabeta, 2014), 309.

32
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), 27.

31
32

kualitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam

pertemuan tatap muka secara individual.33

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relative lama.34

Interview (wawancara) digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal

dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil.35

Dengan demikian maka teknik interview merupakan

teknik penulis dalam upaya memperoleh data melalui tanya

jawab atau wawancara langsung antara penulis dan informan

atas dasar pertanyaan yang telah dibuat dan langsung

digunakan untuk mewancarai para informan. Wawancara

dengan informan dilakukan dengan memberikan pertanyaan

yang sudah disiapkan tetapi tidak menutup kemungkinan

penulis dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan itu agar

mendapat informasi yang lengkap tentang peran penyuluh

33
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet. 8, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 216.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,139.
35
Ibid., 194.

32
33

KUA agama islam dalam mewujudkan Keluarga sakinah

mawadah warahmah di KUA Kecamatan Mepanga, Kabupaten

Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi Tengah.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam interview

alat tulis menulis untuk transkrip wawancara dan alat perekam

suara. Yang akan menjadi informan dalam wawancara ini

adalah kepala KUA, staf KUA, dan penyuluh, di KUA

Kecamatan Mepanga, Kabupaten Parigi Mautong, Provinsi

Sulawesi tengah.

2. Observasi

Teknik observasi merupakan metode pengumpulan data

yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan melakukan

pengamatan terhadap obyek yang diteliti yang berkaitan dengan

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu,

peristiwa atau kejadian, tujuan dan perasaan. Sebagaimana

yang dijelaskan oleh Indriantoro dan Supomo bahwa observasi

adalah “proses pencatatan pola perilaku subjek (orang), objek

(benda-benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya

pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti.”36

3. Dokumentasi

Tehnik lain yang dapat digunakan penulis selama

mengadakan penelitian untuk memperoleh data dilapangan

36
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), 34.

33
34

adalah menghimpun dokumen-dokumen dilingkungan KUA

Kecamatan Mepanga. Serta dalam teknik dokumentasi ini

penulis juga menggunakan kamera sebagai bukti bahwa peneliti

benar-benar dilakukan dilokasi yang dimaksud.

F. Teknik Analisis Data

Setelah jumlah data dan keterangan berhasil dikumpulkan penulis,

maka langkah selanjutnya adalah menganalisis beberapa data yang

diperoleh dalam bentuk analisis deskriptif dengan menggunakan beberapa

teknik analisis data antara lain :

1. Reduksi Data

Yaitu penulis merangkum beberapa data yang diperoleh di lapangan,

kemudian mengambil dari beberapa data yang dianggap mewakili untuk

dimasukkan dalam pembahasan ini, termasuk didalamnya data tabel

tentang jumlah Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi KUA, Kabupaten

Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Penyajian Data

Yaitu setelah jumlah data dikumpulkan dengan mengambil

beberapa data dari jumlah keseluruhan Yaitu sejumlah data dan

keterangan yang masuk dalam pembahasan proposal skripsi ini akan

diseleksi kebenaran dan validitasnya, sehingga data yang masuk dalam

pembahasan ini adalah data otentik dan tidak diragukan keabsahannya.

34
35

data yang tersedia. Selanjutnya adalah menyajikan kedalam inti

pembahasan yang di jabarkan pada hasil penelitian dilapangan.

3. Verifikasi data

Jelas bahwa uraian-uraian dari teknik analisis data ini adalah

deskriptif kualitatif, yaitu menjabarkan uraian-uraian analisis data dan

bukan dalam bentuk statistik inferensial, sehingga tehnik analisis data

adalah menguraikan beberapa hal yang di peroleh selama penelitian dan

tidak dijabarkan dalam bentuk statistik.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam suatu penelitian kualitatif yang

dibutuhkan untuk mendapatkan validitas dan tingkat kredibilitas data yang

diperoleh. Dalam penelitian ini penulis mengecek keabsahan data dengan

menggunakan metode triangulasi data. Data yang diperoleh dicek kembali

pada sumber yang sama dalam waktu yang berbeda, atau dicek dengan

menggunakan sumber yang berbeda. Misalnya apabila peneliti

mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan kepala

sekolah, data tersebut nantinya dicek (ditanyakan kembali) pada wakil

kepala sekolah dan guru.

Pengecekan keabsahan data juga dimaksudkan agar tidak terjadi

keraguan terhadap data yang diperoleh baik itu dari penulis sendiri

maupun para pembaca sehingga dikemudian hari nantinya tidak ada yang

dirugikan terutama penulis yang telah mencurahkan segenap tenaganya

dalam penyusunan karya ilmiah ini.

35
36

Pengecekan keabsahan data diterapkan dalam penelitian ini agar data

yang diperoleh terjamin validitasnya dan kredibilitasnya. Dalam hal ini

penulis mengadakan peninjauan kembali, apakah fakta sebagai analisis

dari seluruh data yang diperoleh memang benar-benar dan terjadi disuatu

lokasi tempat diadakannya penelitian, yaitu di Kecamatan Mepanga,

Kabupaten Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi Tengah.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta:Rineka cipta,2007


Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana, 2015
Kementrian Agama RI, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Penyuluh Agama Kantor Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Selatan,
Bidang Penerangan Agama Islam, zakat dan wakaf, 2015
M Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Jakarta Bina Aksara 2000

36
37

Fachuruddin Hasballah, Psikologi Keluarga dalam Islam, (Banda Aceh:Yayasan


PENA,2007
M Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islam Jakarta:Bina Aksara,2000
M Arifin, Izep Zainal, Bimbingan dan Penyuluhan Islam Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada, 2009
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung, Mizan, 1996
Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, Malang:UIN-Malang
Press, 2008
Muslich Taman dan Anis Faidah, 30 Pilar Keluarga Samara Kado membentuk
Keluarga Sakinah Mawadah Waraahmah, Jakarta:Pustaka Al Kautsar,2007
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012
Nur Aafandii,Skrispsi Upaya Lembaga Akademi Istri dan Ibunda shalihah (Aisah)
dalam membangun keluarga sakinah mawadaddah wa rahmah bagi
keluarga salafi di salatiga,
Nuhrison M. Nuh, Optimalisasi Peran KUA Melalui Jabatan Fungsional
Penghulu Jakarta:Bayt Al’Quran,2007
Norkasiani dkk, sosialogi Kebidanan, Jakarta:Trans Info Media,2012
Pedoman Penyuluh Agama Islam Non PNS Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam
Pendekatan Penyuluh Agama Islam Non PNS Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam,2017
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2016 Tentang
organisasi
Dan Tata Kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi,Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004
Syafrudin, Sosial, Budayaa Dasar untuk Mahasiswa Kebidanan, Jakarta:Trans
Info Media,2010
Sri Lestari, Psikologi Keluarga, Jakarta: Kencana,2012

37
38

Sugiyono, metode penelitian pendidikan: pendekatan kualitatif, kuantitatif,dan


R&D, Bandung; Alfabeta, 2014
Tohari Musnamar, Dasar-dasar kompetensi Bimbingan dan Konseling Islam
Yogyakarta:UII Press,1992

38

Anda mungkin juga menyukai