KELUARGA SAMARA
( SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH )
Di Susun Oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2018
Kata Pengantar
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar
Isi ..............................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ............................................................................................
....... 1
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................................
... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah ...................................... 3
2.2 Fungsi Keluarga Dalam
Islam ............................................................................ 4
2.3 Ciri-Ciri Keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah .......................................... 6
2.4 Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah ................................... 7
2.5 Ayat – Ayat Al-Quran Tentang Keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah ...... 9
Kesimpulan ......................................................................................................... 12
3.2
Saran .................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu kehidupan dapat dicapai dengan berbagai cara, antara
lain dengan pendidikan yang baik dan berkualitas dan penanaman nilai moral ke
dalam sikap dan prilaku individu. Dimana semua itu dapat dicapai dari sebuah
keluarga. Keluarga merupakan awal dari sebuah kehidupan. Dalam agamapun
islam mengajarkan untuk membentuk keluarga. Islam mengajak manusia untuk
hidup dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam
kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia tanpa
menghilangkan kebutuhannya. Dalam mewujudkan keluarga pun di capai dengan
melakukan apa yang di sebut dengan pernikahan atau perkawinan.
Terakhir adalah agama Islam, yang dengan sangat keras melarang dan
mengancam pelakunya. Hal ini di karenakan zina menyebabkan simpang siurnya
suatu keturunan, terjadinya kejahatan terhadap keturunan, dan juga yang akan
menyebabkan berantakannya sebuah keluarga, hingga tercerabutnya akar
kekeluargaan dengan menyebarnya penyakit menular, merajalelanya nafsu, dan
maraknya kebobrokan moral. Maha besar Allah swt.
A. Sakinah
Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat,
aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh
pembelaan. Penggunaan nama sakinah itu diambil dari penggalan al Qur’an surat
30:21
“Litaskunu ilaiha”
yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar
yang satu merasa tenteram terhadap yang lain. Jadi keluarga sakinah itu adalah
keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan,
ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya
dan dirahmati oleh Allah SWT.
B. Mawaddah
Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada
lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh
kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah
kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta
yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan,
bodi yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu
sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.
C. Warahmah
Wa artinya dan sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan,
anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat,
Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang
yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi
kepada yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana
batin yang terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih
sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang
terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan
pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah
dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah
SWT.
Dengan demikian keluarga sakinah mawadah warohmah adalah sebuah kondisi
sebuah keluarga yang sangat ideal yang terbntuk berlndaskan Al Qur’an dan
sunah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Keluarga sakinah akan
terwujud jika para anggota keluarga dapat memenuhi kewajiban-kewajibanya
terhadap allah, terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, terhadap masyarakat dan
terhadap lingkunganya,sesuai ajaran Al Qur’an dan Sunah Rasul.
Istri diwajibkan selalu ta’at pada suami kecuali dalam hal-hal yang
melarang aturan agama dan atau kesusilaan. Ini khususnya berlaku ketika
suami menyuruh istri untuk melaksanakan shalat, melakukan ibadah dan
melaksanakan kewajiban lain seperti memenuhi undangan, menutup aurat
dan lain sebagainya.
Adapun dalam hal-hal lain yang sifatnya relatif dan bisa dibincangkan
bersama, istri seharusnya selalu meminta pendapat suami setiap akan
membuat keputusan dan langkah dalam hidupnya, semisal terkait dengan
pekerjaan, karier, keluarga, pendidikan anak dan lain sebagainya.
Dengan demikian, kewajiban ta’at di sini tidaklah menggunakan
paradigma up dan down khususnya untuk hal-hal yang sifatnya optional,
akan tetapi lebih merupakan ajaran untuk melibatkan suami dalam
pengambilan keputusan-keputusan penting. Tentu saja dalam proses
semacam itu, baik suami maupun istri sama-sama menyuarakan
pendapatnya sehingga keputusan yang diambil dapat representatif dan
tidak merugikan pihak manapun.
Perintah untuk bermuka manis dan menyenangkan suami ini secara khusus
berkaitan dengan psikologi perempuan yang terkadang tidak stabil baik
karena faktor biologis maupun non-biologis. Untuk itu, seorang istri
diwajibkan dapat mengontrol dan mengelola emosinya sebaik mungkin
sehingga apapun yang ia rasakan, ia tetap bermuka manis dan berusaha
menyenangkan suami dengan berbagai cara.
Kategori bermuka manis dan menyenangkan suami ini tentu bisa berbeda
berdasarkan kebiasaan dan pola yang berjalan dalam sebuah rumah tangga.
Bagi keluarga A, misalnya menyenangkan suami dilakukan dengan
memasak makanan kesukaannya, sedang bagi keluarga B, menyenangkan
suami berarti mengajak suami liburan dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, sesuaikan prinsip ini dengan pola dalam keluarga Anda masing-
masing.
