Anda di halaman 1dari 19

ISLAM, KELUARGA DAN MASYARAKAT

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

Nama Anggota Kelompok :


1. Rizza Ummami
NPM : 1819. 01. 006
2. Yunis Setya Ardilia
NPM : 2122.01.015

Dosen Pengampu :
Inti Ulfi Sholichah, MH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI TANGERANG

i
2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Islam, Keluarga dan Masyarakat” guna memenuhi
sebagian tugas pada mata kuliah metodologi studi Islam Sekolah Tinggi
Binamadani Tangerang.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurah dan terlimpahkan ke pusara
baginda Rasulullah Muhammad SAW. kepada keluarganya dan sahabatnya, serta
para pengikutnya yang setia menjalankan sunah-sunahnya.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga
dalam menyelesaikan makalah ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu
Inti Nursholichah, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah metodologi studi
Islam.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis juga bagi para pembaca, aamiin.

Tangerang, Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Judul ...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4
A. Pengertian Keluarga..........................................................................................4
B. Pengertian Masyarakat.....................................................................................7
C. Peran Keluarga dalam Islam............................................................................9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................15
PENUTUP....................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hidup berkeluarga adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada
manusia. Karena itu, orang yang berakal dan sehat tentu mendambakan
keluarga bahagia, sejahtera dan damai. Rumah tangga yang bahagia adalah
rumah tangga di mana seluruh anggota keluarga tidak selalu mengalami
keresahan yang menggoncang sendi-sendi keluarga. Rumah tangga sejahtera
adalah rumah tangga yang dapat dipenuhi kebutuhan hidupnya, baik lahir
maupun batin menurut tingkat sosialnya. Rumah tangga yang damai adalah
rumah tangga di mana para anggota keluarganya senantiasa damai tenteram
dalam suasana kedamaian dan bebas dari percekcokan dan pertengkaran.
Sedangkan rumah tangga yang langgeng (kekal) adalah rumah tangga yang
terjalin kokoh dan tidak terjadi perceraian selama kehidupannya.1
Dari gambaran keluarga yang ideal di atas, jelas bahwa keluarga
merupakan ikatan batin yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang antara
suami dan istri dan berikut kekerabatan keluarga. Dalam Al-Qur’an, keluarga
yang dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang tersebut disebut dengan
keluarga “sakinah” yang berarti ketenangan dan kebersamaan serta
ketentraman jiwa.
Masyarakat Islam ideal dalam persfektif al-Quran adalah sebuah
masyarakat yang ditopang oleh keimanan yang kokoh kepada Allah Swt. Hal
tersebut antara lain disebutkan dalam Quran surat Ali Imran ayat 110 berikut:

1
Dedi Junaidi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut AlQuran dan As-
Sunah, (Jakarta: Akademika Pressindo 2002) hlm 15.

1
‫هّٰلل‬
ِ ‫ ُل ْال ِك ٰت‬C ‫وْ ٰا َمنَ اَ ْه‬CCَ‫ف َوتَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِا ِ ۗ َول‬
‫ب‬ ِ ْ‫اس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
َ‫لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن‬

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu
menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada
yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”

Dalam penjelasan ayat ini, bahwa kalian merupakan umat yang paling
terbaik di alam wujud sekarang, karena kalian adalah orang-orang yang
melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Kalian adalah orang yang beriman
secara benar yang bekasnya nampak pada jiwa kalian, sehingga terhindar dari
kejahatan dan kerusakan. Gambaran sifat ini memang cocok dengan keadaan
orang-orang yang mendapatkan khitbah ayat ini pada masa permulan. Mereka
adalah Nabi Saw dan para sahabat yang bersama beliau sewaktu al-Quran
diturunkan. Pada masa sebelumnya mereka adalah orang-orang yang saling
bermusuhan, kemudian hati mereka dirukunkan. Mereka berpegang teguh pada
tali (agama) Allah, melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, orang-orang
lemah diantara mereka tidak takut terhadap orang-orang kuat dan kecil juga
tidak takut terhadap yang besar. Karena iman telah meresap kedalam kalbu dan
perasaan meraka, sehingga bisa ditundukkan untuk mencapai tujan Nabi Saw
di segala keadaan dan kondisi.
Agama salah satunya berfungsi adalah untuk meningkatkan persamaan
diantara manusia sebagai landasan persahabatan, tolong menolong dan
persaudaraan. Perbedaan tidak akan menjadi persoalan apabila kesemuanya
mengacu pada nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu dalam masyarakat perlu
adanya kelompok yang melembaga dan berorientasi pada nilai-nilai keumatan .
Kelembagaan itu bisa merupakan organisasi yang mewakili kepentingan
bersama. Setiap individu dapat membantu terciptanya kepentingan umum yaitu

2
apabila mereka bertaqwa. Orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu
cenderung mendekat pada yang ma’ruf dan menjauhi dari munkar atas dasar
kesadaran dan bukan paksaan dari luar.
Dengan demikian kedatangan Islam dengan al-Quran sebagai kitab
sucinya selain mengembalikan bangsa yang terpecah kepada kepercayaan yang
murni atau hanif sesuai dengan fitrah kejadian manusia yang paling dasar dan
juga mengandung misi mempersatukan individu-individu dalam satuan
masyarakat yang lebih besar yang disebut dengan ummatan wahidah, yaitu
suatu umat yang bersatu berdasarkan iman kepada Allah dan mengacu pada
nilai-nilai kebajikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian keluarga dan masyarakat ?
2. Bagaimana peran keluarga dan masyarakat dalam Islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian keluarga dan masyarakat
2. Untuk mengetahui peran keluarga dan masyarakat dalam Islam

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan salah satu pranata yang penting dalam kehidupan
manusia. Melalui pranata keluarga maka seorang laki-laki dan perempuan
memiliki hak yang sah untuk berhubungan seksual, prokreasi dan pengasuhan
anak, mengorganisasi kerja dalam rumah tangga, dan pengalihan hak milik
serta bentuk-bentuk pewarisan lainnya.2
Keluarga juga merupakan sebuah lembaga sosial yang paling fundamental
di dalam masyarakat. Terdapat macam-macam definsi tentang keluarga.
Mislanya keluarga dipahami sebagai pertama, satu kelompok yang memiliki
nenek moyang yang sama; kedua, suatu kelompok kekerabatan yang diikat
oleh darah dan pernikahan; ketiga, pasangan pernikahan dengan atau tanpa
anak; dan keempat, suatu kelompok kekerabatan yang menyelenggarakan
pemeliharan anak dan kebutuhan tertentu manusia lainnya.3
Menurut Ulfatmi, keluarga merupakan suatu unit yang terdiri dari
beberapa orang yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan
tertentu. Keluarga itu dibina oleh sepasang manusia yang telah sepakat untuk
mengarungi hidup bersama dengan tulus dan setia, didasari keyakinan yang
dikukuhkan melalui pernikahan, dipateri dengan kasih sayang, yang bertujuan
untuk saling melengkapi dan meningkatkan diri dalam menuju ridha Allah

2
Kustini, “Pengantar Editor”, Keluarga Harmoni, Cet. 1..., hlm. xix
3
Ida Rosyidah dan Siti Napsiyah, “Keluarga Harmoni dalam Perspektif Berbagai Komunitas
Agama di Kepulauan Seribu”, Keluarga Harmoni dalam Perspektif Berbagai Komunitas Agama,
Cet. 1, Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Nopember 2011, hlm. 13

