Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

AKHLAK PRIBADI DAN KELUARGA

Dosen pengampuh : ELLI OSCHAR, S.Pd. I, M.Pd. I

DISUSUIN OLEH :

KELOMPOK 9

MEISYA PUTRI MAULIDYA 105721103322

IKA NURINSANA ZAHRA 105721137022

ANI RAMADHANI JALIL 105721138722

PROGRAM STUDI MANAJEMN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulilah,

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan izin-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan mudah dan guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah
Al Islam dan Kemuhammadiyahan III yang berjudul AKHLAK PRIBADI DAN KELUARGA dari
Dosen Pengampuh ELLI OSCHAR, S.Pd. I, M.Pd. I

Sholawat serta salam kami tetapkan terucapkan kepada Nabi Muhammad SAW. Terima kasih
kepada anggota kelompok kami yang telah berkontribusi dalam bentuk pikiranatau materi dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta
menambah pengetahuan bagi yang membaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi penulis umumnya bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

Makassar, November 2023

Penyusun
Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................3
C. TUJUAN.............................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................4
1. AKHLAK PRIBADI..................................................................................................................................4
A. Pengertian Akhlak Pribadi..................................................................................................................4
B. Macam Akhlak Pribadi.......................................................................................................................5
C. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Akhlak Seseorang...................................................................16
2. AKHLAK KELUARGA..........................................................................................................................18
A. Pengertian Keluarga.........................................................................................................................18
B. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua...................................................................................................19
C. Akhlak Orang Tua Terhadap Anak...................................................................................................20
D. Akhlak Suami Pada Istri...................................................................................................................21
E. Akhlak Istri Pada Suami...................................................................................................................23
F. Membangun Keluarga Sakinah.........................................................................................................24
G. Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga....................................................................................26
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................29
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................29
B. Saran.................................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi telah melanda dunia dimana-mana yang selama ini mapan mudah
berubah akibat tidak ada batasan lagi antara ruang dan waktu, sehingga nilai-nilai
tersebut berubah menjadi relevan dan subjektif. Semua yang berkaitan perilaku , budi
pekerti, akhlak dan moral tidak bisa dikatakan objektif, karena nilai yang dianggap
sebagai landasan perilaku itu sendiri mudah berubah. Hal-hal yang belakangan ini
muncul yaitu suatu perilaku batasan antara pornografi dan pornoaksi dengan seni yang
sangat tipis dan berpakaian yang ketat, minim merupakan bagian dari pada seni yang saat
ini telah merajalela menjadi sebuah nilai budaya atau bagian dari seni yang umum untuk
masyarakat khususnya remaja muda. Kita juga sering mendengar berita-berita tentang
banyaknya akhlak-akhlak para pemuda yang rusak. Di lingkungan pelajar dan mahasiswa
misalnya, sering kita dengar tawuran antar pelajar, siswa-siswi yang tidak berakhlak, dan
pergaulan bebas. Oleh karena itu dibutuhkan penguat kembali berdasarkan Al-quran dan
Al-Hadist. Akhlak inilah berperan sebagai cermin pribadi seseorang apakah punya rasa
malu, muru’ah, amanah, jujur, adil, lemah, kasih sayang terhadap sesama, dermawan dan
ikhlas dalam bernuat, suka menolong dan lain sebagainya.

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia
yang sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia.
Beliau mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan
pada semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua
penduduk disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang
diperuntukkan bagi keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan
itu sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin,
harus ada penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari
pihak pengantin putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.

1
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri
hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum
berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada hukum yang
benar. Apakah dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian
terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun
seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan
bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di
dalam rumah tangganya, maka dari itu akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri
sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan, Sehingga perhatian
terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun
seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan
bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dlm
rumah tangganya,Menyinggung akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku kepada para suami sehingga para istri merasa
suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada istrinya,Karena akhlak mulia ini
harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas
kebaikan. Memang suamilah yg paling utama harus menunjukkan budi pekerti yg baik
dlm rumah tangga karena dia sebagai sebagai pimpinan. Kemudian ia di haruskan utk
mendidik anak istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka
sebagaimana di firmankan Allah SWT

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنوا ُقوا َأْنُفَس ُك ْم َو َأْهِلْيُك ْم َناًرا َو ُقْو ُد َها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُة‬
‫َع َلْيَها َم َالِئَك ٌة ِغ َالٌظ ِش َد اٌد َال َيْع ُصْو َن َهللا َم ا َأَم َر ُهْم َو َيْفَع ُلْو َن َم ا‬
‫ُيْؤ َم ُرْو َن‬
“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api
neraka yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg
kasar, yg keras, yg tdk pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.”
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan
oleh para pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang disyari’atkan.

2
Setelah berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah. Fikiran tidak lagi
memikirkan calon kekasih atau terganggu.
B. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Akhlak Pribadi dan Keluarga?
2) Bagaiman Macam-Macam Akhlak ?
3) Apa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Akhlak?
4) Bagaimana Akhlak Akan Kepada Orang Tua?
5) Bagaimana Akhlak Orang Tua Kepada Anak?
6) Bagaimana Akhlak Suami Istri?
7) Bagaimana Cara Membangun Keluarga Sakinah?
8) Bagaimana Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ?

C. Tujuan
1) Untuk Mengatahui Akhlak Pribadi dan Keluarga
2) Untuk Mengatahui Macam-Macam Akhlak
3) Untuk Mengatahui Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Akhlak
4) Untuk Mengatahui Akhlak Akan Kepada Orang Tua
5) Untuk Mengatahui Akhlak Orang Tua Kepada Anak
6) Untuk Mengatahui Akhlak Suami Istri
7) Untuk Mengatahui Cara Membangun Keluarga Sakinah
8) Untuk Mengatahui Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. AKHLAK PRIBADI
A. Pengertian Akhlak Pribadi
Kata “etika” berasal dari bahasa Arab, khususnya jama’ dari kata “khuluqun” yang secara
etimologis berarti tabi’at, budi pekerti, budi pekerti dan adat istiadat. Etika dalam Islam
adalah yang menentukan batas antara yang baik dan yang jahat, antara yang terpuji dan yang
hina, berkaitan dengan perkataan atau perbuatan manusia, jasmani dan rohani. Yang
menentukan baik atau buruknya tentu saja berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, sehingga
penilaian baik buruknya akhlak seseorang berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Rasulullah Saw merupakan teladan bagi umat manusia dalam mewujudkan akhlak yang
islami, hal ini dipertegas dalam QS.Al-Ahzab. 33:21

“sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan tang baik bagimu, (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamta dan yang banyak
menyebut Allah”
Meskipun kata etika berasal dari bahasa Arab, namun kata etika tidak ditemukan dalam
Al-Quran. Sebagian besar ucapan moral ditemukan dalam hadis. Satu-satunya kata yang
memiliki makna moral dalam Al-Qur'an adalah bentuk tunggalnya, khususnya khuluq, yang
tercantum dalam Surat al Qalam ayat 4:.
‫َو ِإَّنَك َلَع َلٰى ُخ ُلٍق َع ِظ يٍم‬
Artinya : “Dan sesungguhnya kamu (muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Akhlak itu bersifat netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al mahmudah) dan
akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika kita berbicara tentang nilai kebaikan
dan kejahatan, orang-orang mengajukan pertanyaan tentang konsep baik dan jahat.
Yang paling dekat dengan manusia adalah dirinya sendiri, oleh karena itu manusia harus
sadar diri dan sadar diri, karena hanya kesadaran diri yang menjadi landasan kesempurnaan
moral yang utama, kepribadian yang mulia. Manusia terdiri dari materi dan ruh, selain itu

4
manusia juga mempunyai hakikatnya masing-masing, dengan segala kelebihan yang dimiliki
manusia dan dimanapun ia bertindak.
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri mencakup kewajiban terhadap diri sendiri yang
meliputi larangan merusak, menghancurkan, dan menganiaya diri sendiri, baik lahir maupun
batin.
Untuk mengembangkan kepribadian seorang muslim dan menjadi sukses, ia harus
mampu belajar dan mengamalkan atau menerapkan etika yang baik dalam kehidupan sehari-
hari. Etika Islam didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah Nabi, seperti dilansir HR Ahmad,
Hakim dan Baihaqi, yaitu :”Sesungguhnya aku (Rasulullah) diutus ke dunia ini untuk
menyempurnakan akhlak yang baik”.
Adapun yang mempengaruhi Akhlak terhadap Allah dan diri pribadi adalah:
1. Dapat bersikap wara’ atau penuh pertimbangan dalam bertindak.
2. Pandai mensyukuri nikmat Allah, menematkan nikmat Allah sebagai jembatan untuk
semakin mendekatkan diri pada Allah.
3. Sabar dan tawakkal, selalu pasrah berserah diri diiringi berusaha berbuat semaksimal
mungkin.
4. Optimis dan sportif, penuh keyakinan dan harapan dalam menempuh perjalanan hidup.
5. Tawadhu’ atau rendah hati, senantiasa bersikap merendah atas nikmat Allah, betapapun
banyak nikmat Allah yang dia terima tidak menjadikannya angkuh kepada Allah dan orang
lain.
6. Syaja’ah atau berani menegakkan kebenaran, berani dengan penuh perhitungan untuk
menegakkan hokum Allah.
7. Ikhlas dan ridho, ikhlas berarti melakukan ibadah kepada Allah bukan untuk
mengharpakan pahala dan takut akan dosa, namun semua karena Allah. Ridho berarti
menerima segala takdir yang telah berlaku pada dirinya.
B. Macam Akhlak Pribadi
Macam akhlak pribadi pada dasarnya ada akhlak pribadi seorang muslim yang baik
dan akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini macam akhlak pribadi yang baik:
1. Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada dalam
keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan

5
benar perbuatan. Benar hati yaitu apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah dan
selelu bersih dari penyakit hati. Benar perkataan adalah semua yang telah diucapkan dari
mulut merupakan suatu kebenaran bukan kebathilan.
Rosulullah saw telah memrintahkan setiap muslim untuk selalu jujur, karena sikap
sidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Ada lima
bentuk shidiq yaitu :
a. Benar perkataan ( shidiq al hadist )
Orang ang selalu berkata benar akan dikasihioleh Allah dan akan dipercaya oleh
masyarakat, dan sebaliknya orang yang berdusa oleh masyarakat akan dikucilkan dan
selamnya tidak akan dipercaya seperti peribahasa “Sekali lancung keujian seumur hidup
orang tidak akan dipercaya”
b. Benar pergaulan ( shidiq al mu’amalah )
Seorang muslim akan selalu bergaul dengan benar tidak menipu, tidak berkhianat,
dan tidak memalsu sekalipun kepadakaum non muslim. Dia akan selalu bersikap melalui
pergaulan dengan benar tanpa memendang kekayaan, kekuasaan, ataupun status sosial.
c. Benar kemauan ( shidiq al-azam )
Seorang mukmin sebelum dia memutuskan sesuatu tentu ia harus
mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu apakah terhdapa apa yang dilakukan
apakah akan mendatangkan mudhorot atau manfaat kepada orang lain. Tetapi bukan
berarti dia menutup diri terhadap masuka atau kritik dari orang lain.
d. Benar Janji ( shidq al-wa’da )
Janji merupakan sebuah hutang yang harus dilaksanaka. Apabilaseorang muslim
berjanimaka ia akan selalu menepatinya seklipun dengan musuh ataupun anak kecil.
Karena mungkir janji merupakan salah satu sifat munafik yang telah disebutkan dalam
hadist ( HR. Hmad ). Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang menepati
janji dalam firmannya :
Artinya : “ Dan ceritakanlah ( Hai Muhammad kepada mereka) kisah ismail
( yang tersebut) didalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang
benar janjinya, dan dia adalah seorang Rosul dan Nabi.” (Qs .maryam 19 : 45 )
e. Benar kenyataan ( sidq al-bal )

6
Seorang muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Dia
tidak akan menipu kenyataan,tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan
tidak pula mengada ada.
Lawan dari shidiq adalah kebohongan. Kebohongan yaitu mengatakan sesuatu
yang tidak sesuai dengan kenyataanya, entah itu di kurangi atau di tambahi sehingga
tidaksesuai dengan kebenarannya. Sifat bohong adalah sifat yang sangat tercela.seorang
muslim harus menjauhi segala macam bentuk kebohongan, baik dalam
bentukpengkhianatan,mungkir janji, kesaksian, palsu, fitnah, gunjing, ataupun bentuk
bentuk lainnya. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk dari sifat kebohongan :
f. Khianat
Sifat khianat merupakan sifat sejelek-jeleknya yang dimiliki orang karena sifat
khianat dapat membawa mudhorot kepada orang lain secara langsung. Kalau sifat ini
telah berkembang kedalam masyarakat maka lama-kelamaan masyarakat itu akan hancur.
Allah tidak menyukai orang yang memiliki sifat khianat berdasarkan firmannya : Artinya
: “ Dan janganlah kamu berdebat ( untuk membela ) orang-orang yang menghianati
dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berhianat lagi
bergelimang dosa”
g. Mungkir janji
Mungkir janiji atau ingkar janji merupakan sebagai salah satu sifat orang-orang
munafik karena sifat mungkir janji menunjukkan sikap jiwa manusia yang lemah,
mungkir janji menyebabkan waktuterbuang sia-sia dan melahirkan angan-angan kosong.
h. Kesaksian palsu
Kesaksian palsu termasuk dalam dosa-dosa besar karena akan mendatangkan
kemudhorotan yang besar terhadap masyarakat, orang yang tidak bersalah akan
menanggung akibat baiknyawa, harta benda dan lain sebagainya.
i. Fitnah
Pada dasarnya tujuan dari memfitnah orang lain adalah untuk menjatuhkan nama
atau menggagalkanusahanya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada orang yang
beriman sebelum mempercayai suatu berita di adakan suatu penyelidikan terlebih dahulu.
Hal ini terdapat dalam surat Al-Hujarat 49 : 6
j. Gunjing

7
Sifat mengunjinag adalah sifat sikap seseorang yang meiliki jiwa sakit, tidak ada
keinginan dalam hidupnya yang ada hanya dia akan senang jika melihat seseorang
bermusuhan dan bertengkar. Allah memberi perumpamaan orang-orang yang memilik
sifat gunjing seperti memakan bamgkai saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata
meawan gunjing adalah dengan tidak mendengarkannya.
2. Amanah ( dipercaya )
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas
amanah mencakup beberapa hal yaitu : menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain,
menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah ataupun manusi
dengan baik. Bentuk-bentuk amanah daoat dikemukakan sebagai berikut :
a. Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula.
Sekalipun dalam penitipan tidak ada bukti atau transaksai tertulis dalam penitipan
tersebut maka seorang muslim akan mengembalikannya apa adanya. Hal ini terlihat
contoh pada barang berharga yang dititpkan karena akan bebergian jauh, maka pada
saatnya akan dikembalikan seperti semula
b. Menjaga rahasia
Seorang muslim akan dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi, keluarga,
organisaisi, dan lain sebagainya agar tidak di ketahui orang lain. Misalnya : dalam
sebuah keluarga seorang suami isri harus dapat manjaga rahasia keluarga apalagi rahasia
dalam ranjang kecuali karena alasan medi ataupun hukum.
c. Tidak menyalahgunakan jabatan
Jabatan adalah suatu amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib.
Penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan person , baik keluarga, pribadi ataupun
kelompok yang termasuk perbuatan tercela yang melanggar amanah hukumnya haram.
Misalnya seorang baigian storage di sebuah perusahan membeli barang dan mendapatkan
potongan harga kepada penjual, dari sisa potongan harga tersebut dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi tidak diserahkan oleh perusahaan maka hukum komisi tersebut
adalah haram.
d. Menunaikan kewajiban dengan baik.

8
Semua tugas yang diberikan kepada Allah ataupun manusia, maka manusia wajib
menjalankannya karrena itu semua sebuah pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt.
e. Memelihara nikmat yang telah diberikan oleh Allah
Semua nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu
amanah yang harus dijaga dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan, rizki,
nikmat, harta benda dan lain sebaginya. Misalnya harta benda yang diberikan oleh Allah
harus digunakan untuk mencari ridho Allah, selalu bersyukur dan membiasakan
bersedekah.
Lawan dari sifat Amanah adalah khianat. Khianat adalah sifat munafik yang
dibenci oleh Allah apalagi jika yang dikhianati adlah Allah atau Rosulnya. Dalam firman
Allah :

Artinya : “ Hai orang, orang yang eriman janganlah kamu menghianati Allah, dan rosul
dan juga janganlah kamu menghianatiamanh-amanahyang dipercayakan
kepada kamu, sedangkan kamu mengetahuinya.” ( Qs. Al anfal 8 : 27 )
3. ISTIQOMAH
Secara epistemologi istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak
lurus.Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan
keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan.
Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah :

Artinya : “ Maka karna itu serulah ( mereka kepada agama itu ) dan istiqomahlah
sebagaimana diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka..” ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 )
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan dan amal
perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut.
Ibarat berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang lurus yang
cepat alam menghntarkan tujuan. Hal ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang
benar untuk mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan
mengalami beberapa ujian dari Allah, dalam firmannya :
Artinya : “Apakah manusia tidak mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : “ kami
telah beriman’, sedangkan mereka tidak di uji lagi.” ( Qs.Al Ankabut 29: 4 )

9
Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah termask
kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan akan tetap teguh dalam mengahdapi
kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran,
hambatan dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian,
kesenangan. Itulah yang di pesankan oleh Rosulullah Saw kepada Sufyan untuk selalu
beristiqomah. Dalam Qs. Funshshilat 41 : 30 – 32 dijelaskan beberapa buah yang akan
dipetik oleh orang yang beristiqomah baik didunia maupun di akhirat. Dari ayat tersebut
dijelaskan bahwa buah dari istiqomah adalah :
 orang yang beristiqomah akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang
negatif. Misalnya takut mnghadapi masa depan, takut menyatakan kebenaran namun
orang yang beristiqomah senantiasa akan mendapatkan kesuksesan dalm
kehidupannya didunia karena akan dilindungi oleh Allah.
 Akan mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendaptkan kesuksesan
dalam kehidupan perjuangan di dunia.

Demikianlah sikap istiqomah memang sangat diperlukan dalam kehidupan ini.


