Anda di halaman 1dari 22

AGAMA ISLAM III

KELUARGA SAMARA
( SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH )

Di Susun Oleh :
Kelompok 2

1. Abdi Firdaus Zakiyuddin 21701051035


2. Nimas Atika Sekar Ningrum 21701051036
3. Yusuf Firman Nada 21701051037
4. Muhammad Ainur Rozi 21701051046
5. Sulaiman 21701051057
6. Eva Wulandari 21701051068
7. M. Nurul Ahklak 21701051074

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2018
Kata Pengantar

Alhamdulillah   kami   panjatkan   kepada   Allah   Subhanahu   Wa  


Ta’ala,   karena  dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya akhirnya  makalah ini
dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah   ini   membahas   tentang  
keluarga   sakinah   yang   kami   beri   judul : “KELUARGA SAMARA( Sakinah
,Mawaddah , Warahmah )”

Kami   menyadari   bahwa   tanpa   bantuan   dari   berbagai   pihak,  


penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua  pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari   sepenuhnya   bahwa   dalam   penulisan   makalah   ini  


masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum wa rohmatullohi wabarokatuh

Malang , 10 Desember 2018

Penyusun

DAFTAR ISI
Daftar
Isi ..............................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar
Belakang ............................................................................................
....... 1
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................................
... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah ...................................... 3
2.2 Fungsi Keluarga Dalam
Islam ............................................................................ 4
2.3 Ciri-Ciri Keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah .......................................... 6
2.4 Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah ................................... 7
2.5 Ayat – Ayat Al-Quran Tentang Keluarga Sakinah Mawaddah Wa
Rahmah ...... 9

BAB III PENUTUP


3.1

Kesimpulan ......................................................................................................... 12

3.2

Saran .................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu kehidupan dapat dicapai dengan berbagai cara, antara
lain dengan pendidikan yang baik dan berkualitas dan penanaman nilai moral ke
dalam sikap dan prilaku individu. Dimana semua itu dapat dicapai dari sebuah
keluarga. Keluarga merupakan awal dari sebuah kehidupan. Dalam agamapun
islam mengajarkan untuk membentuk keluarga. Islam mengajak manusia untuk
hidup dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam
kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia tanpa
menghilangkan kebutuhannya. Dalam mewujudkan keluarga pun di capai dengan
melakukan apa yang di sebut dengan pernikahan atau perkawinan.

Untuk mencapai suatu keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah


seperti diharapkan Nabi dan rasul mungkin tidaklah mudah tetapi jika ada
kemauan untuk memperbaikinya bisa di mulai dari sekarang. Karena bagi Allah
swt tidak ada kata terlambat untuk berubah ke arah yang benar. Suatu keluarga
yang baik di mulai dari perkawinan atau pernikahan yang  baik pula. Pada
dasarnya pernikahan merupakan salah satu cara seseorang untuk mengindari
perbuatan zina. Dimana kita juga dapati bahwa semua agama langit
mengharamkan dan memerangi yang namanya perzinaan.

Terakhir adalah agama Islam, yang dengan sangat keras melarang dan
mengancam pelakunya. Hal ini di karenakan zina menyebabkan simpang siurnya
suatu keturunan, terjadinya kejahatan terhadap keturunan, dan  juga yang akan
menyebabkan berantakannya sebuah keluarga, hingga tercerabutnya akar
kekeluargaan dengan menyebarnya penyakit menular, merajalelanya nafsu, dan
maraknya kebobrokan moral. Maha besar Allah swt.

Dalam Q.S. Al-Isra ayat 32 disebutkan:


“Dan janganlah kalian dekati zina. Sesungguhnya perzinaan itu perbuatan keji dan
jalan hidup yang buruk.” (Q.S. Al-Isra: 32)