4
SWT.4
Menurut Husein, keluarga adalah sebuah lembaga yang dimaksudkan
sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan yang tenteram, aman, damai,
dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara mereka yang ada
di dalamnya. Seorang suami dan istri seharusnya dapat menemukan ketenangan
jiwa, kepuasan batin, serta cinta dalam rumahnya.5
Melihat pengertian diatas, nampaknya para ahli ada yang menerjemahkan
keluarga dalam arti sempit dan ada yang menerjemahkannya dalam arti luas.
Dalam arti sempit, pengertian keluarga didasarkan pada hubungan darah yang
terdiri atas ayah, ibu dan anak, yang disebut dengan keluarga inti. Sedangkan
dalam arti yang luas, semua pihak yang ada hubungan darah sehingga tampil
sebagai marga atau klan yang dalam berbagai budaya, yang setiap orangnya
memiliki nama kecil dan nama keluarga atau marga. Sementara itu, keluarga
dalam hubungan sosial tampil dalam berbagai jenis, ada yang dikaitkan dengan
wilayah geografis dari mana mereka berasal, ada yang dikaitkan dengan
silsilah, lingkungan kerja, mata pencaharian, profesi dan sebagainya.6
Islam memandang keluarga sebagai tempat fitrah yang sesuai dengan
keinginan Allah bagi kehidupan manusia sejak keberadaan khalifah,
sebagaimana firman Allah swt :
‫ ٍل‬C‫لِّ اَ َج‬CC‫ا ِ ْذ ِن هّٰللا ِ ۗلِ ُك‬Cِ‫ ٍة اِاَّل ب‬Cَ‫وْ ٍل اَ ْن يَّْأتِ َي بِ ٰاي‬C‫ك َو َج َع ْلنَا لَهُ ْم اَ ْز َواجًا َّو ُذ ِّريَّةً َۗو َما َكانَ لِ َر ُس‬
َ ِ‫َولَقَ ْد اَرْ َس ْلنَا ُر ُساًل ِّم ْن قَ ْبل‬
ٌ‫ِكتَاب‬
“Sungguh Kami benar-benar telah mengutus para rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad)
dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak mungkin bagi seorang rasul
mendatangkan sesuatu bukti (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada
ketentuannya.”
Sehingga bisa dikatakan Islam mendorong umatnya untuk membentuk
4
Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam, (Jakarta:Kementerian Agama RI, 2011),
hlm. 19
5
Husein Muhammad, Fiqih Perempuan: Reflek Sikiat Atas Wacana Agama dan Gender ,
(Yogyakart: LkiS, 2001), hlm. 121
6
Ulfatmi, Keluarga Sakinah..., hlm. 20

5
sebuah keluarga. Islam mengajak manusia untuk hidup dalam naungan
keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang
menjadi pemenuhan keinginan tanpa menghilangkan kebutuhannya. Manusia
secara individu tidak dapat melakukan segalanya secara sendiri, sehingga
dengan adanya keluarga ia mampu memenuhi segala kebutuhannya. Fitrah
kebutuhan manusia mengajaknya untuk berkeluarga sehingga mencapai
kerindangan dalam tabiat kehidupannya.
Agama Islam telah sedemikian rupa memberikan pengarahan yang
mendidik sambil merumuskan prinsip legislasi hukum keluarga yang menjamin
keberadaannya diatas landasan yang sehat, yang mengangkat harkat,
mengeratkan tali-tali hubungan antara anggotanya, menyokong eksistensinya
dan mengamankan kelangsungan hiduDalam pendekatan Islam, keluarga
adalah basis utama yang menjadi pondasi bangunan yang kuat dari sebuah
komunitas dan masyarakat Islam. Sehingga keluarga pun berhak mendapatkan
lingkupan perhatian dan perawatan yang signifikan dari al-Qur‟an. Dalam al-
Qur‟an pun terdapat banyak penjelasan yang memaparkan bagaimana caranya
untuk menata keluarga, melindungi, dan membersihkannya dari hal-hal
tercela.7
Keluarga juga merupakan tempat pengasuhan alami yang melindungi serta
merawat anak mulai dari awal ia tumbuh, serta mengembangkan fisik, akal,
dan spiritualitasnya. Dalam naungan keluarga, perasaan cinta, empati dan
solidaritas berpadu dan menyatu dalam anggota-anggota di dalamnya. Anak-
anak pun akan bertabiat dengan tabiat yang biasa ia lekati sepanjang hidupnya.
Lalu dengan petunjuk dan arahan dari keluarga, anak-anak mampu
menyongsong hidup, memahami makna-makna dari kehidupan dan tujuan-
tujuannya, serta mengetahui bagaimana berinteraksi dengan makhluk hidup.

7
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun
Keluarga Qur’ani: Panduan Untuk Wanita Muslimah, (Jakarta: AMZAH, 2005), hlm. 3

6
B. Pengertian Masyarakat
Secara etimologis, kata “masyarakat” berasal dari bahasa Arab
“syarikat” kata ini dipakai dalam bahasa Indonesia atau Malaysia. Dalam
bahasa Malaysia tetap dalam ejaan aslinya “syarikat” dalam bahasa Indonesia
menjadi “serikat”8 Dalam kata ini tersimpul unsur-unsur pengertian,
behubungan dengan pembentukan suatu kelompok atau golongan atau
kumpulan. Kata masyarakat hanya terpakai dalam kedua bahasa tersebut untuk
menamakan pergaulan hidup.
Dalam bahasa Inggris, pergaulan hidup yang disebut “social” (sosial),
hal ini ditujukan dalam pergaulan hidup kelompok manusia terutama dalam
kelompok kehidupan masyarakat teratur. Ia mengandung arti mempertahankan
hubungan-hubungan teratur antara seseorang dengan orang lain. Salah satu
cabang ilmu tentang sosial adalah masyarakat disebut sosiologis.
Sidi Gazalba mengutip defenisi dari Linton, masyarakat adalah
sekelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerja, sehingga mereka
dapat mengorganisasikandirinya dan mengenai dirinya sebagai kesatuan sosial
yang mempunya batas-batas tertentu.9 Dilihat dari defenisi diatas, maka
masyarakat timbul dari setiap kumpulan individu yang telah cukup lama dalam
kelompok yang dimaksud diatas, yang belum terorganisasi mengalami proses
yang fundamental yaitu adaptasi dan organisasi dari tingkah laku para anggota
dan timbulnya perasaan kelompok secara berat.
Dari uraian tersebut ini, dapat dilihat bahwa masyarakat dapat
mempunyai arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas bahwa masyarakat yang
dimaksud adalah keseluruhan hubungan dalam hidup bersama tidak dibatasi
8
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan sosiografi, (Jakarta: Mizan, tt), hal 15.
9
Sidi Gazalba, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan sosiografi, (Jakarta: Mizan, tt), hal. 5

7
oleh lingkungan, bangsa dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain arti
kebulatan dari sebuah hubungan dalam hidup masyarakat. Sedangkan dalam
arti sempit, masyarakat adalah kelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-
aspek tertentu, misalanya; teritorial, bangsa, golongan dan lain sebagainya.
Menurut Murtadha Muntahhari, yang dimaksud dengan masyarakat
adalah sekelompok manusia yang dibawa tekanan serangkaian kebutuhan
dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan tersatukan dan
terlebur dalam rangkaian kehidupan bersama.10
Begitu pula menurut Hasan Shadaly yang dikutip oleh Abu Ahmadi
mentebutkan bahwa yang disebut masyarakat adalah golongan besar atau kecil
dari beberapa manusia yang dengan sendirinya bertalian secara golongan dan
mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.11
Berdasar defenisi diatas, maka dapat diambil suatu pemahaman bahwa
yang dinamakan masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup
lama tinggal di suatu tempat atau didaerah tertentu dengan mempunyai aturan
tertentu tentang tata cara hidup mereka menuju satu tujuan yang sama. Dengan
demikian dapat ditarik pengertian bahwa rumusan tentang masyarakat yaitu:
1. Adanya sekelompok (sekumpulan) manusia dan merupakan sekelompok
binatang yang banyak jumlahnya.
2. Adanya perturan atau undang-undang yang mengatur mereka bersamasama
menuju pada cita-cita yang sama.
3. Bertempat tinggal didaerah tertentu dan telah berjalan cukup lama.

10
Murtadha Muntahhari, Masyarakat Dan Sejarah, (Bandung: Mizan, tt), 15
11
Abu Ahmadi, Sosiologi, (Surabaya: Bina Ilmu, 1985), 31

8
C. Peran Keluarga dalam Islam
Melihat unsur-unsur yang terkandung dalam keluarga, maka keluarga
memiliki beberapa peran, diantaranya yaitu:
1. Peran Religius
Keluarga berperan religius artinya keluarga berkewajiban dalam
memperkenalkan dan mengajak anaknya serta anggota keluarga lainnya
untuk hidup beragama sesuai keyakinan yang dianut. Disini peran orang
tua sangat penting, karena sebagai orang pertama yang melakukan
kontak langsung dengan anak-anaknya, orangtua wajib menanamkan
nilai-nilai agama kepada anak-anak mereka sejak kecil untuk bekal
dalam kehidupannya kelak. Islam pun menegaskan bahwa manusia
hidup bukan hanya di dunia ini saja, namun mereka juga akan menjalani
kehidupan lain setelah meninggalkan dunia ini. Sehingga bekal agama
yang mereka dapat dari orang tuanya ini akan mampu menuntun mereka
menjalani hidup yang lebih baik saat ini sehingga mereka tidak
menyesal di kemudian hari.
Melalui keluarga pula, nilai-nilai agama diteruskan kepada anak
cucu, karena kedua orang tua amat besar peranannya dalam pendidikan
anak, sampai Rasul saw menegaskan :

“Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka
kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat
darinya buntung (pada telinga)?”

Kedua orangtuanya pula yang mengukuhkan fitrah

9
tersebut, sehingga tampak secara aktual dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, untuk suksesnya fungsi ini, agama
menuntut persamaan keyakinan suami istri, dan atas dasar ini
pula Nabi saw mengingatkan agar umatnya memiliki pasangan
yang baik agamanya.12
2. Peran Biologis
Kebutuhan seks merupakan salah satu kebutuhan biologis
manusia. Dorongan seksual ini apabila tidak tersalurkan
sebagaimana mestinya akan menimbulkan perzinahan yang
menimbulkan dampak negatif bagi yang melakukannya. Islam
sendiri sangat mengecam pada orang-orang yang berbuat zina.
Sehingga dengan adanya keluarga mereka dapat menyalurkan
kebutuhannya tersebut. Islam terbukti paling tahu dengan seluk
beluk manusia dan paling bijak dalam menanganinya, tatkala
diberikan keleluasaan bagi manusia untuk menjalankan aktivitas
seksual mereka dalam batas-batas legal dengan cara
berkeluarga.13
3. Peran Edukasi
Jika manusia menuntut memiliki keturunan, maka ia harus
siap menyediakan fasilitas pendidikan dan pengembangan diri
bagi anak, sebab keluarga merupakan lingkungan pendidikan
yang pertama dan utama bagi anak. Iklim lingkungan keluarga,
sikap dan kebiasaan hidup semua anggota keluarga,
keberagamaan dalam keluarga akan memberikan kontribusi yang
besar bagi pembentukan kepribadian anak kelak.14 Ini merupakan
tanggung jawab orang tua untuk selalu mendidik anak-anak
12
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an...,hlm. 203
13
Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam..., hlm. 21
14
Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam..., hlm. 21

10
mereka yang harus dilakukan sampai anak-anak mereka tumbuh
dewasa dan mampu menyongsong hidup di tengah masyarakat
sebagai orang yang siap bekerja dan memberi manfaat bagi orang
lain.
Keluarga dalam hal ini adalah satu-satunya lingkungan
yang mampu mendidik anak-anak menjadi sosok muslim yang
saleh. Keluarga adalah lahan istimewa untuk menanamkan rasa
cinta kepada Allah dan Rasul, juga perasaan cinta kasih dan
gotong royong. Dari keluarga yang saleh inilah kelak akan
terbangun sebuah masyarakat muslim yang bersolidaritas dan
berlandaskan cinta yang melenyapkan segala faktor pemicu
konflik dan ketegangan.15
4. Peran Sosialisasi
Jika Islam bertujuan membangun masyarakat yang kuat
dan rekat solidaritasnya, disinilah keluarga memiliki peran yang
besar dalam mewujudkan tujuan ini, karena secara teknis
keluarga membentuk dan mengembangkan hubungan sosial baru
melalui garis nasab dan pernikahan.16 Hal ini sebagaimana firman
Allah swt:
ِ ‫ق ِمنَ ْال َم ۤا ِء بَ َشرًا فَ َج َعلَهٗ نَ َسبًا َّو‬
‫ص ْهر ًۗا َو َكانَ َربُّكَ قَ ِد ْيرًا‬ َ َ‫َوهُ َو الَّ ِذيْ َخل‬
“Dialah (pula) yang menciptakan manusia dari air (mani). Lalu, Dia menjadikannya
(manusia itu mempunyai) keturunan dan muṣāharah (persemendaan).Tuhanmu adalah
Mahakuasa. “

Ada dan terlaksananya fungsi sosialisasi di dalam


keluarga, diharapkan dapat menjadi upaya dalam membantu anak

15
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun
Keluarga Qur’ani..., hlm. 20
16
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal, Membangun
Keluarga Qur’ani..., hlm. 20

11
mempersiapkan dirinya menjadi anggota masyarakat. Istilah
sosialisasi ini tidak diartikan sebagai peleburan anak ke dalam
nila-nilai sosial begitu saja, melainkan lebih dalam arti membantu
anak mempersiapkan diri agar dapat menempatkan dirinya
sebagai pribadi yang kokoh dalam masyarakatnya dan mampu
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat secara konstruktif.17
5. Peran Perlindungan dan Pemeliharaan
Adanya peran perlindungan dan pemeliharaan ini, berarti
bahwa semua anggota keluarga merasa nyaman, tenang dan
damai berada di tengah-tengah keluarganya. Bukan yang terjadi
malah sebaliknya, dimana istri atau suami dan anak merasa takut,
tertekan dan tidak senang saat berkumpul bersama keluarganya.
Perlindungan yang diberikan terhadap semua anggota keluarga
tersebut adalah perlindungan fisik, ekonomi, jasmani dan rohani.
Perlindungan yang diberikan terhadap anggota keluarga ini
haruslah secara proposional dan wajar. Sebab jika perlindungan
yang diberikan terlalu berlebihan akan berakibat negatif kepada
yang bersangkutan baik terhadap orang tua, maupun anak yang
pada akhirnya menimbulkan kesulitan psikologi.18 Allah SWT
berfirman:
ۗ ‫ه َُّن لِبَاسٌ لَّ ُك ْم َواَ ْنتُ ْم لِبَاسٌ لَّه َُّن‬
“Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka.”
Perisai yang dipakai dalam peperangan memberi rasa
aman. Pakaian tebal memberi kehangatan, sebaliknya bila gerah,
dengan pakaian lembut dan halus kegerahan dikurangi. Jika
demikian halnya, pakaian dan masing-masing pasangan dinamai

17
Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam..., hlm. 22
18
Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam..., hlm. 24

12
al-Qur‟an sebagai “pakaian”, maka tidak diragukan lagi bahwa
salah satu dari fungsi keluarga adalah untuk melindungi satu
sama lainnya.19
6. Peran Ekonomis
Keluarga merupakan suatu kesatuan ekonomis, dimana
fungsi keluarga disini meliputi pencarian nafkah,
perencanaannya, pembelanjaan dan pemanfaatannya. Posisi
suami di dalam keluarga memang bertanggung jawab dalam
menafkahi keluarga, sementara istri dan anak yang
memanfaatkannya. Istri juga berperan sebagai pengelola ekonomi
rumah tangga, yang mengatur belanja rumah tangga sesuai
dengan pengeluaran dan penghasilan secara baik.20
7. Peran Rekreasi
Rekreasi juga perlu terlaksana di dalam lingkungan
keluarga, namun jangan diartikan bahwa setiap hari harus selalu
ada pesta dalam keluarga. Ada begitu banyak ketegangan akibat
rutinitas pekerjaan dan kegiatan sehari-hari yang dialami oleh
seluruh anggota keluarga, sehingga masing-masing dari anggota
keluarga tersebut membutuhkan suasana yang santai dan nyaman
yang membuat mereka merasa tertekan.

D. Peran Masyarakat dalam Islam


Secara garis besar peningkatan “peran serta” masyarakat di dalam
pemberdayaan dan peningkatan pendidikan keagamaan dapat disusun sebagai
berikut :
1. Peningkatan dan peran serta terhadap masyarakat di dalam proses

19
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an..., hlm. 207
20
Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam..., hlm. 24

13
pemberdayaan managemen pendidikan yakni peningkatan dalam
pengembangan managemen lebih accountable, dari dalam segi pendanaan
maupun didalam organisasi yang ada dalam pendidikan itu sendiri. Melalui
peningkatan ini, sumber keuangan masyarakat harus dapat
dipertanggungjawabkan atau dikelola secara lebih efisien untuk
pemberdayaan pendidikan dan peningkatan kualitas pendidikan terutama
pendidikan Islam; begitu juga dari dalam sisi organisasi, sehingga pastinya
menjadi lebih visable dan durable di dalam menjadikan perubahan dan
tantangan zaman.
2. Peningkatan dan peran dalam masyarakat di dalam pengembangan
manajemen organisasi pendidikan yang berkualitas serta berkeunggulan,
yang terdapat pada saatnya akan menjadikan perkembangan madrasah dan
lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya menjadi “centers of exellence “
yang menghasilkan pendidik dengan berbagai berparadigma keilmuan
“komprehensif”, yakni pengetahuan secara umum dan pengetahuan
keagamaan, serta imtaq.
3. Peningkatan peran di masyarakat di dalam mengatur pengelolaan sumber
belajar yang lain yang dapat pada elompok masyarakat, sehingga dengan
system pendidikan keIslaman tidak terpisah, bahkan menjadi bagian integral
dari dalam masyarakat muslim secara keseluruhan.
Melalui pengembangan ini, madrasah atau perguruan lainnya dapat
menjadi “core’’ dari “learning society”, masyarakat belajar, yang gilirannya
membuat anak didik keluaran lembaga pendidikan Islam lebih berkualitas,
capable, fungsional dan integrated dengan masyarakat.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga dan masyarakat
saling erat kaitannya yang saling berhubungan seperti yang kita ketahui dari
individu membentuk kelurga yang merupakan kumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya
selalu ada hubungan darah yang memiliki banyak fungsi dan tugas anggota
keluarga ada dalam masyarakat sebagai makhluk sosial yang terbentuk dengan
sendirinya atau dibentuk dengan sengaja seperti hubungan kedunian atau
kepercayaan.

B. Saran
Dari penjelasan di atas mengenai keluarga dan masyarakat sebagai
mahkluk sosial sangat banyak hal yang perlu diperhatikan seperti pentingnya
keluarga perlu bermasyarakat oleh karena itu kita sebagai manusia harus saling
menjaga, mengerti dan harus lebih mementingkan kepentingan bersama, kita
juga melihat banyak kendala dalam bermasyarakat banyaknya masalah yang
ditimbulkan sehingga masyarakat dan pemerintah itu sendiri ikut berperan
dalam membantu agat terjadi kesenjangan terbentuknya kesejahteraan sosial.

15
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, Dedi. Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut


AlQuran dan As-Sunah, (Jakarta: Akademika Pressindo 2002)
Ida Rosyidah dan Siti Napsiyah, “Keluarga Harmoni dalam Perspektif Berbagai
Komunitas Agama di Kepulauan Seribu”, Puslitbang Kehidupan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Nopember 2011
Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam, (Jakarta:Kementerian
Agama RI, 2011)
Muhammad, Husein. Fiqih Perempuan: Reflek Sikiat Atas Wacana Agama dan
Gender , (Yogyakart: LkiS, 2001)
Mahmud Muhammad al-Jauhari dan Muhammad Abdul Hakim Khayyal,
Membangun Keluarga Qur’ani: Panduan Untuk Wanita Muslimah,
(Jakarta: AMZAH, 2005)
Gazalba, Sidi. Masyarakat Islam Pengantar Sosiologi dan sosiografi, (Jakarta:
Mizan, tt)
Muntahhari, Murtadha. Masyarakat Dan Sejarah, (Bandung: Mizan, tt)
Ahmadi, Abu. Sosiologi, (Surabaya: Bina Ilmu, 1985)

16

Anda mungkin juga menyukai