Karena tanpa sikap seperti itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan
mudah terombang ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat
baling-baling di atas bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus.
4. IFFAH
Secara epistemologi, ‘iffah adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah yang berarti
menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucisn tubuh. Secara
terminologi ‘iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan
merendahkan, merusak dan menjauhkanny.
Bentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh dari ‘iffah diantara
lain ;
 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual,
seorang muslim dan muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan,
dan pakaiannya.tidak mengunjungi tempat-tempat hiburan yang ada kemaksiatanya,
dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya kepada
perzinaan. Dalam firman allah

10
artinya “dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaknya menjaga kesucian
dirinya, sehingga allah memampukan mereka dengan karunia-
Nya,,,”(QS.An-Nur 23:33)
 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta, islam
mengajarkan, terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan tangan meminta
minta. Al-Qur’an menganjurkan kepada orang-orang berpunya untuk membantu
orang-orang miskin yang tidak mau memohon bantuan karena sikap mereka.
Meminta minta adalah perbuatan yang merendahkan kehormatan diri. Dari pada
meminta-minta seseorang lebih baik mengerjakan apa apa saja untuk mendapatkan
penghasilan asal halal.
 Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain
kepada dirinya, seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam bentuk
ketidakjujuran.sekali-kali jangan dia berkata bohong, mungkir janji, khianat, dan
laian sebagainya.
5. MUJAHADAH
Mujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala kemampuan.
Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala
sesuatu yang menghambat dalam melakukan pendekatan terhadap Allah swt. Untuk
mengatasi dan melawan semua hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan
perjuangan yang sungguh-sungguh, usaha inilah yang disebut mujahadah. Apabila
seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah swt., maka Allah berjanji akan
menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dalam hal ini Allah
swt. berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69 :
Artinya : ”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-‘Ankabuut :
69)
Secara terperinci objek mujahadah ada 6 :
1) Jiwa yang selalu mendorong seseorang untuk melakukan kedurhakaan. Karena pada
dasarnya manusiajuga diberi oleh Allah jiwa yang mendorong manusia untuk melakukan
kejahatan yang di dalam Alquran disebut dengan nafsu ammarah bissuui.

11
2) Hawa nafsu yang tidak terkendali sehingga seseorang melakukan apa saja untuk
memenuhi hawa nafsunya tanpa memperdulikan larangan Allah swt. dan tanpa
memperdulikan dampak bagi dirinya dan orang lain.
3) Syaitan. Mereka selalu menggoda manusia untuk menuruti hawa nafsu sehingga mereka
lupa kepada Allah swt.
4) Kecintaan terhadap dunia yang berlebihan sehingga mengalahkan kecintaannya kepada
Akhirat, padahal keberadaan manusia didunia hanya bersifat sementara, secara individual
sampai maut datang menjemput, dan secara umum sampai kiamat datang. Kehidupan
yang abadi adalah kehidupan di akhirat.
5) Orang-orang kafir dan munafik yang tidak pernah puas hati sebelum orang-orang yang
beriman kembali menjadi kufur.
6) Para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran, termasuk dari orang-orang yang mengaku
beriman sendiri, yang tidak hanya merugikan mereka sendiri, tapi juga merugikan
masyarakat.
6. SYAJA’AH
Syaja’ah berarti berani yang berlandaskan pada kebenaran dan dilakukan dengan penuh
pertimbangan. Ukuran keberanian adalah terletak pada kekuatan hati dan kebersihan jiwa.
Mengendalikan amarah adalah salah satu contoh keberanian yang lahir dari hati.
Bentuk-bentuk keberanian yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah :
1) Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan. Seorang muslim harus berani
membela agamanya hingga titik darah penghabisan dan mati syahid. Contohnya
yaitu ketika Rasulullah melakukan perang Badar, dengan kekuatan personil 300
orangberani menghadapi musuh dengan kekuatan 1000 personil dan ternyata
Rasulullah dan para sahabat berhasil mencapai kemenangan.
2) Keberanian menyatakan kebenaran. Bahwasannya kabenaran harus disampaikan
sekalipun mengandung resiko.
3) Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah.
Menurut Raid Abdul Hadi, ada tujuh faktor yang meyebabkan seseorang
memiliki keberanian.

12
1) Rasa takut kepada Allah swt. Takut kepada Allah swt membuat orang tidak takut
kepada siapapun selama dia yakin bahwa yang dilakukannya adalah dalam rangka
menjalankan perintah Allah swt. Allah berfirman :
Artinya : (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka
takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun)
selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.”
(Q.S.AL-Ahzab:39)
2) Lebih mencintai akhirat daripada dunia.
Akhirat merupakan tujuan akhir dari setiap kehidupan manusia, dunia
hanyalah jembatan menuju akhirat. Karena manusia tidak akan ragu untuk
meninggalkan dunia yang fana ini asalkan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
3) Tidak takut mati.
Kematian merupakan sesuatu yang sudah pasti bagi makhluk hidup.
Ketika ajal sudah datang maka tidak ada yang bisa mencegahnya.bagi seorang
pejuang agama, kematian merupakan sesuatu yang didambakan. Semangat itulah
yang menyebabkan para pejuang memiliki keberanian luar biasa.
4) Tidak ragu-ragu.
Yang menyebabkan manusia memiliki rasa takut adalah rasa keragu-
raguan. Ketika seseorang sedang ragu akan kebenaran yang ia miliki, maka ia
akan takut menghadapi resiko yang ada, begitu juga sebaliknya.
5) Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah
6) Hasil pendidkan atau pembiasaan
7) Tidak menomorsatukan kekuatan materi
Lawan dari Syaja’ah adalah penakut (jubun). Penakut merupakan sifat
yang tercela.
f. TAWADLU
Merendahkan diri (tawadlu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan
juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Orang yang tawadlu adalah orang menyadari
bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah swt. Maka tidak pernah
terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain,
tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah

13
diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain
Allah. Tetap menjaga keikhlasan amalnya hanya karena Allah.
Lawan dari tawadlu’ adalah takabbur atau sombong yaitu suka meremehkan orang
lain.

g. MALU
Malu (al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan
melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila
melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau
mukanya merah. Sebaliknya orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya
dengan tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang
menjadi keistimewaan ajaran Islam.
Sifat malu dapat dibagi menjadi tiga jenis :
1) Malu kepada Allah ; seseorang akan malu kepada Allah apabila dia tidak
mengerjakan perintah-Nya, tidak menjauhi larangan-Nya serta tidak
mengikuti petunjuknya.
2) Malu kepada diri sendiri ; orang yang malu terhadap Allah, dengan
sendirinya malu terhadap dirinya sendiri. Ia malu mengerjakan pernuatan
salah sekalipun tidak ada orang lain yang melihat atau mendengarnya.
Penolakan datang dari dalam dirinya sendiri.
3) Malu kepada orang lain ; setelah malu pada diri sendiri, dia akan malu
melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.
Malu adalah salah satu refleksi iman. Semakin kuat iman seseorang, semakin
teballah rasa malunya, demikian pula sebaliknya.
Rasulullah Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang pemalu, saking
pemalunya maka diandaikan bahwa beliau lebih pemalu ketimbang gadis pingitan. Sifat
malu ini dimiliki Rasulullah SAW semenjak kanak kanak , saat anak – anak sebaya
beliau kala itu saling berebut makanan maka beliau malu melakukannya, jika
pakaiannya tersingkap dan menampakkan auratnya maka beliau akan segera
bersembunyi karena malu. Jika hendak membuang air maka diriwayatkan beliau
menjauh atau pergi hingga tak seorangpun melihatnya. Karena sifat pemalu ini beliau

14
apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya maka terlihatlah dari roman mukanya,
dan beliau senantiasa menjauhkan pandangan matanya dari apa apa yang kurang baik.
Bahkan dalam hubungan suami istri sifat pemalu Rasulullah SAW tetap dominan, dalam
hadits yang diriwayatkan At Turmudzy dalam Asj Sjamaa il dari Siti Aisyah RA ,
ummul mukminin, berkata “ Aku sekali kali belum pernah melihat kemaluan Rasulullah
SAW “ ( dalam riwayat lain ada ditambahkan “ Dan beliau pun tidak pernah melihat
daripadaku “ ) sedangkan yang diriwayatkan oleh Ibnul Djauzy dari Ummu Salamah
RA “ Adalah Rasulullah SAW itu apabila mendatangi seseorang dari istrinya beliau
memejamkan kedua matanya dan menutupi kepalanya “. Dua hadits ini sangat
menguatkan sifat pemalu beliau, kendati seorang istri sebenarnya halal hukumnya meski
terlihat auratnya oleh suaminya dan sebaliknya.
h. SABAR
Secara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-
kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai
karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi
juga hal – hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa
nafsu.
Macam – macam sabar
Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-Qur’an, sabar dapat dibagi
kepada enam macam :
a) Sabar menerima cobaan hidup
b) Sabar dari keinginan hawa nafsu
c) Sabar dalam taat kepada Allah swt.
d) Sabar dalam berdakwah
e) Sabar dalm perang
f) Sabar dalam pergaulan

15
i. PEMAAF
Pemaaf adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada
sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab sifat pemaaf
tersebut disebut dengan al-‘afwu yang secara etimologis berarti kelebihan atau yang
berlebih.
Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa
harus menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah
menyadari kesalahahnnya dan berniat untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami
hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu
hikmahnya kenapa Allah memerintahkan kita untuk member maaf sebelum dimintai maaf.
Suatu teladan sikap pemaaf Rasulullah adalah ketika ada seorang lelaki Arab bernama
Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak
membunuh Nabi, maka pada saat itu dihadang oleh Umar dan diikat dengan tali. Rasulullah
yang mengetahui orang itu malah menyuruh Umar untuk memberinya makan dan
melepaskannya. Umar yang kaget tetap meyakinkan Rasulullah bahwa dia ingin
membunuhnya. Namun Rasulullah tidak menghiraukannya dan menyuruh Tsumamah untuk
mengucap kata “Laa ilaha illallah”, tetapi si lelaki tidak mau dan pergi. Keesokan harinya
dia datang kepada Rasulullah dan mengucap kata “Laa ilaha illallah”, sehingga dia masuk
Islam. Demikian contoh sikap Rasulullah yang pemaaf dan tidak dendam sekalipun kepada
orang yang hendak membunuhnya, yang pada akhirnya membuahkan hasil yang bermanfaat.
C. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Akhlak Seseorang.
Akhlak Pribadi seseorang tidaklah selalu baik. Karena pada dasarnya akhlak
seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak baik dan aklak buruk. Ada juga akhlak pribadi
seseorang yang baik kemudian dapat berubah menjadi buruk karena iman seseorang yang
kurang kuat dan terpengaruh oleh beberapa faktor dari luar diantaranya :
a) Faktor Lingkungan
Jika kita hidup dalam lingkunga yang bukan kaum muslim, yang keseharianya
masyarakatnya berbuat maksiat, maka seseorang terkadang imannya akan goyah. Oleh
karena itu iman yang kuat dibutuhkan oleh kaum muslim. Dan sebaiknya berhati-hatilah
dalam memilih lingkungan.
b) Faktor teman

16
Teman dapat mempengaruhi akhlak seseorang ibaratnnya “ jika kita dekat dengan
penjual parfum maka kita akan harum, dan jika kita dekat dengan penjual tembakau
maka kita akan bau tembakau “ jadi pada intinya teman dapat mempengaruhi akhlak
seseorang. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai dalam bergaul agar akhlak kita
tidak terpengaruh kepada orang lain. Tentunya akhlak yang tidak baik.
c) Faktor intern
Yaitu faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Adapan yang
termasuk dalam faktor intern adalah sebagai berikut : Gharizah atau naluri (instink)
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin gharizah adalah suatup embawaan yang menyebabkan
seseorang itu dapat berbuat apa yangdi kehendakinya tanpa lebih dahulu melakukan apa
yang akandi perbuatnya untuk mengerjakan perbuatan ini.

Oleh karena ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang terbentuk baik
diantaranya sebagai berikut :
a) Akidah (Keyakinan) Yang Benar
b) Berdo’a kepada Allah SWT
c) Mujahadah (Perjuangan)
d) Muhasabah (Intropeksi Diri )
e) Melihat dampak negatif dari akhlak tercela
f) Jangan Pernah Berputus asa
g) Bercita – cita yang Tinggi
h) Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil)
i) Terbuka dengan Kritikan dan Saran
j) Bersahabat dengan orang memiliki akhlak mulia
k) Membaca Buku-buku tentang akhlak

17
2. AKHLAK KELUARGA
A. Pengertian Keluarga
Keluarga dalam bahasa arab adalah AL - Usroh yang berasal dari kata al- asru yang
secara etimologis mempunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai
unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasibio-psiko-sosio-spiritual dimana
anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan
perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga
keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungansilaturrahim. Sementara satu .
Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi
segala sesuatu yang diikat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau
unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang
pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan
prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat. Dalam norma ajaran
sosial, asal-usul keluarga terbentuk dari perkawinan (laki-laki dan perempuan dan kelahiran
manusia seperti yang ditegaskan Allah dalm surat an-Nisa ayat satu yang berbunyi:

‫َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْفٍس َو اِح َد ٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل‬
‫َك ِثيًرا َو ِنَس اًء ۚ َو اَّتُقوا َهَّللا اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن ِبِه َو اَأْلْر َح اَم ۚ ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْيُك ْم َر ِقيًب‬

Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-
nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling
meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasimu.”
Asal-usul ini erat kaitannya dengan aturan Islam bahwa dalam upaya pengembang biakan
keturunan manusia, hendaklah dilakukan dengan perkawinan. Oleh sebab itu, pembentukan
keluarga di luar peraturan perkawinan dianggap sebagai perbuatan dosa.

18
B. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua
Istilah birrul walidain berasal langsung dari Nabi Muhammad saw. Dalam sebuah
riwayat disebut bahwa ‘Abdullah ibn mas’ud seorang sahabat Nabi yang terkenal bertanya
kepada Rasulullah saw tentang amalan apa yang di sukai oleh Allah SWT, Beliau
menyebutkan pertama sholat tepat pada waktunya; kedua birrul walidain dan ketiga, al-
jihadu fi sabilillahi (H, mutafaqun ‘alaihi).
Birrul walidain terdiri dari kata birru dan al- walidaini. Birru atau al- birru yang
artinya kebajikan (ingat penjelasan tentang al-birru dalam surat Al-baqarah ayat 1772), al-
walidain artinya dua orang tua atau bapak dan ibu’, jadi birrul walidain artinya adalah
berbuat kebajikan kepada kedua orang tua, seperti dalam firman Allah swt :
“dan tuhanmu telah memerintahkanmu supaya kamu jangan menyembah selain dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu “(QS, Al-isra’:23)”.
Banyak cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul walidain tersebut,
antara lain sebagai berikut:
1. Mengikuti apa yang orang tua inginkan dalam berbagai aspek kehidupan baik masalah
pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainya. Dengan catatan keinginan atau
saran dari orang tua tersebut sesuai dengan ajaran islam, dan pabaila bertentangan
maka anak wajib menolaknya dengan cara yang baik, seraya dengan meluruskan hal
sedemikian sesuai dengan tuntunan al-Qur’an:
“dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya dengan baik...”(QS, al-luqman ayat 15).
Rasulullah juga menegaskan bahwa:
“tidak ada ketaatan dalam maksiat kepada Allah, ketaatan hanyalah semata dalam hal
yang ma’ruf..”(HR. Muslim).
2. Menghormati dan memuliakan orang tua dengan penuh rasa terimakasih dan kasih
sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa di nilai dengan apapun. Yang
melahirkan, mendidik, membesarkan, merawat dan melindungi anaknya.
Seperti dalam firman Allah swt: “ dan kami wasiatkan (wajibkan) kepada manusia
(berbuat baiklah) kepada kedua orang tuamu (ibu dan bapaknya), ibu yang telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya

19
dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-ku dan kedua ibu bapakmu, hanya kepadakulah
kembalimu..”(QS.luqman ayat14).
3. Membantu orang tua baik secara fisik atau materil, mengerjakan pekerjaan orang tua
(terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah jika sebelu berkeluarga, atau secara
finansial, baik untuk membeli makanan, apalagi untu berobat. Rasulullah saw
menjelaskan bahwa, betapapun banyaknya kau mengeluarkan uang untuk membantu
orang tuamu tidak sebanding, dengan jasanya kepadamu
4. Mendo’akan ibu dan bapak semoga di beri ampunan, rahmat dan kasih sayang oleh
Allah swt, seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an do’a Nabi nuh memintakan
keampunan untuk orang tuanya , dan perintah kepada setiap anak untuk memohonkan
rahmat Allah bagi orang tuanya
5. Setelah orang tua meninggal dunia, birrul walidain masih bisa di teruskan dengan cara
antara lain:
a) menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya
b) melunasi hutang-hutangnya
c) melaksanakan wasiatnya
d) meneruskan silaturrahim yang di binanya di waktu hidup
e) memuliakan sahabat-sahabatnya
f) mendo’akanya

C. Akhlak Orang Tua Terhadap Anak


Salah satu nikmat dalam berkeluarga adalah memiliki anak yang saleh. Namun, untuk
membina anak yang saleh, pihak orang tua mempunyai sejumlah tugas dan tanggung jawab
moral yang perlu dipenuhi, di antaranya :
Menjaga dan mendo’akan keselamatan anak, dimulai sejak dalam kandungan rahim
ibunya. Anak memerlukan perhatian sehingga anak dapat lahir dengan sehat wal‘afiyat.
Dianjurkan kepada para orang tua untuk mendo’akan kesehatan dan keselamatan anaknya
dimanapun berada. Seperti yang diajarkan Allah dalam firman-Nya berikut ini :
“Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menyenangkan
hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. al-Furqan [25]:
74)

20
1) Mengaqiqahkan dan memberikan nama yang baik, dianjurkan kepada kedua orang tua
untuk menyembelih kambing pada hari ketujuh kelahiran bayi dan diberikan nama yang
mengandung arti-arti yang baik. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Nama yang paling
disukai Allah adalah yang dimulai dengan abd (kemudian disusul dengan salah satu di
antara nama-nama sifat Allah) atau yang mengandung makna terpuji (seperti Muhammad,
Ahmad, dan sebagainya)“(HR. Muslim)
2) Menyusukan, selama lebih kurang dua tahun anak disusukan oleh ibunya.
3) Memberikan makan, tempat tidur, dan pakaian yang layak, kemudian setelah itu orang
tua berkewajiban memberi anak makan, pakaian, dan tempat tidur secara wajar hingga
mereka bisa dilepas untuk berdiri sendiri.
4) Mengkhitan, ialah memotong kulup atau kulit yang menutupi ujung kemaluan agar
terhindar dari berkumpulnya kotoran di bawah kulup, dan memudahkan pembersihannya
setelah buang air kencing. Sebagian besar ulama mewajibkan atas setiap laki-laki
Muslim, sebaiknya sebelum usia baligh.
5) Memberi ilmu, kedua orang tua wajib memberikan pemahaman dan ilmu baik secara
langsung maupun melalui lembaga pendidikan.
6) Mengawinkan jika sudah mencapai baligh, sebagian dari kewajiban bapak atas anaknya
ialah memberikan nama baik, ajarkan dia menulis, dan kawinkan dia apabila telah
dewasa.
7) Berlaku adil. Sebagai orang tua, kasih sayangnya harus diberikan secara adil sesuai
proporsional. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits berikut ini : dari nu’man bin
Basyir r.a, bahwa bapaknya pernah menghadap Rasulullah SAW bersamanya. Di sana
bapaknya berkata ”Sesungguhnya aku telah memberikan pelayan kepada anakku ini,”
Rasulullah kemudian bertanya, apakah anakmu yang lain juga kamu berikan hal yang
sama?’ bapaknya menjawab tidak. Rasulullah bersabda bertaqwalah kepada Allah dan
berbuat adilah kepada anakmu. (HR. Muslim).

D. Akhlak Suami Pada Istri


Adapun beberapa kewajiban seorang suami kepada seorang istri :
1. Mengedepankan sikap welas asih, cinta, dan kelembutan. Dalam Al-Qur`an, Allah
berfirman;
‫ً َو َعاِش ُروُهَّن ِباْلَم ْعُروِف َفِإن َك ِرْهُتُم وُهَّن َفَعَس ى َأن َتْك َر ُهوْا َش ْيئًا َو َيْج َعَل ُهّللا ِفيِه َخْيرا‬

21
Artinya : ‘’Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka,(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang
banyak.” (Qs. An-Nisa` : 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda,
‫ َو ِخَياُر ُك ْم ِخَياُر ُك ْم ِلِنَس اِئِهم‬،‫َأْك َم ُل اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ِإْيَم اًنا َأْح َس ُنُهْم ُخُلًقا‬
Artinya :“Mukmin yg paling sempurna iman adalah yang paling baik akhlak dan sebaik-
baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.”
2. Sebagai seorang kepala keluarga, suami dianjurkan untuk memperlakukan istri dan anak-
anaknya dengan kasih sayang dan menjauhkan diri dari sikap kasar. Adakalanya seorang
suami menjadi tokoh terpandang di tengah masyarakat, ia mampu dan pandai sekali
berlemah lembut dalam tutur kata, sopan dalam perbuatan tapi gagal memperlakukan
keluarganya sendiri dengan sikapnya saat berbicara kepada masyarkat.
3. Seorang suami sangat membutuhkan pasokan kesabaran agar ia tangguh dalam
menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan. Suami tangguh adalah suami yang tidak
mudah terpancing untuk lekas naik pitam saat melihat hal-hal yang kurang tepat demi
cinta dan rasa sayangnya kepada istri. Betapa sabarnya Rasulullah sebagai seorang suami
dalam mengurusi para istrinya.
Begitu sabarnya, sampai-sampai sebagai sahabat beliau mengatakan, “Tidak pernah aku
melihat seseorang yang lebih pengasih kepada keluarganya melebihi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi Wassalam.”(HR. Muslim).
4. Seorang suami hendaknya mampu mencandainya. Adanya canda dan tawa dalam
kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan. Bayangkan apa yang terjadi jika
pasangan suami-istri melalui hari-harinya tanpa canda. Lambat laun rumah tangganya
menjadi bak areal pemakaman yang sepi, senyap, hampa.Suami yang ingin menunaikan
hak-hak istrinya akan berusaha mengundang canda, gurauan, yang mencairkan suasana
dengan senyum dan tawa; berusaha untuk bermain perlombaan dengan istri seperti yang
dilakukan Rasulullah kepada istrinya Aisyah Ra.Dalam diri setiap manusia terdapat sifat
kekanak-kanakan, khususunya pada diri seorang wanita. Istri membutuhkan sikap manja
dari suaminya dan karenanya jangan ada yang menghalangi sikap manja seorang suami
untuk istrinya.

22
E. Akhlak Istri Pada Suami
Adapun kewajiban bagi seorang istri kepada suaminya yaitu :
1. Alangkah mulianya seorang wanita yang berjiwa qana`ah, cermat dalam membelanjakan
harta demi mencukupi suami dan anak-anaknya. Dahulu kala, para wanita kaum salaf
memberi wejangan kepada suami atau ayahnya, “Berhatilah-hatilah engkau dari
memperoleh harta yang tidak halal. Kami akan sanggup menahan rasa lapar namun kami
tak akan pernah sanggup merasakan siksa api neraka.”
2. Istri shalihah adalah istri yang berbakti kepada suaminya, mendahulukan hak suami
sebelum hak dirinya dan kerabat-kerabatnya.Termasuk dalam masalah taat kepada suami
adalah berlaku baik pada ibu mertua. bukanlah istri shalihah yg dinyatakan dlm hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

‫الُّد ْنَيا َم َتاٌع َو َخْيُر َم َتاِع الُّد ْنَيا اْلَم ْر َأُة الَّصاِلَح ُة‬
Artinya :“Sesungguh dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia
adalah wanita/istri shalihah.”
Dan bukan istri yg digambarkan Rasulullah SAW kepada ‘Umar ibnul Khaththab
radhiyallahu ‘anhuma:
‫ ِإَذ ا َنَظَر ِإَلْيَها َس َّر ْتُه َو ِإَذ ا َأَم َر َها َأَطاَع ْتُه َو ِإَذ ا َغاَب َع ْنَها َح ِفَظْتُه‬،‫ اْلَم ْر َأُة الَّصاِلَح ُة‬، ‫َأَال ُأْخ ِبُرَك ِبَخْيِر َم ا َيْك ِنُز اْلَم ْر ُء‬
Artinya : “Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan
seorang lelaki yaitu istri shalihah yg bila dipandang akan menyenangkannya
bila diperintah akan menaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga
harta dan keluarganya.”
Oleh karena itu wahai para istri perhatikanlah akhlak kepada suami dan kerabatnya.
Ketahuilah akhlak yg baik itu berat dalam timbangan nanti di hari penghisaban dan akan
memasukkan pemiliknya ke dlm surga.
3. Istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka dengan
pendidikan yang baik, memperdengarkan kata-kata yang baik, mendoakan mereka
dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan implementasi bakti istri kepada
suaminya.
4. Karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah tangga dan
mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati dalam pelbagai
forum. Hal yang sering terjadi pada diri seorang wanita yaitu menceritakan keadaan

23
buruk yang pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan dengan menceritakan masalah
yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun yang terjadi sebaliknya,
keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi orang banyak, nama baik suami dan
keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung ditemukan.
5. Tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari suami. Mengenai
hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan bersabda, “Hendaknya seorang wanita (istri)
tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin suami. Jika ia tetap
melakukannya (keluar tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya melaknati sampai ia
bertaubat atau kembali pulang ke rumah.” (HR. Abu Dawud, Baihaqi, dan Ibnu `Asakir
dari Abdullah bin Umar).

F. Membangun Keluarga Sakinah


Seperti orang yang penat dengan kesibukan dan kebisingan siang lalu menemukan
kenyamanan dan ketenangan dalam kegelapan malam.
Surat Yunus ayat 67 :
‫ُهَو اَّلِذ ي َجَعَل َلُك ُم الَّلْيَل ِلَتْس ُكُنوا ِفيِه َو الَّنَهاَر ُم ْبِص ًرا ِإَّن ِفي َذ ِلَك آلَياٍت ِلَقْو ٍم َيْس َم ُعوَن‬
Artinya : “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya
(litaskunu fihi) dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari
karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar”.
‫َوِم ْن آَياِتِه َأْن َخ َلَق َلُك ْم ِم ْن َأْنُفِس ُك ْم َأْز َو اًجا ِلَتْس ُكُنوا ِإَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َم َو َّد ًة َو َر ْح َم ًة ِإَّن ِفي َذ ِلَك آلَياٍت ِلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن‬
Artinya : “Dan di antara ayat-ayat-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa nyaman kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu mawadah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” [Ar-Rum 21].
Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses yang
panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:
1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan
sunnah Rasulullah SWT.
2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada
kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.
3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.

24
4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari
hubungan yang dilaran Allah SWT
5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan
dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan,
memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan
yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya
menuju ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota
keluarganya dario siksa api neraka.
6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan
berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya
tentan agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang
mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan
membahagiakan suaminya.
7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling
menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati,
mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan
merajut komunikasi yang intens.
8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam
mengarungi badai dan gelombang kehidupan.
9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-
sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan
tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar
lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak
istri membaca al-qur’an, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya
untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.
10. Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah
mawaddah wa rohmah.
11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk
melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-
anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis
malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis,

25
terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga
kesetiaan masing-masing anggota keluarga.
12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah
keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat
memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya.

G. Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga


Islam sangat menentang kekerasan dalam bentuk apapun termasuk dalam kehidupan
rumah tangga. Prinsip yang diajarkan Islam dalam membangun rumah tangga adalah
mawaddah, rahmah dan adalah (kasih, sayang dan adil). Dalam al-Qur'an disebutkan : " Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Ar-rum: 21).
Dalam ayat lain disebutkan "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara
isteri- isteri [mu], walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah
kamu terlalu cenderung [kepada yang kamu cintai], sehingga kamu biarkan yang lain
terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri [dari
kecurangan], maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (An-
Nisa: 129).
Allah s.w.t. juga berfirman: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. al-A’râf, 7:56).
“Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kezaliaman terhadap diri-Ku, dan Aku jadikan
kezaliman itu juga haram di antara kamu, maka janganlah kamu saling menzalimi satu sama
lain”. (Hadis Qudsi, Riwayat Imam Muslim).
Hal di atas sangat jelas menggariskan bahwa salah satu tujuan berumah tangga, adalah untuk
menciptakan kehidupan yang penuh ketentraman dan bertabur kasih sayang. Keluarga
sakînah anggota yang ada di dalamnya. Atau keluarga sakînah, mawaddah wa rahmah hanya
bisa terbentuk apabila setiap anggota keluarga berupaya untuk saling menghormati,
menyayangi, dan saling mencintai. Itulah fondasi dasar sebuah keluarga dalam Islam. Maka

26
kekerasan dalam rumah tangga sangat dicela Islam dan sangat bertentangan dengan nilai-
nailai keislaman.

27
28
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai
dengan larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani
maupun secara rohani. Akhlak pribadi seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak pribadi yang
baik dan akhlak pribadi yang buruk. Aklak pribadi yang baik misalnya sidiq, iffah, amanah,
mujahadah, istiqomah, saj’ah, tawadhu, malu, dan lain sebagainya. Akhlak pribadi yang buruk
misalnya suka berbohong, berkhianat, pantang menyerah tidak tau mali dan lain sebagainya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak pribadi seseorang yaitu antara lain,
faktor intern yaitu faktor yang mempengaruhi dalam diri sendiri, faktor ekstern yaitu faktor
dari luar baik dari keluarga, kelpompok, sahabat ataupun masyarakat. Oleh karena itu agar
sifat pribadi seseorang muslim selalu terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlak
pribadi seseorang terbentuk baik diantaranya sebagai berikut : Akidah (Keyakinan) Yang
Benar, Berdo’a kepada Allah SWT, Mujahadah (Perjuangan), Muhasabah (Intropeksi
Diri ), Tafakkur (Merenung) Dampak positif dari Akhlak Mulia, Melihat dampak negatif dari
akhlak tercela , Jangan Pernah Berputus asa, Bercita – cita yang Tinggi, Berpaling dari
orang-orang yang bodoh (Jahil) dan lain sebagainya
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena merekalah anak
mula-mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu menghayati suasana
kehidupan religius dalam kehidupan keluarga yang akan berpengaruh dalam perilakunya
sehari-hari yang merupakan hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang
berakhlak mulia, budi pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan
keluarga agama, bangsa dan negara.
B. Saran
Penulis menyadari penulisan dalam makalah masih jauh dari kata sempurna, untuk ini
kedepan-nya penulisan akan lebih baik lagi dalam menyusun makalah diatas dan dapat lebih
dipertanggung jawabkan lagi dalam membuat referensi

29
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munjid Fi al-lughah wa al-i’lam (Beirut : Dar asy-Syuruq, 1986 ), hlm. 663


Asmaran, 1992. “Pengantar Studi Akhlak”. Jakarta : Rajawali Citra Pers
Baca, Raid ‘Abdul Hadi, Mamarat al-Haq jilid IIIB, Hlm. 146-147
Darma. 2010. Akhalak pribadi. http://dafiyoe.blogspot.com/2010/11/akhlak-pribadi.html
Drs.Nipan, Fuad Kauma.1997 Membimbing Istri Mendampingi Suami,Yogyakarta.Mitra
Pustaka. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/agama_islam/bab5-akhlak.pdf

Ilyas, yunahar, catatan kuliah, fakultas ushuluddin universitas islam imam muhammad ibn su’ud
riyadh saudi arabia. 1980

Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandatama,1994 Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern,
Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 107.

Luis Ma’uLuf, kamus al-Munajid, al-maktabah al-katulikiyah, beitut, t.t hlm. 194.
lyas, Yunahar, 2009. “ Kurnia Akhlak”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset.

30

Anda mungkin juga menyukai