Allah Berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir”
Ulama tafsir menyatakan bahwa sakinah dalam ayat tersebut adalah
suasana damai yang melingkupi rumah tangga dimana masing-masing
pihak (suami-isteri) menjalankan perintah Allah SWT. dengan tekun,
saling menghormati, dan saling toleransi. Dari suasana as-sakinah tersebut
akan muncul rasa saling mengasihi dan menyayangi (al-mawaddah),
sehingga rasa bertanggung jawab kedua belah pihak semakin tinggi.
Sehingga ungkapan Rasulullah SAW. “Baitii jannatii”, rumahku adalah
surgaku, merupakan ungkapan tepat tentang bangunan rumah tangga/
keluarga ideal. Dimana dalam pembangunannya mesti dilandasi fondasi
kokoh berupa Iman, kelengkapan bangunan dengan Islam, dan pengisian
ruang kehidupannya dengan Ihsan, tanpa mengurangi kehirauan kepada
tuntutan kebutuhan hidup sebagaimana layaknya manusia tak lepas dari
hajat keduniaan, baik yang bersifat kebendaan maupun bukan.
Keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, merupakan suatu keluarga
dambaan bahkan merupakan tujuan dalam suatu perkawinan dan sakinah
itu didatangkan Allah SWT. Maka untuk mewujudkan keluarga sakinah
harus melalui usaha maksimal baik melalui usaha bathiniah (memohon
kepada Allah SWT.), maupun berusaha secara lahiriah (berusaha untuk
memenuhi ketentuan baik yang datangnya dari Allah SWT. dan Rasul-
Nya, maupun peraturan yang dibuat oleh para pemimpin dalam hal ini
pemerintah berupa peraturan dan perundang-undangan yang berlaku).
Selain fungsi sosial, fungsi ekonomi dalam berkeluarga juga akan nampak.
Mari kita simak hadist Rosul “Nikahilah wanita, karena ia akan
mendatangkan Maal” (HR. Abu Dawud, dari Urwah RA). Maksud dari
hadist tersebut adalah bahwa perkawinan merupakan sarana untuk
mendapatkan keberkahan, karena apabila kita bandingkan antara kehidupan
bujangan dengan yang telah berkeluarga, maka akan kita dapatkan bahwa
yang telah berkeluarga lebih hemat dan ekonomis dibandingkan dengan yang
bujangan. Selain itu orang yang telah berkeluarga lebih giat dalam mencari
nafkah karena perasaan bertanggung jawab pada keluarga daripada para
bujangan.
5. Menjaga Kesehatan
Ditinjau dari segi kesehatan, pernikahan berguna untuk memelihara para
pemuda dari kebiasaan onani yang banyak menguras tenaga, dan juga dapat
mencegah timbulnya penyakit kelamin.
1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah
Allah dan sunnah Rasulullah SWT.
2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya
dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.
3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan
nasabnya.
4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk
menghidari hubungan yang dilarang Allah SWT
5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan
dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi
keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan
sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang
mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya
serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario siksa api neraka.
6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan
ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami,
mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan ilmu pengetahuan,
mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan
keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya.
7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya,
saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi,
menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing,
saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens.
8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama
dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan.
9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah
bersama-sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir
miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah,
mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir
bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an, berziarah qubur,
menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan
Allah SWT. Dan lain-lain.
10. Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang
sakinah mawaddah wa rohmah.
11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi
diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan,
suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga
itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-
masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan
pada pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masing-masing anggota
keluarga.
12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah
keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-
cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu
amarahnya.
2. Mawadah
Dalam ayat Ar-Rum 21
Artinya : “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah/lebih baik oleh) orang-
orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan”.
Artinya : “Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah,
tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada mawadah antara kamu
dengan dia: “Wahai, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat
kemenangan yang besar (pula)” [An-Nissa 73].
Artinya : “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama
orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian
Muhammad shallallahu’alaihi wasalam )”
3. Warahmah
Dalam ayat diatas :
Rahmah adalah kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama karena ada
ikatan. Al-Qur’an menyebut hubungan darah ini al-arham,
Artinya : Orang-orang yang mempunyai al-arham (hubungan) itu sebagiannya
lebih berhak terhadap sebagiannya dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu [Al-Anfal 75]
“Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari
api Neraka.”
(At Tahrim : 6)
3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:
http://annajib.wordpress.com
http://teambulls.wordpress.com/2010/11/06/kewajiban-suami-
terhadap-istri-nas-al-quran-dan-hadis/
http://ade-jailani.blogspot.com/2012/02/konsep-keluarga-
menurul-islam.html
http://gusuwik.info/2009/03/11/training-keluarga-sakinah-
mawaddah-wa-rahmah-samara/
http://mujahid.wordpress.com/2006/11/02/sakinah-mawaddah-
wa-rahmah
http://sekteislam.wordpress.com/2013/03/04/keluarga-dalam-
islam/
http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-
agama-islam-membangun.html
http://www.ayahara.abatasa.com/post/detail/18305/7-larangan-
untuk-istri-
http://mewujudkan keluarga sakinah PENDIDIKAN ISLAM
UNTUK ANAK.blogspot.com