Sebagaimana telah kita ketahui apabila Islam mengharamkan sesuatu, ia


pasti akan membendung dengan segala jalan dan pintu yang menuju ke arahnya.
Islam mengharamkan segala sesuatu yang mengantarkan ke arah sana. Maka dari
itu apabila seseorang yang berpikir atas dorongan islam untuk menghindari
perbuatan haram tersebut dalam mewujudkannya pastilah ia akan berkeluarga.
Keluarga yang di capai dengan pernikahan atau perkawinan pada dasarnya
merupakan tempat menyalurkan kebutuhan seksual secara terhormat, melalui
keluarga juga cinta dan kasih sayang dipupuk dan dibina, anak-anak (turunan)
juga dapat dilindungi dari ketidakpastian masa depannya.  Dengan itu diharapkan
memperhatikan dengan penuh kejelasan terhadap berbagai tugas terpenting dan
tujuan berkeluarga menurut Islam. Karena sebuah keluarga akan kokoh bila
dibentuk atas dasar pernikahan yang sah yang sesuai dengan akidah Islam.

Berkenaan dengan itu sebagai dasar pengetahuan dalam membentuk


keluarga yang baik menurut Islam perlu disusun sebuah Makalah yang mampu
menjadi wahana bagi sebagian muslim untuk memperoleh wawasan, pengetahuan,
dan konsep keilmuan berkenaan dengan hukum perkawinan dalam islam demi
mencapai sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah sesuai
dengan sunnah Nabi dan Rasul baik secara teoritis maupun secara praktis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian keluarga?
2. Apa saja fungsi keluarga?
3. Apa pengertian keluarga sakinah?
4. Bagaimana ciri-ciri keluarga sakinah?
5. Bagaimana cara membangun keluarga sakinah?
6. Faktor apa saja yang berhubungan dengan pembentukan keluarga sakinah?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah


Keluarga adalah komponen masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak. Atau bisa juga suami dan istri saja (sekiranya pasangan masih belum
mmpunyai anak baik anak kandung atau anak angakat). Keluarga dapat diartikan
juga sebagai kelompok paling kcil dalam masyarakat, sekurang kurangnya
dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak. Ia adalah asas
pembentukan sebuah masyarakat kebahagiaan masyarakat adalah bergantung
setiap keluarga yang menganggotai masyarakat.

A. Sakinah
Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat,
aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh
pembelaan. Penggunaan nama sakinah itu diambil dari penggalan al Qur’an surat
30:21
“Litaskunu ilaiha”
yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar
yang satu merasa tenteram terhadap yang lain. Jadi keluarga sakinah itu adalah
keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan,
ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya
dan dirahmati oleh Allah SWT.

B. Mawaddah
Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada
lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh
kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah
kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta
yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan,
bodi yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu
sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.
C. Warahmah
Wa artinya dan sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan,
anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat,
Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang
yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi
kepada yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana
batin yang terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih
sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang
terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan
pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah
dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah
SWT.
Dengan demikian keluarga sakinah mawadah warohmah adalah sebuah kondisi
sebuah keluarga yang sangat ideal yang terbntuk berlndaskan Al Qur’an dan
sunah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Keluarga sakinah akan
terwujud jika para anggota keluarga dapat memenuhi kewajiban-kewajibanya
terhadap allah, terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, terhadap masyarakat dan
terhadap lingkunganya,sesuai ajaran Al Qur’an dan Sunah Rasul.

2.2 Konsep Keluarga Menurut Islam


Konsep keluarga menurut islam secara substansial tidak begitu berbeda dengan
bentuk konsep keluarga sakinah yang ada pada hukum Islam yaitu membentuk
rumah tangga yang bernafaskan Islam, yang mawaddah wa rahmah. Hanya pada
poin-poin tertentu yang memberi penekanan yang lebih dalam pelaksanaannya,
seperti hal-hal yang menyangkut tentang hak dan kewajiban atau peran suami-istri
di dalam rumah tangga.
A. Kewajiban-kewajiban dan peran suami dalam keluarga.
Kebutuhan-kebutuhan yang wajib dipenuhi seorang ayah sebagai kepala
keluarga meliputi :
1. Kebutuhan yang berhubungan dengan  jasādiyah
Yang berhubungan dengan  jasādiyah atau yang identik dengan
kebutuhan lahiriyah antara lain seperti:
a. kebutuhan sandang,
b. kebutuhan pangan,
c. kebutuhan tempat tinggal, dan
d. kebutuhan yang sifatnya sosial seperti kebutuhan berinteraksi dengan
sesamanya dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan yang berhubungan dengan rūhiyah,
Kebutuhan yang berhubungan dengan rūhiyah seperti:
a. Kebutuhan beragama,
b. kebutuhan aqidah atau kebutuhan tauhid, dsb.
3. Kebutuhan yang berhubungan dengan aqliyahnya.
Kebutuhan aqliyah  adalah kebutuhan yang bersifat aqliyah yaitu
kebutuhan akan pendidikan.
Namun dari semua kebutuhan yang tersebut di atas, kebutuhan ruhiyah lah
yang paling penting. Yaitu apa saja yang berhubungan dengan aqidah
islamiyah. Karena masalah ini berlanjut sampai kehidupan kelak di
akherat.
Allah SWT berfirman:

‫يآأيّها ألّذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا‬.


“Hai orang-orang yang beriman jagalah diri mu dan keluargamu dari api
neraka”
Selain sebagai seorang suami dan atau ayah yang mempunyai tanggung
jawab terhadap keluarga yang dipimpinnya, laki-laki sebagai seorang
muslim juga mempunyai tugas yang tidak kalah pentingya dan merupakan
tugas pokok setiap muslim atau mu’min yaitu melakukan amar ma’ruf
nahi munkar.
Seperti yang tertera dalam Al-Qur’an QS Al-Imran ayat 104
Allah SWT berfirman:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru


kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.
Amar ma’ruf nahi munkar diperintahkan untuk dikerjakan di manapun dan
kapanpun seorang muslim berada dan kepada siapa saja hal itu perlu
dilakukan. Akan tetapi yang paling penting dan utama dilakukan amar
ma’ruf nahi munkar adalah dimulai dari diri sendiri, keluarga dekat
maupun jauh, baru kemudian kepada masyarakat secara umum. Juga
dengan cara apapun sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, misalnya
dengan ucapan saja ataukah diperlukan dengan perbuatan.
Namun dari semua kebutuhan yang tersebut di atas, kebutuhan ruhiyah lah
yang paling penting. Yaitu apa saja yang berhubungan dengan aqidah
islamiyah. Karena masalah ini berlanjut sampai kehidupan kelak di
akherat.
B. Kewajiban-kewajiban dan peran seorang istri dalam keluarga.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut;

1. Selalu ta’at pada suami

Istri diwajibkan selalu ta’at pada suami kecuali dalam hal-hal yang
melarang aturan agama dan atau kesusilaan. Ini khususnya berlaku ketika
suami menyuruh istri untuk melaksanakan shalat, melakukan ibadah dan
melaksanakan kewajiban lain seperti memenuhi undangan, menutup aurat
dan lain sebagainya.
Adapun dalam hal-hal lain yang sifatnya relatif dan bisa dibincangkan
bersama, istri seharusnya selalu meminta pendapat suami setiap akan
membuat keputusan dan langkah dalam hidupnya, semisal terkait dengan
pekerjaan, karier, keluarga, pendidikan anak dan lain sebagainya.
Dengan demikian, kewajiban ta’at di sini tidaklah menggunakan
paradigma up dan down khususnya untuk hal-hal yang sifatnya optional, 
akan tetapi lebih merupakan ajaran untuk melibatkan suami dalam
pengambilan keputusan-keputusan penting. Tentu saja dalam proses
semacam itu, baik suami maupun istri sama-sama menyuarakan
pendapatnya sehingga keputusan yang diambil dapat representatif dan
tidak merugikan pihak manapun.

2. Bermuka manis dan menyenangkan suami

Perintah untuk bermuka manis dan menyenangkan suami ini secara khusus
berkaitan dengan psikologi perempuan yang terkadang tidak stabil baik
karena faktor biologis maupun non-biologis. Untuk itu, seorang istri
diwajibkan dapat mengontrol dan mengelola emosinya sebaik mungkin
sehingga apapun yang ia rasakan, ia tetap bermuka manis dan berusaha
menyenangkan suami dengan berbagai cara.
Kategori bermuka manis dan menyenangkan suami ini tentu bisa berbeda
berdasarkan kebiasaan dan pola yang berjalan dalam sebuah rumah tangga.
Bagi keluarga A, misalnya menyenangkan suami dilakukan dengan
memasak makanan kesukaannya, sedang bagi keluarga B, menyenangkan
suami berarti mengajak suami liburan dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, sesuaikan prinsip ini dengan pola dalam keluarga Anda masing-
masing.

