Anda di halaman 1dari 27

PAI DI KELUARGA

Dzikir, Shalat dan Do’a dalam keluarga


(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur dalam Mata Kuliah
PAI di keluarga)
Dosen Pengampu: Taufik Ginanjar, M.Pd

Kelompok 6

Dede Sopianto
Muhamad Taufik

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah
mengizinkan kami selaku pemakalah untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “dzikir,
shalat dan do’a dalam keluarga”.
Shalawat bertangkaikan salam mari kita sanjungkan ke ruh beliau nabi kita nabi besar
Muhammmad saw. yang mudah-mudahan nantinya kita mendapatkan syafa’at dari beliau.
Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Adapun makalah ini kami buat tak lain hanyalah untuk memenuhi persyaratan mata
kuliah PAI di Keluarga. Kebanyakan dari isi makalah ini kami ambil dari jurnal dan file PDF.
Mudah-mudahan dengan makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan juga pemakalah sendiri tentunya.

Bandung 01 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. DZIKIR..........................................................................................................................................3
1. Pengertian Dzikir.......................................................................................................................3
2. Pentingnya Dzikir......................................................................................................................5
B. SHALAT.........................................................................................................................................6
1. Pengertian Shalat.......................................................................................................................6
2. Pentingnya Shalat....................................................................................................................16
3. DO’A.............................................................................................................................................16
1. Pengertian Do’a...........................................................................................................................16
2. Pentingnya Do’a...........................................................................................................................17
KESIMPULAN........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karakteristik Keluarga sakînah adalah keluarga yang berawal dari rasa cinta (mawaddah)
yang dimiliki oleh kedua suami-istri, kemudian berkembang menjadi kasih sayang (rahmah)di
antara setiap keluarga ketika anggota keluarga tersebut semakin bertambah anggotanya, hingga
terciptanya ketenangan dan kedamaian hidup. Terdapat faktor-faktor yang menjadi karakteristik
dari keluarga sakinah, yaitu 1) lurusnya niat dan kuatnya hubungan dengan Allah, 2) kasih
sayang, (3) saling terbuka, santun, dan bijak, 4) komunikasi dan musyawarah, 5) toleran
(tasâmuh) dan pemaaf; 6) adil dan persamaan; 7) sabar dan syukur.
Dalam surat At-tahrim ayat ke 6 :
‫د اَّل‬ٞ‫ظ ِش َد ا‬ٞ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُقٓو ْا َأنُفَس ُك ۡم َو َأۡه ِليُك ۡم َناٗر ا َو ُقوُد َها ٱلَّناُس َو ٱۡل ِح َج اَر ُة َع َلۡي َه ا َم َٰٓلِئَك ٌة ِغ اَل‬
٦ ‫َيۡع ُصوَن ٱَهَّلل َم ٓا َأَم َر ُهۡم َو َيۡف َع ُلوَن َم ا ُيۡؤ َم ُروَن‬
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Ayat diatas menyerukan untuk setiap anggota keluarga untuk bersama menjauhkan diri
dari segala yang dapat mengarahkan kepada neraka, yaitu maksiat kepada Allah. Kerjasama
antara keluarga untuk menjauhkan dari api neraka sangat diperlukan. Dengan kerjasama untuk
selalu ingat kepada Allah dengan berdzikir, shalat dan do’a yang dilakukan bersama akan
mendatangkan rahmat kepada keluarga tersebut, sehingga setiap keluarga akan dilindungi dari
berbagai fitnah yang akan melanda keluarga.
Dengan melihat kondisi sekarang, maksiat yang mudah diakses dari berbagai media, dan
media tersebut ada dalam genggaman tangan, kalau tidak ada kerjasama untuk saling
mengingatkan, maka keluarga akan mudah terseret arus amalan yang dapat menghantarkan
kepada murkanya Allah.
Maka setiap keluarga harus terus senantiasa memperdalam ilmu agama untuk
menguatkan setiap anggota keluarga untuk ingat kepada Allah dengan terus berdzikir, shalat dan
berdo’a, sehingga mendatangkan rahmat dan keberkahan kepada keluarga tersebut.

1
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dzikir, shalat dan do’a?
2. Apa pentingnya dzikir, shalat dan do’a dalam keluarga?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan uraian di atas, maka penulisan makalah ini dibuat dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dzikir, shalat dan do’a.
2. Mengetahui pentingnya dzikir, shalat dan do’a dalam keluarga.
BAB II

PEMBAHASAN
A. DZIKIR
1. Pengertian Dzikir
Hati merupakan salah satu piranti manusia yang jika dalam bahasa arab disebut qolb.
Qolb secara bahasa yaitu segumpal daging yang terletak disebelah dada kiri. Sedangkan arti
kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniyah yaitu bersifat
manusia yang dapat menangkap pengetian, pengetahuan dan arif (Al-Ghazali, 2007:124). Hati
merupakan kekuatan penentu dalam pembentukan karakter perilaku manusia. Apabila hati sakit
maka perilakunya juga akan jelek dan begitu juga sebaliknya. Agar perilaku senantiasa baik
maka perlu pembiasaan melakukan olahraga hati yaitu dengan dzikir. Dzikir adalah amalan yang
dilakukan secara terus menerus agar tercipta kondisi hati yang bersih sehingga membekaslah
suatu perilaku manusia yang baik. Cara dalam berdzikir sangar variatif, dari dzikir dengan suara
keras hingga dzikir tak bersuara. Tujuan dzikir adalah membersihkan hati dari nafsu yang jelek
seperti kikir, sombong, dengki dan lain sebagainya (Baharuddin, 2007: 115).

Dzikir secara bahasa yang diambil dari bahasa arab dzakara yang berarti mengingat,
memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti, ingatan. Atau
menyebutkan sesuatu dengan lisan atau di dalam hati (Mandzur, 2010:345). Sedangkan secara
istilah dzikir adalah ingatan atau suatu latihan spiritual yang bertujuan untuk menyatakan
kehadiran Tuhan seraya membanyangkan wujud-Nya. Atau suatu metode yang digunakan untuk
mencapai konsentrasi spiritual (Riyadi, 2014:37). Pengertian dzikir secara kusus yang di
paparkan oleh (Cecep Alba: 2012) bahwa dzikir adalah segala bentuk ketaatan kepada Allah.
Walapun definisi ini kusus tapi pengertianya lebih ke secara menyeluruh aktifitas bahwa segala
bentuk ketaatan kepada Allah adalah dzikir seperti puasa, salat, haji. Bahkan Allah berfirman
secara jelas. ‫ فاذكرونى أذكركم‬Artinya: “Ingatlah kepadaku maka aku akan mengingatmu” Dalam
pengertian ini KH Munawwar (2011:13) menjelaskan bahwa dzikir adalah dengan bentuk taat
dan patuh pada segala aturan Allah. Bahkan makna adzkurkum tidak hanya sebatas mengingat
tetapi Allah akan memberi pertolongan, memberi pengampunan, memberi hidayah, memberikan
derajat yang tinggi. Menurut Ibnu Katsir (2010:464), bahwa dzikir adalah mengingat dengan
berbuat baik dan selalu bersyukur atas apa yang diberikan Allah kepada makhluknya. Dengan

3
4

bersukur dan taqwa kepada Allah maka akan diberikan Rahmat dan tambahnya nikmat Allah.
(Damasqy, 2010: 464).

Dengan demikian dzikir menjadi proses tazkiyatun nafsi untuk mencapai ridha Allah dengan
memiliki tingkatan-tingkatan yang memilki sasaran pada hati manusia yang berbeda-beda
kemudian terbentuklah suatu manusia yang utuh melalui dzikir karena sejatinya manusia terdiri
dari struktur psikologi yang komplek. Sehingga dalam menjadikan tujuan ma`rifatulloh dengan
menyucikan diri adalah membersihkan hati dengan berdzikir. Bisa dikatakan bahwa dzikir tidak
hanya bermakna mengingat dan menyebut Allah tetapi segala hal yang bertujuan taqwa kepada
Allah disebut sebagai dzikir.

Dari pengertian dzikir diatas, betapa pentingnya dzikir untuk anggota keluarga, karena
dengan dzikir, akan senantiasa mengingatkan setiap anggota keluarga kepada Allah. Dengan
ingat kepada Allah, setiap anggota keluarga akan saling menjaga dari hal-hal yang akan
mendatangkan murka Allah.

Maka keluarga yang senantiasa mengingat Allah dengan memperbanyak dzikir akan
menghantarkan keluarga kepada keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah.

Adapun contoh bacaan dzikir adalah sebagai berikut:

1. Membaca tasbih (subhanallah) yang mempunyai arti Maha Suci Allah.

2. Membaca tahmid (alhamdulillah) yang bermakna segala puji bagi Allah.

3. Membaca tahlil (la illaha illallah) yang bermakna tiada Tuhan selain Allah.

4. Membaca takbir (Allahu akbar) yang berarti Allah Maha Besar

5. Membaca Hauqalah (la haula wala quwwata illa billah) yang bermakna tiada

daya upaya dan kekuatan kecuali Allah.

6. Hasballah: Hasbiallahu wani’mal wakil yang berarti cukuplah Allah dan

sebaik-baiknya pelindung.

7. Istighfar :Astaghfirullahal adzim yang bermakna saya memohon ampun kepada

Allah yang Maha Agung.


5

8. Membaca lafadz baqiyatussalihah: subhanallah wal hamdulillahwala illaha

illallah Allahu akbar yang bermakna maha suci Allah dan segala puji bagi Allah dan tiada Tuhan
selain Allah dan Allah Maha Besar.

2. Pentingnya Dzikir
Orang yang sering berzikir karakteristik atau kepribadiannya akan
baik,menghindarkannya dari melakukan dosa karena itu dapat membantu membentuk
kepribadian yang baik dalam individu tersebut, dan Allah akan menjaga hamba-Nya yang
senantiasa berdzikir. Tidak ada penolong terbaik selain Allah Ta’ala. Ketika kepribadian baik
telah terbentuk maka pergaulannya pun hanya orang-orang baik saja disekitarnya, sehingga
lingkungan semakin mendukung agar tidak bergaul dengan orang-orang yang berperilaku
negatif.

Ada beberapa manfaat dzikir, diantaranya :

a. Dzikir dapat membentuk pribadi yang baik dan terhindar dari dosa

‫َفٱۡذ ُك ُروِنٓي َأۡذ ُكۡر ُك ۡم َو ٱۡش ُك ُروْا ِلي َو اَل َتۡك ُفُروِن‬
152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Dalam surat Al-baqarah ayat 152 diatas lebih menjelaskan bahwa, ketika kita ingat Allah,
maka kita akan senantiasa dalam melakukan sesuatu dengan hati-hati sehingga merasa
diawasi oleh Allah, karena ketika seseorang melakukan dzikir maka Allah akan
menghindarkannya dari melakukan dosa karena itu membantu membentuk kepribadian
yang baik dalam individu, dan Allah akan menjaga hambaNya yang senantiasa berdzikir.
Tidak ada penolong terbaik selain Allah Ta’ala. Ketika kepribadian baik telah terbentuk
maka pergaulannya pun dapat dijaga dengan baik.
b. Menghilangkan Kecemasan
Kebiasaan melakukan zikir dengan benar dapat mengakibatkan kedamaian hati, walau
keadaan emosi manusia sedang mengalami kecemasan. Terutama dalam kehidupan
berumah tangga, banyak masalah yang membuat gelisah, sebagai contoh ketika ada
dalam kesempitan rizki. Ketika ingat bahwa Allah yang memberikan rizki, maka
seseorang akan sabar dan terus berdo’a dengan menyempurnakan ikhtiar sehingga
menimbulkan sifat tawakkal kepada seseorang.
6

c. Menghilangkan Fantasi Seksual


Ketika berzikir dengan konsentrasi penuh akan menghambat munculnya pemikiran buruk
seperti fantasi seksual, karena pengaruh dzikir dapat mengubah pola pikir yang negatif
menjadi lebih fokus untuk pemikiran yang positif. Karena manusia cenderung hanya
fokus pada satu hal saja, maka kata kunci dari hal ini adalah memfokuskan diri pada satu
hal atau sebagai pengalihan, tentu pengalihan disini harus sesuatu yang positif yaitu
dzikir, sehingga selain stimulus, pengalihan dapat juga berfungsi membersihkan dari hal
yang buruk.
d. Dzikir bermanfaat bagi fisik dan spiritual
Manfaat fisik yaitu memurnikan hati dari semua sikap dan emosi negatif. Sedangkan
manfaat zikir terhadap spiritual yaitu membangkitkan semangat hidup kedalam qalbu,
mengurangi kecemasan. Ketika berdzikir, emosi dapat dikendalikandengan media dzikir
karena pengalihan dilakukan agar emosi yang negatif tidak semakin berlanjut yaitu
terbebas dari tekanan duniawi, kegelisahan, keputusasaan dan depresi, tentu juga
manfaatnya bagi spiritual dapat menghilangkan masalah psikologis.

B. SHALAT
1. Pengertian Shalat
Ibadah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang artinya melayani, tunduk, patuh
dalam segala yang di anjurkan oleh Allah SWT, sedangkan menurut pendapat lain ibadah adalah
semua yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan mendapatkan apa yang telah kita perbuat di
dunia. (Amin Syukur. 2003:80). Menurut bahasa Indonesia shalat ialah ibadah kepada Allah
SWT yang wajib dilakukan oleh setiap orang Islam yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, dilengkapi dengan syarat, rukun, gerak, dan bacaan tertentu. Sedangkan dalam
bahasa Arab berarti do’a, kemudian yang dimaksud disini ialah ibadah yang tersusun dari
beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir disudahi dengan salam dan memenuhi beberapa
syarat yang ditentukan. Ibadah Shalat merupakan ibadah paling pertama dilakukan sebelum
ibadah lain. Keagungan shalat seorang hamba hanyalah karena menghadapkan dirinya lahir batin
pada Allah. Seseorang menyerahkan diri kepada orang lain dan mempunyai niat kebencian tidak
dinamakan orang yang beribadah dan ada juga orang yang cinta kepada sesuatu tetapi tidak patuh
kepadanya, contoh seperti orang yang mencintai anak atau suaminya. Rahman dan zainuddin
7

(2002: 4). Shalat adalah ibadah yang sangat penting yang merupakan kewajiban umat Islam
berdasarkan petunjuk yang diturunkan Allah melalui Rasulullah saw. Menurut Moh. Rifa’i
(2012).

Shalat berjamaah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-sama. Shalat berjamaah
sedikitnya dikerjakan dengan dua orang, yang satu menjadi imam, sedangkan yang lain menjadi
makmum. Setiap gerakan imam di dalam shalat diikuti oleh makmum.

Hakekat dari shalat berjamaah adalah mengadakan perikatan antara imam dengan
makmum, antara pemimpin dengan rakyat. Dalam shalat berjamaah makmum mengikuti gerakan
imam dan makmum tidak diperbolehkan mendahului gerakan imam. Selain itu ketika sesorang
imam batal dalam shalatnya maka makmum yang lain menggantikan.

Shalat berjamaah juga mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan sosial
manusia. Karena dalam shalat yang dilakukan dengan berjamaah memberi arti ketaatan,
kesolidaritasan, kerukunan, atau persatuan dan keterikatan antar sesamanya.

Menurut (Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani: 2015) Shalat merupakan salah satu
jenis kewajiban yang menduduki jenis peringkat kedua dalam rukun Islam, yaitu setelah umat
Islam bersyahadat, menyatakan diri bahwa Allah adalah Tuhan kecuali Allah Serta bersaksi
bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sedangkan menurut (Fenti Hikmawati; 2015)
Shalat adalah suatu proses yang menuntut aktivitas fisik yang didalamnya terdapat proses
relaksasi. Dimana selain untuk memenuhi kewajiban, shalat juga mempunyai manfaat tersendiri
dalam bidang kesehatan.

Setiap orang tua ingin menyelamatkan dirinya serta keluarganya dari siksa api neraka,
serta ingin mendidik putra putrinya, karena hal itu sudah menjadi kodrat sebagai orang tua.
Namun bagi orang tua yang beriman, mendidik anak bukan hanya mengikuti dorongan kodrat
naluriah, akan tetapi lebih dari itu yakni dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT yang
harus dilaksanakan.

Pendidikan anak yang paling berpengaruh dibandingkan dengan yang lain adalah
keluarga sebagai pusatnya, karena seorang anak masuk Islam sejak awal kehidupannya, dan
dalam keluargalah ditanamkan benih-benih pendidikan.Juga waktu yang dihabiskan seorang
anak di rumah lebih banyak dibandingkan tempat lain, dan kedua orang tua merupakan figur
8

yang paling berpengaruh terhadap anak. Lingkungan rumah dan pendidikan orang tua yang
diberikan kepada anaknya dapat membentuk atau merusak masa depan anak. Oleh sebab itu
masa depan anak sangat tergantung kepada pendidikan, pengajaran dan lingkungan yang
diciptakan oleh orang tuanya. Apabila orang tua mampu menciptakan rumah menjadi lingkungan
yang Islami, maka anak akan memiliki kecenderungan kepada agama.

Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam rumah tangga, yaitu:
1. Penanaman nilai dalam arti pandangan hidup yang kelak mewarnai perkembangan jasmani
dan akalnya.
2. Penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di
sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan pendidikan
sholat berjamaah hendaknya orang tua memberikan contoh dan menjadi teladan yang baik sejak
anak-anak sehingga mereka bisa meniru apa yang dilakukan orang tua tentang pelaksanaan
sholat berjamaah. Sehingga ketika nanti mereka beranjak dewasa sudah terbiasa melaksanakan
sholat berjamaah secara rutin karna telah menjadi kebiasaan, keteladanan orang tua dalam
beribadah merupakan salah satu cara mendidik anak dalam pendidikan sholat.

1. Upaya Orangtua Dalam Meningkatkan Pengamalan Shalat Anak

Anak shaleh menjadi dambaan setiap orangtua dan merupakan investasi yang tidak
pernah habis di saat investasi-investasi lain hanya bersifat sementara. Anak shaleh merupakan
anak-anak yang taat kepada Allah Swt, membahagiakan kedua orangtua dan menyejukkan hati
yang akan meringankan dosa-dosa kedua orangtuanya melalui doadoa yang ia lantunkan. Doa
anak yang shaleh inilah yang akan menjadikan kedua orangtuanya mendapatkan kemudahan
diakhirat kelak. Untuk mewujudkan itu salah satu kewajiban orangtua adalah mengajarkan anak-
anak tentang shalat, karena shalat adalah pondasi seorang mukmin untuk interaksi langsung
dengan Allah Swt. Jika anak diajarkan berinteraksi dengan Allah Swt sejak dini, kelak ia akan
tumbuh dalam bimbingan dan naungan Allah Swt. Pembinaan shalat dilakukan secara bertahap
mulai dari perintah melaksanakan shalat, cara berwudhu dengan benar, bacaannya maupun
gerakan-gerakan shalat. Begitu saat usia sepuluh tahun, anak sudah terbiasa shalat dengan benar,
jika tidak orangtua berkewajiban terus mengingatkan. Sampai-sampai Rasulullah mengijinkan
orangtua menghukum anak jika usianya mencapai sepuluh tahun bila menyepelekan shalat, tentu
9

dengan hukuman yang tidak menyakitkan dan membuat anak trauma. Dalam hal pembinaan ini
anak mulai dikenalkan pada apa itu shalat, kenapa harus shalat dan rukun serta syarat- syarat
dalam melaksanakan shalat, serta larangan- larangan dalam melaksanakan shalat, kemudian
membiasakan anak untuk shalat berjamaah baik dirumah maupun di mesjid. Minat anak terhadap
agama sangat dipengaruhi oleh kondisi jiwa anak- anak yang suka meniru, menjelajah, ingin
tahu, ingin mencoba dan sejenisnya.

Demikian halnya dengan ibadah shalat, pada awalnya anak- anak mungkin acuh tak acuh
mendengar kata shalat, namun lama kelamaan jika ia sering melihat dan diperintahkan oleh
orangtuanya untuk shalat maka ia akan mencontoh orangtua untuk shalat. Orangtua yang bijak
akan memperlakukan anaknya dengan cara yang baik. Proses internalisasi pendidikan agama
termasuk dalam hal ibadah shalat menjadi sangat penting bagi anak untuk dapat mengamalkan
dan mentaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam kehidupannya, sehingga tujuan pendidikan
Islam tercapai. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua dalam meningkatkan
pengamalan shalat anak ketika dirumah, yaitu : 1. Memberikan keteladanan yang baik. Anak-
anak belajar dengan cara melihat dan mendengar, maka orangtua harus bisa memberi teladan
yang baik dalam prilaku dan perktaannya. 2. Mempunyai waktu untuk berkumpul bersama
keluarga. Sesibuk apapun orangtua hendaknya dapat menyisihkan waktunya untuk berkumpul
bersama keluarga untuk saling berbagi, mencurahkan rasa rindu, bercanda bersama dan
sebagainya. Pada kesempatan ini akan sangat bermanfaat bagi orangtua untuk bisa menyimak
bacaan sholat anak dan memperbaiki kekurangannya dan membimbingnya sehingga anak
semakin paham dalam mengamalkan shalatnya. 3. Memotivasi anak untuk rajin belajar dan
beribadah. Dalam memberi motivasi kepada anak dapat dilakukan dengan cara memberi
pengertian, penghargaan ataupun hukuman. Hal ini sangat membantu anak untuk terus
meningkatkan pengamalan shalatnya. 4. Mengontrol kegiatan dan memperhatikan perkembangan
fisik dan psikis anak. Orangtua harus bisa mengontrol kegiatan anak-anaknya agar terarah dan
bermanfaat bagi anak. Demikianpula dengan dengan perkembangan fisik dan psikisnya. Seiring
bertambahnya usia anak, maka kematangan beragamanya juga akan turut naik, untuk itu
orangtua harus mampu memberi pemahaman pada anak bahwa shalat itu bukan sekedar ritual,
tetapi ia harus bisa merasakan manfaat dan pentingnya shalat. Dengan demikian anak tidak lagi
merasabahwa shalat yang ia lakukan selama ini hanya sebatas melakukan kewajiban, tetapi
sebaliknya ia sudah harus merasa bahwa shalat adalah suatu kebutuhan yang terus di
10

amalkannya. 5. Jangan melemahkan semangat dalam usahnya hendak berdiri sendiri. Sebaiknya
orangtua harus mendukung anak untuk menjadi mandiri dan percaya diri. 6. Jangan
mempermalukan atau mengejek anak-anak di depan orang banyak. 7. Jangan terlalu membeda-
bedakan dan pilih kasih terhadap anak-anak dalam keluarga. 8. Jangan memanjakan anak, tetapi
tidak baik pula jika tidak memperdulikannya.

Mengacu pada sifat-sifat agama anak dan upaya membimbing kematangan beragama
pada anak seyogianya dilakukan secara terpadu di lingkungan keluarga, institusi pendidikan
(sekolah) dan lingkungan masyarakat. Nashih Ulwan mengemukakan beberapa upaya yang dapat
dilakukan orangtua dalam meningkatkan pengamalan shalat anak dalam keluarga, yaitu :

1) Keteladanan. Secara psikologis manusia memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya.


Meniru adalah sifat bawaan manusia, termasuk bagi anak- anak. Pendidikan dengan
keteladanan dilakukan dengan memberi contoh, baik berupa tingkahlaku, sifat,cara
berfikir dan sebagainya. Hal ini dikarenakan dalam belajar, anak pada umumnya lebih
menangkap yang konkrit ketimbang yang abstrak. Dengan demikian orangtua bisa
menggunakan metode keteladanan untuk meningkatkan pengamalan shalat anaknya
dengan cara mengerjakan shalat yang benar sesuai dengan rukun syaratnya.
2) Pembiasaan. Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting
terutama bagi anak-anak. Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat
melaksanakannya dengan mudah dan senang hati bahkan segala sesuatu yang telah
menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari
tua. Sebagai orangtua menanamkan kebiasaan baik memang tidak mudah dan
membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu dalam mengaplikasikan pendekatan
pembiasaan dalam pengamalan shalat lima waktu anak, yang harus dilakukan orangtua
adalah pertama mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, kedua pembiasaan
hendaknya dilakukan secara kontiniu, teratur, sistimatis sehingga pada akhirnya akan
terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten, ketiga pembiasaan yang
mulanya hanya bersifat mekanisme, hendaknya secara berangsurangsur dirubah menjadi
kebiasaan yang di sertai dangan kata hati anak itu sendiri.
3) Hukuman dan Ganjaran. Hukuman adalah tindakan yang paling akhir diambil apabila
teguran dan peringatan sebelum mampu untuk mencengah anak melakukan
11

pelanggaranpelanggaran. Sedangkan ganjaran adalah pemberian hadiah terhadap hasil-


hasil yang dicapai oleh anak karena tindakan anak yang positif. Pemberian hukuman di
lakukan terhadap anak yang berprilaku buruk dengan tujuan agar ia tidak mengulanginya
lagi dan agar anak menyadari kesalahan yang dilakukannya. Contohnya ketika anak
meninggalkan shalat ketika sudah berusia sepuluh tahun maka anak boleh dipukul, teta pi
pukulan yang mendidik. Sedangkan ganjaran dimaksudkan untuk anak yang berprilaku
baik dan mendengarkan nasehat dan perintah orangtuanya. Dengan ganjaran yang
diberikan kepada anak dapat memotivasi dan meningkatkan perbuatan baiknya.
Penggunaan metode hadiah dan hukuman ini hendaknya disertai dengan penggunaan
metode nasehat. Nasehat tersebut dapat diberikan kepada anak yang berprilaku baik agar
ia tetap istiqomah melakukan kebaikan dan kepada anak yang berprilaku buruk supaya
anak tidak mengulangi kesalahannya dan menjadi lebih baik lagi.
4) Nasehat. Metode nasehat adalah metode yang menerapkan nasehat secara lisan maupun
melalui perumpamaan, cerita dan sindiran. Dengan metode ini orangtua dapat
meningkatkan pengamalan shalat anak dengan berbagai cara, seperti menceritakan
keuntungan bagi orang yang menjaga shalatnya dan kerugian bagi orang
yangmeningglkannya. Dalam hal ini orangtua hendaknya menasehati anak-anaknya
dalam meningkatkan shalat. Meskipun terkadang anak mengabaikan nasehat yang di
sampaikan oleh orangtuanya, namun orangtua harus tetap berusaha dan ikhlas dalam
menjalankan tugasnya. Nasehat tidak mungkin akan terwujud kecuali dengan
kesungguhan orangtua untuk mendidik, mengarahkan, mendampingi dan memberikan
contoh kepada anakanaknya. Inilah kewajiban besar orangtua untuk mewujudkan anak-
anaknya yang shalih, sehingga anak shalih bukan sekedar bayangan, khayalan, cita-cita
namun kenyataan. Dengan metode ini kita sebagai orangtua jangan pernah bosan untuk
memberi nasehat kepada anak, karena lama kelamaan anak akan melaksanakannya apa
yang disampaikan kepadanya dan sadar bahwa nasehat yang diberikan orangtua adalah
benar untuk memperbaiki kehidupannya. Sama halnya dengan yang terdapat dalam
firman Allah Swt. dalam Q.S. Luqman:17 yang menunjukkan bagaimana cara luqman
menasehati anaknya yaitu dengan cara yang baik dan lemah lembut. Menjadi orangtua
ideal dalam rumah tangga, tentu menjadi dambaan setiap manusia yang beriman kepada
Allah Swt dan hari akhir, dan tentu saja ini tidak mudah kecuali bagi orang-orang yang
12

dimudahkan oleh Allah Swt. Untuk itu ikhtiar dan doa terus harus dilakukan. Betapa
indahnya jika orangtua penuh dengan kasih sayang terutama dengan menyertakan doa
terhadap anak-anaknya agar dimudahkan untuk menunaikan kewajiban melaksanakan
ibadah shalat. Bisa dengan cara memberikan bimbingan tentang shalat kepada anak
secara bergantian dengan memberikan pelajaran tentang shalat fardhu, menceritakan
pahala serta azab yang diberikan Allah apabila tidak melaksanakan shalat. Setiap hari
mengingatkan dan menyuruh anak supaya melaksanakan shalat. Ataupun dengan
mengajak anak ikut langsung bersama-sama melaksanakan sholat, mengajarkan bacaan-
bacaan shalat dengan cara menyaringkan bacaan kemudian anak mengikuti, menjelaskan
cara-cara shalat, bertanya jawab dengan anak,dan membiasakan anak agar rutin
melaksanakan shalat, memberikan nasihat-nasihat dan cerita tentang kewajiban
melaksanakan shalat lima waktu.

2. Problematika yang Dihadapi Orangtua dalam Pelaksanaan Metode Pendidikan Salat

Masalah akan selalu ada dalam setiap keluarga dalam membentuk satu lingkungan yang baik.
Adapun hambatan orangtua dalam melakukan pendidikan shalat adalah:

a. Acara hiburan televisi yang mengabaikan nilai-nilai pendidikan. Salah satu penyebab dari
hambatan penerapan metode pendidikan salat dalam keluarga karena putra-putri mereka sedang
menikmati acara hiburan di televisi yang sangat beragam dari acara anak-anak samapai acara
orang dewasa, sehingga tidak mengherankan bila anak ketika sudah melihat acar televisi sudah
melupakan semuanya. Maka dalam hal ini perlu adanya campur tangan orangtua dalam
pengawasan menonton acara televisi untuk anak. Hal ini untuk menghindari dampak negatif
yang ditimbulkan oleh acara televisi yang ditonton oleh anak karena lambat laun akan
memengaruhi kepribadian anak.

b. Lingkungan sekitar Kita tidak bisa pungkiri bahwa likungan adalah salah satu faktor yang
sedikit banyak berpengaruh dalam perkembangan anak. Likungan yang baik akan membawa
dampak baik pula kepada masyarakat yang ada didalamnya begitu pula sebaliknya. Walaupun
anak lebih banyak menghabiskan waktu di dalam lingkungan keluarga , lingkungan adalah salah
satu faktor yang harus dijadikan peringatan bagi orangtua agar selalu mengontrol pergaulan dari
anaknya jangan sampai terjerumus ke dalam pergaulan yang negatif yang bisa menghancurkan
13

perkembangan kepribadian anak. Karena kita mengetahui perkembangan zaman sekarang ini
yang penuh dengan pergaulan yang bebas, kita juga harus berhati-hati pada pergaulan
kebudayaan yang berasal dari barat yang hampir memusnahkan kebudayaan kita sendiri yang
penuh dengan adat, norma dan tata karma. Di masa sekarang ini, unsur lingkungan mampu
mengalahkan unsur dari keluarga sehingga mereka merasa gagal dalam menangani pendidikan
anak mereka. Radio, televisi, koran majalah, telepon genggam, internet, merupakan sarana-
sarana lingkungan yang membuat manusia terpengaruh anak usia 5-10 tahun sangat mudah
terpengaruh dengan hal seperti itu. Kalau kita melarang anak kita untuk tidak menonton dan
menggunakan hal seperti itu sama aja kita mengekang mereka dari kemajuan teknologi. Dalam
hal ini akan berdapak pada psikologis anak. Dan kenyataan itu menuntut kita sebagai orangtua
memberi sedikit kebebasan untuk anak agar mereka juga menikmati kemajuan teknologi dalam
era ini. Tapi dalam memberi kebebasan itu kita juga harus mengawasi anak agar tidak terjerumus
kehal-hal negatif. Maka dalam hal ini perhatian orangtua sangat berpengaruh besar agar anak
tidak terjerus dalam hal negatif.

c. Dari diri anak. Penyebab juga dapat muncul dari dalam diri anak, anak di usia 5-10 tahun
bukanlah manusia yang dapat sekali diberi pengertian langsung bisa mengerti tapi butuh
pembiasaan. Ketika pembiasaan itu dilaksanakan terus menerus dari anak mungkin ada rasa
bosan, jenuh, dan lelah. Disitulah kiat orangtua bagaimana agar anak ini tidak merasakan rasa itu
dan mau menjalankannya, karena kalau tidak diberikan pada waktu yang dini maka anak akan
tak terbiasa dengan ibadah salat dan nanti dikala dia dewasa akan kesulitan dalam pengenalan
kwajiban yaitu kwajiban salat.

3. Bimbingan Serta Motivasi Melaksanakan Shalat Fardhu

a. Bimbingan Orangtua dalam Melaksanakan Shalat Fardhu

Sejak dini, anak harus diperkenalkan dengan shalat oleh orangtuanya. Keterlibatan orangtua
dalam mempraktekkan shalat kepada anak ternyata hanya perlu membiasakan shalat kepada
anak. Akan tetapi hal ini tidak mudah maka dibutuhkan pelatihan sejak dini. Maka orangtua
dapat membimbing anak dengan cara-cara seperti ini:

a) Teladan: memberikan keteladanan dengan cara mengajak anak melaksanakan shalat


berjamaah di rumah. Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Orang
14

yang paling banyak diikuti oleh anak dan yang paling kuat menanamkan pengaruhnya ke dalam
jiwa anak adalah orangtuanya. Oleh karena itu, Rasulullah saw memerintahkan agar orang tua
dapat menjadi teladan yang baik bagi anak anak mereka. Pada tahap awal, keteladanan yang
dapat dicontoh anak adalah gerakan-gerakan shalat.

b) Melatih berulang-ulang: melatih gerakan dan bacaan shalat pada anak usia dini hendaknya
dilakukan dengan cara berulang-ulang. Semakin sering anak usia dini mendapatkan stimulasi
tentang gerakan shalat, apalagi diiringi dengan pengarahan tentang bagaimana gerakan yang
benar secara berulang-ulang maka anak usia dini semakin mampu melakukannya. Begitu juga
dengan bacaan shalat. Semakin sering di dengar oleh anak, maka semakin cepat anak hafal
bacaan shalat tersebut.

c) Suasana nyaman dan aman: menghadirkan suasana belajar shalat yang memberikan rasa aman
dan menyenangkan bagi anakakan memudahkan anak dalam penerimaan seluruh proses
pendidikan shalat. Orangtua harus dapat memahami bahwa tindakan anak meniru gerakan orang
tua adalah proses belajar, sehingga sekalipun anak dapat mengganggu kekhusukan shalat orang
tua, anak tidak boleh dimarahi atau dilarang dekat dengan orang tua saat shalat.

d) Tidak memaksa tapi tegas: pemaksaan latihan kepada anak sebelum mencapai kematangan
akan mengakibatkan kegagalan atau setidaknya ketidakoptimalan hasil.Anak seolah-olah
mengalami kemajuan, padahal itu merupakan kemajuan yang semu. Disamping itu, latihan yang
gagal dapat menimbulkan kekecewaan pada anak atau rasa ”tidak suka” pada kegiatan yang
dilatihkan. Dengan demikian, saat anak usia dini tidak bersedia diajak shalat bersama, maka
orang tua tidak harus memaksakan anak.

e) Tidak membanding-bandingkan: Secara fisik, semakin bertambah usia anak maka semakin
mampu melakukan gerakan-gerakan motorik dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Namun perlu diperhatikan adanya keunikan setiap anak. Bisa jadi tahapan perkembangan
gerakan motorik antara anak pertama lebih cepat dibandingkan anak kedua. Oleh karenanya,
penting bagi orangtua untuk memperhatikan perkembangan seseorang, dan tidak membanding-
bandingkan dengan sang kakak atau anak yang lain yang seusia dengan anak.

b. Motivasi Orangtua dalam Melaksanakan Shalat Fardhu


15

Pada dasarnya sebagai orangtua perlu terlebih dahulu memahami akan kewajiban shalat fardhu
itu sendiri. Berikut ini beberapa motivasi agar anak bisa rajin shalat fardhu, diantaranya adalah:

a) Ingatkan kepada anak akan tujuan shalat: ajak anak membuka al-quran surat Thaha ayat 14
yang artinya “sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku, dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Setelah salam dan berdoa, cobalah tanyakan pada anak,
apakah selama shalat tadi dia ingat kepada Allah? Jika anak menjawab belum, maka
berbincanglah dari hati ke hati mengapa dia belum bisa mengingat Allah selama shalat. Bantu
anak melakukan refleksi atas shalatnya, lalu lakukan evaluasi dengan memancing ide anak, kira-
kira apa yang bisa ia lakukan agar shalat berikutnya lebih bisa mengingat Allah. Tantang dia agar
berkomitmen melakukan idenya sendiri. Lakukan terus perbincangan ini dari hati ke hati,
minimal sekali dalam sehari. Jika belum juga terlihat hasilnya, bersabarlah tanpa berhenti
berusaha.

b) Berikan contoh nyata keteladan orangtua dalam menjalankan kewajiban shalat fardhu:
memberikan contoh yang baik kepada anak-anak selain dengan memberikan ilmu pengetahuan
agama tentang kewajiban shalat harus dibuktikan dengan keteladanan serta bukti nyata orangtua
juga menjalankan shalat fardhu tersebut dengan baik. Seorang ayah menjalankan shalat fardhu di
masjid dan ibunya juga senantiasa menjalankan shalat setelah adzan berkumandang dan
dilakukan di rumah. Dalam keseharian maka sang anak bisa melihat dan menyaksikan kedua

orangtuanya dengan teratur, rutin menjalankan shalat maka akan memberikan kesan dan contoh
yang baik kepada anak.

c) Minta anak selalu shalat di sebelah orangtua: anak perlu contoh, bahkan dalam urusan shalat
sangat jarang ada anak yang bisa langsung tertib shalatnya. Saat anak melakukan shalat dalam
pengawasan kita,anak bisa langsung melihat cara kita shalat, untuk kemudian menirunya. Jika
ada yang salah dengan shalatnya, kita bisa langsung menegurnya seusai shalat.

d) Ajarkan anak doa agar istiqomah dalam shalat: bersamaan dengan usaha kita memotivasi
anak, jangan lupa mengajarinya doa Nabi Ibrahim as yang sudah terkenal mustajab, yaitu:

Artinya: Ya Tuhanku, Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, Ya Tuhan Kami, perkenankanlah doaku (QS Ibrahim: 40). Mintalah anak untuk membaca
doa ini setiap selesai shalat. Tentu kita sendiripun harus juga sering-sering membacanya.
16

e) Pembiasaan/ pengkondisian: ada pepatah mengatakan ala bisa karena biasa.Insya Allah ketika
keteladanan dan nasehat sudah kita lakukan jangan lupa pembiasaan agar semua kebaikan dan
sifat-sifat terpuji yang sudah kita tanamkan, khususnya shalat ini menjadi kewajiban rutin
bahkan kebutuhan yang harus dipenuhi.Caranya bisa dengan bersegera mengambil air wudhu
ketika adzan terdengar, hentikan semua aktivitas kerjaan, matikan televisi terus shalatnya
berjamaah.Laki-laki shalat berjamaah di masjid dan perempuan shalat berjamaah di rumah
dengan ibunya.

2. Pentingnya Shalat

‫َو ٱۡس َتِع يُنوْا ِبٱلَّص ۡب ِر َو ٱلَّص َلٰو ِۚة َو ِإَّنَها َلَك ِبيَر ٌة ِإاَّل َع َلى ٱۡل َٰخ ِشِع يَن‬
45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

Shalat sangat penting bagian seorang muslim, dari mulai anak-anak sampai tua, dari yang
sudah menikah ataupun yang belum menikah. Untuk yang sudah menikah, atau berkeluarga,
shalat ini menjadi satu tolak ukur bagaimana keluarga ini akan terbentuk. Terutama seorang
suami sebagai pemimpi, sebagai nakhoda yang akan membawa pasukan atau perahu dalam
menentukan tujuannya. Ketika seorang suami taat kepada Allah , maka pasukannya pun, yaitu
istri dan keturunannya akan ada dalam tuntunan untuk menuju kepada Allah .

Ada 5 urgensi pentingnya keluarga dalam mendirikan shalat, diantaranya:

- Pembeda muslim dan kafir

- Amalan yang pertama kali diperiksa di akhirat

- Shalat bisa menyelamatkan orang-orang yang senantiasa mengerjakannya

- Amalan yang paling dicintai Allah 

- Penghapus dosa-dosa

3. DO’A
1. Pengertian Do’a
Menurut kitab al-Tsamâr al-Yâni‟ah syarah al-Riyâdl alBadî‟ah yang dikemukakan oleh
syekh al nawawi al bantani.Doa dalam bahasa arab, berasal dari kata ( ‫َيْد ُعو –َدَعا‬- ‫ ) َد ْع َو ة‬yang
17

bererti, memanggil, memohon atau meminta. Orang yang berdoa artinya orang yang mengajukan
permohonan kepada Allah tentang kebaikan diri, keluarga dan harta benda,urusan dunia, agama
dan akhirat. Meminta turunnya rahmat dan terhindar dari bencana. Syekh Nawawi menjelaskan
bahwa ajaran Islam menganjurkan agar manusia selalu berdo‟a kepada Allah, karena dengan
do‟a hati akan menjadi tenang dan damai (Tathmainnul Qulb). Dengan metode do‟a, segala
persoalan-persoalan duniawi disandarkan kepada Allah dzat yang mengatasi segalanya.

Islam mengajarkan kita untuk berdo‟a kepada Allah SWT, karena do‟a dapat
memberikan kontribusi yang besar dan dapat mengandung tiga gerakan, yaitu badan (al-
riyadiyah), hati (al-qalbiyah), dan jiwa (al-nafsiyah). Do’a merupakan cara pelegaan batin yang
dapat mengembalikan kedamaian pada dirinya sehingga persoalan-persoalan hidup dapat
terselesaikan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Pentingnya Do’a
‫ًۚة‬
‫ٱۡد ُع وْا َر َّبُك ۡم َتَض ُّر ٗع ا َو ُخ ۡف َي ِإَّن ۥُه اَل ُيِح ُّب ٱۡل ُم ۡع َت ِد يَن َو اَل ُتۡف ِس ُد وْا ِفي ٱَأۡلۡر ِض َبۡع َد ِإۡص َٰل ِحَها َو ٱۡد ُع وُه‬
‫ب ِّم َن ٱۡل ُم ۡح ِسِنيَن‬ٞ‫َخۡو ٗف ا َو َطَم ًع ۚا ِإَّن َر ۡح َم َت ٱِهَّلل َقِر ي‬
55. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

56. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dalam islam, do’a adalah senjata. Begitupun dalam kehidupan keluarga, do’a menjadi
satu senjata yang mana ketika dalam keadaan sulit, do’a ini yang akan mengahantarkan pada satu
jalan keluar dari Allah yang akan menjadikan seseorang menjadi ahli syukur. Untuk yang Allah
berikan kemudahan, do’a ini juga menjadi senjata untuk menghalangi seseorang dari kekufuran
atas segala ni’mat dari Allah.

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, semua manusia sangat ingin sekali merasakan
kebahagiaan, Tak ada duka dan derita. Namun, pada kenyataannya hidup itu tidak semudah yang
kita bayangkan. Kadang gembira, kemudian ditimpa kesedihan. Kadang berada dalam
kemudahan dan kadangberada dalam kesulitan.Tatkala manusia berada di dalam kesulitan,
18

seringkali kita mendapati manusia berkeluh kesah kepada manusia yang lainnya agar bisa
mengatasi apa yang menjadi permasalahan hidupnya, meminta-minta dan merendahkan dirinya
di hadapan manusia agar dapat membantunya.

Sebagai keluarga kita jangan sampai menggantungkan sesuatu kepada makhluk, manusia
yang lainnya hanyalah sebagai jalan dari Allah untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan
kita. Ada beberapa hal yang menharuskan kenapa kita harus berdo’a ;

a. Manusia membutuhkan sandaran, yaitu kepada Allah penciptanya


b. Manusia tidak mampu menyandarkan urusannya sendirian
c. Manusia tidak ada yang tahu kehidupan di masa depan seperti apa
d. Do’a merupakan perintah dari Allah ta’ala.

Dalam kitab al-Tsamâr al-Yâni‟ah syarah al-Riyâdl al-Badî‟ah Syeh Nawawi Al-Bantani
terdapat beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat berdo’a. Di antaranya sebagai berikut:

a. Hendaknya kita hanya meminta kepada Allah swt, tidak mempersekutukanNya dengan
siapapun.

Anjuran dari (QS. Al-Fatihah : 5)

b. Hendaknya kita semakin banyak melaksanakan berbagai perintah Allah berlandaskan iman
kepada-Nya, serta dengan jalan menghidupkan berbagai sunnah Rasulullah saw.

Anjuran dari (QS. Al-Baqarah : 186) dan (QS. Al-Imran : 31)

c. Hendaknya isi redaksi do‟a tidak hanya mencakup urusan dunia semata, melainkan mencakup
urusan dunia dan akhirat sekaligus.

Anjuran dari (QS. Al-Baqarah : 200-202) dan (QS Asy-Syuaro : 20)

d. Hendaknya do‟a disampaikan dengan “merendahkan diri” dan “suara yang lembut”.

Anjuran dari (QS Al-A‟raf 55)


19

e. Hendaknya pada saat berdo‟a memadukan di dalam jiwa perasaan “berharap” dan “takut”.
Berharap kepada Allah swt agar do‟a tersebut dikabulkanNya, dan cemas kalau-kalau do‟a kita
tidak dikabulkan, bahkan tidak didengarNya.

Anjuran dari (QS Al-A‟raf 56)

f. Hendaknya kita meyakini bahwa do’a kita pasti InsyaAllah dikabulkanNya. Cepat ataupun
lambat. Di dunia ini maupun di akhirat kelak nanti. Yang penting kita tidak memaksa atau
“mendikte” Allah swt, suatu hal yang memang mustahil.

Anjuran dari (QS. Al-Mukmin : 60)

Do’a menjadi hal yang penting bagi sebuah keluarga, do’a adalah bukti penghambaan seorang
keluarga kepada Rab-nya. Do’a menjadi pengingat bahwa keluarga yang dibina adalah atas
takdir dari Allah, sehingga dia memperoleh kebahagiaan melalui keluarga. Sebagai seorang
muslim, kita hendak senantiasa berdo’a. Bahkan Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan kita tuntunan
dengan memberikan contoh dari hal terkecil untuk senantiasa berdo’a. Berikut contoh-contoh
do’a dalam keseharian untuk lingkungan keluarga dari hal yang terkecil.

a. Doa Sebelum Makan

‫َالَّلُه َّم َباِر ْك َلَنا ِفْيَم ا َر َز ْقَتَنا َو ِقَنا َعَذ اَب الَّناِر‬

Artinya : “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air ini (minuman) segar dan
menggiatkan dengan rahmat-Nya dan tidak menjadikan air ini (minuman) asin lagi pahit karena
dosa-dosa kami”.

b. Do‟a Sesudah Makan

‫ِلِم‬ ‫ِهلل َّلِذ‬


‫َاْلَحْم ُد ِ ا ْى َاْطَعَم َنا َو َس َق اَنا َو َجَعَلَنا ُمْس ْيَن‬

Artinya : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan kami dan minuman kami, serta
menjadikan kami sebagai orang-orang islam”
20

c. Do‟a Masuk Rumah

‫ ُثَّم ِل ِّل َعَلى َأْه ِلِه‬،‫ َعَلى ِّبَنا َّك ْلَنا‬،‫ ِب ِم اِهلل َخ َنا‬،‫ِب ِم اِهلل َل َنا‬
‫ُيَس ْم‬ ‫َر ْج َو َر َتَو‬ ‫َو ْج َو ْس‬ ‫ْس‬

Artinya : “Dengan nama Allah, kami masuk (ke rumah), dengan nama Allah, kami keluar
(darinya) dan kepada Tuhan kami, kami bertawakkal”.

d. Do‟a Keluar Rumah

‫ اَل َل اَل َّو َة ِإاَّل ِباِهلل‬،‫ِب ِم اِهلل َّك ْلُت َعَلى اِهلل‬
‫َحْو َو ُق‬ ‫َتَو‬ ‫ْس‬

Artinya : “Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali
dengan Allah.”.

e. Do‟a Masuk Wc Toilet

‫ الَّلُه َّم ِإِّني َأُعوُذ ِبَك ِم اْلُخ ِث اْلَخ اِئِث‬،‫ِب ِم اِهلل‬


‫َن ُب َو َب‬ ‫ْس‬

Artinya : “Dengan menyebut nama Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah dari jin
laki-laki dan jin perempuan.”

f. do’a keluar kamar mandi

‫ُغْف َر اَنَك‬

Artinya, “Ya Allah, hamba memohon ampunan Mu.”


KESIMPULAN
Keluarga adalah bagian dari dakwah Islam, karena berkeluarga adalah anjuran dalam agama
untuk melestarikan kehidupan, untuk menjadi bagian dari khalifah dimuka bumi ini. Keluarga

yang baik, adalah keluarga yang senantiasa ada dalam rahmat dan berkah dari Allah . Untuk

menjadi keluarga yang penuh rahmat dan berkah dari Allah  adalah dengan mendekatkan diri

kepada Allah . Cara untuk mendekatkan diri kepada Allah  adalah dengan berdzikir, shalat

dan berdo’a kepada Allah .


Seorang yang belum menikah, kalau dia ahli dzikir, shalat dan do’a, maka akan mendapatkan
jodoh yang terbaik dari Allah , seorang calon ibu yang sedang mengandung yang ahli dzikir,
shalat dan do’a, maka insyaAllah akan melahirkan keturunan yang sdoleh dan sholehah, karena
ketika mengandung penuh dengan dzikir, shalat dan do’a.

Dzikir, shalat dan do’a dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting dan harus dijalankan
oleh anggota keluarga, karena dapat menjadi jalan untuk menjauhkan setiap anggota keluarga
dari api neraka.

21
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. Paradigma Psikologi Islami, Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur`an. 2 ed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah. Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.

Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling Perspektif Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo.

Riyadi, Agus, Zikir dalam al-qur’an sebagai terapi psikoneurotik (analisis terhadap fungsi
bimbingan dan konseling islam, Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling Islam 4, no. 1,
2014: 53–70. doi.org/10.21043/kr.v4i1.1070.

Ibnu Mandzur, Lisanul Arab. 2 ed. 4 vol. Beirut Lebanon: Dar al-Kotob Al-Ilmiyah, 2010.

Al Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, tt. 2007

Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat “Dimensi Esoteris Ajaran Islam”, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2012.

Muhammad Munawwar, Kholil, Faidul Illah fi Fadli Dizkri Allah. Gresik: PP Daruttaqwa, 2011.

Ismail bin Umar, Damasqy. Tafsir Ibnu Katsir. 3 ed. 4 vol. Beirut Lebanon: Dar Al-Kotob Al-
Ilmiyah, 2010

Rahman, Ritonga dan Zainuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta : Gaya Media Pratama. 2002.

Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999. Akhdhiyat, Beni Ahmad Saebani
dan Hendra. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Fatimah, Muhammad Zairul Haq dan Sekar Dina. Cara Jitu Mendidik Anak agar saleh dan
shaleha, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2015.

al-Hasyimi, Muhammad Ali. Jati Diri Wanita Muslimah, Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1997.
Hafsah. Fiqih, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2011. Lestari, Sri. Psikologi Keluarga:
Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga, Jakarta: Kencana, 2012.

Munir, Samsul. Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami, Jakarta: Amzah, 2007. Mulia,
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah. Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam Islam, Bogor:
Kencana, 2003.
23

Masganti. Psikologi Agama, Medan: Perdana Publishing, 2011. Purwanto, M. Ngalim. Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Rajawali, 2010. Syafaruddin. Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta: Hijri Pustaka Umum, 2006. Syahraini. Pendidikan Komunikasi Islam: Pemberdayaan
Keluarga Membentuk Kepribadian Anak, Jakarta: Kalam Mulia, 2013.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.

Rifa’i, M. (2012). Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Arif, Armai, 2002, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:Ciputat Pers.
Barokah Wulandari, 2007, Hubungan Antara Keaktifan Shalat Berjamaah Dengan Kedisiplinan
Mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar Siswa Kelas XI di SMA Muhammadiyah Bantul,
Yogyakarata: Fakultas Tarbiyah.

Basyir, Ahmad Azhar dan Fauzi Rahman, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi,
Yogyakarta:Titian Ilahi Press, 1994.

Casmini, pola asuh orang tua dalam persepektif Islam, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, 2003.

Ummi, Cara Jitu Memotivasi Anak Agar Rajin Shalat, https://www.ummionline.com/


inilahbeberapa-cara-jitu-untuk-memotivasi-anak-agar-rajinsholat/ Di akses 18 Mei 2021, Pukul:
22: 30 WIB.

Ustadz Mida, Cara Melatih Dan Mengenalkan Sholat Anak Sejak Usia Dini,
www.hambaallah.net/2016/08/cara-melatih-dan-mengenalkansholat.html?m=1, Di akses 18 Mei
2021, Pukul: 22:10 WIB.

Anda mungkin juga menyukai