Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan rahmat
dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini. Adapun yang menjadi judul makalah ini adalah “Akhlak Dalam Keluarga”. Jika dalam
penulisan makalah ini terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya,
maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-koreksi
yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam
pembuatan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.......................................................................................................................................2
A. Pengertian Keluarga.................................................................................................................3
3.2 Saran.......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok
manusia yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat
manusia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu
ditunjukkan pada semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun
semua penduduk disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang
diperuntukkan bagi keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan
itu sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin,
harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari
pihak pengantin putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri
hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum
berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada hukum yang
benar. Apakah dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian
terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun
seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan
bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di
dalam rumah tangganya, maka dari itu akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri
sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan, Sehingga perhatian
terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun
seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan
bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di
dlm rumah tangganya,Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga para istri
merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada istrinya,Karena akhlak
mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di
atas kebaikan. Memang suamilah yg paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg
baik dlm rumah tangga karena dia sebagai sebagai pimpinan.
1.3. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga
Keluarga dalam bahasa arab adalah AL - Usroh yang berasal dari kata al- asru
yang secara etimologis mempunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman
sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasibio-psiko-sosio-
spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama
dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan
saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau
hubungansilaturrahim. Sementara satu . Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat
dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga adalah proses
transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam
masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama
dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang
penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat. Dalam norma ajaran sosial,
asal-usul keluarga terbentuk dari perkawinan (laki-laki dan perempuan dan kelahiran
manusia seperti yang ditegaskan Allah dalam surat an-Nisa ayat satu yang berbunyi:
Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturanIslam bahwa dalam upaya pengembangbiakan
keturunan manusia,hendaklah dilakukan dengan perkawinan. Oleh sebab itu,
pembentukan keluarga di luar peraturan perkawinan dianggap sebagai perbuatan dosa.
Istilah birrul walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad saw. Dalam sebuah
riwayat disebut bahwa ‘Abdullah bin mas’ud seorang sahabat Nabi yang terkenal
bertanya kepada Rasulullah saw tentang amalan apa yang di sukai oleh Allah SWT,
Beliau menyebutkan pertama sholat tepat pada waktunya; kedua birrul walidain dan
ketiga, al-jihadu fi sabilillahi (H, mutafaqun ‘alaihi).
Birrul walidain terdiri dari kata birru dan al- walidaini. Birru atau al- birru yang
artinya kebajikan (ingat penjelasan tentang al-birru dalam surat Al-baqarah ayat 1772),
al- walidain artinya dua orang tua atau bapak dan ibu’, jadi birrul walidain artinya
adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua, seperti dalam firman Allah swt :
“dan tuhanmu telah memerintahkanmu supaya kamu jangan menyembah selain
dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu “(QS, Al-isra’:23)”.
Banyak cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul walidain tersebut,
Antara lain sebagai berikut:
1. Mengikuti apa yang orang tua inginkan dalam berbagai aspek kehidupan baik
masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainya. Dengan catatan
keinginan atau saran dari orang tua tersebut sesuai dengan ajaran islam, dan pabaila
bertentangan maka anak wajib menolaknya dengan cara yang baik, seraya dengan
meluruskan hal sedemikian sesuai dengan tuntunan al-Qur’an:
“dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya dengan baik...”(QS, al-luqman ayat 15).
Rasulullah juga menegaskan bahwa:
“tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah, ketaatan hanyalah semata dalam hal
yang ma’ruf..”(HR. Muslim).
2. Menghormati dan memuliakan orang tua dengan penuh rasa terimakasih dan kasih
sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa di nilai dengan apapun.
Yang melahirkan, mendidik, membesarkan, merawat dan melindungi anaknya.
Seperti dalam firman Allah swt:
“ dan kami wasiatkan (wajibkan) kepada manusia (berbuat baiklah) kepada kedua
orang tuamu (ibu dan bapaknya), ibu yang telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah
kepada-ku dan kedua ibu bapakmu, hanya kepadakulah kembalimu..”(QS.luqman
ayat14).
3. Membantu orang tua baik secara fisik atau materil, mengerjakan pekerjaan orang tua
(terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah jika sebelu berkeluarga, atau secara
finansial, baik untuk membeli makanan, apalagi untu berobat. Rasulullah saw
menjelaskan bahwa, betapapun banyaknya kau mengeluarkan uang untuk membantu
orang tuamu tidak sebanding, dengan jasanya kepadamu
4. Mendo’akan ibu dan bapak semoga di beri ampunan, rahmat dan kasih sayang oleh
Allah swt, seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an do’a Nabi nuh memintakan
keampunan untuk orang tuanya , dan perintah kepada setiap anak untuk memohonkan
rahmat Allah bagi orang tuanya
5. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di teruskan dengan
cara antara lain:
a. menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya
b. melunasi hutang-hutangnya
c. melaksanakan wasiatnya
d. meneruskan silaturrahim yang di binanya di waktu hidup
e. memuliakan sahabat-sahabatnya
f. mendo’akanya
Salah satu nikmat dalam berkeluarga adalah memiliki anak yang saleh. Namun,
untuk membina anak yang saleh, pihak orang tua mempunyai sejumlah tugas dan
tanggung jawab moral yang perlu dipenuhi, di antaranya :
Menjaga dan mendo’akan keselamatan anak, dimulai sejak dalam kandungan
rahim ibunya. Anak memerlukan perhatian sehingga anak dapat lahir dengan sehat
wal‘afiyat. Dianjurkan kepada para orang tua untuk mendo’akan kesehatan dan
keselamatan anaknya dimanapun berada. Seperti yang diajarkan Allah dalam firman-Nya
berikut ini :
“Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menyenangkan hati,
dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. al-Furqan [25]: 74)
1. Mengaqiqahkan dan memberikan nama yang baik, dianjurkan kepada kedua orang
tua untuk menyembelih kambing pada hari ketujuh kelahiran bayi dan diberikan
nama yang mengandung arti-arti yang baik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Nama yang paling disukai Allah adalah yang dimulai dengan abd (kemudian disusul
dengan salah satu di antara nama-nama sifat Allah) atau yang mengandung makna
terpuji (seperti Muhammad, Ahmad, dan sebagainya)“(HR. Muslim)
2. Menyusukan, selama lebih kurang dua tahun anak disusukan oleh ibunya.
3. Memberikan makan, tempat tidur, dan pakaian yang layak, kemudian setelah itu
orang tua berkewajiban memberi anak makan, pakaian, dan tempat tidur secara wajar
hingga mereka bisa dilepas untuk berdiri sendiri.
4. Mengkhitan, ialah memotong kulup atau kulit yang menutupi ujung kemaluan agar
terhindar dari berkumpulnya kotoran di bawah kulup, dan memudahkan
pembersihannya setelah buang air kencing. Sebagian besar ulama mewajibkan atas
setiap laki-laki Muslim, sebaiknya sebelum usia baligh.
5. Memberi ilmu, kedua orang tua wajib memberikan pemahaman dan ilmu baik secara
langsung maupun melalui lembaga pendidikan.
6. Mengawinkan jika sudah mencapai baligh, sebagian dari kewajiban bapak atas
anaknya ialah memberikan nama baik, ajarkan dia menulis, dan kawinkan dia apabila
telah dewasa.
7. Berlaku adil. Sebagai orang tua, kasih sayangnya harus diberikan secara adil sesuai
proporsional. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut ini : dari nu’man bin
Basyir r.a, bahwa bapaknya pernah menghadap Rasulullah SAW bersamanya. Di
sana bapaknya berkata ”Sesungguhnya aku telah memberikan pelayan kepada anakku
ini,” Rasulullah kemudian bertanya, apakah anakmu yang lain juga kamu berikan hal
yang sama?’ bapaknya menjawab tidak. Rasulullah bersabda bertaqwalah kepada
Allah dan berbuat adilah kepada anakmu. (HR. Muslim).
ً َو َعاِش ُروُهَّن ِباْلَم ْعُروِف َفِإن َك ِرْهُتُم وُهَّن َفَعَس ى َأن َتْك َر ُهوْا َش ْيئًا َو َيْج َعَل ُهّللا ِفيِه َخْيرا
‘’Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka,(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa` : 19)
َو ِخَياُر ُك ْم ِخَياُر ُك ْم ِلِنَس اِئِهم،َأْك َم ُل اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ِإْيَم اًنا َأْح َس ُنُهْم ُخُلًقا
“Mukmin yg paling sempurna iman adalah yang paling baik akhlak dan sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.”
2. Sebagai seorang kepala keluarga, suami dianjurkan untuk memperlakukan istri dan
anak-anaknya dengan kasih sayang dan menjauhkan diri dari sikap kasar. Adakalanya
seorang suami menjadi tokoh terpandang di tengah masyarakat, ia mampu dan pandai
sekali berlemah lembut dalam tutur kata, sopan dalam perbuatan tapi gagal
memperlakukan keluarganya sendiri dengan sikapnya saat berbicara kepada
masyarkat.
3. Seorang suami sangat membutuhkan pasokan kesabaran agar ia tangguh dalam
menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan. Suami tangguh adalah suami yang
tidak mudah terpancing untuk lekas naik pitam saat melihat hal-hal yang kurang tepat
demi cinta dan rasa sayangnya kepada istri. Betapa sabarnya Rasulullah sebagai
seorang suami dalam mengurusi para istrinya.
4. Seorang suami hendaknya mampu mencandainya. Adanya canda dan tawa dalam
kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan. Bayangkan apa yang terjadi jika
pasangan suami-istri melalui hari-harinya tanpa canda. Lambat laun rumah tangganya
menjadi bak areal pemakaman yang sepi, senyap, hampa.Suami yang ingin
menunaikan hak-hak istrinya akan berusaha mengundang canda, gurauan, yang
mencairkan suasana dengan senyum dan tawa; berusaha untuk bermain perlombaan
dengan istri seperti yang dilakukan Rasulullah kepada istrinya Aisyah Ra.Dalam diri
setiap manusia terdapat sifat kekanak-kanakan, khususunya pada diri seorang wanita.
Istri membutuhkan sikap manja dari suaminya dan karenanya jangan ada yang
menghalangi sikap manja seorang suami untuk istrinya.
Dan bukan istri yg digambarkan Rasulullah SAW kepada ‘Umar ibnul Khaththab
radhiyallahu ‘anhuma:
َغاَب َع ْنَها ِإَذ ا َنَظَر ِإَلْيَها َس َّر ْتُه َوِإَذ ا َأَم َر َها َأَطاَع ْتُه َو ِإَذ ا، اْلَم ْر َأُة الَّصاِلَح ُة، َأَال ُأْخ ِبُرَك ِبَخْيِر َم ا َيْك ِنُز اْلَم ْر ُء
َح ِفَظْتُه
Oleh karena itu wahai para istri perhatikanlah akhlak kepada suami dan kerabatnya.
Ketahuilah akhlak yg baik itu berat dalam timbangan nanti di hari penghisaban dan
akan memasukkan pemiliknya ke dlm surga.
3. Istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka dengan
pendidikan yang baik, memperdengarkan kata-kata yang baik, mendoakan mereka
dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan implementasi bakti istri kepada
suaminya.
4. Karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah tangga dan
mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati dalam
pelbagai forum. Hal yang sering terjadi pada diri seorang wanita yaitu menceritakan
keadaan buruk yang pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan dengan
menceritakan masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun yang
terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi orang
banyak, nama baik suami dan keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung
ditemukan.
5. Tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari suami.
Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan bersabda, “Hendaknya seorang
wanita (istri) tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin suami. Jika ia
tetap melakukannya (keluar tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya melaknati sampai ia
bertaubat atau kembali pulang ke rumah.” (HR. Abu Dawud, Baihaqi, dan Ibnu
`Asakir dari Abdullah bin Umar).
Sakinah Yaitu perasaan nyaman, cenderung, tentram atau tenang kepada yang
dicintai,
ُه َو اَّلِذي َج َع َل َلُك ُم الَّلْي َل ِلَت ْس ُكُنوا ِفيِه َو الَّن َه اَر ُمْبِص ًر ا ِإَّن ِفي َذ ِلَك آلَي اٍت ِلَقْو ٍم َي ْس َم ُعوَن
Artinya : “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya
(litaskunu fihi) dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah).
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang mendengar”.
َو ِمْن آَياِتِه َأْن َخ َلَق َلُك ْم ِمْن َأْنُفِس ُك ْم َأْز َو اًج ا ِلَت ْس ُكُنوا ِإَلْي َه ا َو َج َع َل َب ْي َن ُك ْم َمَو َّد ًة َو َر ْح َم ًة ِإَّن ِفي َذ ِلَك آلَي اٍت ِلَقْو ٍم َي َتَفَّك ُروَن
Artinya : “Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu mawadah dan
rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir” [Ar-Rum 21].
َو َلِئْن َأَص اَبُك ْم َفْض ٌل ِم َن ِهَّللا َلَيُقوَلَّن َك َأْن َلْم َتُك ْن َبْيَنُك ْم َو َبْيَنُه َم َو َّد ٌة َيا َلْيَتِني ُكْنُت َم َع ُهْم َفَأُفوَز َفْو ًز ا َع ِظ يًم ا
Artinya : “Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia
mengatakan seolah-olah belum pernah ada mawadah antara kamu dengan dia: “Wahai,
kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar
(pula)” [An-Nissa 73].
surat Al-Ma’idah ayat 82-83, tentang doa orang-orang yang memiliki mawadah:
Artinya : “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang
yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad
shallallahu’alaihi wasalam )”
Warahmah, Rahmah adalah kasih sayang dan kelembutan, timbul terutama karena
ada ikatan. Al-Qur’an menyebut hubungan darah ini al-arham,
َو ُأوُلو األْر َح اِم َبْعُضُهْم َأْو َلى ِبَبْع ٍض ِفي ِكَتاِب ِهَّللا ِإَّن َهَّللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم
‘Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari api Neraka.”
(At Tahrim : 6)
Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses yang
panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:
1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan
sunnah Rasulullah SWT.
2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada
kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.
3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.
4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari
hubungan yang dilaran Allah SWT
5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan
iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan
didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan yang halal,
menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju
ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario
siksa api neraka.
6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan
berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentan
agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang mulia,
menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan
suaminya.
7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling
menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai,
saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut
komunikasi yang intens.
BAB III.
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena
merekalah anak mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu
menghayati suasana kehidupan religius dalam kehidupan keluarga yang akan
berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari yang merupakan hasil dari bimbingan orang
tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia, budi pekerti yang luhur yang berguna
bagi dirinya demi masa depan keluarga agama, bangsa dan negara.
3.2. Saran
Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang jenuh kepada anaknya
dalam membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan yang
baik tetapi hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai bacaan dan
menanamkan kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang baik, menghukum anak
apabila bersalah, memuji apabila berbuat baik, menciptakan suasana yang hangat yang
religius (membaca Al-Qur'an, sholat berjamaah, memasang kaligrafi, Do'a-Do'a dan
ayat-ayat Al-Qur'an).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=pengertian+keluarga+dalam+bahasa+arab&sca_esv=bee9f631f892af8f&ei=fWbhZa_JFZSIjuMPz
PuGiAc&ved=0ahUKEwjv-
_iwqdKEAxUUhGMGHcy9AXEQ4dUDCBA&uact=5&oq=pengertian+keluarga+dalam+bahasa+ara
b&gs_lp=Egxnd3Mtd2l6LXNlcnAiJXBlbmdlcnRpYW4ga2VsdWFyZ2EgZGFsYW0gYmFoYXNhI
GFyYWIyBRAhGKABSKA0UM0DWJApcAF4AZABAJgBtwGgAdESqgEEMC4xOLgBA8gBAPg
BAZgCE6ACixXCAgoQABhHGNYEGLADwgINEAAYgAQYigUYQxiwA8ICChAAGIAEGIoFG
EPCAgUQABiABMICBhAAGBYYHsICCBAAGBYYHhgPwgIFECEYnwXCAgcQIRgKGKABm
AMAiAYBkAYKkgcGMS4xNy4xoAfgYA&sclient=gws-wiz-serp
https://jateng.nu.or.id/keislaman/inilah-2-adab-suami-terhadap-istri-LgFOB#:~:text=Artinya%3A
%20Adab%20suami%20terhadap%20Istri,mengeluarkan%20biaya%20untuk%20kebutuhan%20istri
https://sumsel.kemenag.go.id/berita/view/107670/berita