3. Menjaga harta, rumah dan kehormatan suami


Lagi-lagi, prinsip ini bersifat fleksibel sesuai dengan pola yang berjalan
dalam sebuah rumah tangga. Akan tetapi umumnya, istri diserahi tugas
untuk mengelola keuangan keluarga, khususnya istri yang tidak bekerja
dan karenanya tidak memiliki penghasilan tetap.

Menanggapi hal ini, Imam Al-Ghazali, seorang ulama’ besar Islam


berkomentar bahwa :

“di luar uang untuk kepentingan keluarga, suami juga diwajibkan


memberi uang kepada istri sebagai ‘gaji’ karena telah menjaga rumah
dan mengasuh anak, dalam kasus istri yang tidak bekerja dan memilih
untuk tinggal di rumah.”

Bagi Al-Ghazali, uang untuk keperluan keluarga dengan uang nafkah


untuk istri pribadi harus dibedakan. Point penting dari ajaran ini adalah
bahwa istri harus turut serta aktif menjaga dan atau mengelola harta yang
dimiliki sebuah keluarga. Dengan demikian, pembagian kerjanya adalah
jika suami berupaya mendapatkan harta, maka istri yang bertugas merawat
dan menjaganya, bahkan jika mungkin mengembangkannya.
Sementara itu, perintah menjaga rumah juga secara khusus berlaku bagi
istri yang memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah. Perintah ini
berkait erat dengan nilai etika lain yang diajarkan dalam Islam:
 Seorang istri tidak boleh keluar rumah tanpa idzin suaminya
apalagi membolehkan lelaki lain masuk ke dalam rumahnya ketika
si suami tengah bepergian.
 Menjaga kehormatan suami adalah tidak memebeberkan aib suami
pada orang lain sebab hal tersebut secara tidak langsung
menunjukkan kelemahan istri yang tidak bisa menjaga rahasia
keluarga.
Point terakhir tidak termasuk kebiasan melakukan curhat
atau sharing yang diniatkan untuk mencari solusi atas permasalahan yang
terjadi, meskipun harus dipastikan bahwa partner yang mendengar cerita
dan dimintai solusi tersebut tidak akan membeberkan cerita yang
didengarnya.

4. Menghindari Murka dan Mencari Kerelaan Suami

Kerelaan suami disebut-sebut sebagai tiket seorang istri untuk meraih


kebahagiaan akhirat dan mendapat surga. Karena itu, seorang istri harus
berusaha sebisa mungkin untuk mendapatkan kerelaan suami. Ini
utamanya terkait juga dengan hal-hal di luar kewajiban;
 Tindakan-tindakan lain yang disenangi suami dan dapat
membahagiakan hatinya
 Membantu suami menyelesaikan pekerjaan
 Mengatasi masalah
 Terampil mengurus rumah
 Peka terhadap kebutuhan suami dan lain-lain.
Akan tetapi, satu hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam upaya
mencari kerelaan suami ini adalah menghindari murka suami karena hal
tersebut tidak hanya akan menggagalkan upaya mendapatkan kerelaan
suami, akan tetapi juga mengancam keutuhan rumah tangga.

Beberapa hal di atas adalah kewajiban istri terhadap suami dalam


pandangan Islam. Karena itu, seorang istri tidak seharusnya menuntut
haknya dipenuhi oleh suami sebelum menunaikan kewajiban-
kewajibannya. itu, kewajiban yang tidak kalah penting adalah membangun
komunikasi yang baik dengan suami demi menjaga keutuhan rumah
tangga dan menciptakan lingkungan dan suasana kondusif serta suportif
bagi seluruh anggota keluarga, utamanya anak-anak yang tengah
mengalami masa pertumbuhan.

Konsep lain seperti yang tertera dalam Al-Qur’an ialah sakinah,


mawaddah, warahmah. Didalam islam membina keluraga yang sakinah,
mawaddah, dan warahmah sangat ditegaskan dan dianjurkan seperti yang
di jelaskan dalam Al-Qur’an QS Arrum ayat 21.

Allah Berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir”
Ulama tafsir menyatakan bahwa sakinah dalam ayat tersebut adalah
suasana damai yang melingkupi rumah tangga dimana masing-masing
pihak (suami-isteri) menjalankan perintah Allah SWT. dengan tekun,
saling menghormati, dan saling toleransi. Dari suasana as-sakinah tersebut
akan muncul rasa saling mengasihi dan menyayangi (al-mawaddah),
sehingga rasa bertanggung jawab kedua belah pihak semakin tinggi.
Sehingga ungkapan Rasulullah SAW. “Baitii jannatii”, rumahku adalah
surgaku, merupakan ungkapan tepat tentang bangunan rumah tangga/
keluarga ideal. Dimana dalam pembangunannya mesti dilandasi fondasi
kokoh berupa Iman, kelengkapan bangunan dengan Islam, dan pengisian
ruang kehidupannya dengan Ihsan, tanpa mengurangi kehirauan kepada
tuntutan kebutuhan hidup sebagaimana layaknya manusia tak lepas dari
hajat keduniaan, baik yang bersifat kebendaan maupun bukan.
Keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, merupakan suatu keluarga
dambaan bahkan merupakan tujuan dalam suatu perkawinan dan sakinah
itu didatangkan Allah SWT. Maka untuk mewujudkan keluarga sakinah
harus melalui usaha maksimal baik melalui usaha bathiniah (memohon
kepada Allah SWT.), maupun berusaha secara lahiriah (berusaha untuk
memenuhi ketentuan baik yang datangnya dari Allah SWT. dan Rasul-
Nya, maupun peraturan yang dibuat oleh para pemimpin dalam hal ini
pemerintah berupa peraturan dan perundang-undangan yang berlaku).

2.2 Fungsi Keluarga Dalam Islam


Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, perlu diberdayakan
fungsinya agar dapat mensejahterakan ummat secara keseluruhan. Dalam Islam
fungsi keluarga meliputi :

1. Penerus Misi Ummat Islam


Menurut riwayat Abu Zar’ah Arrozi bahwa jumlah kaum muslimin ketika
Rasulullah Saw wafat sebanyak 120.000 orang pria dan wanita. Para
sahabat sebanyak itu kemudian berguguran dalam berbagai peperangan,
ada yang syahid dalam perang jamal atau perang Shiffin. Namun sebagian
besar dari para syuhada itu telah meninggalkan keturunan yang berkah
sehingga muncullah berpuluh “singa” yang semuanya serupa dengan sang
ayah dalam hal kepahlawanan dan keimanan. Kaum muslimin yang jujur
tersebut telah menyambut pengarahan Nabi-nya:
“Nikah-lah kalian, sesungguhnya aku bangga dengan jumlah kalian dari
ummat lainnya, dan janganlah kalian berfaham seperti rahib nashrani” .

Demikianlah, berlomba-lomba untuk mendapatkan keturunan yang


bermutu merupakan faktor penting yang telah memelihara keberadaan
ummat Islam yang sedikit. Pada waktu itu menjadi pendukung Islam
dalam mempertahankan kehidupannya.

2. Perlindungan Terhadap Akhlak


Islam memandang pembentukan keluarga sebagai sarana efektif
memelihara pemuda dari kerusakan dan melidungi masyarakat dari
kekacauan. Karena itulah bagi pemuda yang mampu dianjurkan untuk
menyambut seruan Rosul.

“Wahai pemuda! Siapa di antara kalian berkemampuan maka


menikahlah. Karena nikah lebih melindungi mata dan farji, dan barang
siapa yang tidak mampu maka hendaklah shoum, karena shoum itu
baginya adalah penenang” ( HR.AL-Khosah dari Abdullah bin Mas’ud ).

3. Wahana Pembentukan Generasi Islam


Pembentukan generasi yang handal, utamanya dilakukan oleh keluarga,
karena keluargalah sekolah kepribadian pertama dan utama bagi seorang
anak. Penyair kondang Hafidz Ibrohim mengatakan: “Ibu adalah sekolah
bagi anak-anaknya. Bila engaku mendidiknya berarti engkau telah
menyiapkan bangsa yang baik perangainya“. Ibu sangat berperan dalam
pendidikan keluarga, sementara ayah mempunyai tugas yang penting yaitu
menyediakan sarana bagi berlangsungnya pendidikan tersebut. Keluarga-
lah yang menerapkan sunnah Rosul sejak bangun tidur, sampai akan tidur
lagi, sehingga bimbingan keluarga dalam melahirkan generasi Islam yang
berkualitas sangat dominan.

4. Memelihara Status Sosial dan Ekonomi


Dalam pembentukan keluarga, Islam mempunyai tujuan untuk
mewujudkan ikatan dan persatuan. Dengan adanya ikatan keturunan maka
diharapkan akan mempererat tali persaudaraan anggota masyarakat dan
antar bangsa. Islam memperbolehkan pernikahan antar bangsa Arab
dan Ajam (non Arab), antara kulit hitam dan kulit putih, antara orang
Timur dan orang Barat. Berdasarkan fakta ini menunjukkan bahwa Islam
sudah mendahului semua “sistem Demokrasi ” dalam mewujudkan
persatuan Ummat manusia.

Untuk menjamin hubungan persudaraan yang akrab antara anak-anak satu


agama, maka Islam menganjurkan dilangsungkannya pernikahan dengan
orang-orang asing (jauh), karena dengan tujuan ini akan terwujud apa-apa
yang tidak pernah direalisasikan melalui pernikahan keluarga dekat.

Selain fungsi sosial, fungsi ekonomi dalam berkeluarga juga akan nampak.
Mari kita simak hadist Rosul “Nikahilah wanita, karena ia akan
mendatangkan Maal” (HR. Abu Dawud, dari Urwah RA). Maksud dari
hadist tersebut adalah bahwa perkawinan merupakan sarana untuk
mendapatkan keberkahan, karena apabila kita bandingkan antara kehidupan
bujangan dengan yang telah berkeluarga, maka akan kita dapatkan bahwa
yang telah berkeluarga lebih hemat dan ekonomis dibandingkan dengan yang
bujangan. Selain itu orang yang telah berkeluarga lebih giat dalam mencari
nafkah karena perasaan bertanggung jawab pada keluarga daripada para
bujangan.

5. Menjaga Kesehatan
Ditinjau dari segi kesehatan, pernikahan berguna untuk memelihara para
pemuda dari kebiasaan onani yang banyak menguras tenaga, dan juga dapat
mencegah timbulnya penyakit kelamin.

6. Memantapkan Spiritual (Ruhiyyah)


Pernikahan berfungsi sebagai pelengkap, karena ia setengah dari keimanan
dan pelapang jalan menuju sabilillah, hati menjadi bersih dari berbagai
kecendrungan dan jiwa menjadi terlindung dari berbagai waswas.

2.3 Ciri - Ciri Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah Itu Antara


Lain:
1. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat ( idza
aradallohu bi ahli baitin khoiran… dst) :
a. memiliki kecenderungan kepada agama,
b. yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang
muda,
c. sederhana dalam belanja,
d. santun dalam bergaul dan
e. selalu introspeksi.
2. Hubungan antara suami istri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti
pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun
lahunna, Q/2:187).
3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial
dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil
ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya
harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus
diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok
perbedaannya.
4. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan
didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah
Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas.
5. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya
beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah).
Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam
pergaulan rumah tangganya.
6. Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan
suami sebagai tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rizki yang
halal. Suami menjaga agar anak dan istrinya tidak berpakaian, makan,
bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan kebutuhan
dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rizki halal saja.
7. Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang
diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi
dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar.
Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek
kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.
2.4 Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah
Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui
proses yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:

1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah
Allah dan sunnah Rasulullah SWT.
2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya
dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.
3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan
nasabnya.
4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk
menghidari hubungan yang dilarang Allah SWT
5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan
dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi
keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan
sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang
mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya
serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario siksa api neraka.
6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan
ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami,
mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan ilmu pengetahuan,
mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan
keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya.
7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya,
saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi,
menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing,
saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens.
8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama
dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan.
9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah
bersama-sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir
miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah,
mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir
bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an, berziarah qubur,
menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan
Allah SWT. Dan lain-lain.
10. Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang
sakinah mawaddah wa rohmah.
11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi
diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan,
suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga
itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-
masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan
pada pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masing-masing anggota
keluarga.
12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah
keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-
cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu
amarahnya.

2.5 Ayat – Ayat Alquran Dan Hadits Tentang Keluarga Sakinah


Mawaddah Warahmah
1. Sakinah
Surat Yunus ayat 67

Artinya : “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu


beristirahat padanya (litaskunu fihi) dan (menjadikan) siang terang benderang
(supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar”. 
Artinya : “Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum
21].

2. Mawadah
Dalam ayat Ar-Rum 21

Artinya : “…dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah…”.

Mawadah adalah perasaan ingin bersatu atau bersama.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasalam bersabda:

Artinya : “Tidak ada yang bisa dilihat (lebih indah/lebih baik oleh) orang-
orang yang saling mencintai seperti halnya pernikahan”.

Al-Qur’an juga menegaskan hubungan antara mawadah dan keinginan


bersama,

Artinya : “Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah,
tentulah dia mengatakan seolah-olah belum pernah ada mawadah antara kamu
dengan dia: “Wahai, kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat
kemenangan yang besar (pula)” [An-Nissa 73].

Surat Al-Ma’idah ayat 82-83, tentang doa orang-orang yang memiliki


mawadah:

Artinya : “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama
orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian
Muhammad shallallahu’alaihi wasalam )”  

3. Warahmah
Dalam ayat diatas :

Artinya : “… dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan rahmah”.

Rahmah adalah kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama karena ada
ikatan. Al-Qur’an menyebut hubungan darah ini al-arham,
Artinya : Orang-orang yang mempunyai al-arham (hubungan) itu sebagiannya
lebih berhak terhadap sebagiannya dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu [Al-Anfal 75]

Allah Taala berfirman yang bermaksud:

“Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari
api Neraka.”
(At Tahrim : 6)

Allah Taala berfirman yang bermaksud:

“Perintahkanlah keluargamu agar melakukan sholat.” (Thaha:132)


BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat,
aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh
pembelaan. Mawaddahadalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih
sayang pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang
didorong oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya).Rahmah adalah
jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan
melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai. Rahmah lebih condong pada
sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada wujud kasih
sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai,
rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman.
Demikianlah bentuk keluarga yang sempurna di dalam Islam, yang semua hal
didasarkan pada bimbingan al-Qur’ān dan as-Sunnah.

3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut:

1. Seorang muslim yang telah mempunyai kemampuan secara lahir dan


bathin hendaknya secepatnya untuk menikah. Karena pada dasarnya
pernikahan merupakan salah satu cara seseorang untuk mengindari perbuatan
zina dan melindungi sebuah keturunan dari ketidakpastian masa depannya.
2. Dalam membangun dan membina sebuah keluarga diharapkan
memperhatikan dengan penuh kejelasan terhadap berbagai tugas terpenting
dan tujuan berkeluarga menurut Islam.
3. untuk mewujudkan terbentuknya keluarga yang harmonis dengan prinsip-
prinsip Islam adalah dengan melakukan pembinaan keluarga menurut aturan-
aturan yang telah di gariskan didalam islam dengan sedini mungkin.
Insyaallah akan di ridhai Allah swt
DAFTAR PUSTAKA

http://annajib.wordpress.com

http://teambulls.wordpress.com/2010/11/06/kewajiban-suami-
terhadap-istri-nas-al-quran-dan-hadis/

http://ade-jailani.blogspot.com/2012/02/konsep-keluarga-
menurul-islam.html

http://gusuwik.info/2009/03/11/training-keluarga-sakinah-
mawaddah-wa-rahmah-samara/

http://mujahid.wordpress.com/2006/11/02/sakinah-mawaddah-
wa-rahmah

http://sekteislam.wordpress.com/2013/03/04/keluarga-dalam-
islam/

http://kumpulanilmu2.blogspot.com/2013/02/contoh-makalah-
agama-islam-membangun.html

http://www.ayahara.abatasa.com/post/detail/18305/7-larangan-
untuk-istri-
http://mewujudkan keluarga sakinah   PENDIDIKAN ISLAM
UNTUK ANAK.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai