KAIFIYAH WUDHU
Disusun oleh :
ABDI FIRDAUS ZAKIYUDDIN
(21701051035)
TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Agama islam III yaitu kaifiyah
wudhu’.
Tak lepas dari berbagai hambatan, rintangan dan kesulitan yang muncul,
namun berkat petunjuk dan bimbingan dari semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan Tugas Penyusunan Makalah Ini. Sehubungan dengan
hal tersebut dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah menyehatkan dan melancarkan kami dalam
menyusun makalah ini.
2. Orang tua kami yang selalu mendoakan kami untuk segala kelancaran dan
kesuksesan kami.
3. Dosen Mata Kuliah Agama Islam III
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Wudhu
2. Doa-doa yang menyertai gerakan wudhu
3. Dalil diwajibkannya wudhu
4. Keutamaan Wudhu
5. Syarat-syarat Sahnya Wudhu
6. Fardhu (Rukun) Wudhu
7. Sunnah-sunnah Wudhu
8. Pembatal-pembatal wudhu
C. Tujuan Penulisan
Sebagai salah satu syarat diterimanya shalat yang mana shalat pun
merupakan salah satu rukun Islam yang harus dijalankan oleh seluruh umat
muslim, sudah sepatutnya kita mempelajari, dan mengkaji hal-hal yang berkaitan
dengan wudhu dan mengamalkan apa yang sudah menjadi perintah Allah Swt
yang tertuang dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya. Maka dari itu, tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para
pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan wudhu baik definisi, doa-doa
pada setiap gerakan wudhu, dalil diwajibkannya wudhu, keutamaan wudhu, syarat
dan rukun wudhu serta hal-hal lain yang berkaitan dengan wudhu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Wudhu
Definisi Secara Bahasa
Kata wudhu berasal dari bahasa Arab ُوضُوْ ءyang artinya bersih atau indah.
صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكأْسًا اَل َ اللَّهُ َّم أَ ِعنِّ ْي َعلَى ِذ ْك ِر
ِ ْك َو ُش ْك ِركَ اللَّهُ َّم ا ْسقِنِي ِم ْن َحو
َ ِّض نَبِي
َ ك
ظ َمأ ُ بَ ْع َدهُ أَبَدًا
ْ َأ
اللَّهُ َّم أَ ِرحْ نِي َرائِ َحةَ ْال َجنَّ ِة اللَّهُ َّم اَل تَحْ ِر ْمنِ ْي َرائِ َحةَ نِ َع ِمكَ َو َجنَّاتِك
ِ َّح الن
ِ ار َوسُوْ ِء ال َّد
ار َ ِاَلَّلهُ َّم ِإنِّ ْي أَ ُعوْ ُذ ب
ِ ِك ِم ْن َر َوائ
ٌاللَّهُ َّم بَيِّضْ َوجْ ِه ْي يَوْ َم تَ ْبيَضُّ ُوجُوهٌ َوتَس َْو ُّد ُوجُوه
“Ya Allah, jangan Kau berikan kitab amalku (kelak di akhirat) pada
tangan kiriku, dan jangan pula diberikan dari balik punggungku.”
Artinya: “Ya Allah, halangi rambut dan kulitku dari sentuhan api
neraka, dan naungi aku dengan naungan singgasana-Mu, pada hari
ketika tak ada naungan selain naungan dari-Mu.”
7. Saat mengusap telinga, berdoa:
ْ اللَّهُ َّم ثَب. اللهم اجْ َع ْلهُ َس ْعيًا َم ْش ُكوْ رًا َو َذ ْنبًا َم ْغفُوْ رًا َو َع َماًل ُمتَقَبَّاًل
ِ ِّت قَ َد ِم ْي َعلَى الص َِّر
ُّاط يَوْ َم ت َِزل
فِ ْي ِه اأْل َ ْقدَا ُم
1. Al-Quran
سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ِ صال ِة فَا ْغ َّ يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال
س ُك ْم َوأَ ْر ُجلَ ُك ْم إِلَى ا ْل َك ْعبَ ْي ِن َوإِنْ ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا
ِ س ُحوا بِ ُر ُءوَ ق َوا ْم ِ ِا ْل َم َراف
سفَ ٍر أَ ْو َجا َء أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ا ْل َغائِ ِط
َ ضى أَ ْو َعلَى َ فَاطَّهَّ ُروا َوإِنْ ُك ْنتُ ْم َم ْر
س ُحواَ ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم َ سا َء فَلَ ْم ت َِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا ْ أَ ْو ال َم
َ ِّستُ ُم الن
ٍ بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنهُ َما يُ ِري ُد هَّللا ُ لِيَ ْج َع َل َعلَ ْي ُك ْم ِمنْ َح َر
ج َولَ ِكنْ يُ ِري ُد
ْ َلِيُطَ ِّه َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم ت
َش ُك ُرون
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”(Q.S.
Al-Maidah :6)
2. As-Sunnah
Artinya: "Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda: Allah tidak
menerima sholat salah seorang di antaramu, jika ia berhadats, sampai ia
berwudhu lebih dahulu." (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan
Turmudzi).
3. Ijma’
Kaum muslimin telah ijma’ tentang syari’at wudhu sejak zaman Nabi Saw.
sampai hari ini, sehingga wudhu merupakan bagian dari pengetahuan
agama yang penting.
Ijma ulama dalam hal ini tidak ada sama sekali pendapat yang mengatakan
bahwa wudhu itu tidak wajib.
Untuk sahnya wudhu harus terpenuhi beberapa syarat dan fardhu. Akan
tetapi, untuk kesempurnaannya ada beberapa hal yang sunnah dilakukan
pada waktu berwudhu. Setiap ibadah memiliki syarat yang wajib dipenuhi
sehingga hukum ibadah tersebut dihukumi sah dalam arti dzimamah
mukallaf. Sudah terbebas darinya dan dia tidak wajib mengulangnya.
Syarat merupakan salah satu unsur dimana ia menjadi pijakan sah dan
tidaknya suatu ibadah. Dari sini maka ilmu tentang syarat sah shalat
termasuk ilmu yang penting karena ilmu ini termasuk ukuran yang
dengannya kita bisa mengetahui sah dan tidaknya shalat.
D. Keutamaan Wudhu
Tentang keutamaan wudhu terdapat banyak hadis yang menyatakannya.
Berikut penulis mengutip beberapa hadis saja:
1. Niat
2. Membasuh Muka
ِ فَا ْغ
سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم
“maka basuhlah mukamu”(Al-Maidah:6)
Batas muka yang wajib dibasuh adalah dari tempat tumbuh rambut kepala
sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah; lintangnya, dari
telinga ke telinga.
ِ وامسحوا بِرء
وس ُك ْمُُ ُ َ ْ َ
“Dan sapulah kepalamu”. (QS Al Maidah : 6).
Mengusap artinya membasahi sekedarnya dengan air. Firman Allah diatas
tidak menunjukkan adanya kewajiban seluruh kepala, tetapi dapat
dipahami cukup dengan mengusap sebagian saja. Walaupun hanya
sebagian kecil, sebaiknya tidak kurang dari selebar ubun-ubun, baik yang
disapu itu kulit kepala ataupun rambut. Riwayat yang sah dari Rasulullah
Saw. mengenai mengusap kepala ini ada tiga macam:
a. Mengusap seluruhnya
ِ بَدَأَ بِ ُمقَد َِّم َر ْأ، فَأ َ ْقبَ َل بِ ِه َما َوأَ ْدبَ َر، سهُ بِيَ َد ْي ِـه
َحتَّى، س ِه َ س َـح َر ْأ
َ ثُ َّم َم
ُ ثُ َّم َر َّد ُه َما إِلَى ا ْل َم َكا ِن الَّ ِذى بَدَأَ ِم ْنه، َُب بِ ِه َما إِلَى قَفَاه
َ َذه
Artinya : “kemudian beliau mengusap kepalanya dengan kedua
tangannya, yaitu beliau menggerakkan tangannya kebelakang lalu
kedepan, dimulai dari ujung depan kepala, lalu ditariknya sampai
ke tengkuk, kemudian dikembalikan lagi ke bagian depan
kepalanya” (HR. Jama’ah)
b. Mengusap kepala dengan mengusap sorbannya saja
Seperti dijelaskan pada hadis ‘Amr bin Umayyah berikut :
Artinya : “saya melihat Rasulullah Saw. mengusap sorbannya dan
kedua terompahnya.” (H.R. Ahmad, Bukhari dan Ibnu Majah).
Dari Bilal, ujarnya : sesungguhnya Nabi Saw. bersabda :” usaplah
pada bagian atas terompah dan tutup kepala”. (H.R. Ahmad)
c. Mengusap kepala dengan mengusap ubun-ubun dan sorban
Hadis Mughirah bin Syu’bah :
Artinya :” sesungguhnya Nabi Saw. berwudhu, lalu ia mengusap
ubun-ubunnya dan sorbannya, serta kedua terompahnya.” (H.R.
Muslim)
« ص ِر ِه ِ ِ
َ َصابِ َع ِر ْجلَْيه بِخ ْن
َ كأ َّ » إِذَا َت َو
َ َضأَ َدل
“Jika beliau shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu, beliau menggosok
jari-jari kedua kakinya dengan dengan jari kelingkingnya”1
6. Tertib
1
. HR. Tirmidzi no. 40, Abu Dawud no. 148, hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk
Sunan At Tirmidzi.
G. Sunnah-sunnah Wudhu
ْ ضو َء ِل َمنْ لَ ْم يَ ْذ ُك ِر ا
س َم هَّللا ِ َعلَ ْي ِه ُ الَ ُو
2. Bersiwak
yaitu menggosok gigi dengan batang siwak atau batang yang keras
sejenisnya guna membersihkan gigi.
sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
4. Berkumur-kumur
6. Menyela-nyela jenggot
Dalil bahwa Nabi Saw membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali
adalah hadits yang diriwayatkan Humroon dari tentang wudhu Utsman bin
Affan rodhiyallahu ‘anhu ketika melihat cara wudhu Nabi shollallahu
‘alaihi was sallam,
Yakni sebelum kering anggota pertama, anggota kedua sudah dibasuh, dan
sebelum kering anggota kedua, anggota ketiga sudah dibasuh pula, dan
seterusnya.
hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang diriwayatkan dari sahabat
Umar bin Khottob rodhiyallahu ‘anhu
صلَّى
َ َف َر َج َع ثُ َّم.» وء َك
َ ضُ َح ِس ْن ُو
ْ ال « ْار ِج ْع فَأ
َ َف َق-وسلم
“Bahwasanya ada seorang laki-laki berwudhu dan meninggalkan bagian
yang belum dibasuh sebesar kuku pada kakinya. Ketika Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam melihatnya maka Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam
mengatakan, “Kembalilah , perbaguslah wudhumu”. (Riwayat Ahmad
dan Muslim)
12. Mengusap kedua telinga
« َول أَ ْش َه ُد أَ ْن ال
ُ وء ثُ َّم َي ُق ُ ضأُ َفيُْبلِ ُغ – أ َْو َفيُ ْسبِ ُغ – ال ُْو
َّ َح ٍد َيَت َو ِ ِ
َ ض َ َما م ْن ُك ْم م ْن أ
اء ِ
َ » يَ ْد ُخ ُل م ْن أَِّي َها َش.
“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dan ia menyempurnakan
wudhunya kemudian membaca, “Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad
adalah utusan Allah” melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu
surga yang jumlahnya delapan, dan dia bisa masuk dari pintu mana saja
ia mau”.(H.R. Muslim)
At Tirmidzi menambahkan lafafdz,
ِ ِ َّوابِين و ِ
ْ َ َ َّ اج َعلْنِى م َن الت
َ اج َعلْنى م َن ال ُْمتَطَ ِّه ِر
ين ْ اللَّ ُه َّم
“Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan
jadikanlah aku termsuk orang-orang yang selalu mensucikan diri” (H.R.
At-Tirmidzi). Setelah selesaí wudhu, kemudían membaca (doa):
Dalil bahwa kencing dan buang air besar merupakan pembatal wudhu
dapat dilihat pada firman Allah Ta’ala,
Para ulama sepakat bahwa wudhu menjadi batal jika keluar kencing dan
buang air besar dari jalan depan atau pun belakang.
Sedangkan dalil bahwa kentut (baik dengan bersuara atau pun tidak)
membatalkan wudhu adalah hadits dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لمXX هللا عليه وسXل هَّللا ِ – صلىXُ ل قَا َل َرسُوXُ هُ َر ْي َرةَ يَقُوXَس ِم َع أَبَا
ل َر ُج ٌل ِم ْنXَ قَا. » Xَث َحتَّى يَتَ َوضَّأ
Xَ صالَةُ َم ْن أَحْ َد
َ – « الَ تُ ْقبَ ُل
ُ ل فُ َسا ٌء أَ ْوXَ هُ َر ْي َرةَ قَاXث يَا أَبَا
ٌض َراط Xُ ْال َح َدXت َما
Xَ َحضْ َر َم ْو
“Di antaranya adalah kentut tanpa suara atau kentut dengan suara.”
Para ulama pun sepakat bahwa kentut termasuk pembatal wudhu.
Madzi dan wadi najis. Sedangkan mani -menurut pendapat yang lebih
kuat- termasuk zat yang suci. Cara mensucikan pakaian yang terkena
madzi dan wadi adalah dengan cara diperciki. Sedangkan mani cukup
dengan dikerik.
Jika keluar mani, maka seseorang diwajibkan untuk mandi. Mani bisa
membatalkan wudhu berdasarkan kesepakatan para ulama dan segala
sesuatu yang menyebabkan mandi termasuk pembatal wudhu.
“Aku termausk orang yang sering keluar madzi. Namun aku malu
menanyakan hal ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallm dikarenakan kedudukan anaknya (Fatimah) di sisiku. Lalu aku pun
memerintahkan pada Al Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya pada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau memberikan jawaban
pada Al Miqdad, “Cucilah kemaluannya kemudian suruh ia berwudhu”.”
X َوأَ َّما، ى فَهُ َو الَّ ِذى ِم ْنهُ ْال ُغ ْس ُلُّ ِ أَ َّما ْال َمنX، ى
ُ ى َو ْال َو ْدُ ْال َمنِ ُّى َو ْال َم ْذ
Xْك َوتَ َوضَّأ Xَ ك أَ ْو َم َذا ِكي َر
َ ا ْغ ِسلْ َذ َك َر: لXَ ى فَقَا ُ ى َو ْال َم ْذُ ْال َو ْد
X.صالَ ِة
َّ ك لِل
َ ُوضُو َء
“Mengenai mani, madzi dan wadi; adapun mani, maka diharuskan untuk
mandi. Sedangkan wadi dan madzi, Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Cucilah
kemaluanmu, lantas berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat.”
Tidur yang membatalkan wudhu adalah tidur lelap yang tidak lagi dalam
keadaan sadar. Maksudnya, ia tidak lagi mendengar suara, atau tidak
merasakan lagi sesuatu jatuh dari tangannya, atau tidak merasakan air
liur yang menetes. Tidur seperti inilah yang membatalkan wudhu, baik
tidurnya dalam keadaan berdiri, berbaring, ruku’ atau sujud. Karena tidur
semacam ini yang dianggap mazhonnatu lil hadats, yaitu kemungkinan
muncul hadats.
Sedangkan tidur yang hanya sesaat yang dalam keadaan kantuk, masih
sadar dan masih merasakan merasakan apa-apa, maka tidur semacam ini
tidak membatalkan wudhu. Inilah pendapat yang bisa menggabungkan
dalil-dalil yang ada.
Di antara dalil hal ini adalah hadits dari Anas bin Malik,
فَلَ ْمXًا ِجى َر ُجالXXَ يُن-لمXX هللا عليه وسXصلى- َوالنَّبِ ُّىXُصالَة َّ ت ال ِ أُقِي َم
َ َء فXَ ثُ َّم َجاXُيَ َزلْ يُنَا ِجي ِه َحتَّى نَا َم أَصْ َحابُه
. بِ ِه ْمXصلَّى
XُأX ضَّ أَأَتَ َو-لمXXه وسXX هللا عليXلىXXص- ِ ل هَّللاXَ أَ َّن َر ُجالً َسأ َ َل َرسُو
ْت فَالَ تَ َوضَّأ Xَ َوإِ ْن ِش ْئXْت فَتَ َوضَّأ
َ ل « إِ ْن ِش ْئXَ ُوم ْال َغنَ ِم قَا
ِ ِم ْن لُح
Xِ ِم ْن لُحXْل « نَ َع ْم فَتَ َوضَّأXَ ُوم ا ِإلبِ ِل قَا
ومXXُ ِ ِم ْن لُحXُ قَا َل أَتَ َوضَّأ.»
.» ا ِإلبِ ِل
I. Kesimpulan
Wudhu merupakan salah satu syarat untuk diterimanya ibadah shalat. Maka
dari kita harus mempelajari dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan
wudhu agar ibadah kita kepada Allah Swt tidak sia-sia. Baik itu sunnah
wudhu, rukun wudhu, hal-hal yang membatalkan wudhu himgga kekeliruan
dalam wudhu semuanya harus kita perhatikan dan amalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
J. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penyusun, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar dan
luas lagi disarankan kepada pembaca untuk membaca refernsi-referensi lain
yang lebih baik. Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran
kepada pembaca agar terus mempelajari dan mengkaji ilmu-ilmu agama
terutama ilmu fiqh yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari hari baik
hubungan sesama manusia, kepada Allah, ataupun kepada alam.
DAFTAR PUSTAKA
Sayid Sabiq. 1996. Fiqhus Sunnah Bab Thaharah, tarjamah dan koreksi. Bandung
: Gema Risalah Press
H. Sulaiman Rasyid. Cetakan ke-53 Januari 2012. Fiqh Islam. Bandung : Sinar
Baru Algensindo
http://madani.fsm.undip.ac.id/fiqh-wudhu/
http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/bersentuhan-dengan-isteri-batal-
wudhu.htm#.UVUhejfgLX4
http://hikmah-kata.blogspot.com/2012/09/pengertian-wudhu-dan-dalil-
hukumnya.html
http://muhammadqosim.wordpress.com/2011/07/24/wudhu-pengertian-batasan-
dan-hikmahnya/
http://www.nu.or.id/post/read/81388/doa-doa-yang-menyertai-gerakan-wudhu
http://beritamuslimsahih-ahlussunnah.blogspot.com/2010/10/masalah-wudhu-
rukunsyaratdalilsunnahsif.html
https://muslim.or.id/2580-pembatal-pembatal-wudhu.html
http://jalansunnah.wordpress.com/2009/04/14/hadist-mengenai-keutamaan-wudhu
%E2%80%99/
http://www.alquran-sunnah.com/artikel/doa-dzikir/sifat-wudhu-nabi.html
http://haditsdantafsir.wordpress.com/2012/11/12/kekeliruan-kekeliruan-dalam-
berwudhu/