Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

PEMBINAAN KELUARGA DALAM


ISLAM

DOSEN PENGAMPU :
Rahmi Wiza, S. Pd. I., M. A.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8
1.Andini Khairi Alena(22034080)
2.Melati Ningsih(22042252)
3.Tegar Wicaksono(22034076)
4.Vivi Maida Sari(22042069)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga tugas makalah yang berjudul “ pembinaan keluarga dalam islam" ini dapat selesai
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pendidikan Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang materi pembinaan keluarga dalam islam alam
mengembangkankemampuan utuh sarjana atau profesional.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Rahmi Wiza, S. Pd. I., M. A.


selaku dosen mata kuliah biologi umum yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang ditekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
sebagian pengetahuannya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Kami
menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 3 April 2023

Kelompok Penyusun

1
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3

Latar Belakang Masalah...................................................................................................... 3


Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
Tujuan ................................................................................................................................. 4

BAB II

PEMBAHASAN ....................................................................................................................5

Keluarga dalam Perspektif Islam Dalam pandangan Islam keluarga memiliki nilai yang
besar5
Tujuan Pernikahan dalam Perspektif Islam6
Pendidikan Pra Nikah dalam Islam ....................................................................................... 7
7
11
peran anggota keluarga dalam islam .................................................................................... 14
Pola Asuh Islami dalam Mencegah Permasalahan Sosial.......................................................15

BAB III

PENUTUP .......................................................................................................................... 16
Kesimpulan....................................................................................................................... 16

Saran ................................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17


2
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat yang dibangun di


atas penikahan yang terdiri dari suami, istri dan anak. Menurut psikologi keluarga bisa
diartikan sebagai orang yang berjanji untuk hidup bersama yang memiliki komitmen
atas dasar cinta, menjalankan tugas dan fungsi yang saling terkait karena sebuah
ikatan batin, atau sebuah hubungan pernikahan yang kemudian melahirkan ikatan
sedarah, terdapat pula nilai kesepahaman, watak, kepribadian satu sama yang lain
saling mempengaruhi walaupun terdapat keragaman, menganut ketentuan norma, adat,
nilai yang diyakini dalam membatasi keluarga dan yang bukan keluarga.
Islam menganjurkan untuk membentuk sebuah keluarga dan menyeru kepada
umat untuk hidup dibawah naungan-Nya. Jika keluarga sebagai tiang umat, maka
pernikahan sebagai tiang sebuah keluarga. Dengan pernikahan akan ada dan
terbentuknya rumah tangga dan keluarga sehingga memperkuat hubungan silaturrahim
kedua pihak.
Pada saat memberikan gambaran atau berupa pandangan mengenai keluarga
yang bahagia, Islam memperhatikan berbagai pola pembinaan dalam keluarga dan
menunjukkan bahwa manisnya kehidupan keluarga yang akan membawa dampak
positif terhadap kehidupan individu dan juga masyarakat, berupa berbagai macam
nikmat yang Allah berikan serta tanda- tanda kekuasannya diberikan untuk hamba-
Nya agar kehidupan selanjutnya bisa berjalan dengan baik dan tentram.

3
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana pola pembinaan keluarga dalam perspektif Islam?
2. Bagaimana membentuk keluarga menurut perspektif Islam?

Tujuan

Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui pola pembinaan keluarga dalam perspektif Islam
2. Untuk mengetahui membentuk keluarga dalam perspektif Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

Keluarga dalam Perspektif Islam Dalam pandangan Islam keluarga

memiliki nilai yang besar.

Dalam keluarga terdiri dari suami, isteri dan anak-anak. Islam memberikan perhatian
besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif untuk
mencegah kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran Islam memberikan
perhatian besar karena keluarga adalah landasan pertama untuk membangun masyarakat
muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi
muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi

Tujuan Pernikahan dalam Perspektif Islam

1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia Pernikahan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan


dasar manusia. Kebutuhan itu terdiri dari kebutuhan emosional, biologis, rasa saling
membutuhkan, dan lain sebagainya. Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan Abu
Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Wanita dinikahi karena empat hal:
karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Nikahilah
wanita karena agamanya, maka kamu tidak akan celaka," (HR. Bukhari dan Muslim).
2) Mendapatkan ketenangan hidup. Dengan menikah, suami atau istri dapat saling
melengkapi satu sama lain. Jika merasa cocok, kedua-duanya akan memberi dukungan,
baik itu dukungan moriel atau materiel, penghargaan, serta kasih sayang yang akan
memberikan ketenangan hidup bagi kedua pasangan.
3) Menjaga akhlak. Dengan menikah, seorang muslim akan terhindar dari dosa zina,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Wahai para pemuda! Barangsiapa di
antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih
menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji [kemaluan]. Dan barangsiapa
yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena shaum itu dapat membentengi
dirinya," (HR. Bukhari dan Muslim).
4) Meningkatkan ibadah kepada Allah SWT Perbuatan yang sebelumnya haram sebelum
menikah, usai dilangsungkan perkawinan menjadi ibadah pada suami atau istri. Sebagai
misal, berkasih sayang antara yang berbeda mahram adalah dosa, namun jika dilakukan
dalam mahligai perkawinan, maka akan dicatat sebagai pahala di sisi Allah SWT. Hal
ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: "... Jika kalian
bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah!". Mendengar sabda Rasulullah
para sahabat keheranan dan bertanya: "Wahai Rasulullah, seorang suami yang
memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala? Nabi Muhammad
SAW menjawab. 'Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami bersetubuh
dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa? Jawab para shahabat, Ya, benar.
Beliau bersabda lagi, 'Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya di tempat
yang halal), mereka akan memperoleh pahala!" (HR. Muslim).
5) Memperoleh keturunan yang salch dan salihah Salah satu amal yang tak habis
pahalanya kendati seorang muslim sudah meninggal adalah keturunan yang saleh atau
salihah. Dengan berumah tangga, seseorang dapat mendidik generasi muslim yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, yang merupakan tabungan pahala dan amal
kebaikan yang berkepanjangan. "Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu
5
pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istrimu itu anak-anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah" (QS. An-Nahl[16]: 72).

Pendidikan Pra Nikah dalam Islam

1) Pengertian Pendidikan Pra Nikah


Pra Nikah tersusun dari dua kata yaitu "pra" dan "nikah", kata "pra" sebagaimana yang
tercantum di dalam "Kamus Besar Bahasa Indonesia" ialah sebuah awalan yang memiliki
makna "sebelum". Sedangkan kata "nikah" diartikan di dalam "Kamus Besar Bahasa
Indonesia" ialah sebagai sebuah ikatan atau perjanjian (akad) perkawinan antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum
Negara dan agama.
2) Manfaat Pendidikan Pra Nikah
Amir Syarifuddin dalam bukunya yang berjudul "Hukum Perkawinan Islam di Indonesia"
menjelaskan bahwa pendidikan pra nikah dapat memberikan manfaat diantaranya ialah
untuk mencapai sebuah keluarga yang damai, tentram, dan bahagia serta senantias rasa
kasih sayang antar anggota keluarga sehingga mereka dapat bersosial dengan be
masyarakat. Keluarga yang bahagia tidak akan terwujud dengan mudah tanpa adanya
atau kebiasaankebiasaan baik yang dimulai dari dalam keluarga itu sendiri. Dengan
dalam mewujudkan keluarga yang bahagia hendaknya anggota keluarga menyadari
pentingnya sebuah proses pendidikan yang sesuai dengan syari'at sehingga proses
transformasi perilaku dan sikap anggota keluarga akan tercermin dalam kepribadian yang
baik yang sesuai dengan tuntunan yang disyari'atkan oleh agama.
3) Materi Pendidikan Pra Nikah
a. Kriteria memilih pasangan
"Perempuan itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, keturunannya,
kecantikannya, atau karena agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar
engkau beruntung". (HR. Bukhari dan Muslim)Pertama, Pertama, hendaknya
seorang laki-laki memilih seorang perempuan yang mempunyai banyak harta
untuk dijadikan sebagai istri. Dengan demikian, dari harta istri tersebut dapat
dijadikan modal bagi pasangan dalam menjalani kehidupan setelah menikah
(dengan catatan istri ridha terhadap harta tersebut digunakan bersama dengan
suami). Kedua, seorang laki-laki boleh menikahi seorang perempuan dari
keluarga baik atau perempuan dari keturunan (nasab) keluarga yang baik atau
memiliki strata sosial yang terpandang di dalam masyarakat. Dengan demikian,
maka setelah menikah suami akan naik pula strata sosialnya di masyarakat.
Ketiga, kaum laki-laki adalah makhluk visual, oleh karena itu sudah fitrahnya
mereka menyukai perempuan-perempuan cantik, bahkan tidak sedikit laki-laki
meletakkan kecantikan sebagai kriteria utama dalam memilih istri. Faktor
kecantikan ini merupakan salah satu bagian daya tarik yang menjadi pemenuhan
fitrah serta penguat kecenderungan kepada pasangannya. Keempat, Seorang lelaki
apabila dihadapkan dalam dua pilihan dimana ada seorang perempuan yang cantik
rupawan tetapi pengetahuan agamanya kurang dan seorang perempuan shalihah
akan tetapi kurang rupawan, hendaknya ia memilih yang kedua. Hal ini
sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah pada hadits di atas, bahwa ketika
memilih calon istri 25 maka utamakanlah yang baik agamanya (religius), karena
istri yang religius dan berakhlak mulia akan mewariskan nilai-nilai kebaikan dan
kemuliaan kepada anak-anaknya kelak.
6
b. Memilih calon suami "Apabila ada seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan
akhlaknya datang meminang anak perempuanmu, maka nikahkanlah dia. Apabila
engkau tidak menikahkannya. niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan
kerusakan yang meluas". (Hadits Riwayat at- Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Memilih calon suami yang memiliki kekayaan, memiliki strata dan status sosial
yang baik, berasal dari keluarga terpandang, dan tampan merupakan sebuah
kebebasan bagi seorang perempuan. Akan tetapi, hal utama yang harus dijadikan
pijakan pertama adalah aspek akhlak dan agamanya. Rasulullah Shallalahu Alaihi
Wasalam menganjurkan kriteria utama bagi para laki-laki dalam mencari istri, hal
tersebut juga dapat dijadikan pijakan bagi para perempuan dalam menentukan
siapa suaminya kelak. Menikah karena sebab kekayaan, keturunan, dan
kecantikan atau ketampanan, ketiganya adalah kriteria yang bersifat fitrah dalam
artian hal ini lumrah karena rata-rata kecenderungan manusia seperti itu. Akan
tetapi, tetap aspek kebagusan akhlak dan pengetahuan agama yang baik harus
dijadikan kriteria utama.
c. Materi tentang pernikahan
a) Ta'aruf
Taaruf merupakan proses perkenalan atau biasa dikenal dengan istilah
masa penjajakan antara seorang laki-laki dan perempuan yang akan
mengukuhkan hubungan mereka selanjinya ke jenjang pernikahan yang
suci 12 Ta'aruf maksudnya adalah upaya untuk lebih saling mengenal dan
menjajaki kecocokan masing-masing sehingga hubungan mereka (laki-laki
dan perempuan) dapat dilanjutkan pada proses yang lebih lanjut. Taaruf
harus dilakukan sesuai dengan cara yang telah dianjurkan oleh syariat
agama supaya dapat menghindar dari jebakan nafsu syahwat, serta dapat
menghindarkan diri dari berbagai aktivitas yang ditentang oleh syariat
agama.
b) Khitbah dan mahar
Proses yang ditempuh selanjutnya setelah ta'aruf dirasa cukup dan saling
menemukan kecocokan, maka dilangsungkan khitbah. Khitbah maknanya
meminta seorang wanita untuk menikah. Apabila permintaan seorang laki-
laki dikabulkan, khitbah ini tidak lebih dari sebuah janji untuk menikah.
Dengan demikian, wanita itu masih berstatus orang asing baginya hingga
akad nikah dilangsungkan Khitbah bukanlah syarat sah nikah, akan tetapi
biasanya khitbah merupakan salah satu sarana untuk menikah 15 Mahar
atau maskawin adalah suatu benda yang0wajib diberikan oleh
seorang0laki-laki (calon suami) kepada seorang perempuan (calon istri).
Mahar biasanya disebutkan dalam akad nikah sebagai pern persetujuan
antara laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama sebagai suami-i
diberikan secara langsung kepada calon mempelai wanita sebagai hak
pribadi sepenuhnya
Ketahanan Keluarga dalam Islam

1. Ketahanan Fisik
Ketahanan fisik mencakup kepada kebutuhan primer dalam keluarga seperti
terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papun, pendidikan, dan kesehatan.
Aspek fisik bisa disebut juga material yang merupakan komponen penting di
dalam keluarga.
2. Ketahanan Sosial
Islam mengajarkan nilai komitmen ketahanan sosial yang tinggi melalui sikap
7
saling menjaga dan melindungi kehormatan keluarga. "Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu: penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At- Tahrim: 6)
3. Ketahanan Psikologis
Kemudian ketahanan psikologis ditunjukkan apabila keluarga mampu
menanggulangi masalah nonfisik dengan melakukan pengendalian emosi secara
positif. Di dalam konsep psikologis keluarga maka diperlukan kepedulian satu
sama lain, terutama dari pihak suami dan istri.
Konsep Talak dan Rujuk

1. Pengertian Talak
Pengertian Talak Secara bahasa, talak berarti melepaskan ikatan. Dengan kata lain. talak
adalah memutuskan hubungan antara suami istri dari ikatan pernikahan yang sah menurut
syariat agama. Meski demikian, Islam juga memperbolehkan adanya rujuk setelah suami
menjatuhkan talak pada istrinya, tapi tetap dengan beberapa catatan
2. Hukum Talak Dalam Islam
a) Talak Menjadi Wajib
Hukum talak menjadi wajib yakni talak yang akan dijatuhkan oleh pihak
penengah antara suami dan istri (hakam), karena perceraian antara suami dan istri
yang tidak akan mungkin disatukan kembali dan jug talak merupakan satu-
satunya jalan.
b) Talak Menjadi Haram
Hukum dari talak menjadi haram yakni talak tanpa alasan yang benar. Oleh sebab
itu, diharamkan karena menyakiti istri yang pada akhirnya akan merugikan kedua
belah pihak. dikarenakan tidak ada gunanya dan juga kemaslahatan melakukan
talak
c) Talak Menjadi Sunnah
Hukum talak menjadi Sunnah yakni suatu talak yang disebabkan istri
mengabaikan kewajibannya kepada Allah Swt maupun suka melanggar larangan-
Nya. Dalam hal ini istri dikategorikan sudah rusak moralnya, padahal suami
sudah berusaha memperbaiki dirinya. Menurut Imam Ahmad tidak patut
mempertahankan istri seperti itu, karena hal tersebut akan banyak mempengaruhi
keimanan suami dan juga tidak membuat ketenangan dalam rumah tangga.
Bahkan Ibnu Qadamah menjelaskan bahwa talak terhadap istri yang demikian
wajib hukumnya.
3. Rukun Talak Dalam Islam
 Suami
Talak yang dijatuhkan suami terhadap istri telah dianggap sah apabila suami
dalam keadaan berakal, baligh dan berdasarkan kemauannya sendiri bukan sebuah
paksaan dari pihak mana pun. Jumbur ulama sepakat bahwa suami yang telah
terkena gangguan jiwa, dan bukan atas kemauannya sendiri talaknya akan tidak
sah. Sementara menurut Imam Hanafi dan juga murid- muridnya jika talak karena
paksaan dianggap sah. Sedangkan jika menjatuhkan talak dalam keadaan mabuk,
mainmain, ketika sedang marah, lupa dan saat tidak sadar mereka berbeda
pendapat. Diantara mereka ada yang berpendapat talaknya sah saja dan juga ada
yang berpendapat tidak sah.

 Istri
8
Talak yang dijatuhkan kepada Istri hukumnya sah saja apabila masih dalam ikatan
suami istri yang sah dan istri dalam keadaan iddah talak raj'i ataupun talak bain
sugh dijatuhkan sebelumnya.
 Qashdu (di sengaja)
Melakukan Talak akan sah jika ada kesengajaan mengucapkan talak deng untuk
menalak dan juga bukan maksud yang lainnya. Oleh sebab itu jika salah
mengucapkan tidak akan dianggap sebagai talak.
4. Jenis-jenis Talak
a) Talak Ditinjau Dari Segi Jumlah.
 Talak satu ialah talak yang pertama kali dijatuhkan oleh suami kepada
istrinya dan juga hanya dengan satu talak.
 Talak dua ialah suatu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
yang kedua kali maupun untuk yang pertama kalinya tetapi dengan 2 talak
sekaligus, misalnya: aku talak kamu dengan talak yang dulu
 Talak yang ke tiga ialah talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
untuk yang ketiga kalinya ataupun untuk yang pertama kalinya tetapi
langsung talak tiga, misalnya suami berkata: aku talak kamu dengan talak
yang tiga.
b) Talak ditinjau dari segi boleh tidaknya bekas suami untuk rujuk kembali
 Talak Raj'i Yang dimaksud dengan talak raj'i ialah talak yang boleh
dirujuk kembali mantan istri oleh mantan suaminya selama masa iddah
maupun sebelum masa iddahnya yang berakhir. Yang termasuk talak raj'i
yakni talak satu dan juga talak dua. DR. Asy-Syiba'iy mengatakan bahwa
talak raji merupakan talak yang telah dijatuhkan suami kepada istrinya,
apabila suami ingin rujuk kembali maka tidak akan melakukan akad nikah
lagi, tidak akan memerlukan mahar dan tidak memerlukan saksi lagi.
 Talak Ba'in Yang dimaksud dengan talak ba'in yakni talak yang akan
dijatuhkan suami dan mantan suami tidak boleh meminta rujuk Kembali
kecuali dengan melakukan akad nikah lagi dengan semua syaratnya serta
rukunnya. Talak ba'in ada 2 macam yaitu talak ba'in shughra dan juga
talak ba'in kubra.
 Talak Bain Shughra Merupakan talak yang dapat menghilangkan
kepemilikan mantan suami terhadap mantan istri, tetapi tidak
menghilangkan kebolehan mantan suami untuk rujuk dengan
melakukan akad nikah ulang. yang termasuk talak bain shughra
antara lain talak yang belum akan bercampur, khuluk, talak satu
dan juga talak dua tetapi masa iddahnya sudah habis.
 Talak Ba'in Kubra Talak ba'in qubra merupakan talak 3 dimana
mantan suami tidak boleh rujuk kembali, terkecuali jika mantan
istrinya pemah menikah dengan laki-laki yang lain dan sudah
digaulinya, lalu diceraikan oleh suaminya yang kedua.
c) Talak Ditinjau Dari Segi Keadaan Istri
Talak Sunny: Talak sunny yakni talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya
yang pernah dicampurinya dan pada waktu itu keadaan istri dalam keadaan suci
dan pada waktu suci belum dicampurinya, sedang hamil dan juga jelas
kehamilannya.
Talak Bid'iy: Talak bid'iy yakni talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang
pernah dicampurinya dan pada saat itu keadaan istri saat sedang haid Dan dalam
keadaan suci tetapi pada waktu suci tersebut sudah dicampuri.
5. Rujuk
9
a) Pengertian Rujuk
Rujuk adalah bersatunya kembali sepasang suami dan istri dalam ikatan
pernikahan setelah terjadinya talak raj'i (di antara talak satu dan talak dua), dan
sebelum habis masa iddah (masa saat istri menunggu setelah diceraikan oleh
suaminya). Jika seorang suami memutuskan untuk rujuk dengan istrinya,
keduanya nggak perlu melangsungkan akad nikah. Sebab, akad nikah yang
keduanya miliki belum sepenuhnya putus.
Namun, ada beberapa cara dan syarat yang perlu diperhatikan. "Wanita-wanita
yang dotalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru Tidak boleh
mereka menyembunyikan apa yang diciptakan dalam rahimnya jika mereka
beriman pada Allah swt dan hari akhir Dan suami-suami berhak merujukinya
dalam masa menanti itu jika mereka menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menuntut cara yang ma'ruf
Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS.al-Baqarah: 228)
b) Syarat Rujuk
*Syarat rujuk dari sisi istri adalah istri yang telah ditalak pernah melakukan
hubungan seksual dengan sang suami. Jika suami menalak istri yang belum
pernah melakukan hubungan seksual bersama, ia tidak berhak mengajak rujukan.
Hal ini sudah merupakan kesepakatan para ulama. Syarat rujuk dari sisi suami
adalah ia tidak boleh merasa terpaksa kala mengajak rujuk istrinya. berakal sehat,
dan sudah akil baligh atau dewasa
*Talak yang jatuh bukanlah talak tiga, melainkan talak raj'i. Talak yang terjadi
tanpa tebusan. Jika dengan tebusan, istri menjadi talak bain (talak yang dijatuhkan
suami pada istrinya yang telah habis masa iddah-nya) dan suami tidak dapat
mengajak istrinya untuk rujukan. Rujuk dilakukan pada masa iddah atau masa
menunggu istri. Jika sudah lewat masa iddah, suami tidak dapat mengajak istri
untuk rujuk kembali dan ini sudah menjadi kesepakatan para ulama fikih.
*Adanya ucapan jelas atau tersirat untuk mengajak rujukan
* Adanya saksi yang menyaksikan suami dan istri rujuk kembali. Sebagaimana
firman Allah swt yang berbunyi: "Maka bila mereka telah mendekati akhir
iddahnya, maka rujuklah (kembali kepada) mereka dengan baik atau lepaskanlah
mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara
kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah." (QS. at-Talaq:

Peran anggota keluarga dalam islam

Anggota keluarga Kewajiban Hak Tanggung jawab


Ayah  Mencari  Dihormati  Memberi
nafkah untuk seluruh nafkah
keluarga amggota keluarga
 Melindungi keluarga  Memberi
seluruh  Mendapatkan perlindungan
anggota prngasuhan kepada
keluarga dari anak seluruh
 Mendidik anaknya keluarga
1
0
anak anaknya dikala sudah  Memberi
 Mencukupi tuli tempat
kebutuhan  Mendapatkan (rumah) yang
keluarga kasih sayang layak untuk
dari anggota keluarga
keluarga yang
lain
 Memerintah
anak anaknya
Ibu  Menyayangi  Mendapatkan  Menyayangi
keluarganya nafkah lahir keluarga
 Mengurus batin dari ayah  Mau
suami dan  Mendapatkan mengurus
anak anaknya perlindungan suami dan
 Menghormati dari anggota anak anaknya
suami keluarga  Menghormati
 Mendapatkan suami
kasih sayang
dari anak
anaknya dan
juga ayah

anak  Seorang anak  Mendapatkan  Harus patuh


wajib pendidikan kepada orang
menghormati  Mendapatkan tua
orang tua kasih sayang  Harus
menghormati
orang tua

Pola Asuh Islami dalam Mencegah Permasalahan Sosial


1. Metode Suri Tauladan
Kata teladan dalam Al-Qur'an identic dengan kata uswah yang berarti sifat dan hasanah
yang berarti baik (Samsuardi,2017). Kata ini pun juga ada di dalam Al-Qur'an surat Al
Ahzab ayat 21: Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Metode suri tauladan ini dinilai paling efektif,
karena lebih menekankan pada hal yang konkrit dibandingkan hal yang bersifat abstrak.
Dalam membina anak, hal konkrit ini lebih mudah dipahami karena ia dapat melihat
contohnya dalam kehidupan sehari-hari yakni orangtua nya dan juga guru nya. Oleh karena
itu,
peran orangtua disini sangat penting karena menjadi contoh bagi anaknya. Apabila orangtua
bersikap buruk dan tidak terpuji, anak pun dapat mengikutinya dan kelak ketika ia tumbuh
dewasa sifat tersebut tetap ada pada dirinya dan sulit diubah karena pengaruh dari
orangtuanya semasa kecil. Maka, jika orangtua ingin anaknya menjadi seorang anak yang
shalih sudah sepatutnya orangtua pun juga mencontohkan hal-hal yang baik kepada
anaknya.
1
1
2. Metode Pembiasaan
Metode ini merupakan metode turunan dari metode suri tauladan. Metode ini merupakan
metode yang menitikberatkan pada perilaku anak yang diturunkan dari sifat-sifat baik yang
telah ia contoh dari orangtuanya. Contohnya adalah sifat orangtua yang selalu berbuat baik
seperti pergi ke masjid, selalu membaca Al-Qur'an, dan sebagainya. Anak yang melihat
sikap orangtua yang seperti itu akan membuat anak terpengaruh dan mengikutinya juga.
Apabila ada salah satu dari Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi | 134 perilaku
yang tidak dilakukan dalam kehidupannya sehari-hari makai akan merasa kurang nyaman
atau merasa kosong di dalam hatinya.
3. Metode Ceramah
Dalam membina seorang anak, kita bisa menggunakan metode ceramah. Metode ini dinilai
cukup efektif dalam memberikan pemahaman kepada anak dalam mengajarkan perilaku dan
juga larangan - larangan sesuai dengan ajaran agama. Dalam metode ceramah ini, sebagai
orangtua kita mendapat keuntungan yakni kita tidak perlu menggunakan metode hukuman
karena dengan ceramah saja sudah cukup untuk memberikan pembelajaran kepada anak.
4. Metode Kisah
Istilah kisah dalam Al-Qur'an disebut Qasas berarti berita yang berurutan. Qasas Al- Qur'an
adalah pemberitaan Qur'an tentang hal ikhwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian)
yang terdahulu dan peristiwaperistiwa yang telah terjadi (Samsuardi, 2017). Penggunaan
metode kisah-kisah ini bersumber dari Al-Qur'an contohnya saja Nabi Ismail yang taat
kepada kedua orangtuanya. Tidak hanya menceritakan tentang kisah-kisah yang
mengandung suri tauladan saja, namun kita dapat mengangkat kisah yang menceritakan
tentang durhaka kepada Allah dan kepada orangtua contohnya saja, kisah Nabi Nuh.
Dikisahkan Nabi Nuh membuat sebuah kapal yang besar yang menampun dirinya serta
orang-orang yang mempercayai Allah namun sayangnya istrinya dan anaknya tidak
mempercayainya bersama dengan penduduk penduduk yang lain hingga akhirnya Allah
menimpakan mereka azab yang pedih. Melalui pembinaan dengan menggunakan metode
kisah- kisah ini diharapkan anak mengerti dan meneladani perilaku para Nabi serta
menjauhi semua larangan Allah.
5. Metode Diskusi
Metode ini bisa digunakan dalam membina anak karena orangtua dapat berdiskusi dengan
anak dengan tujuan untuk memantapkan pikiran mereka dan juga pengetahuan mereka
terhadap suatu hal. Selain itu, dalam metode diskusi ini anak dapat mempelajari sikap -
sikap yang baik seperti dapat menerima pendapat oranglain, dapat bertambahnya wawasan
mereka, dan dapat melatih kemampuan berpikir kritis mereka. Penggunaan beberapa
metode - metode diatas dapat diaplikasikan kepada anak tetapi akan percuma apabila
orangtua tidak memahami seperti apa kepribadian dan sifat yang dimiliki anak. Tentunya,
ada beberapa anak yang tidak suka diajari oleh metode yang keras tetapi terkadang sebagai
orangtua kita perlu menggunakan metode yang bukan keras melainkan tegas agar dapat
mendisiplinkan anak.
Hakikat dan makna dari pembinaan anak dalam Islam sendiri adalah anak merupakan
anugerah yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Sudah sepatutnya, sebagai orangtua
kita perlu membimbing dan mengarahkan anak kita agar ia tidak salah jalan. Karena
orangtua merupakan pendidik pertama bagi anak. Ketika anak telah tumbuh besar tanggung
jawab dalam membina seorang anak pun semakin luas yakni sekolah, organisasi, teman
sebaya, dan sebagainya. Untuk itu, orangtua perlu menyiapkan bekal berupa pembelajaran
akhlak kepada anak sedari kecil agar ia tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan
dirinya di masa depan.
1
2
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dalam Islam, keluarga memiliki kedudukan yang sangat penting oleh karena itu Allah
telah mengatur konsep pembinaan keluarga agar hubungan di dalam suatu keluarga dapat
terjaga keharmonisannya. Konsep pembinaan ini mengatur segala jenis hubungan antar suami
dengan istri, hubungan antar orangtua dengan anak, dan hubungan antar anak dengan
orangtuanya. Dimulai dari rukun dan syarat dalam pernikahan, talak dan rujuk, hingga
kewajiban seorang orangtua dalam mengasuh anak dan kewajiban seorang anak terhadap
orangtuanya
Rukun dan syarat nikah sendiri harus dipenuhi, baik itu oleh pihak mempelai laki-laki.
pihak mempelai perempuan, wali nikah, ijab kabul, hingga mahar. Tak hanya itu, telah diatur
juga syarat-syarat talak. Talak sendiri adalah memutuskan hubungan antara suami istri dari
ikatan pernikahan yang sah menurut syariat agama. Talak terdiri dari beberapa macam. jika
ditinjau dari segi jumlah talak dibagi menjadi tiga yakni, talak satu, talak dua, dan talak tiga.
Lalu, apabila dilihat dari segi boleh tidaknya seorang suami rujuk kembali talak dibagi
menjadi lima yakni talak raj'i, talak ba'in, talak ba'in sughra, talak ba'in kubra. Terakhir, talak
yang ditinjau dari segi keadaan istri dibagi menjadi dua, yakni talak sunny dan talak bid'ly.
Bukan hanya talak saja, namun hal mengenai rujuk pun juga diatur di dalam Islam. Rujuk
sendiri adalah bersatunya kembali sepasang suami dan istri dalam ikatan pernikahan setelah
terjadinya talak raj'i, dan sebelum habis masa iddah.
Pembinaan dalam keluarga tentu saja membutuhkan koordinasi yang baik antara dua pihak.
Baik itu antara suami dengan istri maupun antara orangtua dengan anak. Apabila salah satu
pihak tidak bisa berkoordinasi dengan baik, tentu saja dalam mewujudkan keluarga yang baik
dan harmonis tidak akan tercapai. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai pembinaan
keluarga ini sangat penting di dalam sebuah keluarga.

1
3
DAFTAR PUSTAKA

Husein Muhammad Yusuf , Keluarga Muslim dan Tetangganya, Cet 9, (Jakarta:


Gema Insani Press, 2000) hlm. 69.

Hasbi Indra, iskandar ahza dan husnani, Potret Wanita Shalihah, (Jakarta:
Penamadani, 2004), hlm. 61-62.

Muhamud Al-Juari, Muhammad Abdul Hakim Khayyal. Membangun Keluarga


Qur’ani (Panduan Untuk Wanita Muslimah), (Jakarta: Amzah, 2005), hlm.
3.

Muhammad Tholhah Hasan, Islam Dan Maslah Sumbar Daya Manusia..., hlm. 48-
49.

Fachruddin Hasballah, Psikologi Keluarga dalam Islam, (Banda Aceh: Yayasan


Pena, 2007), hlm. 87.

1
4
1
5
10
11
12
14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai